Anda di halaman 1dari 7

TUGAS MATA KULIAH HUKUM DAN ETIKA PROFESI

RUANG LINGKUP FARMASI MENURUT UNDANG-UNDANG


REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2023 TENTANG
KESEHATAN

Dosen Pengampu: Imam Bagus Sumantri S.Farm., M.Si, Apt

DISUSUN OLEH:
DAYU OWIT ANDANI 212410007
NABILATUL KHAIRANI LUBIS 212410008
ELSA TIO NAINGGOLAN 212410010
PASHYA TRIUTAMY PASARIBU 212410014
SARAH AGATA KRISTY PARAPAT 212410018
NURHALIZA 212410022
ILHAM MAULANA 212410020
RUTH TIO MARLINANG BR HOMBING 212410023
PUTRI NUR THANIA 212410025
FADILLAH NATASYA 212410028
GRACE IVANA CLARISSA 212410029

D3 ANALIS FARMASI DAN MAKANAN


FAKULTAS VOKASI
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2023
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Undang-undang ini memberikan arahan baru dalam pengaturan sistem
Kesehatan di Indonesia, Undang-Undang Kesehatan baru merupakan peraturan
yang mengatur berbagai aspek dalam sistem kesehatan di Indonesia. Undang-
undang ini mencakup hal-hal seperti upaya promotif, preventif, kuratif, dan
rehabilitatif. Tujuannya adalah meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan,
perlindungan bagi masyarakat, serta mengatur kewenangan dan tanggung jawab
tenaga kesehatan. Menurut Kementerian Kesehatan RI, terdapat sejumlah aspek
yang akan diperbaiki dengan diterapkan Undang-undang Kesehatan ini, antara lain:
 Mengubah fokus dari pengobatan menjadi pencegahan.
 Memudahkan akses layanan kesehatan.
 Mempersiapkan sistem kesehatan yang tangguh menghadapi bencana.
 Meningkatkan efisiensi dan transparansi pembiayaan kesehatan.
 Memperbaiki kekurangan tenaga kesehatan.
 Mendorong industri kesehatan untuk mandiri di dalam negeri dan
mendorong penggunaan teknologi kesehatan yang mutakhir.
 Menyederhanakan proses perizinan kesehatan.
 Melindungi tenaga kesehatan secara khusus.
 Mengintegrasikan sistem informasi kesehatan.
Ada beberapa isu yang muncul terkait dengan Undang-Undang Kesehatan
yang terbaru. Salah satunya adalah masalah regulasi terhadap penggunaan
teknologi dalam pelayanan kesehatan. Undang-undang tersebut belum memberikan
pedoman yang jelas terkait dengan penggunaan telemedicine atau pelayanan
kesehatan jarak jauh lainnya. Hal ini menjadi perhatian tenaga kesehatan yang
menggunakan teknologi tersebut dalam praktik sehari-hari mereka.
Selain itu, isu lain yang muncul adalah terkait dengan pelaksanaan sanksi
terhadap pelanggaran Undang-Undang Kesehatan. Beberapa tenaga kesehatan
khawatir bahwa sanksi yang diberikan terlalu berat dan tidak mempertimbangkan
kondisi dan situasi yang sebenarnya. Mereka berpendapat bahwa perlu adanya
pembinaan dan pendidikan bagi tenaga kesehatan yang melakukan kesalahan,
bukan hanya sanksi yang langsung diberikan.
Hal lain juga muncul seperti STR berlaku seumur hidup dan rekomendasi
organisasi profesi untuk memperoleh SIP, alokasi anggaran kesehatan dan praktik
tenaga kesehatan asing di Indonesia.Dalam pandangan profesional, Undang-
Undang Kesehatan yang terbaru merupakan langkah positif dalam meningkatkan
sistem kesehatan di Indonesia.Meskipun ada beberapa kekurangan dan isu yang
perlu ditangani, undang-undang ini memberikan kerangka kerja yang jelas dan
komprehensif bagi tenaga kesehatan dalam melaksanakan tugas dan tanggung
jawab mereka.
Namun, dalam implementasinya, perlu adanya revisi dan klarifikasi
terhadap beberapa pasal yang masih memunculkan kebingungan. Hal ini akan
membantu tenaga kesehatan dalam menjalankan tugas mereka dengan lebih baik
dan menghindari interpretasi yang berbeda-beda.
Hal yang bisa disimpulkan untuk sementara ini ialah Undang-Undang
Kesehatan terbaru telah menjadi isu yang penting dalam dunia kesehatan di
Indonesia. Sikap tenaga kesehatan terhadap undang-undang ini bervariasi, tetapi
secara umum, mereka menerima dengan baik sebagai langkah maju dalam
meningkatkan sistem kesehatan. Meskipun demikian, masih ada isu yang perlu
ditangani, misalnya regulasi terhadap penggunaan teknologi dan pelaksanaan
sanksi yang berlebihan. Dalam pandangan profesional, undang-undang ini
memberikan kerangka kerja yang jelas, tetapi perlu ada revisi dan klarifikasi untuk
memastikan implementasinya berjalan dengan baik. Undang-Undang Kesehatan
yang terbaru ini menjadi landasan penting bagi tenaga kesehatan dalam
memberikan pelayanan yang berkualitas bagi masyarakat Indonesia.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Menurut Undang-undang Nomor 17 Tahun 2023 tentang Kesehatan, farmasi


diatur dalam bab ketujuh yang membahas tentang ketahanan kefarmasian dan alat
kesehatan. Bab ini memuat ketentuan tentang pengaturan sediaan farmasi, alat
kesehatan, dan bahan medis habis pakai, serta pelayanan farmasi klinik.

 Sediaan farmasi mencakup obat, bahan obat, obat bahan alam, termasuk
bahan obat bahan alam, kosmetik, suplemen kesehatan, dan obat kuasi.
Ketentuan tentang pengaturan sediaan farmasi meliputi persyaratan mutu,
keamanan, dan efektivitas sediaan farmasi.
 Alat kesehatan mencakup alat kesehatan medis dan nonmedis yang digunakan
untuk diagnosis, terapi, dan rehabilitasi pasien. Ketentuan tentang pengaturan
alat kesehatan meliputi persyaratan mutu, keamanan, dan efektivitas alat
kesehatan.
 Bahan medis habis pakai mencakup bahan medis habis pakai yang digunakan
dalam pelayanan kesehatan. Ketentuan tentang pengaturan bahan medis habis
pakai meliputi persyaratan mutu, keamanan, dan efektivitas bahan medis
habis pakai.
 Pelayanan farmasi klinik mencakup pelayanan kefarmasian yang diberikan
oleh apoteker di rumah sakit atau fasilitas pelayanan kesehatan lainnya.
Pelayanan ini meliputi pengelolaan sediaan farmasi, alat kesehatan, dan
bahan medis habis pakai; pengkajian resep; dispensing; pelayanan informasi
obat (PIO); konseling; pelayanan kefarmasian di rumah (home pharmacy
care); pemantauan terapi obat (PTO); dan monitoring efek samping obat
(MESO).
No Pasal Penjelasan
Praktik kefarmasian harus dilakukan oleh tenaga
1 pasal 145, ayat 1 kefarmasian sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
Praktik kefarmasian sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) meliputi produksi, termasuk pengendalian mutu,
2 pasal 145, ayat 2 pengadaan, penyimpanan, pendistribusian, penelitian
dan pengembangan Sediaan Farmasi, serta pengelolaan
dan pelayanan kefarmasian
Tenaga Kesehatan sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 197 huruf b dikelompokkan ke dalam:
a. tenaga psikologi klinis;
b. tenaga keperawatan;
c. tenaga kebidanan;
d. tenaga kefarmasian;
e. tenaga kesehatan masyarakat;
3 pasal 199, ayat 1
f. tenaga kesehatan lingkungan;
g. lenaga gtrzi;
h. tenaga keterapian fisik;
i. tenega keteknisian medis;
j. tenaga teknik biomedika;
k. tenaga kesehatan tradisional; dan
l. Tenaga Kesehatan lain yang ditetapkan oleh Menteri
Jenis Tenaga Kesehatan yang termasuk dalam kelompok
tenaga kefarmasian sebagaimana dimaksud pada ayat
4 pasal 199, ayat 5
(1) huruf d terdiri atas tenaga vokasi farmasi, apoteker,
dan apoteker spesialis.
tenaga vokasi farmasi yang memberikan pelayanan
5 pasal 286, ayat 3 kefarmasian yang menjadi kewenangan apoteker
dalam batas tertentu.
Setiap Orang yang tidak memiliki keahlian dan
kewenangan tetapi melakukan praktik kefarmasian
6 pasal 436, ayat 1 sebagaimana dimaksud dalam Pasal 145 ayat (1)
dipidana dengan pidana denda paling banyak
Rp200.000.000,00 (dua ratus juta rupiah).
Dalam hal terdapat praktik kefarmasian sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) yang terkait dengan Sediaan
Farmasi berupa Obat keras dipidana dengan pidana
7 pasal 436, ayat 2
penjara paling lama 5 (lima) tahun atau pidana denda
paling banyak Rp500.000.000,00 (lima ratus juta
rupiah).
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Secara umum, Undang-Undang ini memuat materi pokok yang disusun
secara sistematis mencakup ketentuan umum, hak dan kewajiban, tanggung jawab
Pemerintah Rrsat dan Pemerintah Daerah, penyelenggaraan Kesehatan, Upaya
Kesehatan, Fasilitas Pelayanan Kesehatan, Sumber Daya Manusia Kesehatan,
Perbekalan Kesehatan, ketahanan kefarmasian dan Alat Kesehatan, Teknologi
Kesehatan, Sistem Informasi Kesehatan, KLB dan Wabah, pendanaan Kesehatan,
koordinasi dan sinkronisasi penguatan sistem Kesehatan, partisipasi masyarakat,
pembinaan dan pengawasan, penyidikan, ketentuan pidana, ketentuan peralihan,
dan ketentuan penutup.

Anda mungkin juga menyukai