196 626 1 PB
196 626 1 PB
*Agustinus Tanggu Daga: Abstrak: Tujuan dan filsafat kurikulum memberikan landasan dan arah
Program Studi Pengembangan terhadap implementasi kurikulum pada institusi pendidikan. Para ahli
Kurikulum SPS, Universitas kurikulum telah menjelaskan tujuan dan filsafat kurikulum dalam desain
Pendidikan Indonesia, Bandung; kurikulum yang diimplementasikan praktek pendidikan. Penelitian ini
Email: agus_daga@yahoo.com
bertujuan menjelaskan pandangan Oliva-Gordon tentang tujuan dan filsafat
pengembangan kurikulum dalam implementasi kurikulum di STKIP
Weetebula. Metode stusi literatur digunakan untuk mengumpulkan data dari
berbagai sumber yang relevan. Penelitian ini menunjukan bahwa tujuan
pendidikan dalam kurikulum meliputi tujuan umum, pernyataan tujuan, dan
asal dari tujuan. Sedangkan filsafat pendidikan dalam kurikulum meliputi
rekonstruksionisme, progresivisme, esensialisme, dan perenialisme. Tujuan
pendidikan dalam kurikulum STKIP Weetebula termuat secara eksplisit dan
implisit dalam visi, misi, dan tujuan STKIP Weetebula. Sedangkan filosofi
kurikulum STKIP Weetebula tercermin dari karakteristik STKIP Weetebula
yang disebut sebagai nilai-nilai inti dan semboyan “bersama kita bisa”.
Dokumen-dokumen kurikulum pada level program studi menjabarkan tujuan
dan filsafat pendidikan tersebut dan dimplementasikan dalam berbagai praktik
pendidikan di STKIP Weetebula.
Kata Kunci: Kurikulum, Filsafat, dan Tujuan
Abstract: The goals and philosophy of the curriculum provide the foundation
and direction for curriculum implementation in educational institutions.
Curriculum experts have explained the objectives and philosophy of the
curriculum in curriculum design that is implemented in educational practice.
This research aims to explain the Oliva-Gordon perspective on the goals and
philosophy of curriculum development in curriculum implementation at STKIP
Weetebula. The literature study method was applied to collect the data from
various relevant resources. This research shows that the goals of education in
the curriculum include global aims, statement of purposes, and the derivation
of aims. Meanwhile, the educational philosophy in the curriculum includes
reconstructionism, progressivism, essentialism, and perennialism. The
educational goals in the Weetebula STKIP curriculum are contained explicitly
and implicitly in the vision, mission, and objectives of the Weetebula STKIP.
Meanwhile, the philosophy of the Weetebula STKIP curriculum is reflected in
the characteristics of the Weetebula STKIP which are referred to as core
values and the slogan "bersama kita bisa". Curriculum documents at the study
program level describe the aims and philosophy of education and are
implemented in various educational practices at STKIP Weetebula.
Key word: Goals, Curriculum, and Philosophy
© 2018 The Author(s). This open access article is distributed under a Creative Commons Attribution (CC-BY) 3.0 license
Daga, Jurnal Edukasi Sumba (JES), 2020 (4) 2 :138-152 p-ISSN: 2549-8533
e-ISSN : 2714-8580
139
Daga, Jurnal Edukasi Sumba (JES), 2020 (4) 2 :138-152 p-ISSN: 2549-8533
e-ISSN : 2714-8580
untuk menyimpulkan makna konten ataupun internasional di antara semua manusia di dunia;
melalui prosedur yang dapat dipercayai (reliable), meningkatkan taraf hidup masyarakat di berbagai
dapat diaplikasikan dalam konteks yang berbeda negara; memecahkan masalah berkelanjutan yang
(replicable), serta sah. Dalam analisis ini dilakukan mengganggu umat manusia, seperti perang,
dengan proses memilih, membandingkan, penyakit, kelaparan, dan pengangguran (Oliva &
menggabungkan, memilah berbagai pengertiam Gordon, 2013, hlm. 120). Pengembang kurikulum
hingga ditemukan yang relevan. pada institusi pendidikan harus menemukan atau
HASIL DAN PEMBAHASAN mengembangkan generalisasi atau aturan yang
Hasil berlaku di situasi pendidikan. Spesialis atau
Penjelasan tentang hasil penelitian pengembang kurikulum juga harus selalu
meliputi (1) deskripsi tujuan dan filsafat menyadari bahwa terdapat pengecualian dari
Kurikulum dalam perspektif Oliva-Gordon, (2) aturan-aturan tersebut.
deskripsi tujuan dan filsafat kurikulum STKIP Meskipun demikian, pengembang
Weetebula. kurikulum perlu menyadari dan berpegang pada
(1) Tujuan dan Filsafat Pendidikan dalam pandangan bahwa pengembangan kurikulum
Kurikulum merupakan proses kelompok dan akan lebih
Sebelum menjelaskan tujuan pendidikan, efektif sebagai hasil dari proses tersebut.
Oliva dan Gordon menjelaskan beberapa istilah Pengembang kurikulum juga harus mengakui
yang sering digunakan berkaitan dengan tujuan bahwa individu dapat melaksanakan salah satu
pendidikan. Istilah-istilah tersebut meliputi komponen dari model yang disarankan dalam
outcomes, aims, ends, purposes, function, goals, pengembangan kurikulum. Dengan demikian,
dan objectives (Oliva & Gordon, 2013, hlm. 119). pernyataan tujuan tujuan pendidikan dalam
Outcomes berlaku untuk harapan atau ekspektasi konteks pengembangan kurikulum dapat berasal
akhir yang bersifat umum. Kata aims disamakan dari individu dan tidak boleh diabaikan oleh
dengan ends, purposes, functions dan goals. Aims kelompok dalam institusi pendidikan Artinya,
atau goals pendidikan sangat luas dan pernyataan aims, goals, dan objectives pendidikan
dimaksudkan untuk memberikan arahan umum dan kurikulum mungkin berasal dari individu
untuk pendidikan. curriculum goals,” Dalam yang perlu diakomodir dalam institusi pendidikan
pandangan Oliva dan Gordon tersebut curriculum (Oliva & Gordon, 2013, hlm. 123) . Dalam
objectives, instructional goals, dan instructional konteks inilah model pengembangan kurikulum
objectives merupakan entitas berbeda yang tidak boleh diinterpretasi untuk meniadakan
memiliki relevansi khusus dengan sistem sekolah. upaya individu yang spontan dalam
Curriculum goals dimaknai sebagai pengembangan kurikulum. Justru berbagai ide,
ekspektasi umum dan terprogram tanpa kriteria gagasan dan input pemikiran dari berbagai pelaku
pencapaian. Sedangkan curriculum objectives pendidikan di institusi memperkaya dan
bersifat lebih spesifik, target terprogram dengan memperkuat tujuan pendidikan di institusi
kriteria pencapaian dan, dapat diukur. Curriculum pendidikan.
objectives diturunkan dari curriculum goals. Tujuan pendidikan dikenal dan diketahui
Namun, baik curriculum goals dan curriculum melalui pernyataan tujuan pendidikan (statement
objectives berasal dari filosofi dan pernyataan of educational goals). Kita dihadapkan pada
tujuan pendidikan. tujuan pendidikan ketika kita membaca
Instructional goals merupakan pernyataan tujuan yang dinyatakan oleh berbagai
pernyataan target instruksional secara umum masyarakat di seluruh dunia, seperti menanamkan
tetappi tanpa kriteria pendapaian. Sedangkan nilai-nilai keluarga, mempersiapkan kaum muda
instructional objectives merupakan perilaku menyesuaikan diri dengan masyarakat secara
peserta didik yang diharapkan yang dirumuskan terencana, mendorong usaha secara bebas,
dengan jelas, dapat diamati dan diukur. menciptakan warga negara yang akan melayani
Instructional objectives berasal dari instructional tanah air, mempersiapkan warga negara yang
goals. Dan baik instructional goals maupun tercerahkan, memperbaiki kekurangan sosial
instructional objectives berasal dari curriculum (Oliva & Gordon, 2013, hlm. 121).
goals dan curriculum objectives. Tujuan pendidikan dapat dinyatakan
(a) Tujuan Pendidikan secara deskriptif ketika seseorang membuat
Menurut United Nations Educational, pernyataan seperti pendidikan adalah hidup,
Scientific, and Cultural Organization (UNESCO) bukan persiapan untuk hidup, pendidikan adalah
tujuan pendidikan adalah memupuk pemahaman pembentukan nilai-nilai orang muda terhadap
140
Daga, Jurnal Edukasi Sumba (JES), 2020 (4) 2 :138-152 p-ISSN: 2549-8533
e-ISSN : 2714-8580
nilai-nilai orang tua, pendidikan adalah transmisi filosofi pendidikan. Oleh karena itu, tujuan
warisan budaya, pendidikan adalah pelatihan pendidikan adalah pernyataan keyakinan yang
kejuruan, pendidikan adalah seni liberal, menjadi inti dari keyakinan filosofis yang
pendidikan adalah pelatihan sosialisasi, diarahkan pada misi sekolah.
pendidikan adalah perkembangan intelektual, Empat filosofi utama pendidikan menjadi
pendidikan adalah pengembangan pribadi, perhatian para pendidik. Ada dua dari filosofi ini
pendidikan adalah sosialisasi kelompok dan yang tampaknya banyak dianut di sekolah saat ini.
individu, pendidikan adalah pengembangan Empat filosofi tersebut adalah
keterampilan teknologi. Bahkan tujuan rekonstruksionisme, progresivisme, esensialisme,
pendidikan dinyatakan secara tersirat dalam dan perenialisme. Gambar 2.1 menunjukan empat
slogan-slogan seperti jika kamu pikir pendidikan filosofi utama pendidikan dalam pengembangan
itu mahal, coba untuk tidak mempedulikannya; kurikulum.
jika anda dapat membaca papan tanda ini,
ucapkan terima kasih kepada guru; pikiran yang
sehat dalam tubuh yang sehat.
Tujuan pendidikan dapat dirumuskan dari
asesmen kebutuhan anak-anak dan remaja dalam
masyarakat, dari haril menganalisis budaya, dan
dari mempelajari berbagai kebutuhan masyarakat.
Kebutuhan-kebutuhan tersebut dapat ditemukan
dalam kehidupan sehari-hari anak-anak dan
remaja bahkan masyarakat. tetapi karena Gambar 2.1: Empat Filosofi Pendidikan
masyarakat selalu bersifat heterogen maka (Oliva & Gordon, 2013
kebutuhan dapat sangat bervariasi sesuai dengan
kondisi, nilai-nilai dan demografi masyarakat. Keempat filosofi pendidikan tersebut
Heterogenitas tersebut dapat membuat sangat dipetakan dari yang paling liberal ke yang paling
sulit untuk mencapai konsensus tentang tujuan konservatif seperti yang ditunjukkan pada gambar
pendidikan dan terutama nilai-nilai yang menjadi 2.1. Rekonstruksionisme di paling kiri adalah
sentral tujuan pendidikan. Misalnya bertahun- yang paling liberal dari keempat filosofi dan
tahun yang lalu National Education Association perenialisme di paling kanan adalah yang paling
di Amerika Serikat berusaha mengidentifikasi konservatif. Meskipun esensialisme dan
nilai-nilai moral dan spiritual yang diyakini harus progresivisme telah diterima dan dipraktikkan
diajarkan di sekolah negeri, dimana dirumuskan secara luas oleh para pendidik, namun baik
10 nilai antara lain tanggung jawab moral, rekonstruksionisme maupun perenialisme tidak
persetujuan bersama, dan pencapaian mendapat dukungan luas di sekolah-sekolah.
kebahagiaan (Oliva & Gordon, 2013, hlm. 123). Bahkan masyarakat pendidikan Amerika Serikat
(b) Filsafat Pendidikan sangat konservatif untuk mendukung
Filsafat dapat didefinisikan sebagai a way rekonstruksionisme sebagai filosofi yang berlaku
of framing distinctive sorts of questions having to dan pada saat yang sama terlalu liberal untuk
do with what is presupposed, perceived, intuited, menerima perenialisme.
believed, and known. Filsafat merupakan cara Tujuan pendidikan (aims of education)
untuk menyusun berbagai jenis pertanyaan yang tidak bisa begitu saja dilepaskan, tetapi harus
berbeda yang berkaitan dengan apa yang berasal dari pemikiran yang lebih mendasar dan
diandaikan, dirasakan, diintuisi, dipercaya, dan umum tentang nilai, realitas, dan pengetahuan
diketahui. Sedangkan filsafat pendidikan adalah (Butler, 1968, hlm. 487). Bahkan Ornstein &
a matter of doing philosophy with respect to the Hunkins (2018, hlm. 31) mengaitkan filosofi
educational enterprise as it engages the educator. pengembang kurikulum dengan pengalaman
Artinya hal melakukan filsafat sehubungan hidup, akal sehat, latar belakang sosial dan
dengan usaha pendidikan karena melibatkan ekonomi, pendidikan, dan keyakinan umum
pendidik. Melakukan filosofi pendidikan berarti tentang dirinya dan orang.
menjadi sangat sadar akan apa yang terlibat dalam 1) Rekonstruksionisme
kegiatan pengajaran dan pembelajaran yang Kata rekonstruksionisme bersal dari
kompleks (Greene, 1973, hlm. 7). Pernyataan bahasa Inggris reconstruct yang berarti menyusun
tujuan pendidikan adalah posisi yang diambil kembali. Dalam konteks filsafat pendidikan
berdasarkan pada sejumlah keyakinan yaitu rekonstruksionisme merupakan suatu aliran yang
141
Daga, Jurnal Edukasi Sumba (JES), 2020 (4) 2 :138-152 p-ISSN: 2549-8533
e-ISSN : 2714-8580
142
Daga, Jurnal Edukasi Sumba (JES), 2020 (4) 2 :138-152 p-ISSN: 2549-8533
e-ISSN : 2714-8580
143
Daga, Jurnal Edukasi Sumba (JES), 2020 (4) 2 :138-152 p-ISSN: 2549-8533
e-ISSN : 2714-8580
144
Daga, Jurnal Edukasi Sumba (JES), 2020 (4) 2 :138-152 p-ISSN: 2549-8533
e-ISSN : 2714-8580
dalam membawa diri dalam berkarya pada bidang utuh dan optimal. Menurut Susanto sebagaimana
keahlihannya maupun dalam kehidupan bersama diikutip Aprillinda (2019, hlm. 604) guru
di masyarakat (STKIP Weetebula, 2015, hlm. 11). professional memiliki tantanga di era revolusi
B) Filosofi Kurikulum STKIP Weetebula industri 4.0 yaitu (1) teaching in multicultural
Landasan filosofi pengembangan society, yaitu mengajar di tengah masyarakat yang
kurikulum STKIP Weetebula tercermin pada memiliki beragam budaya dengan kompetensi
karakteristik STKIP Weetebula dalam pasal 5 multi bahasa; (2) teaching for the construction of
Statuta STKIP Weetebula yang disebut sebagai meaning, yaitu mengajar untuk mengkonstruksi
nilai-nilai inti (core values) STKIP Weetebula, makna (konsep); (3) teaching for active learning,
yaitu: (1) menjunjung tinggi martabat luhur yaitu mengajar untuk pembelajaran aktif; (4)
manusia (kemanusiaan); (2) mencari dan teaching and technology, yaitu mengajar dan
menyatakan kebenaran; (3) nilai-nilai katolisitas teknologi; (5) teaching with new view about
yang bersumber pada dokumen gereja dan ex abilities, yaitu mengajar dengan pandangan baru
corde ecclesiae; (4) tanggung jawab, kerja keras, mengenai kemampuan; (6) teaching and choice,
rasa memiliki lembaga, pengabdian; (5) yaitu mengajar dan pilihan; dan (7) teaching and
pamomong (membimbing/mendampingi accountability, yaitu mengajar dan akuntabilitas.
mahasiswa dan kolega); (6) tata krama, etika, budi Kurikulum STKIP Weetebula perlu didesain
pekerti; (7) cerdas (intelektual, emosional, untuk menghasikan guru professional di era
spiritual dan sosial); (8) religius/beriman (cinta revolusi industry 4.0 bahkan segera
tuhan, sesama dan alam); (9) profesional mempersiapkan lulusan untuk memasuki era
(memiliki kompetensi kepribadian, sosial, society 5.0.
pedagogik, profesional); (10) harmoni dalam Selanjutnya, dalam misi STKIP
keberagaman (STKIP Weetebula, 2015, hlm. 5). Weetebula dinyatakan bahwa tujuan
Selain itu filosofi STKIP Weeebula pengembangan kurikulum menjadi lebih spesifik
tercermin pada semboyan “bersama kita bisa” yaitu (1) pendidikan dan pengajaran yang
[together we can] yang dicetuskan oleh para berkualitas untuk menghasilkan guru profesional;
pendiri STKIP Weetebula. Semboyan tersebut (2) penelitian bermutu dan relevan dalam bidang
mencerminkan filosofi dan karakteristik pendidikan; (3) kegiatan pengabdian pada
masyarakat Sumba yang ingin dilestarikan oleh masyarakat berbasis IPTEKS, dan (4) sistem
STKIP Weetebula. Kehidupan masyarakat Sumba pembinaan kemahasiswaan yang berkualitas
diwarnai oleh semangat gotong royong. Semangat dalam bidang penalaran dan keilmuan, bakat dan
“bersama kita bisa” ini dilestarikan, dilaksanakan minat serta kesejahteraan mahasiswa (STKIP
dalam penyelenggaraan pendidikan di STKIP Weetebula, 2015, hlm. 5). Berkaitan dengan
Weetebula bahkan sampai pada unit-unit terkecil. pendidikan dan pengajaran yang berkualitas,
Pembahasan Supriatna (2013, hlm. 16) menyatakan bahwa
(1) Tujuan Kurikulum STKIP Weetebula kualitas pembelajaran secara operasional dapat
Tujuan kurikulum STKIP weetebula diartikan sebagai intensitas keterkaitan sistemik
terdapat dalam visi, misi, dan tujuan STKIP dan sinergis dosen, mahasiswa, kurikulum dan
Weetebula. Dalam visi STKIP Weetebula tamak bahan belajar, media, fasilitas, serta sistem
tujuan pengembangan kurikulum yaitu pembelajaran dalam menghasilkan proses dan
mmenghasilkan guru profesional yang mampu hasil belajar yang optimal sesuai dengan tuntutan
memberi teladan, mampu membangun kemauan kurikulum. Maka untuk menciptakan proses
peserta didik, serta mengembangkan kreativitas pendidikan dan pembelajaran yang berkualitas
peserta didik. Visi STKIP untuk menghasilkan untuk menghasilkan guru professional STKIP
guru professional sejalan dengan pasal 1 Undang- weetebula perlu mendesain dan
Undang nomor 14 tahun 2005 yang menyatakan mengimplementasikan sinergi yang berkualitas
bahwa guru adalah pendidik profesional dengan seluruh komponen pendidikan termasuk
tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, ketersediaan dan optimalisasi segala fasilitas
mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi pendidikan yang tersedia.
peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur Berkaitan dengan peningkatan kualitas
pendidikan formal, pendidikan dasar, dan penelitian mahasiswa maka STKIP Weetebula
pendidikan menengah. Guru sebagai pendidik perlu memfasilitasi mahasiswa membangun
professional mendidik, mengajar, membimmbing, budaya ilmiah dan riset. Pengembang kurikulum
mengarahkan, melatih, menilai peserta didik perlu mendesain kurikulum yang mendorong
untuk mengembangkan potensi-potensinya secara kegiatan ilmiah danpenelitian mahasiswa.
145
Daga, Jurnal Edukasi Sumba (JES), 2020 (4) 2 :138-152 p-ISSN: 2549-8533
e-ISSN : 2714-8580
Pelaksanaan penelitian dan publikasi mahasiswa melayani berbagai kebutuhan dan masalah
9 (dan dosen) berkaitan erat dengan kaidah-kaidah masyarakat yang penting dan relevan.
proses ilmiah dalam menyelesaikan sebuah Kemudian tujuan pengembangan
masalah ilmiah. Hal ini selaras dengan Hidayat kurikulum juga tampak dalam tujuan STKIP
(2018, hlm. 38) menyatakan bahwa proses ilmiah Weetebula sebagaimana termuat dalam Statuta
merupakan suatu rangkaian pembuktian secara STKIP Weetebula, yaitu (1) menghasilkan
logika dan matematis untuk mencari solusi lulusan berkualitas yang mampu mengaplikasikan
terhadap permasalahan yang didapat. ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni yang sesuai
Pengetahuan dibangun atas dasar suatu kebutuhan daerah, (2) mengembangkan budaya
konstruksi/langkah langkah dalam pemecahan dan lingkungan ilmiah kondusif bagi semua
masalah. Menurut Gauch (2003, hlm. 41) proses komponen civitas akademika, (3)
ilmiah membentuk empat karakteristik yang mengembangkan penalaran, minat dan kegemaran
menyatu dalam bidang ilmu sains, yaitu mahasiswa guna terwujudnya perkembangan
rationality, truth, objectivity, dan realism. Misi kepribadian lulusan (STKIP Weetebula, 2015,
desain kurikulum STKIP Weetebula memberi hlm. 5)
tempat yang proporsional kegiatan penelitian A) Filosofi Kurikulum STKIP Weetebula
melalui berbagai kegiatan akademik, kegiatan Filosofi STKIP Weetebula terdapat
observasi, dan penelitian mahasiswa, atau dalam cove values STKIP weetebula sebagaimana
penelitian bersama dosen dan mahasiswa, bahkan terdapat dalam pasal 5 Statuta STKIP Weetebula.
penelitian bersama lintas program studi dan Menurut Titus et al. (1984, hlm. 11) filosofi
institusi. adalah sekumpulan sikap dan kepercayaan
Salah satu tri dharma perguruan tinggi terhadap kehidupan dan alam yang biasanya
adalah pengabdian kepada masyarakat. Maka diterima secara tidak kritis. Pandangan tersebut
salah satu misi STKIP adalah kegiatan menggarisbawahi bahwa makna filosofi
pengabdian pada masyarakat berbasis IPTEKS merupakan kumpulan nilai dalam kehidupan yang
(STKIP Weetebula, 2015, hlm. 5). Jika penelitian diyakini, diterima dan dijalani. Dalam
merupakan kegiatan penemuan, penciptaan dan pengembangan kurikulum, filosofi memberikan
pengembangan IPTEKS maka pengabdian kepada manfaat yang sangat besar, sebagaimana
masyarakat merupakan kegiatan penerapan ilmu dikatakan Kristiawan (2016, hlm. 6) yaitu filosofi
pengetahuan, teknologi dan seni (IPTEKS) yang sebagai dasar dalam bertindak; 2) sebagai dasar
meliputi kegiatan pengembangan, penyebarluasan dalam mengambil keputusan, mengurangi salah
dan pembudayaan IPTEKS. Hal ini berkaitan paham dan konflik, persiapan menghadapi situasi
dengan perguruan tinggi sebagai salah satu pusat dunia yang selalu berubah, dan menjawab
pengkajian dan pengembangan IPTEKS dalam keraguan.
masyarakat. Menurut Riduwan (2016, hlm. 95) Filosofi pendidikan tampak dalam nilai-
hakikat pengabdian kepada masyarakat oleh nilai yang dianut oleh institusi pendidikan.
perguruan tinggi adalah (1) pengembangan dan Menurut Lakshmi & Paul (2018, hlm. 29) nilai
penyebarluasan IPTEKS menjadi produk yang merupakan prinsip atau standar perilaku yang
secara langsung dapat dimanfaatkan oleh dapat membantu seseorang untuk menilai apa
masyarakat; (2) Penerapan IPTEKS secara benar yang penting dalam hidupnya. Nilai
dan tepat sesuai dengan tuntutan kebutuhan mencerminkan sikap, pilihan, keputusan,
masyarakat; (3) pemberian bantuan keahlian penilaian, hubungan, impian, dan visi seseorang
dalam mengidentifikasi masalah yang dihadapi terhadap kehidupannya dan lingkungan
serta mencari alternatifalternatif pemecahannya sekitarnya. Jack R. Fraenkel (dalam Syafeie,
dengan menggunakan pendekatan ilmiah; (4) 2020,hlm. 63) menyatakan bahwa value is an
pemberian jasa pelayanan profesional dalam idea-a concept-about what someone thinks is
berbagai bidang permasalahan yang memerlukan important in life. When a person values
penanganan secara cermat dengan menggunakan something, he or she seems it worthwhile-worth
keahlian yang belum dimiliki oleh masyarakat having, worth doing, or worth trying to obtain.
pengguna. Kegiatan pengabdian kepada Nilai dipandang sebagai suatu ide atau konsep
masyarakat dalam kurikulum STKIP Weetebula tentang segala sesuatu yang berharga dalam
perlu mendorong mahasiswa (dan dosen) untuk kehidupan. Ketika seseorang menghargai
mengembangkan dan menerapkan IPTEKS sesuatu, sesuatu tampaknya layak untuk dimiliki,
kepada masyarakat, mengatasi masalah-masalah layak dilakukan, atau pantas untuk dicoba.
dalam masyarakat dengan pendekatan ilmiah, Sedangkan Lickona (dalam Suyatno et al., 2019,
146
Daga, Jurnal Edukasi Sumba (JES), 2020 (4) 2 :138-152 p-ISSN: 2549-8533
e-ISSN : 2714-8580
hlm. 609; Wening, 2012, hlm. 58) nilai-nilai tersebut baik dalam kehidupan pribadi
menggambarkan bahwa nilai itu kelihatan maupun dalam menjalani profesi sebagai guru
(visible). Nilai meliputi sifat baik sebagai wujud akan mampu memberikan solusi-solusi terhadap
perilaku moral yang sesuai. Nilai merupakan masalah-masalah sosial kemasyarakatan. Karena
wujud perilaku konkrit atau penerapan akhlak. itu mahasiswa perlu memiliki kemampuan
Akhlak baik yang melandasi moral disebut pemecahan masalah yang baik. Ketika mahasiswa
sebagai nilai yang diwujudkan dalam bentuk menganalisis dan memecahkan masalah yang
perilaku yang terlihat. disajikan dalam pembelajaran mahasiswa
Mahasiswa STKIP Weetebula dibentuk dihadapkan dengan beberapa tantangan seperti
dan didik berlandaskan pada vore values bahkan kesulitan dalam memahami masalah dan akar
seluruh proses penyelenggaraan pendidikan di masalah, menemukan solusi terbaik terhadap
STKIP Weetebula dijiwai oleh core values masalah yang dibahas. Untuk itu Menurut Saad
tersebut. Pengembangan kurikulum dan dan Ghani (dalam Cahyani & Setyawati, 2016,
penyelenggaraan pendidikan di STKIP Weetebula hlm. 153) menyarankan agar mahasiswa perlu
memiliki landasan filosofi melalui nilai-nilai inti melakukan beberapa hal seperti menerima
tersebut. Hal ini dinyatakan Winarso (2017, hlm. tantangan dari masalah, merencanakan strategi
7) bahwa perkembangan kurikulum senantiasa penyelesaian masalah, menerapkan strategi, dan
berpijak pada konsep filosofi sehingga menguji kembali solusi yang diperoleh. Hal ini
memberikan warna terhadap konsep dan sesuai dengan pendapat Polya (1973, hlm. 5)
implementasi kurikulum yang dikembangkan. bahwa ada empat tahap pemecahan masalah yaitu
Dalam perspektif Oliva –Gordon filsafat memahami masalah, merencanakan penyelesaian
pendidikan yang melandasi pengembangan masalah, melakukan perencanaan masalah, dan
kurikulum meliputi rekonstruksionisme, melihat kembali hasil yang diperoleh.
perennialisme, essensialisme, dan Berkaitan dengan harmoni dalam
progressivisme. Rekonstruksionisme dipandang keberagaman, secara fatual kerukunan hidup antar
sebagai filosofi yang paling liberal, sedangkan umat beragama di Indonesia khususnya masih
perenialisme dipandang sebagai filosofi yang menghadapi banyak hambatan dalam
paling konservatif. Filsafat rekonstruksionisme pencapaianya. Berbagai perbedaan yang
memandang bahwa pendidikan harus menjadi merupakan kekayaan bangsa sering menimbulkan
agen perubahan sosial, pendidikan menjadi agen konflik horizontal dalam kehidupan
menyelesaiakn masalah sosial dan politik dalam bermasyarakat. Selain itu di tengah-tengah
masyarakat. Peserta didik harus membahas beragam persoalan bangsa tersebut bangsa
masalah-masalah sosial politik dalam proses Indonesia masihh bergelut dengan masalah
pembelajaran. Para pendidik menyajikan berbagai kemiskinan, pengangguran, korupsi, serta
masalah sosial-politik yang perlu didiskusikan, ketidakadilan ekonomi, hukum, dan sosial.
didebatkan untuk menemukan solusi-solusi yang Karena itu masalah kerukunan hidup antar umat
relevan. Metode-metode seperti pembelajaran beragama bukan hanya menjadi tanggung jawab
kolaboratif, pemecahan masalah, penemuan pemerintah semata melainkan tanggungjawab
sangat relevan bagi proses pembelajaran. Solusi seluruh masyarakat termasuk masyarakat
yang dihasilkan unautk mengatasi masalah- pendidikan tinggi. Perbedaan menyangkut agama,
masalah tersebut ditetapkan berdasarkan suku, ras, bahasa, daerah, golongan sosial, dan
kesepakatan dalam kelompok (group consensus). tingkat ekonomi telah lama menjadi isu penting di
Pendidik dapat menjadi fasilitator dan motivator Indonesia (Sefriyono, 2014, hlm. 1). Maka nilai
pembelajaran yang mendorong penemuan solusi harmony in diversity sebagai salah satu core
terhadap masalah-masalah yang dibahas dalam values STKIP Weetebula sangat relevan
pembelajaran. dipelajari, disikusikan, diinternalisasikan dan
Berdasarka uraian tersebut maka diwujudkan oleh sivitas akademika STKIP
rekonstruksionisme tampak dalam semboyan Weetebula. Internalisasi dan perwujudan nilai
“bersama kita bisa” dan secara eksplisit dalam keharmonisan dalam keberagaman sejak dari
core values STKIP Weetebula seperti menjunjung masa pendidikan akan membentuk pandangan dan
tinggi martabat luhur manusia, mencari dan siikap mahasiswa untuk menghargai
menyatakan kebenaran, harmoni dalam keberagaman tersebut. Penghargaan terhadap
keberagaman, tanggung jawab, kerja keras, keberagaman mendorong mereka menciptakan
pengabdian, dan cerdas. Lulusan yang telah keharmonisan dalam keberagaman di tengah
menginternalisasikan dan dapat mewujudkan masyarakat.
147
Daga, Jurnal Edukasi Sumba (JES), 2020 (4) 2 :138-152 p-ISSN: 2549-8533
e-ISSN : 2714-8580
Esensi perennialisme dalam pendidikan dari bahasa Inggris yakni essential yang berarti
adalah pandangan tentang tujuan pendidikan inti atau pokok dari sesuatu, dan ism berarti aliran,
sebagai pendisiplinan pikiran, pengembangan mazhab atau paham (Thaib, 2015, hlm. 733).
kemampuan bernalar, dan pencarian kebenaran. Prinsip essensialisme adalah transmisi warisan
Penganut perennialisme mengembangkan budaya. Jika konstruksionisme berusaha
kurikulum akademis dengan penekanan pada tata mengubah masyarakat, sebaliknya essensialisme
bahasa, retorika, logika, bahasa klasik dan berusaha untuk melestarikan nilai-nilai budaya.
modern, matematika. Bahkan kaum perennialis Anggota masyarakat harus menyesuaikan dengan
sektarian menekankan studi tentang Alkitab dan berbagai warisan budaya dan tradisi yang hidup
teologis dalam kurikulum perennialis. Pandangan dalam masyarakat. Jika konstruksionisme
perennialisme ini sesuai dengan cove values menyesuaikan kurikulum terhadap karakteristik
STKP Weetebula yaitu mencari dan menyatakan mahasiswa, maka essensialisme menyesuaikan
kebenaran dan mengembangkan kecerdasan, mahasiswa dengan karakteristik kurikulum yang
antara lain kecerdasan intelektual atau kognitif. berlaku. Maka kurikulum akademik membentuk
Binet sebagaimana dikutip Suryabrata (dalam inti kurikulum esensialis. Karena itu kurikulum
Hidayat, 2011, hlm. 243) mengasumsikan bahwa materi pelajaran merupakan rencana
seseorang yang cerdas cenderung memiliki nilai pengorganisasian kurikulum. Metode utama yang
yang lebih tinggi dibandingkan dengan mereka digunakan adalah penugasan, belajar, membaca,
yang kurang atau tidak cerdas. Maka tugas tes (assign-study-recite-test). Pengetahuan,
pengembang kurikulum adalah mendesain kemampuan mereproduksi apa yang telah
kurikulum untuk memfasilitasi pengembangan dipelajari, sangat dihargai, dan pendidikan
kecerdasan intelektual mahasiswa melalui proses dianggap sebagai persiapan untuk suatu tujuan
pembelajaran. Selanjutnya, perennialisme masa depan yaitu melanjutkan ke perguruan
menekankan pencarian kebenaran, khususnya tinggi, pekerjaan, dan kehidupan.
kebenaran intelektual. Menurut Wahana (2008, Ciri-ciri esensialisme dalam pendidikan
hlm. 276) kebenaran pengetahuan dapat menurut William C. Bagley sebagaimana dikutip
bersumber antara lain dari fakta empiris Thaib (2015, hlm. 740) adalah (1) minat-minat
(kebenaran empiris), wahyu atau kitab suci yang kuat dan tahan lama sering tumbuh dari
(kebenaran wahyu), fiksi atau fantasi (kebenaran upaya-upaya belajar awal yang memikat atau
fiksi). Kebenaran pengetahuan perlu dibuktikan menarik perhatian bukan karena dorongan dari
dengan sumber atau asal dari pengetahuan terkait. dalam diri siswa; (2) pengawasan pengarahan, dan
Cara atau sarana untuk memperoleh kebenaran bimbingan orang yang dewasa adalah melekat
pengetahuan, antara lain dapat menggunakan dalam masa balita yang panjang atau keharusan
indera (kebenaran inderawi), akal budi ketergantungan yang khusus pada spesies
(kebenaran intelektual), intuisi (kebenaran manusia; (3) kemampuan untuk mendisiplin diri
intuitif), iman (kebenaran iman). Sedangkan harus menjadi tujuan pendidikan, maka
tingkat pengetahuan yang diharapkan dan menegakan disiplin adalah suatu cara yang
diperolehnya yaitu pengetahuan biasa sehari-hari diperlukan untuk mencapai tujuan tersebut; (4)
(ordinary knowledge), pengetahuan ilmiah esensialisme menawarkan sebuah teori yang
(scientific knowledge) menghasilkan kebenaran kokoh, kuat tentang pendidikan. Sedangkan
ilmiah, dan pengetahuan filsafati (philosofical Khobir sebagaimana dikutip Helaludin (dalam
knowledge) menghasilkan kebenaran filsafat. Hardanti, 2020, hlm. 89) menyatakan bahwa
Core values STKIP yang lain adalah filsafat esensialisme memiliki prinsip-prinsip
pengembangan kemampuan bernalar. Menurut pendidikan yaitu: (1) pendidikan lebih
Permana dan (dalam Merona & Santi, 2018, hlm. menekankan pada kedisiplinan; (2) dosen dituntut
115) penalaran merupakan proses berpikir dalam inisiatif dalam suatu pembelajaran; (3) pendidikan
proses penarikan kesimpulan. Penalaran merupakan proses asimilasi dari subject matter
merupakan proses berpikir yang berusaha yang ditentukan; (4) sekolah harus tetap
mengkaitkan fakta dan/atau bukti-bukti yang mempertahankan metode pembelajaran
diketahui menuju kepada suatu kesimpulan. tradisional khususnya yang berkaitan dengan
Sebenarnya pengembangan kemampuan bernalar kedisiplinan; (5) kesejahteraan umum merupakan
berkaitan dengan pencarian dan penemuan tujuan dari pendidikan.
kebenaran ilmiah yang sangat penting bagi Filsafat essensialisme ini tampak dalam
mahasiswa dalam meningkatkan kecerdasannya. core values STKIP Weetebula seperti nilai tata
Secara etimologi esensialisme berasal krama, etika, budi pekerti; nilai menjunjung
148
Daga, Jurnal Edukasi Sumba (JES), 2020 (4) 2 :138-152 p-ISSN: 2549-8533
e-ISSN : 2714-8580
tinggi martabat luhur manusia (kemanusiaan); dsan kurikulum khususnya kebutuhan dan masalah
nilai religius/beriman (cinta tuhan, sesama dan psikologis dan masalah belajar siswa, mahasiswa
alam); nilai katolisitas yang bersumber pada mampu menerapkan pengetahuan dan keterampilan
dokumen gereja dan ex corde ecclesiae serta yang diperolehnya dalam kehidupan baik sebagai
pengembangan kompetensi kepribadian dan guru maupun sebagai anggota masyarakat. hal ini
sosial mahasiswa sebagai calon guru. sejalan dengan pendapat Nanuru (2013, hlm. 136)
Pengembangan kedisiplinan mahasiswa dibangun menyatakan bahwa kurikulum progressivisme
melalui pedoman kode etik mahasiswa. sangat menekankan bahwa peserta didik difasilitasi
Pengembangan bakat dan minat tampak dalam menjadi pribadi yang mandiri (independen),
berbagai mata kuliah pilihaan yang ditawarkan menjadi seorang pemikir yang percaya diri. Peserta
kepada mahasiswa di prodi-prodi serta kegiatan- didik dibimbing belajar dan mempelajari
kegatan ekstrakurikuler yang diwadahi oleh unit persoalan-persoalan yang dianggap paling menarik
kegiatan mahasiswa program studi. Penanaman melalui pemilihan pokok persoalan yang hendak
pengetahuan tentang teori-teori pendidikan dipelajari, kemudian menetapkan konsep dan
dilaksanakana melalui berbagai mata kuliah definisi bagi dirinya sendiri atas persoalan yang
kependidikan dan keguruan yang menjadi cirikhas dipelajari, selanjutnya mengekspresikan apa yang
STKIP. Mahasiswa difasilitasi untuk menguasai dirasakan dan diyakini. Peran pendidik adalah
materi perkuliahan baik teoritis maupun praktek membantu peserta didik belajar dan mendisplinkan
untuk meningkatkan kompetensi sebagai calon peserta didik agar tetap konsekuen dengan pilihan
guru melalui berbagai metode yang relevan. yang menarik.
Perkuliahan tatap muka dilaksanakan secara tertib KESIMPULAN
hingga pelaksanaan ujian untuk mengukur
Berdasarkan uraian tentang tujuandan
penguasaan mahasiswa terhadap mataeri filsafat kurikulum di atas maka dapat disimpulkan
pembelajaran. Nilai-nilai katolisitas dilestarikan
sebagai berikut.
melalui mata kuliah agama katolik, kegiatan 1. Tujuan pendidikan dalam kurikulum menurut
keagamaan dengan tetap menghargai agama yang
perspektif Oliva-Gordon meliputi tujuan
dianut mahasiswa.
umum (global aims), pernyataan tujuan
Dalam pandangan progressivisme, (statement of purposes), dan asal dari tujuan
pendidikan dimaknai sebagai upaya yang sengaja
(derivation of aims). Sedangkan filsafat
dilakukan untuk membantu pertumbuhan dan
pendidikan dalam kurikulum adalah
perkembangan peserta didik. Pendidikan bukan
rekonstruksionisme (reconstructionism),
hanya mentransformasikan pengetahuan
progresivisme (progressivism), esensialisme
melainkan peserta didik bisa memahami realitas
(essentialism), dan perenialisme
kehidupan yang akan terjadi di masa depan sesuai
(perennialism).
dengan kebutuhan (Ruslan, 2018, hlm. 211). 2. Tujuan pendidikan dalam kurikulum STKIP
Selanjutnya, Kneller (1971, hlm. 134)
berdasarkan beberapa dokumen STKIP
menyatakan bahwa prinsip pendidikan
Weetebula terdapat dalam visi, misi, dan
progresivisme adalah (1) pendidikan adalah
tujuan STKIP Weetebula
hidup itu sendiri, bukan persiapan untuk hidup.
3. Filosofi pendidikan dalam kurikulum STKIP
kehidupan yang baik adalah kehidupan intelegen Weetebula terjkandung dalam nilai-nilai inti
yaitu kehidupan yang mencakup interpretasi dan
(core values) dan semboyan “bersama kita
rekonstruksi pengalaman; (2) pengajaran harus
bisa” yang membentuk karakteristik STKIP
secara langsung dihubungkan dengan berbagai
Weetebula.
kepentingan peserta didik; (3) belajar melalui
4. Tujuan dan filosofi pendidikan dalam
pemecahan masalah harus didahulukan dari kurikulum STKIP Weetebula tersebut
belajar melalui subject matter; (4) peran pendidik
kemudian dijabarkan dalam dokumen-
tidak langsung tetapi untuk memberikan petunjuk dokumen kurikulum maupun
kepada peserta didik; (5) sekolah perlu
penyelenggaraan pendidikan khususnya pada
mendorong kerjasama dibanding kompetisi.
tingkat program studi, bahkan dalam
Pengembangan kurikulum di STKIP kegiatan-kegiatan pendidikan lainnya.
Weetebula dalam perspektif progresivisme perlu
mengembangkan kemandirian mahasiswa, SARAN
membangkitkan kepercayaan dir sebagai calon
Berdasarkan hasil penelitian ini
guru, mahasiswa difasilitasi untuk peka terhadap
masalah dan kebutuhan dalam dunia pendidikan
sebagaimana termuat dalam kesimpulan
149
Daga, Jurnal Edukasi Sumba (JES), 2020 (4) 2 :138-152 p-ISSN: 2549-8533
e-ISSN : 2714-8580
penelitian maka penulis menyampaikan saran Tujuan dan filosofi yang termuat dalam
sebagai berikut statuta STKIP Weetebula perlu diterjemahkan
1. Penyusunan kurikulum STKIP Weetebula dan dijabarkan secara tepat dalam dokumen
perlu dilaksanakan berdasarkan kajian kurikulum sebagai dokumen kurikulum tertulis
tentang tujuan dan filsafat pendidikan. serta dalam implementasi kurikulum melalui
2. Tujuan dan filsafat pendidikan tersebut proses pembelajaran khususnya pada tingkat
dapat digali dari berbagai kebutuhan dan program studi dan pada kegiatan-kegiatan
permasalahan peserta didik, kearifan lokal ekstrakurikuler.
di sumba, serta selaras dengan filosofi dan
nilai-nilai luhur bangsa Indonesia
rf.v9i2.320
DAFTAR PUSTAKA Hidayat, S. (2018). Peningkatan Mutu
Alawiyah, F. (2013). Peran Guru dalam Penelitian Di Indonesia Dalam
Kurikulum 2013. Jurnal Aspirasi, 4(1), Mengatasi Masalah Pendidikan. Bioilmi:
65–74. Jurnal Pendidikan, 4(2), 34–44.
http://jurnal.dpr.go.id/index.php/aspirasi https://doi.org/10.19109/bioilmi.v4i2.28
/article/view/480 72
Aprillinda, M. (2019). Perkembangan Guru Hidayat, U. (2011). Peran Kecerdasan
Profesional Di Era Revolusi Industri 4.0. Intelektual Dan Self Regulated Learning
Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Terhadap Prestasi Belajar Mahasiswa.
Program Pascasarjana Universitas Psympathic: Jurnal Ilmiah Psikologi,
PGRI Palembang, 600–608. 4(1), 240–251.
Butler, J. D. (1968). Four Philosophies and https://doi.org/10.15575/psy.v4i1.2193
Their Practice in Education and Hutchins, R. M. (1963). On Education. Santa
Religion (3rd ed). New York: Harper & Barbara, Calif: Center For the Study of
Row. Democratic Institutions.
Cahyani, H., & Setyawati, R. W. (2016). Kneller, G. F. (1971). Introduction To The
Pentingnya Peningkatan Kemampuan Philosophy Of Education. Calivornia:
Pemecahan Masalah Melalui PBL Untuk University of California.
Mempersiapkan Generasi Unggul Kristiawan, M. (2016). Filsafat Pendidikan:
Menghadapi MEA. PRISMA, Prosiding The Choice Is Yours. Yogyakarta: Valia
Seminar Nasional Matematika X Pustaka.
Universitas Negeri Semarang, 151–160. Lakshmi, V. V., & Paul, M. M. (2018). Value
Gauch, H. (2003). Scientific Method in Education in Educational Institutions
Practice. London: University Press and Role of Teachers in Promoting the
Cambridge. Concept. International Journal of
Greene, M. (1973). Teacher as Stranger: Educational Science and Research, 8(4),
Educational Philosophy for the Modern 29–38.
Age. Belmont, Calif: Wadsworth. https://doi.org/10.24247/ijesraug20185
Haerazi. (2018). Landasan Filosofis Merona, S. P., & Santi, E. E. (2018).
Pembelajaran Bahasa Inggris di Pengembangan Instrumen Asesmen
Indonesia. Jurnal Ilmu Sosial Dan Penalaran Matematis Pada Matakuliah
Pendidikan, 2(1), 391–396. Fungsi Kompleks. Fibonacci: Jurnal
Hardanti, B. W. (2020). Landasan Ontologis, Pendidikan Matematika Dan
Aksiologis, Epitesmologis Aliran Matematika, 4(2), 113–122.
Filsafat Esensialisme Dan Pandanganya Nanuru, R. F. (2013). Progresivisme
Terhadap Pendidikan. Reforma: Jurnal Pendidikan dan Relevansinya di
Pendidikan Dan Pembelajaran Indonesia. Jurnal Uniera, 2(2), 132–
Pembelajaran, 9(2), 87–95. 143.
https://doi.org/https://doi.org/10.30736/ Oliva, P. F., & Gordon, W. (2013).
150
Daga, Jurnal Edukasi Sumba (JES), 2020 (4) 2 :138-152 p-ISSN: 2549-8533
e-ISSN : 2714-8580
151
Daga, Jurnal Edukasi Sumba (JES), 2020 (4) 2 :138-152 p-ISSN: 2549-8533
e-ISSN : 2714-8580
152