Anda di halaman 1dari 19

POLICY BRIEF PKN TINGKAT II ANGKATAN III TAHUN 2022

PERCEPATAN
PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR BERKELANJUTAN
DI ERA DIGITAL UNTUK KETAHANAN EKONOMI

INFRASTRUKTUR TANGGUH
INDONESIA TUMBUH
DAFTAR
A ISI
Latar Belakang

Policy Issue & Policy Question


B
C Telaah Kritis Kebijakan

Alternatif Kebijakan
D
E Rekomendasi Kebijakan

Rencana Aksi Kebijakan F


Ringkasan
Ringkasan Eksekutif
Pandemi covid-19 yang berkepanjangan dan adanya kondisi ketidakpastian global memberikan
dampak perlambatan pertumbuhan ekonomi nasional dan ketimpangan antarwilayah yang masih
perlu mendapatkan perhatian lebih serius dari Pemerintah. Berdasarkan pada data BPS, capaian
pertumbuhan ekonomi 3,69 (2021), tingkat kemiskinan dan ketimpangan antarwilayah (rasio gini)

Eksekutif
berturut turut mencapai 9,71% (26,5 juta orang) dan 0,381 sedangkan target capaian pembangunan
nasional di 2024 untuk pertumbuhan ekonomi adalah 5,4% s/d 6,0%, tingkat kemiskinan
6,5% s/d 7,0% dan kesenjangan (rasio gini) 0,370 s/d 0,374. Untuk itu, upaya – upaya strategis
harus terus menerus dilakukan Pemerintah dalam rangka mewujudkan pembangunan berketahanan
ekonomi yang lebih mantap dan mengurangi kesenjangan antarwilayah di Indonesia untuk
percepatan pertumbuhan ekonomi.

Berdasarkan hasil benchmarking di 4 lokus visitasi dapat diformulasikan beberapa permasalahan (isu)
yang masih menghambat terciptanya ketahanan ekonomi yang lebih mantap dan pemerataan untuk
pertumbuhan ekonomi yang berkualitas, yaitu (1) belum memadainya dukungan (infrastruktur)
terhadap aktivitas perekonomian dan pemerataan; (2) terjadinya perlambatan perizinan sektor
bangunan gedung di daerah pasca pemberlakuan Peraturan Pemerintah Nomor 16 Tahun 2021
tentang Peraturan Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2002 tentang Bangunan Gedung
sehingga diperlukan kebijakan dan strategi dalam rangka mengoptimalisasi pelaksanaan perizinan;
(3) belum memadainya kualitas SDM dalam mendukung terwujudnya SDM unggul dan
berintegritas, sehingga diperlukan kebijakan dan strategi untuk mempercepat penyelenggaraan
infrastruktur berkelanjutan untuk pencapaian target ketahanan ekonomi yang lebih mantap dan
mendorong pemerataan.

Rekomendasi kebijakan yang diusulkan untuk menjawab semua tantangan – tantangan di atas
berfokus pada 3 kebijakan terpilih, yaitu: (1) penguatan infrastruktur yang mendukung perekonomian
dan mendorong pemerataan, (2) penguatan tata kelola dan integrasi SPBE untuk mendukung
pelayanan publik yang berkualitas dan inovatif, dan (3) penguatan kompetensi, profesionalisme
dan integritas SDM untuk mendukung pembentukan karakter SDM unggul dan berintegritas.
Dimana sasarannya diarahkan untuk mengakselerasi penyelenggaraan infrastruktur yang berkelanjutan
dalam mewujudkan ketahanan ekonomi yang lebih mantap dan lebih merata.
Berdasarkan kebijakan yang direkomendasikan di atas, disusunlah rencana aksi kebijakan yang
memuat kegiatan - kegiatan prioritas yang diusulkan, adalah sebagai berikut:
(1) memperkuat perencanaan strategis terpadu dan percepatan pembangunan infrastruktur
pelayanan dasar & konektivitas melalui dukungan optimalisasi pemanfaatan pembiayaan alternatif;
(2) optimalisasi digitalisasi layanan persetujuan bangunan gedung dan integrasi SPBE, dan
(3) memperkuat internalisasi & implementasi budaya kerja organisasi sesuai Permen PUPR
No. 7 tahun 2017 tentang Kode Etik dan Prilaku Pegawai Kem. PUPR dan kompetensi SDM untuk
penguatan karakter SDM unggul dan berintegritas.

1
A Latar Belakang
RPJMN 2020 – 2024 merupakan tahapan penentu dari RPJPN (2005 – 2025). Keberhasilannya akan
menjadi titik tolak dalam pencapaian sasaran Visi Indonesia 2045, yaitu Indonesia Maju.
Capaian pembangunan nasional hingga saat ini menunjukkan kemajuan yang cukup baik namun
pertumbuhan ekonominya masih ada perlambatan. Ditengah tantangan pandemi covid-19 yang
berkepanjangan dan ketidakpastian kondisi dunia secara global, ekonomi nasional masih mampu
tumbuh mencapai 3,69 (2021) (Gambar 1), dan tingkat kemiskinan dan ketimpangan antarwilayah
(rasio gini) berturut turut mencapai 9,71% (26,5 juta orang) dan 0,381 (Gambar 2). Namun demikian,
kondisi tersebut harus diupayakan terus menerus untuk ditingkatkan oleh Pemerintah guna
mewujudkan sasaran pembangunan yang berketahanan ekonomi yang lebih mantap dan
pengurangan kesenjangan antar wilayah untuk pertumbuhan ekonomi yang berkualitas dan
pemerataan. Berdasarkan data BPS (2022) target capaian pembangunan nasional tahun 2024
untuk pertumbuhan ekonomi, tingkat kemiskinan dan kesenjangan (rasio gini) berturut – turut adalah
5,4% s/d 6,0%, 6,5% s/d 7,0% dan 0,370 s/d 0,374.

Pertumbuhan
Ekonomi Indonesia
(2015 – 2021

Tingkat Kemiskinan Tingkat Pengangguran

Dalam rangka mengantispasi hal tersebut, Pemerintah melalui Kementerian PUPR beradaptasi untuk
melakukan percepatan penyediaan infrastruktur yang handal dan lebih merata dalam mewujudkan
pertumbuhan ekonomi dan ketahanan ekonomi yang lebih mantap ditengah-tengah kondisi yang
tidak pasti. Upaya dalam mendukung

2
hal ini dilakukan melalui optimalisasi sumber daya yang dimiliki, penguatan karakter kepemimpinan dan
profesionalisme yang adaptif dalam memanfaatkan peluang di era serba digital.
Praktik baik hasil benchmarking di 4 daerah, yaitu di Kab. Bojonegoro, Kab. Lombok Tengah,
Kota Tangerang Selatan dan Pemda DIY telah memberikan inspirasi bahwa:

1. percepatan pembangunan infrastruktur berkelanjutan (ramah lingkungan dan tanggap terhadap


risiko bencana) yang lebih merata dengan dukungan optimalisasi pemanfaatan dana non APBD yang
dilakukan Pemerintah Kab. Bojonegoro berdampak pada menurunnya kesenjangan antarwilayah;
2. adanya sinergi dan kolaborasi yang baik antar K/L, Pemda dan masyarakat (swasta) dalam
pengembangan dan pemanfaatan peluang – peluang yang tercipta atas terbangunnya kawasan
strategis KEK Mandalika di Kab. Lombok Tengah mampu mempercepat pertumbuhan ekonomi untuk
keadilan dan kesejahteraan;
3. transformasi digital yang dilakukan Pemerintah Kota Tangerang Selatan mampu meningkatkan
kinerja pelayanan publik (lebih cepat dan lebih efisien), menciptakan kemudahan berusaha,
meningkatkan transparasi, dan partisipasi masyarakat, serta meningkatkan pendapatan asli daerah;
4. pembangunan SDM aparatur unggul dan berintegritas yang dilaksanakan Pemda DIY serta
ketauladanan yang baik dari pimpinan tertinggi mampu mendongkrak kualitas capaian kinerja dan
kualitas pelayanan publik, profesionalisme SDM aparatur dan kredibilitas organisasi.
Kemampuan pimpinan daerah dalam memanfaatkan potensi dan peluang tersebut merupakan kunci
keberhasilan daerah – daerah tersebut dalam mengakselerasi pertumbuhan ekonomi dan pemerataan
serta ketahanan ekonomi yang lebih mantap.
Untuk itu, pemilihan dan penerapan strategi pembangunan yang lebih progresif dirasa sangat
mendesak untuk dilaksanakan oleh Pemerintah dalam rangka percepatan pencapaian
target - target pembangunan tersebut.

Rusunawa - NTB Teksas Wonocolo - Bojonegoro

Jalan Tol - Tangerang Embung Nglanggeran - Jogja Area Publik Kota - Jogja

3
B Policy Issue &
Policy Question

Policy Question
Berdasarkan hasil benchmanrking di 4 lokus visitasi dapat diformulasikan beberapa permasalahan (isu)
atau persoalan yang masih menghambat terciptanya ketahanan ekonomi yang lebih mantap dan
pengurangan kesenjangan antar wilayah untuk pertumbuhan ekonomi yang berkualitas dan lebih merata,
yaitu :

1. Belum memadainya dukungan infrastruktur antarwilayah terhadap aktivitas perekonomian


dan pemerataan.
2. Terjadinya perlambatan perizinan sektor bangunan gedung di daerah pasca pemberlakuan
Peraturan Pemerintah Nomor 16 Tahun 2021 tentang Peraturan Pelaksanaan Undang-Undang
Nomor 28 Tahun 2002 tentang Bangunan Gedung.

Policy Issue
3. Belum memadainya kualitas SDM dalam
mendukung terwujudnya SDM unggul dan berintegritas.

Mengacu pada isu – isu kebijakan di atas, maka pertanyaan kebijakan yang dapat diajukan adalah

“Bagaimanakah kebijakan dan strategi


yang harus Pemerintah (Kem. PUPR)
implementasikan untuk mengakselerasi
penyelenggaraan infrastruktur berkelanjutan
untuk pencapaian target ketahanan
ekonomi yang lebih mantap dan
mendorong pemerataan?”

4
C Telaah Kritis

Bojonegoro
Kebijakan

Penyelenggaraan infrastruktur berkelanjutan untuk keseimbangan antar wilayah

Kabupaten Bojonegoro
Kabupaten Bojonegoro merupakan salah satu daerah yang mampu melakukan percepatan
pembangunan infrastruktur berkelanjutan (ramah lingkungan dan tanggap terhadap risiko bencana)
yang lebih merata dengan dukungan optimalisasi pemanfaatan dana non APBD yang berdampak pada
menurunnya kesenjangan antarwilayah. Dengan adanya komoditi tambang minyak yang cukup
potensial dan optimalisasi CSR menjadikan Kabupaten Bojonegoro memiliki postur APBD memadai
dalam melakukan pembangunan infrastruktur secara berkelanjutan dengan prinsip dasar pemerataan
pembangunan di seluruh wilayahnya. Beberapa implementasi kebijakan dilaksanakan untuk
mewujudkan pemerataan pembangunan, diantaranya adalah:

1. Menyusun MoU dengan kabupaten sekitarnya guna menjamin keseimbangan antar


wilayah dengan kabupaten tetangga dan mempercepat pembangunan infrastruktur untuk
konektivitas antarwilayah, peningkatan jalan & pembangunan jembatan penghubung dengan
kabupaten & provinsi sekitarnya, berdampak dalam membuka keterisoliran dan peningkatan
pertumbuhan ekonomi;
2. melakukan kerjasama dengan perusahaan-perusahaan minyak dimana program CSR
perusahaan-perusahaan tersebut dikelola dan dikoordinir melalui satu pintu, yaitu di Bappeda untuk
mejadi salah satu sumber pembiayaan pembangunan infrastruktur;
3. membangun infrastruktur berupa waduk (waduk Gongseng) sebagai salah satu upaya peningkatan
infrastruktur irigasi untuk mendukung terwujudnya ketahanan pangan nasional, penyediaan air baku
dan mengairi 6191 Ha lahan pertanian.

Namun demikian masih terdapat permasalahan dalam penyelenggaran infrastruktur berkelanjutan


yang lebih merata, diantaranya adalah: (1) tingkat kemiskinan masih tinggi,
yaitu 13,27% (2021); (2) pertumbuhan ekonomi -0,4 % (2020) (dengan migas),
dan (3) IPM lebih rendah dari IPM Provinsi dan Nasional

5
Lombok
Percepatan Pertumbuhan Ekonomi untuk Keadilan dan Kesejahteraan

Kabupaten Lombok Tengah


Ditunjuknya Kawasan Pantai Mandalika Kabupaten Lombok Tengah sebagai KEK Pariwisata oleh
Pemerintah Pusat, menjadikan pariwisata merupakan salah satu fokus utama dalam meningkatkan
pendapatan ekonomi masyarakat di Nusa Tenggara Barat. Berdasarkan karakteristik wilayah yang
dimiliki, Kabupaten Lombok Tengah berpotensi memberikan kontribusi yang signifikan dalam
pembangunan ekonomi melalui sektor pariwisata, seperti Destinasi Wisata Bahari, Desa Wisata,
serta Kawasan Ekonomi Khusus Pariwisata Mandalika beserta sirkuit MotoGP didalamnya yang
mampu mempercepat pertumbuhan ekonomi untuk keadilan dan kesejahteraan.

Beberapa implementasi kebijakan dilaksanakan Kabupaten Lombok Tengah, diantaranya adalah


dengan penyediaan fasilitas infrastruktur dasar dan membangun dukungan infrastuktur yang
mendorong pertumbuhan ekonomi yang lebih merata melalui pembangunan jalan sehingga
kemantapan jalan mencapai 65,5%, pembangunan layanan irigasi dengan capaian indeks kinerja
sistem irigasi 56,1%, penyediaan perumahan dan penyediaan layanan air minum dengan capaian
77,28% terlayani air minum layak serta pengembangan industri-industri penyangga pariwiasata
seperti makanan, akomodasi transportasi, energi, MICE, dll. Namun demikian masih terdapat
permasalahan yang dihadapi oleh Kab. Lombok Tengah, diantaranya adalah:

1. tingkat kemiskinan masih tinggi, yaitu 13,44% (2021);


2. angka pengangguran 4,74%
3. pertumbuhan ekonomi -6,68 % (2020) (dengan migas), dan
4. IPM lebih rendah dari Nasional, yaitu 66,72.

6
Tangerang
Percepatan Transformasi Digital untuk Peningkatan Kinerja Pelayanan Publik

Kota Tangerang Selatan


Kota Tangerang Selatan merupakan salah satu daerah yang berhasil melaksanakan percepatan
transformasi digital di era industri 4.0 dalam rangka meningkatkan kualitas pelayanan publik,
memberikan kemudahan dalam berinvestasi, meningkatkan transparasi dan partisipasi masyarakat,
serta meningkatkan pertumbuhan ekonomi. Hal ini terbukti dengan adanya beberapa penghargaan
yang diperolehnya antara lain sertifikasi ISO 9001 untuk Quality Management System, sertifikasi ISO
27001 untuk Information Security Management System serta menjadi role model sistem perizinan yang
diasistensi oleh Komisi Pemberantasan Korupsi pada tahun 2017.
Keberhasilan Pemerintah Kota Tangerang Selatan dalam percepatan transformasi digital ini tidak
terlepas dari komitmen pimpinan yang sangat tinggi. Beberapa kebijakan yang telah dilaksanakan
dalam rangka percepatan transformasi digital antara lain: (1) penyusunan regulasi sebagai payung
hukum pelaksanaan transformasi digital, (2) pembentukan perangkat organisasi khusus yang
ditugaskan untuk mengkoordinir pelaksanaan kebijakan transformasi digital, (3) penguatan infrastruktur
pendukung transformasi digital, dan (4) peningkatan kapasitas SDM di bidang teknologi informasi
melalui studi banding dan kerjasama dengan berbagai pihak terkait (perguruan tinggi dan
kementerian/lembaga).
Namun demikian masih terdapat permasalahan yang dihadapi oleh Pemerintah Kota Tangerang Selatan
dalam melaksanakan transformasi digital, diantaranya adalah belum tersedianya masterplan
e-government, masih kurangnya sosialisasi kebijakan yang telah ditetapkan kepada masyarakat
sampai organisasi pelaksana di tingkat bawah (street level bureaucracy), masih terbatasnya kuantitas
dan kualitas SDM bidang teknologi informasi, terbatasnya anggaran, serta belum optimalnya
implementasi Sistem Informasi Manajemen Bangungan Gedung (SIMBG). Belum optimalnya
implementasi SIMBG pasca lahirnya PP Nomor 16 Tahun 2021 berdampak terhadap menurunnya
jumlah penerbitan IMB/PBG dan menurunnya penerimaan retribusi sebagaimana ditunjukkan
dalam Gambar

A. Penerbitan Izin B. Penerimaan Retribusi IMB

7
Yogyakarta
Kesultanan Ngayogyakarta Hadiningrat Gunung Purba Nglanggeran

Embung Nglanggeran Tebing Breksi

Pembangunan SDM Unggul dan Berintegritas untuk Indonesia Maju

Pemda DI. Yogyakarta


Pemda DIY dalam mewujudkan SDM unggul dan berintegritas dilakukan dengan menerapkan secara
konsisten budaya Pemerintahan SATRIYA yang telah terinternalisasi dengan baik kesemua level dan
bahkan sampai ke level masyarakat. Konsistensi tersebut diwujudkan dengan cara selalu melakukan
pemantauan dan evaluasi terhadap penerapan budaya kerja SATRIYA dan secara berkala melakukan
kompetisi kinerja yang hasilnya diumumkan secara terbuka (media masa) oleh Gubernur DIY secara
langsung. Selain itu, aspek ketauladan dari pimpinan tertinggi dan berintegritas. Budaya pemerintahan
ini telah ditetapkan dengan Peraturan Gubernur DIY Nomor 72 Tahun 2008 tentang Budaya
Pemerintahan di Daerah Istimewa Yogyakarta. Budaya tersebut merupakan bentuk komitmen Pemda
DIY dalam mencapai keberhasilan transformasi birokrasi.yang berbasiskan pada nilai nilai kearifan
lokal DIY, yaitu filosofi “Hamemayu Hayuning Bawana” (mempercantik bumi yang sudah indah) dan
ajaran moral sawiji (fokus), greget (semangat), sengguh ora mingkuh (percaya diri tetap rendah hati
dan bertanggung jawab) serta dengan semangat golong gilig (semangat satu persatuan antara
manusia dengan Tuhannya dan antar manusia). Dimana ada 7 nilai yang harus menjadi pedoman
yaitu Selaras, Akal Budi Luhur, Teladan-Keteladanan, Rela Melayani, Inovatif, Yakin dan Percaya,
serta Ahli/Profesional (SATRIYA).

Implementasi budaya pemerintahan SATRIYA telah secara nyata berdampak positif pada perubahan
kualitas pemerintahan (kinerja) dan pelayanan publik kearah yang lebih baik. Kondisi tersebut
dibuktikan dengan beberapa pencapaian kinerja pemerintahan Pemda DIY pada kategori yang terbaik,
diantaranya: predikat SAKIP (nilai AA memuaskan), indek perencanaan (sangat baik), indek
kelembagaan dan profesionalisme ASN (sangat baik), indek prilaku anti korupsi (sangat baik), indek
tata kelola PBJ (sangat baik), indek SPBE (level 4 terpadu dan terukur), opini LK dan BPK RI
(Wajar Tanpa Pengecualian – WTP) dan indek pelayanan publik (sangat baik).

8
Telaah Kritis Telaah Kritis
Pemerintah
Pemerintah
Terdapat beberapa kebijakan yang relevan dengan permasalahan penyelenggaraan infrastruktur dalam
mengakselerasi penguatan ketahanan ekonomi dan pemerataan, antara lain sebagai berikut:
a. Pada RPJMN 2020 – 2024 Presiden telah mencanangkan 5 Prioritas dimana 2 Prioritas diantaranya
adalah pembangunan infrastruktur dan mendorong investasi. Untuk pembangunan infrastruktur
diarahkan pada menghubungkan infrastruktur besar ke kawasan – kawasan strategis (perekonomian,
industri, pariwisata, pertanian, perikanan dan perkebunan). Sedangkan untuk prioritas mendorong
investasi diarahkan untuk mengundang investasi seluas-luasnya dan memangkas hambatan
investasi lainnya melalui kemudahan perizinan investasi dan pemberlakuan insentif pajak bagi
investor. Investasi yang dibuka kepada pihak swasta diarahkan melalui pendekatan kelayakan
ekonomi dan finansial pada proyek sebagai berikut:
- Untuk proyek yang layak secara ekonomi dan finansial, prioritas diberikan kepada swasta atau
KPBU murni tanpa dukungan Pemerintah;
- Untuk proyek yang layak secara ekonomi namun kelayakan finansial marjinal, dapat dilaksanakan
dengan KPBU dengan dukungan Pemerintah;
- Untuk proyek yang layak secara ekonomi namun tidak layak finansial, maka proyek dilakukan
dengan pendanaan APBN.
Namun demikian, tingkat kesenjangan antarwilayah (antarpulau, antara perkotaan & perdesaan)
masih cukup tinggi dan indek kemudahan berinvestasi masih diurutan yang belum memuaskan,
yaitu 73 (2021) dari 190 negara dan masih kalah dengan negara - negara Singapura, Malaysia,
Thailand, Vietnam, Ukraina, Armenia bahkan Uzbekistan. Kondisi tersebut disinyalir disebabkan oleh
beberapa persoalan diantaranya keterbatasan anggaran APBN; masih lemahnya perencanaan yang
mengoptimalkan pemanfaatan pembiayaan alternatif dan juga masih lemahnya implementasi &
pemantauan atas penerapan hasil sinkronisasi dan harmonisasi pembangunan infrastruktur
kewilayahan; dan masih kurangnya dukungan kemudahan investasi merupakan menyebabkan kunci
terjadinya pelambatan pertumbuhan ekonomi dan pemerataan.
b. Kementerian PUPR telah mengeluarkan kebijakan tentang penerapan Sistem Pemerintahan Berbasis
Elektronik yang dituangkan melalui Permen PUPR Nomor 27 Tahun 2020 dan sekaligus sebagai
aturan turunan dari PP Nomor 95 Tahun 2018 tentang SPBE. Kendala yang dihadapi dalam
implementasi kebijakan tersebut diantaranya adalah masih lemahnya tata kelola dan integrasi SPBE
dan masih belum memadainya infrastruktur dan manajemen data SPBE. Dimana diindikasi dari
kondisi masih banyak aplikasi SPBE yang overlapping, belum terintegrasi, manajemen data dan
dukungan infrastruktur SPBE yang belum memadai. Kondisi tersebut juga terindikasi dari beberapa
indikator berdasarkan data survei dan penilaian dari Kem. PANRB berupa indek pelayanan publik
masih dikategori B (2020) dan pelayanan informasi dengan nilai kepuasan pelanggan 70%, serta
nilai indeks SPBE 3,44 (2021). Sistem Informasi Manajemen Bangunan Gedung (SIMBG) sebagai
salah satu bagian dari SPBE dinilai belum optimal untuk melayani perizinan sektor bangunan gedung.
SIMBG yang diterjemahkan dari PP 16 Tahun 2021 masih harus dilengkapi dengan peraturan
pelaksanaan PP tersebut supaya lebih operasional.
c. Kementerian PUPR telah mempunyai Permen PUPR Nomor Nomor 7 Tahun 2017 tentang Kode Etik
dan Prilaku Pegawai Kem. PUPR. Peraturan ini memuat aturan yang mengatur hal – hal yang boleh
dan dilarang dilakukan oleh setiap pegawai PUPR dan nilai – nilai pegawai (Iprove) sebagai budaya
kerja organisasi yang dapat digunakan untuk instrumen pembentukan karakter SDM profesional,
unggul dan bertintegritas. Namun demikian, implementasinya dinilai masih sangat lemah sehingga
pembentukan karakter SDM profesional, unggul dan bertintegritas masih belum bisa diwujudkan
secara optimal walaupun ketauladanan dan leadership jajaran pimpinan dinilai sudah cukup kuat.
Kurangnya internalisasi dan lemahnya pemantauan implementasi budaya kerja secara terukur
menjadi faktor kunci penyebab pemahaman dan implementasinya tidak optimal.

9
D Alternatif
Alternatif Kebijakan
Berdasarkan hasil identifikasi dan evaluasi pada bagian sebelumnya, terdapat permasalahan
dan telaah kritis kebijakan, sehingga diusulkan beberapa alternatif arah kebijakan pembangunan
infrastruktur yang terfokus pada akselerasi penguatan ketahanan ekonomi dan pemerataan
disajikan di bawah ini, sebagai berikut:

Kebijakan 1
Percepatan Pembangunan Infrastruktur
yang ditujukan untuk mendukung aktivitas perekonomian dan mendorong pemerataan.
Kebijakan ini memiliki 2 komponen utama, yaitu:
a. Pengutan (melengkapi) infrastruktur
b. Partisipasi dan kolaborasi dengan dunia usaha

Kebijakan 2
Penguatan Transformasi Digital
yang ditujukan untuk pelayanan publik yang berkualitas dan inovatif.
Kebijakan ini memiliki 2 komponen utama, yaitu:
a. Penguatan tata kelola dan Integrasi SPBE
b. Penguatan Infrastruktur dan Manajemen Data SPBE

Kebijakan 3
Penguatan Pembangunan SDM
yang ditujukan untuk penguatan karakter pegawai yang unggul dan berintegritas.
Kebijakan ini memiliki 2 komponen utama, yaitu:
a. Penguatan Kompetensi, profesionalisme dan integritas SDM
b. Penguatan Manajemen SDM

10
Rekomendasi E Rekomendasi
Kebijakan
Rekomendasi kebijakan diusulkan di bawah ini didasarkan pada hasil evaluasi dengan
mempertimbangkan kriteria efektivitas, efisiensi, kemudahan dan inovasi, sebagai berikut:

Kebijakan yang direkomendasikan:


“Penyelenggaraan infrastruktur berkelanjutan untuk mengakselerasi
ketahanan ekonomi yang lebih mantap dan pemerataan berfokus
pada 3 kebijakan terpilih, yaitu:

1. Penguatan Infrastruktur

Penguatan Tata Kelola dan


2. Integrasi SPBE

Penguatan Kompetensi,
3. Profesionalisme dan Integritas SDM”.

11
Rencana F Rencana Aksi
Kebijakan
Berdasarkan kebijakan yang direkomendasikan
diusulkan rencana aksinya sebagai berikut:

1 Penguatan (melengkapi) Infrastruktur


Memperkuat perencanaan strategis terpadu dan percepatan pembangunan
infrastruktur pelayanan dasar & konektivitas melalui dukungan optimalisasi
pemanfaatan pembiayaan alternatif
Aksi
Detail uraian kegiatan:
a. memperkuat perencanaan strategis terpadu, melalui:
-pemprograman penyediaan infrastruktur yang lebih terintegrasi antar sub sektor PUPR.
-integrasi perencanaan KPBU dengan pemrograman dan penganggaran;
-melengkapi fitur skema delivery dan pembagian sumber pembiayaan (APBN dan/atau KPBU)
b. memberikan kemudahan akses dan inovasi skema pembiayaan untuk meningkatkan kualitas
tata kelola KPBU.
c. melengkapi infrastruktur pendukung dan konektivitas untuk percepatan pencapaian outcome
dan pemerataan.
d. mempercepat pemenuhan infrastruktur layanan dasar berkelanjutan (SDG's)
dan memperkuat pemantauan melalui e-mon berbasis spasial.

Bappenas, KemenKeu, Kem. Dalam Negeri,


Pemda dan Masyarakat (dunia usaha) 2022 - 2024

12
Rencana
2 Penguatan Tata Kelola dan
Integrasi SPBE
Optimalisasi digitalisasi layanan persetujuan bangunan gedung dan integrasi SPBE.
Detail uraian kegiatan:
a. menyusun Peraturan Menteri PUPR turunan PP No. 16 Tahun 2021 dengan mengatur tentang
mekanisme persetujuan bangunan gedung sederhana, antara lain memuat:
- klausul bahwa jabatan fungsional (Teknik tata bangunan dan perumahan) dapat menyusun
desain bangunan gedung sederhana.
- percepatan sertifikasi keahlian bagi para pejabat fungsional
(Teknik Tata Bangunan dan Perumahan).
- mekanisme pengusulan dan penetapan desain prototipe/purwarupa untuk bangunan gedung
sederhana termasuk kemungkinan pendelegasian kewenangan penetapannya.
b. melakukan percepatan integrasi SIMBG dengan sistem informasi lain yang terkait seperti
Online Single Submission (OSS), GISTARU serta dapat difungsikan sebagai database
bangunan gedung

Kem. PUPR, BKPM, Kem. ATR,


Pemerintah Daerah 2022 - 2024
Aksi
3 Kompetensi Profesionalisme
dan Integritas SDM
Memperkuat implementasi budaya kerja organisasi sesuai Permen PUPR No. 7 tahun 2017
tentang Kode Etik dan Prilaku Pegawai Kem. PUPR dan kompetensi SDM.
Detail uraian kegiatan:
a. melakukan internalisasi lebih konsisten & membangun instrumen pengukuran implementasi
budaya kerja
b. pengembangan tematik kerja berbasis budaya kerja.
c. optimalisasi peran komite etik dengan melibatkan Dit. Kepatuhan Internal dan penerapan
hukuman disiplin untuk penegakan integritas secara lebih konsisten.
d. penerapan pendekatan karakteristik pembelajaran blended learning, melalui penguatan
CMC (Coaching, Mentoring & Counseling) dan penyediaan smart learning

BKN, Kem.PANRB, LAN RI, Kemen. PUPR


2022 - 2024

13
Referensi
1. Undang – Undang Nomor 11 Tahun 2020 tentang Cipta Kerja.
2. Peraturan Pemerintah Nomor 16 Tahun 2021 tentang Peraturan Pelaksanaan
Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2002 tentang Bangunan Gedung.
3. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2015 tentang Kerjasama Pemerintah
Dengan Badan Usaha Dalam Penyediaan Infrastruktur.
4. Peraturan Pemerintah Nomor 17 Tahun 2017 tentang Sinkronisasi Proses
Perencanaan dan Penganggaran Pembangunan Nasional.
5. Peraturan Pemerintah Nomor 95 Tahun 2018 tentang Sistem Pemerintahan
Berbasis Elektronik.
6. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 18 Tahun 2020 tentang
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional Tahun 2020 – 2024.
7. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Nomor
23 tahun 2020 tentang Rencana Strategis Kementerian Pekerjaan Umum dan
Perumahan Rakyat Tahun 2020 – 2024.
8. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat No. 07 tahun 2017
tentang Kode Etik dan Kode Perilaku Pegawai Kementerian Pekerjaan Umum
dan Perumahan Rakyat.
9. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat No. 27 tahun 2020
tentang Penerapan Sistem Pemerintahan Berbasis Elektronik.
10. Peraturan Gubernur DIY Nomor 72 Tahun 2008 tentang Budaya Pemerintahan
di Daerah Istimewa Yogyakarta.
https://bppk.kemenkeu.go.id/kemenkeu-corpu/milestones
11) tentang milestone Kemenkeu Corpu.

14
Tim Perumus
Tim Perumus Tim Perumus Policy Brief

Koordinator:

Gatut Bayuadji (Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat)

Sekretaris:

Zulhidayat (Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang Kota Tanjungpinang)

Anggota:

1.Mochammad Dian Al Ma'ruf (Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat)

2.Sudiro Roi Santoso (Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat)

3.Sri Nuraeni (Kementerian Agraria Tata Ruang / BPN)

4.Chriesty Elisabeth Lengkong (Kementerian Agraria Tata Ruang / BPN)

5.Einstein Al Makarima Mohammad (Kementerian Agraria Tata Ruang / BPN)

6.Suradi (Kepolisian Negara Republik Indonesia)

Pembahas:

1.Suryadarma Hasyim (Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat)

2.Kuswara (Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat)

3.Yunitta Chandra Sari (Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat)

4.Soelistianing Kusumawati (Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat)

5.Parlinggoman Simanungkalit (Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat)

6.Budi Santosa (Kementerian Agraria Tata Ruang / BPN)

7.Muhammad Agung Harimurti Purnomojati (Kementerian Komunikasi dan Informatika)

8.Bonifasio Rio Rahadianto (Kepolisian Negara Republik Indonesia)

15
Peserta PKN Tingkat II
Angkatan III Tahun 2022
1. Abdul Muis (Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat)
2. Ade Syaiful Rachman (Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat)
3. Edyson Rombe (Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat)
4. Gatut Bayuadji (Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat)
5. Hardy Pangihutan Siahaan (Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat)
6. Hasrawati Rahim (Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat)
7. Kuswara (Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat)
8. Julin Fiftina (Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat)
9. Mitha Hasti Suryani (Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat)
10. Mochammad Dian Al Maruf (Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat)
11. Parlinggoman Simanungkalit (Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat)
12. Roy Panagom Pardede (Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat)
13. Soelistianing Kusumawati (Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat)
14. Sudiro Roi Santoso (Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat)
15. Suryadarma Hasyim (Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat)
16. Vincentius Untoro Kurniawan (Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat)
17. Yunitta Chandra Sari (Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat)
18. Budi Santosa (Kementerian Agraria Tata Ruang / BPN)
19. Chriesty Elisabeth Lengkong (Kementerian Agraria Tata Ruang / BPN)
20. Sri Nurnaeni (Kementerian Agraria Tata Ruang / BPN)
21. Einstein Al Makarima Mohammad (Kementerian Agraria Tata Ruang / BPN)
22. Muhammad Agung Harimurti Purnomojati (Kementerian Komunikasi dan Informatika)
23. Afdal (Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang Kabupaten Kampar)
24. H. Adil Prayitno (Dinas Perumahan, Kawasan Permukiman dan Pertanahan Kabupaten Cirebon)
25. Hendra Bachtiar (Dinas Perumahan Rakyat dan Kawasan Permukiman Provinsi Kalimantan Barat)
26. Imam Santiko Raharjo (Dinas Pekerjaan Umum Dan Perumahan Rakyat Kabupaten Pringsewu)
27. Iwan Firmansah Effendi (Dinas Perumahan, Permukiman & Pemakaman Kabupaten Tangerang)
28. Leverne A. Tuasuun (Dinas Pekerjaan Umum & Penataan Ruang Kabupaten Seram Bagian Barat)
29. M. Tarmizi (Dinas Perumahan, Kawasan Permukiman dan Pertanahan Kabupaten Sarolangun)
30. Zulhidayat (Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang Kota Tanjungpinang)
31. Zulkarnain (Dinas Perumahan Rakyat dan Kawasan Permukiman Kabupaten Sintang)
32. Bonifasio Rio Rahadianto (Kepolisian Negara Republik Indonesia)
33. Burhanuddin (Kepolisian Negara Republik Indonesia)

2022
34. Chusnul Waton (Kepolisian Negara Republik Indonesia)
35. Erma Wijayanti Yusriana (Kepolisian Negara Republik Indonesia)
36. Sulistyoningsih (Kepolisian Negara Republik Indonesia)
37. Sunarno (Kepolisian Negara Republik Indonesia)
38. Nuryanti (Dinas Perindustrian Provinsi NTB)
39. Albertus Eko Budiharto (Kepolisian Negara Republik Indonesia)
40. Suradi (Kepolisian Negara Republik Indonesia)

16
Thank
Terima Kasih
You

Anda mungkin juga menyukai