Policy Brief PKN 2022
Policy Brief PKN 2022
PERCEPATAN
PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR BERKELANJUTAN
DI ERA DIGITAL UNTUK KETAHANAN EKONOMI
INFRASTRUKTUR TANGGUH
INDONESIA TUMBUH
DAFTAR
A ISI
Latar Belakang
Alternatif Kebijakan
D
E Rekomendasi Kebijakan
Eksekutif
berturut turut mencapai 9,71% (26,5 juta orang) dan 0,381 sedangkan target capaian pembangunan
nasional di 2024 untuk pertumbuhan ekonomi adalah 5,4% s/d 6,0%, tingkat kemiskinan
6,5% s/d 7,0% dan kesenjangan (rasio gini) 0,370 s/d 0,374. Untuk itu, upaya – upaya strategis
harus terus menerus dilakukan Pemerintah dalam rangka mewujudkan pembangunan berketahanan
ekonomi yang lebih mantap dan mengurangi kesenjangan antarwilayah di Indonesia untuk
percepatan pertumbuhan ekonomi.
Berdasarkan hasil benchmarking di 4 lokus visitasi dapat diformulasikan beberapa permasalahan (isu)
yang masih menghambat terciptanya ketahanan ekonomi yang lebih mantap dan pemerataan untuk
pertumbuhan ekonomi yang berkualitas, yaitu (1) belum memadainya dukungan (infrastruktur)
terhadap aktivitas perekonomian dan pemerataan; (2) terjadinya perlambatan perizinan sektor
bangunan gedung di daerah pasca pemberlakuan Peraturan Pemerintah Nomor 16 Tahun 2021
tentang Peraturan Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2002 tentang Bangunan Gedung
sehingga diperlukan kebijakan dan strategi dalam rangka mengoptimalisasi pelaksanaan perizinan;
(3) belum memadainya kualitas SDM dalam mendukung terwujudnya SDM unggul dan
berintegritas, sehingga diperlukan kebijakan dan strategi untuk mempercepat penyelenggaraan
infrastruktur berkelanjutan untuk pencapaian target ketahanan ekonomi yang lebih mantap dan
mendorong pemerataan.
Rekomendasi kebijakan yang diusulkan untuk menjawab semua tantangan – tantangan di atas
berfokus pada 3 kebijakan terpilih, yaitu: (1) penguatan infrastruktur yang mendukung perekonomian
dan mendorong pemerataan, (2) penguatan tata kelola dan integrasi SPBE untuk mendukung
pelayanan publik yang berkualitas dan inovatif, dan (3) penguatan kompetensi, profesionalisme
dan integritas SDM untuk mendukung pembentukan karakter SDM unggul dan berintegritas.
Dimana sasarannya diarahkan untuk mengakselerasi penyelenggaraan infrastruktur yang berkelanjutan
dalam mewujudkan ketahanan ekonomi yang lebih mantap dan lebih merata.
Berdasarkan kebijakan yang direkomendasikan di atas, disusunlah rencana aksi kebijakan yang
memuat kegiatan - kegiatan prioritas yang diusulkan, adalah sebagai berikut:
(1) memperkuat perencanaan strategis terpadu dan percepatan pembangunan infrastruktur
pelayanan dasar & konektivitas melalui dukungan optimalisasi pemanfaatan pembiayaan alternatif;
(2) optimalisasi digitalisasi layanan persetujuan bangunan gedung dan integrasi SPBE, dan
(3) memperkuat internalisasi & implementasi budaya kerja organisasi sesuai Permen PUPR
No. 7 tahun 2017 tentang Kode Etik dan Prilaku Pegawai Kem. PUPR dan kompetensi SDM untuk
penguatan karakter SDM unggul dan berintegritas.
1
A Latar Belakang
RPJMN 2020 – 2024 merupakan tahapan penentu dari RPJPN (2005 – 2025). Keberhasilannya akan
menjadi titik tolak dalam pencapaian sasaran Visi Indonesia 2045, yaitu Indonesia Maju.
Capaian pembangunan nasional hingga saat ini menunjukkan kemajuan yang cukup baik namun
pertumbuhan ekonominya masih ada perlambatan. Ditengah tantangan pandemi covid-19 yang
berkepanjangan dan ketidakpastian kondisi dunia secara global, ekonomi nasional masih mampu
tumbuh mencapai 3,69 (2021) (Gambar 1), dan tingkat kemiskinan dan ketimpangan antarwilayah
(rasio gini) berturut turut mencapai 9,71% (26,5 juta orang) dan 0,381 (Gambar 2). Namun demikian,
kondisi tersebut harus diupayakan terus menerus untuk ditingkatkan oleh Pemerintah guna
mewujudkan sasaran pembangunan yang berketahanan ekonomi yang lebih mantap dan
pengurangan kesenjangan antar wilayah untuk pertumbuhan ekonomi yang berkualitas dan
pemerataan. Berdasarkan data BPS (2022) target capaian pembangunan nasional tahun 2024
untuk pertumbuhan ekonomi, tingkat kemiskinan dan kesenjangan (rasio gini) berturut – turut adalah
5,4% s/d 6,0%, 6,5% s/d 7,0% dan 0,370 s/d 0,374.
Pertumbuhan
Ekonomi Indonesia
(2015 – 2021
Dalam rangka mengantispasi hal tersebut, Pemerintah melalui Kementerian PUPR beradaptasi untuk
melakukan percepatan penyediaan infrastruktur yang handal dan lebih merata dalam mewujudkan
pertumbuhan ekonomi dan ketahanan ekonomi yang lebih mantap ditengah-tengah kondisi yang
tidak pasti. Upaya dalam mendukung
2
hal ini dilakukan melalui optimalisasi sumber daya yang dimiliki, penguatan karakter kepemimpinan dan
profesionalisme yang adaptif dalam memanfaatkan peluang di era serba digital.
Praktik baik hasil benchmarking di 4 daerah, yaitu di Kab. Bojonegoro, Kab. Lombok Tengah,
Kota Tangerang Selatan dan Pemda DIY telah memberikan inspirasi bahwa:
Jalan Tol - Tangerang Embung Nglanggeran - Jogja Area Publik Kota - Jogja
3
B Policy Issue &
Policy Question
Policy Question
Berdasarkan hasil benchmanrking di 4 lokus visitasi dapat diformulasikan beberapa permasalahan (isu)
atau persoalan yang masih menghambat terciptanya ketahanan ekonomi yang lebih mantap dan
pengurangan kesenjangan antar wilayah untuk pertumbuhan ekonomi yang berkualitas dan lebih merata,
yaitu :
Policy Issue
3. Belum memadainya kualitas SDM dalam
mendukung terwujudnya SDM unggul dan berintegritas.
Mengacu pada isu – isu kebijakan di atas, maka pertanyaan kebijakan yang dapat diajukan adalah
4
C Telaah Kritis
Bojonegoro
Kebijakan
Kabupaten Bojonegoro
Kabupaten Bojonegoro merupakan salah satu daerah yang mampu melakukan percepatan
pembangunan infrastruktur berkelanjutan (ramah lingkungan dan tanggap terhadap risiko bencana)
yang lebih merata dengan dukungan optimalisasi pemanfaatan dana non APBD yang berdampak pada
menurunnya kesenjangan antarwilayah. Dengan adanya komoditi tambang minyak yang cukup
potensial dan optimalisasi CSR menjadikan Kabupaten Bojonegoro memiliki postur APBD memadai
dalam melakukan pembangunan infrastruktur secara berkelanjutan dengan prinsip dasar pemerataan
pembangunan di seluruh wilayahnya. Beberapa implementasi kebijakan dilaksanakan untuk
mewujudkan pemerataan pembangunan, diantaranya adalah:
5
Lombok
Percepatan Pertumbuhan Ekonomi untuk Keadilan dan Kesejahteraan
6
Tangerang
Percepatan Transformasi Digital untuk Peningkatan Kinerja Pelayanan Publik
7
Yogyakarta
Kesultanan Ngayogyakarta Hadiningrat Gunung Purba Nglanggeran
Implementasi budaya pemerintahan SATRIYA telah secara nyata berdampak positif pada perubahan
kualitas pemerintahan (kinerja) dan pelayanan publik kearah yang lebih baik. Kondisi tersebut
dibuktikan dengan beberapa pencapaian kinerja pemerintahan Pemda DIY pada kategori yang terbaik,
diantaranya: predikat SAKIP (nilai AA memuaskan), indek perencanaan (sangat baik), indek
kelembagaan dan profesionalisme ASN (sangat baik), indek prilaku anti korupsi (sangat baik), indek
tata kelola PBJ (sangat baik), indek SPBE (level 4 terpadu dan terukur), opini LK dan BPK RI
(Wajar Tanpa Pengecualian – WTP) dan indek pelayanan publik (sangat baik).
8
Telaah Kritis Telaah Kritis
Pemerintah
Pemerintah
Terdapat beberapa kebijakan yang relevan dengan permasalahan penyelenggaraan infrastruktur dalam
mengakselerasi penguatan ketahanan ekonomi dan pemerataan, antara lain sebagai berikut:
a. Pada RPJMN 2020 – 2024 Presiden telah mencanangkan 5 Prioritas dimana 2 Prioritas diantaranya
adalah pembangunan infrastruktur dan mendorong investasi. Untuk pembangunan infrastruktur
diarahkan pada menghubungkan infrastruktur besar ke kawasan – kawasan strategis (perekonomian,
industri, pariwisata, pertanian, perikanan dan perkebunan). Sedangkan untuk prioritas mendorong
investasi diarahkan untuk mengundang investasi seluas-luasnya dan memangkas hambatan
investasi lainnya melalui kemudahan perizinan investasi dan pemberlakuan insentif pajak bagi
investor. Investasi yang dibuka kepada pihak swasta diarahkan melalui pendekatan kelayakan
ekonomi dan finansial pada proyek sebagai berikut:
- Untuk proyek yang layak secara ekonomi dan finansial, prioritas diberikan kepada swasta atau
KPBU murni tanpa dukungan Pemerintah;
- Untuk proyek yang layak secara ekonomi namun kelayakan finansial marjinal, dapat dilaksanakan
dengan KPBU dengan dukungan Pemerintah;
- Untuk proyek yang layak secara ekonomi namun tidak layak finansial, maka proyek dilakukan
dengan pendanaan APBN.
Namun demikian, tingkat kesenjangan antarwilayah (antarpulau, antara perkotaan & perdesaan)
masih cukup tinggi dan indek kemudahan berinvestasi masih diurutan yang belum memuaskan,
yaitu 73 (2021) dari 190 negara dan masih kalah dengan negara - negara Singapura, Malaysia,
Thailand, Vietnam, Ukraina, Armenia bahkan Uzbekistan. Kondisi tersebut disinyalir disebabkan oleh
beberapa persoalan diantaranya keterbatasan anggaran APBN; masih lemahnya perencanaan yang
mengoptimalkan pemanfaatan pembiayaan alternatif dan juga masih lemahnya implementasi &
pemantauan atas penerapan hasil sinkronisasi dan harmonisasi pembangunan infrastruktur
kewilayahan; dan masih kurangnya dukungan kemudahan investasi merupakan menyebabkan kunci
terjadinya pelambatan pertumbuhan ekonomi dan pemerataan.
b. Kementerian PUPR telah mengeluarkan kebijakan tentang penerapan Sistem Pemerintahan Berbasis
Elektronik yang dituangkan melalui Permen PUPR Nomor 27 Tahun 2020 dan sekaligus sebagai
aturan turunan dari PP Nomor 95 Tahun 2018 tentang SPBE. Kendala yang dihadapi dalam
implementasi kebijakan tersebut diantaranya adalah masih lemahnya tata kelola dan integrasi SPBE
dan masih belum memadainya infrastruktur dan manajemen data SPBE. Dimana diindikasi dari
kondisi masih banyak aplikasi SPBE yang overlapping, belum terintegrasi, manajemen data dan
dukungan infrastruktur SPBE yang belum memadai. Kondisi tersebut juga terindikasi dari beberapa
indikator berdasarkan data survei dan penilaian dari Kem. PANRB berupa indek pelayanan publik
masih dikategori B (2020) dan pelayanan informasi dengan nilai kepuasan pelanggan 70%, serta
nilai indeks SPBE 3,44 (2021). Sistem Informasi Manajemen Bangunan Gedung (SIMBG) sebagai
salah satu bagian dari SPBE dinilai belum optimal untuk melayani perizinan sektor bangunan gedung.
SIMBG yang diterjemahkan dari PP 16 Tahun 2021 masih harus dilengkapi dengan peraturan
pelaksanaan PP tersebut supaya lebih operasional.
c. Kementerian PUPR telah mempunyai Permen PUPR Nomor Nomor 7 Tahun 2017 tentang Kode Etik
dan Prilaku Pegawai Kem. PUPR. Peraturan ini memuat aturan yang mengatur hal – hal yang boleh
dan dilarang dilakukan oleh setiap pegawai PUPR dan nilai – nilai pegawai (Iprove) sebagai budaya
kerja organisasi yang dapat digunakan untuk instrumen pembentukan karakter SDM profesional,
unggul dan bertintegritas. Namun demikian, implementasinya dinilai masih sangat lemah sehingga
pembentukan karakter SDM profesional, unggul dan bertintegritas masih belum bisa diwujudkan
secara optimal walaupun ketauladanan dan leadership jajaran pimpinan dinilai sudah cukup kuat.
Kurangnya internalisasi dan lemahnya pemantauan implementasi budaya kerja secara terukur
menjadi faktor kunci penyebab pemahaman dan implementasinya tidak optimal.
9
D Alternatif
Alternatif Kebijakan
Berdasarkan hasil identifikasi dan evaluasi pada bagian sebelumnya, terdapat permasalahan
dan telaah kritis kebijakan, sehingga diusulkan beberapa alternatif arah kebijakan pembangunan
infrastruktur yang terfokus pada akselerasi penguatan ketahanan ekonomi dan pemerataan
disajikan di bawah ini, sebagai berikut:
Kebijakan 1
Percepatan Pembangunan Infrastruktur
yang ditujukan untuk mendukung aktivitas perekonomian dan mendorong pemerataan.
Kebijakan ini memiliki 2 komponen utama, yaitu:
a. Pengutan (melengkapi) infrastruktur
b. Partisipasi dan kolaborasi dengan dunia usaha
Kebijakan 2
Penguatan Transformasi Digital
yang ditujukan untuk pelayanan publik yang berkualitas dan inovatif.
Kebijakan ini memiliki 2 komponen utama, yaitu:
a. Penguatan tata kelola dan Integrasi SPBE
b. Penguatan Infrastruktur dan Manajemen Data SPBE
Kebijakan 3
Penguatan Pembangunan SDM
yang ditujukan untuk penguatan karakter pegawai yang unggul dan berintegritas.
Kebijakan ini memiliki 2 komponen utama, yaitu:
a. Penguatan Kompetensi, profesionalisme dan integritas SDM
b. Penguatan Manajemen SDM
10
Rekomendasi E Rekomendasi
Kebijakan
Rekomendasi kebijakan diusulkan di bawah ini didasarkan pada hasil evaluasi dengan
mempertimbangkan kriteria efektivitas, efisiensi, kemudahan dan inovasi, sebagai berikut:
1. Penguatan Infrastruktur
Penguatan Kompetensi,
3. Profesionalisme dan Integritas SDM”.
11
Rencana F Rencana Aksi
Kebijakan
Berdasarkan kebijakan yang direkomendasikan
diusulkan rencana aksinya sebagai berikut:
12
Rencana
2 Penguatan Tata Kelola dan
Integrasi SPBE
Optimalisasi digitalisasi layanan persetujuan bangunan gedung dan integrasi SPBE.
Detail uraian kegiatan:
a. menyusun Peraturan Menteri PUPR turunan PP No. 16 Tahun 2021 dengan mengatur tentang
mekanisme persetujuan bangunan gedung sederhana, antara lain memuat:
- klausul bahwa jabatan fungsional (Teknik tata bangunan dan perumahan) dapat menyusun
desain bangunan gedung sederhana.
- percepatan sertifikasi keahlian bagi para pejabat fungsional
(Teknik Tata Bangunan dan Perumahan).
- mekanisme pengusulan dan penetapan desain prototipe/purwarupa untuk bangunan gedung
sederhana termasuk kemungkinan pendelegasian kewenangan penetapannya.
b. melakukan percepatan integrasi SIMBG dengan sistem informasi lain yang terkait seperti
Online Single Submission (OSS), GISTARU serta dapat difungsikan sebagai database
bangunan gedung
13
Referensi
1. Undang – Undang Nomor 11 Tahun 2020 tentang Cipta Kerja.
2. Peraturan Pemerintah Nomor 16 Tahun 2021 tentang Peraturan Pelaksanaan
Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2002 tentang Bangunan Gedung.
3. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2015 tentang Kerjasama Pemerintah
Dengan Badan Usaha Dalam Penyediaan Infrastruktur.
4. Peraturan Pemerintah Nomor 17 Tahun 2017 tentang Sinkronisasi Proses
Perencanaan dan Penganggaran Pembangunan Nasional.
5. Peraturan Pemerintah Nomor 95 Tahun 2018 tentang Sistem Pemerintahan
Berbasis Elektronik.
6. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 18 Tahun 2020 tentang
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional Tahun 2020 – 2024.
7. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Nomor
23 tahun 2020 tentang Rencana Strategis Kementerian Pekerjaan Umum dan
Perumahan Rakyat Tahun 2020 – 2024.
8. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat No. 07 tahun 2017
tentang Kode Etik dan Kode Perilaku Pegawai Kementerian Pekerjaan Umum
dan Perumahan Rakyat.
9. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat No. 27 tahun 2020
tentang Penerapan Sistem Pemerintahan Berbasis Elektronik.
10. Peraturan Gubernur DIY Nomor 72 Tahun 2008 tentang Budaya Pemerintahan
di Daerah Istimewa Yogyakarta.
https://bppk.kemenkeu.go.id/kemenkeu-corpu/milestones
11) tentang milestone Kemenkeu Corpu.
14
Tim Perumus
Tim Perumus Tim Perumus Policy Brief
Koordinator:
Sekretaris:
Anggota:
Pembahas:
15
Peserta PKN Tingkat II
Angkatan III Tahun 2022
1. Abdul Muis (Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat)
2. Ade Syaiful Rachman (Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat)
3. Edyson Rombe (Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat)
4. Gatut Bayuadji (Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat)
5. Hardy Pangihutan Siahaan (Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat)
6. Hasrawati Rahim (Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat)
7. Kuswara (Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat)
8. Julin Fiftina (Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat)
9. Mitha Hasti Suryani (Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat)
10. Mochammad Dian Al Maruf (Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat)
11. Parlinggoman Simanungkalit (Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat)
12. Roy Panagom Pardede (Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat)
13. Soelistianing Kusumawati (Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat)
14. Sudiro Roi Santoso (Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat)
15. Suryadarma Hasyim (Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat)
16. Vincentius Untoro Kurniawan (Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat)
17. Yunitta Chandra Sari (Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat)
18. Budi Santosa (Kementerian Agraria Tata Ruang / BPN)
19. Chriesty Elisabeth Lengkong (Kementerian Agraria Tata Ruang / BPN)
20. Sri Nurnaeni (Kementerian Agraria Tata Ruang / BPN)
21. Einstein Al Makarima Mohammad (Kementerian Agraria Tata Ruang / BPN)
22. Muhammad Agung Harimurti Purnomojati (Kementerian Komunikasi dan Informatika)
23. Afdal (Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang Kabupaten Kampar)
24. H. Adil Prayitno (Dinas Perumahan, Kawasan Permukiman dan Pertanahan Kabupaten Cirebon)
25. Hendra Bachtiar (Dinas Perumahan Rakyat dan Kawasan Permukiman Provinsi Kalimantan Barat)
26. Imam Santiko Raharjo (Dinas Pekerjaan Umum Dan Perumahan Rakyat Kabupaten Pringsewu)
27. Iwan Firmansah Effendi (Dinas Perumahan, Permukiman & Pemakaman Kabupaten Tangerang)
28. Leverne A. Tuasuun (Dinas Pekerjaan Umum & Penataan Ruang Kabupaten Seram Bagian Barat)
29. M. Tarmizi (Dinas Perumahan, Kawasan Permukiman dan Pertanahan Kabupaten Sarolangun)
30. Zulhidayat (Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang Kota Tanjungpinang)
31. Zulkarnain (Dinas Perumahan Rakyat dan Kawasan Permukiman Kabupaten Sintang)
32. Bonifasio Rio Rahadianto (Kepolisian Negara Republik Indonesia)
33. Burhanuddin (Kepolisian Negara Republik Indonesia)
2022
34. Chusnul Waton (Kepolisian Negara Republik Indonesia)
35. Erma Wijayanti Yusriana (Kepolisian Negara Republik Indonesia)
36. Sulistyoningsih (Kepolisian Negara Republik Indonesia)
37. Sunarno (Kepolisian Negara Republik Indonesia)
38. Nuryanti (Dinas Perindustrian Provinsi NTB)
39. Albertus Eko Budiharto (Kepolisian Negara Republik Indonesia)
40. Suradi (Kepolisian Negara Republik Indonesia)
16
Thank
Terima Kasih
You