Anda di halaman 1dari 62

UJI KETAHANAN 3 VARIETAS JAGUNG TERHADAP

SERANGAN HAMA SPODOPTERA FRUGIPERDA

HASIL PENELITIAN

WULANDARI
613419058

JURUSAN AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO
2023
UJI KETAHANAN 3 VARIETAS JAGUNG TERHADAP
SERANGAN HAMA SPODOPTERA FRUGIPERDA

HASIL PENELITIAN

WULANDARI
613419058

Laporan hasil penelitian ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh
gelar Sarjana Pertanian di Fakultas Pertanian Universitas Negeri Gorontalo

JURUSAN AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO
2023
PENGESAHAN HASIL PENELITIAN

Judul : Uji ketahanan 3 varietas jagung terhadap serangan Hama Spodoptera


Frugiperda
Nama : Wulandari
Nim : 613419058

Telah diperiksa dan disetujui oleh komisi pembimbing :

Pembimbing utama Pembimbing pendamping

Dr.Mohamad Lihawa, SP.MP Angry Pratama Solihin,SP,M.Sc


NIP. 197005252001121001 NIP.198702142018031001

Mengetahui
Ketua Jurusan Agroteknologi

Dr. Indriati Husain S.P M.Si


NIP : 19730062005012001
ABSTRAK

WULANDARI, NIM 613419058. Uji Ketahanan 3 Varietas Jagung


Terhadap Serangan Hama Spodoptera Frugiperda. Dibimbing Oleh
Mohammad Lihawa dan Angry Pratama Solihin.

Tujuan penelitian ini untuk mengetahui ketahanan dari 3 varietas jagung terhadap
serangan hama Spodoptera frugiperda. Penelitian ini dilaksanakan di Desa
Hulawa Kecamatan Telaga Kabupaten Gorontalo mulai dari bulan Desember
2022 hingga Januari 2023. Penelitian ini menggunakan metode Rancangan Acak
Kelompok (RAK) dengan 3 perlakuan dan 5 ulangan sehingga diperoleh 15 unit
percobaan. 3 jenis varietas jagung yaitu Varietas Hibrida (NK22), Varietas
Komposit (BISI 18), dan Varietas Lokal ( Motoro kiki). Data pengamatan diolah
menggunakan analisis ragam (ANOVA). Hasil analisis sidik ragam menunjukkan
intensitas serangan hama S.frugiperda tidak berbeda nyata pada seluruh waktu
pengamatan ( Tabel lampiran 1-6). Data intensitas serangan hama S. frugiperda
pada 3 varietas jagung, namun terdapat perbedaan tingkat serangan dari ke 3
varietas, pada umur 28 hari hingga 49 hari. varietas Lokal (motoro kiki)
memiliki tingkat serangan yang paling tinggi di banding dengan varietas uji
lainnya yaitu dengan intensitas serangan mencapai 11,42 %, yang dapat di
ketegorikan sebagai varietas paling peka ( Rentan) terhadap serangan hama
Spodoptera frugiperda, Kemudian di ikuti dengan varietas Hibrida ( NK22)
dengan intensitas serangan sebesar 9,60 % yang juga agak peka terhadap serangan
hama Spodoptera Frugiperda, sedangkan Komposit (Bisi 18) memiliki tingkat
serangan terendah yaitu sebesar 5,71 % yang dapat di ketegorikan sebagai
varietas yang tahan terhadap serangan hama Spodoptera frugiperda. Selanjutnya
untuk kepadatan populasi terdapat pada varietas Hibrida sebesar 0, 47

Kata kunci : Ketahanan 3 Varietas Jagung Terhadap Serangan Hama


Spodoptera Frugiperda
KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Allah atas segala kehadiratnya sehingga penulis dapat
menyelesaikan Tugas proposal “Uji ketahanan 3 varietas jagung terhadap
serangan hama Spodoptera Frugiperda” di buat guna menjadi syarat
memperoleh gelar sarjana di Fakultas Pertanian Universitas Negeri Gorontalo.
Terima kasih Kepada pembimbing utama dan pembimbing pendampaing yang
telah memberikan arahan guna penyusunan proposal dan hasil penelitian ini.
Penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam penyusunan proposal ini,
oleh karena itu saran yang membangun sangat di harapkan gua melengkapi
penyusunan proposal penelitian ini.
Selanjutnya penulis mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang
turut membantu terselesaikannya proposal penenlitian ini :
1. Kedua orang tua yang senantiasa memberikan dukungan serta doa untuk
menyelesaikan Hasil penelitian.
2. Dosen pembimbing 1 (satu) Bapak Dr. Mohammad Lihawa, SP.MP
3. Dosen pembimbing pendamping Bapak Angry pratama solihin, SP, M.Sc
4. Ketua jurusan Agroteknologi Ibu Dr. Indriati Husain, SP, M.Si dan juga
sekertaris jurusan Bapak Dr. Sutrisno Hadi Purnomo, SP.,MP
5. Dekan fakultas pertanian Ibu Dr. Ir. Asda Rauf, M.Si
6. Rektor Universitas Negeri Gorontalo
Kepada keluarga serta teman-teman yang telah membantu seta memberikan
dukungan akademik.
Gorontalo, Mei 2023

Penulis

WULANDAR
DAFTAR ISI

Halaman
PENGESAHAN HASIL PENELITIAN...............................................................i

ABSTRAK..............................................................................................................ii

KATA PENGANTAR..........................................................................................iii

DAFTAR ISI.........................................................................................................iv

DAFTAR TABEL.................................................................................................vi

DAFTAR GAMBAR...........................................................................................vii

BAB I. PENDAHULUAN......................................................................................8

1.1 Latar Belakang...............................................................................................8

1.2 Rumusan Masalah..........................................................................................9

1.3 Tujuan Penelitian.........................................................................................10

1.4 Manfaat Penelitian.......................................................................................10

1.5 Hipotesis.......................................................................................................10

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA........................................................................11

2.1 Tanaman Jagung (zea mays)........................................................................11

2.2 Hama Ulat grayak ( Spodoptera Frungiperda)............................................11

2.3 Ketahanan Tanaman.....................................................................................17

BAB III. METODE PENELITIAN....................................................................18

3.1 Waktu dan Tempat.......................................................................................18

3.2 Alat dan Bahan.............................................................................................18

3.3. Rancangan Penelitian..................................................................................18

3.4 Prosedur Penelitian.......................................................................................18

3.5 Variabel Pengamatan...................................................................................19

3.6 Analisis Data................................................................................................20


BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN............................................................21

4.1 Intensitas serangan hama Spodoptera Frugiperda dan skor ketahanan......21

4.2 Populasi Hama S. frugiperda.......................................................................24

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN..............................................................27

5.1 Kesimpulan..................................................................................................27

5.2. Saran............................................................................................................27

DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................28

LAMPIRAN.........................................................................................................30
DAFTAR TABEL

No. Judul Halaman

Table 1. Rata rata intensitas serangan S. frugieperda pada tanaman jagung umur
14-49 HST.............................................................................................21
Table 2. Rata rata tingkat populasi hama spodoptera frugiperdapada umur 14-....24
Tabel 3. Rata rata mortalitas hama S.frugiperda pada umur 14 HST- 49 HST.....25
DAFTAR GAMBAR

No Judul Halaman

Gambar 1. Telur s frugiperda................................................................................13


Gambar 2. larva S. frugiperda...............................................................................14
Gambar 3. larva instar 1-5.....................................................................................14
Gambar 4. larrva instar 6.......................................................................................15
Gambar 5. pupa S.frugiperda................................................................................15
Gambar 6. kiri ngengat jantan, dan kanan ngengat betina....................................16
Gambar 7. kerusakan pada tanaman akibat serangan s. frugiperda......................23
Gambar 8. larva s.frugiperda.................................................................................23
Gambar 9. kerusakan tanaman..............................................................................26
BAB I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Jagung merupakan serelia yang bernilai ekononomis tinggi yang


mempunyai peluang yang tinggi untuk dikembangkan, karena tanaman jagung
mempunyai kedudukan yang tinggi sebagai sumber karbohidrat dan protein
setelah beras dan juga sumber pakan (Purwanto 2008). Produksi jagung nasional
dapat dikatakan cukup baik namun masih terdapat beberapa masalah di tingkat
petani saat budidaya jagung yang dapat mempengaruhi produksi secara nasiaonal.
Masalah – masalah yang cukup banyak di hadapi oleh petani adalah serangan
hama penyakit tanaman jagung.
Spodoptera frugiperda merupakan hama asli daerah tropis Amerika yang
memiliki kemampuan terbang yang tinggi sejauh 100 km per malam sehingga
dengan mudah menyebar di seluruh dunia. Kerusakan sangat parah pada tanaman
dapat terjadi saat ulat grayak berada pada fase larva dengan memakan daun
jagung. Kerugian akibat hama ini dapat mencapai 15-73% pada saat tanaman
jagung daun muda masih dalam keadaan menggulung (Nonchi dkk., 2019).
Kerugian yang ditimbulkan dari S. frugiperda cukup besar. Di negaranegara
Afrika kerugian panen akibat S. frugiperda per tahun dapat mencapai $13 miliar
(Harrison et al., 2019)
Sebagai hama baru yang ada di Indonesia menjadikan belum banyak
penelitian mengenai pengendalian ulat grayak ini. Informasi masih terbatas pada
pengendalian yang telah dilakukan di negara asal ulat grayak ini. Umumnya
petani mengendalikan ulat grayak dengan menggunakan pestisida, namun cara ini
cukup beresiko bagi kesehatan manusia. Kemampuan terbang yang tinggi
membuat tidak mungkin untuk memberantas habis hama ini maka salah satu cara
yang dapat dilakukan adalah dengan menggunkan varietas jagung yang tahan.
Menurut Pajrin dkk.,(2013) hal ini lebih menguntungkan, karena sifat
ketahanannya lebih stabil, ekonomis, serta tidak menimbulkan efek samping
berupa keracunan dan pencemaran lingkungan.
Menurut Price (2000), tingkat preferensi makan serangga yaitu tergantung
dari berbagai kandungan kimia pada tanaman tersebut yaitu dengan penerimaan
dan penolakan dari hama. Hal ini disebabkan karena adanya senyawa primer dan
metabolik sekunder yang terdapat pada tumbuhan inang, sehingga bisa menjadi
faktor pembatas bagi serangga hama untuk memakan jaringan tumbuhan tersebut.
Perilaku secara biologis serangga hama sangat berkaitan dengan adanya
ketersediaan tanaman sebagai sumber pakan yang berkualitas dan menjamin
keberlangsungan hidup larvanya.
Komponen pegendalian hama dan penyakit terpadu antara lain
penggunaan varietas tahan, cara bercocok tanam, pemanfaatan agen hayati,
pestisida dan pengamatan hama atau penyakit secara rutin (monitoring)
Suharsono 2001. Pengguaan varietas tahan ternyata biayarelatif murah, mantap,
tidak menimbulkan pencemaran lingkungan dan mudah di aplikasikan oleh petani
di lapangan. Dengan demikian ketahanan atau resistensi suatu tanaman terhadap
serangan suatu hama sangat memegang peranan penting dalam pengendalian
hama.
Varietas tahan adalah salah satu komponen pengendalian hama terpadu
(PHT) dalam konsep PHT populasi hama di harapkan tetap berada di bawah
ambang yang tidak dapat menimbulkan kerugian ekonomis pada petani.
Penggunaan varietas tahan di harapkan dapat menurunkan populasi hama pada
pertanaman. Serta dapat dipadukan dengan komponen pengendalian lain seperti
parasitoid, predator, serta pengendalian dengan bercocok tanam lainnya (Suharso
2001). Berdasarkan uraian di atas perlu dilakukan penelitian tentang uji
ketahanan 3 varietas jagung terhadapserangan hama Spodoptera Frugiperda.

1.2 Rumusan Masalah

1. Jagung yang di tanam petani umum nya di serang oleh hama Spodoptera
Frugiperda sehingga mempengaruhi pertumbuhan dan produksi.
2. Varietas manakah yang tahan terhadap serangan S. frugiperda
1.3 Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui ketahanan 3 varietas tanaman


jagung (Zea mays) terhadap hama (Spodoptera frugiperda).
.
1.4 Manfaat Penelitian

1. sebagai sumber informasi kepada peneliti guna melanjutkan penelitian


2. sebagai bahan pembelajaran kepada mahasiswa untuk Penelitian
3. sebagai salah satu sumber pengetahuan bagi para pembaca pada umumnya

1.5 Hipotesis

Di duga dari ketiga varietas tanaman jagung yang di tanam tersebut ada
yang memiliki sifat ketahahanan terhadap serangan hama Spodopera frugiperda.

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tanaman Jagung (zea mays)


Tanaman jagung merupakan tanaman serelia yang paling produktif di
dunia, sesuai di wilayah bersuhu tinggi, dan pematangan tongkol di tentukan oleh
akumulasi panas yang diperoleh tanaman. Luas pertanaman jagung diseluruh
dunia lebih dari 100 juta ha, menyebar di 70 negara, termasuk 53 negara
berkembang. Penyebaran tanaman jagung sangat luas karena mampu beradaptasi
dengan baik pada bagian lingkungan. Tanaman jagung optimal tumbuh pada
tanah yang gembur, drainase baik, dengan kelembapan tanah yang cukup dan
akan layu bila kelembapan tanah kurang dari 40% kapasitas lapang. Pada dataran
rendah, umur jagung berkisar antara 3-4 bulan, tetapi di dataran tinggi di atas
1000 Mdpl berumur 4-5 bulan. Umur panen jagung sangat dipengaruhi oleh suhu,
setiap kenaikan tinggi tempat 50 m dari permukaan laut, umur panen jagung akan
mundur satu hari (Hyene 1987).
Jagung (zea mays L) adalah tanaman semusim dan juga termasuk
rumputan graminae yang mempunyai batang tunggal, meski terdapat
kemungkinan munculnya cabang anakan pada beberapa genotipe dan lingkungan
tertentu. Batang jagung terdiri atas buku dan ruas. Daun jagung tumbuh pada
setiap buku, berhadapan satu sama lain. Bunga jantan terletak pada bagian
terpisah pada satu tanaman hari pendek, jumlah daunnya di tentukan pada saat
inisisasi bunga jantan, dan di kendalikan oleh gentipe, lama penyinaran dan suhu
2.2 Hama Ulat grayak ( Spodoptera Frungiperda)
Spodoptera frugiperda atau Fall Armyworm (FAW) merupakan salah satu
hama yang menyerang pertanaman jagung. Pada awal 2016, untuk pertama
kalinya hama ini ditemukan di Afrika Tengah dan Barat (Benin, Nigeria, Sao
Tome dan Principe, dan Togo). Kemudian ditemukan di seluruh daratan Afrika
bagian Selatan (kecuali Lesotho), juga di Madagaskar dan Seychelles (Negara
Kepulauan). Selanjutnya dilaporkan pada tahun 2018, FAW teridentifikasi dan
dilaporkan menyerang di hampir seluruh negara Sub-Sahara Afrika.
S. frugiperda memiliki tingkat kerakusan makan tanaman hingga 10 kali
lipat dibanding spesies lokal. Selama ini untuk spesies lokal banyak makan
diwaktu malam hari saja, sedang pada siang hari nya tidur dan sembunyi.
Sedangkan frugiperda selalu makan tanaman jagung di sepanjang waktu siang
dan malam tak berhenti, hingga habis tanamannya dan apabila makanannya sudah
habis maka bersifat kanibal, yakni memakan sesamanya (Sari, 2020).
Larva S. frugiperda dapat merusak hampir semua bagian tanaman jagung
(akar, daun, bunga jantan, bunga betina serta tongkol). Di negara asalnya, siklus
hidup hama ini selama musim panas adalah 30hari, namun mencapai 60 hari pada
musim semi dan 80-90 hari pada musim gugur. Berdasarkan hal tersebut diatas
hama ini perlu dikenal dan dipikirkan langkah langkah pengendalian yang
efefetif, efisien, murah, dan mudah dilakukan serta aman terhadap lingkungan.
Memberi informasi mengenai pengenalan dan pengendalian pada komoditas
jagung sebagai inang utama dari (Nonci,dkk 2019).
Telur Ngengat betina S. frugiperda meletakkan telur di bagian atas atau
bawah permukaan daun jagung. Telur diletakkan secara berkelompok. Pada
awalnya berwarna putih bening atau hijau pucat saat baru diletakkan, pada hari
berikutnya berubah warna menjadi hijau kecoklatan, dan pada saat akan menetas
berubah menjadi coklat, terkadang ditutupi dengan bulu-bulu halus yang
berwarna putih hingga kecoklatan. Telur akan menetas dalam 2-3 hari larva
setelah telur menetas kemudian terbentuk larva instar 1 (neonatus) yang akan
terpencar mencari tempat berlindung dan tempat makan (Nonci,dkk 2019).
Larva S. frugiperda terdiri dari 6 instar stadia. Larva instar 1 hingga 5
Larva muda berwarna pucat, kemudian menjadi cokelat hingga hijau muda, dan
berubah menjadi lebih gelap pada tahap perkembangan akhir. Lama
perkembangan larva adalah 12 hingga 20 hari, mulai dari larva neonatus hingga
menjadi larva instar akhir, tergantung kondisi lingkungan sekitar (suhu dan
kelembaban) (Nonci, dkk 2019). Larva instar 6 yang berwarna coklat tua
selanjutnya akan membentuk pupa di dalam tanah. Pupa berwarna coklat gelap,
pupa sangat jarang ditemukan pada batang. Perkembangan pupa dapat
berlangsung selama 12-14 hari, sebelum tahap dewasa muncul (Nonci,dkk 2019).

2.2.1 Klasifikasi Ulat Grayak ( S. Frugiperda)


Menurut Integreated Taxonomic information system (IT IS) (2019), Ulat
grayak dapat di klasifikasikan sebagai berikut:

Kingdom : Animalia
Phylum : Arthropoda

Class : Insecta

Ordo : Lepidoptera

Family : Noctuidae

Genus : Spodoptera

Spesies : Spodoptera Frugiperda J.E Smith

2.2.2. Bioekologi Ulat Grayak (S. Frugiperda)


S. Frugiperda adalah serangga hama yang bermetamorfosis sempurna

yaitu : telur, 6 instar larva, pupa dan imago (Nonci, 2019).

a. Telur

Ngengat betina S. Frugiperda meletakkan telur di bagian atas atau bawah


permukaan daun jagung secara berkelompok. Pada awalnya telur berwarna putih
bening atau hijau kecoklatan, dan pada saat akan menetas berubah menjadi
coklat, terkadang di tutupi dengan bulu-bulu halus yang berwarna putih hingga
kecoklatan

b. Larva Gambar 1. Telur s frugiperda

Setelah telur menetas kemudian terbentuk larva instar 1 (neonates) yang


akan terpencar mencari tempat berlindung dan juga tempat makan
Gambar 2. larva S. frugiperda
1. Larva instar 1 -5 awalnya larva muda berwarna pucat kemudian berubah
menjadi coklat hingga biru muda, dan akan menjadi lebih gelap pada tahap
perkembangan akhir. (gambar 3) Lama perkembangan larva adalah 12 hingga 20
hari, mulai dari larva neonates hingga menjadi larva instar akhir. (Nonci, 2019)

Gambar 3. larva instar 1-5


2. Larva instar 6
Pada umumnya, larva instar 6 memiliki ciri-ciri yaitu terdapat 3 garis
kuning di samping. Terlihat empat titi hitam yang membentuk persegi di
segmen kedua dari segmen terakhir, setiap titik hitam memiliki rambut
pendek, kepala berwarna gelap, terdapat huruf berbentuk Y terbalik berwarna
terang dibagian depan kepala (Gambar 4) (Nonci, 2019)
Gambar 4. larrva instar 6
c. Pupa

Umumnya larva S.Furgiperda membentuk pupa di tanah pada kedalaman


2-8 cm. pupa S.Furgiperda berwarna coklat kemerahan, berukuran Panjang 14-18
mm dan lebarnya sekitar 4,5 mm (Gambar 5). Stadium pupa berlangsung sekitar
8-9 hari selama musim panas. Sedangkan pada musim dingin stadium pupa dapat
mencapai 20-30 hari (Huesing, 2018).

Gambar 5. pupa S.frugiperda

d. Imago
Ukuran imago betina sedikit lebih besar di bandingkan dengan imago
jantan. Sayap depan imago betina berwarna sedikit lenih gelap dari imago jantan.
Dan memiliki corak yang samar, mulai dari coklat keabu-abuan hingga bercak
bau-abu dan coklat muda. Sementara itu pada sayap depan imago janta terdapat
tanda berwarna putih yang mencolok di bagian ujung dan tengahnya, pada sayap
belakang imago s. frugiperda jantan maupun betina berwarna perak keputihan
dengan garis berwarna gelap bagian tepinya (Maharani, 2019).

Gambar 6. kiri ngengat jantan, dan kanan ngengat betina

2.2.3 Gejala Serangan Ulat Grayak (S. Frugiperda)


Hama s. frugiperda dapat menyerrang seluruh stadia tanaman jagung
mulai dari fase vegetatif sampai vase generatif namun tingkat kerusakan yang
tertinggi banyak ditemukan pada vase vegetatif (Trisyono 2019). fase yang paling
merusak dari hama ini adalah fase larva karena mempunyai tipe alat mulut
menggigit-menguny ah dilengkapi dengan mandible keras yang digunakan untuk
merusak jaringan tanaman ( Doelo dan Paul, 2018).
S. frigiperda merusak tanaman jagung dengan cara larva menggerek
daun, larva instar 1 awalmya memakan jaringan daun dan meninggalkan lapisan
epidermis yang transparan. Larva instar 2 dan 3 membuat lubang gerekan pada
daun dan memakan daun dari tepi hingga ke bagian dalam. Larva s. frugiperda
mempunyai sifat kanibal sehingga larva yang ditemukan pada satu tanaman
jagung antara 1-2 perilaku, perilaku kanibal di iliki oleh larva instar 2 dan 3 larva
instar akhir dapat menyebabkan kerusakan berat yang seringkali hanya
menyisakan tulang daun dan batang tanaman jagung (Noni, 2019).
Larva s. frugiperda biasanya ditemukan pada pucuk tanaman. Pucuk
tanaman yang terserang bila daun belum membyka penuh (kuncup) tampak
berlubang dan terdapat banyak kotoran fases larva jika daun sudah terbuka
makaakan terlihat banyak bagian daun yang rusak, (Maharani, 2019). Kerusakan
pada tanaman juga biasanya di tandai dengan terdapatnya serbuk kasar
menyerupai serbuk gergaji pada permukaan atas daun atau disekitar pucuk
tanaman jagung. Jika larva merusak pucuk, daun muda atau titik tumbuh tanaman
dapat mematikan tanaman (Nonci, 2019).
2.3 Ketahanan Tanaman
Ketahanan atau resistensi tanaman merupakan pengertian yang
bersifat relatif. Untuk melihat ketahanan suatu jenis sifat tanaman, yang
tahan harus di bandingkan dengan sifat tanaman yang tidak tahan atau tidak
peka. Tanaman yang tahan adalah tanaman yang menderita kerusakan yang
lebih sedikit bila di bandingkan dengan tanaman lain dalam keadaan tingkat
populasi hama yang sama dan lingkungan yang sama. Pada tanaman yang
tahan, kehidupan dan perkembangbiakan seragga hama menjadi lebih
terlambat bila di bandingkan dengan perkembangbiakan sejumlah populasi
hama tersebut apabila berada pada tanaman yang tidak ataunkurang tahan.
BAB III. METODE PENELITIAN

3.1 Waktu dan Tempat

Penelitian dilakukan pada bulan Desember 2022 hingga januari 2023 di


Desa Hulawa Kecamatan Telaga Kabupaten Gorontalo

3.2 Alat dan Bahan


Alat yang digunakan yaitu : wadah plastik, kuas, pingset, mikroskop,
kamera dan alat tulis menulis. Bahan yang di gunakan yaitu tanaman jagung
jenis Nk 22, motoro kiki, dan Bisi 18
3.3. Rancangan Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode Rancangan Acak Kelompok (RAK)
dengan 3 perlakuan dan 5 ulangan sehingga diperoleh 15 unit percobaan. 3 jenis
varietas jagung yaitu varietas Hibrida (Nk 22), varietas lokal (Motoro kiki), dan
varietas komposit (Bisi 18).

3.4 Prosedur Penelitian

1. Survey lokasi
Tahap awal sebelum melakukan penelitian yang dilakukan survey lokasi
penelitian, guna melihat keadaan lahan yang akan dijadikan sebgai lokasi
penelitian. Selanjutnya mempersiapkan alat dan bahan yang diperlukan untuk
peneltian.

2. Persiapan Benih
Benih yang disiapkan yaitu benih jagung varietas NK 22, motoro kiki, dan
Bisi 18 yang biasa ditanami oleh petani di daerah gorontalo.
3. Persiapan Lahan
Lahan diolah mengguanakan cangkul dan alat bajak hand traktor, pengolahan
tanah dilakukan 2 kali, pertama pengolahan tanah menggunakan hand traktor
dilakukan untuk memperoleh tekstur yang gembur, rata dan bersih dari gulma.
Pengolahan tanah kedua menggunakan Tali untuk membentuk petak percobaan.

4. Penanaman
Benih jagung ditanam dengan cara membuat lubang terlebih dahulu secara
tugal, dengan kedalama 5 cm pada setiap lubangnya, jarak antara lubang 40 x 60
cm, kemudian masuk benih dalam lubang tanam dan tutup dengan tanah.
5. Penyiangan gulma
Penyiangan gulma dilakukan untuk membersihkan lahan dari tanaman
penggangu dan tanaman dapat tumbuh dengan maksimal. Penyiangan dilakukan 2
minggu sekali .
6. Pemeliharaan
Pemeliharaan dilakukan dengan pemberian pupuk dengan campura pupuk
NPK Phonska dan pupuk Urea sebanyak dua kali. Pemupukan pertama dilakukan
pada umur tanaman 14 hari setelah tanam (HST), lalu pemupukan kedua
dilakukan sebelum 30 HST

3.5 Variabel Pengamatan


Parameter yang diamati pada penelitian ini terdiri atas :
1. Intensitas serangan dan skor ketahanan tanaman
Pengamatan dilakukan sejak tananaman berumur 14 HST hingga 49 HST,
pengamatan dilakukan 1 kali dalam seminggu. Untuk menghitung persentase
intensitas serangan hama ulat grayak dihitung dengan menggunakan rumus
yang dikemukakan oleh Direktorat Jendral Tanaman Pangan (2018), yaitu :

∑ ( nxv )
I= x 100%
ZxN

Keterangan : I = Intensitas serangan


n = Jumlah daun rusak tiap kategori serangan
v = nilai skala dari tiap kategori serangan
z = nilai skala tertinggi kategori serangan
N = jumlah daun yang di amati

2. Populasi hama S. frugiperda


Populasi hama S. frugiperda pada seluruh tanaman yang ada di plot
diamati pada setiap tanaman jagung. Pengamatan dilakukan seminggu sekali
sejak tanaman jagung berumur 2 minggu setelah tanam (MST) hingga 49
HST. Populasi hama S. frugiperda di seluruh tanaman selanjutnya di rata-
ratakan.
3. Mortalitas Hama S.frugipeda
Menghitung ulat yang mati pada setiap plot dengan cara mengamati untuk
melihat kondisi ulat dilakukan seminggu sekali, kemudian di hitung
persentasi mortalitas hama dengan rumus :
a
P = x 100%
b

Keterangan: P = persentase mortalitas


a = jumlah spodoptera frugiperda yang mati
b = jumlah total hama spodoptera frugiperda yang hidup
(fagone dan laune, 1981).
3.6 Analisis Data
Data pengamatan di analisis menggunakan analisis ragam (ANOVA) jika
terdapat perbedaan antar perlakuan, analisis dilanjutkan dengan uji Beda Nyata
Jujur (BNJ) pada taraf nyata 5%.
BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Intensitas serangan hama Spodoptera Frugiperda dan skor ketahanan

Hasil analisis sidik ragam menunjukkan intensitas serangan hama


S.frugiperda tidak berbeda nyata pada seluruh waktu pengamatan ( Tabel
lampiran 1-6). Data intensitas serangan hama S. frugiperda pada 3 varietas
jagung disajikan pada Tabel 1.
Table 1. Rata rata intensitas serangan S. frugieperda pada tanaman jagung umur
14-49 HST
Perlakua Intensitas Serangan (%)
n Hari Setelah Tanam
Varietas
14 HST 21 HST 28 HST 35 HST 42 HST 49 HST

Hibrida 0,00 0,00 9,60 0,00 0,07 0,00


Komposi 0,00 0,00 5,71 0,00 0,00 1,15
t
Lokal 0,00 0,00 11,42 0,00 0,43 0,00
Ket. Angka-angka pada kolom menunjukkan hasil tidak berbeda nyata pada taraf
uji 1%

Berdasarkan hasil pada Tabel 1 menunjukkan bahwa intensitas serangan


hama Spodoptera frugiperda pada pengamatan ke-1 ( 14 HST) hingga
pengamatan ke-6 (49 HST) menunjukkan adanya perbeedaan ketahanan atau
tingkat serangan di antara beberapa varietas, hal tersebut dapat di lihat pada Tabel
1 pada umur 28 hari hingga 49 hari. varietas Lokal (motoro kiki) memiliki
tingkat serangan yang paling tinggi di banding dengan varietas uji lainnya yaitu
dengan intensitas serangan mencapai 11,42 %, yang dapat di ketegorikan sebagai
varietas paling peka ( Rentan) terhadap serangan hama Spodoptera frugiperda,
Kemudian di ikuti dengan varietas Hibrida ( NK22) dengan intensitas serangan
sebesar 9,60 % yang juga agak peka terhadap serangan hama Spodoptera
Frugiperda, sedangkan Komposit (Bisi 18) memiliki tingkat serangan terendah
yaitu sebesar 5,71 % yang dapat di ketegorikan sebagai varietas yang tahan
terhadap serangan hama Spodoptera frugiperda.
Tingginya intensitas serangan pada varietas lokal (motoro kiki) dan
Hibrida (NK 22) dapat di sebabkan oleh beberapa faktor seperti: varietas tersebut
tidak memiliki mekanisme ketahanan yang baik sehingga menjadi rentan terhadap
serangan hama Spodoptera frugiperda dan serangga tersebut memiliki banyak
tanaman inang sehingga di kategorikan sebagai serangga bersifat polifag.
Perbeedaan tingkat kerusakan pada tiap varietas jagung terhadap ulat grayak juga
dapat di sebabkan oleh mekanisme pertahanan terhadap hama. Ada 3 jenis
ketahanan terhadap hama yaitu (1) genetic, sifat tahan diatur oleh sifat genetic
yang dapat diwariskan, (2) morfologi, sifat tahan yang disebabkan oleh sifat
morfologi tanaman yang tidak menguntungkan hama, dan (3) kimiawi, ketahanan
yang disebabkan oleh zat kimiawi yang dihasilkan oleh tanaman (Muhuria,2003).
Ketahanan ke 3 varietas tanaman jagung yang diuji dilihat dari segi genik,
varietas lokal ( Motoro kiki) dan Hibrida (NK22) merupakan benih yang dimana
genetiknya lebih beragam karena berasal dari 2 tetua dengan sifat yang di
unggulkan. Namun kedua varietas tersebut di sukai oleh ulat grayak sehinggi
memiliki tingkat kerusakan yang lebih tinggi dibandingkan dengan varietas
Komposit (Bisi 18).
Dari segi ketahanan morfologi varietas dengan tingkat kerusakan yang
kecil mempunyai batang yang lebih keras dengan daun yang kasar sehingga
kurang disukai oleh ulat grayak. Ulat grayak instar 3 menyukai masuk kedalam
bagian yang terlindungi pada daun muda yang menggulung dan membuat
kerusakan sehingga daun akan belubang. Jika larva menyerang bagian titik
tumbuh tanaman maka dapat menghabmbat pertumbuhan daun dan tongkol
jagung.
Perbeedaan tingkat kerusakan serta ketahanan tanaman juga dapat pula
terjadi karena ketahanan kimiawi atau anibiosis tanaman. Menurut Astuti (2009)
dalam Darmadi (2018), menyatakan bahwa ketahanan tanaman dapat berupa
antibiosis yaitu tanaman menghasilkan toksin yang dapat membunuh atau
menghambat pertumbuhan hama. Antibiosis ialah suatu sifat tanaman yang
berpengaruh buruk terhadap kehidupan serangga. Pada tanaman jagung diketahui
memiliki kandungan asam oksalat yang dapat menggangu makan dari hama.
Perbedaan tingkat kerusakan dan ketahanan pada jagung dapat terjadi karena
perbedaan tingkat asam oksalat yang ada pada masing-masing varietas.
Pada varietas Komposit (Bisi 18) yang memiliki intensitas serangan
rendah dikarenakan varietas tersebut memiliki mekanisme ketahanan yang baik
dan juga menjadi salah satu upaya untuk meningkatkan produksi jagung yaitu
dengan membentuk varietas yang unggul dan mempunyai potensi hasil tinggi
serta toleran terhadap cekaman lingkungan ( hama, penyakit, dan kekeringan)
(Nurtirtayani 1995).

Gambar 7. kerusakan pada tanaman Gambar 8. larva s.frugiperda


akibat serangan s. frugiperda

S.frugiperda menyerang tanaman jagung pada fase pertumbuhan tanaman


jagung mulai dari fase vegetatif hingga generatif. Tanaman yang terserang
S.frugiperda pada waktu penelitian ditemukan pada pucuk tanaman jagung, daun
yang terbuka, hingga ada yang terdapat pada tongkol jagung. Keberadaan larva
tersebut dapat dikenali dengan mudah dengan adanya kotoran bekas feses larva,
daun yang berlubang dan rusak disebabkan oleh aktifitas makannya. Hal ini
berdasarkan CABI (2020) menyatakan bahwa kerusakan akibat serangan
S.frugiperda biasanya ditandai dengan adanya gejala kerusakan, seperti window
panning, yaitu daun tampak transparan akibat hilangnya epidermis daun, daun
berlubang, dan adanya sisa-sisa gerekan seperti serbuk gergaji baik pada batang
maupun tongkol buah. Kerusakan ini menyebabkan terhambatnya pertumbuhan
tanaman, bahkan jika larva sampai menyerang titik tumbuh tanaman dapat
berakibat kematian pada tanaman (Nonci et al 2019).

Selanjutnya pada saat di buka bagian daun yang terekena serangan akan
terlihat adanya larva S.frugiperda, yang ditemukan pada saat penegamatan hal
ini berdasar pada ciri morfologi yang terdapat pada larva yang ditemukan.
Menurut Maharani et al (2019) dan Subiono (2020) menjelaskan bahwa
S.frugiperda memiliki ciri yaitu, pada bagian kepala terdapat huruf Y terbalik dan
apada abdomen ruan ke-8 terdapat empat buah titk (pinacula).

4.2 Populasi Hama S. frugiperda

Populasi S.Frugiperda dapat dilihat dari tingkat kepadatan populasi pada


setiap plot pengamatan jumlah larva dapat dilihat pada table II. Kepadatan
populasi tertinggi terjadi pada umur 28 HST (hari setelah tanam).
Table 2. Rata rata tingkat populasi hama spodoptera frugiperdapada umur 14-
Perlakuan Populasi Hama S.Frugiperda
Varietas Hari Setelah Tanam

14 21 28 35 42 49
HST HST HST HST HST HST
HIBRIDA 0,00 0,00 0,47 0,00 0,02 0,00

KOMPOSIT 0,00 0,00 0,26 0,00 0,00 0,06

LOKAL 0,00 0,00 0,42 0,00 0,02 0,00

-49 hs

Ket. Angka-angka pada kolom menunjukkan hasil tidak berbeda nyata pada taraf
uji 1%

Hasil pengamatan populasi serangan hama S.frugiperda cukup tinggi pada


umur 28 HST rata-rata sebesar 0,47. Berdasarkan hasil pengamatan, serangan
hama S.frugiperda dapat ditemukan pada fase pertumbuhan vegetative tanaman,
yakni pada umur 14-49 HST. Praktek budidaya tanaman secara monokultur,
memicu perkembangan populasi dan tingginya intensitas serangan di duga di
pengaruhi oleh ketersediaan makanan secara berkelanjutan dalam jumlah banyak.
Kandungan nutrisi dan morfologi jagung sangat di sukai oleh hama S.frugiperda.
keberadaan populasi hama pada tanaman yang dibudidayakan menyebabkan
tanaman rusak dengan intensitas serangan yang bervariasi.
Pada table 2. di atas terlihat bahwa populasi hama S.frugiperda menurun
pada 42 dan 49 hst, terus menurunnya serangan dan juga jumlah populasi hama
S.frugiperda di duga karena penanaman serentak tanaman jagung yang
menyebabkan persediaan makanan bagi hama ini menjadi terbatas. Luas areal
lahan juga menjadi pengaruh tingkat serangan dan jumlah populasi S.frugiperda.
selanjutnya Liu et al.(2020) menyatakan perubahan penggunaan lahan dan
penanaman tanaman dalam areal yang luas, mempengaruhi dan meningkatkan
adaptasi dan kesesuaian habitat S.frugiperda. Sarvina (2019) mengatakan bahwa
dampak perubahan iklim seperti suhu, kelembapan dan curah hujan berpengaruh
terhadap populasi organisme penggangu tanaman. Karena iklim yang berfluktasi
maka keberadaan hama pun bisa menjadi meningkat atau menurun.

4.3. Mortalitas hama S.frugiperda

Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan serta hasil analisis data


mortalitas hama S.frugipeda dari ketiga varietas terjadinya kematian larva pada
keseluruhan secara merata pada pengamatan ke 4 umur 35 HST yaitu 100% dan
seterusnya.
Tabel 3. Rata rata mortalitas hama S.frugiperda pada umur 14 HST- 49 HST
Perlakuan Mortalitas Hama S.Frugiperda
Varietas Hari Setelah Tanam
14 HST 21 HST 28 HST 35 HST 42 HST 49 HST
HIBRIDA 0,00 0,00 0,00 100% 0,00 0,00
KOMPOSIT 0,00 0,00 0,00 100% 0,00 0,00
LOKAL 0,00 0,00 0,00 100% 0,00 0,00
Ket. Angka-angka pada kolom menunjukkan hasil tidak berbeda nyata pada taraf
uji 1%

Pada umur tersebut larva telah meninggalkan tanaman secara menyeluruh


dan meninggalkan sisa-sisa kotoran atau feses. Kisaran inang S.frugiperda sangat
luas dan termasuk hama invasife karena memiliki siklus hidup yang pendek.
Serangga betina S.frugiperda mampu menghasilkan 900 – 1200 telur. Siklus
hidupnya berkisar antara 32 – 46 hari (Sharanabasapa et al 2018). Meningkat atau
menurunnya luas serangan S. frugiperda pada tanaman jagung terjadi seiring
dengan meningkatnya suhu maksimum di lokasi penelitian, suhu merupakan
faktor abiotic penting yang mengatur perkembangan, fenologi dan dinamika
populasi serangga. Atas dasar perekembangan serangga hanya dalam rentang
suhu tertentu, jika sedikit saja terjadi perubahan terhadap suhu maka akan
mempengaruhi perkembangan, lama siklus hidup, dan kemampuan serangga
bertahan di alam. Selama penelitian tercatat bahwa suhu maksimum di lokasi
penelitian tercatat 34/23℃ tingkat perkembangan S.frugiperda meningkat
seiring dengan peningkatan suhu angtara 18-30℃ dan kemampuan larva untuk
bertahan hidup pada suhu antara 26-30℃, suhu optimum yang mempengaruhi
tingkat perkembangan larva tercepat dan tingkat kematian rendah berada pada
30℃ (Du Plessis et al, 2020).

Gambar 9. kerusakan tanaman


BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil pengamatan maka dapat diambil beberapa kesimpulan yaitu:
1. Perbedaan varietas tanaman tidak berpengaruh nyata terhadap tingkat
kerusakan dan ketahanan akibat serangan ulat grayak
2. Komposit (Bisi 18) adalah varietas yang dapat di kategorikan sebagai
varietas yang memiliki ketahanan terhadap intensitas serangan hama
S.frugiperda
3. Varietas Lokal (motoro kiki) adalah varietas yang dikategorikan sebagai
varietas paling peka terhadap serangan hama S.frugiperda.
4. Iklim juga menjadi salah satu hal yang mempengaruhi tingkat kepadatan
populasi dan mortalitas hama S.frugiperda

5.2. Saran

Dapat dilakukan penelitian lebih lanjut guna mengetahui varietas-varietas


yang memiliki ketahanan terhadap Organisme penggangu tanaman.
DAFTAR PUSTAKA

(CABI) Centre for Agriculture and Biosciences Internatioanl. 2020. Spodoptera


Frugiperda (fall armyworm). https//www.cabi.org(20 februari 2020).

Deole S., and Nandita Paul. 2018. First report of fall army worm, Spodoptera
frugiperda (J.E. Smith), their nature of damage and biology on maize crop
at Raipur, Chhattisgarh. Journal of Entomology and Zoology Studies 2018;
6(6): 219221

Direktorat Jendral Tanaman Pangan 2018. Petunjuk teknis pengamatan dan


pelaporan organisme pengganggu tumbuhan dan dampak perubahan iklim
(OPT-DPI). Jakarta : Kemntrian Pertanian.

Harrison R. D., C . Thierfelder, F. Baudron, P. Chinwada, C. Midega, U.


Schaffner, J. V. D. Berg. 2019. Agro-Ecological Options For Fall
Armyworm (Spodoptera frugiperda J. E. Smith) Management: Providing
Low-Cost, Smallholder Friendly Solutions To Aninvasive Pest. Journal of
Environmental Management 243 (2019) : 318 – 330

Heyne, K.,1987,Tumbuhan Berguna Indonesia, Volume II, Yayasan Sarana Wana


Jaya : Diedarkan oleh Koperasi Karyawan, Badan Litbang Kehutanan,
Jakarta.

Huesing, J. E., Prasanna, B. M., McGrath, D., Chinwada, P., Jepson, P., and
Capinera, J. L., 2018. Integrated pest management of fall armyworm in
Africa: an introduction. In: Prasanna, B. M., Huesing, J. E., Eddy, R., and
Peschke, V. M., (Eds.). Fall Armyworn in Africa: A Guide for Integrated
Pest Management. CIMMYT, USAID, Mexico, pp. 1-9.

Liu T.,J.Wang, Xiaokang Hu, Jianmeng feng.,2020Land-use change drives


present and future distributions of fall armyworm, Spdoptera frugiperda
(J.E.Smith) (Lepidoptera: Noctuidae) Science of the total Enveroment, 706

Maharani, Y., Dewi, V.K., Puspasari, L. T., Riskie, L., Hidayat, Y., Dono,D.
2019. Kasus serangan ulat grayak jagung spodoptera frugiperda J.E.Smith
(Lepidoptera Noctuidae) pada tanaman jagung di Kabupaten Bandung,
Garut dan Sumedang , Jawa barat, jurnal Cropsaver. 2(1): 38-4
Muhuria, L. A. 2003. Strtegi perakitan Gen-Gen Ketahanan Terhadap Hama.
(Disertasi). Bogor : Institut Pertanian Bogor.

Nonci N., S. H. Kalqutny, H. Mirsam, A. Muis, M. Azrai, dan M. Aqil. 2019.


Pengenalan Fall Armyworm (Spodoptera frigiperda J. E. Smith) Hama Baru
pada Tanaman Jagung di Indonesia. Jakarta : Balai Penelitian Tanaman
Serealia.

Nonci, N.,Kalqutny, S.H.,Mirsam, H.,Muis, A, Azrai, M.,Aqil, M.2019.


Pengenalan fall armyworm (Spodoptera frugiperda J.E.Smith) Hama baru
pada tanaman jagung di indonesia. Balai penelitian tanaman serelia maros.

Sari, K. K. (2020). Viral Hama Invasif Ulat Grayak (Spodoptera frugiperda)


Ancam Panen Jagung di Kabupaten Tanah Laut Kalsel. Jurnal Proteksi
Tanaman Tropika,

Sarvina, Y. (2019). Dampak perubahan iklim dan strategi adaptasi tanaman buah
dan sayuran di daerah tropis. Jurnal Litbang
Pertanian,38(2),6576.https://doi.org/10.21082/jp3.v38n2. 2019.p65-76

Sharanabasappa, CM Kalleshwaraswamy, MS Maruthi, HB Pavithra. (2018).


Biology of invasive fall army worm Spodoptera frugiperda (j.e. Smith)
(lepidoptera: noctuidae) on maize. Indian Journal of Entomology, 80(3):
540-543. doi: 10.5958/0974- 8172.2018.00238.9

Subiono, T. 2020. Preferensi Spodoptera frugiperda (Lepidoptera Noctuidae pada


beberapa sumber pakan. J Agroteknologi Tropika lembab. 2(2): 130-134.

Trisyono Y, Suputa, V Aryuwandari, M Hartaman dan Jumari. (2019).


Occurrence of heavy infestation by the fall armyworm Spodoptera
frugiperda, a new alien invasive pest, in corn in Lampung Indonesia. Jurnal
Perlindungan Tanaman Indonesia, 23(1), 156-160.
LAMPIRAN

Lampiran I. Layout penenlitian Rancangan Acak Kelompok

V III V II VI
200cm
U

VL4 200cm VK2 VH3

200cm
VL2 VK4 VH5

40cm

VL5 VK1 VH1

VL3 VK5 VH4

VL1 VK3 VH2

Keterangan :
Ukuran petak : 19 m x 11 m
Jarak tanam : 40cm x 60cm
Lampiran 2. Deskripsi Tanaman Jagung Komposit varietas Bisi 18
Asal : PT. Bisi internasional TBK tahun 2009
Golongan varietas : Hibrida silang tunggal
Bentuk tanaman : Kokoh dan tegak
Tinggi tanaman : 230 cm
Kekuatan akar pada tanaman dewasa : Kuat
Ketehanan terhadap kerebahan : Tahan
Bentuk penampang batang : Bulat
Diameter batang : 2,0 – 3,0 cm
Warna batang : Hijau gelap
Ruas pembuahan : 5 – 6 ruas
Bentuk daun : Medium dan tegak
Ukuran daun : Panjang 30-110 cm, lebar 0-8,5 cm
Tepi daun : Rata
Bentuk ujung daun : Lancip
Warna daun : Hi jau gelap
Permukaan daun : Berbulu
Bentuk malai (tassel) : Bunga kompak dan agak tegak
Warna malai (anther) : Ungu kemerahan
Warna rambut : Ungu kemerahan
Umur mulai keluar bunga betina : 57 hari didataran rendah dan 70 hari
didataran tinggi
Umur panen : 100 hari didataran rendah dan 125 hari
didataran tinggi
Bentuk tongkol : silindris
Ukuran tongkol : Besar dan relative seragam

Lampiran 3. Deskripsi Tanaman Jagung Hibrida Varietas NK22


Asal : PT. Novatis (Thailand)
Silsilah : NP5024 x NP5063
Golongan varietas : Hibrida silang tunggal
Bentuk tanaman : Tegak
Tinggi tanaman : +235 cm
Kekuatan akar pada tanaman dewasa : Baik
Ketehanan terhadap kerebahan : Tahan rebah
Bentuk penampang batang : Bulat
Diameter batang : 1 - 2,25 cm
Warna batang : Hijau
Ruas pembuahan : 5-6 ruas
Bentuk daun : Memanjang mengembang
Ukuran daun : Panjang 120-120cm, lebar 9-11 cm
Tepi daun : Halus dan bergerombak
Bentuk ujung daun : meruncing
Warna daun : Hijau tua
Permukaan daun : Berbulu
Bentuk malai (tassel) : Tegak sedang dan terbuka
Warna malai (anther) : Kemerahan
Warna rambut : Merahan, 1 - 2 Kuning
Umur mulai keluar bunga betina : + 55 hari
Umur panen : + 98 hari
Bentuk tongkol : Silindris
Ukuran tongkol : + 95

Lampiran 4. Deskripsi Tanaman Jagung Lokal varietas Motoro kiki


Asal : Indonesia Gorontalo
Golongan varietas : Lokal jagung kecil
Bentuk tanaman : Tegak lurus
Tinggi tanaman : + 259,90
Kekuatan akar pada tanaman dewasa : Baik
Ketehanan terhadap kerebahan : Tahan rebah
Bentuk penampang batang : Ber-ruas
Diameter batang : 1-3 cm
Warna batang : Hijau tua
Ruas pembuahan : 6-7 ruas
Bentuk daun : Memanjang menggantung
Ukuran daun : Panjang 1-25 cm, lebar 1-10 cm
Tepi daun : Halus dan ketajaman
Bentuk ujung daun : Meruncing
Warna daun : Hijau tua
Permukaan daun : Berbulu dan terdapat gari-garis
Bentuk malai (tassel) : Seperti bentuk bunga dan di dalamnya
terdapat serupa biji padi
Warna malai (anther) : Cream kecoklatan
Warna rambut : Merah maron dan coklat kehitaman
Umur mulai keluar bunga betina : + 40 hari
Umur panen : + 80 hari
Bentuk tongkol : Bulat meruncing
Ukuran tongkol : Panjang 13,87 cm, lebar 1-3 cm
Lampiran 5. Hasil pengamatan dan analisis sidik ragam intensitas serangan

5.a. Analisis sidik ragam intensitas serangan 14 HST

Perlakua Ulangan total rata-


n I II III IV V Yi rata
Hibrida 0 0 0 0 0 0 0,00
Komposi
0 0 0 0 0 0 0,00
t
Lokal 0 0 0 0 0 0 0,00
Total Yj 0 0 0 0 0 0 0,00

Y …..2
Menghitung faktor koreksi =
t∗r
0
=
3∗5
=0

Menghitung JK Total = ∑ yij2 ‒ fk


i. j

= (02 + 02 + 02…02) – 0
=0
2
y. j
Menghitung JK Perlakuan = ∑j ‒ fk
t

= 02 + 02 + 02 ‒ 0
5
= 0
2
y.i
Menghitung JK Kelompok =∑j ‒ fk
r

= 02 +0 2 +…+ 02 -0
3
=0
Menghitung JK Galat = JKT- JKK- JKP

=0–0–0
=0
Table sidik ragam

F.Hitun F.Tabe notas


SK DB JK KT
g l 5% i
kelompok 4 0 0 0 4,46 tn
perlakuan 2 0 0 0
galat 8 0 0
total 14 0

5.b. Analisis sidik ragam intensitas serangan 21 HST

Perlakua Ulangan total rata-


n I II III IV V Yi rata
Hibrida 0 0 0 0 0 0 0,00
Komposi
0 0 0 0 0 0 0,00
t
Lokal 0 0 0 0 0 0 0,00
Total Yj 0 0 0 0 0 0 0,00

Y …..2
Menghitung faktor koreksi =
t∗r
0
=
3∗5
=0

Menghitung JK Total = ∑ yij2 ‒ fk


i. j

= (02 + 02 + 02…02) – 0
=0
2
y. j
Menghitung JK Perlakuan = ∑j ‒ fk
t

= 02 + 02 + 02 ‒ 0
5
= 0
2
y.i
Menghitung JK Kelompok =∑j ‒ fk
r

= 02 +0 2 +…+ 02 -0
3
=0
Menghitung JK Galat = JKT- JKK- JKP

=0–0–0
=0
Table sidik ragam

F.Hitun F.Tabe notas


SK DB JK KT
g l 5% i
kelompok 4 0 0 0 4,46 tn
perlakuan 2 0 0 0
galat 8 0 0
total 14 0

5.c Analisis sidik ragam intensitas serangan 28 HST

Ulangan total rata-


Perlakuan
I II III IV V Yi rata
Hibrida 7,20 13,36 12,86 5,07 9,48 47,98 9,60
Komposit 8,84 5,83 6,43 0,96 6,5 28,57 5,71
Lokal 22,04 11,37 4,89 9,67 9,14 57,10 11,42
15,7 133,6
Total Yj 38,09 30,57 24,18 25,12 8,91
0 5

Y …..2
Menghitung faktor koreksi =
t∗r
2
57 ,10
=
3∗5
= 1190,82

Menghitung JK Total = ∑ yij2 ‒ fk


i. j
= (.7,202 + 13,362 + …+9,142 )

‒ 1190,82

= 333,24
2
y. j
Menghitung JK Perlakuan = ∑j ‒ fk
t

= 47,982 + 28,572 + 57,102 ‒ 1190,82


5

= 84,94
2
y.i
Menghitung JK Kelompok =∑j ‒ fk
r

= 38,092 +30,57 2 +…+ 25,122


3
– 1190,82

= 91,47

Menghitung JK Galat = JKT- JKK- JKP

= 333,24 - 91,47 - 84,94

= 156,82

Table sidik ragam

F.Hitun F.Tabe Notas


SK DB JK KT
g l 5% i
91,4745704 22,868
kelompok 4 1,1666 4,46 tn
1 6
84,9458665 42,472
perlakuan 2 2,1667
7 9
19,602
galat 8 156,82
3
total 14 333,24
5.d Analisis sidik ragam intensitas serangan 35 HST

Perlakua Ulangan total rata-


n I II III IV V Yi rata
Hibrida 0 0 0 0 0 0 0,00
Komposi
0 0 0 0 0 0 0,00
t
Lokal 0 0 0 0 0 0 0,00
Total Yj 0 0 0 0 0 0 0,00

Y …..2
Menghitung faktor koreksi =
t∗r
0
=
3∗5
=0

Menghitung JK Total = ∑ yij2 ‒ fk


i. j

= (02 + 02 + 02…02) – 0
=0
2
y. j
Menghitung JK Perlakuan = ∑j ‒ fk
t

= 02 + 02 + 02 ‒ 0
5
= 0
2
y.i
Menghitung JK Kelompok =∑j ‒ fk
r

= 02 +0 2 +…+ 02 -0
3
=0
Menghitung JK Galat = JKT- JKK- JKP

=0–0–0
=0

Table sidik ragam

F.Hitun F.Tabe notas


SK DB JK KT
g l 5% i
kelompok 4 0 0 0 4,46 tn
perlakuan 2 0 0 0
galat 8 0 0
total 14 0

5.e. Analisis sidik ragam intensitas serangan 42 HST

Perlakua Ulangan total rata-


n I II III IV V Yi rata
0,3409
hibrida 0 0 0 0 0,34 0,07
1
komposit 0 0 0 0 0 0 0,00
2,1527
lokal 0 0 0 2,15 0 0,43
8
2,1527 2,4936 0,1662
Total Yj 0 0 0 0,34
8 9 5

Y …..2
Menghitung faktor koreksi =
t∗r
2
2,15278
=
3∗5
= 0,41

Menghitung JK Total = ∑ yij2-‒ fk


i. j
= (. 02 + 02 + 02 + ….+ 02 ) – 0,41

= 4,33

2
y.i
Menghitung JK Perlakuan = ∑j ‒ fk
t

= 0,340912 + 02 + 2,152782 – 0,41


5

= 0,53
2
y.i
Menghitung JK Kelompok =∑j ‒ fk
r

= 02 + 02 + 02 +2,15278 2 +0,34 2 ‒ 0,41


3

= 1,169

Menghitung JK Galat = JKT – JKK- JKP

= 4,3361 – 1,169 – 0,5356

= 2,6315

Table Analisis sidik ragam

F- F-
SK DB JK KT Hitun Tabel notasi
g 5%
kelompo 1,1689 0,2922 0,8884
4 4,46 tn
k 9 5 5
perlakua 0,5355 0,2677 0,8140
2
n 7 8 8
2,6315 0,3289
galat 8
4 4
4,3361
total 14
1
5.e. Analisis sidik ragam intensitas serangan 49 HST

Ulangan
Perlakua total rata-
n I Yi rata
I III IV V
I
hibrida 0 0 0 0 0 0 0,00
komposit 5,74 0 0 0 0 5,74 1,15
lokal 0 0 0 0 0 0 0,00
5,7366 0,3824
Total Yj 5,73661 0 0 0 0
1 4

Y …..2
Menghitung faktor koreksi =
t∗r
2
0
=
3∗5
= 2,19

Menghitung JK Total = ∑ yij2 -‒ fk


i. j

= (02 + 02 +…+.02) ‒ 2,19391


= 30,71

2
y.i
Menghitung JK Perlakuan = ∑j ‒ fk
t

= 02 + 5,742 + 02 ‒ 2,19391
5

= 4,387
2
y.i
Menghitung JK Kelompok =∑j ‒ fk
r

=5,73661 2 + 02 + 02 + 02 + 02 ‒ 2,19391
3
= 8,77

Menghitung JK Galat = JKT – JKK- JKP

= 30,7148 – 8,77564 – 4,38782


= 17,55

Table analisis sidik ragam

F.Hitun F.Tab notas


SK DB JK KT
g el 5% i
kelompo 8,7756 2,1939
4 1 4,46 tn
k 4 1
perlakua 4,3878 2,1939
2 1
n 2 1
17,551 2,1939
galat 8
3 1
30,714
total 14
8

Lampiran 6. Hasil pengamatan dan analisis sidik ragam populasi hama

6.a. Anlisis sidik ragam populasi hama 14 HST

Perlakua Ulangan total rata-


n I II III IV V Yi rata
Hibrida 0 0 0 0 0 0 0,00
Komposi
0 0 0 0 0 0 0,00
t
Lokal 0 0 0 0 0 0 0,00
Total Yj 0 0 0 0 0 0 0,00

Y …..2
Menghitung faktor koreksi =
t∗r
0
=
3∗5
=0

Menghitung JK Total = ∑ yij2 ‒ fk


i. j

= (02 + 02 + 02…02) – 0
=0
2
y. j
Menghitung JK Perlakuan = ∑j ‒ fk
t

= 02 + 02 + 02 ‒ 0
5
= 0
2
y.i
Menghitung JK Kelompok =∑j ‒ fk
r

= 02 +0 2 +…+ 02 -0
3

=0
Menghitung JK Galat = JKT- JKK- JKP

=0–0–0
=0

Table sidik ragam

F.Hitun F.Tabe notas


SK DB JK KT
g l 5% i
kelompok 4 0 0 0 4,46 tn
perlakuan 2 0 0 0
galat 8 0 0
total 14 0

6.b. Analisis sidik ragam populasi hama 21 HST.

Perlakua Ulangan total rata-


n I II III IV V Yi rata
Hibrida 0 0 0 0 0 0 0,00
Komposi
0 0 0 0 0 0 0,00
t
Lokal 0 0 0 0 0 0 0,00
Total Yj 0 0 0 0 0 0 0,00
Y …..2
Menghitung faktor koreksi =
t∗r
0
=
3∗5
=0

Menghitung JK Total = ∑ yij2 ‒ fk


i. j

= (02 + 02 + 02…02) – 0
=0
2
y. j
Menghitung JK Perlakuan = ∑j ‒ fk
t

= 02 + 02 + 02 ‒ 0
5
= 0
2
y.i
Menghitung JK Kelompok =∑j ‒ fk
r

= 02 +0 2 +…+ 02 -0
3

=0
Menghitung JK Galat = JKT- JKK- JKP

=0–0–0
=0
Table sidik ragam

F.Hitun F.Tabe notas


SK DB JK KT
g l 5% i
kelompok 4 0 0 0 4,46 tn
perlakuan 2 0 0 0
galat 8 0 0
total 14 0
6.c. Analisis sidik ragam populasi hama 28 HST

Perlakua Ulangan total rata-


n I II III IV V Yi rata
hibrida 0,4 0,5 0,6 0,2 0,4 2,1 0,42
komposit 0,4 0,2 0,2 0,1 0,4 1,3 0,26
lokal 0,5 0,5 0,2 0,6 0,3 2,1 0,42
0,3666
Total Yj 1,3 1,2 1 0,9 1,1 5,5 7

Y …..2
Menghitung faktor koreksi =
t∗r
2
5 ,5
=
3∗5
= 2,016

Menghitung JK Total = ∑ yij2 -‒ fk


i. j

= ( 0,42 + 0,5 2 +….+ 0,32) ‒2,016


= 0,353
2
y.i
Menghitung JK Perlakuan = ∑j ‒ fk
t

= 2,12 + 1,32 + 2,12 ‒ 2,016


5
= 0,08
2
y.i
Menghitung JK Kelompok =∑j ‒ fk
r

= 1,32 + 1,22 + 12 ‒ 2,016


3
=0,033
Menghitung JK Galat = JKT – JKK- JKP

= 0,35333 – 0,03333- 0,08533


= 0,234
Table analisis sidik ragam

F.Hitun F.Tabe
SK DB JK KT g l 5%
kelompk 4 0,03333 0,00833 0,284091 4,46 notasi
perlakua
n 2 0,08533 0,04267 1,454545 tn
galat 8 0,23467 0,02933
total 14 0,35333

6.d. Analisis sidik ragam populasi hama 35 HST

Perlakua Ulangan total rata-


n I II III IV V Yi rata
Hibrida 0 0 0 0 0 0 0,00
Komposi
0 0 0 0 0 0 0,00
t
Lokal 0 0 0 0 0 0 0,00
Total Yj 0 0 0 0 0 0 0,00

Y …..2
Menghitung faktor koreksi =
t∗r
0
=
3∗5
=0

Menghitung JK Total = ∑ yij2 ‒ fk


i. j

= (02 + 02 + 02…02) – 0
=0
2
y. j
Menghitung JK Perlakuan = ∑j ‒ fk
t

= 02 + 02 + 02 ‒ 0
5
= 0
2
y.i
Menghitung JK Kelompok =∑j ‒ fk
r
= 02 +0 2 +…+ 02 -0
3

=0
Menghitung JK Galat = JKT- JKK- JKP

=0–0–0
=0
Table sidik ragam

F.Hitun F.Tabe notas


SK DB JK KT
g l 5% i
kelompok 4 0 0 0 4,46 tn
perlakuan 2 0 0 0
galat 8 0 0
total 14 0

6.e. Analisis sidik ragam populasi hama 42 HST

Perlakua Ulangan total rata-


n I II III IV V Yi rata
hibrida 0 0 0 0 0,1 0,1 0,00
komposit 0 0 0 0 0 0 0,00
lokal 0 0 0 0,1 0 0,1 0,03
0,0133
Total Yj 0 0 0 0,1 0,1 0,2 3

Y …..2
Menghitung faktor koreksi =
t∗r
2
0 ,2
=
3∗5
= 0,002

Menghitung JK Total = ∑ yij2 -‒ fk


i. j
=( 02 + 02 + 02 +…+ 02) ‒ 0,002
= 0,017
2
y.i
Menghitung JK Perlakuan = ∑j ‒ fk
t

= 0,12 + 02 + 0,12 ‒ 0,002


5
= 0,001
2
y.i
Menghitung JK Kelompok =∑j ‒ fk
r

= 02 + 02 + 02 + 0,12 + 0,1 ‒ 0,002


3
= 0,004

Menghitung JK Galat = JKT – JKK- JKP

= 0,01733 – 0,004 – 0,00133


= 0,012

Table analisis sidik ragam

F- F.Tabe
SK DB JK KT Hitung l 5%
kelompo 0,66666
k 4 0,004 0,001 7 4,46 notasi
perlakua 0,00133 0,00066 0,44444
n 2 3 7 4 tn
galat 8 0,012 0,0015
0,01733
total 14 3

6.f. Analisis sidik ragam populasi hama 49 HST

Perlakua Ulangan total rata-


n I II III IV V Yi rata
hibrida 0 0 0 0 0 0 0,00
komposit 0,3 0 0 0 0 0,3 0,08
lokal 0 0 0 0 0 0 0,00
Total Yj 0,3 0 0 0 0 0,3 0,02

Y …..2
Menghitung faktor koreksi =
t∗r
2
0 ,3
=
3∗5
= 0,006

Menghitung JK Total = ∑ yij2 -‒ fk


i. j

= (02 + 02 + 02 +….+ 0,32) ‒ 0,006

= 0,084
2
y.i
Menghitung JK Perlakuan = ∑j ‒ fk
t

= 02 + 0,32 + 02 ‒ 0,006
5
= 0,012
2
y.i
Menghitung JK Kelompok =∑j ‒ fk
r

= 0,32 + 02 + 02 +…+02 ‒ 0,006


3
= 0,024
Menghitung JK Galat = JKT – JKK- JKP

= 0,084 – 0,024 – 0,012


= 0,048

Table analisis sidik ragam populasi hama


F.Hitun F.Tabe
SK DB JK KT g l 5%
kelompo
k 4 0,024 0,006 1 4,46 Notasi
perlakua
n 2 0,012 0,006 1 tn
galat 8 0,048 0,006
total 14 0,084

Lampiran 7.Hasil pengamatan dan Analisis sidik ragam mortalitas hama

7.a. Analisis sidik ragam Mortalitas hama 14 HST

Perlakua Ulangan total rata-


n I II III IV V Yi rata
Hibrida 0 0 0 0 0 0 0,00
Komposi
0 0 0 0 0 0 0,00
t
Lokal 0 0 0 0 0 0 0,00
Total Yj 0 0 0 0 0 0 0,00

Y …..2
Menghitung faktor koreksi =
t∗r
0
=
3∗5
=0

Menghitung JK Total = ∑ yij2 ‒ fk


i. j

= (02 + 02 + 02…02) – 0
=0
2
y. j
Menghitung JK Perlakuan = ∑j ‒ fk
t

= 02 + 02 + 02 ‒ 0
5
= 0
2
y.i
Menghitung JK Kelompok =∑j ‒ fk
r

= 02 +0 2 +…+ 02 -0
3

=0
Menghitung JK Galat = JKT- JKK- JKP

=0–0–0
=0
Table sidik ragam

F.Hitun F.Tabe notas


SK DB JK KT
g l 5% i
kelompok 4 0 0 0 4,46 tn
perlakuan 2 0 0 0
galat 8 0 0
total 14 0

7.b. Analisis sidik ragam Mortalitas hama 21 HST

Perlakua Ulangan total rata-


n I II III IV V Yi rata
Hibrida 0 0 0 0 0 0 0,00
Komposi
0 0 0 0 0 0 0,00
t
Lokal 0 0 0 0 0 0 0,00
Total Yj 0 0 0 0 0 0 0,00

Y …..2
Menghitung faktor koreksi =
t∗r
0
=
3∗5
=0
Menghitung JK Total = ∑ yij2 ‒ fk
i. j

= (02 + 02 + 02…02) – 0
=0
2
y. j
Menghitung JK Perlakuan = ∑j ‒ fk
t

= 02 + 02 + 02 ‒ 0
5
= 0
2
y.i
Menghitung JK Kelompok =∑j ‒ fk
r

= 02 +0 2 +…+ 02 -0
3

=0
Menghitung JK Galat = JKT- JKK- JKP

=0–0–0
=0
Table sidik ragam

F.Hitun F.Tabe notas


SK DB JK KT
g l 5% i
kelompok 4 0 0 0 4,46 tn
perlakuan 2 0 0 0
galat 8 0 0
total 14 0

7.c. Analisis sidik ragam Mortalitas hama 28 HST

Perlakua Ulangan total rata-


n I II III IV V Yi rata
Hibrida 0 0 0 0 0 0 0,00
Komposi
0 0 0 0 0 0 0,00
t
Lokal 0 0 0 0 0 0 0,00
Total Yj 0 0 0 0 0 0 0,00

Y …..2
Menghitung faktor koreksi =
t∗r
0
=
3∗5
=0

Menghitung JK Total = ∑ yij2 ‒ fk


i. j

= (02 + 02 + 02…02) – 0
=0
2
y. j
Menghitung JK Perlakuan = ∑j ‒ fk
t

= 02 + 02 + 02 ‒ 0
5
= 0
2
y.i
Menghitung JK Kelompok =∑j ‒ fk
r

= 02 +0 2 +…+ 02 -0
3
=0

Menghitung JK Galat = JKT- JKK- JKP

=0–0–0
=0
Table sidik ragam

F.Hitun F.Tabe notas


SK DB JK KT
g l 5% i
kelompok 4 0 0 0 4,46 tn
perlakuan 2 0 0 0
galat 8 0 0
total 14 0
7.d. Analisis sidik ragam mortalitas hama 35 HST

total rata-
Perlakuan Ulangan
Yi rata
I II III IV V

100,0
HIBRIDA 100 100 100 100 100 500
0
KOMPOSI 100,0
100 100 100 100 100 500
T 0
100,0
LOKAL 100 100 100 100 100 500
0
Total Yj 300 300 300 300 300 1500 100

Y …..2
Menghitung faktor koreksi =
t∗r
2
1500
=
3∗5
= 150000

Menghitung JK Total = ∑ yij2 -‒ fk


i. j

= (1002 + 1002 + 1002 +….+ 1002) ‒ 150000


=0
2
y.i
Menghitung JK Perlakuan = ∑j ‒ fk
t

= 5002 + 5002 + 5002 ‒ 150000


5
=0
2
y.i
Menghitung JK Kelompok =∑j ‒ fk
r

= 1002 + 1002 + 1002 +…+ 1002 ‒ 150000


3
=0
Menghitung JK Galat = JKT – JKK- JKP

=0–0–0
=0
Table analisis sidik ragam

F.Hitun F.Tabe Notas


SK DB JK KT g l 5% i
kelompo
k 4 0 0 0 0 tn
perlakua
n 2 0 0 0
galat 8 0 0
total 14 0

7.e. Analisis sidik ragam Mortalitas hama 42 HST

Perlakua Ulangan total rata-


n I II III IV V Yi rata
Hibrida 0 0 0 0 0 0 0,00
Komposi
0 0 0 0 0 0 0,00
t
Lokal 0 0 0 0 0 0 0,00
Total Yj 0 0 0 0 0 0 0,00

Y …..2
Menghitung faktor koreksi =
t∗r
0
=
3∗5
=0
Menghitung JK Total = ∑ yij2 ‒ fk
i. j

= (02 + 02 + 02…02) – 0
=0
2
y. j
Menghitung JK Perlakuan = ∑j ‒ fk
t

= 02 + 02 + 02 ‒ 0
5
= 0
2
y.i
Menghitung JK Kelompok =∑j ‒ fk
r

= 02 +0 2 +…+ 02 -0
3
=0
Menghitung JK Galat = JKT- JKK- JKP

=0–0–0
=0
Table sidik ragam

F.Hitun F.Tabe notas


SK DB JK KT
g l 5% i
kelompok 4 0 0 0 4,46 tn
perlakuan 2 0 0 0
galat 8 0 0
total 14 0

7.f. Analisis sidik ragam Mortalitas hama 49 HST

Perlakua Ulangan total rata-


n I II III IV V Yi rata
Hibrida 0 0 0 0 0 0 0,00
Komposi
0 0 0 0 0 0 0,00
t
Lokal 0 0 0 0 0 0 0,00
Total Yj 0 0 0 0 0 0 0,00

Y …..2
Menghitung faktor koreksi =
t∗r
0
=
3∗5
=0

Menghitung JK Total = ∑ yij2 ‒ fk


i. j

= (02 + 02 + 02…02) – 0
=0
2
y. j
Menghitung JK Perlakuan = ∑j ‒ fk
t

= 02 + 02 + 02 ‒ 0
5
= 0
2
y.i
Menghitung JK Kelompok =∑j ‒ fk
r

= 02 +0 2 +…+ 02 -0
3
=0
Menghitung JK Galat = JKT- JKK- JKP

=0–0–0
=0
Table sidik ragam

F.Hitun F.Tabe notas


SK DB JK KT
g l 5% i
kelompok 4 0 0 0 4,46 tn
perlakuan 2 0 0 0
galat 8 0 0
total 14 0
LAMPIRAN 8. DOKUMENTASI KEGIATAN PENELITIAN DAN
GAMBARAN SERANGAN PADA BEBERAPA
PERLAKUAN VARIETAS

Pembuatan petakan. Penanaman


Tanaman umur 14 Hst Pemupukan

Tanaman umur 21 Hst. Pengamatan serangan

Varietas Hibrida Varietas Lokal


Varietas Komposit

Anda mungkin juga menyukai