Anda di halaman 1dari 92

PENGARUH SENAM HIPERTENSI TERHADAP TEKANAN DARAH

PADA LANSIA HIPERTENSI DI PUSKESMAS RASIMAH AHMAD KOTA


BUKITTINGGI TAHUN 2022

PROPOSAL SKRIPSI

RIRI RISDAWATI
181012114201011

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


FAKULTAS KEPERAWATAN DAN KESEHATAN MASYARAKAT
INSTITUT KESEHATAN PRIMA NUSANTARABUKITTINGGI
TAHUN 2022
PENGARUH SENAM HIPERTENSI TERHADAP TEKANAN DARAH
PADA LANSIA HIPERTENSI DI PUSKESMAS RASIMAH AHMAD KOTA
BUKITTINGGI TAHUN 2022

PROPOSAL SKRIPSI

Diajukan ke Program Studi Ners Fakultas Keperawatan dan Kesehatan


Masyarakat IKes Prima Nusantara Bukittinggi Sebagai Pemenuhan Syarat untuk
Mendapatkan Gelar Sarjana Keperawatan

Oleh :

RIRI RISDAWATI
181012114201011

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


FAKULTAS KEPERAWATAN DAN KESEHATAN MASYARAKAT
INSTITUT KESEHATAN PRIMA NUSANTARABUKITTINGGI
TAHUN 2022
PERNYATAAN PERSETUJUAN

Judul Skripsi : Pengaruh senam hipertensi terhadap tekanan


darah pada lansia di wilayah kerja puskesmas
Rasimah Ahmad Kota Bukittinggi Tahun 2022
Nama : Riri Risdawati
Nim : 181012114201011

Proposal Skripsi ini telah disetujui untuk dipertahankan dihadapan Dewan


Penguji sebagai bagian persyaratan yang diperlukan untuk memperoleh
gelar Sarjana Keperawatan pada Program Studi Ners Fakultas Keperawatan
dan Kesehatan Masyarakat Institut Kesehatan Prima Nusantara Bukittinggi

Koordinator Skripsi Menyetujui Pembimbing

Ns Dwi Apriyadi, M.Kep Ns Siti Mutia Kossasi, M.Kep

Kaprodi S1 Keperawatan

Ns Vera Kurnia, M.Kep


KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan

rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Proposal Penelitian

yang berjudul “Pengaruh senam hipertensi terhadap tekanan darah pada lansia di

wilayah kerja puskesmas Rasimah Ahmad Kota Bukittinggi Tahun 2022”.

Proposal ini disusun dengan maksud untuk memenuhi tugas akhir sebagai

salah satu syarat kelulusan Institut Kesehatan Prima Nusantara Bukittinggi. Penulis

menyadari bahwa tanpa bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak, sangatlah sulit

bagi penulis untuk menyelesiakan proposal ini. Oleh karena itu, penulis mengucapkan

terimaksih terutama kepada Yth. Ibu Ns Siti Mutia Kossasi, M.Kep, selaku

pembimbing dan dekan Fakultas Keperawatan Institut Kesehatan Prima Nusantara

Bukittinggi yang telah memberikan arahan dan masukan sehingga penulis dapat

menyelesaikan Proposal ini. Seterusnya ucapan terimakasih penulis kepada :

1. Ibu Dr. Hj. Evi Susanti, S.ST M.Biomed, selaku Rektor Institusi Kesehatan

Prima Nusantara Bukittinggi

2. Ibu Ayu Nurdian, S.ST M.Keb selaku Wakil Rektor I Intitut Kesehatan Prima

Nusantara Bukittingi sekaligus tim penguji

3. Bapak Yuhendri Putra S.Si M.Biomed selaku Wakil Rektor II Institut

Kesehatan Prima Nusantara Bukittinggi

4. Ibu Ns. Elfira Husna, M.Kep selaku Dekan Fakultas Keperawatan dan

Kesmas sekaligus tim penguji

i
5. Ibu Ns Vera Kurnia, M.Kep selaku Ketua program studi S1 Keperawatan

Institut Kesehatan Prima Nusantara Bukittinggi

6. Ns Dwi Apriyadi, M.Kep selaku koordinator Proposal program studi

Keperawatan Institut Kesehatan Prima Nusantara Bukittinggi

7. Para staf dosen yang tidak dapat disebutkan satu persatu

8. Bapak/Ibu tenaga kependidikan yang telah membantu proses selama ini

9. Responden penelitian yang telah bersedia menjadi responden dalam penelitian

ini

10. Teristimewa kepada ayahanda dan ibunda, adik-adik tecinta dan orang yang

ku sayangi serta keluarga besarku yang telah memberikan dukungan, materi,

semangat, doa restu dan kasih sayang kepada penulis

11. Keluarga besar Ikes Prima Nusantara Bukittinggi

12. Para Sahabat yang telah sama sama berjuang dalam suka dan duka menjalani

pendidikan

Penulis menyadari bahwa proposal ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh

karena itu kritik dan saran yang membangun dari semua pihak sangat penulis

harapkan demi perbaikan proposal ini dimasa yang akan datang. Mudah-mudahan

Proposal ini bermanfaat bagi kita semua dan juga bagi tenaga kesehatan

Bukittinggi, Mei 2022

Penulis

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL
PERNYATAAN PERSETUJUAN
KATA PENGANTAR........................................................................... i
DAFTAR ISI.......................................................................................... iii
DAFTAR TABEL ................................................................................ iv
DAFTAR BAGAN ................................................................................ v
DAFTAR GAMBAR............................................................................. vi
DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................ vii
DAFTAR ISTILAH/SINGKATAN ..................................................... viii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ................................................................. 1
B. Rumusan Masalah ........................................................... 9
C. Tujuan Penelitian ............................................................. 9
D. Manfaat Penelitian ........................................................... 10
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Konsep Hipertensi ........................................................... 11
B. Lansia .............................................................................. 25
C. Senam Hipertensi............................................................. 34
D. Kerangka Teori ............................................................... 44
BAB III KERANGKA KONSEPTUAL
A. Kerangka Konseptual ..................................................... 45
B. Defenisi Operasional ...................................................... 46
C. Hipotesis Penelitian ......................................................... 47
BAB IV METODE PENELITIAN
A. Desain Penelitian ............................................................ 48
B. Populasi dan Sampel........................................................ 49
C. Tempat dan Waktu penelitian ......................................... 51
D. Etika Penelitian ............................................................... 52
E. Alat pengumpulan data.................................................... 52
F. Prosedur pengumpulan data ........................................... 53
G. Pengolahan Data .............................................................. 55
H. Analisa Data .................................................................... 56
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

iii
DAFTAR TABEL

No Tabel Halaman
2.1 Klasifikasi tekanan darah .................................................................. 24
3.1 Defenisi Operasional ......................................................................... 46

iv
DAFTAR GAMBAR

No Gambar Halaman
2.1 Gerakan pemanasan senam hipertensi .............................................. 38
2.2 Gerakan pemanasan senam hipertensi .............................................. 38
2.3 Gerakan inti senam hipertensi........................................................... 39
2.4 Gerakan inti senam hipertensi........................................................... 39
2.5 Gerakan inti senam hipertensi........................................................... 39
2.6 Gerakan inti senam hipertensi........................................................... 40
2.7 Gerakan inti senam hipertensi........................................................... 40
2.8 Gerakan inti senam hipertensi........................................................... 40
2.9 Gerakan inti senam hipertensi........................................................... 41
2.10 Gerakan inti senam hipertensi......................................................... 41

v
DAFTAR BAGAN

No Bagan Halaman
2.1 Kerangka teori ................................................................................... 44
3.1 Kerangka konseptual ......................................................................... 45

vi
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Surat Pengumpulan Data


Awal Lampiran 2 Genchart
Lampiran 3 Lembar Permohonan Menjadi Responden
Lampiran 4 Informed Consent
Lampiran 5 SOP (Standar Operasional Penelitian) pengukuran tekanan darah
Lampiran 6 SOP (Standar Operasional Penelitian) senam hipertensi
Lampiran 7 Lembar Kuesioner/Checklist/Observasi
Lampiran 8 Alur penelitian
Lampiran 7 Format Bimbingan Proposal

vii
DAFTAR ISTILAH / SINGKATAN

DM : Diabetes Millitus

WHO : World Health Organization

Lihat lagi daftar istilah, lengkapi

Institut Kesehatan Prima Nusantara Bukittinggi


1

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Gaya hidup merupakan faktor terpenting yang sangat mempengaruhi

kehidupan masyarakat, salah satu bentuk menjalani gaya hidup sehat adalah

dengan memperhatikan pola makan yang teratur dengan makanan yang sehat dan

bergizi selain itu juga dibutuhkan istirahat yang cukup, olahraga agata terhindar

ari berbagai penyakit. Gaya hidup yang tdak sehat dapat menyebabkan berbagai

macam penyakit seperti jantung, DM, ginjal dan hipertensi (Damanik &

Sitompul, 2020).

Hipertensi atau tekanan darah tinggi adalah peningkatan tekanan darah sistolik

lebih dari 140 mmHg dan tekanan darah diastolik lebih dari 90 mmHg pada dua

kali pengukuran atau lebih. Hipertensi merupakan faktor risiko utama pada

penyakit-penyakit kardiovaskuler seperti aterosklerotik, gagal jantung dan gagal

ginjal. Risiko morbiditas bahkan mortalitas dini dapat meningkat manakala terjadi

peningkatan tekanan sistolik dan diastolik (Susiani & Magfiroh, 2020).

Menurut WHO pada tahun 2014, sekitar 40% dari seluruh penduduk dunia

dengan usia lebih dari 25 tahun terdiagnosa menderita hipertensi. Data WHO

pada tahun 2015 menunjukkan sekitar 1,13 miliar orang di dunia menyandang

hipertensi, artinya 1 dari 3 orang di dunia terdiagnosis hipertensi (Juliastanti et

al., 2021). Prevalensi penderita Hipertensi di Indonesia menurut Badan Penelitian

dan Pengembangan Kesehatan (BalitBanKes) melalui data hasil Riset Kesehatan

Institut Kesehatan Prima Nusantara Bukittinggi


2

LIHAT PER KALIMAT


Data Riskesdas (riset,,,,,,,,, 2018 saat ini sebanyak 34,1% dimana mengalami

kenaikan dari angka sebelumnya di tahun 2013 yaitu sebanyak 25,8%. Prevalensi

hipertensi di Indonesia pada golongan umur 50 tahun masih 10% tetapi diatas 60

tahun angka tersebut terus meningkat mencapai 20-30% (Purwono et al., 2020).

Lanjut usia (lansia) merupakan proses yang terjadi sepanjang hidup, tidak

hanya dimulai dari suatu waktu tertentu, tetapi dimulai sejak permulaan

kehidupan. Menjadi tua merupakan proses alamiah, yang berarti seseorang telah

melalui tahap kehidupannya, yaitu anak, dewasa dan tua (Nugroho, 2008).

Berdasarkan Hasil Survei Kesehatan Nasional yang dilakukan tahun 2014

mengindikasikan terjadinya peningkatan pada penduduk lansia di Indonesia

sebesar 11,34% dari total keseluruhan penduduk (Dewiyana, 2020).

Hipertensi pada lansia jika dibiarkan dapat menyebabkan gagal jantung

kronik, stroke, hingga kemampuan fungsi kognitif dan intelektual akan berkurang.

Salah satu tanda dan gejala hipertensi adalah pusing atau sakit kepala, hal ini

dapat menimbulkan resiko jatuh atau cedera pada lanjut usia. Selain itu kualitas

hidup pada lanjut usia juga akan menurun, lanjut usia akan mengalami

keterbatasan dalam melakukan kegiatan sehari-hari (Sumartini et al., 2019).

Permasalahan hipertensi cenderung mengalami masalah kesehatan yang

disebabkan oleh penurunan fungsi tubuh akibat proses penuaan. Hipertensi yang

tidak terkontrol dapat memicu timbulnya penyakit degenerative lainnya, seperti

gagal jantung kongestif, gagal ginjal, dan penyakit vaskuler. Hipertensi disebut

“silent killer” karena sifatnya asimptomatik dan setelah beberapa tahun

menimbulkan stroke yang fatal atau penyakit jantung. Meskipun tidak dapat

Institut Kesehatan Prima Nusantara Bukittinggi


3

diobati, pencegahan dan penatalaksanaan dapat menurunkan kejadian hipertensi

dan penyakit yang menyertainya hal ini bisa terjadi pada lanjut usia (Harmilah &

Hendarsih, 2019).

Prevalensi hipertensi di Provinsi Sumatera Barat, tahun 2018 adalah

Kepulauan Mentawai 17,7%, Padang 21,7%, Padang Pariaman, 22.0%,

Dhamasraya 23,2%, Pasaman 23,2%, Pariaman 23,3%, Solok 23,8%, Pesisr

Selatan 24%, Solok Selatan 24,1%, Pasamana Barat 24,3%, Lima Puluh Kota

24,5%, Sijunjung 26,3%, Agam 27,1%, Payukumbuh 27,7%, Padang Panjang

30,0%, Bukittinggi 31,2%, Solok 31,2%, Padang Panjang 30,0%, Tanah Datar

31,6%, Sawah Lunto 33,3%, (Raskesdas, 2020).

Masih tingginya kejadian hipertensi maka pemerintah melakukan upaya

penatalaksanaan untuk menanggulangi hipertensi. Penatalaksanaan yang

dilakukan pemerintahuntuk mengelola hipertensi di masyarakat dengan

memberikan promosi kesehatan khususnya tentang hipertensi, deteksi dini, dan

penanganan kasus khusus penyakit hiperetnsi. Untuk itu, yang paling penting

adalah mencegah dari faktor resiko, dimana begitu ada faktor resiko harus segera

ubah perilau, karena kalau sudah ada penyakit seperti hipertensi itu hanya bisa

dikontrol sepanjang usia, dan sepanjang itu juga harus patuh untuk minum obat

sesuai anjuran dokter sehingga bisa meningkatkan kualitas hidup lanjut usia agar

dapat tetap sehat, aktif dan produktif (Dewiyana, 2020).

Pada penatalaksanaan hipertensi, perawat sebagai petugas kesehatan memiliki

peran dalam mengubah perilaku sakit yang diderita dalam rangka menghindari

suatu penyakit atau memperkecil resiko dari penyakit yang diderita. Peran

Institut Kesehatan Prima Nusantara Bukittinggi


4

sebagai educator (pendidik), perawat membantu klien mengenal kesehatan dan

prosedur asuhan keperawatan yang perlu mereka lakukan guna memulihkan atau

memelihara kesehatannya. Dalam memberikan informasi kesehatan, terkait

dengan hipertensi tujuannya adalah meningkatkan pengetahuan orang yang

menderita hipertensi sehingga dapat meningkatkan kesadaran akan pentingnya

pencegahan dan penanganan hipertensi dan untuk membentuk sikap yang positif

agar dapat melakukan perawatan hipertensi secara mandiri sehingga dapat

mencegah kemungkinan terjadinya komplikasi (Dewiyana, 2020).

Untuk mencegah komplikasi hipertensi terdapat upaya pencegahan sebagai

konsep dasar yang terdiri dari pencegahan primer,sekunder,dan tersier. Upaya

pencegahan penyakit hipertensi di masyarakat yang dengan pencegahan primer

dimana pencegahan sebelum sakit dengan memberikan promosi kesehatan dan

pendidikan kesehatan kepada lansia yang mengalami hipertensi, pencegahan

sekunder yaitu menekankan pada diagnos dini, intervensi yang tepat untuk

menghambat proses penyakit sehingga memperpendek waktu sakit dan tingkat

keparahan penyakit sedangkan pencegahan tersier adalah mempertahankan

kesehatan setelah terjadinya gangguan beberapa sistem tubuh (Tina et al., 2021).

Penatalaksanaan hipertensi perlu dilakukan untuk meningkatan kualitas hidup

lanjut usia agar dapat tetap sehat, aktif dan produktif. Upaya yang dilakukan

penderita hipertensi untuk menurunkan tekanan darah dapat dilakukan dengan dua

jenis yaitu terapi farmakologis dan non farmakologis.Terapi farmakologis dapat

menggunakan obat anti hipertensi namun, kendala yang dihadapi lansia saat

melakukan terapi farmakologis adalah masih ada yang memiliki keteraturan yang

Institut Kesehatan Prima Nusantara Bukittinggi


5

rendah dalam mengkonsumsi obat dan dipengaruhi juga oleh usia responden yang

sudah lansia sehingga terdapat penurunan fungsi fisiologis dan psikologis yang

menghambat keteraturan lansia dalam mengkonsumsi obat secara teratur

(Kristianingsih et al, 2020).

Penatalaksanaan hipertensi nonfarmakologi dapat diatasi dengan mengurangi

berat badan bila kelebihan berat badan, menghindari merokok, menghindari

minum kopi, menghindari minum alkohol, mengurangi konsumsi garam berlebih,

menghindari makanan berlemak tinggi, tapi pada kenyataannya masih banyak

lansia yang tidak bisa menjaga pola makan mereka sehinga berefek ke tekanan

darah lansia tersebut (Damanik & Sitompul, 2020). Penanganan selanjutnya

adalah nonfarmakologis seperti latihan fisik. Latihan fisik yang teratur akan

membantu tubuh tetap bugar dan tetap segar. Jenis latihan fisik yang dapat

dilakukan oleh lansia adalah senam hiperetnsi (Dewiyana, 2020).

Senam hipertensi merupakan olahraga yang salah satunya bertujuan untuk

meningkatkan aliran darah dan pasokan oksigen kedalam otot-otot dan rangka

yang aktif khususnya terhadap otot jantung (Hernawan & Rosyid, 2017). Senam

hipertensi merupakan salah satu terapi non farmakologi dimana bertujuan untuk

meningkatkan aliran darah dan oksigen kedalam otot dan rangka yang aktif

khususnya otot jantung. Senam atau berolahraga dapat menyuplai kebutuhan

oksigen di dalam sel yang akan meningkat menjadi energi, sehingga dapat

meningkatkan denyut jantung, curah jantung dan pada akhirnya dapat

meningkatkan tekanan darah. Setelah beristirahat pembuluh darah akan

berdilatrasi atau meregang, dan aliran darah akan menurun sementara waktu,

Institut Kesehatan Prima Nusantara Bukittinggi


6

sekitar 30-120 menit kemudian akan kembali lagi ke tekanan darah sebelum

senam. Kelebihan dari senam hipertensi ini adalah apabila dilakukan secara rutin

maka penurunan darah akan berlangsung lebih lama dan pembuluh darah lebih

elastis sehingga mekanisme penurunan tekanan darah setelah melakukan kegiatan

berolahraga yaitu olahraga mampu merilekskan pembuluh- pembuluh darah,

sehingga dengan melebarnya pembuluh darah makan tekanan darah akan

menurun (Tina et al., 2021).

Penelitian (Sumartini et al., 2019) didapatkan hasil penelitian menunjukkan

rata-rata tekanan darah sistolik sebelum senam hipertensi lansia 151,80 mmHg,

diastolik 94,73 mmHg dan rata-rata tekanan darah sistolik sesudah senam

hipertensi lansia 137,13 mmHg, diastolik 90,27 mmHg. Selanjutnya pengaruh

senam hipertensi terhadap tekanan darah (Yuliana et al., 2016) hasil penelitian

kepada 35 orang wanita, berusia 60 – 70 tahun dan memiliki rantang tekanan

sistolik antara 140 -180 mmHg yang diberikan senam hipertensi selama dua

minggu (dua kali kegiatan setiap minggu selama 30 menit) memperlihatkan

perubahan pada tekanan darah sistolik dimana terjadi penurunan sebanyak 22

mmHg dan distolik mengalami penurunan sebanyak 3,4 mmHg.

Penelitian yang dilakukan (Tina et al., 2021) menyatakan bahwa senam

hipertensi mampu menurunkan tekanan darah pada penderita hiperensi apabila

penderita hipertensi mau melakukannya secara teratur 40 Menit dengan waktu 3

kali dalam 1 minggu. Senam hipertensi berpengaruh dalam menurunkan tekanan

darah dan dapat dilakukan sebagai terapi non farmakologi dengan biaya yang

murah dan juga dapat di lakukan di rumah. Penelitian selanjutnya (Harmilah &

Institut Kesehatan Prima Nusantara Bukittinggi


7

Hendarsih, 2019) didapatkan hasil berdasarkan analisis uji beda pada kelompok

pasien yang melakukan senam hipertensi didapatkan secara signifikan adanya

perbedaan rerata penurunan tekanan darah sistolik pada pasien dengan riwayat

hipertensi

Penelitian selanjutnya yang dilakukan oleh (Lopes et al., 2018). Olah raga

sebagai alat untuk hipertensi dan dilakukan pada hari yang berbeda-beda dapat

mengurangi tekanan darah dan membantu dalam pengelolaan hipertensi. Senam

ini menarik perhatian pasien untuk memahami pentingnya olahraga dalam

pengelolaan tekanan darah pada individu hipertensi dan hipertensi resisten. Tetapi

berbeda dengan penelitian dilakukan oleh Agarwal et al., 2012) menunjukkan

bahwa meskipun 2 minggu dilakukannya senam hipertensi tidak cukup untuk

menurunkan tekanan darah.???

Dari beberapa hasil literature reiview penelitian diatas menyebutkan bahwa

senam hipertensi dapat menurunkan tekanan darah tetapi tidak dijelaskan lebih

lanjut kapan sebaiknya waktu untuk dilakukan senam hipertensi dan jangka waktu

yang tepat untuk dilakukannya senam. Karena menurut penelitian (Sumartini et

al., 2019) Intervensi yang diberikan berupa senam hipertensi lansia sebanyak 2

kali seminggu dipagi hari selama 1 bulan (Kristianingsih et al., n.d.).

Berdasarkan hasil survey awal yang dilakukan pada tujuh Puskesmas yang

ada di Kota Bukittinggi didapatkan Puskesmas Rasimah Ahmad mempunyai

jumlah kasus lansia yang mengalami hipertensi sebanyak 817 kasus pada lansia

laki-laki dan perempuan 874 kasus.

Institut Kesehatan Prima Nusantara Bukittinggi


8

Puskesmas Rasimah Ahmad merupakan salah satu puskesmas di kota

bukittinggi yang sudah punya program prolanis, program prolanis adalah program

penanggulangan penyakit kronis. berdasarkan data yang diperoleh dari petugas

kesehatan yang memegang program tersebut didapatkan pada tahun 2020-2021

tidak ada lagi pelaksanaan senam hipertensi dikarenakan pendemi covid-19 dan

baru aktif pada tahun 2022 kembali tetapi yang datang hanya lebih kurang 5 orang

hal ini kemungkinan disebabkan karena program senam hipertensi sudah lama

tidak aktif lagi Berdasarkan wawancara awal yang dilakukan dengan beberapa

orang lansia yang berkunjung ke Puskesmas Rasimah Ahmad didapatkan ada

responden mengatakan yang rutin minum obat hanya dibulan September, dan

responden mengatakan tidak mengikuti program Prolanis karena banyak kegiatan

yang lainnya, tidak pernah mengikuti program Prolanis, sangat jarang berolahraga

dan tidak mengatahui tentang senam hipertensi.

Dari uraian diatas, mengiindikasikan bahwa penatalaksanaan hipertensi di

Puskesmas Rasimah Ahmad masih perlu ditingkatkan dan upaya yang telah

ditempuh klien belum efektif untuk menanggulangi hipertensi. Dengan demikian,

menjadi penting untuk dilakukan penelitian lebih lanjut dengan melakukan senam

hipertensi terhadap penanggulangan hipertensi pada lansia di puskesmas Rasimah

Ahmad.

Diharapkan dengan adanya senam ini dapat meningkatkan kemampuna lansia

dalam mengelola hipertensi agar terhindar dari komplikasi. Dengan demikian

menjadi penting untuk mengkaji ulang apakah Pengaruh senam hipertensi

Institut Kesehatan Prima Nusantara Bukittinggi


9

terhadap tekanan darah pada lansia di wilayah kerja puskesmas Rasimah Ahmad

Kota Bukittinggi Tahun 2022.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas adapun rumusan

masalah dalam penelitian ini adalah adakah Pengaruh senam hipertensi terhadap

tekanan darah pada lansia di wilayah kerja puskesmas Rasimah Ahmad Kota

Bukittinggi Tahun 2022”?

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan umum

Untuk mengetahui Pengaruh senam hipertensi terhadap tekanan darah

pada lansia di wilayah kerja puskesmas Rasimah Ahmad Kota Bukittinggi

Tahun 2022.

2. Tujuan khusus

a) Diketahui rata-rata perbedaan tekanan darah pada lansia kelompok

intervensi yang melakukan senam hipertensi di wilayah kerja puskesmas

Rasimah Ahmad Kota Bukittinggi Tahun 2022

b) Diketahui rata-rata perbedaan tekanan darah pada lansia kelompok

kontrol di wilayah kerja puskesmas Rasimah Ahmad Kota Bukittinggi

Tahun 2022

c) Diketahui rata-rata perbedaan tekanan darah pada lansia kelompok

intervensi dengan kelompok kontrol di wilayah kerja puskesmas

Rasimah Ahmad Kota Bukittinggi Tahun 2022

Institut Kesehatan Prima Nusantara Bukittinggi


10

D. Manfaat Penelitian
1) Teoritis

Menambah dan memperluas pengetahuan peneliti khususnya dalam

bidang penelitian dan mengembangkan kemampuan dalam menyusun suatu

laporan penelitian serta menambah wawasan tentang khususnya tentang

senam hipertensi terhadap penurunan tekanan darah pada penderita

hipertensi selain itu diharapkan penelitian ini dapat mengaplikasikan ilmu

metodologi penelitian yang peneliti dapatkan wilayah kerja Puskesmas

Rasimah Ahmad kota Bukittinggi

2) Praktis

Sebagai sarana pembelajaran tentang proses penelitian yang telah

dijalani sebagai sarana pembuktian bahwa senam hipertensi memberikan

dampak yang positif pada lansia yang mengalami hipertensi

Institut Kesehatan Prima Nusantara Bukittinggi


11

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Hipertensi

1. Definisi hipertensi

Penyakit tekanan darah tinggi atau hipertensi adalah salah satu jenis

penyakit pembunuh paling dahsyat didunia saat ini. Usia merupakan salah

satu faktor ressiko hipertensi. Hipertensi lebih banyak dijumpai pada usia

senja (Karnia Martha, 2012). Hipertensi atau tekanan darah tinggi adalah

suatu peningkatan abnormal tekanan darah dalam pembuluh darah arteri

secara terus menerus lebih dari suatu periode. Hal ini terjadi bila arteriole-

arteriole kontriksi. Kontriksi arteriole membuat darah sulit mengalir dan

meningkatkan tekanan melawan dinding arteri. Hipertensi menambah beban

kerja jantung dan arteri yang bila berlanjut dapat menimbulkan kerusakan

jantung dan pembuluh darah (Udjianti, 2011).

Hipertensi berarti tekanan darah didalam pembuluh darah sangat tinggi.

Pembuluh darah yang dimaksud disini adalah pembuluh darah yang

mengangkut darah dari jantung yang memompa darah keseluruh jaringan dan

organ organ tubuh. Hipertensi bukan berarti tegangan emosi yang berlebihan

walaupun tegangan emosi dan stress dapat meningkatkan tekanan darah untuk

sementara. Jadi sangat tidak tepat kalau orang yang sering marah-marah dan

mudah emosi pasti dapat disebut terkena hipertensi. Tekanan darah normal

11

Institut Kesehatan Prima Nusantara Bukittinggi


12

adalah 120/80 mmHg. Tekanan darah antara 120/80 mmHg dan 139/80

mmHg disebut pra hipertensi dan tekanan darah lebih dari 140/90 mmHg

sudah dianggap tinggi dan disebut Hipertensi (Yekti Susilo & Ari Wulandari,

2011).

Hipertensi atau biasa disebut tekanan darah tinggi mengacu pada

peningkatan tekanan darah sistolik di atas normal, melebihi 140 mmHg, dan

tekanan darah diastolik melebihi 90 mmHg (WHO, 2013; Ferri, 2017).

Hipertensi atau tekanan darah tinggi merupakan salah satu penyakit paling

mematikan di dunia. Faktor risiko terpenting dari hipertensi adalah usia. Oleh

karena itu, tidak heran jika hipertensi biasanya ditemukan pada lansia (Fauzi,

2014), dan menurut Setiati (2015) . Hipertensi merupakan gejala klinis dari

ketidakseimbangan hemodinamik pada sistem kardiovaskuler yang

etiologinya disebabkan oleh banyak faktor / multi faktor, sehingga tidak dapat

didiagnosis hanya dengan satu faktor (Setiati, 2015).

2. Klasifikasi Hipertensi

WHO (2012), menggolongkan Hipertensi berdasarkan umur dalam tiga

kriteria yaitu:

a. Kelompok umur 20-29 tahun, tekanan darah >150/90 mmHg

b. Kelompok umur 30-64 tahun, tekanan darah >160/95 mmHg

c. Kelompok umur >65 tahun, tekanan darah >170/85 mmHg

Institut Kesehatan Prima Nusantara Bukittinggi


13

Tabel 2.1
Klasifikasi tekanan darah

No Klasifikasi Tekanan Darah


Sistolik (mmHg) Diastolik (mmHg)
1.
Optimal <120 <80
2.
Normal 120 - 129 80 – 84
3.
High Normal 130 - 139 85 – 89
4.
Hipertensi
Grade I (Ringan) 140 - 159 90 – 99
Grade II (Sedang) 160 - 179 100 – 109
Grade III (Besar) 180 - 209 100 – 119
Grade IV ( Sangat Berat) ≥210 ≥210
Sumber : Tambayong dalam Nurarif A.H., & Kusuma H. (2016)

3. Etiologi

a. Hipertensi Esensial atau Hipertensi Primer

Adalah hipertensi yang tidak (belum) diketahui penyebabnya. Dari

sejumlah penderita hipertensi secara umum, 90 % adalah termasuk

golongan ini. Diduga pemicu terjadinya hipertensi primer adalah karena

faktor bertambahnya usia, stres psikologis yang berkepanjangan,

keturunan (hereditas), gangguan pada fungsi jantung dan pembuluh

darah. Umumnya penderita hipertensi jenis ini tidak merasakan gejala

apa-apa.

b. Hipertensi Sekunder

Adalah hipertensi yang sudah dapat diketahui penyebabnya. Dari total

jumlah penderita hipertensi, 10 % dari golongan hipertensi sekunder.

Penyebab hipertensi sekunder antara lain: gangguan pada endokrin

Institut Kesehatan Prima Nusantara Bukittinggi


14

(adrenal, tiroid, hipofisis, dan para tiroid), penyakit ginjal, kelainan

hormonal, obat oral kontrasepsi, dan lainnya.

4. Faktor-Faktor Risiko yang Mempengaruhi Hipertensi

a. Faktor-faktor risiko yang tidak dapat diubah

1) Riwayat keluarga : Hipertensi di anggap poligenik dan multifactorial

yaitu pada seseorang dengan riwayat keluarga hipertensi, beberapa gen

mungkin berinteraksi dengan yang lainnya dan juga kingkungan yang

dapat menyebabkan tekanan darah naik dari waktu ke waktu.

Kecenderungan genetis yang membuat keluarga tentunya lebih rentan

terhadap Hipertensi mungkin berhubungan dengan peningkatan kadar

natrium intraseluler dan penurunan rasio kalsium-natrium, yang lebih

sering di temukan pada orang berkulit hitam. Klien dengan orang tua

yang memiliki Hipertensi berada pada risiko Hipertensi yang lebih

tinggi pada usia muda.

2) Usia : Hipertensi primer biasanya muncul antara usia 30-50 tahun.

Peristiwa Hipertensi meningkat dengan usia 50-60% klien yang

berumur lebih dari 140/90 mmHg. Penelitian epidemiologi,

bagaimanapun juga, telah menunjukan prognosis yang lebih buruk

pada klien yang Hipertensinya mulai pada usia muda. Hipertensi

sistolik terisolasi umumnya terjadi pada orang yang berusia lebih dari

50 tahun, dengan hamper 24% dari semua orang terkena pada usia 80

tahun

Institut Kesehatan Prima Nusantara Bukittinggi


15

3) Jenis kelamin : Hipertensi lebih banyak terjadi pada pria dibandingkan

wanita kira-kira usia 35 tahun. Risiko pada pria dan wanita hamper

sama antara usia 55 sampai 74 tahun kemudian, setelah usia 74 tahun,

wanita berisiko lebih besar.

4) Etnis : Stastistik mortalitas mengindikasikan bahwa angka kematian

pada wanita berkulit putih dewasa dengan hipertensi lebih rendah pada

angka 4,7%, pria berkulit putih pada tingkat terendah berikutnya yaitu

6,3% dan pria dengan kulit hitam pada tingkat terendah berikutnya

yaitu 22,5%, angka kematian tertinggi wanita berkulit hitam pada

angka 29,9%. Alasan peningkatan prevelansi Hipertensi di antaranya

orang berkulit hitam tidak jelas, akan tetapi peningkatanya dikaitkan

dengan kadar renin yang lebih rendah, sensitivitas yang lebih besar

terhadap vasopressin, tingginya asupan garam, dan tingginya stress

lingkungan.

b. Faktor-faktor risiko yang dapat diubah

1) Obesitas : Terutama pada bagian tubuh atas, dengan meningkatnya

jumlah lemak sekitar diafragma, pinggang, dan perut, di hubungkan

dengan pengembangan Hipertensi. Kombinasi obesitas dengan factor-

faktor yang lain dapat ditandai dengan sindrom metabolis, yang juga

meningkatkan risiko Hipertensi.

2) Stres : Stres meningkatkan resistensi vaskuler perifer dan curah jantung

serta menstimulasi aktivitas system saraf simpatis. Dari waktu ke waktu

Hipertensi dapat berkembang. Jika respon stress menjadi berlebihan atau

Institut Kesehatan Prima Nusantara Bukittinggi


16

berkepanjangan, disfungsi organ sasaran atau penyakit akan di hasilkan.

Sebuah laporan dari lembaga stress America (America institute of

stress) memperkirakan 60%-90% dari kunjungan perawatan perifer

meliputi keluhan yang berhubungan dengan stress. Oleh karena itu

stress adalah permasalahan persepsi, interprestasi orang terhadap

kejadian yang menciptakan banyak stressor dan respon stress.

3) Nutrisi : Komsumsi natrium bias menjadi factor penting dalam

perkembangan Hipertendi esensial. Paling tidak 40% dari klien yang

akhirnya terkena Hipertensi akan sensitive terhadap garam dan

kelebihan garam mungkin menjadi penyebab pencetus individu saat ini.

Penelitian juga menunjukan bahwa diet rendah kalsium, kalium, dan

magnesium dapat berkontribusi dalam pengembangan Hipertensi.

4) Penyalahgunaan obat : Merokok sigaret, mengkonsumsi banyak alcohol,

dan beberapa penggunaan obat terlarang merupakan factor-faktor risiko

Hipertensi. Kejadian hipertensi juga tinggi di antara orang yang minum

3 ons etanol per hari.

5. Menifestasi Klinis

Hipertensi sering disebut sebagai “silent killer”, karena sering kali pasien

hipertensi bertahun-tahun tanpa merasakan sesuatu atau gejala. Tanpa disadari

pasien mengalami komplikasi pada organ-organ vital seperti jantung, otak

ataupun ginjal. Gejala-gejala akibat hipertensi seperti pusing, gangguan

penglihatan, dan sakit kepala, sering kali terjadi pada

Institut Kesehatan Prima Nusantara Bukittinggi


17

saat hipertensi sudah lanjut disaat tekanan darah sudah mencapai angka

tertentu yang bermakna (Triyanto. 2014).

6. Patofisiologi

Proses atau patofisiologi terjadinya hipertensi diawali dari meningkatnya

tekanan darah atau hipertensi bisa terjadi melalui beberapa cara, yaitu :

a) Jantung memompa lebih kuat sehingga mengalirkan lebih banyak darah

pada setiap detiknya atau stroke volume.

b) Arteri besar kehilangan kelenturannya maka menjadi kaku, sehingga

mereka tidak dapat mengembang pada saat jantung memompa darah

melalui arteri tersebut, karenanya darah pada setiap denyut jantung

dipaksa untuk melalui pembuluh darah yang sempit dari pada biasanya

dan menyebabkan naiknya tekanan darah. Inilah yang terjadi pada usia

lanjut, di mana dinding arterinya telah menebal dan kaku karena

arteriosklerosis.

c) Tekanan darah juga meningkat pada saat terjadi vasokonstriksi, yaitu jika

arteri kecil (arteriola) untuk sementara waktu mengkerut karena

perangsangan saraf atau hormon di dalam darah. Bertambahnya cairan

dalam sirkuilasi bisa menyebabkan meningkatnya tekanan darah, hal ini

terjadi jika terdapat kelainan fungsi ginjal sehingga tidak mampu

membuang sejumlah garam dan air dari dalam tubuh, volume darah dalam

tubuh meningkat, sehingga tekanan darah juga meningkat, kondisi akan

lebih buruk pada usia lanjut, karena penyempitan pembuluh darah yang

disebabkan arterioklerosis, Sebaliknya jika : aktivitas memompa jantung

Institut Kesehatan Prima Nusantara Bukittinggi


18

berkurang, arteri mengalami pelebaran, karena tekanan darah tidak tinggi,

sehingga banyak cairan keluar dari sirkulasi, maka tekanan darah akan

menurun.

Penyesuaian terhadap faktor-faktor tersebut dilaksanakan oleh

perubahan di dalam fungsi ginjal dan sistem saraf otonom (bagian dari

system saraf yang mengatur berbagai fungsi tubuh secara otomatis). Ginjal

mengendalikan tekanan darah melalui beberapa cara : jika tekanan darah

meningkat, ginjal akan menambah pengeluaran garam dan air, sehingga

volume darah bertambah dan tekanan darah kembali normal. Jika tekanan

darah menurun, ginjal akan mengurangi pembuangan garam dan air,

sehingga volume darah bertambah dan tekanan darah tetap normal. Ginjal

juga bisa meningkatkan tekanan darah dengan menghasilkan enzim yang

disebut rennin, yang memicu pembentukan hormone angiotensin, yang

selanjutnya akan memicu pelepasan hormon aldosteron. Ginjal merupakan

organ penting dalam mengendalikan tekanan darah, karena itu berbagai

penyakit dan kelainan pada ginjal bisa menyebabkan terjadinya tekanan

darah tinggi. Misalnya penyempitan arteri yang menuju ke salah satu

ginjal (stenosis arteri renalis) bisa menyebabkan hipertensi. Peradangan

dan cedera pada salah satu atau kedua ginjal juga bisa menyebabkan

naiknya tekanan darah. Sistem saraf simpatis merupakan bagian dari

sistem saraf otonom, yang untuk sementara waktu akan : meningkatkan

tekanan darah selama respon fight–or–flight (reaksi fisik tubuh terhadap

ancaman dari luar).

Institut Kesehatan Prima Nusantara Bukittinggi


19

Meningkatkan kecepatan dan kekuatan denyut jantung; juga

mempersempit sebagian besar arteriola, tetapi memperlebar arteteriola di

daerah tertentu (misalnya otot rangka, yang memerlukan pasokan darah

yang lebih banyak). Mengurangi pembuangan air dan garam oleh ginjal,

sehingga akan meningkatkan volume darah dalam tubuh. Melepaskan

hormon epinefrin dan norepinefrin, yang merangsang jantung dan

pembuluh darah.

7. Komplikasi

a. Gangguan penglihatan

b. Gangguan saraf

c. Gagal jantung

d. Gangguan fungsi ginjal

e. Gangguan srebral (otak) yang mengakibatkan kejang dan pendarahan

pembuluh darah otak yang mengakibatkan kelumpuhan, gangguan

kesadaran hingga koma (Sinaga, 2012).

8. Pemeriksaan Diagnostik

Menurut Kowalak dkk, 2016 pemeriksaan berikut ini membantu

menegakkan diagnosis hipertensi.

a. Pengukuran tekanan darah secara serial dapat membantu.

b. Urinalis dapat memperlihatkan protein, sedimen, sel darah merah atau

sel darah putih yang menunjukkan kemungkinan penyakit renal;

keberadaan katekolamin dalam urin yang berkaitan dengan

Institut Kesehatan Prima Nusantara Bukittinggi


20

feokromositoma atau keberadaan glukosa dalam urine, yang

menunjukkan diabetes.

c. Pemeriksaan laboratorium dapat mengungkakan kenaikan kadar ureum

dan kreatinin serum yang memberi kesan penyakit ginjal atau keadaan

hipokalemia yang menunjukkan disfungsi adrenal (hiperaldosteronisme

primer).

d. Hitung darah lengkap dapat mengungkapkan penyebab hipertensi yang

lain, seperti polisitemia atau anemia.

e. Urografi ekskretotik dapat mengungkapkan atrofi renal, menunjukkan

penyakit renal yang kronis.

f. Elektrokardiografi dapat memperlihatkan hipertrofi ventrikel kiri atau

iskemia.

g. Foto rontgen toraks dapat memperlihatkan kardiomegali.

h. Ekokardiografi dapat mengungkapkan hipertrofi ventrikel kiri.

9. Penatalaksanaan Hipertensi

a. Penatalaksanaan Medis

Kategori obat yang diresepkan tergantung pada pengukuran tekanan darah

dan masalah medis lainnya.

1) Diuretik thiazide, diuretik adalah obat yang berkerja pada ginjal

untuk membantu tubuh menghilangkan sodium dana air, sehingga

bisa mengurangi volume darah. Diuretik thiazide sering kali

merupakan pilihan obat tekanan darah tinggi yang pertama namun

bukan satu-satunya. Diuretik thiazide meliputi hyrochlorothiazide

Institut Kesehatan Prima Nusantara Bukittinggi


21

(microzide), chlorthalidone dan lain-lain. Diuretik atau penghambat

saluran kalsium dapat bekerja lebih baik untuk prang kulit hitam dan

lebih tua dari pada penghambat enzim pengubah angiotensin (ACE)

saja. Efek samping yang umum dari diuretik adalah peningkatan

buang air kecil.

2) Penghambat beta (bete blocker). Obat ini mengurangi beban kerja

jantung dan membuka pembuluh darah, menyebabkan jantung

berdetak lebih lambat dan dengan kekuatan lebih rendah. beta

blocker meliputi acebutolol (sectral), atenolol (tenormin) dan

lainlain.bila diresepkan sendiri, beta blocker tidak bekerja dengan

baik, terutama padaorang kulit hitam dan lanjut usia,namun mungkin

efektif bila dikombinasikan dengan obat tekanan darah lainnya.

3) Penghambat enzim pengubah angiotensin (ACE). Obat-obatan ini

membantu merelaksasi pembuluh darah dengan menghalangi

pembentukan zat kimia alami yang mempersempit pembuluh darah.

orang dengan penyakit ginjal kronis mungkin mendapat manfaat dari

memiliki inhibitor ACE sebagai salah satu obat mereka. Yang

termasuk dalam ACE antara lain lisinopril (Zestril), benazepri

(lotensin), kaptopril dan lainnya.

4) Penghambat reseptor angiotensin II ARBs. Obat-obat ini membantu

mengendurkan pembuluh darah dengan menghalangi zat kimia alami

yang mempersempit pembuluh darah. yang termasuk golongan ARBs

antara lain candesartan (Atacand), losartan (Cozaar) dan lain-lain.

Institut Kesehatan Prima Nusantara Bukittinggi


22

Orang dengan penyakit ginjal kronis mungkin mendapat manfaat dari

memiliki ARB sebagai salah satu obatnya.

5) Penghambat saluran kalsium. Obat-obatan membantu mengendurkan

otot-otot pembuluh darah dan beberapa ada yang bisa memperlambat

detak jantung. Penghambat saluran kalsium dapat bekerja lebih baik

untuk orang kulit hitam dan lebih tua dari pada penghambat ACE

saja. Yang termasuk jenis obat ini antara lain amlodipin (Norvasc),

diltiazem (Cardizem,tiazac,lainnya) dan lainnya.

6) Penghambat renin. Aliskiren (Tekturna) memperlambat produksi

renin, enzim yang diproduksi oleh ginjal, yang memulai serangkaian

langkah kimia meningkatkan tekanan darah. Tekturna bekerja dengan

cara mengurangi kemampuan renin untuk memulai proses ini. Karena

risiko komplikasi serius, termasuk stroke, klien sebaiknya tidak

menggunakan aliskiren dengan ACE inhibitor atau ARB.

b. Penatalaksanaan Non Medis

1. Mempertahankan Berat Badan Ideal. Memperlihatkan berat badan

ideal sesuai Body Mass Index (BMI) dengan rentang 18,5 – 24,9kg/m2.

BMI dapat diketahui dengan membagi berat badan dengan tinggi

badan yang telah dikuadratkan dalam satuan meter. Mengatasi obesitas

(kegemukan) juga dapat dilakukan dengan melakukan diet rendah

kolestrol namun kaya dengan serar dan protein, dan jika berhasil

menurunkan berat badan 2,5 – 5 kg makan tekanan darah diastolic

dapat diturunkan sebanyak 5 mmHg.

Institut Kesehatan Prima Nusantara Bukittinggi


23

2. Kurangi Asupan Natrium (Sodium). Mengurangi asupan natrium dapat

dilakukan dengan cara diet rendah garam yaitu tidak lebih dari 100

mmol/hari (kira-kira 6 gr NaCl atau 2,4 gram/hari). Jumlah yang lain

dengan mengurangi asupan garam sampai kurang dari 2300 mg(1

sendok teh) setiap hari. Pengurangan konsumsi garam menjadi ½

sendok the/hari, dapat menurunkan tekanan sistolik sebanyak 5 mmHg

dan tekanan diastolic sekitar 2,5 mmHg.

3. Batasi Konsumsi Alkohol. Konsumsi alkohol harus dibatasi karena

konsumsi alkohol berlebihan dapat meningkatkan tekanan daah. Para

peminum berat mempunyai resiko mengalami hipertensi empat kali

lebih besar dari padanmereka yang tidak minum-minuman beralkohol.

4. Menghindari Merokok. Merokok memang tidak berhubungan secara

langsung dengan timbulnya hipertensi, tetapi merokok dapat

meningkatkan resiko komplikasi pada pasien hipertensi seperti jantung

dan stroke, maka perlu dihindari mengkonsumsi tembakau (rokok)

karena dapat memperberat hipertensi. Nikotin dalam tembakau

membuat jantung bekerja lebih keras karena menyempitnya pembuluh

darah dan meningkatkan frekuensi denyut jantung serta tekanan darah.

Maka pada penderita hipertensi dianjurkan untuk menghentikan

kebiasaan merokok.

5. Penurunan Stres. Stres memang tidak menyebutkan hipertensi menetap

namun jika stress sering terjadi dapat menyebabkan kenaikan

sementara yang sangat tinggi. Menghindari stres dengan menciptakan

Institut Kesehatan Prima Nusantara Bukittinggi


24

suasana yang menyenangkan bagi penderita hipertensi dan

memperkenalkan sebagai metode relaksasi seperti yoga atau meditasi

yang dapat mengontrol system saraf yang akhirnya dapat menurunkan

teknan darah.

6. Terapi massage (Pijat). Pada prinsipnya pijat yang dilakukan pada

penderita hipertensi adalah untuk memperlancar aliran energy dalam

tubuh sehingga gangguan hipertensi dan komplikasinya dapat

diminimalisir, ketika semua jalur energy terbuka tidak lagi terhalang

oleh ketegangan otot dan hambatan lain maka resiko hipertensi dapat

ditekan.

7. Olahraga. Olahraga yang efektif dalam menurunkan tekanan darah

pada pasien hipertensi adalah olahraga dinamis sedang. Olahraga

seperti senam, jalan cepat, berenang dapat menurunkan tekanan darah

pasien hipertensi ratarata 4,3/3,9 mmHg. Olahraga dapat meningkatkan

kadar HDL, yang dapat mengurangi terbentuknya aterosklerosis akibat

hipertensi.

8. Terapi Musik. Terapi music secara umum bertujuan untuk membuat

hati dan perasaan seseorang menjadi senang dan terhibur. Membantu

mengurangi beban penderitaan seseorang, dan tempat penyaluran bakat

seeorang.

9. Terapi Komplementer. Terapi komplementer merupakan usaha

pengobatan hipertensi untuk menunjang penyembuhan hipertensi yang

telah dilakukan secara kedokteran. Jadi, terapi ini bukan untuk

Institut Kesehatan Prima Nusantara Bukittinggi


25

mengganti pengobatan konvensional (kedokteran), melainkan sebagai

pelengkap untuk mempercepat penyembuhan, beberapa jenis terapi

yang bisa dilakukan, yaitu terapi herbal, terapi nutrisi, relaksasi otot

progresif, meditasi, akupuntur, akupresur, aromaterapi, dam bekam.

B. Lansia

1. Pengertian Lansia

Lansia merupakan tahap lanjut dari suatu proses kehidupan yang

ditandai dengan penurunan kemampuan tubuh untuk beradaptasi dengan stres

lingkungan. Lansia adalah keadaan yang ditandai oleh kegagalan seseorang

untuk mempertahankan keseimbangan terhadap kondisi stres fisiologis

(Effendi, 2009).

Lansia adalah seseorang yang telah berusia > 60 tahun dan tidak

berdaya mencari nafkah sendiri untuk memenuhi kebutuhan hidupnya sehari-

hari (Ratnawati, 2017).

Kedua pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa lansia adalah

seseorang yang telah berusia > 60 tahun, mengalami penurunan kemampuan

beradaptasi, dan tidak berdaya untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari

seorang diri.

2. Klasifikasi Lansia

Klasifikasi lansia menurut Burnside dalam Nugroho (2012) :

a. Young old (usia 60-69 tahun)

b. Middle age old (usia 70-79 tahun)

Institut Kesehatan Prima Nusantara Bukittinggi


26

c. Old-old (usia 80-89 tahun)

d. Very old-old (usia 90 tahun ke atas)

3. Karakteristik Lansia

Karakteristik lansia menurut Ratnawati (2017); Darmojo & Martono

(2006) yaitu :

a. Usia Menurut UU No. 13 tahun 1998 tentang kesejahteraan lanjut usia,

lansia adalah seseorang yang telah mencapai usia diatas 60 tahun

(Ratnawati, 2017). 2) Jenis kelamin Data Kemenkes RI (2015), lansia

didominasi oleh jenis kelamin perempuan. Artinya, ini menunjukkan

bahwa harapan hidup yang paling tinggi adalah perempuan (Ratnawati,

2017).

b. Status pernikahan Berdasarkan Badan Pusat Statistik RI SUPAS 2015,

penduduk lansia ditilik dari status perkawinannya sebagian besar

berstatus kawin (60 %) dan cerai mati (37 %). Adapun perinciannya

yaitu lansia perempuan yang berstatus cerai mati sekitar 56,04 % dari

keseluruhan yang cerai mati, dan lansia laki-laki yang berstatus kawin

ada 82,84 %. Hal ini disebabkan usia harapan hidup perempuan lebih

tinggi dibandingkan dengan usia harapan hidup laki-laki, sehingga

presentase lansia perempuan yang berstatus cerai mati lebih banyak dan

lansia laki-laki yang bercerai umumnya kawin lagi (Ratnawati, 2017).

c. Pekerjaan Mengacu pada konsep active ageing WHO, lanjut usia sehat

berkualitas adalah proses penuaan yang tetap sehat secara fisik, sosial

dan mental sehingga dapat tetap sejahtera sepanjang hidup dan tetap

Institut Kesehatan Prima Nusantara Bukittinggi


27

berpartisipasi dalam rangka meningkatkan kualitas hidup sebagai

anggota masyarakat. Berdasarkan data Pusat Data dan Informasi

Kemenkes RI 2016 sumber dana lansia sebagian besar pekerjaan/usaha

(46,7%), pensiun (8,5%) dan (3,8%) adalah tabungan, saudara atau

jaminan sosial (Ratnawati, 2017).

d. Pendidikan terakhir Menurut penelitian yang dilakukan oleh Darmojo

menunjukkan bahwa pekerjaan lansia terbanyak sebagai tenaga terlatih

dan sangat sedikit yang bekerja sebagai tenaga professional. Dengan

kemajuan pendidikan diharapkan akan menjadi lebih baik (Darmojo &

Martono, 2006).

e. Kondisi kesehatan Angka kesakitan, menurut Pusat Data dan Informasi

Kemenkes RI (2016) merupakan salah satu indikator yang digunakan

untuk mengukur derajat kesehatan penduduk. Semakin rendah angka

kesakitan menunjukkan derajat kesehatan penduduk yang semakin baik.

Angka kesehatan penduduk lansia tahun 2014 sebesar 25,05%, artinya

bahwa dari setiap 100 orang lansia terdapat 25 orang di antaranya

mengalami sakit. Penyakit terbanyak adalah penyakit tidak menular

(PTM) antar lain hipertensi, artritis, strok, diabetes mellitus (Ratnawati,

2017).

4. Perubahan pada Lansia

a) Sistem Indra Sistem penengaran prebiakusis (gangguan pada

pendengaran) disebabkan karena hilangnya kemampuan (daya)

pendegaran pada telinga dalam, terutama terhadap bunyi suara atau

Institut Kesehatan Prima Nusantara Bukittinggi


28

nada-nada yang tinggi, suara yang tidak jelas, sulit dimengerti kata-kata,

50% terjadi pada usia diatas 60 tahuhn.

b) Sistem Intergumen Kulit pada lansia mengalami atropi, kendur, tidak

elastis kering dan berkerut. Kulit akan kekurangan cairan sehingga

menjadi tipis dan bercerak. Kekeringan kulit disebabkan atropi glandula

sebasea dan glandula sudoritera, timbul pigmen berwarna coklat pada

kulit dikenal dengan liver spot.

c) Sistem Muskuloskeletal Perubahan sistem muskuloskeletal pada lansia:

jaringan penghubung (kolagen dan elastin), kartilago, tulang, otot dan

sendi. Kolagen sebagai pendukung utama kulit, tendon, tulang, kartilago

dan jaringan pengikat mengalami perubahan menjadi bentangan yang

tidak teratur. Kartilago: jaringan kartilago pada pesendian menjadi lunak

dan mengalami granulasi, sehingga permukaan sendi menjadi rata.

Kemampuan kartilago untuk regenerasi berkurang dan degenerasi yang

terjadi cenderung kearah progresif, konsekuensinya kartilago pada

persendian menjadi rentan terhadap gesekan.

Tulang berkurangnya kepadatan tulang setelah diamati adalah bagian

dari penuaan fisiologi, sehingga akan mengakibatkan osteoporosis dan

lebih lanut akan mengakibatkan nyeri, deformitas dan fraktur. Otot:

perubahan struktur otot pada penuaan sangat bervariasi, penurunan

jumlah dan ukuran serabut otot, peningkatan jaringan penghubung dan

jaringan lemak pada otot mengakibatkan efek negatif. Sendi; pada

Institut Kesehatan Prima Nusantara Bukittinggi


29

lansia, jaringan ikat sekitar sendi seperti tondon, ligament dan fasia

mengalami penuaan elastisitas

d) Sistem Kardiovaskuler Perubahan pada sistem kardiovaskuler pada

lansia adalah masa jantung bertambah, ventrikel kiri mengalami

hipertropi sehingga perenggangan jantung berkurang, kondisi ini terjadi

karena perubahan jaringan ikat. Perubahan ini disebabkan oleh

penumpukan llipofusin, klasifikasi SA Node dan jaringan konduksi

berubah menjadi jaringan ikat.

e) Sistem Respirasi Pada proses penuaan terjadi perubahan jaringan ikat

paru, kapasitas total paru tetap tetapi volume cadangan paru bertambah

untuk mengkonvensasi kenaikan ruang paru, udara yang mengalir ke

paru berkurang. Perubahan pada otot, kartilago dan sendi torak

mengakibatkan gerakan pernapasan terganggu dan kemampuan

perenggangan torak berkurang.

f) Pencernaan dan Metabolisme Perubahan yang terjadi pada sistem

pencernaan, seperti penurunan produksi sebagai kemunduran fungsi

yang nyata karena kehilangan gigi, indra pengecap menurun, rasa lapar

menurun (kepekaan rasa lapar menurun), liver (hati) makin mengecil

dan menurunnya tmpat penyimpanan, dan berkurangnya aliran darah.

g) Sistem Perkemihan Pada sistem perkemihgan terjadi perubahan yang

signifikan. Banyak fungsi yang mengalami kemunduran, contohnya laju

filtrasi, ekskresi, dan reabsorpsi oleh ginjal.

Institut Kesehatan Prima Nusantara Bukittinggi


30

h) Sistem Saraf Sistem susunan saraf mengalami perubahan anatonim dan

atropi yang progresif pada serabut saraf lansia. Lansia mengalami

penurunan koordinasi dan kemampuan dalam melakukan aktifitas

sehari-hari.

i) Sistem Reproduksi Perubahan sistem reproduksi lansia ditandai dengan

menciutnya ovary dan uterus. Terjadi atropi payudara. Pada laki-laki

masih dapat memproduksi spermatozoa, meskipun adanya penurunan

secara berangsur-angsur.

j) Perubahan kognitif 1) Memory (daya ingat, Ingatan). 2) IQ (Intellegent

Quotient). 3) Kemampuan Belajar (Learning). 4) Kemampuan

Pemahaman (Comprehension). 5) Pemecahan Masalah (Problem

Solving). 6) Pengambilan Keputusan (Decision Making). 7)

Kebijaksanaan (Wisdom). 20 8) Kinerja (Performance). 9) Motivasi.

k) Perubahan Mental Faktor-faktor yang menpengaruhi perubahan mental:

1) Pertama-tama perubahan fisik, khususnya organ perasa. 2) Kesehatan

umum. 3) Tingkat pendidikan. 4) Keturunan (hereditas). 5) Lingkungan.

6) Gangguan syaraf panca indera, timbul kebutaan dan ketulian. 7)

Gangguan konsep diri akibat kehilangan jabatan. 8) Rangkaian dari

kehilangan, yaitu kehilangan hubungan dengan teman dan family. 9)

Hilangnya kekuatan dan ketegapan fisik, perubahan terhadap gambaran

diri, perubahan kensep diri.

Institut Kesehatan Prima Nusantara Bukittinggi


31

l) Perubahan Spiritual Agama atau kepercayaan makin terintegrasi dalam

kehidupannya. Lansia semakin matang (mature) dalam kehidupan

keagamaan, hal ini terlihat dalam berfikir dan bertindak sehari-hari.

m) Perubahan Psikososial Pada umumnya setelah seorang lansia mengalami

penurunan fungsi kognitif dan psikomotor. Fungsi kognitif meliputi

proses belajar, persepsi, pemahaman, pengertian, perhatian dan lain-lain

sehingga menyebabkan reaksi dan perilaku lansia menjadi makin

lambat. Sementara fungsi psikomotorik (konatif) meliputi hal-hal yang

berhubungan dengan dorongan kehendak seperti gerakan, tindakan,

koordinasi, yang berakibat bahwa lansia menjadi kurang cekatan.

Penurunan kedua fungsi tersebut, lansia juga mengalami perubahan

aspek psikososial yang berkaitan dengan keadaan kepribadian lansia

5. Teori Menua (Aging)

Gerontologi, studi ilmiah tentang efek tentang penuaan dan penyakit

yang berhubungan dengan penuaan pada manusia, meliputi efek biologis,

fisiologis, psikososial, dan espek rohani dari penuaan (Stanley 2006).

Menua (aging) adalah suatu proses menghilangnya secara perlahan-

lahan kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri/mengganti diri dan

mempertahankan struktur dan fungsi normalnya, sehingga tidak dapat

bertahan terhadap jejas (termasuk infeksi) dan memperbaiki kerusakan yang

diderita (Santoso 2009).

Menurut Constantindes (1994) dalam Nugroho (2000) mengatakan

bahwa proses menua adalah suatu proses menghilangnya secara

Institut Kesehatan Prima Nusantara Bukittinggi


32

perlahanlahan kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri atau mengganti

dan mempertahankan fungsi normalnya, sehingga tidak dapat bertahan

terhadap infeksi dan memperbaikinya kerusakan yang diderita. Proses menua

merupakan proses yang terus-menerus secara alamiah dimulai sejak lahir dan

setiap individu tidak sama cepatnya. Menua bukan status penyakit tetapi

merupakan proses berkurangnya daya tahan tubuh dalam menghadapi

rangsangan dari dalam maupun dari luar tubuh. Menjadi tua (aging) adalah

suatu proses menghilangnya secara perlahan-perlahan kemampuan jaringan

untuk memperbaiki diri/mengganti diri dan mempertahankan struktur dan

fungsi normalnya sehingga tidak dapat bertahan terhadap jejas (termasuk

infeksi) dan memperbaiki kerusakan yang diderita.

Menurut Darmojo (2006) tujuan hidup manusia itu ialah menjadi tua

tetapi tetap sehat (Healthy aging). Healthy aging artinya menjadi tua dalam

keadaan sehat. Takemi (1977) yang pertama kali menyatakan “Gerontology

is concerned primarily with problem of healthy aging rather than the

prevention of aging”. Healthy aging akan dipengaruhi oleh faktor:

a. Endogenoc aging, yang dimulai dengan cellular aging, lewat tissue

dan anatomical aging kearah proses menuanya organ tubuh. Proses ini

seperti jam yang terus berputar.

b. Exogenix faktor, yang dapat dibagi dalam sebab lingkungan

(environment) dimana seseorang hidup dan faktor sosio budaya yang

paling tapat disebut gaya hidup (Life style). Faktor exogenix aging

tadi, sekarang lebih dikenal denga ssebutan faktor resiko. Wacana

Institut Kesehatan Prima Nusantara Bukittinggi


33

diatas jelas kiranya tugas dan tujuan gerontology/geriatri dalam

mengabdi ilmu kesehatan yaitu menuju healthy aging (menuju menua

sehat). Pengalaman menunjukkan bahwa rupa-rupanya yang lebih

berpengaruh adalah faktor-faktor eksogen yaitu “gaya hidup” dan

lingkungan yang juga saling mempengaruhi satu satu sama lain.

Endogenic dan exogenix faktors ini seringkali sulit untuk

dipisahpisahkan karena saling memepengaruhi dengan erat. Bila

faktor-faktor trsebut tidak dapat dicegah terjadinya maka orang

tersebut akan lebih cepat meninggal dunia (Darmojo 2006). Menurut

Mc. Kenzie (2006), banyak yang beranggapan bahwa status kesehatan

lansia telah membaik selama beberapa tahun ini karena banyak

diantara mereka yang hidup lebih lama. Lainnya memegang

pandangan berbeda, yaitu lansia merupakan orang yang rapuh dan

bergantung. Kedua pandangan tersebut tidak seluruhnya benar.

Namun kita tahu bahwa faktor resiko yang paling konsisten

dari sakit dan kematian untuk seluruh penduduk adalah usia, dan

secara umum, status kesehatan lansia tidak sebaik saat mereka muda.

Ada beberapa masalah kesehtan yang berkaitan dengan penuaan yaitu

mencakup mortalitas, morbilitas, dan prilaku kesehatan, serta pilihan

hidup. Prilaku kesehatan dan faktor sosial pasti memainkan peranan

signifikan dalam membantu lansia memelihara kesehatan dalam

menjalani tahun-tahun lanjutannya. Beberapa lansia percaya bahwa

mereka terlalu tua untuk mendapatkan manfaat apapun dari perubahan

Institut Kesehatan Prima Nusantara Bukittinggi


34

prilaku kesehatan mereka. Hal itu, tentu saja tidak benar tidak pernah

ada kata terlambat untuk melakukan perubahan untuk kebaikan.

C. Senam Hipertensi

1. Pengertian

Senam hipertensi merupakan olah raga yang salah satunya bertujuan

untuk meningkatkan aliran darah dan pasokan oksigen kedalam otot-otot dan

rangka yang aktif khususnya terhadap otot jantung (Totok & Rosyid, 2017).

Senam hipertensi merupakan olah raga yang salah satunya bertujuan untuk

meningkatkan aliran darah dan pasokan oksigen kedalam otot-otot dan

rangka yang aktif khususnya terhadap otot jantung. Mahardani (2010)

mengatakan dengan senam atau berolah raga kebutuhan oksigen dalam sel

akan meningkat untuk proses pembentukan energi, sehingga terjadi

peningkatan denyut jantung, sehingga curah jantung dan isi sekuncup

bertambah. Dengan demikian tekanan darah akan meningkat. Setelah

berisitirahat pembuluh darah akan berdilatasi atau meregang, dan aliran

darah akan turun sementara waktu, sekitar 30-120 menit kemudian akan

kembali pada tekanan darah sebelum senam. Jika melakukan olahraga secara

rutin dan terus menerus, maka penurunan tekanan darah akan berlangsung

lebih lama dan pembuluh darah akan lebih elastis. Mekanisnme penurunan

tekanan darah setelah berolah raga adalah karena olahraga dapat merilekskan

Institut Kesehatan Prima Nusantara Bukittinggi


35

pembuluh pembuluh darah. Sehingga dengan melebarnya pembuluh darah

tekanan darah akan turun.

2. Manfaat

Untuk meningkatkan daya tahan jantung dan paru-paru serta membakar

lemak yang berlebihan ditubuh karena aktifitas gerak untuk menguatkan dan

membentuk otot dan beberapa bagian tubuh lainya seperti : pinggang, paha,

pinggul, perut dan lain lain. Meningkatkan kelenturan, keseimbangan

koordinasi, kelincahan, daya tahan dan sanggup melakukan kegiatan-

kegiatan dan olahraga lainnya. Olahraga seperti senam hipertensi mampu

mendorong jantung bekerja secara optimal, dimana olahraga mampu

meningkatkan kebutuhan energi oleh sel, jaringan dan organ tubuh, dimana

akibatnya dapat meningkatkan aliran balik vena sehingga menyebabkan

volume sekuncup yang akan langsung meningkatkan curah jantung sehingga

menyebabkan tekanan darah arteri meningkat, setelah tekanan darah arteri

meningkat akan terlebih dahulu, dampak dari fase ini mampu menurunkan

aktivitas pernafasan dan otot rangka yang menyebabkan aktivitas saraf

simpatis menurun, setelah itu akan menyebabkan kecepatan denyut jantung

menurun, volume sekuncup menurun, vasodilatasi arteriol vena, karena

menurunan ini mengakibatkan penurunan curah jantung dan penurunan

resistensi perifer total, sehingga terjadinya penurunan tekanan darah

(Sherwood, 2005)

Institut Kesehatan Prima Nusantara Bukittinggi


36

3. Lamanya Senam Hipertensi

Senam hipertensi merupakan aktifitas fisik yang dilakukan berupa gerakan

senam khusus penderita hipertensi yang dilakukan dalam periode 20-30

menit

4. Aspek Fisiologi Senam Hipertensi

Respon kimiawi menghasilkan penurunan pH dan kadar PO2,

terakumulasinya asam laktat, adenosine dan K+ oleh metabolisme selama

otot aktif berkontraksi. Akumulasi zat metabolic ini menyebabkan pembuluh

darah mnegalami dilatasi yang akan menurunkan tekanan arteri, namun

berlangsung sementara karena adanya respon arterial baroreseptor dengan

meningkatkan denyut jantung dan isi sekuncup sehingga tekanan darah

meningkat (Roni,2009). Tekanan darah yang meningkat akan meingkatkan

stimulasi impuls pada pusat baroreseptor di arteri karotis dan aorta. Impuls

ini akan menujupusat pengendalian kardiovaskuler di medulla oblongata

melalui neuron sensorik yng mempengruhi kerja saraf simpatis dan

melepaskan NE (noreprinephrin dan epinephrine). Dan saraf parasitisme

yang akan melepas lebih banyak ACH ysng mempengaruhi SA node yang

akan menurunkan tekanan darah (Guyton.2001)

5. Teknik dan Cara Senam

a) Pemanasan (warming up)

Gerakkan umum (yang dilibatkan sebanyak-banyaknya otot dan sendi)

dilakukan secara lambat dan hati-hati. Dilakukan bersama dengan

peregangan (stretching). Lamanya kira kira 8-10 menit. Pada 5 menit

Institut Kesehatan Prima Nusantara Bukittinggi


37

terakhir pemanasan dilakukan lebih cepat. Pemanasan dimaksud untuk

mengurangi cidera dan mempersiapkan sel-sel tubuh agar dapat turut

serta dalam proses metabolism yang meningkat

b) Latihan inti

Tergantung pada komponen/faktor yang dilatih mka bentuk latihan

tergantung pada faktor fisik yang paling buruk. Gerakan senam

dilakukan berurutan dan dapat disesuaikan dan diringi dengan music

yang disesuikan dengan gerakan.

c) Pendinginan

Dilakukan secara aktif artinya sehabis latihan ini perlu dilakukan

gerakan umum yang ringan sampai suhu tubuh kembali normal yang

ditandai dengan pulihnya denyut nadi dan terhentinya keringat.

Pendingingan dilakukan seperti pemanasan hyaitu selama 8-10 menit

6. Strategi pelaksanaan senam hipertensi

a) Persiapan

1. Persiapan Klien

a) Klien diberikan tindakan senam hipertensi

b) Posisikan klien untuk berdiri

2. Persiapan lingkungan

a) Ruangan yang tenang dan kondusif

b) Ruangan yang cukup dan luas

b) Pelaksanaan

1. Gerakan pemanasan

Institut Kesehatan Prima Nusantara Bukittinggi


38

a) Tekuk kepala kesamping, lalu tahan dengan tangan pada sisi

yang sama dengan arah kepala. Tahan dengan hitungan 8-10, lalu

bergantian dengan sisi lain

Gambar 2.1 senam hipertensi gerakan pemanasan

b) Tautkan jari-jari kedua tangan dan angkat lurus keatas kepala

dengan posisi kedua kaki dibuka selebar bahu. Tahan dengan 8-

10 hitungan. Rasakan tarikan bahu dan punggung

Gambar 2.2 senam hipertensi gerakan pemanasan

Institut Kesehatan Prima Nusantara Bukittinggi


39

2. Gerakan inti

a) Lakukan gerakan seperti jalan ditempat dengan lambaian kedua

tangan searah dengan sisi kaki yang diangkat. Lakukan perlahan

dan hentakan

Gambar 2.3 Senam hipertensi gerekan inti

b) Buka kedua tangan dengan jemari mengepal dan kaki dibuka

selebar bahu. Kedua kepalan tangan bertemu dan ulangi gerakan

semampunya sambil mengatur nafas

Gambar 2.4 Senam hipertensi gerakan inti

c) Kedua kaki dibuka agak lebar lalu angkat tangan menyerong.

Sisi kaki yang searah dengan tangan sedikit ditekuk. Tangan

Institut Kesehatan Prima Nusantara Bukittinggi


40

diletakan dipinggang dan kepala searah dengan gerakan tangan.

Tahan 8-10 menit hitungan lalu ganti dengan sisi lainnya

Gambar 2.5 Senam hipertensi gerakan inti

d) Gerakan hampir sama dengan sebelumnya, tapi jari mengepal

dan kedua tangan diangkat keatas. Lalukan bergantian secara

perlahan dan semampunya

Gambar 2.6 Senam hipertensi gerakan inti

e) Hampir sama dengan gerakan inti 1, tapi kaki dibuang

kesamping. Kedua tangan dengan jemari mengepal kearah yang

berlawanan. Ulangi dengan sisi bergantian

Institut Kesehatan Prima Nusantara Bukittinggi


41

Gambar 2.7 Senam hipertensi gerakan inti

f) Kedua kaki dibuka lebar dari bahu, satu lutut agak ditekuk dan

tangan yang searah lutut dipinggang. Tangan sisi yang lain lurus

kearah lutut yang ditekuk. Ulangi gerakan kea rah sebaliknya

dan lakukan semampunya

Gambar 2.8 Senam hipertensi gerakan inti

3. Gerakan pendingin

a) Kedua kaki dibuka selebar bahu, lingkarkan satu tangan ke

leher dan tahan dengan tangan lainya. Hitunglah 8-10 kali dan

Lakukan pada sisi lainnya

Institut Kesehatan Prima Nusantara Bukittinggi


42

Gambar 2.9 Senam hipertensi gerakan inti

b) Posisi tetap, tautkan kedua tangan lalu gerakan kesamping

dengan gerakan setengah putaran. Tahan 8-10 menit hitungan

lalu arahkan tangan ke sisi lainya dan tahan dengan hitungan

yang sama

Gambar 2.10 Senam hipertensi gerakan inti

c) Terminasi

1. Evaluasi

a) Menanyakan perasaan klien setelah mengikuti senam

hipertensi

b) Memberi pujian atas keberhasilan klien.

Institut Kesehatan Prima Nusantara Bukittinggi


43

2. Rencana tindak lanjut

a) Menganjurkan klien melaksanakan senam hipertensi minimal

30 menit dan dilakukan seminggu 2 kali selama 4 minggu

(Didit Reo Pambudi, 2018).

Institut Kesehatan Prima Nusantara Bukittinggi


44

D. Review Literatur

N PENULIS JUDUL TUJUAN VARIABEL METODE TEMUAN/ HASIL


O PENELITIAN PENELITIAN PENELITIAN PENELITIAN
1. Syahroni Hubungan Gaya untuk mengetahui Variabel Bebas : Gaya pendekatan cross Teknik analisa data dalam
Damanik, hidup dengan hubungan gaya hidup sectional penelitian ini menggunakan
Lisa hipertensi pada hidup dengan metode chi-square
Novianti lansia hipertensi pada Variabel Terikat : (α=0,05). Hasil :Setelah
Sitompul lansia di klinik Hipertensi lansia dilakukan uji statistik (uji
2020 Tutun Sehati chi-square) tingkat
Tanjung Morawa kepercayaan 95% dengan
tahun 2018 α=0,05
diperolehhasilρ=0,003
maka ada hubungan
aktifitas fisik dengan
hipertensi pada lansia,
diperoleh ρ=0,028 maka
ada hubungan kebiasaan
merokok dengan hipertensi
pada lansia. diperoleh
ρ=0,007maka ada hubungan
kebiasaan makan dengan
hipertensi pada lansia.
2. Ani Susiani Pengaruh untuk mengetahui Variabel Bebas : desain quasi Hasil penelitian
dan Pelaksanaan pengaruh Kegiatan prolanis eksperimen dengan menunjukkan adanya
Rizkiatun Kegiatan Prolanis pelaksanaan bentuk pre and post pengaruh kegiatan prolanis
Magfiroh Terhadap kegiatan prolanis Variabel Terikat : test without control dengan kekambuhan
Kekambuhan dengan Kekambuhan penyakit hipertensi
kekambuhan (terdapat pengaruh senam

Institut Kesehatan Prima Nusantara Bukittinggi


45

Hipertensi penyakit Hipertensi prolanis terhadap tekanan


hipertensi pada darah sistolik responden
anggota dengan nilai p-value
Kelompok sebesar 0,000 dan terdapat
Prolanis Bunda pengaruh senam prolanis
Ceria Losarang terhadap tekanan darah
diastolik dengan nilai p-
value 0,000). Disarankan
kepada Puskesmas
Losarang untuk melakukan
pelatihan kader prolanis
sehingga masyarakat dapat
secara mandiri melakukan
kegiatan prolanis secara
teratur
3. Deepmala Detraining This study sought Variabel Bebas: Hypertension These results indicate that
Agarwal1 , Differentially to investigate the Detraining was induced although 2 weeks of
Rahul B. Preserved effects of physical Differentially in male detraining is not long
Dange1 , Beneficial Effects detraining on Preserved Beneficial Sprague-Dawley enough to completely
Jorge Vila2 , of Exercise blood pressure Effects of Exercise on rats by abolish the beneficial
Arturo J. on (BP) and cardiac Hypertension:Effects delivering effects of regular exercise,
Otamendi3 , Hypertension: morphology and on Blood Pressure AngiotensinII for 42 continuing cessation of
Joseph Effects on function in days using exercise may lead to
Francis1 * Blood hypertension, and Variabel Terikat: implanted osmotic detrimental effects.
Pressure,Cardiac on pro- and Cardiac Function, minipumps. Rats
Function,Brain anti- Brain Inflammatory were randomized
Inflammatory inflammatory Cytokines and into sedentary,
Cytokines and cytokines (PICs Oxidative Stress trained,and
Oxidative Stress and AIC) and detrained groups.
Oxidative stress Trained rats
underwent

Institut Kesehatan Prima Nusantara Bukittinggi


46

within the brain moderate-intensity


of hypertensive exercise (ExT) for
rats. 42 days,whereas,
detrained groups
underwent 28 days
of exercise followed
by 14days of
detraining. BP and
cardiac function
were evaluated by
radio-telemetry and
echocardiography,
respectively. At the
end, the
paraventricular
nucleus (PVN) was
analyzed by Real-
time RT-PCR and
Western blot. ExT
in AngIIinfused
rats caused delayed
progression of
hypertension,
reduce cardiac
hypertrophy, and
improved diastolic
function. These
results were
associated with

Institut Kesehatan Prima Nusantara Bukittinggi


47

significantly
reduced PICs,
increased AIC
(interleukin (IL)-
10), and attenuated
oxidative stress in
the PVN.
Detraining did not
abolish the
exercise-induced
attenuation in
MAP in
hypertensive rats;
however, detraining
failed to completely
preserve exercise-
mediated
improvement in
cardiac hypertrophy
and function.
Additionally,
detraining did
not
reverse exercise-
induced
improvement in
PICs in the PVN of
hypertensive rats;
however,the
improvements in IL-
10 were abolished.

Institut Kesehatan Prima Nusantara Bukittinggi


48

4. Susilowati1, Pengaruh Senam untuk mengetahui Variabel Bebas : Senam Desain penelitian menunjukkan bahwa
Novitasari Lansia Terhadap Pengaruh Senam Lansia adalah Quasy tekanan darah tampaknya
Dewiyana2 Tekanan Darah Lansia Terhadap Eksperimentdengan mengalami penurunan
Pada Lansia Yang Tekanan Darah Variabel Terikat : Time Series Design. yang signifikan pada hari
Mengalami Pada Lansia Yang Tekanan Darah Pada Jumlah sampel 13 ke 12 dengan p = 0,001
Hipertensi Di Mengalami Lansia orang yang dipilih
Kelompok Prolanis Hipertensi Di dengan teknik
Wilayah Kelompok Purposive Sampling.
Puskesmas Prolanis Wilayah Analisis data
Padasuka Cimahi Puskesmas melalui dua tahap,
Tahun 2018 Padasuka Cimahi yaitu univariat untuk
Tahun 2018 melihat distribusi
frekuensi dan
bivariat untuk
melihat hubungan
(Paired T Test dan
Test Repeat
Anova)
5. Harmilah, & pengaruh video pengaruh video Variabel Bebas : video Jenis penelitian ini Hasil berdasarkan analisis
Hendarsih, senam hipertensi senam hipertensi senam hipertensi adalah Quasi uji beda pada kelompok
S. (2019) tekanana darah tekanana darah Experimental pasien yang melakukan
Variabel Terikat : dengan desain senam hipertensi
pasien hipertensi di pasien hipertensi Tekanan Darah Pada ”Prettest and didapatkan secara
wilayah kerja di wilayah kerja Lansia Posttest design with signifikan adanya
puskesmas Sewin puskesmas Sewin control group”. perbedaan rerata penurunan
II Bantul II Bantul tekanan darah sistolik pada
Yogyakarta Yogyakarta pasien dengan riwayat
hipertensi dengan p value =
0,000 (p < 0,005), Tidak

Institut Kesehatan Prima Nusantara Bukittinggi


49

terdapat perbedaan rerata


penurunan tekanan darah
diastolik pada pasien
dengan riwayat hipertensi
dengan p value = 0, 17 (p >
0,005),
6. Totok pengaruh senam Untuk Variabel Bebas : senam Penelitian ini adalah Hasil dari penelitian ini
Hernawan1 , hipertensi terhadap mengetahui hipertensi penelitian kuantitatif adalah tekanan darah
Fahrun Nur penurunan tekanan pengaruh senam dengan rancangan sebelum pemberian
Rosyid2 Variabel Terikat : preexperiment intervensi sebagian besar
darah lansia dengan hipertensi penurunan tekanan design One Group adalah prehypertension
hipertensi di panti terhadap darah lansia dengan Pre test-post test. (39%), tekanan darah
wreda darma bhakti penurunan hipertensi setelah pemberian
kelurahan pajang tekanan darah intervensi senam hipertensi
surakarta lansia dengan sebagian besar adalah
hipertensi di panti normal (56%), danterdapat
wreda darma pengaruh senam hipertensi
terhadap tekanan darah
bhakti kelurahan
lansia di Panti Wredha
pajang surakarta Dharma Bhakti Pajang
Surakarta (p-value = 0,001)
7. Ety pengaruh senam Untuk Variabel Bebas : senam Jenis penelitian Hasil penelitian
Juliastanti1* lansia terhadap mengetahui lansia yang digunakan menggunakan uji t-test
, Iga tekanan darah pada pengaruh senam adalah pra- diperoleh nilai signifikan
Maliga2 , Variabel Terikat : eksperimen dengan 0,000 (p-value < 0,005
lansia penderita lansia terhadap tekanan darah pada menggunakan
Rafi’ah dengan hasil Persen N Gain
hipertensi di tekanan darah lansia penderita pendekatan desain score 51,11%. Nilai rata-
wilayah kerja pada lansia penelitian one-group rata tekanan darah sebelum

Institut Kesehatan Prima Nusantara Bukittinggi


50

puskesmas unit I penderita hipertensi Pretest perlakuan mengalami


kecamatan hipertensi di posttest penurunan 151/86 mmHg
sumbawa wilayah kerja design menjadi 143/83 mmHg.
puskesmas unit I
kecamatan
sumbawa

8. Lopes, S., Resistant Variabel Bebas : The importance of The present review draws
Mesquita- Exercise as a Exercise as a tool physical activity attention to the importance
hypertension is a
Bastos, J., tool for challenge for for hypertension and exercise of exercise training in the
Alves, A. J., and resistant training as part of management of blood
clinicians, as the
& Ribeiro, hypertension a pressure in
F. (2018) available comprehensive both
and resistant treatment
Variabel Terikat : lifestyle intervention hypertension and resistant
hypertension options have is acknowledged by hypertension individuals
hypertension
reduced success. management: several professional
management: organizations in
Physical activity current insights
current insights and exercise their
recommendations/g
training play an
uidelines for
important role in the
the management management
of blood of
pressure arterial
hypertension.
Aerobic exercise,
dynamic resistance
exercise,

and concurrent
training
– the combination of
dynamic
resistance
and aerobic exercise
Institut Kesehatan Prima Nusantara Bukittinggi
51

training in the same


exercise session or
on separate days –
has

been
demonstrated to
reduce

blood pressure and


help in the
management of
hypertension
9. Janu pola konsumsi Tujuan penelitian Variabel Bebas : pola Desain penelitian Hasil penelitian didapatkan
Purwono, garam dengan untuk mengetahui konsumsi garam yang digunakan 54,9% responden
Rita Sari, kejadian hubungan pola dalam penelitian ini mengkonsumsi tinggi
Ati Variabel Terikat : adalah desain garam, 60,8% responden
hipertensi pada konsumsi garam
Ratnasari, analitik dengan mengalami hipertensi berat.
Apri lansia dengan kejadian kejadian hipertensi rancangan cross Terdapat hubungan antara
Budianto hipertensi pada sectional. pola konsumsi garam
lansia di wilayah dengan kejadian hipertensi
kerja Puskesmas pada lansia di Wilayah
Gadingrejo Puskesmas Gadingrejo
dengan P value=0,010 dan
nilai OR = 5,704
10 Ni Pengaruh Senam Tujuan Variabel Bebas : senam Metode penelitian Hasil penelitian
Hipertensi penelitian hipertensi ini menggunakan menunjukkan rata-rata
Putu Lansia Terhadap untuk metode rancangan tekanan darah sistolik
Sumartini, Tekanan Darah mengetahui Variabel Terikat : pra-eksperimen, one sebelum senam hipertensi
Zulkifli Lansia Dengan Pengaruh tekanan darah group lansia 151,80 mmHg,
Zulkifli, Hipertensi di Senam diastolik 94,73 mmHg dan
Made Wilayah Kerja Hipertensi pretest- rata-rata tekanan darah
Anandam posttest. Jumlah
Prasetya sampel 30 orang

Institut Kesehatan Prima Nusantara Bukittinggi


52

Adhitya Puskesmas Lansia yang diambil sistolik sesudah senam


Cakranegara Terhadap dengan hipertensi lansia 137,13
Kelurahan Tekanan Darah teknik mmHg, diastolik 90,27
Turida Tahun Lansia Dengan Purposive mmHg. Hasil uji paired
2019 Hipertensi di Sampling. sampel t-test didapatkan þ=
Wilayah Kerja Pengumpulan data 0,000 < α=0,05 sehingga
Puskesmas dengan observasi H0 ditolak H1 diterima.
Cakranegara tekanan darah Kesimpulan pada penelitian
Kelurahan sebelum dan ini adalah ada pengaruh
Turida Tahun sesudah intervensi, yang signifikan senam
2019 yang dilakukan dua hipertensi lansia terhadap
kali seminggu tekanan darah lansia dengan
selama empat hipertensi di wilayah kerja
minggu. Data Puskesmas Cakranegara
tekanan darah Kelurahan Turida Tahun
dianalisa 2019.
menggunakan paire
d sampel
t- test dengan
α < 0,05
11 Yuliana Tina pengaruh senam Untuk Variabel Bebas : senam Jenis penelitian ini hasil penelitian kepada 35
1, Sri hipertensi mengetahui hipertensi adalah penelitian pre orang wanita, berusia 60 –
Handayani terhadap tekanan pengaruh senam ekspreimen (one 70 tahun dan memiliki
1, Rika Variabel Terikat : group pre-test and rantang tekanan sistolik
darah pada lansia hipertensi tekanan darah
Monik post –test). Sampel antara 140 -180 mmHg
terhadap tekanan penelitian ini yang diberikan senam
darah pada lansia sebanyak 35 lansia hipertensi selama dua
yang mengalami minggu (dua kali kegiatan
hipertensi dengan setiap minggu selama 30
menggunakan teknik menit) memperlihatkan
purposive sampling perubahan pada tekanan

Institut Kesehatan Prima Nusantara Bukittinggi


53

dengan analisa darah sistolik dimana


terjadi penurunan sebanyak
22 mmHg dan distolik
mengalami penurunan
sebanyak 3,4 mmHg (p <
0.05).

Institut Kesehatan Prima Nusantara Bukittinggi


54

E. Kerangka Teori

Penyebab penyebab hipertensi Terbentuknya angiotens


pada lansia in II dari angiotensin I
Faktor demografi Meningkatnya tekanan
oleh angiotensin I
a. Umur darah lansia
converting enzyme
b. Jenis kelamin
(ACE). ACE
c. Keturunan
d. Etnis memegang peran
Faktor Perilaku fisiologis penting dalam
a. Obestias mengatur tekanan
b. Stress darah. Darah
c. Merokok mengandung
d. Alkohol
angiotensinogen yang
e. Kurang olahraga
Faktor asupan diproduksi di hati.
a. Konsumsi garam
berlebih Upaya menurunkan
b. Konsumsi lemak dan tekanan darah lansia
kolesterol
c. Serat yang kurang

Terapi yang bisa


dilakukan untuk
menurunakan hipertensi
pada lansia

- Terapi
farmakologi
- Terapi non
farmakologi

Senam hipertensi

Bagan 2.1 Kerangka Teori

Institut Kesehatan Prima Nusantara Bukittinggi


55

BAB III

KERANGKA KONSEPTUAL

A. Kerangka Konsep

Kerangka konsep merupakan dasar pemikiran pada penelitian yang

ditemukan dan fakta dakta observasi dan tinjauan pustaka. Kerangka konsep juga

menjelaskan hubungan dan keterkaitan antar variabel penelitian (Nursalam,

2011). Kerangka konsep pada penelitian ini bertujuan mengetahui pengaruh

senam hipertensi terhadap tekanan darah di wilayah kerja puskesmas Rasimah

Ahmad tahun 2022.

Bagan 3.1 Kerangka Konsep

Tekanan darah
pasien

Kelompok Kelompok
ekperimental kontrol

Pre test Pre test

Tanpa perlakuan
Senam hipertensi

Post
Test

Tekanan Darah pasien

55

Institut Kesehatan Prima Nusantara Bukittinggi


56

B. Defenisi Operasional

Defenisi operasional adalah batasan tentang variabel-variabel yang akan

di teliti atau di amati. Defenisi operasional ini berfungsi untuk mengarahkan

kepada pengukuran atau pengamatan terhadap variabel-variabel yang

bersangkutan serta pengembangan instrumen (alat ukur)

Tabel 3.1
Defenisi Operasional

No. Variabel Defenisi Operasional Alat Ukur Cara Ukur Hasil Skala
Ukur
1. Senam Merupakan olah raga Lembar Observasi Diberika Ordin al
hipertensi yang salah satunya observasi n 3 kali
bertujuan untuk semingg
meningkatkan aliran u selama
darah dan pasokan 4
oksigen ke dalam otot- minggu
otot dan rangka yang
aktif khususnya otot
jantung sehingga dapat
menurunkan tekanan
darah.
2. Tekanan Melakukan pengukuran Lembar Observasi Naik Rasio
darah angka tekanan darah observasi Turun
setelah pasien sebelum dan Sphygmom
diberikan sesudah melakukan anometer
senam senam hipertensi
hipertensi

Institut Kesehatan Prima Nusantara Bukittinggi


57

C. Hipotesis Penelitian

Ha : Ada Pengaruh senam hipertensi terhadap tekanan darah pada lansia di

wilayah kerja puskesmas Rasimah Ahmad Kota Bukittinggi Tahun

2022

Ho : Tidak ada Pengaruh senam hipertensi terhadap tekanan darah pada

lansia di wilayah kerja puskesmas Rasimah Ahmad Kota Bukittinggi

Tahun 2022

Institut Kesehatan Prima Nusantara Bukittinggi


58

BAB IV

METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Penelitian ini menggunakan desain quasi ekperiment dengan rancangan pre

test-post test control grup design. Rancangan ini berupaya untuk

mengungkapkan hubungan sebab akibat dengan cara melibatkan kelompok

kontrol disamping kelompok ekperimental. Dalam rancangan ini, kelompok

ekperimental diberikan perlakuan sedangkan kelompok kontrol tidak. Pada kedua

kelompok diawali dengan pre test, dan setelah pemberian perlakuan dilakukan

oengukuran kembali (pasca test) (Nursalam, 2011).

Bagan 3.1

Rancangan penelitian

Subjek Pre Test Perlakuan Post Test

K-P O 1 O1-E

K-K 0 - O1-K

Keterangan

K-P : Kelompok perlakuan

K-K : Kelompok kontrol

O : Observasi/pengukuran tekanan darah sebelum intervensi

1 : Interensi (Senam hipertensi)

- : Tanpa perlakuan

58

Institut Kesehatan Prima Nusantara Bukittinggi


59

O1-0 : Observasi/pengukuran tekanan darah klien sesudah

diberikan senam hipertensi (kelompok perlakuan)

O1-K : Observasi/pengukuran ulang tekanan darah klien (kelompok

kontrol)

B. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek atau

subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan

oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulan (Sugiyono,

2018). Populasi dalam penelitian ini adalah semua lansia yang berada di

wilayah kerja Puskesmas Rasimah Ahmad Bukittinggi. Dimana gambaran

populasi yang didapatka Maret 2022 yang berkunjung sebanyak 143 orang

2. Sampel

Sampel penelitian adalah bagian dari keseluruhan objek atau yang

akan diteliti atau dianggap mewakili seluruh populasi (Notoadmojo, 2018).

Pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan Non Probability

sampling (purposive sampling). Purposive sampling adalah suatu

pertimbangan tertentu yang dibuat oleh peneliti sendiri, berdasarkan ciri atau

sifat – sifat populasi yang sudah diketahui sebelumnya (Notoadmojo, 2018).

Rumus ( Nursalam, 2013) :

𝑁. 𝑧2𝑝. 𝑞
𝑛=
𝑑 (𝑁 − 1) + 𝑧2. 𝑝. 𝑞

Institut Kesehatan Prima Nusantara Bukittinggi


60

Keterangan :

n = Perkiraan besar sampel

N = Perkiraan besar populasi penderita Hipertensi di wilayah kerja

Puskesmas Rasimah Ahmad

z = Nilai standar normal = 0.05 (1,96)

p = Perkiraan proporsi, jika tidak tidak diketahui dianggap

50% q = 1-p (100%-p)

d = Tingkat ksalahan yang dipilih (d=0,05)

Dengan menggunakan rumus diatas, maka perhitungan sampel adalah

𝑁. 𝑧2𝑝. 𝑞
𝑛=
𝑑 (𝑁 − 1) + 𝑧2. 𝑝. 𝑞

143. (1,96)2. 0,5.0,5


𝑛=
0,05 (143 − 1) + (1,96)2. 0,5.0,5

143.3,8416.0,25
𝑛=
0,05 . 142 + 3,8416 . 0,5.0,5

137,3372.
𝑛=
7,1 + 0.9604

137,3372
𝑛=
8,0604

𝑛 = 17,03

𝑛 = 17 𝑜𝑟𝑎𝑛𝑔

Berdasarkan rumus diatas didapatkan maka didapatkan sampel

penelitian sebanyak 17 orang. Maka jumlah sampel pada peelitian ini adalah

Institut Kesehatan Prima Nusantara Bukittinggi


61

sebanyak 34 orang lansia dalam kelompok intrevensi 17 orang dan kelompok

kontrol 17 orang yang mengalami hipertensi di wilayah kerja puskesmas

Rasimah Ahmad dengan kriteria sebagai berikut :

1. Kriteria Inklusi

Kriteria atau ciri-ciri yang perlu dipenuhi oleh setiap anggota populasi

yang dapat diambil sebagai sampel dan memenuhi syarat sebagai sampel

a) Bersedia menjadi respnden

b) Lansia yang berada di wilayah kerja Puskesmas Rasimah

Ahmad Lansia yang dalam keadaan sehat jasmani dan rohani

c) Lansia Young old (usia 60-69 tahun)

d) Hadir pada saat penelitian

2. Kriteria Ekslusi

a) Jika responden mengundurkan diri dari penelitian

b) Tidak mengikuti sesi senam dengan lengkap

c) Klien menolak berpartisipasi menjadi responden

C. Tempat dan waktu penelitian

1. Tempat penelitian

Penelitian ini direncakan di wilayah kerja Puskesmas Rasimah Ahmad Kota

Bukittinggi tahun 2022

2. Waktu penelitian

Waktu penelitian direncanakan pada bulan Mei-Juni 2022 selama 1 bulan.

Institut Kesehatan Prima Nusantara Bukittinggi


62

D. Etika Penelitian

Dalam penelitian ini peneliti mendapatkan rekomendasi dari institusi

tempat penelitian, penelitian menggunakan etika sebagai berikut :

1. Menghormati harkat dan martabat manusia peneliti perlu

mempertimbangkan hak-hak subjek penelitian untuk mendapatkan

informasi tentang tujuan peneliti melakukan penelitian tersebut

2. Menghormati privasi dan kerahasiaan subjek penelitian

Setiap orang mempunyai hak dasar individu termasuk privasi dan

kebebasan individu dalam memberikan informasi

3. Keadilan dan inklusivitas atau keterbukaan

Prinsip keterbukaan dan adil perlu dijaga peneliti dengan kejujuran,

keterbukaan dan kehati-hatian.

4. Memperhitungkan manfaat dan kerugian yang ditimbulkan

Sebuah penelitian hendaknya memperoleh manfaat semaksimal mungkin

bagi masyarakat pada umumnya dan subjek penelitian pada khususnya.

Peneliti hendaknya berusaha meminimalisasi dampak yang merugikan bagi

subjek

D. Alat pengumpulan data

1. Lembar observasi

Lembar observasi penelitian yang digunakan berfungsi untuk mendapatkan

informasi yang ada pada responden lembar observasi digunakan untuk

mencatat hasil observasi penurunan tekanan darah selama responden

Institut Kesehatan Prima Nusantara Bukittinggi


63

melakukan senam hipertensi

2. Tensimeter

Alat untuk mengukur tekanan darah

3. SOP

Pada standar operational dilakukan ketika kita memberikan senam

hipertensi

E. Prosedur Pengumpulan Data

Dari hasil pencatatan penelitian baik berupa fakta maupun angka data

dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Ada 2 metode untuk

memperoleh data yaitu :

1. Data primer

Data primer didapatkan dengan melakukan observasi langsung ke

masyarakat yang berada di wilayah kerja Puskesmas Rasimah Ahmad kota

Bukittinggi.

2. Data sekunder

Data sekunder yaitu data yang didapat dari Puskesmas Rasimah Ahmad kota

bukittinggi tahun 2020.

Tahapan pengumpulan data antara lain :

a) Tahapan persiapan

Tahapan persiapan meruapakn langkah awal yang dilakukan sebelum

melakukan penelitian

a. Permohonan izin dari pihak sarjana keperawatan untuk

Institut Kesehatan Prima Nusantara Bukittinggi


64

melakukan studi pendahuluan

b. Menentukan lokasi penelitian yaitu di wilayah kerja

Puskesmas Rasimah Ahmad kota bukittinggi tahun 2022

c. Peneliti mempersiapkan materi dan konsep yang akan

mendukung penelitian

d. Menyusun proposal penelitian

e. Konsultasi dengan pembimbing

b) Tahapan pelaksanaan

Tahapan ini seperti :

1. Penelitian memohon surat izin penelitian kepada ketua jurusan

2. Data sekunder

a) Menentukan responden berdasarkan sampel kriteria inkulsi dan

ekslusi

b) Melakukan pendekatan kepada calon responden dan

memberikan penjelasan kepada calon responden tentang

penelitian yang akan dilakukan

c) Peneliti menyampaikan surat permohonan menjadi responden

kepada calon responden

d) Calon responden dibagi menjadi 2 kelompok yaitu kelompok

kontrol dan kelompok perlakuan

e) Peneliti mempersilahkan calon responden untuk membaca dan

memahami surat permohonan menjadi responden

Institut Kesehatan Prima Nusantara Bukittinggi


65

f) Peneliti mempersilahkan calon responden untuk

menandatangani lembar persetujuan yang disediakan oleh

peneliti

g) Melakukan pre test sebelum intervensi dengan melakukan

pengukuran tekanan darah

h) Intervensi dilakukan dengan pemberian senam hipertensi

i) Melakukan pre test dengan melakukan pengukuran tekanan

darah

j) Kelompok kontrol tidak diberikan senam hipertensi dan

dilakukan pengukuran tekanan darah

c) Tahap Akhir

Pada tahap akhir dilakukan perekapan data, pengolahan data

menggunakan komputerisasi, penarikan kesimpulan dan

pendokumentasian hasil penelitian sebagai bukti uji instrumen

penelitian

F. Pengolahan Data

Alat pengumpulan data dalam penelitian yang digunakan yaitu lembar

kuisioner penelitian. Setelah data terkumpul, dianalisis, kemudian data tersebut

diolah dengan langkah-langkah sebagai berikut :

1. Editing (Pemeriksaan data)

Merupakan kegiatan untuk melakukan pengecekan isian kuisioner penelitian.

Institut Kesehatan Prima Nusantara Bukittinggi


66

2. Coding (Mengkode data)

Merupakan kegiatan merubah data berbentuk huruf menjadi data berbentuk

angka/bilangan untuk mempermudah pada saat analisis data dan

juga mempercepat pada saat entry data.

3. Processing (Memasukkan data)

Setelah semua lembar observasi terisi serta telah melewati pengkodean, maka

langkah selanjutnya adalah memproses data agar data yang sudah di entry

dapat dianalisis. Processing dapat dilakukan dengan cara meng-entry data dari

hasil observasi secara komputerisasi.

4. Cleaning (Membersihkan data)

Pembersihan data merupakan kegiatan pengecekan kembali data yang sudah

di-entry apakah ada kesalahan atau tidak (Notoadmodjo 2018)

G. Analisa Data

1. Analisa Univariat

Analisis ini dilakukan untuk menjelaskan atau mendeskripsikan

karakteristik setiap variabel penelitian, yang disajikan dalam bentuk

statistik deskriptif meliputi mean dan standar deviasi dan variabel yang

diteliti adalah senam hipertensi dan tekanan darah lansia (Notoadmodjo

2018). Analisa dalam penelitian karakterestik demografi responden umur jk

pendididkan pekerjaan penghasilan sebulan asumsi Kesehatan lama

menderita hipertensi.

Institut Kesehatan Prima Nusantara Bukittinggi


67

2. Analisa Bivariat
Analisis bivariat yang dilakukan terhadap dua variabel yang diduga

berhubungan atau berkolerasi (Notoadmodjo 2018). Analisis ini dilakukan

untuk mengetahui pengaruh senam hipertensi terhadap tekanan darah lansia.

Sebelum melanjutkan pada proses uji hipotesa, maka peneliti terlebih

dahulu melakukan uji normalitas untuk mengetahui tingkat normalitas

sebaran data hasil penelitian, berdasarkan hasil uji normalitas diketahui

bahwa sebaran data hasil penelitian adalah normal (p > 0,05) maka uji

hipotesa menggunakan statistika parametric (t-independent test), dengan

batas kemaknaan (α) = 0.05, namun jika sebaran data hasil penelitian tidak

berdistribusi normal maka uji hipotesa menggunakan statistika non

parametric, dalam hal ini uji Mann withney U-test. Hipotesis yang diajukan

yaitu pemberian senam hipertensi terhadap penurunan tekanan darah

hipotesa diterima jika probabilitas p ≤ 0,05 dan hipotesa ditolak jika nilai

probalitas p >0,05 (Imas Masturoh Nauri Anggita T, 2018).

Institut Kesehatan Prima Nusantara Bukittinggi


DAFTAR PUSTAKA

Agarwal, D., Dange, R. B., Vila, J., Otamendi, A. J., & Francis, J. (2012). Detraining
Differentially Preserved Beneficial Effects of Exercise on Hypertension: Effects
on Blood Pressure, Cardiac Function, Brain Inflammatory Cytokines and
Oxidative Stress. PLoS ONE, 7(12).
https://doi.org/10.1371/journal.pone.0052569

Damanik, S., & Sitompul, L. N. (2020). Hubungan Gaya Hidup Dengan Hipertensi
Pada Lansia. Nursing Arts, XIV(01), 30–36.

Dewiyana, N. (2020). Pengaruh Senam Lansia Terhadap Tekanan Darah Pada Lansia
Yang Mengalami Hipertensi Di Kelompok Prolanis Wilayah Puskesmas
Padasuka Cimahi Tahun …. Jurnal Kesehatan Kartika, 15.
http://ejournal.stikesjayc.id/index.php/litkartika/article/view/119

Harmilah, & Hendarsih, S. (2019). Pengaruh Video Senam Hipertensi Terhadap


Tekanan Darah Pasien Hipertensi Di Wilayah Kerja Puskesmas Sewon Ii Bantul
Yogyakarta. Naskah Publikasi Penelitian Pemula, 1–15.

Hernawan, T., & Rosyid, F. N. (2017). Pengaruh Senam Hipertensi Lansia terhadap
Penurunan Tekanan Darah Lansia dengan Hipertensi di Panti Wreda Darma
Bhakti Kelurahan Pajang Surakarta. Jurnal Kesehatan, 10(1), 26.
https://doi.org/10.23917/jurkes.v10i1.5489

Imas Masturoh Nauri Anggita T. (2018). Metode Penelitian Kesehatan.

Irfan M. 2011. Pedoman Berolahraga yang Menyehatkan. Jurnal Pengabdian Kepada


Masyarakat. Vol. 17 No. (65): 1-9.

Juliastanti, Maliga, & Rafi. (2021). Pengaruh Senam Lansia Terhadap Tekanan Darah
Pada Lansia Penderita Hipertensi Di Wilayah Kerja Puskesmas Unit I
Kecematan Sumbawa. Kesehatan Dan Sains, 4(2), 27–34.

Kristianingsih, Y., Seruni, A. M., & Farmakologis, P. (n.d.). HIPERTENSI.

Lopes, S., Mesquita-Bastos, J., Alves, A. J., & Ribeiro, F. (2018). Exercise as a tool
for hypertension and resistant hypertension management: Current insights.
Integrated Blood Pressure Control, 11, 65–71.
https://doi.org/10.2147/IBPC.S136028

Martha, Karina, (2012), Panduan Cerdas Mengatasi Hipertensi, Yogyakarta: Araska

Institut Kesehatan Prima Nusantara Bukittinggi


Majid, dkk. (2016). Terapi Akupresur Memberikan Rasa Tenang dan Nyaman serta
Mampu Menurunkan Tekanan Darah Lansia. Jurnal Aisyah : Jurnal Ilmu
Kesehatan, 1(1), 79–86. https://doi.org/10.30604/jika.v1i1.11

Notoatmodjo, Soekidjo (2018) Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta. Rineka


Cipta.

(2010) Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta.


Rineka Cipta.

Purwono, J., Sari, R., Ratnasari, A., & Budianto, A. (2020). Pola Konsumsi Garam
Dengan Kejadian Hipertensi Pada Lansia. Jurnal Wacana Kesehatan, 5(1), 531.
https://doi.org/10.52822/jwk.v5i1.120

Ratnawati, E. 2017. Asuhan keperawatan gerontik.Yogyakarta: Pustaka Baru Press.

Sugiyono. 2008. Metode Penelitian Kualitatif Kuantitatif dan R&D. Bandung:


Alfabeta.

Sumartini, N. P., Zulkifli, Z., & Adhitya, M. A. P. (2019). Pengaruh Senam


Hipertensi Lansia Terhadap Tekanan Darah Lansia Dengan Hipertensi Di
Wilayah Kerja Puskesmas Cakranegara Kelurahan Turida Tahun 2019. Jurnal
Keperawatan Terpadu (Integrated Nursing Journal), 1(2), 47.
https://doi.org/10.32807/jkt.v1i2.37

Setiati Siti, et al. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam . 6th rev. Jakarta : Internal
Publishing Pusat Penerbitan Ilmu Penyakit Dalam; 2015. h. 2014 -1134

Susilo & Wulandari. (2011). Cara Jitu Mengatasi Hipertensi. : Yogjakarta CV. Andi
Offset.

Susiani, A., & Magfiroh, R. (2020). Pengaruh Pelaksanaan Kegiatan Prolanis


Terhadap Kekambuhan Hipertensi. Jurnal Kesehatan, 11(1), 1–9.
https://doi.org/10.38165/jk.v11i1.191

Tina, Y., Handayani, S., & Monika, R. (2021). Pengaruh Senam Hipertensi Terhadap
Tekanan Darah Pada Lansia. Jurnal Kesehatan Samodra Ilmu, 12(2), 118–123.

Udjianti, Wajan. 2011. Keperawatan Kardiovaskular. Jakarta: Salemba Medika.

Yuliana, T., Handyani, S., & Monika, R. (2016). Pengaruh Senam Hipertensi terhadap
Tekanan Darah pada Lansia. 4(1), 1–23.

Institut Kesehatan Prima Nusantara Bukittinggi


LEMBAGA PENELITIAN DAN PENGABDIAN MASYARAKAT
INSTITUT KESEHATAN PRIMA NUSANTARA BUKITTINGGI
Jl. Khusuma Bhakti No 99 GulaiBancah, Bukittinggi, 26122 – Sumatera Barat
Telp : 0752 – 6218242 Fax : 0752 – 32325
www.ikespnb.ac.id | info@ikespnb.ac.id | lppm.ikespnb@gmail.com

No : 050/IKESPNB/SP/8.NA/III/2022 Bukittinggi, 17 Maret 2022,


Lamp :-
Hal : Izin melakukan pengambilan data awal

Kepada Yth.
Bapak/Ibu Kepala Kesbangpol Kota Bukittinggi
Tempat

Dengan Hormat,
Bersama ini kami sampaikan kepada Bapak/Ibu bahwa mahasiswa kami dari IKes Prima
Nusantara Bukittinggi:
Nama : Riri risdawati
NIM :181012114201011
Semester : VIII
Program Studi : S1 Keperawatan
Alamat : Bukittinggi
Akan mengumpulkan data sebagai landasan faktual dalam penyusunan skripsi dengan Judul
“Pengaruh senam hipertensi terhadap tekanan darah pada lansia di wilayah
kerja puskesmas Rasimah Ahmad Kota Bukittinggi tahun 2022”

Adapun data yang diperlukan adalah data Kejadian hipertensi pada lansia. Pengambilan data
dilakukan di wilayah kerja Puskesmas Rasimah Ahmad Tahun 2021- 2022.
Waktu Pengambilan data : 21 - 27 Maret 2022.

Kami mohon bantuan Bapak/ Ibu untuk dapat memberikan fotocopy data sebagaimana yang
dimaksud agar mahasiswa kami mendapatkan permasalahan untuk penelitiannya.

Demikianlah surat kami ini, atas bantuan dan kerjasama yang baik kami sampaikan terima
kasih.

Kepala LPPM
IKes Prima Nusantara Bukittinggi

Dr. Junios, S.Si, M.Si


NIDN. 1005067801

Tembusan:
1. Ketua Yayasan Prima Nusantara Bukittinggi
2. Rektor IKes Prima Nusantara Bukittinggi
3. Arsip
Institut Kesehatan Prima Nusantara Bukittinggi
Lampiran 2 : Genchart

JADWAL KEGIATAN SKRIPSI

N Kegiatan Des Jan Feb Maret April Mei Juni jul


o

1 Pengajuan Judul Proposal

2 ACC Judul Proposal

3 Pegambilan Data Awal

4 Konsul BAB I-III Beserta Lampiran

5 Seminar Proposal

6 Perbaikan Proposal

7 Penelitian

8 Konsultasi Skripsi

9 Sidang Skripsi

10 Perbaikan Skripsi

11 Pengumpulan Skripsi

Pembimbing Nama Mahasiswa

Ns Siti Mutia Kossasi, M.Kep Riri Risdawati

Institut Kesehatan Prima Nusantara Bukittinggi


Lampiran 3

SURAT PERMOHONAN MENJADI RESPONDEN

Kepada
Yth, Bapak/Ibu Calon Responden
Di
Tempat

Dengan hormat,
Saya sebagai mahasiswa Program Studi Profesi Ners Tahap Sarjana Keperawatan Fakultas
Keperawatan dan Kesehatan Masyarakat Institut Kesehatan Prima Nusantara Bukittinggi, bahwa saya
melakukan penelitian ini untuk menyelesaikan tugas akhir Program Studi Profesi Ners Tahap Sarjana
Keperawatan Institut Kesehatan Prima Nusantara Bukittinggi. Tujuan penelitian ini adalah untuk
mengetahui Pengaruh senam hipertensi terhadap tekanan darah pada lansia di wilayah kerja puskesmas
Rasimah Ahmad Kota Bukittinggi Tahun 2022

dengan hal diatas saya mengharapkan kesedian anda untuk memberikan izin untuk mengisi Form
Kuesionerpenelitian dan sayaakan menjamin kerahasian anda. Identitas dan kesedian anda menjadi
responden hanya digunakan untuk pengembangkan ilmu keperawatan dan tidak digunakan dengan
maksud lain.

Partisipan anda dalam penelitian ini bersifat bebas. Anda bebas ikut atau tidak tanpa sanksi
apapun. Atas perhatian dan kesediaannya saya sampaikan terimakasih.

Hormat saya
Peneliti

Riri Risdawati

Institut Kesehatan Prima Nusantara Bukittinggi


Lampiran : 4

LEMBAR INFORMED CONSENT PENELITIAN


Saya yang bertanda tangan dibawah ini :

Kode / Inisial responden :


Umur :
Alamat :
Setelah mendengar/membaca dan mengerti penjelasan yang diberikan oleh peneliti :

Nama Peneliti : Riri Risdawati


NIM 181012114201011
Prodi : Profesi Ners Tahap Sarjana Keperawatan

Baik yang berhubungan dengan tujuan, manfaat, serta efek yang ditimbulkan
penelitian ini, Maka dengan ini saya menyatakan setuju untuk ikut dalam penelitian ini
secara sukarela dan tanpa paksaan. Saya bersedia menjadi responden bukan karena
adanya paksaan dari pihak lain, namun karena keinginan sendiri dan tanpa biaya yang
akan ditanggungkan kepada saya sesuai dengan penjelasan yang sudah dijelaskan oleh
peneliti. Hasil yang diperoleh dari saya sebagai responden dapat dipublikasikan sebagai
hasil dari penelitian dan akan diseminarkan pada ujian hasil dengan tidak akan
mencantumkan nama, kecuali nomor/inisial informan.

Identitas Nama inisial Tamda tangan Tgl/Bln/Thn

Responden

DISETUJUI OLEH KOMISI ETIK PENELITIAN IKESPNB

Tgl : ………………………….

Institut Kesehatan Prima Nusantara Bukittinggi


Lampiran 5

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR


PEMERIKSAAN TEKANAN DARAH

Standar PEMERIKSAAN TEKANAN DARAH


Operasional
Prosedur (SOP)

Pengertian Menilai tekanan darah yang merupakan indicator untuk menilai sistem
kardiovaskule bersamaan dengan pemeriksaan nadi
Tujuan Mengetahui nilai tekanan darah
Prosedur 1. Sasaran
2. Rincian tugas
3. Persiapan alat
1. Spinomanometer (tensimeter yang terdiri dari manometer air
raksa + klep pembuka udara
2. Stetoskop
3. Buku catatan tanda vital dan pena
4. Pelaksanaan
a. Jelaskan prosedur pada pasien
b. Cuci tangan
c. Gunakan sarung tangan
d. Atur posisi pasien
e. Letakan tangan yang hendak diukur pada posisi terlentang
f. Lengan baju dibuku
g. Pasang manset pada lengan kanan/kiri atas sekitar 3 cm diatas
fossa cubiti
h. Tentukan denyut nadi
i. Letakkan diafragma stetoskop diatas nadi brachialis, letakkan
stetoskop diatas deyut nadi yang telah ditentukan
j. Pompa balon udata isi manset sampai manometer setinggi 20
mmhg lebih tinggi dari titik radialis tidak teraba
k. Kempeskan balon udara manset secara berlahan lahan dengan
cara memutar scrup pada pompa udara berlawaan jarum jam

Institut Kesehatan Prima Nusantara Bukittinggi


Lampiran 6

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR


SENAM HIPERTENSI
Standar SENAM HIPERTENSI
Operasional
Prosedur
(SOP)
Pengertian Senam hipertensi adalah salah satu cara memelihara kebugaran jasmani dengan
melakukan senam, karena dapat merangsang aktivitas kerja jantung untuk
melakukan perubahan yang menguntungkan dalam tubuh seseorang
Tujuan Membantu menurunkan tekanan darah, membantu klien mengurangi penimbunan
cairan dalam tubuh atas oedema dan bengkak
Prosedur 1. Persiapan klien
Klien diberitahu tindakan yang akan dilakukan dan diposisikan berdiri
2. Persiapan lingkungan
Ruangan yang tenang dan kondusif serta yang cukup luas
Cara Kerja 1. Gerakan pemanasan
a) Tekuk kepala kesamping, lalu tahan dengan tangan pada sisi yang sama
dengan arah kepala. Tahan dengan hitungan 8-10, lalu bergantian dengan
sisi lain
b) Tautkan jari-jari kedua tangan dan angkat lurus keatas kepala dengan
posisi kedua kaki dibuka selebar bahu. Tahan dengan 8-10 hitungan.
Rasakan tarikan bahu dan punggung
2. Gerakan inti
a) Lakukan gerakan seperti jalan ditempat dengan lambaian kedua tangan
searah dengan sisi kaki yang diangkat. Lakukan perlahan dan hentakan
b) Buka kedua tangan dengan jemari mengepal dan kaki dibuka selebar bahu.
Kedua kepalan tangan bertemu dan ulangi gerakan semampunya sambil
mengatur nafas
c) Kedua kaki dibuka agak lebar lalu angkat tangan menyerong. Sisi kaki
yang searah dengan tangan sedikit ditekuk. Tangan diletakan dipinggang
dan kepala searah dengan gerakan tangan. Tahan 8-10 menit hitungan lalu
ganti dengan sisi lainnya
d) Gerakan hampir sama dengan sebelumnya, tapi jari mengepal dan kedua
tangan diangkat keatas. Lalukan bergantian secara perlahan dan
semampunya
e) Hampir sama dengan gerakan inti 1, tapi kaki dibuang kesamping. Kedua
tangan dengan jemari mengepal kearah yang berlawanan. Ulangi dengan
sisi bergantian
3. Pendinginan
Posisi tetap, tautkan kedua tangan lalu gerakan kesamping dengan gerakan
setengah putaran. Tahan 8-10 menit hitungan lalu arahkan tangan ke sisi lainya
dan tahan dengan hitungan yang sama

Institut Kesehatan Prima Nusantara Bukittinggi


Lampiran 7
Pengaruh senam hipertensi terhadap tekanan darah pada lansia di wilayah kerja puskesmas
Rasimah Ahmad Kota Bukittinggi Tahun 2022
Petunjuk Pengisian
1. Bacalah dengan cermat dan teliti
2. Isilah titik titik yang tersedia dilembar kuisioner
3. Pilihlah salah satu jawaban yang Bapak/ibu anggap sesuai

A. Karakteristik Demografi responden


Nama :……………………………………..
Umur :……………………………………..
Jenis Kelamin :……………………………………..
Agama :……………………………………..
Pendidikan Terakhir :……………………………………..
Pekerjaan :……………………………………..
Rata-rata pendapatan/bln :……………………………………..
Lama menderita Hipertensi :……………………………………..

Mempunyai asuransi kesehatan :……………………………………..

Institut Kesehatan Prima Nusantara Bukittinggi


LEMBAR OBSERVASI
INTERVENSI

No Insial Nama Umur JK Pre test Post test


Sistolik Distolik Sistolik Distolik

LEMBAR OBSERVASI
KONTROL

No Insial Nama Umur JK Pre test Post test


Sistolik Distolik Sistolik Distolik

Institut Kesehatan Prima Nusantara Bukittinggi


Lampiran 8

ALUR PENELITIAN

1. Menentukan responden berdasarkan sampel kriteria inkulsi dan eklusi

2. Melakukan pendekatan kepada calon responden dan memberikan penjelasan kepada calon

responden tentang penelitian yang akan dilakukan

3. Peneliti menyampaikan surat permohonan menjadi responden kepada calon responden

4. Peneliti mempersilahkan calon responden untuk membaca dan memahami surat permohonan

menjadi responden

5. Peneliti mempersilahkan calon responden untuk menandatangani lembar persetujuan yang

disediakan oleh peneliti

6. Melakukan pre test dengan melakukan pengukuran tekanan darah pada kelompok intrevensi dan

kontrol

7. Intervensi dilakukan dengan melakukan terapi non farmakologi yaitu senam hipertensi selama 4

minggu dengan 2 kali dalam 1 minggu kepada kelompok intervensi

8. Melakukan pre test dengan melakukan pengukuran tekanan darah pada kelompok intervensi dan

kontrol

Institut Kesehatan Prima Nusantara Bukittinggi


INSTITUT KESEHATAN
PRIMA NUSANTARA BUKITTINGGI
FORMULIR BIMBINGAN PROPOSAL
SKRIPSI FM-08.1.1-17

Nama :
NIM :
Programstudi :
Pembimbing :
Judul :

HARI/ MATERI PARAF


TANGGAL PEMBIMBING

Bukittinggi..................................2022
Ka Prodi Sarjana Keperawatan

Ns. Vera Kurnia M.Kep

Institut Kesehatan Prima Nusantara Bukittinggi


SENAM HIPERTENSI PADA DEFENISI HIPERTENSI DAN MANFAAT SENAM HIPERTENSI
LANSIA SENAM HIPERTENSI

Hipertensi dapat didefenisikan sebagai


tekanan darah persisten dimana tekanan
sistoliknya diatas 140 mmHg dan
disatolik diatas 90 mmHg

Oleh : 1. Untuk meningkatkan daya tahan


jantung dan paru paru serta
membakar lemak yang
RIRI RISDAWATI berlebihan ditubuh karena
181012114201011 aktifitas gerak yang menguatkan
dan membentuk otot dan
beberapa bagian tubuh lainnya
SENAM HIPERTENSI
2. Meningkatkan kelentukan
Adalah salah satu cara memelihara keseimbangan koordinasi,
kesegaran jasmani dengan melakukan kelincahan daya tahan dan
senam, karena tidak dapat merangsang sanggup melakukan kegiatan
aktifitas kerja jantung untuk atau olah raga lainnya
melakukan perubahan yang 3. Merileksasilan pembuluh darah
menguntungkan dalam tubuh seseorang sehingga tekanan darah
yang melaksanakannya. Hal ini menurun
PROGRAM STUDI PROFESI merupakan usaha preventif atau
NERS FAKULTAS pencegahan yang tujuan untuk
KEPERAWATAN DAN
meningkatkan jumlah interaksi oksigen
KESEHATAN MASYARAKAT
INSTITUT KESEHATAN PRIMA yang diproses dalam tubuh dalam
NUSANTARABUKITTINGGI waktu tertentu
TAHUN 2022

Institut Kesehatan Prima Nusantara Bukittinggi


LANGKA-LANGKAH SENAM Buka kedua tangan dengan jemari Hampir sama dengan gerakan inti 1,
HIPERTENSI mengepal dan kaki dibuka selebar tapi kaki dibuang kesamping. Kedua
bahu. Kedua kepalan tangan bertemu tangan dengan jemari mengepal kearah
Tekuk kepala kesamping, lalu tahan dan ulangi gerakan semampunya yang berlawanan. Ulangi dengan sisi
dengan tangan pada sisi yang sama sambil mengatur nafas bergantian
dengan arah kepala. Tahan dengan
hitungan 8-10, lalu bergantian dengan
sisi lain

Kedua kaki dibuka agak lebar lalu Kedua kaki dibuka lebar dari bahu, satu
angkat tangan menyerong. Sisi kaki lutut agak ditekuk dan tangan yang
yang searah dengan tangan sedikit searah lutut dipinggang. Tangan
Tautkan jari-jari kedua tangan dan sisiyang lain lurus kearah lutut yang
ditekuk. Tangan diletakan dipinggang
ditekuk.
angkat lurus keatas kepala dengan dan kepala searah dengan gerakan
posisi kedua kaki dibuka selebar bahu. tangan. Tahan 8-10 menit hitungan lalu
Tahan dengan 8-10 hitungan. Rasakan ganti dengan sisi lainnya
tarikan bahu dan punggung
Kedua kaki dibuka selebar bahu,
lingkarkan satu tangan ke leher dan
tahan dengan tangan lainya. Hitunglah
8-10 kali dan Lakukan pada sisi lainnya
Gerakan hampir sama dengan
sebelumnya, tapi jari mengepal dan
kedua tangan diangkat keatas. Lalukan
Lakukan gerakan seperti jalan ditempat bergantian secara perlahan dan
dengan lambaian kedua tangan searah semampunya
dengan sisi kaki yang diangkat.
Lakukan perlahan dan hentakan Posisi tetap, tautkan kedua tangan lalu
gerakan kesamping dengan gerakan
setengah putaran.

Institut Kesehatan Prima Nusantara Bukittinggi

Anda mungkin juga menyukai