Bab I
Bab I
DISUSUN OLEH:
DAYU OWIT ANDANI 212410007
NABILATUL KHAIRANI LUBIS 212410008
ELSA TIO NAINGGOLAN 212410010
PASHYA TRIUTAMY PASARIBU 212410014
SARAH AGATA KRISTY PARAPAT 212410018
NURHALIZA 212410022
ILHAM MAULANA 212410020
RUTH TIO MARLINANG BR HOMBING 212410023
PUTRI NUR THANIA 212410025
FADILLAH NATASYA 212410028
GRACE IVANA CLARISSA 212410029
Sediaan farmasi mencakup obat, bahan obat, obat bahan alam, termasuk
bahan obat bahan alam, kosmetik, suplemen kesehatan, dan obat kuasi.
Ketentuan tentang pengaturan sediaan farmasi meliputi persyaratan mutu,
keamanan, dan efektivitas sediaan farmasi.
Alat kesehatan mencakup alat kesehatan medis dan nonmedis yang digunakan
untuk diagnosis, terapi, dan rehabilitasi pasien. Ketentuan tentang pengaturan
alat kesehatan meliputi persyaratan mutu, keamanan, dan efektivitas alat
kesehatan.
Bahan medis habis pakai mencakup bahan medis habis pakai yang digunakan
dalam pelayanan kesehatan. Ketentuan tentang pengaturan bahan medis habis
pakai meliputi persyaratan mutu, keamanan, dan efektivitas bahan medis
habis pakai.
Pelayanan farmasi klinik mencakup pelayanan kefarmasian yang diberikan
oleh apoteker di rumah sakit atau fasilitas pelayanan kesehatan lainnya.
Pelayanan ini meliputi pengelolaan sediaan farmasi, alat kesehatan, dan
bahan medis habis pakai; pengkajian resep; dispensing; pelayanan informasi
obat (PIO); konseling; pelayanan kefarmasian di rumah (home pharmacy
care); pemantauan terapi obat (PTO); dan monitoring efek samping obat
(MESO).
No Pasal Penjelasan
Praktik kefarmasian harus dilakukan oleh tenaga
1 pasal 145, ayat 1 kefarmasian sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
Praktik kefarmasian sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) meliputi produksi, termasuk pengendalian mutu,
2 pasal 145, ayat 2 pengadaan, penyimpanan, pendistribusian, penelitian
dan pengembangan Sediaan Farmasi, serta pengelolaan
dan pelayanan kefarmasian
Tenaga Kesehatan sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 197 huruf b dikelompokkan ke dalam:
a. tenaga psikologi klinis;
b. tenaga keperawatan;
c. tenaga kebidanan;
d. tenaga kefarmasian;
e. tenaga kesehatan masyarakat;
3 pasal 199, ayat 1
f. tenaga kesehatan lingkungan;
g. lenaga gtrzi;
h. tenaga keterapian fisik;
i. tenega keteknisian medis;
j. tenaga teknik biomedika;
k. tenaga kesehatan tradisional; dan
l. Tenaga Kesehatan lain yang ditetapkan oleh Menteri
Jenis Tenaga Kesehatan yang termasuk dalam kelompok
tenaga kefarmasian sebagaimana dimaksud pada ayat
4 pasal 199, ayat 5
(1) huruf d terdiri atas tenaga vokasi farmasi, apoteker,
dan apoteker spesialis.
tenaga vokasi farmasi yang memberikan pelayanan
5 pasal 286, ayat 3 kefarmasian yang menjadi kewenangan apoteker
dalam batas tertentu.
Setiap Orang yang tidak memiliki keahlian dan
kewenangan tetapi melakukan praktik kefarmasian
6 pasal 436, ayat 1 sebagaimana dimaksud dalam Pasal 145 ayat (1)
dipidana dengan pidana denda paling banyak
Rp200.000.000,00 (dua ratus juta rupiah).
Dalam hal terdapat praktik kefarmasian sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) yang terkait dengan Sediaan
Farmasi berupa Obat keras dipidana dengan pidana
7 pasal 436, ayat 2
penjara paling lama 5 (lima) tahun atau pidana denda
paling banyak Rp500.000.000,00 (lima ratus juta
rupiah).
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Secara umum, Undang-Undang ini memuat materi pokok yang disusun
secara sistematis mencakup ketentuan umum, hak dan kewajiban, tanggung jawab
Pemerintah Rrsat dan Pemerintah Daerah, penyelenggaraan Kesehatan, Upaya
Kesehatan, Fasilitas Pelayanan Kesehatan, Sumber Daya Manusia Kesehatan,
Perbekalan Kesehatan, ketahanan kefarmasian dan Alat Kesehatan, Teknologi
Kesehatan, Sistem Informasi Kesehatan, KLB dan Wabah, pendanaan Kesehatan,
koordinasi dan sinkronisasi penguatan sistem Kesehatan, partisipasi masyarakat,
pembinaan dan pengawasan, penyidikan, ketentuan pidana, ketentuan peralihan,
dan ketentuan penutup.