Anda di halaman 1dari 13
yey? SD Per SP LeU rd Meee eu Ma en ee eee ‘NORMATIUTIAS KEKLAUAN NOUN DALAM PERSPEXTIF LIRA PEMIKURAM KED-KANTIAN. © FA a UNGER TAS UMGKONGAN IOUT MG ADA SET ERA BANA ConPosnT SOC RESPOWSBAITYESA) GALAN PERSP: PEMBRNGONANRRATEARSTAN © orev! wana evomansioNaL ALACRA MOM He BAR TTR © vgs Peau EMEA eM ERK AATKORPS EALMBNTAN LT STA DOKTAAESPOMSILITY POTEET oP? DALAM BGK LAU HUKUMEBERPARADIHAPRMEASLA ‘HMDA ALAM SERAGAL ALT PRKSA DALAM PENACINANUTAWE PRLAKC Stud tentang Penepatan Mutu Paik © ‘ota Santera Fak) ‘MMU WOKS MASIONAL DALAM MEMUNANG PEREXONOMIAN INDONESIA BERASASKAN NEADILA SOSIAL © DIRITAPRAPTI BAMA ‘KEWenaneay PEMERIWTIW DAERAW MUSA TEN EOARA THUR DALAM RANCKA OFTIMMALISAS!PENEELOLAAM AST ANAK Ya MME | Nomor | Halaman | Semarang ISSN 44 1 4-122 | Januari 2015 | 2086-2695 MMH JURNAL MASALAH-MASALAH HUKUM ISSN 2086-2695 Akreditasi No.: 56/DIKTI/Kep/2012 Jilid 44 Nomor 1, Januari 2015. yang dangkat dan hacl peneitan Penanggung Jawab Umum Deban Fatastas Hutun UNDIP an Utama, SH M Hum Penanggung Jawab Teknis as Hutuin UNDIP Pemimpin Redaksi Sekretaris Pelaksana Maro. SH M Hum Penyunting Pelaksana Prof Dr FX Adj Samekto, SH. M Hur 0, SH Ml Hum Thyono, SH Mn Dr Subir, SH Mi Adtya Yur SSH MH. Pelaksana Tata Usaha at SE.MS: am SH.Mi Pembantu Pelaksana Tata Usaha Joko Saksono, $ Kom Ayk Sujoko, SH, MH. mis Fakuitas Hukum Univ yoo. Jt Prat (24) 76918201, 76918202 gan langsung dan aww Ejournal undip 1 phpiminn » Sejak 9 Januan 1974 olet Fakuftas Hud Uni g manera sumbangan tuisan yang belum pemnah dterbitkan dalam mada tan ertas HVS buarta gas’ ganda sepanyang leh hurang 1Shalaman, dengan format se 3 dibagan belakang jumat im. Naskah yang masul acaralannya MASALAH-MASALAH Akreditasi No.: 56/DIKTI/Kep2012 HUKUM ASSESS APE Halaman 1 - 122 DAFTAR ISL Kata Pengantar i Daftar tsi iti Pewarisan pada Etnis ‘Tionghoa dalam Pluralitas Hukum Waris 1-10 Beatrix Beni Normativitas Keilmuan Hukum dalam Perspektif Aliran Pemikiran Neo-ka WAT FX. Adji Samekto 18-25 Perlindungan Hak Atas Lingkungan Hidup yang Baik dan Sehat di Era Globalis Rochmani y (CSR) dalam Perspektif Pembangunan Berkelanjutan 26-33 Corporate Social Responsil Sunaryo Kekayaan Intelektual 34-43 Potensi Warisan Budaya Tradisional dalam Ranah Hukum Ha Eny Susilowati Rekonstruksi Peran Kelembagaan Perempuan dalam Gerakan Anti Korupsi di 44-51 Kalimantan Barat Purwanto ah di Bangka Belitung 52-58 Faktor Kriminogen Mlegal M Dwi Haryadi Justifikasi Doktrin Responsibility To Protect (RToP) dalam Bingkai Tmu Hukum 59.68 Berparadigma Pancasila Sasmini an Utang Pajak (Studi tentang 69.77 Alat Paksa dalam Penagi melalui Sandera Pajak) Sandera Pajak seba Penegakan Hukum Paj Budi Ispriyarso I n Nasional dalam Menunjang Perekonomian Indonesia Berasaskan 78-84 Keadilan Sosi: Derita Prapti Rahayu Hu Praktik Pengawasan Raperda dan Perda serta Upaya Rekonstruksi Pengujiannya — gs.97 Sesuai Amanat UUD NRI Tahun 1945 ° Umbu Rauta Kewenangan Pemerintah Dacrah Nusa Tenggara Timur dalam Rangka Optimalisasi_ 98-103 Pengelolaan Aset Tanah Fadly Afand Djafar GATAUAW-WASATAR Aizeditan no. Se/oIeh litasi No.: 56/DIKTI/Ke SiS SHUO 44 NO. 1 JANURSE SOI HUKUM Halaman 1} - 122 ‘Analisis Asas Keadilan pada Pembagian Harta Warisan menurut Hukum Islam 104-113 Islamiyati Kajian terhadap Pendekatan mu Hukum Normatif dan imu Hukum Empirik 114-122 sebagai Dua Sisi Pendekatan yang Saling Mengisi Krismiyarsi KAJIAN TERHADAP PENDEKATAN ILMU HUKUM NORMATIF DANILMU HUKUM EMPIRIK SEBAGAIDUA SISI PENDEKATAN YANGSALING MENGISI Krismiyarsi Pengajar Fakultas Hukum Universitas 17 Agustus 1945 Semarang J1Pawiyatan Luhur Bendan Dhuwur Semarang ‘email: krismiyarsi@yahoo.com Abstract Lawis a social phenomenon that has various aspects and dimensions of the broad and diverse. Therefore, scientifically, we can study law from several points of view: Based on the purpose and characters, the science of law can be divided into two types, namely the Normative Jurisprudence and Empirical Jurisprudence. These two approaches to do dichotomy and opposed to each other, but rather complement each other as a connecting line. Keywords: Normative Jurisprudence, empirical Jurisprudence Abstrak Hukum adalah gejala kemasyarakatan yang mempunyai berbagai aspek dan dimensi yang Iwas dan majemuk., karena itu, hnukum secara ilmiah dapat dipelajari dari beberapa sudut pandang. Berdasarkan ‘tujuan dan sifatnya, ilmu hukum dapat dibedakan ke dalam dua jenis, yakni Inu Hukum Normatif dan Hmu-ilmu Hukum Empirik. Ke dua pendekatan ini jangan dikhotomikan dan dipertentangkan satu dengan lainnya, melainkan saling mengisi sebagai suatu garis menyambung. Kata Kunci [imu Hukum Normatif, limu Hukum Empirik, A.Pendahuluan Berdasarkan tataran analisisnya (tingkat abstraksinya), pengembanan hukum teoritikal dibedakan ke dalam tiga bentuk, yaitu: ilmu-ilmu hukum, teori hukum dan filsafat hukum, Obyek telaah ilmu-ilmu hukum adalah tatanan hukum memaparkan, menganalisis, mensistematisasi dan menginterpretasi hukum positif yang berlaku. Tujuannya adalah untuk memungkinkan Penerapan dan pelaksanaan hukum di dalam praktek dilaksanakan secara lebih bertanggungjawab. IImu hukum itu bersifat nasional. Fokus perhatiannya nasional dan internasional yang berlaku. lImu-ilmu hukum ini terbagi lagi dalam dua kelompok yaitu imu hukum normatif dan imu hukum empirik. Timu hukum normatifdisebut Iimu Hukum Praktikal atau [mu Hukum Dogmatik. imu hukum praktikal atau ilmu hukum dogmatik (ilmu hukum normatif) adalah pengembanan hukum teoretikal yang terwujud dalam kegiatan intelektual berupa adalah pada hukum yang berlaku sebagai das sollen- sein, yakni hukum sebagai suatu sistem keharusan (das sollen) yang bertumpu dan berakar pada dunia kenyataar/kemasyarakatan (das sein) dan diarahkan balik untuk menata dan mengatur dunia kenyataan kemasyarakatan itu (das sein).' {mu Hukum Empirik, adalah kegiatan ilmiah untuk mempelajari hukum dengan pendekatan " Meuwissen, 2008, terjemahan B. Ari Bandung, PT Refika Aditama, him vi. ha Sidharta, Tentang Pengembanan Hukum, Tin Hukumn, Teor Hukum dan Fisafat Hukum, ceksternal, yakni mempelajari hukum dari tik berditi seorang pengamat atau observer dengan mengamati perilaku para warga dan pejabat masyarakat berkenaan dengan adanya dan berlakunya hukum didalam masyarakat, Obyek telaahnya (kecuali bag perbandingan hukum dan sejarah hukum) adalah hukum sebagai sein-sollen, yakni hukum sebagaimana ia tampil dalam perilaku orang dalam dunia kenyataan kemasyarakatan (das sein) berkenaan dengan ada dan berlakunya kaidah- kaidah hukum posit (das sollen), Hukum adalah gejala kemasyarakatan yang ‘mempunyai berbagai aspek dan dimensi yang las ddan majemuk, arena itu, hukum secara lmiah dapat 4ipelajari dari beberapa sudut pandang, Berdasarkan {ujuan dan sifatnya, ilmu hukum dapat dibedakan ke dalam dua jenis, yakni lima Hukum Nomatifdan Mmu-ilmu Hukum Empirik. Ke dua pendekatan ini Jangan dikhotomikan dan dipertentangkan satu dengan lainnya, melainkan saling mengisi sebagai suatu garis menyambung, Tulisan ini ingin membahas mengenai: “Mengapa pendekatan ilmu hukum normatif dan imu hukum empirik merupakan dua sisi pendekatan vyang saling mengi B. Pembahasan Dasar Pertimbangan Mengapa Pendekatan Hmu Hukum Normatif dan Hmu Hukum Empirik Merupakan Dua Pendekatan yang Saling Mengisi Mengikuti pendapat Gustaf Radburch bahwa setiap penerapan Undang-undang ke dalam ‘masyarakat bertumpu pada 3 (tiga) nilaidasar hukum, yakni kepastian hukum, keadilan dan kemanfatan, Ketiganya masing-masing berisi tuntutan yang berbeda, yang satu dengan yang lain mempunyai potensi untuk saling bertentangan, misalnya kepastian hukum akan mengesampingkan nilai keadian dan kemanfaatan? Untuk dapat memenuhi tiga nilai dasar tersebut ilmu hukum memerlukan bantuan ilmu-iimu hukum empirik, seperti:Sejarah Hukum, Perbandingan Hukum, Sosiologi Hukum, Krismiyaiiys Tepe Nek? Antropologi Hukum, dan Psikologi Hukum, ‘Temuan-temuan dari ilmu-iimuhukum empirikinilah yang nantinya dapat untuk digunakan menyempurnakan hukum normatif di masa yang, akan datang (jus constituendum), dengan melihat kepada ilmu hukum empirik maka pembangunan hukum akan lebih sesuai dengan konteks masyarakatnya, Salah satu contoh ilmu hukum empirik yang ‘mempelajari hukum adalah sosiologi hukum.Pada saat sekarang sosiologi hukumsedang berkembang pesat.limu ini terarah untuk menjelaskan hukum positif yang berlaku (artinya isi dan bentuknya yang berubah-ubah menurut waktu dan tempat) dengan bantuan faktor-fakior kemasyarakatan, Hukum dapat dengan dua cara dihubungkan dengan faktor- faktor kemasyarakatan, Pada satu sisi, hukum itu sendiri dapat dijelaskan dengan bantuan faktor- faktor kemasyarakatan, pad: ja kemasyarakatan dapat dijelaskan dengan bantuan hukum. Dalam dua hal itu maka hukum dan gejala kemasyarakatan diletakkan pada suatu tataran yang sama, Terkait dengan sejarah hukum, maka ilmu hukum harus juga melihat pada sejarah hukunnya, ‘membangun hukum normatif tidak bisa lepas da melihat sejarah hukumnya suatu bangsa, Paul Scholten mengatakan bahwa ilmu tentang hukum adalah juga ilmu tentang peristiwa sejarah (perundang-undangan) dan tentang hubungan kemasyarakatan, Ihwalnya tetap benar, imu hukumadalah sesuatu yang lain (berbeda) da sejarah hukum dan sosiologi hnukum. Yang disebut terakhir menghendaki pemahaman historikal da penjelasan kemasyarakatan, Hmu hukum mencari pengertian tentang hal yang ada (het bestaande), tetapi hal ini (pengertian tersebut) tidak mungkin tanpa mengolah bahan ini juga bahan terberi Kemurnian ilmu hukum selalu mengandung sesuatu yang tidak muri dari bahannya.’ Perbandingan hukum merupakan metode yang dapat dilakukan untuk pembaharuan hukum normatif, dengan membandingkan berbagai sistem hukum yang berlaku di berbagai Negara, maka kita ® Satinio Rahardjo, 2006, Hou Hakim, Banclung, PT Citra Aditya Baki, hl, 19. " Paul Seolten, 2011, Strukrur mu Takum, texjemah BAP S arta, Bandung, Alumni, hlm.12-13, ‘Masalah - Masalsh Hukur, iid 4 No.1, Januari 2015 dapat mengambil mana yang bisa digunakan untuk membangun hukum positif: Demikian pula dengan, perbandingan hukum kita dapat mengadopsi kearifan Jokathukum adat yang berlaku di Indonesia untuk dijadikan hukum nasional.Positivisme yang dianut sebagai paradigma hukum eropa berikut sistim penyelenggaraannya yang serba formal dan prosedural jelas sangat berbeda dengan cara-cara rakyat pribumi menyelesaikan sengketanya. Rakyat pribumi lebih memilih cara kompromi sebagai cara yang dipandang lebih adil Eugen Ehrlich berpendapat bahwa sebuah penggambaran realistis tentang hukum in action haruslah mempertimbangkan ‘hukum yang hidup* yang ada pada sub-sub kelompok, di samping ‘hukum resmi* negara.‘ Ehrlich melihat hukum sebagai bersumber dari fakta-fakta sosial dan bergantung lebih kepada dorongan-dorongan sosial dari pada otoritas Negara.Selanjutnya beliau mengatakan “Pusat gravitasi perkembangan hukum, pada masa kita maupun pada semua masa lainnya, bukan ada di legislasi atau sains juristic, atau di dalam keputusan-keputusan yudisial, melainkan ada di masyarakat itu sendiri Di Indonesia berdasarkan asas konkordansi memperlakukan sistem hukum yang berasal dari Eropa kontinental, sementara itu sclain sistem hukum, yang berasal dari Eropa, di Indonesia berlaku hukum adat sebagai hukum yang asli. Di samping itu juga berlaku hukum islam bagi pemeluknya, karena agama islam adalah mayoritas dari agama yang dianut oleh penduduk Indonesia, maka penetrasi ajaran islam dalam kehidupan bangsa Indonesia banyak dipengaruhi oleh nilai-nilai ajaran agama islam, Sehingga hukum adat di Indonesia turut pula dipengaruhi oleh nilai-nilai ajaran agama islam. Menurut Adi Sulistiyono, beliau mengatakan Setelah Undang-undang Otonomi Daerah diberlakukan sejak tahun 2001, sistem hukum adat dan sistem hukum islam ternyata semakin -memperlihatkan identitasnya sebagai nilai-nilai yang, patut diperhitungkan kebangkitannya di daerah- daerah tertentu.’ Dengan membandingkan beberapa sistem hukum tersebut yaitu dengan membanding- bandingkan salah satu lembaga hukum dari sistem hukum yang satu dengan sistem hukum yang lain untuk kemudian mencari persamaan dan perbedaannya, Dengan metode perbandingan hukum, kita akan ambil yang bersesuaian dengan sosial, ekonomi politik dan budaya bangsa Indonesia untuk kemudian diproses sebagai bahan pembangunan hukum nasional. Tentu saja tidak bertentangan atau harus singkron secara vertikal maupun horizontal dengan undang-undang yang berada di atasnya, UUD 1945 dan Pancasila, maupun undang-undang yang sejajar dengan undang-undang yang mengatur hal yang sama. Di samping itu gerakan pembaharuan dan pembentukan hukum harus mengakar pada nilai-nilai luhur budaya bangsa dengan memadukan unsur adanya kepastian hukum, kemanfaatan hukum dan keadilan bagi semua warga Negara Indonesi Peranan hukum menjadi sangat penting ketika kehadiran hukum nasional bertemu dengan hukum lokal. Contohnya: Sengketa tanahyang terjadi di Mesuji di Provinsi Lampung dan Sumatera Selatan, Akar masalahnya adalah sengketa tanah sebagai ekses pelepasan lahan yang biasa dimanfaatkan masyarakat untuk mencari penghidupan di lahan tersebut.Rakyat yang schari- hari bekerja sebagai petani atau petani penggarap, harus menghadapi kekerasan senjata dengan Perusahaan Perkebunan, hanya karena mereka hendak mempertahankan Iahan garapannya. Undang-undang No.18 Tahun 2004 yang merupakan hukum positifrupanya tidak berpihak pada rakyat. Masyarakat menganggap bahwa lahan itu telah digarap secara turun temurun dari generasi ke generasi berpuluh-puluh tahun bahkan ada sebagian yang merupakan hak ulayat, namun secara tiba-tiba datang investor dengan hukum nasional ‘yang menurut warga petani setempat adalah hukum. yang tidak mencerminkan keadilan bagi ‘mercka.Keadilan yang berpihak pada investor yang, menurut hukum positif datangnya dari Negara. * Wemer Menshi, 2012, M Khozim. Bandung, Nusa Medi, him 124 5 bid, ba. 125. “erbandingan Hukum Dalam Konteks Global dite 'jemabhan dari Compara Law in a Global Context olzh * Adi Sulsuyono dan Mubammad Rustamaj, 2009, Hukum Ekonomi Sehuagai Panglima, Sidoarj, Masmedia Lana Pustaka, hm. 00 116 Kehadiran hukum positifyang dibawa bersamaan dengan kehadiran investor perkebunan sawit di Mesuji menimbulkun terjadinya konflik perebutan fahan, Hukum Positif yang mengejar kepastian hukum ternyata tidak dapat diterapkan bagi masyarakat lokal yang berpandangan hukum. ses dari sengketa lahan merambah pada pelanggaran hak asasi manusia, nyawa manusit menjadi tidak ada harganya.Tindakan sewenang-wenang perusahaan ini selalu berlindung, ‘tas Undang-undang No. 18 Tahun 2004 tentang, Perkebunan.Dimana Undang-undang ini telah memberikan legalitas yang sangat kuat kepada Perusahaan perkebunan untuk mengambil tanah- {anah yang dikuasai oleh rakyat, Pasal-pasal dalam ‘Undang-undang ini memberikan ruang yang besar kepada perusahaan perkebunan untuk terus melakukan tindakan kekerasan terhadap petani- Petani manakala terjadi__perbenturan kepentingan.Keterlibatan aparat polisidalam semua kasus justeru bukan untuk meredam konflik melainkan melindungi perusahaan, polisi tidak berfungsi sebagai pengayom namun sebi wenteng” pengusaha. Inj membuktikan bahwa perkembang: elobalisasi niscaya akan menimbulkan dampak baik ing positif maupuin yang negatif. Hukum modern belum tentu dapat diterima oleh rakyat yang mengugemi hukumadatnya, Kenyataan ini adalah bersesuaian dengan apa yang dikemukakan oleh Mochtar Kusumaatmadja yang menyatakan bahwa dalam perspektif yang lebih detail, permasalahi pembangunan hukum yang dihadapi Negara-negara berkembang adalah: Masalah keragaman masyarakat dan keragaman hukum kebiasaan, b. — Pluralisme hukum sebagai akibat masih berlakunya sejumlah sistem hukum kolonial dengan nila-nilai hukum yang tidak selalu sesuai dengan nilai masyarakat setempat. Kimigari, Kajin Tera Pendckatan How Mukun Norma c. Sulitnya masyarakat menerima perubahan pengaturan kehidupan sebagai akibat masih kuatnya daya ikat dan daya laku hukum kebiasaan, Oleh karenanya dalam pembangunan hukum nasional juga harus memperhatikan hukum kebiasaan, Studi perbandingan hukum akan menjadi ilmu bantu bagi pembaharuan hukum normati Dengan metode perbandingan sistem hukum dapat ijadikan sebagai alternatif untuk mem! kerangka substantithukum untuk mengantisipasi perkembangan hukum secara global sestiai tuntutan cra globalisasi masa kini, Demikian pula antropologi hukum dan spikologi hukum juga akan dapat membantu dalam pembuatan hukummormatif, Hasil-hasil penelitian dari antropologi hukum dan psikologi hukum dapat menjadi signalwettenschap bagi ilmu hukum normatif: Antropologi hukum adalah suatu cabang ilmu yang mempelajaribagaimana hukum sebagai bagian dari kebu bekerja dalam kescharian masyarakat,Dalam kajiannya, bekerjanya hukum dijelaskan melalui hubungannya dk Kebudayaan yang lain, yaitu ekonomi, social, relasi Kekuasaan, juga religiPendekatan yang paling dominan dalam antropologi hukum adalah ter pendekatan pluratisme hukum yang kahir dai ist adanya keberagaman hukum dalam masyarakat.” Metode dalam sosiologi dan antropole “bu dariiu-ilmu social’, sangat dikembangkan okch para peneliti sosioleval, justeru dengan pendekatan sosiologi atau antropologi, maka substansi hukum dapat lebih dijelaskan secara mendasar. Meskipun terdapat perbedaan karakteristik di antara sosiologi hukum, sociological jurisprudence, antropologi hukum, maupun studi sosiolegal, namun terdapat benang merah persamaan di antara semua school of thought tersebut, yang menempatkan sebagai studi-studi hukum alternatif:Persamaan tersebut adalah memposisikan hukum dalam konteks *Sulistyowati riamto dan Shidara, 2011, Metade Penelinan Hukum Konstelas lan RefleksiJakatta, Yayasan Pustaka Obor Indonesia, la. 17 n7 Masala + Mas oki, J 4 Nod Janu 2018 Kemasyarakatan yang Iuas, dengan berbagal implikasi metodologisnya, Disini ditekankan pentingnya mengkaji hukum dengan dak menempatkannya sebagai bahan terberi, yang terisolasi dari kebudayaan (sistem pikir, sistem pPengetahuan) dan relasi kekuasaan diantara para Perumus hukum, penegak hukum, para pihak dan masyarakat luas." Hukum dapat dipelajari dari perspektifiimu hhukum atau imu sosial, maupun kombinasidiantara keduanya.Studi sosiolegal merupakan kajian tethadap hukum dengan menggunakan pendekatan imu hukum maupun ilmu-iimu sosial,Pada prinsipnya studi sosiolegal adalah studi hukum, yang ‘menggunakan pendekatan metodologi ilmu social dalam arti yang luas Mengutip pendapat Wheeler dan Thomas (dalam Banakar, 2005), studi 'sosiolegal adalah suatu pendekatan alternatif yang menguji studi doktrinal terhadap hukum.kata “socio” dalam sociolegal studies merepresentasi keterkaitan antar konteks dimana hukum berada (an interface with a context within which law exists). |ulah sebabnya mengapa keti ng peneliti sosiolegal menggunakan teori sosial untuk tujuan analisis, mereka sering tidak sedang bertujuan untuk member perhatian pada sosiologi atau ilmu sosial lain, melainkan hukumdan studi hukum? Studi di Negara berkembang memerlukan kedua pendekatan baik pendekatan ilmu hukum maupun ilmu sosial.Pendekatan dan analisis ilmu hukum diperlukan untuk mengetahui isi dari legislasi dan kasus hukum, namun pendekatan ini tidak menolong memberi pemahaman tentang bagaimana hukum bekerja dalam kenyataan sehari-hari, dan bagaimana hubungan hukum dengan konteks masyarakatnya, atau bagaimana efektivitas hukum dalam hubungannya dengan konteks masyarakatnya.Oleh karena itu dibutuhkan pendckatan interdisipliner, y dari berbagai disiplin ilmu dikombinasil digabungkan untuk mengkajifenomena hukum, yang tidak diisolasi dari konteks-konteks social, politik, 5 ud, ha. 178 * Bod ew 7S 8 Aref Sidharta, 2010, fs Haku Indonesia, Upuvu Penge Penubakan Massaralat, bandung, Fable Wukum Katolk "Bans Nava Atif, Zinn Hukum Padana loegealistk (Perak Konggres imu Hukum Indonesia, Relleksi dan Rehonstruko Indonesia) dan Bagian Hakurn da Masyarakat FIT UNDI Hs. ekonomi, budaya dimana hukum itu berada, Menurut Paul Scholten, Di dalam pengembanannya ilmu hukum itu sekaligys rmengakomodasikan ke dalam drinyasejarah bucum, sosiologi hukum, antropologi hukum dan teor keadilan, Dengan mengolah masukan muti maka pengembanan ilmu hukum itu sudah rmemungkinkan ilmu hukum itu menjadi hidup dan relevan terhadap dinamika kehidupan bermasyarakat dan bernegara. Namun pengolahan, akhir dari berbagai masukan ini tetap hanya dapat dilakukan dengan menggunakan metode normatif yang mengacunilaidan kaidah. Bagaimanapun, im hukum dalam pengembanannya selalu harus ‘mengacu dan berintikan rasionalitas nilai dan rasionalitas berkaidah tanpa mengabaikan rasionalitas efisiensi dan rasionalitas kewajaran,” Menurut Barda Nawawi Arief, Salah satu kelemahan/kekurangan paling strategis lainnya dalam kajian ilmu hukum (pidana) di Indonesia adalah kajianilmu hukum pidana positf yang lebih menitik beratkan pada ilmu norma (positif) tidak pada ilmu (tentang) nilafide tatanan berkehidupan kebangsaan/berkemasyarakatan yang seharusnya atau yang dicta-citakan/diidealkan, yaitu nilai hukum yang berkarakter budaya hukum nasional, Pendekatan keilmuan demikian, tidak mustabil dilatarbelakangi oleh pemikiran parsial yang ‘memisahkan antarailmu tentang norma dengan ima tentang nilai, padahal kedua-duanya tidak dapat ipisahlepaskan, Kajian yang terfokus pada ilmu ‘hukum positif(undang-undang) merupakan akibat dari ramuan strategi kurikulum yang parsial, tidak integral. Melihat llmu hukum pidana sebagai ilmu hukum positif, wajar menghasilkan cara berfikir Positivistik (normatf dalamartisempit; tetapi kalau melihatnya dari sudut politik hukum pidana (bagaimana membuat hukuum pidana), tentunya dari sudut Konstekstual,!" Hukum tidak pernah beroperasi di dalam keadaan hampa tingkungan, senantiasa akan tera Proses saling memasuki antara hukum dan -mbuangan Sua Hn Hukum Sistem tanga, hin 98 iran Inexrarif Dalam Hu ‘nw Hokum Indonesia, her i Hote Santiha Semarang, natik Yang Responsif Terhadep Pidana), Makalah yang disajikan dala Sill (Asosiasi Sosiologi Hukum vega! 19-20 Oktober 2012. Jingkungannya. Hukum bekerja metatui manusia, anaka semakin jelastah peran lingkungan terhadap perikehidupan hukum suatu bangs. Menurut Satjipto Rahardjo: “Pos Jukum secar rangan menganggap apa yang dlitetapkan oleh otoritas yang berwenanglah yang ‘merupakan kebenaran hukum (kebenaran formal), yaitu kebenaran yang tidak tergantung pa kenyataan sosiologis, pada sejarah atau kepentingan-kepentingan politik. Hukum menja adil apabila mampu berfungsi netral dan imparsial. Disini berlaku suatu finatitas, hukum, keadilan da kebenaran adalah identik dengan apa yang ditetapkan oleh penguasa sebagai hukum, keadilin dan kebenaran. Jadi, sama sekali tidak ada definisi ‘ain tentang keadilan selain apa yang ada dalam ‘hukum yang tertulis”" Hal iniberbeda dengan ilmu hukum dalam perspektif sosiologis seperti studi hhukum progresifScbagaimana dikemukakan Saljpto Rahardjo yang mendasarkan pada suatu pemikiran bahwa manusia pembentuk dan penegak hukum ‘merupakan variable independen yang menentukan keefektifan hukum untuk mewujudkan rasa keadilan sosial masyarakat, Rule breaking adalah konsep uwtama hukum progresif, hukum progresif tidak ankan hukum sebagai mengeja peraturan makna-makna yang terkandung di dalamnya.!"Dalam hukum progresif ‘menjalankan hukum bukan hanya den silogisme melainkan juga dengan keped merasakan, kejujuran dan keberanian, Berkaitan dengan hal ini menurut Barda Nawawi Arief “Dalim rangka meningkatkan kualtas, penegakan hukum, minimal perlu dilakukan reformasi dan optimalisasi tiga pendekatan kelimuan secara integral, yaitu: Pendekatan juridis-ilmiah- religius, pendekatan juridis-konstektual (ntegralistik Sistemik), dan pendekatan juridis berwawasan globsilkomparatit(teratama darisistem keluarga hukum “traditional and religious law sistem)",'* ivisme Krismiyi, Kain Tethadap Pendcatan low Hoku Normatif Pendekatan Juri iah-religius adalah pendekatan yang berorientasifberpedoman pada “lr (hukum pidana) dan"Tuntunsan Tuan dalam menegakan hukum pidana positif, atau pendekatan imu hukumberketuhanan, Banyak yang sangat tahu akan “Tuntunan undang-undang” tetapi tidak tat atau tidak mau tabu akan “Tuntunan Tuhan" dalam ‘menegakkan hukunykeadilan, padahal asas keadilan berdasarkan tuntunan Ketuhanan YME merupa asas juridis religius yang tercantum secara tegas dalam 12 Undang-undang No.48 Tahun 2009 1g Kekuasaan Kehakiman, Tuntunan Tuban la Nawawiariefmengandung: Prinsip maan (equality/non diskriminatif), prinsip obyektivitas (tidak subyekti!), prinsip tidak pilih kasih (non favoritisme/non nepotism), dan prinsip tidak berpihak (/airness/impartial), Pembangunan hukum menurut Satjipto Rahardjo, mengandung makna ganda." Pertam: ia bisa diartikan scbagai suatu usaha untuk ‘memperbahsrui hukum posititsendirisehingga sesuai dengan kebutuhan untuk melayani masyarakat pada tingkat perkembangannya yang mutakhir, suatu pemikiran yang biasanyadisebut sebagai modemisasi hukum. Kedua, ia bisa diartikan juga sebagai suatu ha untuk menfungsionatkan hukum dalam masa pembangunan, yaitu dengan cara turut mengadakan perubahan-perubahan sosial sebagaimana dibutubkan oleh suatu masyarakat yang sedang ‘membangun.'* Keduanya tidak dapat dipisahkan secara tajam, dan pada banyak kesempatan keduanya akan tergabung menjadi satu, Berdasarkan tataran abstraksinya, Disiplin Hukum dapat dibedakan ke dalam Ima Hukum, yang di Barat biasa disebut Dogmatika Hukumatau. Rechisdogmatick, yang tingkat abstraksin Kurang (dengan pendekatan normat praktikal), ya paling evaluatif fit Hukum (dengan pendekatan spekulatievaluati) yang tingkat abstraksinya paling tinggi, dan Teori Hukum (dengan pendekatan ilmial Positif eoretikal) yang tingkat abstraksinya berada sal Sauipto Rahardjo, 2009, Membangun dan Menombuk Haku Indonesia Sebuth Pendetutan Lintas Dasiplin, Vogyakana, Genta, bit Amhon Freddy Susanto ‘Atma. he. 14 “tarda Nawavsi Anict, Op Ci, bm. 71 yakarta, Gents Publishing, hi Satypio Rahardyo, 2008, dsas-asas Unum Haken Nasional, Kehakiman dan Hak Asisi Manusia, in. 56, 5, Semigtila HukumDayi Dekonsinuks Teks Moray Progrestvitas Malia, Bandung, PT Retiha " Satipio Rahardo, 2009, 1Pidun dan Perubahan Sostal Suatu Tinpanan Teorits Serta Pengalamar-pengatamun de Indonesin ( ana, Majalah Hukum Nasional, BPHIN, Depsttemen, 19 Mosoah « Massah Hukum, Jl 44 No.1, Januari 2015 i antara tma Hukum dan Filsafat Hukum. Jan Gijssels dan Van Hoecke dalam buku “Wat is Rechisteorie?” menggunakan istilah Rechiswetens- ‘chap (imu Hukum),Pengertian llmu Hukum dalam arti luas ini mencakup Dogmatika Hukum, Teori Hukum dan Filsafit Hukum. Untuk pengertian yang, luas itu, Meuwissen menggunakan istilah Pengembanan Hukum Teoritikal (theoretische rechtsbeoefening).” Meuwissen membedakan Pengembanan hukum menjadi Pengembanan Teoritikal, dan Pengembanan Praktikal. Pengembanan hukum(rechtsbeaefening) menurut Meuwissen ‘adalah kegiatan manusia berkenaan dengan adanya dan berlakunya hukum di dalam masyarakat, yang meliputi kegiatan membentuk, melaksanakan, menerapkan, menemukan, menafsirkan, menelit, dan secara sistematikal mempelajari dan mengajarkan hukum."* Pengembanan hukum praktikal adalah kegiatan yang berkenaan dengan hal mewujudkan hukum dalam kenyatsan kehidupan sehari-hari secara konkret.Pengembanan hukum praktikal ini meliputikegiatan-kegivtan pembentukan hukum, penemuan hukum dan bantuan hukum, Pembentukan hukum adalah peneiptaan hukum bara dalamarti umum, Pada umumnya hal itu berkaitan ‘dengan perumusan aturan-aturan umum, yang dapat berupa penambahan atau peubahan aturan-aturan yang sudah berlaku. Pada penemuan hukum yang menjadi persoalan adalah hal konkretisasi dari pembentukan hukum, Penemuan hukum adalah proses kegiatan pengambilan keputusan yuridik konkset yang secara langsung menimbulkan akibat hukum bagi suatu situasi individual (putusan-putusan hakim, ketetapan, pembuatan akta oleh notaris, dsb.). Dalam anti tertentu, penemuan hukum itu adalah pencerminan pembentukan hukum. Sedangkan bantuan hukum adalah: Hal pemberian pelayanan jasa-jasa secara terorganisasi oleh para akhli dalam situasi-situasi problematikal dan/atau situasi-situasi konflik, yang dapat ditangani dengan enerapan aturan-aturan hukum, dengan atau tanpa °°D Atieg Sart, 2012, StrukturHnw Haku, dalam Reflcst dan Re him 36 feu issen, Op Cu, him vi fevmnsen, Op Ci, hi 9-13 120 memanfaatkan prosedur-prosedur yuridik.” Jadi, bantuan hukum adalah tindakan secara nyata mendampingi orang-orang yang terlibat dalam kesulitan hukum.”” Menurut penulis pengembanan hukum. praktikal dan pengembanan hukum teoritikal sebenarnya janganlah didikotomikan melainkan keduanya adalah saling mengisi satu sama lain, Bekerjanya hukum dalam masyarakat akan ‘membutuhkan kajian hukum teoritikal karena mau tidak mau ilmu hukumakan menjawab pertanyaan hukum dalam rangka menemukan dan menawarkan alternatif penyelesaian yuridikal bagi masalah kemasyarakatan konkret tertentu (baik masalah ‘umum maupun sengketa individual) dengan mengacu dan dalam kerangka tata-hukum yang berlaku, Jadi, pada analisisterakhir, IImu Hukum itu. menyandang, ‘tujuan praktikal untuk membantu para pengambil putusan hukum dalam menetapkan apa hukumnya bagi situasi Konkret tertentu, artinya dalam ‘menetapkan siapa berhak (berkewajiban) atas apa ‘erhadap siapa berkenaan dengan apa dalam situasi apa. Jadi, mu Hukum adalah ilmu praktikal yang ke dalam pengembanannya berkonvergensi semua roduk ilmu-iImu lain (khususnya Sosiologi Hukum, Scjarah Hukum dan Filsafat Hukum) yang relevan untuk menetapkan proposisi hukum yang akan ditawarkan untuk dijadikan isi putusan hukum sebagai penyelesaian masalah hukum konkret yang dihadapi, Penetapan proposisi hukum tersebut dilakukan berdasarkan aturan hukum positif yang

Anda mungkin juga menyukai