Anda di halaman 1dari 36

MAKALAH PENGANTAR MANAJEMEN

“FUNGSI PERENCANAAN DAN PENGAMBILAN KEPUTUSAN”

Disusun Oleh:
Kelompok 6

NAMA : 1. Nurwahida (230901501047)


ANGGOTA 2. Rendy Alfian (230901501045)
KELOMPOK 6 3. Keisya Putri Salsabila (230901501046)
4. Heiny Afrilya Wardani (230901501050)
5. Ahmad Fudhoil H (230901502041)
KELAS : D AKUNTANSI S1
DOSEN MATKUL : Ridfan Rifadly Abadi, S.E., M.M.

UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR


TAHUN 2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala
rahmat dan karunia-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan karya tulis berupa
makalah yang berjudul “FUNGSI PERENCANAAN DAN PENGAMBILAN KEPUTUSAN
” ini dengan baik dan tanpa suatu kendala berarti.
Tidak lupa kami dari kelompok 6 mengucapkan terima kasih kepada Dosen
Mata Kuliah Pengantar Manajemen, Bapak Ridfan Rifadly Abadi, S.E., M.M. Yang telah
membimbing dan memberi arahan dalam penyusunan makalah ini. Begitu pula kepada
teman-teman seperjuangan yang telah memberi masukan dan pandangan kepada
kami selama menyelesaikan makalah ini.
Kami memohon maaf apabila terdapat kesalahan dan kekurangan dalam
penyusunan makalah ini. Karenanya, kami menerima kritik serta saran yang
membangun dari pembaca agar kami dapat menulis makalah secara lebih baik pada
kesempatan berikutnya.
Besar harapan kami makalah ini dapat bermanfaat dan berdampak besar
sehingga dapat memberi inspirasi bagi para pembaca, terutama teman-teman
sekalian.

Makassar, 29 September 2023

Kelompok 6
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
KATA PENGANTAR.........................................................................................................2
DAFTAR ISI.....................................................................................................................3
BAB I................................................................................................................................3
PENDAHULUAN..............................................................................................................3
1.1 Latar Belakang...............................................................................................3
1.2 Rumusan Masalah.........................................................................................3
1.3 Tujuan Penelitian...........................................................................................3
BAB II...............................................................................................................................3
PEMBAHASAN................................................................................................................3
2.1 Pengertian Perencanaan..............................................................................3
2.2 Tujuan, Manfaat, dan Fungsi Perencanaan...................................................8
2.3 Dasar Pemikiran Perencanaan....................................................................11
2.4 Lingkup dan Jenis Perencanaan..................................................................11
2.5 Proses Perencanaan...................................................................................13
2.6 Kendala-Kendala Perencanaan...................................................................20
2.7 Pembuatan Keputusan................................................................................23
2.8 Gaya dalam Pengambilan Keputusan.........................................................21
BAB III............................................................................................................................28
PENUTUP......................................................................................................................28
3.1 Kesimpulan..................................................................................................28
3.2 Saran...........................................................................................................28
3.3 Studi Kasus..................................................................................................29
DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................................35
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Terdapat beberapa organisasi atau perusahaan saat ini mengalami masalah
yang serius yang dapat mengancam berdirinya perusahaan tersebut. Masalah yang
ada tidak selalu dari hal yang besar melainkan dari hal-hal kecil yang selalu
diremehkan atau terabaikan. Dalam sebuah organisasi atau perusahaan perlu
melakukan suatu perencanaan yang dibutuhkan dalam setiap kegiatannya. Hal ini
yang kurang diperhatikan secara detail baik oleh manajer dan para anggota.
Pengetahuan dan pengalaman sangat diperlukan dalam melakukan manajemen
sebuah organisasi atau perusahaan.
Suatu perencanaan penting dilakukan karena merupakan sebuah proses dasar
manajemen. Perencanaan diperlukan dalam setiap kegiatan baik itu kegiatan
organisasi perusahaan maupun kegiatan di masyarakat. Perencanaan ada dalam
setiap fungsi-fungsi manajemen karena fungsi-fungsi tersebut hanya dapat
melaksanakankeputusan-keputusan yang telah ditetapkan dalam perencanaan. Salah
satu tujuan dibuat perencanaan untuk melihat program-program yang akan dijalankan
untuk meningkatkan kemungkinan tercapainya tujuan-tujuan organisasi di waktu yang
akan datang. Perencanaan organisasi harus aktif, dinamis, berkesinambungan dan
kreatif. Sehingga manajemen tidak hanya bereaksi terhadap lingkungannya tapi lebih
menjadi peserta aktif dalam dunia perusahaan.
Kegiatan pengambilan keputusan dilakukan oleh seorang manajer atau
administrator yang meliputi pengidentifikasian masalah, pencarian alternatif masalah,
evaluasi penyelesaian, dan pengambilan alternatif terbaik. Kemampuan seorang
pimpinan dalam membuat keputusan dapat ditingkatkan jika mampu mengetahui dan
menguasai teori dan teknik pengambilan keputusan.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa itu Perencanaan?
2. Bagaimanakah Tujuan, Manfaat, dan Fungsi Perencanaan?
3. Bagaimana Dasar Pemikiran Perencanaan?
4. Apa saja Lingkup dan Jenis Perencanaan?
5. Bagaimanakah Proses Perencanaan?
6. Apa Kendala-Kendala Perencanaan?
7. Apa itu Pembuatan Keputusan?
8. Bagaumana Gaya Dalam Pengambilan Keputusan?
1.3 Tujuan Penelitian
1. Untuk Mengetahui Pengertian Perencanaan
2. Untuk Mengetahui Tujuan, Manfaat, dan Fungsi Perencanaan
3. Untuk Mengetahui Dasar Pemikiran Perencanaan
4. Untuk Mengetahui Lingkup dan Jenis Perencanaan
5. Untuk Mengetahui Proses Perencanaan
6. Untuk Mengetahui Kendala-Kendala Perencanaan
7. Untuk Mengetahui Pembuatan Keputusan
8. Untuk Mengetahui Gaya Dalam Pengambilan Keputusan
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Perencanaan
Perencanaan dapat diartikan sebagai suatu proses untuk menentukan tujuan
serta sasaran yang ingin dicapai dengan mengambil langkah-langkah strategis guna
mencapai tujuan tersebut. Perencanaan adalah proses penentuan tujuan dan prosedur
yang berarti menentukan apa, bagaimana, kapan, di mana dan siapa. Perencanaan
merupakan suatu fungsi yang mencakup proses menentukan tujuan, kebijakan,
produk, jasa, alat-alat, pengeluaran, jadwal, lokasi, personalia, hubungan organisasi,
dan berbagai hal lain yang berkaitan. Perencanaan bisa berdasarkan fakta dan
dugaan. Dengan meningkatnya jumlah fakta yang tersedia, penggunaan dugaan dapat
diminimalisasikan, sehingga kesalahan perencanaan dapat dikurangi.
Perencanaan juga dapat dipandang sebagai usaha penetapan sasaran yang
ingin dicapai, tindakan yang harus dilakukan untuk mencapainya, menunjukkan jabatan
organisasi yang harus melakukannya, serta pejabat yang harus bertanggung jawab
terhadap berbagai tindakan yang diperlukan. Walaupun masa depan sulit diramalkan
namun perencanaan tetap harus dilakukan untuk menghindari ketergantungan
terhadap hal-hal yang bersifat kebetulan saja. Dengan adanya perencanaan,
keputusan yang diambil selalu berdasarkan tujuan, pengetahuan dan perhitungan yang
matang.
Sebuah proses produksi sepatu berhenti tiba-tiba karena belum tersedianya
lem perekat sebagai salah satu komponen pembuatan sepatu. Akibatnya perusahaan
tersebut mengalami kerugian yang sangat besar hanya karena lupa membeli lem
perekat. Ilustrasi tersebut merupakan suatu contoh apabila seorang manajer tidak
menggunakan perencanaan. Dengan adanya perencanaan yang baik maka seorang
manajer akan bisa menghindari kerugian, mudah mengetahui berbagai hal yang harus
ia lakukan dan strategi yang harus ia ambil untuk menyelesaikan hambatan yang
mungkin muncul.
Suatu perencanaan tergantung pada besar dan tujuan organisasi serta fungsi
atau kegiatan khusus manajer. Misal, untuk perusahaan-perusahaan konveksi, lebih
cenderung hanya membuat rencana-rencana jangka pendek dalam disain dan
pembelian, karena kegiatan-kegiatannya sangat dipengaruhi oleh perubahan-
perubahan mode. Toko buku atau kelontong bahkan hanya memusatkan perhatiannya
pada tujuan-tujuan musiman atau tahunan. Tetapi perencanaan jangka panjang tetap
dibutuhkan untuk penarikan personalia, pengembangan teknik-teknik produksi dan
sebagainya. Bagaimanapun juga, manajer hendaknya memahami peranan baik
perencanaan jangka panjang maupun jangka pendek dalam kerangka perencanaan
keseluruhan.
Kebutuhan akan perencanaan ada di semua tingkatan dan pada kenyataannya
meningkat di mana tingkatan tersebut mempunyai dampak potensial terbesar terhadap
sukses organisasi atau tingkatan manajemen atas. Manajer puncak biasanya
mencurahkan sebagian besar waktu perencanaan mereka untuk rencana-rencana
jangka panjang dan strategi-strategi organisasi. Manajer pada tingkatan bawah
merencanakan terutama bagi kelompok kerjanya dan untuk jangka pendek.
Hasil suatu proses perencanaan yang baik harus memiliki sejumlah
kemampuan organisasi yang berasal dari kekuatannya sendiri, seperti:
1. Kemampuan memprediksi. Kegiatan perencanaan selalu berkaitan dengan
masa yang akan datang, oleh sebab itu kemampuan memprediksi sangat
penting. Berbagai teknik manajemen yang ada sekarang dapat digunakan
untuk membantu kemampuan memprediksi tersebut.
2. Kemampuan menghitung biaya. Penyusunan perencanaan biasanya sampai
dengan penyusunan anggaran, oleh sebab itu perencana yang profesional
harus memiliki kemampuan di bidang penyusunan anggaran.
3. Kemampuan komunikasi. Perencanaan umumnya berkaitan dengan kegiatan
untuk memadukan berbagai kepentingan yang berbeda-beda. Perencanaan
harus mampu menjembatani perbedaan-perbedaan tersebut, sehingga dapat
menghasilkan suatu perencanaan yang terpadu.
4. Kemampuan menguasai teknik-teknik manajemen. Seiring dengan
perkembangan IPTEK, teknik-teknik manajemen juga berkembang pesat.
Perencanaan pada umumnya berkaitan dengan pemanfaatan sumber daya
yang sebaik-baiknya, atau pelaksanaan kegiatan dengan menggunakan
sumber daya yang sehemat hematnya. Untuk itu penguasaan berbagai teknik
manajemen yang berkaitan dengan optimalisasi sangat diperlukan.
5. Kemampuan pengukuran kinerja. Pengukuran kinerja dilakukan untuk
mengetahui hasil/pencapaian kinerja pada periode waktu tertentu. Evaluasi dari
hasil pengukuran kinerja diperlukan oleh pengambil keputusan dalam
menetapkan kebijakan lebih lanjut.
Dari uraian di atas, kita dapat mengambil kesimpulan bahwa Perencanaan
adalah suatu proses yang tidak berakhir bila rencana tersebut telah ditetapkan;
rencana harus diimplementasikan. Setiap saat selama proses implementasi dan
pengawasan, rencana-rencana mungkin memerlukan modifikasi agar tetap berguna.
‘Perencanaan kembali” kadang-kadang dapat menjadi faktor kunci pencapaian sukses
akhir. Oleh karena itu perencanaan harus mempertimbangkan kebutuhan fleksibilitas,
agar mampu menyesuaikan diri dengan situasi dan kondisi baru secepat mungkin.
Salah satu aspek penting perencanaan adalah pembuatan keputusan (decision
making), proses pengembangan dan penyeleksian sekumpulan kegiatan untuk
memecahkan suatu masalah tertentu. Keputusan-keputusan harus dibuat pada
berbagai tahap dalam proses perencanaan. Dengan kata lain, perencanaan adalah
usaha formal organisasi/perusahaan (bersama individu yang terlibat di dalamnya)
untuk berpikir ke depan, meramalkan (prediksi), mengontrolnya, dan mengambil
keputusan secara terpadu.
Pada dasarnya perencanaan adalah proses pengambilan keputusan dari
sejumlah pilihan, untuk mencapai suatu tujuan yang dikehendaki. Perencanaan pada
umumnya harus memiliki, mengetahui dan memperhitungkan beberapa unsur pokok,
yaitu: (1) tujuan akhir yang dikehendaki, (2) sasaran-sasaran dan prioritas untuk
mewujudkannya (yang mencerminkan pemilihan dari berbagai alternatif), (3) jangka
waktu mencapai sasaran-sasaran tersebut, (4) masalah-masalah yang dihadapi, (5)
modal atau sumber daya yang akan digunakan serta pengalokasiannya, (6)
kebijaksanaan-kebijaksanaan untuk melaksanakannya, (7) orang, organisasi, atau
badan pelaksananya, dan (8) mekanisme pemantauan, evaluasi, dan pengawasan
pelaksanaannya.
Untuk dapat melakukan perencanaan dengan baik diperlukan informasi yang
memadai, seperti statistik. Oleh karena itu menjadi tugas manajemen untuk
mengupayakan tersedianya informasi yang dibutuhkan dan mengembangkan
metodologi pengolahan informasi untuk memenuhi kebutuhan perencanaan. Ada
berbagai sifat perencanaan, yang tergantung dari cara melihat atau pendekatannya.
Dari segi ruang lingkup tujuan dan sasarannya, perencanaan dapat bersifat nasional,
sektoral dan spasial. Terkait dengan itu, perencanaan dapat berupa perencanaan
agregatif atau komprehensif dan parsial. Dalam jangkauan dan hierarkinya, ada
perencanaan tingkat pusat dan tingkat daerah. Dari jangka waktunya, perencanaan
dapat bersifat jangka panjang, menengah, atau jangka pendek. Dilihat dari arus
informasi, perencanaan dapat bersifat dari atas ke bawah (top down), dari bawah ke
atas (bottom up), atau kedua-duanya. Dari segi ketetapan atau keluwesan proyeksi ke
depannya, perencanaan dapat bersifat indikatif atau preskriptif. Sedangkan produk
perencanaan dapat berbentuk rencana (plan), kebijaksanaan, peraturan, alokasi
anggaran, program, atau proyek.
2.2 Tujuan, Manfaat, dan Fungsi Perencanaan
1. Tujuan Perencanaan
Robbins dan Coulten mengemukakan beberapa tujuan perencanaan, yaitu:
 Memberikan Pengarahan
Tujuan pertama adalah untuk memberikan pengaraha baik untuk manajer maupun
karyawan non-manajerial. Dengan rencana, karyawan atau anggota dapat mengetahui
apa yang harus mereka capai, dengan siapa mereka harus bekerja sama, dan apa
yang harus dilakukan untuk mencapai tujuan organisasi. Tanpa rencana, organisasi
dan individual mungkin akan bekerja sendiri-sendiri serampangan, sehingga kerja
organisasi kurang efisien.
 Mengurangi Ketidakpastian.
Tujuan kedua adalah untuk mengurangi ketidakpastian. Ketika seoranf manajer
membuat rencana, ia dipaksa untuk melihat jauh ke depan, meramalkan perubahan,
memperkirakan efek dari perubahan tersebut, dan menyusun rencana untuk
menghadapinya.
 Meminimalisir Pemborosan
Tujuan ketiga adalah untuk meminimalisir pemborosan. Dengan kerja yang terarah dan
terencana, karyawan dapat bekerja lebih efisien dan mengurangi pemborosan. Selain
itu, dengan rencana, seorang manajer juga dapat mengidentifikasi dan menghapus
hal-hal yang dapat menimbulkan inefesiensi dalam perusahaan.
 Menetapkan Tujuan Standar
Tujuan keempat adalah untuk menetapkan tujuan dan standar yang digunakan dalam
fungsi selanjutnya, yaitu proses pengontrolan dan pengevaluasian. Proses
pengevaluasian adalah proses membandingkan rencana dengan kenyataan yang ada.
Tanpa adanya rencana, manajer tidak akan dapat menilai kinerja perusahaan.
Tujuan lain dari perencanaan adalah:
a. Untuk memberikan arah dan tujuan bagi perusahaan atau organisasi.
b. Dapat ditentukan suatu pedoman sebagai standar/ukuran untuk mengurangi
ketidakpastian serta perubahan di masa mendatang.
c. Dengan perencanaan dapat diukur berhasil tidaknya suatu pekerjaan
sehingga akan mempermudah pengawasan.
d. Membantu memperkirakan peluang di masa mendatang.
e. Dengan perencanaan akan timbul efisiensi sehingga pengeluaran biaya
dapat ditekan.
2. Manfaat Perencanaan
Perencanaan adalah hal yang sangat penting bagi organisasi untuk tercapainya
tujuan. Hal ini dilakukan suapaya tercapainya rencana atas keputusan yang sudah
dibuat dengan semaksimal mungkin. Adapun manfaat perencanaan yaitu:
a. Suatu bentuk perencanaan dapat membuat pelaksaan tugas menjadi tepat
dan kegiatan tiap unit akan terorganisir dengan baik menuju arah yang
sama.
b. Suatu perencanaan yang disusun dari penelitian yang akurat akan
menghindarkan kesalahan-kesalahan yang mungkin terjadi.
c. Suatu perencanaan memuat standar atau batasan tindakan dan biaya akan
memudahkan pelaksanaan pengawasan.
d. Perencaaan bisa dipakai sebagai pedoman untuk melaksanakan kegiatan
sehingga aparat pelaksana memiliki irama atau gerak dan pandangan yang
sama untuk mencapai tujuan perusahaan.
3. Fungsi Perencanaan
Adapun fungsi perencanaan, yaitu:
a. Mengurangi ketidakpastian serta perubahan pada waktu mendatang.
Waktu yang akan datang bersifat tidak statis, akan tetapi selalu bersifat
dinamis dan berubah-ubah, oleh karena itu diperlukan adanya perencanaan.
Sebelum melakukan sesuatu untuk waktu yang akan datang, lebih dulu dibuat
suatu pedoman atau dasar atau standar dimana standar ini dapat dipakai
sebagi ukuran. Walaupun demikian sering terjadi bahwa kejadian-kejadian di
masa mendatang kurang sesuai atau timbul penimpangan dari rencana semula.
Dalam ini, yang penting adalah memilih suatu cara yang dianggap paling tepat
untuk mencapai tujuan.
b. Mengarahkan Perhatian Pada Tujuan
Perencanaan dibuat untuk di gunakan sebai penentu arah dalam
mencapai tujuan yang telah di tetapkan. Dengan demikian jelaslah bahwa
perencanaan mempunyai fungsi untuk mengarahkan perhatian kepada tujuan
tersebut. Perencanaan yang baik akan memberikan arah dari masing-masing
bagian dalam organisasi menuju kepada satu sasaran/tujuan yang telah
ditetapkan.
c. Memperingan Biaya
Dengan adanya perencanaan memungkinkan diadakan penghematan
ongkos-ongkos sebab semua kegiatan dapat dilakukan secara efisien dan
efektif.
d. Merupakan Sarana Untuk Mengadakan Pengawasan
Hasil kerja yang telah dicapai oleh seseorang sulit untuk diukur
keefektifannya tanpa adanya perencanaan. Seperti telah di uraikan di muka,
bahwa pengawasan dilakukan dengan membandingkan apa yang telah
dilakukan dengan apa yang telah direncanakan.
2.3 Dasar Pemikiran Perencanaan
Suatu perencanaan selalu mengambil tindakan yang rasional dengan cerdas.
Tetapi sebenarnya, suatu tindakan berpikir cerdas tersebut merupakan pemikiran
tentang suatu subjek dari banyak pendapat. Termasuk juga para pendukung kebijakan
substantif yang membuat suatu perencanaan melalui proses pemikiran rasional,
Mereka menyebutnya proses perencanaan ini sebagai tindakan yang rasional karena
argumen yang ada dapat merekonstruksi dan membuat kesimpulan sehingga orang
lain yg dipimpin dapat menghasilkan suatu kesimpulan yang sama. Sebuah diskusi
intelektual atau cendekiawan mempunyai kritk ideologis yang dapat memperkaya suatu
proposal perencanaan. Tetapi, kritik ideologis ini sudah semakin berkurang perannya
sebagai pengambilan keputusan dalam perencanaan.
Jadi, seorang pengambil keputusan biasanya dilibatkan dengan banyak
argumen yang dibuat oleh para pendukung tindakan serta dihadapkan dengan
masalah menilai suatu tindakan dari berbagai argumen tersebut agar dapat diterima.
Bagi mereka informasi yang diberikan oleh suatu kritik ideologis merupakan rambu
yang berguna tentang apa yang mungkin mendasari proposal. Kritik ini digunakan
untuk mengevaluasi argumen, menilai tempat untuk penerimaan dan kesimpulan.
Selain itu, seorang pengambil keputusan akan menggabungkan tuntutan tertentu dan
proposalnya menjadi satu pilihan tang rasional secara keseluruhan. Sehingga dapat
menjadi kesimpulan yang dinilai sebagai intelegensi/ kecerdasan. Jadi, proses
perencanaan rasional itu adalah menggunakanpengambil keputusan harus mempunyai
dpendukung tertentu untuk menyajikan argumen dan menggunakan prosedur
intelegensi dalam menentukan keinginan praktis.
Suatu perencanaan identik dengan suatu sistem analisis yaitu dalam konteks
yang berbeda, disebut dengan penelitian operasional. Beer (1966) menggambarkan
penelitian operasional sebagai berikut: "Penelitian operasional adalah serangan ilmu
modern terhadap masalah kompleks yang timbul dalam arah dan pengelolaan sistem
besar laki-laki. Mesin, s material dan uang dalam industri, bisnis, pemerintah dan
pertahanan. Pendekatan distinctive adalah untuk mengembangkan model scientifik
dari sistem, menggabungkan ukuran faktor kesempatan dan risiko tersebut, yang dapat
digunakan untuk memprediksi dan membandingkan hasil dari keputusan alternatif,
strategi dan kontrol. Tujuannya adalah untuk membantu manajemen menentukan
kebijakan dan tindakan ilmiah."
 Pertumbuhan Manusia
Pertumbuhan manusia merupakan alasan mengapa kita harus mempunyai
rencana, atau bisa disebut alasan dari teori perencanaan. Maksudnya adalah
pertumbuhan manusia merupakan sudut pandang yang diambil dalam proses
pembangunan framework konseptual untuk memikirkan perencanaan. Pertumbuhan
mamusia mempunyai dua aspek yaitu pertumbuhan sebagai produk dan sebagai
proses menuju hasil yang sama. Tujuan dari proses pertumbuhan ini sendiri terkadang
tidak saja ditujukan untuk mendapatkan hasil, tetapi juga kemampuan untuk mencapai
pertumbuhan yang masih berlanjut. Sebagai sebuah produk, pertumbuhan tidak bisa
diukur secara numerik seperti pooulasi meningkat, GNP, dan Indeks standar hidup.
Sedangkan pertumbuhan sebagai sebuah proses mengacu dalam pembelajaan dan
kreativitas.
Alasan pertumbuhan manusia sebagai akhir perencanaan, yaitu karena
pertumbuhan sebagai pedoman pembangunan diri sendiri, serta ketersediannya model
pertumbuhan. Maka dari itu, banyak para ahli atau peneliti menilai bahwa pertumbuhan
merupakan konsep verifikasi secara empiris dan sebuah kondisi pertumbuhan tersebut
bersifat terbuka untuk analisis dan manipulasi. Pertumbuhan manusia sendiri terkait
dengan pembimbing diri sendiri. Banyak hambatan yang ditemukan dalam argumen
mengenai dua aspek tersebut, yaitu masalah distribusi sumber daya. Maka cara untuk
menghapuskan hambatan pertumbuhan manusia berarti harus dengan mengubah diri
kita sendiri.
Alasan lain terletak pada kesadaran. Kesadaran menurut Deutsh (1966)
merupakan tingkat tertinggi feedback atau umpan balik sebagai proses informasi yang
dihasilkan dalam tindakan. Karena manusia memiliki kesadaran, maka kapasitas
mereka untuk belajar adalah jauh lebih besar daripada mesin yang paling canggih.
Tetapi kedasaran ini tidak perlu dianggap sesuatu yang sama sekali diluar pemahaman
kita. Menurutnya juga kesadaran dibagi menjadi dua yaitu, kesadaran sederhana
dimana sebuah variabel dipertahankan konstan. Kedua adalah kesadaran yang
berperilaku sebagai objek. Kesadaran juga penting menurut dia karena berkaitan
dengan penentuan nasib sendiri.
Demikian juga menurut ahli Bucdey (1967) yang menekankan pentingnya sosial
terhadap lingkungan sosial. Sedangkan Etzioni (1968) juga menghubungkan konsep
panduan diri dengan orang-orang dari kesadaran dan pertumbuhan. Mereka
menganggap pertumbuhan manusia sebagai ideal dalam arti manusia dapat
mengubah lingkungan fisik dan memanfaatkan sumber daya. Dalam arti kedua,
pertumbuhan dinilai sebahai panduan diri.
Ketiga adalah pertumbuhan sebagai prinsip evolusi, yaitu peningkatan berbagai
pencapaian tujuan yg dalam kehidupan organisme adalah prinsip yang mendasari
proses evolusi.
Petumbuhan termasuk dalam model sibernetika (cybernetics). Model ini mampu
untuk menjelaskan perilaku mencari tujuan Model ini memberikan penjelasan serta
menyimpulkan adanya ujung dari perilaku nyata seperti proses umpan balik. Ujung
perilaku tersebut berhubungan dengan pola arus informasi. Model pertumbuhan tidak
memberikan arahan dalam mengamati pertumbuhan, mereka hanya menunjukan
konkret "real" untuk peningkatan pertumbuhan. Seperti yang dikatakan oleh Buckley
(1967) yang telah membedakan dua proses dalam membanguna dua jenis umpan
balik, yaitu morphotasis dan morfogenesis. Morphotasis adalah proses dimana sebuah
sistem mempertahankan apa yang telah diberikan. Jenis umpan balik yang terdapat
dalam morphotasis adalah umpan balik negatif. Sedangkan, morfogenesis mengacu
pada proses yang cenderung untuk menguraikan suatu sistem, yaitu yang mengarah
pada pertumbuhan. Umpan balik yang digunakan dalam morfogenesis adalah umpan
balik positif.
 Piilihan Untuk Dibuat
Setelah kita mengetahui alasan merupakan nilai yang ideal maka sekarang kita
akan membahas hal apa yang diperlukan untuk menghadapi tantangan yg
berhubungan dengan pertumbuhan manusia. Tantangan tersebut adalah tantangan
untuk mengejar pertumbuhan tanpa henti, tantangan untuk melawan hambatan
pertumbuhan dimanapun itu berada, tantangan akan kecemasan yang terlibat dalam
pengambilan keputusan dalam mengejar pertumbuhan, serta tantangan berbagi
tanggung jawab untuk masa depan. Maka diperlukannya sebuah pilihan untuk
melawan peningkatan diri, untuk pertumbuhan manusia. Tetapi pilihan juga dapat
menyebabkan konsekuensi yang tidak diinginkan dan bisa untuk menghilangkan
peluang masa depan. Oleh karena itu, sebuah pilihan juga mempunyai unsur risiko.
Tetapi, jika kita menghindar dari pilihan berarti kita telah menghindar dari tanggung
jawab. Sebuah tanggung jawab untuk nasibnya diri sendiri.
2.4 Lingkup dan Jenis Perencanaan
Perencanaan sangat memprioritaskan strategi mengantisipasi keadaan dan kejadian di
masa ke depan serta menentukan sejumlah tindakan dalam usaha mencapai tujuan
organisasi. Sebuah perencanaan bisa disebut efektif apabila perencanaan tersebut
mampu memperjelas visi organisasi, menghindari kesalahan fatal, dan mampu meraih
peluang yang ada. Untuk mencapai efektivitas tersebut maka organisasi setidaknya
memiliki berbagai jenis perencanaan yang bisa mengatur dan mengendalikan
perencanaan itu sendiri.
Perencanaan dapat digolongkan berdasarkan ruang lingkup, durasi, tujuan yang
ditetapkan organisasi. Berbagai jenis perencanaan tersebut harus bisa dijadikan bahan
pertimbangan dalam merumuskan perencanaan yang dibutuhkan organisasi dalam
merealisasikan tujuan.
1. Perencanaan menurut fungsinya, yang terdiri dari Perencanaan Strategik dan
Perencanaan Taktis Operasional.
a. Perencanaan Strategik acap kali menentukan keberhasilan suatu
organisasi. Perencanaan ini merupakan serangkaian formulasi strategi
untuk mencapai tujuan organisasi yang telah ditetapkan. Semua jenis
organisasi (profit dan non profit) sangat membutuhkan perencanaan
strategis. Namun apabila membuat jenis perencanaan ini maka organisasi
harus tetap konsisten dengan tujuan organisasi. Beberapa contoh
perencanaan strategis yang sering kita jumpai misalnya keputusan merger
dan akuisisi perusahaan, menambah dan mengurangi produk perusahaan,
dan ekspansi pasar. Di era globalisasi ini perusahaan juga perlu
mempertimbangkan strategi licences agreement yang berisikan garansi
sebuah perusahaan yang diberikan kepada perusahaan lain terhadap
pemakaian merek dagang (brand name) atau teknologi tertentu. Licences
agreement ini juga bisa dimanfaatkan ketika perusahaan ingin melakukan
kerja sama dengan sebuah atau beberapa perusahaan lain yang saling
menguntungkan (joint venture).
b. Perencanaan Taktis Operasional, berfokus pada kegiatan operasional
setiap unit aktivitas perusahaan sehari-hari. Jenis perencanaan ini
mencakup perencanaan sekali pakai (single use plan), perencanaan untuk
beragam kegunaan (standing plan), dan perencanaan berkeseimbangan
atau berskenario (contingency plan).
1) Rencana Sekali Pakai Rencana sekali pakai adalah serangkaian
kegiatan terperinci yang kemungkinan tidak berulang dalam bentuk
yang sama di waktu mendatang. Sebagai contoh, perencanaan
perusahaan untuk membangun gudang baru karena adanya perluasan
usaha. Walaupun perusahaan telah memiliki sejumlah gudang lain, hal
ini tidak dapat menggunakan rencana gudang yang lalu, karena
persyaratanpersyaratan pembangunannya berbeda, seperti biaya
konstruksi, lokasi tersedianya tenaga kerja, pembatasan area, dan
sebagainya.
Tipe-tipe rencana sekali pakai adalah program, proyek dan anggaran.
Program. Suatu program meliputi serangkaian kegiatan yang relatif luas.
Program menunjukkan (1) langkah-langkah pokok yang diperlukan
untuk mencapai tujuan, (2) satuan atau para anggota organisasi yang
bertanggung jawab atas setiap Langkah dan (3) urutan dan waktu setiap
langkah. Program dapat disertai suatu anggaran atau sekumpulan
anggaran bagi kegiatan-kegiatan yang diperlukan.
Program mungkin merupakan tipe rencana yang paling sulit dimengerti,
karena terdiri dari berbagai campuran seperti tujuan, strategi,
kebijaksanaan, aturan dan penugasan pekerjaan, sumber daya-sumber
daya phisik, fiskal dan manusia yang diperlukan untuk
mengimplementasikannya. Program-program pokok biasanya ditemui di
organisasi dalam bentuk 1) penelitian, pengembangan dan pengenalan
produk atau jasa baru; 2) penganggaran penjualan, persediaan,
kebutuhan produksi, dan keuangan; dan 3) latihan dan pengembangan
personalia untuk menguasai perubahan-perubahan organisasi.
Proyek. Proyek adalah rencana sekali pakai yang lebih sempit dan
merupakan bagian terpisah dari program. Setiap proyek mempunyai
ruang lingkup yang terbatas, arah penugasan yang jelas dan waktu
penyelesaian. Setiap proyek akan menjadi tanggung jawab personalia
yang ditunjuk dan diberikan sumber daya-sumber daya tertentu dengan
batas waktu yang telah ditentukan pula. Perencanaan proyek adalah
tipe perencanaan yang fleksibel untuk menyesuaikan dengan berbagai
situasi. Bila operasi-operasi organisasi dapat dibagi dengan mudah
menjadi bagian-bagian terpisah dengan waktu penyelesaian yang jelas,
proyek adalah salah satu peralatan perencanaan yang efektif.
Anggaran. Anggaran (budget) adalah laporan sumber daya keuangan
yang disusun untuk kegiatan-kegiatan tertentu dalam jangka waktu
tertentu. Anggaran terutama merupakan peralatan pengawasan
kegiatan-kegiatan organisasi dan komponen penting dari program dan
proyek. Anggaran memerinci pendapatan dan pengeluaran dan
memberikan target bagi kegiatan-kegiatan seperti penjualan, biaya-
biaya departemen atau investasi baru. Manajer sering menggunakan
penyusunan anggaran sebagai proses melalui mana keputusan-
keputusan dibuat untuk memperlakukan sumber daya-sumber daya
pada berbagai alternatif rangkaian kegiatan. Dalam hal ini, anggaran
dapat disebut sebagai rencana sekali pakai. Bila alokasi sumber daya-
sumber daya selama proses penganggaran tidak melibatkan tujuan-
tujuan strategik, strategi organisasi dapat hanya mempunyai pengaruh
terbatas pada kegiatan-kegiatan nyata. Jadi penganggaran sering
menjadi proses perencanaan kunci melalui mana kegiatan-kegiatan lain
dipilih dan dikoordinasikan.
2) Rencana untuk beragam kegunaan Rencana untuk beragam kegunaan
(standing plan) merupakan rencana yang sedang dijalankan, digunakan
untuk memberi bimbingan bagi tugas-tugas yang dilakukan berulang kali
dalam organisasi. Rencana untuk beragam kegunaan yang utama
misalnya adalah kebijakan, peraturan, dan prosedur organisasi.
Rencana untuk beragam kegunaan ini umumnya berhubungan dengan
kasus karyawan yang sakit, kehadiran, karyawan merokok, disiplin,
perekrutan, dan pemecatan. Banyak perusahaan menemukan
kebutuhan untuk mengembangkan rencana.
Kebijaksanaan. Suatu kebijaksanaan (policy) adalah pedoman umum
pembuatan keputusan. Kebijaksanaan merupakan batas bagi
keputusan, menentukan apa yang dapat dibuat dan menutup apa yang
tidak dapat dibuat. Dengan cara ini, kebijaksanaan menyalurkan
pemikiran para anggota organisasi agar konsisten dengan tujuan
organisasi. Kebijaksanaan dapat menyangkut masalah-masalah penting
ataupun masalah-masalah sederhana. Kebijaksanaan biasanya
ditetapkan secara formal oleh para manajer puncak organisasi. Para
manajer ini mungkin menetapkan kebijaksanaan karena (1) mereka
merasa hal itu akan meningkatkan efektivitas organisasi; (2) mereka
ingin berbagai aspek organisasi mencerminkan nilai-nilai pribadi mereka
sebagai contoh, penggunaan seragam kantor atau (3) mereka hendak
menjernihkan berbagai konflik atau kebingungan yang telah terjadi pada
tingkat bawah dalam organisasi.
Kebijaksanaan dapat juga muncul secara informal dan pada
tingkattingkat bawah suatu organisasi yang berasal dari serangkaian
keputusan konsisten pada berbagai subyek yang dibuat melebihi suatu
periode waktu. Sebagai contoh, bila ruang kantor dibagi menurut
periode kerja secara berulang-ulang, hal ini dapat menjadi
kebijaksanaan organisasi. Faktor-faktor dalam lingkungan eksternal juga
dapat menentukan kebijaksanaan seperti lembaga -lembaga
pemerintah, yang memberikan pedoman-pedoman bagi kegiatan-
kegiatan organisasi.

3) Rencana Berkesinambungan Jika organisasi melakukan usahanya di


lingkungan yang tingkat ketidakpastiannya sangat tinggi atau
berhadapan dengan jangka waktu yang panjang, terkadang
perencanaan terlihat sebagai kegiatan yang menghabiskan waktu saja.
Dalam kenyataannya, rencana yang kaku dapat menurunkan dan
bukannya mendukung kinerja organisasi dalam menghadapi perubahan
teknologi, sosial, ekonomi, atau perubahan lingkungan lain yang terjadi
dengan sangat cepat. Dalam hal ini, manajer dapat mengembangkan
multiskenario masa depan untuk membantu mereka dalam membentuk
rencana yang lebih fleksibel. Rencana berkesinambungan (contingency
plan), terkadang disebut sebagai skenario, menjelaskan respons
perusahaan yang dilakukan pada keadaan darurat, kemunduran, atau
kondisi yang tidak diharapkan; lainnya. Untuk mengembangkan rencana
berkesinambungan ini, manajer mengidentifikasi faktorfaktor yang tidak
dapat dikendalikan, seperti resesi, inflasi, perkembangan teknologi, atau
kecelakaan keamanan. Untuk mengurangi dampak dari faktor-faktor
potensial ini, manajer dapat memperkirakan skenario terburuk.
Contohnya, jika penjualan turun 25% dan harga turun 10%, maka apa
yang akan dilakukan perusahaan? Manajer dapat mengembangkan
rencana berkesinambungan yang dapat meliputi pengurangan
karyawan, anggaran cadangan, atau usaha penjualan baru. Sebagai
contoh, pemimpin puncak di perusahaan produk kecantikan Mustika
Ratu, menginvestasikan dananya pada pembangunan pabrik baru untuk
memenuhi permintaan yang meningkat, oleh sebab itu perusahaan
haruslah menyusun rencana berkesinambungan (contingency plan)
yang di dalamnya berisi tentang gambaran apa yang dilakukan
perusahaan jika perekonomian Indonesia menurun sebesar 1,5% tiap
tahun, yang dapat membuat perusahaan kelebihan kapasitas di tengah
harga yang melemah.
2. Perencanaan menurut ruang lingkup kewilayahan.
Perencanaan jenis ini biasanya sering terlihat dalam perencanaan suatu
pemerintahan negara namun tidak menutup kemungkinan perencanaan ini juga
digunakan perusahaan yang telah merambah ke seluruh wilayah sebuah
negara. Perencanaan ini bisa dibagi ke dalam tiga lingkup, yaitu:
a. Perencanaan nasional, yang mencakup seluruh wilayah sebuah negara.
b. Perencanaan regional, yang mencakup beberapa daerah berdasarkan
pembagian wilayah sebuah negara.
c. Perencanaan daerah atau lokal, yang mencakup satu daerah tertentu saja,
misalnya sebuah propinsi.
3. Perencanaan menurut jangka waktunya, membagi perencanaan berdasarkan
jangka waktu pencapaian tujuan, yaitu jangka pendek dan panjang.
a. Perencanaan jangka pendek. Perencanaan jangka pendek meliputi jangka
waktu hingga satu-dua tahun dengan melibatkan berbagai kegiatan
misalnya:
1) Penjadwalan produksi setiap hari atau setiap minggu.
2) Perencanaan untuk memindahkan kantor ke tempat yang baru.
3) Memperoleh pinjaman bank selama 3 bulan.
4) Merencanakan untuk mengadakan kunjungan penjualan kepada para
pelanggan.
5) Merencanakan suatu program pelatihan khusus untuk para supervisor.
6) Membangun suatu gedung baru.
7) Merubah sistem inventaris dari cara manual ke penggunaan komputer.
Di samping itu ada pula perencanaan jangka pendek yang hanya berupa suatu
pembagian kerja tiap tahun dari suatu rencana jangka panjang. Perencanaan
dan pelaksanaan sebagian besar sudah ditetapkan sebelumnya. Tugas jangka
pendek melaksanakan sebagian dari rencana yang lebih panjang dalam waktu
yang ditentukan. Contoh yang paling mudah untuk perencanaan jangka pendek
adalah anggaran setahun perusahaan. Apabila Anda menyusun anggaran
untuk tahun berikutnya maka Anda akan berusaha meramalkan (memprediksi)
pengeluaran untuk tahun mendatang. Anggaran yang Anda susun jelas berupa
prediksi sebab perusahaan memiliki asumsi penjualan produk, tenaga kerja,
penyusutan mesin, pemeliharaan mesin, pembelian mesin baru, tingkat inflasi,
pesaing, bahan baku produksi, pemasaran, transportasi, dan sebagainya.
b. Perencanaan jangka menengah. Perencanaan ini biasanya dibuat dalam
bentuk sebuah dokumen yang berisikan satu bagian untuk mencapai
perencanaan jangka panjang. Bentuk yang mudah kita lihat misalnya
adalah Repelita atau rencana pembangunan lima tahun. Fungsi
perencanaan ini dilaksanakan oleh sebuah panitia sementara yang bisa
berubah dari waktu ke waktu berdasarkan keputusan pimpinan. Oleh
karena sifatnya sudah cukup berat maka perencanaan jangka menengah
harus memuat arah dan kebijakan organisasi yang mempermudah
pencapaian tujuan jangka panjang. Dokumen tersebut juga harus memuat
tentang keadaan dan masalah pokok organisasi, kebijakan dan langkah-
langkahnya, serta program dan sasaran yang memuat uraian operasional.
c. Perencanaan jangka panjang. Perencanaan jangka panjang secara umum
didefinisikan sebagai suatu program sasaran dan tindakan yang disarankan
yang meliputi jangka waktu minimal lima tahun. Perencanaan jangka
panjang harus berdasarkan sejumlah asumsi yang meliputi penggunaan
modal likuiditas, sumber daya manusia yang tersedia, penggunaan
teknologi yang masih ada dan rencana penggunaan teknologi baru,
kesempatan bisnis, kebutuhan ekonomis produk, persaingan, regulasi dan
deregulasi pemerintah, pemanfaatan transportasi, selera konsumen,
teknologi bahan baku, teknologi informasi, kompetitor dari luar negeri, dan
daya beli masyarakat. Dibandingkan dengan perencanaan jangka pendek,
maka perencanaan jangka panjang lebih sulit sebab melibatkan banyak
pertimbangan. Setiap rencana jangka panjang harus melibatkan dan
mempertimbangkan setiap segi dari usaha, seperti struktur organisasi, sifat
pekerjaan, serta kualifikasi karyawannya. Sebelum perencanaan jangka
panjang dibuat, organisasi harus menentukan suatu keputusan pokok
tentang produk atau jasa yang akan dihasilkan, dalam kuantitas dan
kualitas, harga, dan bahan baku tertentu dengan strategi dan metode
pemasaran dan penjualan yang akan digunakan, dan prediksi kondisi
perekonomian secara nasional. Dalam perjalanan bisnis organisasi ada
kemungkinan organisasi membuang, menambah, memperbaiki, merubah
sejumlah asumsi yang telah ditentukan. Hal itu dimungkinkan karena bisnis
selalu menghadapi perubahan yang begitu cepat. Dengan demikian
perencanaan jangka panjang selalu melakukan penyesuaian terus menerus
sesuai dengan kondisi yang dihadapi dan yang akan dihadapi.
Berlawanan dengan perencanaan jangka pendek maka perencanaan
jangka panjang setidaknya memiliki tiga ciri berikut:
1) Kontinuitas. Pimpinan atau manajer harus selalu menuliskan di atas
kertas (atau komputer) dan menerapkan mekanisme pengendalian untuk
menjaga agar proyeknya tetap bergerak ke arah yang dikehendaki dan
dengan kecepatan yang sesuai rencana.
2) Peninjauan. Pimpinan dan manajer harus mengadakan peninjauan
secara berkala atas kemajuan yang dicapai untuk memastikan bahwa
tujuan akan tercapai.
3) Mempertimbangkan atau meninjau kembali tujuan. Faktor yang
membantu ditetapkannya tujuan atau sasaran sebuah rencana mungkin
berubah. Mungkin perusahaan harus menaikkan atau menurunkan
kriterianya. Bersamaan dengan laporan hasil kemajuan, mungkin pimpinan
juga ingin menilai sasaran semula untuk melihat apakah perencanaan
masih berlaku ataukah sudah harus dimodifikasi atau di rubah.

Dalam pertimbangan bisnis organisasi, setidaknya bisa kita temukan


sejumlah faktor yang membuat perencanaan jangka panjang menjadi
sangat penting. Dalam perjalanan bisnisnya, organisasi bisa tumbuh dalam
ukuran tak terduga tergantung pada kompleksitas yang dihadapi organisasi
itu sendiri. Kompleksitas tersebut bisa berbentuk tekanan konsumen yang
menuntut pelayanan yang lebih baik, tingkat perkembangan teknologi yang
begitu tinggi yang menjadikan usia produk baru menjadi lebih pendek,
keinginan pemilik modal untuk bisa memperoleh lebih banyak keuntungan,
naik-turunnya standar kehidupan konsumen, meningkatnya kualitas
pendidikan konsumen yang menyebabkan organisasi perlu lebih mampu
meningkatnya produk dan pelayanannya, privatisasi perusahaan negara,
ekspansi perusahaan multi nasional, masuknya modal asing yang besar,
dan regulasi serta tata niaga yang dikeluarkan pemerintah. Perencanaan
membutuhkan tindakan yang bisa menyebabkan reaksi yang memerlukan
tindakan lebih lanjut lagi.
4. Perencanaan menurut obyeknya, yaitu berupa perencanaan fisik (sarana dan
prasarana) dan perencanaan non-fisik (kegiatan untuk mencapai tujuan).
5. Perencanaan tetap, adalah perencanaan yang digunakan untuk kegiatan yang
terjadi berulang-ulang secara terus-menerus. Biasanya jenis perencanaan ini
dituangkan ke dalam sebuah bentuk kebijakan, prosedur, dan aturan.
6. Perencanaan dengan maksud tertentu, digunakan saat organisasi menghadapi
perubahan, kontingensi, dan pengembangan produk. Tujuan perencanaan ini
adalah mendorong karyawan menemukan cara-cara terbaru yang kreatif dalam
menyelesaikan pekerjaan mereka. Karyawan yang gagal mencapai tujuan tidak
boleh diberi sanksi. Proses-proses pengembangan produk biasanya bisa
terbantu dengan perencanaan jenis ini.
2.5 Proses Perencanaan
Secara mendasar kegiatan perencanaan mempunyai 4 tahapan seperti berikut:
1. Menetapkan target atau tujuan, perencanaan dimulai dengan keputusan-
keputusan tentang keinginan atau kebutuhan organisasi atau kelompok kerja.
Tanpa rumusan target atau tujuan yang jelas, organisasi akan menggunakan
sumber daya secara tidak efektif.
2. Merumuskan keadaan saat ini, pemahaman akan posisi atau keadaan
organisasi sekarang ini dari pada tujuan yang hendak dicapai atau sumber
daya-sumber daya yang tersedia untuk pencapaian tujuan merupakan hal
sangat penting, karena tujuan dan rencana menyangkut waktu yang akan
datang. Hanya setelah keadaan organisasi saat ini dianalisa, rencana dapat
dirumuskan untuk menggambarkan rencana kegiatan lebih lanjut. Tahap kedua
ini memerlukan informasi-terutama keuangan dan data statistik yang didapat
melalui komunikasi dalam organisasi.
3. Mengidentifikasi segala kemudahan dan hambatan, segala kekuatan dan
kelemahan serta kemudahan dan hambatan perlu diidentifikasikan untuk
mengukur kemampuan organisasi dalam mencapai tujuan. Oleh karena itu
perlu diketahui faktor-faktor lingkungan intren dan ekstern yang dapat
membantu organisasi mencapai tujuannya,atau yang mungkin menimbulkan
masalah. Walau pun sulit dilakukan, antisipasi keadaan,masalah, dan
kesempatan serta ancaman yang mungkin terjadi di waktu mendatang adalah
bagian esensi dari proses perencanaan.
4. Mengembangkan rencana atau serangkaian kegiatan untuk pencapaian tujuan,
Tahap terakhir dalam proses perncanaan meliputi pengembangaan berbagai
alternatif kegiatan untuk pencapaian tujuan, penilaian alternatif-alternatif
tersebut dan pemilihan alternatif terbaik (paling memuaskan) diantara berbagai
alternatif yang ada.
2.6 Kendala - Kendala Perencanaan
Agar rencana yang telah dibuat dapat terlaksana dengan efektif, manajer harus
mampu mengidentifikasikan beberapa kendala potensial dalam perencanaan dan
berusaha mengatasinya. Kendala-kendala tersebut umumnya adalah :
1. Ketidakmampuan membuat Rencana atau Rencana yang tidak cukup Baik.
Tentu saja tidak semua manajer otomatis memiliki kemampuan membuat
perencanaan. Faktor penyebabnya adalah kurangnya pengalaman, pendidikan
atau bahkan karena diajari atau tidak memiliki pengetahuan tentang bagaimana
membuat rencana yang benar.
2. Kurangnya Komitmen dalam proses pembuatan rencana. Mengembangkan
sebuah rencana adalah pekerjaan yang membutuhkan pemikiran yang cukup
banyak dan menyita waktu. Kebanyakan manajer beralasan mereka tidak
cukup punya waktu untuk mengikuti proses pembuatan rencana yang cukup
panjang, atau bahkan mereka tidak membuat rencana yang memadai karena
sebenarnya mereka takut gagal tidak mencapai yang mereka targetkan dalam
rencana tersebut.
3. Lemahnya informasi. Karena yang menjadi dasar dari sebuah rencana adalah
informasi, maka bagaimanapun canggihnya seorang manajer dalam teknik
pembuatan rencana, namun apabila informasi yang digunakan dalam
penyusunan rencana tersebut kurang memadai (informasi kurang akurat,
kurang lengkap, basi), maka rencana tersebut juga akan kurang bermutu atau
bahkan rencana yang gagal.
4. Terlalu berfokus pada masa kini. Kegagalan mempertimbangkan efek jangka
panjang sebuah rencana karena terlalu menekankan pada penanganan
persoalan-persoalan jangka pendek, justru dapat menyebabkan kegagalan
organisasi mempersiapkan masadepan. Seorang manajer seharusnya memiliki
gambaran besar dalam benaknya tentang masa depan dan sasaran-sasaran
jangka panjang yang ingin diraih saat menyusun sebuah rencana.
5. Terlalu mengandalkan diri pada unit/Bagian Perencanaan. Banyak
organisasi/perusahaan yang memiliki bagian perencanaan atau bagian
perencanaan dan pengembangan tersendiri. Bagian ini yang melakukan
penelitian, studi, membangun model, percobaan, dll, tapi sesungguhnya tidak
mengembangkan perencanaan itu sendiri. Hasil dari bagian ini hanyalah
merupakan alat bantu yang dapat dimanfaatkan oleh manajer dalam membuat
rencana, apalagi menyusun sebuah rencana organisasi tetaplah tanggung-
jawab manajer.
6. Memusatkan perhatian pada faktor-faktor yang dapat dikuasainya. Kebanyakan
manajer hanya berkonsentrasi pada hal-hal yang paling dikuasai dan
menghindarkan diri hal yang kurang dikuasasi karena khawatir dianggap
kurang mampu. Misalnya memusatkan perhatian pada pembuatan gagasan-
gagasan dan ide-ide baru, namun mengabaikan bagaimana cara menjadikan
gagasan/ide tersebut teraplikasikan karena kurang menguasai operasional
organisasinya.
Kendala-kendala tersebut pastilah dapat diatasi manakala manajer
menginginkan sebuah rencana berkualitas yang tersusun. Cara termudah dan
termurah tentu saja melalui komunikasi yang efektif dengan karyawan dan melibatkan
mereka dalam penyusunan rencana. Komunikasi yang efektif menjamin manajer
memperoleh informasi yang berkualitas, dan melibatkan karyawan dalam proses
pembuatan rencana akan memperluas dan memperdalam perspektif rencana itu serta
mengurangi resiko kurang ketidak-berhasilan rencana tersebut saat dilaksanakan.
2.7 Pembuatan Keputusan
Pengambilan keputusan merupakan kegiatan pemimpin yang dapat dijumpai
pada semua tingkatan dan semua bidang manajemen. Pada umumnya suatu
keputusan dibuat dalam rangka menyelesaikan/memecahkan permasalahan atau
persoalan (problem solving). Sebagian besar kegiatan analisis masalah dan hasil
pemecahan masalah dianalisis melalui tekhnik-tekhnik kuantitatif. Secara umum, yang
dimaksud dengan masalah adalah tidak adanya keseimbangan/ kesesuaian antara
yang harus dilakukan (should) dengan kondisi sekarang (is).Masalah juga dapat dilihat
dari perbedaan antara standar pelaksanaan (yang ingin dilaksanakan ) dengan
pelaksanaan yang dilakukan, perbedaan antara teori dengan praktek, perbedaan
antara yang diinginkan dengan yang terjadi, perbedaan antara ‘yang seharusnya’
dengan ‘pada kenyataannnya,’ perbedaan antara teori dengan teori, dan perbedaan
antara program/ rencana kerja dengan hasil kerja.
Hadari Nawawi mendefenisikan bahwa keputusan pada dasarnya berarti hasil
akhir dalam mempertimbangkan sesuatu yang akan dilaksanakan secara nyata.
Keputusan juga dapat diartikan sebagai hasil terbaik dalam memilih satu diantara dua
atau beberapa alternatif yang dihadapi. Sementara itu, pengambilan keputusan
merupakan proses atau rangkaian kegiatan menganalisis berbagai fakta, informasi,
data dan teori/pendapat yang akhirnya sampai pada satu kesimpulan yang dinilai
paling baik dan tepat. Proses pengambilan keputusan ini dapat dilakukan sendiri dan
dapat pula dilaksanakan dengan bantuan atau pengikutsertaan orang lain.
Gatot Suradji dan Engelbetus Martono mendefenisikan bahwa keputusan
merupakan proses pemikiran yang menetapkan satu pilihan diantara alternatif pilihan
guna memecahkan suatu masalah. Sementara itu, pengambilan keputusan merupakan
proses analisis informasi masalah sampai penetapan suatu keputusan.
Irham Fahmi mendefenisikan keputusan sebagai proses penelusuran masalah
yang berawal dari latar belakang masalah, identifikasi masalah hingga pada
terbentuknya kesimpulan atau rekomendasi. Dari beberapa defenisi para ahli
sebagaimana yang telah dipaparkan di atas dapat dipahami bahwa pengambilan
keputusan adalah proses memilih salah satu alternatif terbaik di antara sekian banyak
alternatif yang ada yang dilakukan dalam rangka menyelesaikan masalah.
PROSES DAN LANGKAH-LANGKAH PENGAMBILAN KEPUTUSAN
Proses pengambilan keputusan adalah suatu usaha yang rasional dari administrator
untuk mencapai tujuan-tujuan yang telah ditetapkan pada bagian awal dari fungsi
perencanaan. Prosesnya mulai dan berakhir dengan pertimbangan. Ia memerlukan
kreativitas, keterampilan kuantitatif dan pengalaman. Secara umum para pakar
sepakat bahwa pengambilan keputusan meliputi langkah-langkah antara lain;
pemahaman terhadap masalah/identifikasi tujuan, membaca kriteria, membuat prioritas
kriteria, membuat alternatif, seleksi alternatif yang mendekati solusi, menetapkan
alternative, pelaksanaan, memodivikasi evaluasi alternative
IDENTIFIKASI TUJUAN
1. IDENTIFIKASI TUJUAN
Menentukan tujuan dan sasaran khusus dan mengukur hasilnya.
Organisasi memerlukan tujuan dan sasaran dalam setiap bidang dimana hasil
karya mempengaruahi efektivitas organisasi. Jika tujuan dan sasaran
ditetapkan secara memadai, maka ia akan menentukan hasil yang harus
dicapai dan ukuran yang digunakan untuk mewujudkan tujuan dan sasaran
tersebut. Pendefinisian masalah serta identifikasi informasi yang dibutuhkan
yang berkaitan dengan persoalan yang dihadapi serta keputusan yang akan
diambil. Menetapkan tujuan dan sasaran khusus dan mengukur hasilnya
2. MEMBACA KRITERIA
Mengidentifikasi persoalan.Buat satu set matriks perbandingan berpasangan.
Setiap elemen diatas level digunakan untuk membandingkan unsur – unsur di
level yang berada dibawahnya.
3. MEMBUAT PRIORITAS KRITERIA
Susun hirarki keputusan dengan menetapkan tujuan keputusan, lalu tujuan dari
tujuan perspektif tingkat menengah (melalui kriteria), lalu tingkat terendah (yang
berupa seperangkat alternatif).
4. MEMBUAT ALTERNATIF
Setelah masalah dirinci dengan tepat dan tersusun baik, maka perlu dipikirkan
cara-cara pemecahannya. Cara pemecahan ini hendaknya selalu diusahakan
adanya alternatifalternatif beserta konsekuensinya, baik positif maupun negatif.
Oleh sebab itu, seorang pimpinan harus dapat mengadakan perkiraan sebaik-
baiknya. Untuk mengadakan perkiraan dibutuhkan adanya informasi yang
cukup dan metode perkiraan yang baik. Perkiraan itu terdiri dari berbagai
macam pengertian:
a) perkiraan dalam arti proyeksi, perkiraan yang mengarah pada
kecenderungan dari datayang telah terkumpul dan tersusun secara kronologis;
b) perkiraan dalam arti prediksi, perkiraan yang dilakukan dengan
menggunakan analisissebab akibat; c ) perkiraan dalam arti konjeksi, perkiraan
yang didasarkan pada kekuatan intuisi (perasaan). Intuisi di sini sifatnya
subjektif, artinya tergantung dari kemampuan seseorang untuk mengolah
perasaan.
Tujuan memilih alternatif adalah memecahkan persoalan supaya dapat
mencapai tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan sebelumnya. Memilih
alternatif bukanlah pekerjaan yang mudah. Oleh karena itu didasari bahwa
dalam kebanyakan pengambilan keputusan, pemecahan yang optimal
seringkali tidak mungkin. Hal ini disebabkan karena pengambilan keputusan
tidak mungkin
5. MELAKUKAN UJI ALTERNATIF
Tahap ini merupakan suatu proses untuk merepresentasikan model sistem
yang akan dibangun berdasarkan pada asumsi yang telah ditetapkan. Dalam
tahap ini, suatu model dari masalah dibuat, diuji dan divalidasi. Melakukan
pengujian dan memilih keputusan terbaik berdasarkan kriteria tertentu yang
telah ditentukan dan mengarah kepada tujuan yang akan dicapai.
6. MENETAPKAN ALTERNATIF
Fase ini merupakan bagian tersulit yang harus dilakukan oleh seorang
pengambil keputusan. Namun, dengan mengikuti prosedur yang runut dan rinci
dan berorientasi pada penyelesaian masalah, dapat diyakini akan
mengahsilkan keputusan yang memuaskan.Pemilihan satu alternatif yang
dianggap paling tepat untuk memecahkan masalah tertentu dilakukan atas
dasar pertimbangan yang matang atau rekomendasi. Dalam pemilihan satu
alternatif dibutuhkan waktu yang lama karena hal ini menentukan alternatif
yang dipakai akan berhasil atau sebaliknya. Pengambilan keputusan oleh
pimpinan, kaitannya dengan pemilihan alternatif pemecahan masalah, akan
melibatkan semua pihak yang terlibat. Hal ini karena kekuasaan pimpinan tidak
dapat dioperasionalkan apabila tidak didukung dan dibantu oleh seluruh
personal yang memiliki pengetahuan dan pengalaman yang berbeda-beda.
Pimpinan harus mengembangkan konsep kerja sama antar personal agar
pelaksanaan alternatif pemecahan masalah lebih cepat dan mudah. Kerja
sama dapat diciptakan jika pimpinan memiliki keterampilan
7. PELAKSANAAN
Dalam pelaksanaan keputusan berarti kita harus mampu menerima dampak
yang positif atau negatif. Ketika menerima dampak yang negatif, kita juga harus
mempunyai alternatif yang lain. Pelaksanaan pengambilan keputusan sering
menjadi masalah karena keputusan yang mesti ditanggapi oleh banyak orang
malah ditangani oleh sedikit orang. Hal sebaliknya juga sering terjadi.
Keputusan yang seharusnya dapat ditangani oleh 2-3 orang diserahkan kepada
sebuah tim yang terdiri dari 40 orang atau lebih. Akibatnya timbul perdebatan
yang tak henti-hentinya. Jadi tentukan dulu cara pengambilan keputusan yang
paling cocok dengan situasi dan masalah yang ada: individu, tim, musyawarah,
voting, dan lain-lain
8. MEMODIVIKASI EVALUASI ALTERNATIF
Setelah keputusan dijalankan seharusnya pimpinan dapat mengukur dampak
dari keputusan yang telah dibuat. Penilaian ulang perlu diadakan. Faktor-faktor
penentu yang akan dinilai harus diputuskan sejak awal dan tidak setelah
pelaksanaan berjalan. Dengan cara ini memang akan mudah terjadi debat yang
hangat, namun akurasi akan lebih terjamin.
2.8 Gaya Dalam Pengambilan Keputusan
Penelitian mengenai gaya pengambilan keputusan lebih lanjut diinisiasi dan dilakukan
oleh Alan J. Rowe, seorang profesor emeritus dalam bidang manajemen dan
organisasi dari Marshall School of Business. Ia mengajukan empat gaya pengambilan
keputusan yang dikembangkan dari teori kepribadian psikolog Carl Gustav Jung. Gaya
pengambilan keputusan itu adalah Langsung (Directive), Analitis (Analytic), Konseptual
(Conceptual), dan Perilaku (Behavior). Masing-masing gaya pengambilan keputusan
ini mempunyai strategi berbeda agar bisa memperoleh hasil yang efektif. Yuk kita
bahas satu per satu.
1. Langsung (directive)
Ini adalah tipikal pengambil keputusan yang cepat, dimana orang yang memiliki
karakter ini tidak ingin membuang waktu berlama-lama dalam melakukan analisis
pilihan yang ada dan segera mengambil tindakan yang runtut. Pengambilan keputusan
didasarkan kepada pengalaman, sehingga akan sangat mudah menghadapi situasi
yang berulang, tetapi cenderung mengalami kesulitan dalam menentukan keputusan
untuk situasi baru yang belum pernah dihadapi. Umumnya mereka tidak terlalu tertarik
untuk mendengarkan masukan orang lain terutama yang memiliki pandangan berbeda.
Bagi seseorang dengan gaya seperti ini, mengambil keputusan yang tepat lebih baik
dibanding mengikuti pendapat orang lain.
 Tips yang perlu diperhatikan:
o Lebih cermat dan tidak tergesa-gesa dalam mengambil keputusan dengan
mengupayakan mencari data-data yang relevan/sesuai sebagai dasar dalam
memutuskan beberapa pilihan.
o Apabila menghadapi situasi baru yang belum pernah dihadapi sebelumnya,
cobalah untuk lebih terbuka dalam menerima saran pihak-pihak lain untuk
mendapatkan keputusan terbaik.
2. Analitis (analytic)
Ini adalah tipikal pengambil keputusan yang sangat berhati-hati, dan khawatir
membuat keputusan yang salah karena tergesa-gesa dan merasa tidak nyaman
apabila harus mengambil keputusan segera. Data dan informasi adalah hal yang
penting sebagai pertimbangan pengambilan keputusan. Karena harus
mempertimbangkan dan menganalisis semua informasi untuk setiap pilihan sebelum
memutuskan, seringkali membutuhkan waktu yang lama untuk menghasilkan
keputusan. Orang dengan gaya ini menikmati situasi-situasi baru yang tidak pasti, dan
berusaha mencari data dan informasi untuk mendapatkan kepastian. Selain itu,
terbuka untuk mendengarkan pendapat orang-orang di sekitar, dan memiliki
kemampuan yang sangat baik pada situasi yang menyediakan beberapa pilihan sulit.
Tips yang perlu diperhatikan:
o Perlu menentukan tenggat waktu berapa lama yang diperlukan untuk
menganalisis data-data yang ada sebelum mengambil keputusan, sehingga
tidak berlarut-larut dan justru akan merugikan.
o Akan lebih baik untuk melibatkan orang lain dalam menganalisis data dan
informasi yang tersedia sehingga keputusan yang diambil pun tidak terkesan
terpusat.
3. Konseptual (conceptual)
Ini adalah tipikal pengambil keputusan yang terbuka dengan cara-cara baru dan
berani menghadapi risiko, memiliki visi untuk mengambil keputusan jangka panjang,
tetapi kurang cepat dalam menentukan rencana tindakan jangka pendek yang harus
segera diterapkan. Orang dengan gaya ini memiliki ide-ide yang original dan berbeda,
hanya saja kurang terdorong untuk melakukan tindakan nyata hingga dapat
mewujudkannya. Mereka lebih menikmati proses berpikir dan merencanakan daripada
bertindak, memiliki rasa percaya diri dan optimisme tinggi bahwa keputusan akan
membawa keberhasilan, memiliki keinginan yang kuat untuk mencapai prestasi serta
mendapatkan pengakuan dari pihak lain, dan lebih mengutamakan intuisi daripada
data.
Tips yang perlu diperhatikan:
o Perlu berlatih untuk bertindak melaksanakan keputusan yang telah diambil
hingga tuntas, sehingga dapat benar-benar mencapai hasil yang diharapkan.
o Agar tercipta manajemen risiko yang lebih objektif, kurangi optimis berlebihan
terhadap keputusan dengan risiko tinggi yang didasari pada intuisi pribadi tanpa
data yang memadai.
4. Perilaku (behavior)
Ini adalah tipikal pengambil keputusan yang mempedulikan dampaknya
terhadap orang lain. Seseorang dengan gaya ini memperhatikan kepentingan
kelompok yang dianggap lebih utama daripada kepentingan pribadi, sehingga
berusaha keras untuk senantiasa menjaga hubungan baik dengan semua pihak. Oleh
karena itu, mereka merasa selalu membutuhkan masukan dan saran dari orang lain
terlebih dahulu sebelum mengambil keputusan. Mereka akan memastikan keputusan
yang diambil akan menyenangkan semua pihak, sehingga tidak perlu terjadi konflik
dengan orang lain. Karena sangat bergantung pada lingkungan dan pandangan orang
lain, membuat mereka sering berubah-ubah pendapat.
Tips yang perlu diperhatikan:
o Perlu lebih percaya diri dalam mengambil keputusan pribadi tanpa tergantung
pada masukan/saran dari orang lain. Mulailah dengan mengambil keputusan
pribadi pada hal-hal yang tidak terlalu berisiko.
o Akan lebih baik untuk tidak terlalu menuntut diri sendiri dalam menyenangkan
semua orang, karena hal itu akan membuat pengambilan keputusan semakin
sulit.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
1. Perencanaan dapat diartikan sebagai suatu proses untuk menentukan
tujuan serta sasaran yang ingin dicapai dengan mengambil langkah-langkah
strategis guna mencapai tujuan tersebut. Perencanaan adalah proses
penentuan tujuan dan prosedur yang berarti menentukan apa, bagaimana,
kapan, di mana dan siapa. Perencanaan merupakan suatu fungsi yang
mencakup proses menentukan tujuan, kebijakan, produk, jasa, alat-alat,
pengeluaran, jadwal, lokasi, personalia, hubungan organisasi, dan berbagai
hal lain yang berkaitan.
2. Adapun manfaat perencanaan yaitu:
 Suatu bentuk perencanaan dapat membuat pelaksaan tugas
menjadi tepat dan kegiatan tiap unit akan terorganisir dengan baik
menuju arah yang sama.
 Suatu perencanaan yang disusun dari penelitian yang akurat akan
menghindarkan kesalahan-kesalahan yang mungkin terjadi.
 Suatu perencanaan memuat standar atau batasan tindakan dan
biaya akan memudahkan pelaksanaan pengawasan.
 Perencaaan bisa dipakai sebagai pedoman untuk melaksanakan
kegiatan sehingga aparat pelaksana memiliki irama atau gerak dan
pandangan yang sama untuk mencapai tujuan perusahaan.
3. Suatu perencanaan selalu mengambil tindakan yang rasional dengan
cerdas. Tetapi sebenarnya, suatu tindakan berpikir cerdas tersebut
merupakan pemikiran tentang suatu subjek dari banyak pendapat.
Termasuk juga para pendukung kebijakan substantif yang membuat suatu
perencanaan melalui proses pemikiran rasional, Mereka menyebutnya
proses perencanaan ini sebagai tindakan yang rasional karena argumen
yang ada dapat merekonstruksi dan membuat kesimpulan sehingga orang
lain yg dipimpin dapat menghasilkan suatu kesimpulan yang sama. Sebuah
diskusi intelektual atau cendekiawan mempunyai kritk ideologis yang dapat
memperkaya suatu proposal perencanaan. Tetapi, kritik ideologis ini sudah
semakin berkurang perannya sebagai pengambilan keputusan dalam
perencanaan.
4. Perencanaan dapat digolongkan berdasarkan ruang lingkup, durasi, tujuan
yang ditetapkan organisasi. Berbagai jenis perencanaan tersebut harus bisa
dijadikan bahan pertimbangan dalam merumuskan perencanaan yang
dibutuhkan organisasi dalam merealisasikan tujuan.
5. Kendala-kendala tersebut umumnya adalah :
 Ketidakmampuan membuat Rencana atau Rencana yang tidak
cukup Baik.
 Kurangnya Komitmen dalam proses pembuatan rencana.
 Lemahnya informasi.
 Terlalu berfokus pada masa kini.
 Terlalu mengandalkan diri pada unit/Bagian Perencanaan.
 Memusatkan perhatian pada faktor-faktor yang dapat dikuasainya
6. Pengambilan keputusan merupakan kegiatan pemimpin yang dapat
dijumpai pada semua tingkatan dan semua bidang manajemen. Pada
umumnya suatu keputusan dibuat dalam rangka
menyelesaikan/memecahkan permasalahan atau persoalan (problem
solving).Sebagian besar kegiatan analisis masalah dan hasil pemecahan
masalah dianalisis melalui tekhnik-tekhnik kuantitatif.
7. Gaya Pengambilan Keputusan dibagi menjadi 4, yaitu :
 Langsung (directive)
 Analitis (analytic)
 Konseptual (conceptual)
 Perilaku (behavior)
3.2 Saran
Penulis menyimpulkan bahwa makalah ini masih belum sempurna, oleh karena itu
Penulis menerima saran dan kritik, guna kesempurnaan makalah ini dan
bermanfaat khususnya bagi Penulis dan Pembaca pada umumnya. Terima Kasih.
3.3 Studi Kasus
Studi Kasus: Perencanaan dan Pengambilan Keputusan dalam Bisnis Retail
 Latar Belakang:
Seorang pemilik toko pakaian retail bernama Sarah memiliki beberapa cabang toko
di kota yang berbeda. Dia telah mengalami penurunan penjualan selama beberapa
bulan terakhir dan ingin melakukan perubahan untuk meningkatkan pendapatan
dan profitabilitasnya.
Langkah 1: Perencanaan
 Menganalisis Data: Sarah mulai dengan mengumpulkan data penjualan dari
setiap cabang tokonya selama beberapa bulan terakhir. Dia juga
menganalisis data demografi pelanggan di setiap lokasi dan tren penjualan.
 Menetapkan Tujuan: Sarah menetapkan tujuan yang jelas, misalnya,
meningkatkan penjualan rata-rata per toko sebesar 15% dalam 6 bulan.
 Mengidentifikasi Alternatif: Sarah mengidentifikasi berbagai alternatif untuk
mencapai tujuan tersebut, seperti meningkatkan stok pakaian yang paling
diminati, mengadakan promosi, atau mengganti desain interior toko.
Langkah 2: Pengambilan Keputusan
1. Evaluasi Alternatif: Sarah menganalisis setiap alternatif dengan hati-hati.
Dia meminta masukan dari manajer toko dan timnya serta melihat data
historis untuk melihat mana yang paling mungkin berhasil.
2. Penentuan Prioritas: Setelah mengevaluasi semua alternatif, Sarah
memutuskan untuk mengambil beberapa tindakan sekaligus. Ini mencakup
mengganti stok pakaian dengan item yang lebih populer dan mengadakan
promosi musiman.
3. Implementasi Rencana: Sarah menginstruksikan manajer toko masing-
masing cabang untuk mengimplementasikan perubahan yang sudah dipilih.
Dia juga memantau perkembangan secara berkala.
Langkah 3: Evaluasi dan Koreksi
1. Monitoring Kinerja: Sarah terus memantau penjualan di setiap cabang toko
dan melacak apakah perubahan yang dilakukan telah meningkatkan kinerja.
2. Evaluasi Hasil: Setelah 6 bulan, Sarah membandingkan data penjualan
dengan tujuan yang ditetapkan awal. Jika penjualan meningkat sebesar
15% atau lebih, maka tindakan yang diambil telah berhasil.
3. Koreksi dan Perbaikan: Jika ada cabang toko yang belum mencapai target,
Sarah akan mengevaluasi ulang rencananya dan mencari tahu apa yang
perlu diperbaiki.
Dalam studi kasus ini, fungsi perencanaan dan pengambilan keputusan membantu
pemilik toko retail (Sarah) untuk mengidentifikasi masalah, merencanakan tindakan
perbaikan, dan akhirnya meningkatkan kinerja bisnisnya. Proses ini mencakup
analisis data, pengambilan keputusan berdasarkan fakta, implementasi rencana,
dan evaluasi berkelanjutan. Dalam dunia nyata, perencanaan dan pengambilan
keputusan sering kali menjadi komponen penting dalam kesuksesan sebuah bisnis
DAFTAR PUSTAKA
1. Malayu S.P Hasibuan, Manajemen; Dasar, Pengertian dan Masalah, (Jakarta:
PT. Bumi Aksara,2020)
2. P2k.stekom.ac.id. Proses Perencanaan, (2022), Euis Nurul Bahriyah, S.E,.
M.Si, Dasar-dasar Manajemen; Perencanaan, (UNIVERSITAS ESA UNGGUL
2018)
3. Supriyatna, I. D., & Sylvana, M. A. Perencanaan dan Pengambilan Keputusan
4. Syabrina, Hanna. 2023. _Pemikiran Dasar dari Teori Perencanaan_. Studocu

Anda mungkin juga menyukai