Anda di halaman 1dari 19

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi Jalan

Sumber : GoogleGridoto, 2022


Gambar 2.1 Jalanan
Sesuai Gambar 2.1 jalan adalah sarana penunjang transportasi di wilayah darat yang
dibangun guna mempercepat sebuah proses kegiatan pendistribusian ke wilayah satu hingga
lainnya, serta sebagai jalur untuk warga atau masyarakat dimana mereka mempunyai hak
untuk melewatinya tanpa diperlukanya izin khusus kepada pihak tertentu, jalan juga
mempunyai komponen penunjang lainnya salah satunya ialah bangunan yang didirikan di
atasnya. Bangunan adalah struktur yang dibangun berguna sebagai pelengkap bagi lalu lintas
umum, yang tepat pada bagian atas permukaan tanah, bagian bawah permukaan tanah atau
air.
Biasanya jalanan dapat dilalui oleh kendaraan dan berguna sebagai perantara tempat
satu ke tempat yang lain. Tidak semua kendaraan dapat melintasi jalanan sepertihalnya jalan
tol, hanya boleh dilalui oleh kendaraan minimal beroda 4 (empat) dan sangat dilarang untuk
kendaraan sepeda motor karena jalan tol sendiri dibuat agar kendaraan pendistribusian antar
kota dapat melintas dengan lancar dan tanpa hambatan ataupun kemacetan yang biasa terjadi
di jalan raya biasa selain itu jalan tol dikenakan tarif berbayar untuk setiap kilometer yang
sudah ditentukan oleh penyelenggara jalan dan dibuat dengan berbagai macam rambu rambu
tertentu.

13
Berikut adalah arti dan beberapa pengertian macam-macam definisi jalan yang sering
dijumpai :

a. Jalan yang gunakan bagi pengendara lalu lintas dan dapat dipergunakan untuk umum
(Jalan Umum).
b. Jalan yang dibangun oleh beberapa perseorangan, instansi dan badan usaha atau
kelompok masyarakat guna kepentingan pribadi atau beberapa kelompok tertentu
(Jalan Khusus).
c. Jalanan umum berbayar namun aksesnya lebih cepat dan mudah termasuk kedalam
bagian sistem jaringan dan sebagai akses nasional yang saat melintasi jalanan tersebut
diharuskan membayar (Jalan Tol).
d. Suatu kegiatan penyusunan arahan sesuai standar teknis yang berlaku, pemberdayaan
sumber daya manusia, pelayanan serta penelitian dan pengembangan pada jalan
(Pembinaan Jalan).
e. Kegiatan yang melibatkan meningkatkan mutu fungsi jalan, penganggaran dan
pemrograman jalan, pelaksanaan konstruksi jalan, serta pengoperasian, perencanaan
teknis jalan dan pemeliharaan pada jalan (Pengembangan Jalan).
f. Suatu Kegiatan yang mempunyai tujuan tertib terhadap aturan, binaan dan
pengembangan jalan bermaksud untuk tujuan-tujuan tertentu (Pengawasan Jalan).
g. Orang-orang yang melakukan dan terjun dalam pembangunan, peraturan dan
pembinaan serta adanya pengawasan jalan sesuai dengan kewenangannya
(Penyelenggara Jalan).
h. Sebagai jalan untuk jalur utama angkutan serta pendistribusian antar kota satu dan kota
yang lainya, dengan laju kendaraan mencapai >60km/jam. Mempunyai lebar jalan
hingga >8m. Daya tampung untuk jalannya, mempunyai rata-rata lebih besar daripada
jumlah kendaraan yang melintas (Jalan Arteri).

Pada dasarnya jenis dari jalanan sangatlah banyak dan mungkin penyebutan di setiap
daerah berbeda–beda namun definisi jalanan di manapun tetaplah sama yaitu komponen
penunjang pendistribusian sebagai sarana seseorang bisa berada di satu tempat dan
berpindah ke tempat yang lainnya. Mungkin saja yang membedakan antara jalanan satu
dengan yang lainnya adalah posisi, perawatan jalan dan penggunaan jalan.

14
2.2 Jalan Pantura

Sumber : Gunawan Kartapranata, 2022


Gambar 2.2 Peta Jalan Raya Pos (de Grote Postweg)-Daendels pada Awal Tahun 1804
Gambar 2.2 menjelaskan awal mula perkembangan jalur ini pada abad ke-14 jalur-jalur
strategis di pesisir pantai utara Pulau Jawa dan beberapa lokasi pelabuhan telah difungsikan
sebagai jalur perdagangan dan penyebaran agama oleh Wali Songo, yang menyebarkan
ajaran agama Islam. Lokasi-lokasi tersebut adalah Cirebon, Demak, Kudus, Tuban,
Lamongan, Gresik, dan Surabaya. Pada awal tahun 1800-an (abad ke-19), untuk
meningkatkan pertahanan benteng keamanan dan meningkatkan komunikasi antardaerah di
sepanjang Pulau Jawa pada zaman penjajahan Hindia Belanda, Gubernur Jenderal Herman
Willem Daendels memulai pembangunan Jalan Raya Pos sepanjang sekitar 1.000 km, yang
membentang dari Anyer, di ujung barat, sampai ke Panarukan, di ujung timur. Pada tiap-tiap
4,5 km di sepanjang jalan raya pos dibangun pos-pos sebagai tempat perhentian dan
penghubung pengiriman surat-surat.
Jalur Pantura merupakan salah satu jalur utama logistik Pulau Jawa dan menjadi salah
satu koridor utama konektivitas nasional. Selain jalur lintas timur Sumatera, Jalur Pantura
juga menjadi tolak ukur keberhasilan waktu tempuh rata-rata nasional dalam target Rencana
Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2015-2019. Dalam RPJMN 2015-2019
tersebut disebutkan bahwa salah satu keberhasilan konektivitas nasional diukur dengan
menurunkan waktu tempuh rata-rata di koridor utama nasional, dari 2,5 jam/100 km menjadi
2,2 jam/100 km. Hal ini nantinya akan memicu kinerja pemerintah untuk meningkatkan
kinerja konektivitas antar pusat kegiatan. Demi meningkatkan kenyamanan dan keamanan
pengendara jalan, upaya yang terbaik harus segera dilaksanakan karena jika didiamkan akan
memakan korban jiwa.

15
Jalur Pantai Utara merupakan Jalur ruas yang tepatnya ada disejajar dengan garis
pantai, jalur pendistribusian wilayah utara pulau Jawa. Pada Jalan Pantura biasanya memang
dilalui oleh kendaraan yang ber-gandar, namun di jalan Pantura sendiri tidak ada larangan
untuk pengendara motor melintas. Jalan Pantura adalah solusi untuk pengendara motor
melintas dari satu kota ke kota lain dengan cepat (jalur pintas).
Akses ini biasa dilintasi oleh bermacam jenis kendaraan, mulai dari kendaraan
golongan I hingga klasifikasi kendaraan golongan V. Jalur ini sering menjadi sorotan karena
terkenal dengan keadaan jalanya yang rusak, licin dibeberapa jalur Pantura wilayah tertentu,
dan salah satunya adalah jalur Pantura yang ada di Kaligawe Semarang.
Wilayah Kaligawe Semarang sering dikait-kaitkan dengan jalan Pantura karena
lokasinya yang berada di Kaligawe, sebagai jalanan pendistribusian antar wilayah, jalan
Pantura Kaligawe sangat menuai perhatian karena banyak sekali kendaraan-kendaraan besar
yang melintasi jalur ini.Berikut golongan kendaraan-kendaraan yang melintasi jalur Pantura
Kaligawe :
2.2.1 Golongan Kendaraan Yang Melintas
1. Kendaraan Golongan I

Sumber : Website Jasamarga, 2020


Gambar 2.3 Kendaraan Golongan I
Pada Gambar 2.3 jenis kendaraan yang masuk dalam jenis golongan I di antaranya
sedan, jip, pick up (mobil dengan bak terbuka) atau truk kecil dan juga bus. Biasanya
kendaraan yang masuk dalam golongan I ini diberlakukan tarif yang paling rendah. Pada
kendaraan golongan I ini biasanya tergolong seperti kendaraan pribadi atau kendaraan yang
dimiliki oleh perorangan. Selain itu kendaraan pada golongan I masih tergolong memiliki
berat rata-rata dan tidak terlalu memuat beban yang besar.

16
2. Kendaraan Golongan II

Sumber : Website Jasamarga, 2020


Gambar 2.4 Kendaraan Golongan II
Pada Gambar 2.4adalah kendaraan golongan II berukuran sedang seperti truk dengan
dua sumbu roda. Salah satu contoh pada kendaraan golongan 2 adalah truk engkel. Rata-rata
sebuah perusahaan mempunyai kendaraan golongan II ini karena dirasa tidak terlalu besar
namun dapat memuat barang-barang pendistribusian dengan kapasitas yang lumayan
banyak, kendaraan golongan II ini juga sangat cocok untuk digunakan oleh perusahaan yang
masih mempunyai omset kecil.
3. Kendaraan Golongan III

Sumber : Website Jasamarga, 2020


Gambar 2.5 Kendaraan Golongan III
Gambar 2.5 ini yaitu kendaraan truk yang berdimensi besar. Dengan 3 sumbu roda,
seperti truk tronton pada umumnya dan kecepatan pada kendaraan ini sedikit lamban karena
menyesuaikan dengan muatan serta kapasitas mesin ini. Kendaraan ini biasanya memuat box
sebagai tempat yang akan diisi oleh barang – barang muatan, bisa dikatakan juga muatan
oleh kendaraan golongan III ini tergolong tidak banyak karena biasanya memuat hanya satu
kotak atau satu petikemas.

17
4. Kendaraan Golongan IV

Sumber : Website Jasamarga, 2020


Gambar 2.6 Kendaraan Golongan IV
Gambar 2.6 mengenai kendaraan golongan IVadalah golongan kendaraan untuk truk
pendistribusian yang besar dengan 4 sumbu rodanya dan biasanya membawa peti kemas
dengan isian yang banyak dan padat, seperti pada truk tronton dan trailer engkel yang
melintasi jalur Pantura. Tidak hanya itu ban yang digunakan oleh kendaraan golongan empat
ini juga menggunakan ban yang berukuran besar sesuai dengan jumlah roda yang telah
ditetapkan, kendaraan golongan ini juga biasanya ditemui dalam keadaan membawa
petikemas atau muatan yang terpisah yang biasa disebut dengan truk gandeng.
5. Kendaraan Golongan V

Sumber : Website Jasamarga, 2020


Gambar 2.7 Kendaraan Golongan V
Pada Gambar 2.7 ini menjelaskan jenis kendaraan truk besar/jumbo dengan 5 sumbu
roda bisa jadi kendaraan ini seharusnya menjadi kendaraan yang paling besar di jalanan.
Contohnya truk trailer engkel 8 roda dan trailer tronton yang memuat barang-barang
berukuran besar, namun kekuatan dari kendaraan ini sangat lamban dikarenakan membawa
muatan yang besar pula. Kendaraan ini biasanya milik sebuah perusahaan besar, tidak semua

18
perusahaan mempunyai namun kendaraan ini dirasa dapat memuat banyak barang dengan
kapasitas yang sangat besar serta perawatan pada kendaraan yang ekstra.
2.3 Kerusakan Jalan Raya
Menurut Warpani (2011), kecelakaan yang disebabkan oleh faktor jalan dapat
diklasifikasikan sebagai berikut :
1. Kecelakaan lalu lintas yang disebabkan oleh perkerasan jalan:
a. Lebar perkerasan yang tidak memenuhi syarat.
b. Permukaan jalan yang licin dan bergelombang.
c. Permukaan jalan yang berlubang.
2. Kecelakaan lalu lintas yang disebabkan oleh alinyemen jalan :
a. Tikungan yang terlalu tajam.
b. Tanjakan dan turunan yang terlalu curam.
3. Kecelakaan lalu lintas yang disebabkan oleh pemeliharaan ja-
lan :
a. Jalan rusak.
b. Perbaikan jalan yang menyebabkan kerikil dan debu berserakan.
4. Kecelakaan lalu lintas yang disebabkan oleh penerangan ja-
lan:
a. Tidak adanya lampu penerangan jalan pada malam hari.
b. Lampu penerangan jalan yang rusak dan tidak diganti.
5. Kecelakaan lalu lintas yang disebabkan oleh rambu-rambu
lalu-lintas :
a. Rambu ditempatkan pada tempat yang tidak sesuai.
b. Rambu lalu-lintas yang ada kurang atau rusak.
c. Penempatan rambu yang membahayakan pengguna jalan.
Sedangkan menurut Polwiltabes Semarang, sebab terjadinya kecelakaan lalu-lintas
yang diakibatkan oleh faktor jalan dapat dijelaskan sebagai berikut :
1. Jalan licin.
2. Tikungan terlalu tajam.
3. Jalur jalan yang menyempit.
4. Teknis pengendalian lantas yang kurang tepat (rambu, trafficlight, dan lain-lain).
5. Jalan bergelombang.
6. Jalan berlubang.

19
Analisis yang dilakukan Direktorat Jendral Perhubungan Darat menunjukkan bahwa usia 16-
30 tahun merupakan penyebab terbesarterjadinya kecelakaan (55,99%), kelompok usia 21-
25 tahun adalahkelompok terbesar penyebab kecelakaan dibandingkan dengan ke-lompok
usia lainnya. Sedangkan pada kelompok 26 – 30 tahun sebagaipenyebab kecelakaan
menurun cukup drastis. Kelompok usia 40 tahun menjadi penyebab kecelakaan relatif lebih
kecil seiring dengankematangan dan tingkat disiplin yang lebih baik. Untuk
mengetahuikelompok usia dan prosentase dalam keterlibatan kecelakaan dapatdilihat pada
Tabel 2.1 di bawah ini.
Tabel 2.1 Kelompok Usia Pengemudi Yang Terlibat Kecelakaan
Kelompok Usia Prosentase (%)
16-20 19,41
21-25 21,98
26-30 14,60
31-35 9,25
36-40 7,65
41-75 18,91

Sumber : Dirjen Hubdat (2004-2007) dan POLRI (2010)


Faktor manusia merupakan pelaku kecelakaan yang duduk di belakang kemudi dan
mengendalikan kemudi saat terjadinya kecelakaan (pengemudi). Sebanyak 90% kecelakaan
terjadi akibat keteledoran pengemudi. Salah satu keteledoran pengemudi yaitu sering
mengabaikannya rambu rambu lalu-lintas. Kebanyakan faktor dari kecelakaan lalu-lintas
disebabkan oleh faktor manusia (human eror) 90,30%, faktor kondisi kendaraan 4,03%,
faktor kondisi jalan 2,58%, faktor lingkungan jalan 1% (Dirjen Hubdat, 2008), hal ini juga
selaras dengan Mudjiastuti (2005).
2.4 Perkerasan Jalan
Perkerasan Jalan dapat diartikan sebagai suatu lapisan yang berada diatas tanah dasar
yang telah mendapatkan perhitungan serta pemadatan, yang berfungsi untuk menahan beban
tertentu lalu lintas yang selanjutnya penyebaran titik beban berat, kearah vertikal ataupun
horizontal lalu diteruskan beban ketanah bagian dasar yang biasanya di
sebut dengan (Subgrade) membuat beban yang ditopang oleh tanah bagian dasar ini tidak
melebihi daya dukung tanah yang diperbolehkan, lalu lintas akan otomatis langsung

20
terkonsterasi pada bagian ini dan dapat dibilang merupakan pusat dari suatu konstruksi jalan
yang sangat penting atau intim.
Perkerasan jalan yang dibuat dengan sebaik baiknya atau bagus, akan berdampak bagus
pula bagi kelancaran perjalanan demikian sebaliknya jika perkerasan jalan dibuat tidak
sedemikian baik sesuai prosedur lalu lintas akan terganggu dan banyak hambatan sehingga
menghambat pendistribusian antara satu wilayah ke wilayah yang lain. Jaringan jalan di
Indonesia sudah tersebar dan meluas keseluruh pelosok dan dapat dijangkau transportasi
darat dengan sangat mudah.
Pada dasarnya perkerasan jalan biasanya dibuat sesuai dengan arus volume lalu lintas
pada sebuah jalanan, jika arus lalu lintas tersebut cenderung padat maka perkerasan pada
tanah yang akan digunakan juga harus dibuat sebaik mungkin.
2.5 Jenis Konstruksi Perkerasan
Menurut Sukirman, tahun 1992 sesuai dengan bahan-bahan yang mengikat konstruksi
perkerasan jalan sendiri dapat dibedakan atas hal berikut :
2.4.1 Perkerasan Kaku (Rigid Pavement)

Sumber : Desain Pribadi, 2022


Gambar 2.8 Perkerasan Kaku (Rigid Pavement)
Gambar 2.8 menjelaskan mengenai Perkerasan Kaku, merupakan satu dari sekian
banyak jenis perkerasan jalan yang mengandalkan semen sebagai agregat penguat (beton
semen) sering ditemui selain dari perkerasan lentur (asphalt). Jenis perkerasan jalan yang
salah satunya menggunakan beton sebagai bahan inti dari perkerasan tersebut, perkerasan
kaku merupakan perkerasan ini biasanya dipakai pada jalanan yang memiliki kondisi lalu
lintas yang cukup padat dan juga kriteria pada jalanan yang dimaksud adalah jalur
pendistribusian yang dilewati oleh kendaraan-kendaraan bermuatan besar seperti truk

21
tronton, beberapa contohnya seperti jembatan layang, jalan tol, persimpangan bersinyal
maupun pada Jalan Pantura yang ada di Kaligawe.
Modulus Elastisitas (E) merupakan salah satu parameter yang menunjukantingkat
kekakuan konstruksi disamping dimensinya dan dapat dipergunakansebagai acuan ilustrasi
tingkat kekakuan konstruksi perkerasan. Padaperkerasan aspal (perkerasan lentur), modulus
etastisitas sekitar (Ea) sekitar 4.000 MPa, sedangkan pada perkerasan kaku (beton semen)
modulus elastisitas rata-rata (Eb) berkisar pada besaran 40.000 MPa atau 10 kali lipat
dariperkerasan aspal.
2.4.2 Perkerasan Lentur (Flexible Pavement)

Sumber : Desain Pribadi, 2022


Gambar 2.9 Perkerasan Lentur (Flexible Pavement)
Gambar 2.9 menjelaskan mengenai Perkerasan Lentur atau dalam bahasa asingnya
Flexible Pavementadalah perkerasan yang umumnya menggunakan bahan campuran
beraspal sebagai lapis permukaan serta bahan berbutir sebagai lapisan di bawahnya.
Sehingga lapisan perkerasan tersebut mempunyai flexibilitas/kelenturan yang dapat
menciptakan kenyaman kendaraan dalam melintas diatasnyadimana lapisan pondasi (base)
dan lapis pondasi bawah (subbase) memerlukankekuatan yang tinggi untuk
mendistribusikan tegangan dari beban roda yangbekerja pada lapisan aspal. Perlu dilakuan
kajian yang lebih intensif dalam penerapannya dan harus juga memperhitungkan secara
ekonomis, sesuai dengan kondisi setempat, tingkat keperluan, kemampuan pelaksanaan dan
syarat teknis lainnya, sehingga konstruksi jalan yang direncanakan itu adalah yang
optimal.Struktur perkerasan lentur pada saat ini dikonstruksi dengan menggunakan alat
berat. Dahulu, konstruksi jalan dibuat dengan menggunaan tenaga manusia dan alat pemadat
sederhana. Struktur yang cocok dengan keadaan pada saat itu dikenal dengan konstruksi

22
makadam (berasal dari nama John Loudon McAdam), maupun telford (berasal dari nama
Thomas Telford. Pada saat ini konstruksi seperti itu tidak layak lagi dibuat pada jalan penting
dan mempunyai volume lalu lintas yang tinggi dan dengan beban yang berat, seperti jalan
arteri dan kolektor primer maupun sekunder. Konstruksi Macadam dan Telford masih dapat
dipertimbangkan dikonstruksi untuk jalan dengan beban lalu lintas yang ringan, seperti jalan
lokal.
2.4.3 Perkerasan Komposit (Composite Pavement)

Sumber : Desain Pribadi, 2022


Gambar 2.10 Perkerasan Komposit (Composite Pavement)
Gambar 2.10 menjelaskan mengenai Perkerasan komposit adalah campuran antara
perkerasan lentur dan perkerasan kaku, Perkerasan lentur di atas perkerasan kaku dan
sebaliknya menjadi satu. Perbedaan antara perkerasan komposit dan perkerasan kaku adalah
pada lapisan permukaannya. Pada struktur perkerasan komposit, lapisan atas adalah lapisan
aspal sedangkan struktur perkerasan grade adalah beton semen.
2.6 Lendutan Pada Tanah
Lendutan adalah perpindahan permukaan arah tanah yang ada kaitanya dengan
berubahnya volume yang disebabkan oleh penerapan satu beban. Menurut Sukirman, 1999
Pengukuran lendutan baik dengan menggunakan Benkleman Beam dapat menunjukkan
kemungkinan perlunya dilakukan overlay pada struktur lapis keras.
Konstruksi jalan yang mengalami penurunan nilai struktural perlu diberikan lapis
tambahan untuk dapat kembali mempunyai nilai kekuatan, tingkat kenyamanan, tingkat
kekedapan terhadap air, dan tingkat kecepatannya mengalirkan air. Biasanya lendutan terjadi
karena adanya beban pada tanah yang biasanya beban ini sendiri bisa dibilang beban yang

23
besar, lendutan dapat di hitung pula melalui aplikasi Plaxis agar mengetahui titik-titik
lendutan secara detail.
2.7 Fungsi Lapisan Perkerasan
Terdapat beberapa fungsi lapisan perkerasan, diantaranya :
a. Bagian dari perkerasan jalan yang fungsinya menahan gaya lintang dari beban-beban
roda yang melintas di atasnya.
b. Pelindung dari berbagai elemen-elemen yang tidak dibutuhkan oleh tanah.
c. Sebagai lapisan yang menyebarkan beban kebagian bawah, sehingga dapat ditopang
oleh lapisan yang mempunyai daya dukung yang amat buruk.
d. Sebagai suatu lapisan yang melindungi dari air atau kedap air bertujuan sebagai
pelindung badan jalan dari rusaknya jalan akibat perubahan cuaca.
e. Perantara antara gaya yang melintas dengan tanah asli.
2.8 Umur Rencana
Umur rencana Jalan Raya menggunakan Metode Analisa Komponen, 1987
berdasarkan petunjuk perencanaan perkerasan lentur menjelaskan bahwasanya umur rencana
adalah perhitungan waktu yang terhitung sejak jalan tersebut dibuka sampai jalan tersebut
memerlukan pembetulan yang sangat berat atau dianggap sangat perlu diberi lapis
permukaan yang baru. Umur rencana sendiri dilihat dari jumlah tahun dari saat jalan dibuka
untuk kendaraan hingga menjadi jalanan pendistribusian pusat kota, dalam hal ini harus
sangat diperhatikan. Selama jalan masih dipergunakan disitulah harus selalu adanya
perbaikan dan pengecekan jalan, seperti lapisan non struktural yang mempunyai fungsi
penting sebagai lapisan haus dan kedap air.
Peninggian jalan rata-rata mempunyai target umur 10 tahun sedangkan umur
perkerasan lentur jalan yang baru biasanya hingga 20 tahun walaupun pada kenyataanya
umur rencana pada jalan Kaligawe tidak sesuai dengan estimasi yang ditetapkan.Pada
kenyataanya umur rencana yang sering dijumpai dilapangan tidak mencapai 20 tahun karena
sudah banyak bukti di jalanan hal tersebut dapat terjadi dikarenakan iklim yang tidak dapat
diprediksi serta hal-hal lainya yang diluar perkiraan, perkembangan lalu lintas yang terlalu
besar dan jarang sekali mendapatkan perhatian yang memadai dari penyelenggara jalan.
Seharusnya umur rencana adalah suatu hal yang sangat penting untuk diperhatikan oleh
penyelenggara jalan karena tanpa memperhatikan umur rencana, penyelenggara jalan dapat
sangat bermasalah karena membangun sebuah jalan dengan tidak memperhatikan apa yang
seharusnya diperhatikan untuk keselamatan pengguna jalan.

24
2.9 Lumpur

Sumber : Pribadi, 2022


Gambar 2.11 Endapan Lumpur
Gambar 2.11 Lumpur limbah merupakan hasil dari pengolahan airlimbah untuk
menghilangkan kandungan zat pengotor baik organik maupun anorganikyang ada dalam
larutannya. Hasil pengolahan tersebut menyebabkan perpindahankonsentrasi dari
kandungan zat pengotor ke dalam volume dari larutan disebut lumpur.Biasanya lumpur
limbah adalah campuran lumpur primer dari primer dan biologis lumpur dari unit
pengolahan biologis.
Jika proses perawatan termasuk tersier pengolahan, maka lumpur limbah juga dapat
mencakup lumpur tersier. Dengandemikian, lumpur limbah adalah bentuk terkonsentrasi
dari kotoran yang diekstraksidari air limbah domestik, dalam upaya untuk meningkatkan
kualitas limbah.Pengelolaan lumpur yang tepat selama pembuangan memegang kunci
keberhasilan operasi pengolahan air limbah. Namun di wilayah Kota Semarang masih
terhitung sangat banyak pabrik–pabrik yang membuang limbahnya di sembarang tempat
seperti sungai dan lahan kosong lainnya.
Seharusnya mudah saja pada zaman yang sudah modern ini banyak fasilitas yang dapat
dimanfaatkan seperti sedot WC, sekarang juga banyak yang menerima pembuangan limbah
dan banyak pula pabrik-pabrik yang memanfaatkan sedot WC sebagai cara lain untuk
pengolahan limbah pabrik.
Pada wilayah Kaligawe banyak sekali tanah lumpur, dikarenakan wilayah ini
dikelilingi oleh fasilitas pengaliran seperti dekat dengan laut, tambak di sekitar wilayah ini
yang masih banyak digunakan dan juga banjir di wilayah ini.

25
Selain itu pada aliran sungai yang terdapat di jalur Pantura warna airnya sangat gelap
dikarenakan terdapat lumpur yang sangat pekat dan hitam didukung dengan sampah-sampah
yang mengendap. Pada sungai tersebut sehingga menyebabkan aliran sungai yang terdapat
pada Pantura ini menjadi meluap dan naik ke permukaan tanah. Selain itu kedalaman pada
sungai ini sendiri tergolong dangkal, dikarenakan endapan lumpur dan sampah sampah yang
terdapat pada dasar sungai yang amat banyak. Sungai yang terdapat pada jalur Pantura ini
menjadi tempat berkumpulnya pembuangan air kotor dari rumah – rumah warga sekitar yang
mayoritas air–air limbah rumah tangga dan juga limbah – limbah pabrik disekitar kawasan
Kaligawe.
2.10 Penurunan Muka Tanah (Land Subsidence)
Penurunan muka tanah atau land subsidence adalah suatu proses pergerakan penurunan
muka tanah yang berdasar atas suatu hal tertentu di Kota Semarang, Kaligawe ini cenderung
disebabkan oleh lokasi jalan Pantura yang dekat dengan laut sangat mendukung terjadinya
penurunan muka tanah, sering sekali terjadi banjir rob di wilayah Pantura Kaligawe
Semarang sehingga menyebabkan distribusi perekonomian di Kota Semarang menjadi
tersendat.
Tak diungkiri lagi wilayah Kaligawe sangat dekat dengan laut lepas Kota Semarang,
ombak, pasang surut air laut, serta kadar garam yang terdapat pada laut pun sangat
mempengaruhi terjadinya pergeseran dan rusaknya lapisan tanah. Memang penurunan
terkadang tidak ekstrem setiap tahunnya dibeberapa wilayah tetapi bukan tak mungkin bila
dibiarkan terus menerus akan berdampak munculnya kerugian tidak hanya material tetapi
juga korban jiwa.
Jembatan dan pemukiman di wilayah Pantura menunjukan bahwa potensi kerugian
yang diakibatkan subsiden tanah tiap tahunnya mencapai 619 Trilyun Rupiah. Sementara
itu, untuk potensi hilangnya bangunan pemukiman di Kawasan gambut yang terindikasi
subsiden mencapai sekitar 158 Trilyun Rupiah, angka ini belum memasukan kerugian
ekonomi lainnya.
Wilayah Kaligawe yang memiliki tekstur tanah yang labil, sangat tidak cocok untuk
dibuat sebuah hunian. Hunian biasanya memerlukan penguatan pada tanah dan bangunan
melalui adanya pondasi dikarenakan wilayah ini berdekatan dengan laut maka jika tanah
digali terlalu dalam, akan mengakibatkan keluarnya air dari dalam tanah yang biasanya itu
adalah air laut.

26
Sumber : Journal Unpair, 2022
Gambar 2.12 Lingkar Luar Utara Semarang
Gambar 2.12 Lingkar Luar Utara Semarang tepatnya pada Pantura Kaligawe, berada
pada kondisi Morfologi yang mayoritas dataranya rendah mempunyai stratigrafi geologi
regional berada di lapisan Alluvium (Qa)gravel, sand, clay, sily, plant remains; dan
pleistoceve clay yang pada umumnya tanah ini mempunyai sifat kaku hampir keras dan
mempunyai warna abu-abu walau kadang-kadang dijumpai lapisan firm-stiff.
Kerusakan tanah pada wilayah Pantura Kaligawe ini tidak dapat diprediksi, menurut
warga setempat, kerusakan tanah disebabkan karena adanya pergeseran tanah yang berawal
dari lautan yang dekat dengan wilayah Pantura Kaligawe namun bisa juga disebabkan oleh
kendaraan yang bermacam macam membawa muatan kedalam wilayah ini.
Selain itu cuaca sangat berpengaruh sangat besar terhadap terjadinya perawatan jalan
atau tanah di wilayah ini. Dan pada struktur kemungkinan sering terjadinya kegagalan yang
terjadi oleh timbunan/oprit menyebabkan penurunan jangka panjang (long term settlement)
Serta penanganan yang harus dilakukan adalah sesegera mungkin melaksanakan konsolidasi
dengan menggunakan penyalir vertikal juga digunakan dalam pembangunan Jalan Pantura
Kaligawe Semarang dan sesegera mungkin melakukan perbaikan di setiap kerusakan jalan
karena jika semakin lama didiamkan akan semakin banyak jalan yang rusak di wilayah
Kaligawe Semarang. Jembatan penghubung yang menjadi jalan tol ikut serta membuat
masalah baru pada Jalan Kaligawe, adanya terowongan pada bagian bawah tol ini membuat
aliran air tidak dapat mengalir sehingga menjadi genangan karena tekstur tanah pada bawah
tol cenderung cekung ke bawah.

27
2.11 Rob

Sumber : Pribadi, 2022


Gambar 2.13 Rob di Siang Hari
Gambar 2.13 menggambarkan Rob adalah fenomena kenaikan muka air laut atau sea
level rise ke daratan yang disebabkan oleh pasang naik kemudian, permukaan laut naik ke
permukaan, yang kemudian menyebabkan banjir dan genangan di daerah.Banjir rob yang
terjadi di suatu daerah akan semakin tinggi seiring dengan menurunnya permukaan tanah di
daerah tersebut. Berasal dari berbagai sumber, apa penyebab penurunan muka tanah di suatu
daerah. Terlalu banyak air tanah yang digunakan atau ada banyak pembangunan yang terjadi
di daerah tersebut. Di wilayah Kaligawe rob sangat sering terjadi, luapan air laut maupun air
tambak yang naik ke dataran karena air laut yang sedang pasang, menyebabkan kerusakan
pada jalanan serta sangat mengganggu jalur lalu lintas warga dan juga jalur pendistribusian
antar wilayah.
Selain itu rob pada Kaligawe sangat mengganggu akses masuk dari wilayah satu ke
wilayah lain, Kaligawe yang terkenal dengan daerah yang mempunai banyak pabrik ini
sangat bergantung kepada situasi di daerah ini. Pasalnya saat hujan menerpa atau setelah
hujan sering kali rob menjadi permasalahan selanjutnya membuat truk, kendaraan roda 4 dan
2 menjadi mogok sehingga menyebabkan kemacetan dimana-mana dan jalur distribusi
menjadi sangat terhambat dan tersendat.
Di wilayah Kaligawe juga sangat banyak tambak, tambak adalah salah satu jenis
habitat yang digunakan sebagai tempat budidaya. Tambak ini bisa dikatakan sebagai kolam,
namun kolam yang dijadikan tambak harus memenuhi beberapa persyaratan tertentu mulai

28
dari luas, kedalaman air yang digunakan, standar pengelolaan, dan masih banyak lagi
lainnya. Adanya tambak juga menjadi sebab Kaligawe sering dilanda rob, terlebih lagi saat
hujan mengguyur wilayah ini tambak di sekitar ini menjadi meluap dan naik ke permukaan
jalanan.
2.12 Banjir
Pada setiap wilayah pasti mempunyai kendalanya masing-masing begitu juga alam
yang tidak bisa diprediksi kapan datangnya. Salah satu yang pernah terjadi di Indonesia
adalah bencana alam banjir, tanah longsor, tsunami, angin puting beliung. Banjir merupakan
bencana alam yang paling sering terjadi di Indonesia. Definisibanjir adalah keadaan dimana
suatu daerah tergenang oleh air dalam jumlahyang besar. Kedatangan banjir dapat diprediksi
dengan memperhatikan curahhujan dan aliran air. Namun kadangkala banjir dapat datang
tiba-tiba akibat dariangin badai atau kebocoran tanggul yang biasa disebut banjir
bandang.Jenis banjir yang sering terjadi di Indonesia adalah banjir genangan, banjir
bandang, dan banjir rob yang diakibatkan oleh naiknya permukaan air laut. Melansir Pusat
Krisis Kesehatan Kementerian Kesehatan RI, berikut jenis-jenis banjir:
2.12.1 Banjir Bandang
Banjir bandang adalah banjir yang paling berbahaya. Banjir jenis ini akan mengangkut
air, lumpur, bebatuan, dan apapun yang ada di sekitar alirannya. Banjir bandang juga kerap
menimbulkan kerusakan cukup parah. Banjir jenis ini biasa terjadi akibat hutan gundul.
Daerah yang rawan terkena banjir bandang adalah daerah pegunungan. Banjir bandang
seringkali terjadi tanpa adanya tanda-tanda, terjadi begitu saja dan seringkali banjir bandang
yang sering ditemui dikarenakan air yang tertampung pada sebuah waduk sudah tidak
terkendali lagi sehingga menyebabkan waduk atau penampung air menjadi jebol sehingga
debit yang tinggi dan deras meluap hingga ke sekitaran sungai dan tak jarang pula meluap
ke perumahan penduduk dan membuat begitu banyaknya kerusakan. Sangat merugikan,
banjir bandang tidak hanya menggasak pemukiman, banjir bandang yang ekstrim dapat
merusak rumah, membawa barang barang yang ada disekitar rumah dan juga banjir bandang
yang ekstrem termasuk pepohonan yang ada pada sekitaran rumah.
Berdasarkan penelitian Eve Gruntfest, Profesor Geografi dan Studi Lingkungan di
University of Colorado, Colorado Springs, kesimpulan umum penyebab banjir bandang
yaitu itensitas curah hujan, perbedaan regional yang meliputi jumlah curah hujan, durasi
curah hujan dan kondisi sebelumnya dan dampak dari urbanisasi. Untuk menilai potensi
banjir juga bisa dilihat dari faktor manusia karena ketidaktahuan tentang wilayah geografis.

29
2.12.2 Banjir Air
Banjir air merupakan banjir yang terjadi akibat luapan air sungai, danau, atau selokan.
Banjir air adalah jenis banjir yang sering terjadi saat hujan dalam intensitas tinggi atau hujan
deras dalam waktu yang lama dan biasanya hanya meluap pada sekitaran sungai saja. Selama
debit banjir tidak berlebihan maka banjir air ini masih tergolong banjir yang normal dan
tidak berpotensi menyebabkan kerusakan.
2.12.3 Banjir Lumpur
Banjir lumpur adalah banjir yang keluar dari perut bumi dan menggenangi wilayah
daratan. Lumpur yang dihasilkan mengandung gas yang berbahaya. Banjir jenis ini memiliki
sedikit kemiripan dengan banjir bandang perihal material yang dikeluarkan. Banjir lumpur
biasanya terjadi pada wilayah pegunungan, hal ini biasanya disebabkan karena pelapukan
pada batu-batu. Batu gunung yang mengalami perubahan tempat dan bertemu dengan air
bisa jadi air hujan dengan intensitas yang tinggi sehingga menyebabkan tanah yang awalnya
kering menjadi basah dan mengalir menjadi banjir dengan warna air yang cokelat bercampur
banyaknya lumpur.
2.12.4 Banjir Cileunang
Banjir Cileunang adalah sebutan untuk banjir yang terjadi akibat derasnya hujan yang
menghasilkan debit air yang melimpah dan tidak terbendung. Banjir ini menyebabkan luapan
air yang sedikit mirip dengan banjir air.
2.13 Kanal
Kanal atau umumnya disebut dengan terusan (terusan kapal) ialah jalur air buatan
manusia. Kanal terdiri asal 2 macam, yaitu kanal yang hanya dipergunakan untuk
mengarahkan dan mengalirkan air saja serta satunya adalah kanal yang artinya jalur
transportasi yang bisa di navigasi, digunakan untuk angkutan barang serta orang, seringkali
terhubung dengan sungai, bahari serta danau.
Kanal sudah dibuat oleh manusia sejak ribuan tahun yang lalu. Kanal tertua ditemukan
di Mesopotamia, sekitar tahun 4000 sebelum masehi. Walaupun bentuk kanal hampir tidak
berubah, teknologi pembangunan kanal makin berkembang.Kanal dibagi menjadi tiga sesuai
fungsi yaitu:

30
a. Transportasi Navigasi
Kanal transportasi navigasi yang digunakan untuk membawa kapal dan barang kapal
pengiriman serta menjadi transportasi seseorang untuk menyebrangi satu pulau ke
pulau yang lain, kemudian dibagi lagi sebagai dua jenis: yang terhubung ke danau yang
ada, sungai, atau laut. Termasuk kanal antar-basin, mirip Terusan Suez (Terusan
terbesar sedunia), Erie Canal, dan Terusan Panama. yg terhubung pada jaringan kota:
seperti Grande Canal berasal Venice Italia, Gracht of Amsterdam asal Belanda, dan
Waterways of Bangkok asal Thailand.
b. Saluran air (Waterways)
Kanal menjadi penampung pasokan air yang dipergunakan sebagai tempat
pembuangan air terakhir sebelum menuju ke laut danbertemunya air payau juga air
laut. Kanal yang dipergunakan sebagai saluran air sangatlah penting bagi penduduk
Indonesia, terkenal dengan wilayahnya yang seringkali mengalami banjir kanal
dianggap sebagai solusi yang sangat baik karena daya tamping yang besar dan mampu
menampung air dengan debit yang besar.
c. Terusan Kapal
Kanal yang dipergunakan menjadi terusan (terusan kapal) artinya jalur air yang
digunakan untuk meningkatkan kecepatan pelayaran. Tanpa melewati terusan, kapal
wajib berlayar mengelilingi daratan yang jauh jaraknya. Terusan bisa berupa sungai
yang dimodifikasi atau kanal spesifik yang dibangun asal awal buat keperluan
tadi.syarat suatu kanal buat bisa digunakan menjadi terusan artinya kanal tersebut
harus mempunyai kedalaman minimal lima m (16,4 kaki).
Di Indonesia, Kanal jarang sekali digunakan sebagai terusan kapal atau tempat
bersandarnya perahu-perahukecil yang dimiliki perseorangan. Indonesia cenderung
memanfaatkan kanal sebagai pengendali air agar air yang ada pada saluran tersebut
terkontrol dengan baik dan juga tidak meluap ke pemukiman penduduk yang dapat
menyebabkan banjir pada wilayah yang ada di dekatnya.
Berbalik dengan yang ada di Luar Negeri atau Luar Negara Indonesia, Kanal justru
dijadikan tempat sandarnya kapal-kapal mewah dan juga kapal barang yang ukuranya tidak
lumayan besar. Kapal mewah sebagai contohnya adalah kapal pesiar yang dimiliki oleh
perseorangan. Kanal yang ada di Luar Negeri dijadikan wisata air seperti halnya
perseorangan memiliki kapal penumpang lalu dilakukan penghiasan.

31

Anda mungkin juga menyukai