Anda di halaman 1dari 13

URGENSI PENDIDIKAN KEWIRAUSAHAAN

DI KALANGAN MAHASISWA PTKI

Zubaedi
Dosen Fakultas Tarbiyah dan Tadris IAIN Bengkulu
Jl. Raden Fatah Pagar Dewa Bengkulu 38613
Email: zubaedi1969@gmail.com

Abstract: The Urgency of Entrepreneurial Education among Students in PTKI. This paper describes the reasons
for the importance of entrepreneurial education in PTKI. This article assumes that entrepreneurial education will
encourage students of PTKI to begin to recognize and open a business or entrepreneurship. Those who have an
orientation to be employees should be changed to find jobs. Entrepreneurship- minded education is characterized
by applying the principles and methodologies towards developing life skills for learners through an integrated
curriculum developed in PTKI. Entrepreneurs have characteristics such as spirit of achievement, busy to look for
opportunities, think big and whole, sharp intuition in business, bold and ready to take risks, tolerance of ambiguity,
optimistic and hurry to improve, rapidly count and make decision, and encourage to be more prosperous.
Keywords: entrepreneurship; internal in-efficiency; external in-efficiency; social expectations.

Abstrak: Urgensi Pendidikan Kewirausahaan di kalangan Mahasiswa PTKI. Secara sistematis, tulisan ini men-
deskripsikan alasan-alasan pentingnya pendidikan kewirausahaan di PTKI. Tulisan ini mengasumsikan bahwa
pendidikan kewirausahaan akan mendorong para mahasiswa PTKI agar memulai mengenali dan membuka
usaha atau berwirausaha. Pola pikir yang selalu beorientasi menjadi karyawan diputar balik menjadi berorientasi
untuk mencari karyawan. Kewirausahaan dapat diajarkan melalui penanaman nilai-nilai kewirausahaan yang
akan membentuk karakter dan perilaku untuk berwirausaha agar para mahasiswa kelak dapat mandiri dalam
bekerja atau mandiri usaha. Pendidikan yang berwawasan kewirausahan ditandai dengan proses pendidikan yang
menerapkan prinsip-prinsip dan metodologi ke arah pembentukan kecakapan hidup pada peserta didiknya melalui
kurikulum terintegrasi yang dikembangkan di Perguruan Tinggi Keagamaan Islam (PTKI). Pewirausaha memiliki
ciri-ciri semangat berprestasi, sibuk mencari peluang, think big & whole, intuisi tajam dalam berbisnis, berani dan
siap mengambil risiko, toleran terhadap ambiguitas, optimisis dan segera’bangun’ saat jatuh, cepat berhitung &
mengambil keputusan, dan terpacu untuk lebih ‘sejahtera’.
Kata kunci: kewirausahaan; efisiensi internal; efisiensi eksternal; harapan masyarakat.

Pendahuluan hasil pendidikan tidak memenuhi harapan dan


Salah satu problematika yang dihadapi kebutuhan masyarakat atau mempunyai daya
oleh lembaga pendidikan di Indonesia termasuk saing yang rendah. Indikator yang menunjukkkan
Perguruan Tinggi Keagamaan Islam (PTKI) adalah rendahnya mutu hasil pendidikan kita adalah
keterbatasan anggaran dan sarana pendidikan kepekaan sosial alumni sistem pendidikan
sehingga kinerjanya tidak berjalan dengan optimal. terhadap persoalan masyarakat yang seharusnya
Persoalan tersebut menjadi lebih kompleks jika menjadi konsen utama mereka.
dikaitkan dengan penumpukan lulusan1 karena Dunia pendidikan di Indonesia masih
tidak terserap oleh masyarakat atau dunia kerja menghadapi masalah yang berat yang dapat
karena rendahnya kompetensi mereka. Mutu dan dikategorikan menjadi (a) internal in-efficiency,
(b) external in-efficiency, dan (c) ketidakmerataan
1
Pada setiap tahunnya Indonesia memproduksi sekitar kesempatan pendidikan. Internal in-efficiency
300.000 sarjana dari 2.900 perguruan tinggi. FG. Winarno,
dalam sektor pendidikan berujud dalam bentuk
“Pengangguran Intelektual Bertambah 20 Persen Per-Tahun”
dalam www.atmajaya.ac.id, diakses 17 Mei 2011, http://www. tingginya angka drop-out dan angka repeater
atmajaya.ac.id/content.asp? f=0&id=5217 (ulang kelas yang sama). Sedangkan external in-

147 |
MADANIA Vol. 19, No. 2, Desember 2015

efficiency berujud lulusan pendidikan tidak dapat mendapatkan tempat di dunia kerja yang se-
diserap oleh pasar tenaga kerja ataupun dapat makin sempit daya tampungnya akibat masih
dipakai tetapi antara pekerjaan yang dilakukan terpuruknya ekonomi negeri ini. Mereka meng-
berbeda dengan pendidikan yang diperoleh. inginkan mendapat pekerjaan yang memberi
Sedang ketidakmerataan pendidikan berujud income sekaligus status sosial yang terhormat.4
adanya perbedaan memperoleh kesempatan Akibat belum memasyarakat dan mem-
pendidikan antara laki-laki dan wanita, antara budayanya etos kewirausahaan di kalangan
penduduk kota dan penduduk desa, dan antara mahasiswa—sebaliknya kebanyakan masih ber-
kaya dan miskin. 2 orientasi bekerja pada sektor PNS ataupun
Sejauh ini, permasalahan pendidikan yang perusahaan—, jumlah pengangguran tingkat
menjadi sorotan utama dewasa ini adalah sarjana di Indonesia terus meningkat dari
rendahnya mutu pendidikan yang diindikasikan tahun ke tahun. Berdasarkan informasi yang
dengan merebaknya fenomena obral gelar diperoleh Harian Suara Pembaharuan, sarjana
sarjana.3 Kenyataan ini merupakan pembodohan yang menganggur pada tahun 2005 sebanyak
masyarakat dan berdampak kepada rendahnya 183.629 orang. Setahun kemudian, tahun 2006
kualitas lulusan, merebaknya mentalitas jalan tercatat 409.890 lulusan tidak memiliki pe­
pintas serta berdampak kepada lambannya kerjaan, tahun 2007 menjadi 740.000, dan
pembangunan nasional. awal tahun 2009 melonjak mendekati angka
Kondisi ini diperparah dengan kecenderungan satu juta sarjana pengangguran. Hal ini harus
yang terjadi pada mahasiswa-mahasiswa yang diwaspadai, mengingat setiap tahunnya Indonesia
duduk di perguruan tinggi sekarang adalah memproduksi sekitar 300.000 sarjana dari 2.900
kebanyakan dari mereka lebih menginginkan perguruan tinggi.5 Jumlah ini belum ditambah
pekerjaan yang mapan dengan mendapatkan dengan pemegang gelar diploma I, II, dan III
status yang terhormat dan banyak menghasilkan yang menganggur. Berdasarkan data dari Badan
pendapatan setelah menyelesaikan pendidikannya. Pusat Statistik, pada Februari 2008 tercatat 9,43
Diduga sebagian besar mahasiswa, termasuk juta penganggur atau sebanyak 8,46 persen
mahasiswa tingkat akhir, serta para sarjana dari total penduduk. Pengangguran di tingkat
yang baru saja lulus tidak memiliki rencana SD-SMP berjumlah 4,8 juta orang, sedangkan di
berwirausaha. jenjang SMA-universitas mencapai 4,5 juta orang.
Sementara jumlah angkatan kerja di Indonesia
Umumnya, mereka lebih memilih untuk
pada Februari 2008 mencapai 11,48 juta orang.
menjadi seorang pekerja pada perusahaan-
Menurut proyeksi Lembaga Ilmu Pengetahuan
perusahaan besar maupun instansi pemerintah
Indonesia (LIPI), angka pengangguran pada 2009
(menjadi PNS) guna menjamin masa depan
ini naik menjadi 9% dari angka pengangguran 2008
mereka. Padahal, tak kurang dari 1703 perguruan
sebesar 8,5%.
tinggi di Indonesia setiap tahun mencetak tak
kurang dari 400 ribu lulusan yang akan berebut Data yang dihimpun Harian Kompas meng-
ungkapkan angka pengangguran secara ke-
seluruhan berada pada kisaran 10,8% sampai
2
Zamroni, “ Paradigma Pendidikan Masa Depan”, dalam
dengan 11% dari tenaga kerja yang masuk kategori
pakguruonline, Diakses 20 Mei 2011, http://groups.yahoo.com/
group/pakguruonline/message/160 sebagai pengangguran terbuka, termasuk sekitar
3
Ada kritikan belakangan ini muncul terhadap fenomena 1.100.000 alumni PT yang menganggur. Sebanyak
persaingan bisnis pendidikan tinggi yang kian sengit. Perguruan
4.516.100 dari 9.427.600 orang yang masuk
tinggi aktif jemput bola, turun lembah, naik gunung untuk
menjemput mahasiswa. Di kecamatan bermunculan kampus
sewa gedung. Kegiatan kuliah ala Persami (Perkuliahan
Sabtu Minggu) pun berlangsung lancar dan singkat. Biro jasa 4
Diyah Retno Ning Tias, “Hubungan Antara Motivasi
pembuatan karya tulis/skripsi kian tumbuh dan berkembang. Berprestasi dengan Entrepreneurship pada Mahasiswa UMS”,
Motivasi belajar lebih menekankan pendidikan sebagai to have Skripsi¸ (Solo, Fakultas Psikologi UMS, 2009), h. 2.
daripada to be (apa yang kamu punya daripada menjadi apa 5
FG. Winarno, “Pengangguran Intelektual Bertambah 20
kamu?). Baca Bustari, “Menakar Sarjana Pendidikan”, dalam Persen Per-Tahun” dalam www.atmajaya.ac.id, diakses 17 Mei
Zubaedi: Urgensi Pendidikan Kewirausahaan

kategori pengangguran terbuka pada Februari pencipta lapangan pekerjaan (job creator). Hal ini
2008 adalah lulusan SMA, SMK, program diploma bisa jadi disebabkan karena sistem pembelajaran
dan universitas. Dari tahun 2006, setiap diadakan yang diterapkan diberbagai perguruan tinggi
bursa kerja, 30% tetap tidak terpenuhi/kosong saat ini lebih terfokus pada bagaimana
karena kompetensi peminat tidak memenuhi menyiapkan para mahasiswa yang cepat lulus dan
syarat. 6 Tingginya angka pengangguran ini mendapatkan pekerjaan, bukannya lulusan yang
mengandung arti bahwa persaingan mencari siap menciptakan pekerjaan9. Untuk mengurangi
pekerjaan bukanlah sesuatu yang gampang. angka pengangguran, salah satu cara yang bisa
Idealisme menjadi pegawai kantoran di lapangan dilakukan adalah perlu dikembangkannya karakter
segera akan berbenturan dengan fakta ketatnya kewirausahaan sedini mungkin, karena suatu
persaingan dunia kerja, yang pada ujungnya akan bangsa akan maju apabila jumlah wirausahanya
menumpuk jumlah pengangguran. paling sedikit 2% dari jumlah penduduk.
Kondisi ini adalah sebuah persoalan bangsa
dan cukup meresahkan publik. Apa sesungguhnya Esensi Pendidikan Entrepreneurship
yang memicu sangat membludaknya tingkat Salah satu upaya yang dapat dilakukan
tinggi pengangguran di negeri ini? Diakui maupun oleh lembaga pendidikan termasuk Perguruan
tidak, perguruan tinggi selama ini hanya mampu Tinggi Agama Islam (PTKI) untuk meminimalkan
memproduksi banyak produk pemegang gelar pengangguran tersebut adalah memberikan
D1, D2, D3, S1, atau mungkin S2 namun tidak pendidikan kewirausahaan. Hal ini dapat di-
bisa berbuat apa-apa setelah mereka lulus dari pahami karena jika pendidikan kewirausahaan
perguruan tinggi. Mereka menjadi sampah berhasil maka menjadikan para sarjana sebagai
masyarakat dan kian menyesaki Republik kelompok penduduk berusia produktif yang
Indonesia ini. Perguruan tinggi dalam konteks kebanyakan pencari kerja mampu bersikap mandiri
ini tidak bisa melakukan apa-apa, kecuali tetap dengan menciptakan pekerjaan sendiri, tidak
menggelar pendidikan tingginya. Perguruan tinggi menggantungkan diri pada orang lain maupun
selama ini hanya berkutat pada teori-teori kerja perusahaan-perusahaan besar. Apabila kita
guna memperbanyak peserta didiknya secara membuat sebuah analogi, angka pertumbuhan
kuantitas setiap tahun, tanpa mencoba mengerti, lulusan perguruan tinggi di negeri ini laiknya
memahami dan menganalisa seberapa banyak deret hitung yang meningkat pesat dalam waktu
produk pendidikannya yang diserap dan terserap singkat, sementara angka pertumbuhan lapangan
ke dunia kerja. Ini sangat jarang dilalui dengan kerja ibarat kenaikan deret hitung yang lambat.
sedemikian tegas, konkret dan cepat7. Apalagi di tengah kemelut ekonomi yang belum
Mereka yang lulus perguruan tinggi semakin lagi usai, lapangan kerja yang tersedia bisa jadi
sulit mendapatkan pekerjaan karena tidak banyak justru berkurang.
terjadi ekspansi kegiatan usaha. Melihat keadaan Untuk itu, salah satu visi baru yang perlu
seperti ini maka masalah penganguran termasuk dimiliki oleh para mahasiswa adalah menjadi
yang berpendidikan tinggi akan berdampak negatif pencipta lapangan kerja sehingga mereka tidak
terhadap stabilitas sosial dan kemasyarakatan8. saja dapat menyelamatkan masa depannya, tetapi
Kenyataan yang ada menunjukkan bahwa se- juga dapat membuka lapangan kerja baru bagi
bagian besar lulusan perguruan tinggi adalah rekan-rekannya. Kemampuan berwirausaha sudah
lebih sebagai pencari kerja (job seeker) dari pada saatnya mendapatkan prioritas untuk dimiliki
sebagai bekal bagi para alumni kita selepas lulus,
6
Headline Kompas, 22 Agustus 2008). selain mampu mengatasi masalah pengangguran,
7
Moh. Yamin, “Kurikulum Pendidikan yang Berjiwa kewirausahaan juga diyakini mampu memperkokoh
Entrepreneur”, dalam Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan Edukasi,
No 11 Tahun 2008, http://mohyamin.wordpress.com/2008/06/24/ ketahanan ekonomi negeri ini melalui sektor UKM
kurikulum-pendidikan-yang-berjiwa-entrepreneur/ yang terbukti sanggup bertahan ketika krisis
8
Diyah Retno Ning Tias, “Hubungan Antara Motivasi
Berprestasi dengan Entrepreneurship pada Mahasiswa UMS”,
MADANIA Vol. 19, No. 2, Desember 2015

menerpa. Dalam konteks ini, pengembangan J. Schumpeter (1934). 12 Entrepreneur dikenal


kewirausahaan menjadi kunci dalam mengurangi semenjak abad ke-17. Kata entrepreneur
jumlah penganggur, menciptakan lapangan me- merupakan kata dari bahasa Francis yang jika kita
ngentaskan masyarakat dari kemiskinan dan cari padananya dalam bahasa Indonesia adalah
keterpurukan ekonomi.10 Untuk itu, diperlukan kata “wiraswasta” atau “wirauasaha.” Kata
kesadaran para pengelola lembaga pendidikan entrepreneur diturunkan dari kata entreprende.
termasuk untuk merancang dan melaksanakan Riyanti (2003) dengan mengutip The concise
langkah-langkah penguatan bekal kompetensi Oxford French Dictionary mengartikan entreprende
dan profesionalitas yang diperlukan setelah sebagai to undertake (menjalankan, melakukan,
menjadi sarjana melalui pengembangan jiwa berusaha), to set about (memulai), to begin
entrepreneurship di kalangan mahasiswa. (memulai), atau to attempt (mencoba atau
Dalam menanamkan jiwa entrepreneur, berusaha). Kata wirausaha merupakan gabungan
mahasiswa harus memiliki etos kerja dan dari kata “wira” (berarti gagah berani, perkasa)
budaya kerja yang menggambarkan semangat dan “usaha.” Jadi wirausaha berarti orang yang
kewirausahaan. Ia harus menghapus mitos-mitos gagah berani dan perkasa dalam usaha. Sedang
kewirausahaan belum dari skema kognitif civitas kata wiraswasta berarti orang yang perkasa dan
mahasiswa seperti kewirausahaan harus bermodal mandiri.
uang yang cukup besar, merasa belum mampu Cantillon menyatakan entrepreneur sebagai
mengambil risiko yang akan dihadapi jika ingin seseorang yang mengelola perusahaan atau
berwirausaha dan menghindari pemikiran bahwa usaha dengan mendasarkan pada akuntabilitas
bakat berwirausaha adalah bawaan dari lahir. dalam menghadapi risiko yang terkait ( a person
Etos wirausaha ini sejalan dengan pendapat who undertakes and operates a new enterprise
Drucker bahwa kewirausahaan itu dapat dipelajari. or venture and assumes some accountability for
Setiap orang yang memiliki keberanian untuk inherent risks); J.B.Say memberikan pengertian
mengambil keputusan dapat belajar menjadi entrepreneur sebagai seseorang yang mampu
wirausaha dan berperilaku seperti wirausaha, meningkatkan nilai sumber daya ekonomi ke
sebab kewirausahaan lebih merupakan perilaku tingkatan yang lebih tinggi, baik produktivitasnya
daripada gejala kepribadian. Kewirausahaan pada maupun nilainya ( a person who creates value by
mahasiswa juga disebut sebagai enterpreneurship. shifting economic resources out of an area of lower
Menurut Prihapsari 11 bahwa jiwa entrepreneur and into an area of higher productivity and greater
pada mahasiswa bisa dilatih dan dibangun, yield), sedangkan Schumpeter dalam Setyanto
antara lain dengan cara bergabung dalam suatu mendefinisikan “unternehmer” atau entrepreneur
organisasi kemahasiswaan, intern dan ekstern sebagai an innovative force for economic progress,
kampus. Secara tidak langsung, mahasiswa akan important in the process of creative destruction
dilatih berkomunikasi dengan orang-orang yang and therefore as a change agent.13 Norman M.
memiliki karakter dan kepentingan yang berbeda, Scarborough dan Thomas W. Zimmerer dalam
membuat keputusan-keputusan strategis yang Endang Mulyani mengatakan, “An entrepreneur
tidak hanya menyangkut diri sendiri. is one who creates a new business in the face if
risk and uncertainty for the purpose of achieving
Bagi disiplin ilmu ekonomi, kata entrepreneur
profit and growth by identifying opportunities and
merupakan hal yang sudah mendarah daging
asembling the necessary resources to capitalize
karena sejak semester pertama sudah diper-
kenalkan dengan tokoh-tokohnya antara lain
Richard Cantillon (1755), J.B. Say (1803) dan
12 Setyanto. P. Santoso, “Peran Social Entrepreneurship

Dalam Pembangunan”, Makalah dipaparkan dalam acara dialog “


Membangun Sinergisitas Bangsa Menuju Indonesia Yang Inovatif,
10
ST Sularto, “Urgensi Pendidikan Kewirausahaan” dalam Inventif dan Kompetitif” diselenggarakan oleh Himpunan IESP FE-
Kompas¸ 9 April 2010. Universitas Brawijaya,Malang, 14 Mei 2007, h. 2.
11
Diyah Retno Ning Tias, “Hubungan Antara Motivasi ..., 13
Setyanto. P. Santoso, “Peran Social Entrepreneurship
Zubaedi: Urgensi Pendidikan Kewirausahaan

on those opportunities”.14 Wirausahawan adalah Meredith dalam Suprojo Pusposutardjo (1999),


orang-orang yang memiliki kemampuan melihat memberikan ciri-ciri seseorang yang memiliki
dan menilai kesempatan-kesempatan bisnis; karakter wirausaha, yaitu orang yang (1) percaya
mengumpulkan sumber daya-sumber daya yang diri, (2) berorientasi tugas dan hasil, (3) berani
dibutuhkan untuk mengambil tindakan yang mengambil risiko, (4) berjiwa kepemimpinan,
tepat, mengambil keuntungan serta memiliki (5) berorientasi ke depan, dan (6) keorisinalan.
sifat, watak dan kemauan untuk mewujudkan Dalam lampiran Keputusan Menteri Koperasi
gagasan inovatif kedalam dunia nyata secara dan Pembinaan Pengusahaan Kecil Nomor 961/
kreatif dalam rangka meraih sukses/meningkatkan KEP/M/XI/1995 dijelaskan bahwa wirausaha adalah
pendapatan. Intinya, seorang wirausaha adalah orang yang mempunyai semangat, sikap, perilaku
orang-orang yang memiliki karakter wirausaha dan dan kemampuan kewirausahaan. Kewirausahaan
mengaplikasikan hakikat kewirausahaan dalam adalah semangat, sikap, perilaku dan kemampuan
hidupnya. Dengan kata lain, wirausaha adalah seseorang dalam menangani usaha atau kegiatan
orang-orang yang memiliki jiwa kreativitas dan yang mengarah pada upaya mencari, mencipta-
inovatif yang tinggi dalam hidupnya. kan serta menerapkan cara kerja, teknologi dan
Menurut Ciputra, ciri-ciri wirausahawan ter- produk baru dengan meningkatkan efisiensi dalam
baik ada tiga. Pertama, diperhitungkan dalam rangka memberikan pelayanan yang lebih baik dan
komunitasnya, ia mempunyai sebuah “visi” atau atau memperoleh keuntungan yang lebih besar.
impian masa depan yang mencengangkan dan Adam Smith melihat wirausaha sebagai
menggairahkan dirinya. Seorang wirausahawan orang yang memiliki pandangan yang tidak
adalah seorang “inovator”. Ia dapat menciptakan lazim yang dapat mengenali tuntutan potensial
dan menemukan caranya sendiri untuk meraih atas barang dan jasa. Dalam pandangan Smith,
visi besar itu. Dapat disimpulkan bahwa “Seorang wirausaha bereaksi terhadap perubahan ekonomi,
wirausahawan adalah seorang yang inovatif dan lalu menjadi agen ekonomi yang mengubah
mampu mewujudkan cita-cita kreatifnya”. Kedua, permintaan menjadi produksi. Ia juga berpen-
seorang wirausahawan akan mengubah padang dapat bahwa wirausaha adalah seorang inkubator
ilalang menjadi kota baru, pembuangan sampah gagasan baru, yang selalu berusaha menggunakan
menjadi resort yang indah, kawasan kumuh sumber daya secara optimal untuk mencapai
menjadi pencakar langit tempat ribuan orang tingkat komersial paling tinggi.
bekerja. Wirausahawan mengubah kotoran dan Kewirausahaan sangat dianjurkan dalam
rongsokan menjadi emas.” Dia sanggup“memikul” Islam. Jika ditilik secara seksama, awalnya Islam
risiko” baik itu rugi maupun gagal. Ketiga, adalah agama kaum pedagang. Islam lahir di kota
seorang wirausahawan sejati adalah seorang dagang dan disebarkan oleh pedagang. Sampai
pelopor, seorang penjelajah sejati atau juga abad ke-13, penyebaran Islam dilakukan oleh para
seorang pendaki gunung yang tidak pernah pedagang muslim ke berbagai penjuru dunia.
mendaki sebuah gunung untuk kedua kalinya. Jiwa entrepreneurship sudah melekat secara
Mereka bermimpi, bersemangat, bergerak maju inheren dengan diri umat Islam. Kewirausahaan
menyambut tantangan dan tidak gentar memikul sesungguhnya mendapat tempat yang sangat
risiko yang telah ia perhitungkan. Ringkasnya, tinggi dalam Islam. Islam mengangkat derajat
wirausahawan sejati berani rugi, berani malu kaum pedagang, dengan memberikannya
dan juga berani terkenal.15 kehormatan sebagai profesi pertama yang
diwajibkan membayar zakat.
14
Endang Mulyani dkk, “Pengembangan Pendidikan Rasulullah saw menghimbau umatnya untuk
Kewirausahaan”, Bahan Pelatihan Penguatan Metodologi menjalankan entrepreneurship dalam rangka
Pembelajaran Berdasarkan Nilai-nilai Budaya Untuk Membentuk
Daya Saing dan Karakter Bangsa (Jakarta: Pusat Kuirkulum Badan
Pengembangan dan Pelatihan Kemendiknas, 2010), h. 15.
15
Tim Kurikulum Sekolah Gamaliel Makassar, ” Model http://www.gamalielschool.org/index.php?option=com_
Pendidikan Entrepreneurship menyiapkan generasi abad content&view=article&id=53:model-pendidikan-entrepreneurship
MADANIA Vol. 19, No. 2, Desember 2015

mencari kesuksesan. Sebuah hadis menyebutkan dari rezeki-Nya. Dan hanya kepada-Nya-lah kamu
bahwa 9 dari 10 pintu rejeki berasal dari ber- (kembali setelah) dibangkitkan.“ QS. Al-Jummuah
dagang. Dalam surat al-Jum’ah ayat 10 juga 10 yang artinya: “Apabila telah ditunaikan shalat,
ditegaskan, “Apabila telah ditunaikan sembahyang, maka bertebaranlah kamu di muka bumi; dan
maka bertebaranlah kamu di muka bumi dan carilah karunia Allah dan ingatlah Allah banyak-
carilah karunia Allah dan ingatlah Allah sebanyak- banyak supaya kamu beruntung.” QS. Al-Baqarah:
banyaknya agar kamu beruntung.” Dalam 275 yang artinya: “...Allah telah menghalalkan jual
surat tersebut terdapat dua kata kunci, yaitu beli dan mengharamkan riba“.
bertebaranlah dan carilah. Artinya, umat Islam
tidak hanya dituntut untuk bekerja dan berusaha, Proses Pendidikan Kewirausahaan
tetapi juga dituntut untuk menggunakan seluruh Kewirausahaan muncul apabila seseorang
potensi dan kemampuan bisnis. 16 individu berani mengembangkan usaha-usaha
Kewirausahaan dan Perdagangan dalam dan ide-ide barunya. Proses kewirausahaan
pandangan islam merupakan aspek kehidupan meliputi semua fungsi, aktivitas dan tindakan
yang dikelompokkan kedalam masalah muamalah, yang berhubungan dengan perolehan peluang
yaitu masalah yang berkenaan dengan hubungan dan penciptaan organisasi usaha. Esensi dari
yang bersifat horizontal antar manusia dan tetap kewirausahaan adalah menciptakan nilai tambah
akan di pertanggungjawabkan kelak di akhirat. di pasar melalui proses pengkombinasian sumber
Manusia diperintahkan untuk memakmurkan bumi daya dengan cara-cara baru dan berbeda
dan membawanya ke arah yang lebih baik serta agar dapat bersaing. Menurut Zimmerer, nilai
diperintahkan untuk berusaha mencari rizki.17 tambah tersebut dapat diciptakan melalui empat
Semangat kewirausahaan diantaranya ter- cara. Pertama, pengembangan teknologi baru
dapat dalam QS. Hud:61, QS.Al-Mulk:15 dan (developing new technology). Kedua, penemuan
QS.Al-Jumuh:10, dimana manusia diperintahkan pengetahuan baru (discovering new knowledge).
untuk memakmurkan bumi dan membawanya ke Ketiga, perbaikan produk (barang dan jasa)
arah yang lebih baik serta diperintahkan untuk yang sudah ada (improving existing products or
berusaha mencari rizki. Semangat kewirausahaan services). Keempat, penemuan cara-cara yang
terdapat dalam Alquran yang akan di uraikan berbeda untuk menghasilkan barang dan jasa
sebagai berikut, QS. Hud: 61, yang artinya : “Dia yang lebih banyak dengan sumber daya yang
telah menciptakan kamu dari bumi (tanah) dan lebih sedikit (finding different ways of providing
menjadikan kamu Dan kepada Tsamud (Kami more goods and services with fewer resources)18.
utus) saudara mereka shaleh. shaleh berkata: “Hai Lembaga pendidikan seperti PTKI hendaknya
kaumku, sembahlah Allah, sekali-kali tidak ada bisa memberikan bekal kepada peserta didik
bagimu Tuhan selain Dia. Dia telah menciptakan berupa keterampilan hidup yang bermanfaat
kamu dari bumi (tanah) dan menjadikan kamu untuk menghidupi dirinya sendiri dengan tidak
pemakmurnya, karena itu mohonlah ampunan-Nya, bergantung kepada orang lain. Oleh karena itu
kemudian bertobatlah kepada-Nya. Sesungguh- perlu diberikan pendidikan menjadi wirausahawan
nya Tuhanku amat dekat (rahmat-Nya) lagi yang dalam proses pendidikannya membekali
memperkenankan (doa hamba-Nya).” QS.Al- peserta didiknya dengan berbagai macam
Mulk:15, yang artinya: “Dialah Yang menjadikan keterampilan kerja (work skill). Keterampilan kerja
bumi itu mudah bagi kamu, maka berjalanlah itu bukan hanya menjadi buruh atau pekerja yang
di segala penjurunya dan makanlah sebahagian dipekerjakan oleh orang lain seperti bekerja di
suatu perusahaan atau menjadi pegawai negeri,
16
Serena Marga dan Wiramuda, “Entrepreneurship dalam tetapi diharapkan bisa memperoleh penghidupan
Islam”, Diakses 31 Oktober 2015, http://mentariindonesia.sch. yang baik sesuai dengan hasil pendidikan yang
id/smp/berita-sekolah/52-entrepreneurship-dalam-islam
17 Ade Suyitno Adeino, “Islamic Entrepreneurship and

Education”,dalamkompasiana.com,Diakseses31Oktober2015,http://
www.kompasiana.com/adesuyitno/islamic-entrepreneurship- 18
Endang Mulyani dkk, “Pengembangan Pendidikan
Zubaedi: Urgensi Pendidikan Kewirausahaan

telah dicapai secara mandiri19. maka perguruan tinggi Islam perlu memajukan
Pendidikan kewirausahaan ini penting untuk pendidikan kewirausahaan. Lahirnya para
membantu negara agar bisa memiliki ketahanan wirausahawan tentu membutuhkan proses
dalam bidang ekonomi. Disadari bahwa negara pendidikan dan pelatihan secara terencana.
Indonesia termasuk negara yang paling menderita Menyadari urgensi dan signifikansi pendidikaan
dan paling parah mengalami akibat krisis ekonomi wirausahawan bagi mahasiswa maka setiap
pada tahun 1997 sehingga lama untuk bisa bangkit institusi pendidikan di Indonesia termasuk
lagi (recovery). Hal ini terjadi karena pondasi Perguruan Tinggi Agama Islam (PTKI) harus
perekonomian negara kita yang belum kuat. mengubah konsep pembelajaran selama ini yang
Salah satu penyebabnya adalah human capital telah digelar selama bertahun-tahun terhadap
atau kemampuan sumber daya manusia yang para peserta didiknya. Perubahan ini berkaitan
belum memiliki jiwa entrepreneurship. Padahal erat dengan materi ajar yang selama ini tidak
menurut penelitian, kewirausahaan merupakan berhubungan langsung dengan kebutuhan
salah satu tulang punggung perekonomian suatu konkret di lapangan. Dalam dunia kerja, yang
bangsa. Berapa banyak kewirausahaan di Indonesia dibutuhkan adalah kemampuan, skill dan kapasitas
saat ini? Jika suatu negara memiliki 2% dari jumlah tertentu yang bisa mendorong para alumni
penduduk, maka dia akan tumbuh ekonominya menciptakan lapangan pekerjaan sendiri, bila
secara baik dan kuat pondasi perekonomiannya. mereka kemudian tidak bisa memanfaatkan
gelar kesarjanaan yang disandangnya. Selama
Berdasarkan hasil penelitian terungkap
konsep-konsep pembelajaran yang diterapkan di
bahwa kelompok kewirausahaan di Indonesia
perguruan tinggi tidak mencerminkan kebutuhan
cukup rendah, kurang dari 0,5% atau jumlah-
lapangan dan dunia kerja, ini sangat berisiko
nya sekitar 0,4%. Padahal suatu bangsa jika
tinggi untuk membuat peserta didik tidak paham
ingin perekonomiannya sehat minimal harus
terhadap kenyataan yang ada di hadapan mereka.
memiliki 2% dari jumlah penduduk. Sekedar
PTKI perlu melakukan inovasi dalam pendidikan
ilustrasi perbandingan betapa keberadaan para
wirausahawan agar alumninya bisa memberikan
entrepreneur telah menyumbang terhadap
kontribusi lebih maksimal dalam pembangunan
kemajuan ekonomi suatu negara bisa dicermati
ekonomi bangsa. Apalagi setelah menyadari
pada Singapura yang pada tahun 2007 memiliki
potensi lembaga pendidikan Islam ini yang sangat
kewirausahaan sebesar 7,2%, dan Amerika Serikat
besar jika dicermati dari segi jumlah lembaga
sebesar 2,14%.
dalam tabel berikut: 20
Jika dihitung sesuai kebutuhan, Indonesia
dengan penduduk sekitar 220 juta seharusnya No. Jenis PTKI Jumlah Lembaga
memiliki kewirausahaan sebesar 4.400.000 (2 %).
Sementara itu, saat ini baru memiliki wirausaha- 1. UIN 11

wan sebanyak 400.000 orang (0,18%), jadi masih 2. IAIN 20


kekurangan sebesar 4 Juta orang wirausahawan. 3. STAIN 22
Jika jumlah kewirausahaan ini tersedia 2 %
4. PTKIS 539
maka akan bisa turut mengatasi problem pe-
Jumlah 591
nganguran. Hal ini dimungkinkan mengingat
setiap wirausahawan bisa mempekerjakan 10 Jiwa kewirausahaan perlu diajarkan kepada
orang, jadi akan bisa menyerap 40 juta orang para mahasiswa PTKI21 ketika masih di bangku kuliah
tenaga kerja. agar ketika ia nantinya menjadi sarjana sudah siap
Jadi, kewirausahaan di negara Indonesia dengan visi, etos dan skill dalam kewirausahaan.
sangat dibutuhkan. Atas pertimbangan ini Pendidikan kewirausahaan efektif bagi mahasiswa

20
Baca Renstra Pembangunan Pendidikan Islam 2010-2014,
19
M.Ali, “Pendidikan Entrepreneurship di Perguruan (Jakarta: Ditjen Pendidikan Islam Depag RI, 31 Juli 2009).
Tinggi, di Sekolah/Madrasah”, dalam m-ali.net, diakses pada 17 21
Saat ini, sebanyak 566.000 mahasiswa yang menempuh
MADANIA Vol. 19, No. 2, Desember 2015

didik dalam upaya mempersiapkan mereka agar kemampuan untuk menciptakan bisnis baru
dapat menjadi pribadi yang bertanggung jawab dengan mengambil risiko dan keidakpastian
dan memiliki jiwa usaha yang akan menjadi demi mencapai keuntungan dan pertumbuhan
pengusaha atau pemikir entrepreneur (yang) dengan cara mengidentifikasi peluang yang
menyumbang kepada perkembangan ekonomi signifikan dan menggabungkan sumber-sumber
dan komunitas berkelanjutan.” Kewirausahaan daya yang diperlukan untuk mengapitalisasikan
adalah kemampuan, semangat, inisiatif, bertindak sumberdaya-sumberdaya itu, sehingga yang
mencapai, menciptakan dan membangun sesuatu. menjadi pertanyaan adalah keberadaan kurikulum
Pendidikan kecakapan hidup berupa kewirausahaan pendidikan mengenai kewirausahaan ini.22
ini memberi kesempatan kepada peserta didik Pendidikan kewirausahaan adalah satu
untuk menguasai kompetensi pengetahuan, konsep pendidikan yang memberikan semangat
kecakapan dan sikap inti keentrepreneuran. pada peserta didik untuk kreatif dalam
Kemampuan keentrepreneuran seperti mengenali mengerjakan sesuatu hal. Pola pendidikan
suatu kesempatan, menilai risiko dan investasi sedemikian ini menuntut peserta didik untuk
terhadap keuntungan, menghasilkan ide dan bisa produktif. Pendidikan kewirausahaan adalah
menyatukan sumber dalam menghadapi risiko dan kerangka pendidikan yang mengarahkan peserta
kritik untuk mengejar kesempatan, menciptakan didik untuk bisa cepat dalam memahami dan
peluang dan mengerjakannya, berpikir kritis, kreatif menelisik kebutuhan sosial sekitar. Peserta
dan mandiri. Pendidikan kewirausahaan memberi didik diharapkan dapat menggali potensi dirinya
kesempatan kepada peserta didik untuk menguasai dengan sedemikian mendalam dan serius. Sebab
kompetensi yang terkait dengan pengetahuan, setiap peserta didik itu memiliki potensi beragam
sikap dan keterampilan keentrepreneuran, meliputi yang tidak bisa disamakan setiap individunya.
kemampuan memanfaatkan suatu kesempatan, Sebab mereka beragam dalam segala hal.
mengambil risiko, melakukan investasi, dan berpikir Pendidikan kewirausahaan diadakan dalam
kritis, kreatif, bersikap, mandiri, serta menciptakan rangka memberikan motivasi dan pembinaan
peluang usaha dan mengerjakannya. Pendidikan usaha. Hal sedemikian akan bisa berjalan secara
entrepreneur yang efektif bagi peserta didik baik bila ada perangkat-perangkat lain yang
mempersiapkan mereka agar dapat menjadi pribadi mendukung. Pendidikan tinggi dalam konteks
yang bertanggung jawab dan memiliki jiwa usaha sedemikian diharapkan mengadakan jaringan-
yang akan menjadi entrepreneur yang mampu jaringan kerja sama dengan Usaha Mikro, Kecil
mengembangkan ekonomi rakyat. dan Menengah (UMKM) yang banyak mengetahui
Pendidikan kewirausahaan yang diberikan di tentang kewirasausahaan23.
perguruan tinggi harus mengacu pada konsep
entrepreneurship yang sejatinya adalah suatu Pola Pendidikan Kewirausahaan
proses untuk menghadapi tantangan-tantangan Apakah lembaga pendidikan seharusnya
dan memanfaatkan peluang-peluang yang mengajar kan bagaimana memulai usaha
ada. Entrepreneur memiliki ciri-ciri: semangat atau bagaimana menjawab tantangan dan
berprestasi, sibuk mencari peluang, think big memanfaatkan peluang usaha. Kalau yang
& whole, intuisi tajam dalam berbisnis, berani diberikan adalah bagaimana memulai suatu
dan siap mengambil risiko, toleran terhadap usaha, maka kurikulum yang ada telah menjawab
ambiguitas, optimis dan segera’bangun’ saat pertanyaan tersebut, tetapi kalau yang diberikan
jatuh, cepat berhitung & mengambil keputusan, adalah bagaimana menjawab tantangan dan
dan terpacu untuk lebih ‘sejahtera’. Pendidikan memanfaatkan peluang usaha, maka akan
kewirausahaan bukan diarahkan kepada
bagaimana memulai suatu usaha dan mengelola
22
Diyah Retno Ning Tias, “Hubungan Antara Motivasi ..., h. 4
usaha tersebut dengan baik, atau bukan berarti 23
Moh. Yamin, “Kurikulum Pendidikan yang Ber-
harus memiliki suatu usaha. jiwa Entrepreneur”, dalam Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan
Edukasi, No 11 Tahun 2008, http://mohyamin.wordpress.
Menurut Zimmerer, kewirausahaan adalah
Zubaedi: Urgensi Pendidikan Kewirausahaan

timbul pertanyaan lain yang lebih sulit dijawab. diperlukan bagi seseorang untuk menjadi
Apakah seorang kewirausahaan itu dibentuk atau kewirausahaan yang sukses, yaitu motivasi dan
dilahirkan. disiplin diri untuk mencapai prestasi. Menurut
Beberapa pakar mengatakan secara umum, Mitrani 25 motivasi berprestasi merupakan
jiwa dan kepribadian seseorang itu paling keinginan untuk mengembangkan karier yang
tidak dipengaruhi oleh. dua hal, yaitu bakat lebih baik dan adanya keinginan untuk men-
dan lingkungan. Mengingat besarnya proporsi dapatkan pengakuan pada dirinya sendiri dan
kedua faktor yang cukup membingungkan yaitu akan mendatangkan sukses. Motivasi dan disiplin
50%:50%, maka agaknya hal ini perlu dikaji lebih diri mendapatkan proporsi yang besar untuk
lanjut. Apalagi dikaitkan dengan dimasukkannya membentuk seseorang menjadi wirausahawan
pendidikan kewirausahaan di dalam kurikulum sejati, selain faktor bakat dan faktor lingkungan
perguruan tinggi sekarang. artinya, belum tentu seseorang yang memiliki
bakat wirausahawan dapat menjadi seorang
Memang akhir-akhir ini sudah banyak
wirausahawan sejati. Seseorang yang telah banyak
pelatihan-pelatihan yang diadakan baik oleh
mengikuti kursus-kursus, pelatihan-pelatihan
pemerintah maupun pihak swasta mengenai
maupun kuliah yang membahas mengenai cara
kewirausahaan. Negara Amerika Serikat yang
mengelola suatu bisnis atau apapun, tetap
banyak melahirkan ahli-ahli dalam bidang bisnis
memerlukan motivasi dan disiplin diri dalam
dan entrepreneur, sudah banyak kursus-kursus
menjalankan usahanya. Motivasi dan disiplin diri
yang memberikan pengetahuan mengenai
merupakan faktor penting, selain faktor bakat
kewirausahaan. Salah satunya di sekolah bisnis
dan lingkungan, dalam membentuk seseorang
terkenal Harvard Business School. Salah satu
menjadi wirausahawan sejati. Sifat wirausahawan
pengajar kreativitas dan kewirausahaan di sekolah
pada umumnya dituntut untuk selalu mempunyai
tersebut, John Kao, menganggap pendidikan
sikap motivasi, obsesi dan hasrat untuk sukses.
kewirausahaan ini cukup penting, mengingat
kembali pada besarnya lingkungan yang antara Wirausaha awalnya memiliki suatu ide
lain adalah pendidikan mempengaruhi bentuk kreatif serta inovatif yang menggerakkan
kepribadian seseorang sebesar 5O%, dari institusi mereka menerjemahkan menjadi suatu produk
pendidikan juga telah banyak lahir konsep-konsep baru (barang atau jasa) kepada pemakai
mengenai bagaimana menjadi wirausahawan spesifik kemudian berangsur-angsur menuju
yang baik. Kewirausahaan merupakan alternatif sukses karena adanya obsesi yang dimilikinya26.
pilihan yang cukup tepat bagi mahasiswa yang Wirausahawan kreatif dan inovatif sangatlah
ingin mengembangkan potensinya. Semangat diperlukan kewirausahaan adalah suatu sifat
kemandirian harus dikembangkan, salah satu atau sikap yang mampu menciptakan ide kreatif
semangat kemandirian adalah semangat-semangat serta inovatif dan mempunyai dorongan untuk
kewirausahaan atau kewirausahaan. Sejalan mengaplikasikannya ke dalam bentuk barang
dengan pendapat di atas Siagian mendefinisikan atau jasa yang spesifik serta terus berorientasi
kewirausahaan adalah semangat, perilaku dan pada proses menuju sukses.
kemampuan untuk memberikan tanggapan yang Berdasarkan pendapat yang dikutip diatas,
positif terhadap peluang memperoleh keuntungan dapat diambil kesimpulan bahwa motivasi
untuk diri sendiri dan pelayanan yang lebih baik berprestasi sangatlah penting dan berpengaruh
pada pelanggan atau masyarakat dengan selalu besar pada terwujudnya kewirausahaan, termasuk
berusaha mencari dan melayani langganan lebih kewirausahaan pada mahasiswa. Inti dari
baik dan menerapkan cara kerja yang lebih efisien, kewirausahaan adalah usaha menciptakan cara,
melalui keberanian mengambil risiko, kreativitas metode, produk, teknologi baru dalam usaha
dan inovasi serta kemampuan manajemen.24
Para ahli merasa masih ada satu hal yang 25
Diyah Retno Ning Tias, “Hubungan Antara Motivasi ...,
h. 6.
26
Diyah Retno Ning Tias, “Hubungan Antara Motivasi ...,
MADANIA Vol. 19, No. 2, Desember 2015

untuk memberikan pelayanan yang lebih baik menjadi institusi dan orang yang gagah berani dan
ataupun keuntungan yang lebih besar. Proses perkasa dalam usaha dan menjadi institusi dan
kewirausahaan tersebut motivasi menjadi kunci- insan mandiri. Aplikasi kesemua ini tidak hanya
nya, tanpa motivasi berprestasi seseorang tidak terbatas pada bidang usaha ekonomi tetapi juga
akan mampu bertahan untuk menciptakan seluruh aspek kehidupan kampus, baik pendidikan
sesuatu yang baru dalam usahanya. Orang yang dan pembelajaran, penelitiaan, pelayanan kampus,
mempunyai motivasi berprestasi yang tinggi dan kontribusi kepada masyarakat secara luas.
akan memiliki inisiatif, kreatif dan inovasi yaitu Pengembangan life skill mahasiswa dalam
mempunyai ide untuk menciptakan produk atau bentuk pendidikan kewirausahaan atau pe-
metode baru yang lebih baik mutu atau jumlahnya ngembangan jiwa entrepeneurship di kalangan
agar mampu bersaing. Jika seseorang memiliki mahasiswa akan berdampak dalam penciptaan daya
motivasi berprestasi, ketika dia dihadapkan saing mereka ketika harus kompetisi, baik pada
suatu permasalahan dia akan mampu mencari tingkat daerah, nasional maupun internasional.
pemecahan masalah secara cepat, tidak Komitmen ini senantiasa disegarkan sebagai
memandang suatu masalah dari satu sisi saja. bentuk tanggung jawab untuk menjadikan sebagai
Kemampuan seperti ini sangat diperlukan dalam perguruan tinggi terdepan dan memberikan
kewirausahaan. Dia tidak takut dalam menghadapi pelayanan yang memuaskan bagi pembangunan
risiko-risiko yang ada dalam permasalahan. khususnya spiritual-keagamaan. Sehubungan
Oleh karenanya, guna memberi sebuah dengan hal tersebut akan mengevaluasi dan
ketegasan dan keseriusan pendidikan tinggi memperbaharui program-programnya agar relevan
terhadap kebutuhan konsumen pendidikan, dengan tuntutan pasar/penggunanya.
pendidikan tinggi termasuk harus bisa memahami Pada satu sisi sebuah PTKI dituntut untuk
sesuatu yang diinginkan konsumen pendidikan. menawarkan kompetensi akademik kepada
Jangan memaksakan kehendaknya untuk di- mahasiswa agar mampu menguasai konsep,
ikuti konsumen pendidikan. Sebaliknya, harus prinsip, teori, metodologi, dan aplikasi dalam
menyediakan program studi yang konkret dalam praktik sebagai ahli-ahli (profesional) 27
yang sangat dibutuhkan konsumen pendidikan. dalam bidang pekerjaan teknis/praktis dan idealis
Program studi konkret adalah ketika program keagamaan. Melalui berbagai program studi akan
studi tersebut bisa memberikan arah yang mempersiapkan lulusan sebagai sarjana agama
jelas, kemanakah para peserta didiknya akan yang memiliki pengetahuan/wawasan, ketrampilan
mendapatkan pekerjaan setelah selesai di bangku dan sikap agamawan yang bisa menangani dan
pendidikan tinggi. Yang jelas, program pendidikan memecahkan berbagai tugas di masyarakat.
yang menitikberatkan pada jiwa kewirausahaan
Namun pada sisi lain mahasiswa PTKI perlu
adalah sebuah keniscayaan yang perlu digarap
dibekali pula dengan ketrampilan entrepreneur
secara serius oleh perguruan-perguruan tinggi di
atau berwiraswasta ketika peluang kerja
negeri ini. Ini sebagai tanggung jawab pendidikan
pada sektor yang sesuai disiplin ilmu tidak
tinggi dan tanggung jawab sosial bersama guna
tersedia. Dengan demikian, sasaran yang akan
sesegera mungkin menuntaskan persoalan pe-
dicapai melalui penyelenggaraan pendidikan
ngangguran.
Demi kepentingan di atas barangkali sudah 27
Profesi berasal dari kata profession, serta profesional
saatnya kita mengembangkan kampus-kampus di berasal dari kata professional, yang mempunyai batasan
bervariasi tergantung dari konteks yang ingin diungkapakan.
sebagai kampus entrepreneur. Dalam lingkungan
Hornby memberikan batasan tentang: profession, n. occupation,
demikian, perlu dilakukan upaya mendidik institusi esp one requiring advanced education and special training, eg the
dan jiwa-jiwa masyarakat kampusnya baik jajaran law, architecture, medicine, accountancy; … professional adj 1. of
a profesion (1): ~ skill; ~ etiquette, the special conventions, form
pimpinan, jurusan, dan seluruh mahasiswanya
of politeness, etc asociated with a certain pofession: ~ men, eg
memiliki jiwa entrepreneur sejati. Bisa disimpulkan, doctors, lawyers. 2. Doing or practising something as a full time
kampus entrepreneur akan memberi semangat occupation or to make a living. Baca AS Hornby, Oxford Advanced
Learner’s Dictionary of Current English, editr. Jonathan Crowther
kepada institusi dan masyarakat kampusnya untuk
Zubaedi: Urgensi Pendidikan Kewirausahaan

entrepreneurship akan memungkinkan lulusan (social expectations), akademik (academic


PTKI memiliki kompetensi mayor dalam ilmu agama expectations), 29 dan pragmatic expectation.
Islam, dengan menjadi tenaga ahli agama Islam Pada dekade ini harapan yang bersifat praktis
yang mampu melaksanakan tugas dan pengabdian dan sosial itu lebih kuat dibandingkan dengan
dalam bidang pembangunan agama. Selain itu, harapan yang bersifat akademik. Padahal
ia memiliki kompetensi minor yang sifatnya ketiganya seyogyanya merupakan satu kesatuan
skill dalam kewirausahaan. Atas pertimbangan yang ingin diwujudkan oleh PTKI. Para pengelola
ini, maka para lulusan akan memiliki kompetisi PTKI perlu mengambil kebijakan diversifikasi
yang lengkap, yaitu (1) kompetensi utama: ahli program pendidikan entrepreneurship atau
agama Islam, (2) kompetensi pendukung mampu kewirausahaan. Harapannya, melalui diversifikasi
menganalisis dan memecahkan masalah-masalah program pendidikan entrepreneurship akan
sosial keagamaan, (3) kompetensi lain-lain memberi alternatif pekerjaan yang lebih luas,
memahami praktik pemecahan permasalahan di luar pasaran kerja tradisional yang sudah ada.
mutu, daya saing, otonomi pengelolaan, dan Melalui pendidikan entrepreneurship akan
kesehatan organisasi pendidikan. (4) kompetensi mempersiapkan mahasiswa PTKI agar ketika
dalam bidang kewirausahaan. sarjana bisa berkompetisi dalam pasar kerja,
Jika upaya di atas di lakukan maka para memiliki mutu dan keahlian, etos kerja, dan
alumni tidak akan kekurangan lahan untuk kinerja di lembaga tempat berkerja dan memiliki
mengabdi. Dalam kultur masyarakat yang agamis gagasan inovatif selama mengabdi. Mereka bisa
(mayoritas Islam), alumni bisa mendedikasikan membuktikan kebermanfaatannya dalam berbagai
ilmunya pada bidang-bidang yang menuntut kegiatan pembangunan, pengembangan program
keahlian agama. Secara empirik, mereka bisa pembangunan, pengelolaan lembaga, kegiatan
mengambil peran-peran konvensional selama ini bisnis dan kegiatan sosial yang lain.
seperti sebagai mufaqih (ahli agama), mubalig Para alumni PTKI jika sebelumnya telah
(penyuluh kerohanian), mu’alim (guru agama), dan digembleng melalui pendidikan entrepreneur
hakim pengadilan agama. Di luar itu, mereka juga diyakini akan mengalami peningkatan mutu dan
bisa berperan sebagai pelaku kewirausahaan.28 keahlian serta etos kerja karena mereka telah
dilatih dengan kebiasaan dan cara kerja yang
Simpulan baik, dibekali ilmu bidang manajemen yang baik,
Pendidikan kewirausahaan dinilai sebagai dan ditempa keyakinannya atas kemampuan diri
sebuah tawaran positif untuk membekali sendiri dan dibiasakan menguasai bidang usaha
kompetensi para mahasiswa PTKI agar kelak atau kerjanya secara baik.
bias mengabdi di tengah-tengah masyarakat.
Pendidikan kewirausahaan memiliki relevansi Pustaka Acuan
sesuai dengan harapan warga masyarakat Ali, M, “Pendidikan Entrepreneurship di Perguruan
yang pada umumnya menginginkan PTKI dapat Tinggi, di Sekolah/Madrasah”, dalam m-ali.
merealisasikan harapan yang bersifat sosial net, diakses pada 17 Mei 2011, http://m-ali.
net/?p=36
28
Sejauh ini kiprah kebanyakan alumni PTKI lebih terfokus Bustari, “Menakar Sarjana Pendidikan”, dalam
pada sektor birokrasi (PNS) pada Kementerian agama, panitera Risalah (Jakarta: PBNU, No. 25/Thn.IV/2011).
dan hakim pada Peradilan Agama (PA), sebagian terjun sebagai Hornby, AS, Oxford Advanced Learner’s Dictionary
teoritisi dan praktisi dalam perpolitikan nasional, perbankan
nasional khususnya bank syari’ah, media massa nasional dan of Current English, editr. Jonathan Crowther
gerakan ke-LSM-an. Alumni dari UIN Sunan Kalijaga, UIN (Oxford: Oxford University Press, 1995).
Syarif Hidayatullah, IAIN Sunan Ampel, IAIN Walisongo dan Mulyani, Endang, dkk, “Pengembangan Pendidikan
yang lain banyak mengisi posisi strategis pada parpol-parpol
Islam seperti PKB, PPP, PKS, dan PAN. Barang kali untuk Kewirausahaan”, Bahan Pelatihan Penguatan
memperoleh data secara riil membutuhkan tracer study (studi
pelacakan) alumni PTKI secara mendalam dan menyeluruh. Husni Rahim, ” IAIN dan Masa Depan Islam Indonesia”,
29

Namun yang jelas, hanya sedikit alumni PTKI yang kiprahnya dalam Ditpertaisnet. Online, diakses pada Senin, 4 Agustus
MADANIA Vol. 19, No. 2, Desember 2015

Metodologi Pembelajaran Berdasarkan Nilai- Motivasi Berprestasi Dengan Entrepreneurship


nilai Budaya Untuk Membentuk Daya Saing dan pada Mahasiswa UMS, skripsi, Fakultas Psikologi
Karakter Bangsa (Jakarta: Pusat Kuirkulum Universitas Muhammadiyah Surakarta, 2009
Badan Pengembangan dan Pelatihan Tim Kurikulum Sekolah Gamaliel Makassar, ” Model
Kemendiknas, 2010). Pendidikan Entrepreneurship menyiapkan
Huda, Nuril dkk, Penyesuaian dan Pemanfaatan generasi abad 21”, dalam gamalielschool.org,
Lulusan Program Pendidikan Luar Negeri, Dipublikasikan 26 Maret 2010, http: // www.
(Jakarta: Dirjen Dikti Depdikbud, 1989). gamalie lschool.org/index.php?option=com_
Rahim, Husni, ”IAIN dan Masa Depan Islam content&view=article&id =53: model-pendidikan-
Indonesia”, dalam Ditpertaisnet. Online, entrepreneurship -menyiapkan-generasi-abad-
diakses pada Senin, 4 Agustus 2008. 21&catid= 3: kurikulum &Itemid=11
Renstra Pembangunan Pendidikan Islam 2010-2014, Winarno, FG, “Pengangguran Intelektual
(Jakarta: Ditjen Pendidikan Islam Depag RI, Bertambah 20 Persen Per-Tahun” dalam www.
31 Juli 2009). atmajaya.ac.id, diakses 17 Mei 2011, http://
Santoso, Setyanto, P, “Peran Social Entrepreneurship www.atmajaya.ac.id/content.asp? f=0&id=5217
Dalam Pembangunan”, Makalah dipaparkan Yamin, Moh, “Kurikulum Pendidikan yang
dalam acara dialog “ Membangun Sinergisitas Berjiwa Entrepreneur” , dalam Ju rna l
Bangsa Menuju Indonesia Yang Inovatif, Inventif Pendidikan dan Kebudayaan Edukasi, No 11
dan Kompetitif” diselenggarakan oleh Himpunan Tahun 2008, http://mohyamin.wordpress.
IESP FE-Universitas Brawijaya,Malang, 14 Mei com /2008/06/24/kurikulum-pendidikan-yang-
2007. berjiwa-entrepreneur/
Solopos, 7 Februari 2009. Zamroni, “Paradigma Pendidikan Masa
Sularto, ST, “Urgensi Pendidikan Kewirausahaan” Depan”, dalam pakguruonline, Diakses 20
dalam Kompas¸ 9 April 2010. Mei 2011, http://groups.yahoo.com/group/
Tias, Diyah, Retno, Ning, “ Hubungan Antara pakguruonline/message/160

Anda mungkin juga menyukai