Anda di halaman 1dari 6

1.

Contoh Aplikasi Imonohematologi


-Reaksi Transfusi hemolitik
Reaksi Transfusi hemolitik adalah reaksi yang paling serius, tetapi jarang terjadi. Umumnya
disebabkan oleh kesalahan identifikasi dalam pencocokan sampel darah resipien dan donor
(crossmatch), sehingga antibodi pasien menyerang sel darah merah yang ditransfusikan dan
memicu terlepasnya zat-zat yang dapat membahayakan ginjal
Gejala Klinis
Gejala klinis pada reaksi transfusi hemolitik biasanya dalam 15 menit, atau beberapa jam setelah
transfusi dalam bentuk demam, menggigil, nyeri dada atau hipotensi.
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang dilakukan sesuai hasil anamnesis dan pemeriksaan fisik. Untuk
menentukan derajat anemia, dapat dilakukan pemeriksaan kadar hemoglobin dan indeks sel
darah merah terlebih dulu. Jika dicurigai hemolisis disebabkan oleh defisiensi enzim, dapat
dilakukan pemeriksaan laktat dehidrogenase. Apusan darah tepi dapat digunakan untuk
mengidentifikasi parasit malaria atau bentuk sel darah merah yang abnormal.pemeriksaan
diantaranya:
-Apusan Darah Tepi
-Direct Antiglobulin Test (DAT)
-Pemeriksaan hemoglobin bebas di urin
-Pemeriksaan hemosiderin urin
-Pemeriksaan daya tahan sel darah merah
-Hitung Darah Lengkap

Tatalaksana pemeriksaan reaksi transfusi hemolitik meliputi beberapa tahap, antara lain:
-Penghentian transfusi: Jika terjadi reaksi transfusi hemolitik, transfusi darah harus segera
dihentikan.
-Pemeriksaan klinis: Pasien perlu diperiksa secara klinis untuk menentukan jenis reaksi transfusi
yang terjadi dan tingkat keparahan reaksi tersebut. Beberapa gejala yang dapat terjadi pada reaksi
transfusi hemolitik antara lain demam, sakit kepala, mual, muntah, dan nyeri di seluruh tubuh.
-Pemeriksaan laboratorium: Pasien perlu dilakukan pemeriksaan darah untuk menentukan tingkat
hemoglobin, jumlah sel darah merah, dan keberadaan antibodi yang menyerang sel darah merah.
-Pemeriksaan sumber transfusi: Sampel darah dari kantong darah yang diberikan kepada pasien
perlu diambil untuk diperiksa apakah terjadi ketidakcocokan golongan darah atau jenis antigen
lainnya.
-Tatalaksana medis: Tatalaksana medis pada reaksi transfusi hemolitik tergantung pada tingkat
keparahan reaksi tersebut. Beberapa tindakan medis yang dapat dilakukan antara lain pemberian
obat untuk mengatasi gejala, pemberian cairan intravena untuk mencegah gagal ginjal akut, dan
transfusi darah atau penggantian plasma untuk mengganti sel darah merah yang rusak.
-Pencegahan: Penting untuk melakukan pemeriksaan darah pasien dan donor secara cermat
sebelum melakukan transfusi darah untuk mencegah terjadinya reaksi transfusi hemolitik. Hal ini
meliputi pemeriksaan golongan darah, uji tabung, uji lintas, dan pemeriksaan antibodi yang
terdapat pada serum pasien.
-Reaksi hemolitik pada bayi
hemolitik pada bayi yang baru lahir terjadi karena rusaknya sel darah merah, sehingga
menyebabkan anemia. Hal ini umumnya disebabkan oleh tidak sesuainya Rhesus (Rh) dan ABO
antara sang ibu dengan janinnya. Walau begitu, ketidakcocokan lainnya mungkin juga terjadi.
Gejala klinis
-Selama kehamilan Saat di periksa melalui proses amniosentesis, cairan amnion (ketuban)
berwarna kuning dan mengandung bilirubin (cairan yang dibuat oleh hati).
-Saat melalui USG, hati, limpa, atau jantung janin terlihat membesar. USG juga dapat
menunjukkan cairan yang terkumpul pada daerah perut, paru-paru, atau kulit kepala bayi.
-Setelah kelahiran Bayi terlihat pucat dan mengalami anemia
Pemeriksaan Klinis dan Laboratorium
Pada kasus HDN, sangat penting kita memeriksa Rhesus kedua orang tua penderita. Jika ayah
Rhesus positif dan ibu Rhesus negatif, maka ada beberapa hal yang dapat membantu diagnosis
seperti riwayat kelahiran
Pada ibu, pemeriksaan yang diperlukan:
(a) golongan darah ABO dan Rhesus,
(b) identifikasi antibodi,
(c) Rossete test dan Kleihauer-Betkeh test.
Pada bayi pemeriksaan pada tali pusat, meliputi:
(a) golongan darah ABO, Rhesus,
(b) direk antiglobulin tes (DAT),
(c) Amniocyte test,
(d) uji deteksi antibodi,
(e) antibody specificity,
(f) titer antibodi.
Tatalaksana pemeriksaan reaksi hemolitik pada HDN meliputi beberapa tahap, antara
lain:
-Pemeriksaan ibu hamil: Pada ibu hamil, perlu dilakukan pemeriksaan darah untuk mendeteksi
keberadaan antibodi yang dapat menyebabkan hemolisis pada bayi. Pemeriksaan ini dilakukan
pada awal kehamilan dan pada saat-saat tertentu selama kehamilan, tergantung pada riwayat
kehamilan sebelumnya dan kondisi ibu.
-Pemeriksaan darah pada bayi baru lahir: Setelah bayi lahir, perlu dilakukan pemeriksaan darah
pada bayi untuk mendeteksi keberadaan antibodi dan kemungkinan terjadinya hemolisis.
Pemeriksaan ini harus dilakukan segera setelah lahir atau dalam beberapa jam setelah lahir.
-Persiapan sampel darah: Sampel darah bayi diambil dan dicampur dengan serum ibu untuk
melihat apakah terjadi aglutinasi atau hemolisis pada sel darah merah bayi. Serum ibu harus
dipisahkan dari sel darah merahnya dan dicuci terlebih dahulu untuk menghilangkan sisa protein
serum atau zat lain yang dapat mempengaruhi hasil uji.
-Inkubasi: Campuran serum ibu dan sel darah merah bayi kemudian diinkubasi dalam kondisi
tertentu, seperti suhu dan waktu inkubasi yang tepat, untuk memungkinkan antibodi dalam serum
ibu berikatan dengan eritrosit bayi.
-Pemeriksaan hasil: Setelah inkubasi, sampel diperiksa untuk melihat apakah terjadi aglutinasi
atau hemolisis pada sel darah merah bayi. Aglutinasi terjadi ketika eritrosit saling berikatan
membentuk gumpalan, sedangkan hemolisis terjadi ketika sel darah merah hancur dan
mengeluarkan hemoglobin ke dalam larutan.
-Interpretasi hasil: Hasil uji harus diinterpretasikan secara hati-hati dengan mempertimbangkan
faktor lain yang dapat mempengaruhi hasil uji, seperti faktor teknis dan kondisi kesehatan bayi.
Hasil uji harus dibandingkan dengan standar referensi yang telah ditetapkan.

-Reaksi Hemolitik AIHA


Autoimmune hemolytcic anemia (AIHA) adalah sebuah kelainan pada sel darah merah yang
ditandai dengan kerusakan eritrosit oleh auntibodi dalam tubuh pasien.
Gejala klinis
-Pusing -Urine berwarna gelap
-Kulit pucat -Kulit dan bagian putih mata menguning(penyakit kuning)
-Tubuh cepat lelah -perut terasa tidak nyaman akibat organ limpa dan hati membesar
-Demam -Jantung berdebar
Pemeriksaan penunjang/diagnostik
Diagnosis AIHA dapat ditegakkan berdasarkan:
-Hitung darah lengkap
-Pemeriksaan bilirubin
-Test coombs,untuk melihat kemungkinan antibodi menyerang sel darah merah
Tata laksana pemeriksaan Reaksi Hemolitik pada AIHA
-Pengambilan sampel darah:pertama-tama,sampel darah diambil dari pasien untuk diuji
-persiapam serum dan sel darah merah donor:serum pasien dipisahkan dari sel darah merahnya
dan dicampur dengan sel darah merah donor yang kompatibel.sel darah merah donor harus dicuci
terlebih dahulu untuk meghilangkan sisa protein serum atau zat lain yang dapat mempengaruhi
hasil uji.
-inkubasi:Campuran serum pasien dan sel darah merah donor kemudian diinkubasi dalam
kondisi tertentu seperti suhu dan waktu inkubasi yang tepat,untuk memungkinkan antibodi dalam
serum pasien berkaitan dengan eritrosit donor.
-Pemeriksan hasil:Setelah inkubasi sampel diperiksa unuk melihat apakah terjadi aglutinasi atau
hemolisis pada sel darah merah donor.Aglutinasi terjadi ketika erirosit saling berkaitan
membentuk gumpalan,sedangkan hemolisis terjadi ketika sel darah merah hancur dan
mengeluarkan hemoglobin kedalam larutan.
-Interpretasi hasil: Hasil uji harus diinterpretasikan secara hati-hati dengan mempertimbangkan
faktor lain yang dapat mempengaruhi hasil uji, seperti faktor teknis dan kondisi kesehatan
pasien. Hasil uji harus dibandingkan dengan standar referensi yang telah ditetapkan.

2.Jenis-jenis transfusi darah beserta fungsinya


Transfusi darah adalah pemindahan darah dari donor ke dalam pembuluh darah si penerima atau
resipien. Transfusi darah biasanya dilakukan untuk menggantikan darah yang hilang guna
menyelamatkan nyawa pasien. Kehilangan darah bisa terjadi karena perdarahan hebat .Transfusi
darah dapat pula dilakukan untuk meningkatkan jumlah darah pada pasien anemia.
-Sel Darah Merah (Packed Red Blood Cell)
Jenis transfusi ini adalah yang paling sering dilakukan. Transfusi sel darah merah dibutuhkan
pada kasus anemia berat. Pada kondisi tersebut, suplementasi vitamin dan mineral tidak
cukup cepat untuk bisa membantu tubuh membentuk sel darah merah baru.
-Konsentrat Trombosit
trombosit berperan penting untuk menghentikan perdarahan. Umumnya, konsentrat trombosit
dibutuhkan jika kadar trombosit sangat rendah disertai dengan perdarahan,
misalnya mimisan, perdarahan gusi, atau perdarahan saluran pencernaan.
- Plasma Beku Segar (Fresh Frozen Plasma atau FFP)
f resh frozen plasma (FFP) adalah komponen darah yang terdiri dari semua faktor
pembekuan darah. Umumnya, jenis transfusi ini dibutuhkan oleh penderita kelainan
pembekuan darah yang sedang mengalami perdarahan. Selain kondisi tersebut, sering kali
transfusi FFP dibutuhkan dalam operasi besar, misalnya operasi coronary artery bypass
graft pada jantung.
-Cryoprecipitate,
cryoprecipitate digunakan untuk mengatasi gangguan pembekuan darah.
Namun, cryoprecipitate mengandung faktor pembekuan yang berbeda dengan FFP. Salah
satu manfaat cryoprecipitate adalah untuk mengatasi perdarahan pada kondisi hemofilia.
-Whole Blood,Transfusi whole blood
artinya seluruh komponen di darah tak dipisahkan, melainkan semuanya langsung diberikan
melalui proses transfusi darah. Dahulu, jenis transfusi darah ini sering diberikan pada kasus
perdarahan hebat, misalnya akibat kecelakaan atau saat operasi besar.

3.Golongan Darah
Golongan darah adalah ilmu pengklasifikasian darah dari suatu kelompok berdasarkan
ada atau tidak adanya zat antigen warisan pada permukaan membran sel darah merah. Hal ini
disebabkan karena adanya perbedaan jenis karbohidrat dan protein pada permukaan membran
sel darah merah tersebut. Dua jenis penggolongan darah yang paling penting adalah
penggolongan ABO dan Rhesus (faktor Rh). Di dunia ini sebenarnya dikenal sekitar 46 jenis
antigen selain antigen ABO dan Rh, hanya saja lebih jarang dijumpai.
golongan darah seseorang ditentukan berdasarkan ada atau tidaknya zat antigen pada sel
darah merah dan plasma darah. Antigen berfungsi seperti tanda pengenal sel tubuh . Ini
supaya tubuh bisa membedakan sel tubuh sendiri dari sel yang berasal dari luar tubuh. Jika
sel dengan antigen yang berlawanan masukkedalam tubuh, maka sistem kekebalan tubuh
akan melalui perlawanan terhadap sel yang dianggap asing tersebut dengan memproduksi
antibodi.
1. golongan darah A, memiliki antigen A pada sel darah merah dan memproduksi antibodi
untuk melawan sel darah merah dengan antigen.
2. golongan darah B, memiliki antigen B pada sel darah dan memproduksi antibodi A untuk
melawan sel darah merah dengan antigen A
3. golongan darah AB, memiliki antigen A dan B pada sel darah merah. Ini juga berarti tidak
memiliki antibodi A dan B pad plasma darah
4. golongan darah O, tidak memiliki antigen A atau B pada sel darah . Orang bergolongan
darah O memproduksi antibodi A dan B di plasma darah

Anda mungkin juga menyukai