Anda di halaman 1dari 6

SEJARAH PERADABAN ISLAM KAYUAPU ADIKARSO

KH MURTAMAN BIN IRSYAD


LUBANGLOR BUTUH PURWOREJO JATENG dan BABAD ALAS ADIKARSO
KEBUMEN (MUSHOLLA AL MUNAWWAROH)

A. Masa kecil hingga pernikahan


Di sebuah desa yang berada di kawasan pegunungan, tepatnya di desa karangsambung
kecamatan sepuran kabupaten wonosobo KH Murtaman dilahirkan. Beliau adalah putra dari
Kyai Irsyad (Taftazani Totojani), seorang tokoh masyarakat yang juga mahir dalam masalah
agama, namun beliau lebih dikenal dengan sebutan “mbah Jenggleng” karena konon waktu
beliau masih kecil, pusarnya tidak putus-putus bahkan sampai lebih dari 40 hari. KH Murtaman
memiliki 2 saudara, salah satunya lebih sering dipanggil keter, karena memang orangnya
terkenal agak bandel pada masa kecilnya.
Sejak kecil beliau sudah diajari mengenal berbagai ajaran islam oleh ayahandanya.
Ketika usia beliau mulai menginjak tahap remaja, beliau memulai pengembaraan mulianya
demi menimba ilmu-ilmu agama kepada beberapa ulama’ diberbagai pondok pesantren.
Perjalan suci beliau akhirnya sampai di sebuah pesantren yang saat itu memiliki banyak santri,
tepatnya di dusun tirip desa rendeng kecamatan gebang kabupaten purworejo. Di situlah,
dibawah asuhan KH Taslim bin KH Tholabuddin (Paguan Kaliboto Bener Purworejo) bin
Tumenggung Wirodoho (Kauman Blimbing Bruno Purworejo). Beliau banyak mendalami
berbagai macam disiplin ilmu darinya, mulai ilmu nahwu, shorof, fiqh, tafsir, hadist, tasawwuf
dsb. Tidak sedikit alumni tirip yang akhirnya menjadi tokoh masyarakat, seperti Kyai Zarkasyi
berjan dll.
Kesabaran dan keistiqomahan beliau dalam mengarungi samudra ilmu, membuat sang
guru menaruh hati dan menjadikan beliau sebagai menantunya. Sebelum Putri kyai Taslim
menikah dengan KH Murtaman, beliau sudah pernah menikah dan dikaruniai Putra yang
bernama Bahri Musyaffa'.
Dulu Bpk. Bahri Musyaffa' sempat tinggal di kabupaten cilacap namun akhirnya beliau
memutuskan untuk pindah ke kabupaten Solo.
B. Hijrah demi menegakkan syariat Allah SWT
Beberapa tahun setelah beliau dikaruniai 4 putra dan 3 putri, datanglah seorang lurah dari
Desa Lubanglor Kecamatan Butuh yang bernama H Idris (Glondong). Beliau sowan kepada
Kyai Taslim guna meminta salah satu santrinya untuk berkenan membimbing masyarakatnya
menuju Diinul Haq. Pada akhirnya jatuhlah pilihan Kyai Taslim kepada menantunya sendiri
untuk tujuan mengabdikan diri di jalan Allah. Pada saat itu banyak pribumi yang masih
memeluk agama hindu dan adat kejawen yang tidak sesuai dengan syariat islam. Dengan niatan
yang tulus, beliau bersama istri dan putra-putrinya bersedia meninggalkan Dusun Tirip menuju
ke Desa Lubanglor hanya demi menegakkan syariat Allah SWT. Disana beliau membangun
sebuah langgar (surau) kecil dengan bantuan beberapa masyarakat, sebagai tempat peribadatan
dan pengajian ilmu agama. Sedikit demi sedikit perjuangan beliau yang juga di bantu oleh
lurah dan sebagian warganya mulai membuahkan hasil. Tidak sedikit masyarakat yang
akhirnya mau menimba ilmu darinya. Dari situlah beliau memulai perjuangannya dengan
penuh kesabaran, ketelatenan dan tak kenal lelah, mengenalkan risalah yang telah diajarkan
Nabi Muhammad SAW hingga Allah memanggilnya kembali ke sisi-Nya. Semoga semua amal
kebaikan beliau dan juga perjuangan beliau benar-benar mendapatkan ridlo Allah SWT dan
diberi balasan yang sebaik-baiknya, serta kita bisa meneladani dan meneruskan apa yang telah
beliau ajarkan. Amiin.
C. PUTRA PUTRI DAN DZURIYYAH
Dari pernikahannya dengan putri sang guru Kyai Taslim Tirip, beliau Nyai Murtaman
dikaruniai 7 anak :
1. KH. Labib, Cipari Cilacap.
2. KH. Habib (Sirojuddin), Butuh Purworejo.
3. KH. Syadzali, LubangLor Butuh Purworejo.
4. KH. Hilal, Sumbersari Butuh Purworejo.
5. Nyai. Mushlihah - KH. Abdulloh ‘Umar Jogja.
6. Nyai. Mushlimah - KH. Abdul Aziz, Purworejo.
7. Nyai. Kundiyah - KH. Ibrohim, Secang Ngombol Purworejo.

KH. Habib* , Butuh* - Ny. Sofiyah* Binti KH Zaen Plaosan bin Kyai Totojani bin Kyai
Ya’qub (Istri Pertama) :
1. KH Ahmad Hisyam*
1. Ny. Habbibah – KH. Ali Zain ( Nur Hadi)
1. Khodijah – H. Hamim
1. Nur Wahid – Eti
1. Aurel
2. Sabiq
2. Siti Mahmudah – Amir
1. Iqbal
2. Huda
3. Hanifuddin – Sri Wahyuni
1. Nafisa
2. Hilan
3. syakila
4. Siti Khulashoh – Samijo YS.
1. M. Sangid Bilutfilah
2. M. Imam Saefudin
3. M. Jaenal Abidin
5. Sulaiman Rasyid – Umi Istijabah
1. M. Ya’lu wala yu’la ‘alaih
2. Alifa
6. Siti Masruroh – Romadi
1. Neli Nur Azizah
2. Mega
3. M. Syahri Romadhoni
7. Rohmahun Nazila – M. Fauzan
1. Candra
8. M. Walzin Wahib – Nunung Farisa
1. M. Hisyam Arrafiq

2. Harist ‘Ali Ma’shum – Mukhlishoh


1. M. Syaikhu – Uus
1. Azmi
2. Isti’anatun –
1. Ibnu
3. Nashihatul Hasanah – H. Anwar
1. Azfar
4. Kholil – Dina
1. Apip
5. Yayah -
6. Uthi’ -

2. Ny. Siti Hafsoh – KH Abu Hasan (KH. Nur Muhammad), Ponpes Darussalam
Adikarso Kebumen
1. K. Chabibulloh – Latifah
1. Ahmad Luqman Hakim
2. Anis Tajuddin
3. Jazilatus Sa’adah
4. Ulfah Fauziyyah
5. Anni Mudrikatur Rahmah
2. KH. M. Nawawi Hisyam*
3. K. Makhrus Muqorrobin – Munawaroh
1. Ahmad Mafatihul Anwar
2. Nadhiroh Zulfa Kamaliyah
3. Mazidaturrofi’ah
4. M. Balya Saifunnawa
4. Nyai. Siti Nur Halimah* - Muaddib Mahfudz
1. Afifatun |Baroroh*
5. K. M. ‘Ali Dimyati – Ny. Siti Hadlirotun
1. Kuni Bariroh
2. ‘Atiqoh Nur ‘Azizah
3. Syifa Muntahafa’ul Karimah
4. Khitna Nuurossa’adah
6. K. Zaenul Arifin* - Jam’iyatul Fuadah
1. Ahmad Chafidz Mujtaba
2. Chaudyl Ma’rifah
7. Nyai Siti Fatimah- Muaddib Mahfudz
1. Ahmad Nurul Huda
2. M. Syihabuddin Saumi
3. Siti Nur Malikhah
4. M. Najmuddin
8. Nyai. Hamidah – Masrukhin*
1. Akhmad Fathurrohman Jazuli
9. Nyai Nafisah – Abdurrohman Anshori, Sleman Jogjakarta.
1. M. Hasan Kamal
2. Luthfiana Nur Azizah
3. K Rifa’i* Adikarso- Ny. Khotimah (Ponpes Almunawwaroh)
1. KH. Ahmad Tolhah – Ny. Iswati
1. Vina Elma Kamila - Bakhrurohman
1. Nazla Nur Aghnia
2. M. Hammam Fajrul Alam
3. M. Khoirul Imdad
2. Siti Azizah - Parwito
1. Naila Nurul Arifah
2. Diah Fachreni Zakiah
3. Siti Hasanah Tuti Hamiyah – Yusuf Setiawan
4. Istiqomah – Nur Shodik
1. Aniq Zulfia Nur
2. Nabila Failasufa Nur
5. Mustolih – Tri Mulyani
1. Rahmatika Qotrunnada
2. M. Rahib Nailur Ridho
6. Mustofa – Amelia Rahmawati
1. Nawwaf Ghatfan Al Hafiz
2. Noora Ashalina Rumaisha

Dari silsilah tersebut bisa di jabarkan, Rawuhnya KH. Ahmad Hisyam di Kebumen (RT 03
RW 02, Kayuapu, Adikarso, Kebumen. Dengan niat Lillahi ta’ala menyebarkan agama Allah di
adikarso mendirikan surau (langgar) Al-Munawwaroh, tanpa ada pertentangan dari warga
setempat dikarenakan Simbah Ahmad Hisyam terkenal ramahnya dan andhap asornya. Dengan
begitu berumah tangga dengan Ny.Hisyam peputra Ny. Habibah, Ny.Siti Hafsoh, dan KH. Irfangi
Hisyam.
Mbah Hisyam menamai surau Al-Munawwaroh dengan tujuan sebagai sumber cahaya di
daerah tersebut. Dalam trukahnya seleseinya sang putra mengaji di jawa Kajoran Magelang (Mbah
Kyai Khamid), Mbah Hisyam lebih aktif melalang buana berdakwah. Dan Kyai Irfangi sang putra
satu-satunya dari Mbah Hisyam yang menempati Rumah Pusaka di Kayuapau , Adikarso. Pada
Tahun 1965an surau tersebut resmi secara administratif menjadi Pondok Pesantren Al-
Munawwaroh. Karena saking banyaknya santri Simbah Hisyam di bangunkan masjid oleh warga
keputihan, Adikarso dengan tujuan syiar lebih di sebar luaskan. Mbah Hisyam yang mempunyai
putri kedua yaitu Ny.Siti Hafsoh yang pada saat itu sudah dinikahkan dengan abdi dalem beliau
yang termasuk pendherek tersayang Simbah Kyai Hisyam yaitu KH. Nur Muhammad (Kyai Abu
Hasan). Simbah Kyai Hisyam dawuh supaya masjid telah di bangun oleh warga supaya bisa di
tempati karena sudah ada tempat tinggalnya juga. Kyai Abu Hasan pun sendiko dawuh dengan apa
ngendiko dari Bapak Mertua. Masjid tersebut di namai Masjid Darussalam yang sekarang sudah
lengkap dengan Pondok Pesantren Darussalam.
Diambil kesimpulan, Bahwa Pondok Pesantren Al Munawwaroh ini cikal bakal peradaban
Islam di Desa Adikarso. Alkhamdulillah Rumah Pusaka Joglo dari Mbah KH. Irfangi bin Akhmad
Hisyam masih kokoh*.
.....ref/gus irfan/Butuh, Purworejo. Di tulis kembali oleh Anton Sugandi
D. KETERANGAN PENULISAN :

1.Tebal dan Bergaris Bawah : Keturunan Generasi Pertama (Putra/Putri)


2. Tertulis miring : Keturunan Generasi Kedua ( Cucu )
3. Tertulis Tebal : Keturunan Generasi Ketiga ( Buyut )
4. Tertulis biasa : Keturunan Generasi Keempat ( Canggah )
5. Tertulis Biasa : Keturunan Generasi Kelima
6. Dst.
F. KETERANGAN TANDA :
( - ) Pernikahan.
( * ) Wafat.

G. PENUTUP
Dengan mengharap ridlo Allah SWT. Silsilah ini sengaja kami susun dan kami publikasikan
dengan niat tulus untuk menyambung tali shilaturrahim dan menguatkan ikatan persaudaraan -
kekeluargaan supaya generasi muda penerusnya mengetahui silsilah keluarga dan bisa menjaga
persaudaraan supaya tetap langgeng dan tidak terputus. Kami juga sangat berharap atas masukan,
saran dan kritik supaya silsilah ini sesuai dan tetap terjaga. Mohon Maaf bila ada kesalahan dalam
penulisan dan lain sebagainya. Apabila anda menemukan kesalahan atau perubahan harap
berkenan menghubungi:
Anton Sugandi/ 081393186686

Anda mungkin juga menyukai