Anda di halaman 1dari 11

SUMBER HISTORIS,SOSIOLOGIS,POLITIK PENDIDIKAN PANCASILA

DISUSUN OLEH:

1. AYU NUR UTAMI

2. ARTIKA DWI FEBRIANTI

3 .BENI ARYANTI

4 .NUR HIDAYATUL IZZATI

5. DIMAS ADRIAN

6. M. RAFI PRATAMA

DOSEN PENGAMPU:

PAK AHMAD.,M.Pd

AKADEMI KEPERAWATAN BINA INSANI SAKTI

SUNGAI PENUH

TAHUN AJARAN 2023/2024


KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas semua kehendaknya, tim penyusun
berhasil menyelesaikan tugas makalah dengan tepat waktu yang berjudul "Sumber historis,sosiologi,
dan politik pendidikan pancasila. "

Dalam penyusunan makalah ini, semua isi ditulis berdasarkan buku-buku dan jurnal referensi yang
berkaitan dengan pendidikan pancasila. Apabila dalam isi makalah ditemukan kekeliruan atau
informasi yang kurang valid, Penulis sangat terbuka dengan kritik dan saran yang membangun untuk
diperbaiki selanjutnya.

Akhir kata, Penulis makalah mengucapkan terima kasih.

SUNGAI PENUH, 9 OKTOBER 2023

PENULIS
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR................................................................................................2

BAB I PENDAHULUAN...........................................................................................4

A. LATAR BELAKANG...........................................................................................4
B. RUMUSAN MASALAH......................................................................................6
C. TUJUAN MASALAH...........................................................................................6

BAB II PEMBAHASAN.............................................................................................7

PENULISAN MAKALAH...........................................................................................7

1. PENGERTIAN SUMBER HISTORIS,SOSIOLOGIS DAN POLITIK PENDIDIKAN


PANCASILA.

BAB III PENUTUP

A. KESIMPULAN
B. SARAN

DAFTAR PUSTAKA......................................................................................
SUMBER HISTORIS, SOSIOLOGIS, POLITIK PENDIDIKAN PANCASILA

1. SUMBER HISTORIS

Sumber historis pendidikan Pancasila adalah sumber yang berkaitan dengan sejarah perjuangan
bangsa Indonesia dalam menemukan jati diri dan kepribadian bangsa yang dirumuskan dalam
Pancasila. Sumber historis ini mencakup dokumen-dokumen penting seperti Proklamasi
Kemerdekaan, Piagam Jakarta, Sidang BPUPKI dan PPKI, Pembukaan UUD 1945, dan lain-lain. Sumber
historis ini juga mencakup tokoh-tokoh nasional yang berperan dalam perumusan dan pengamalan
Pancasila seperti Soekarno, Mohammad Hatta, Mohammad Yamin, Ki Hajar Dewantara, dan lain-lain.

dari sisi historisnya, Pancasila tidak lahir secara mendadak pada tahun 1945, melainkan telah melalui
proses panjang, dimatangkan oleh sejarah perjuangan bangsa kita sendiri, dengan melihat
pengalaman-pengalaman bangsa lain, dengan diilhami oleh gagasan besar dunia, dengan tetap
berakar pada kepribadian Dilihat dan gagasan-gagasan besaar bangsa kita sendiri.

Nilai-nilai essensial yang terkandung dalam Pancasila yaitu : Ketuhanan, Kemanusiaan, Persatuan,
Kerakyatan serta Keadilan dalam kenyataannya secara objektif telah dimiliki bangsa Indonesia sejak
zaman dahulu kala sebelum mendirikan Negara. Proses terbentuknya negara dan bangsa Indonesia
melalui suatu proses sejarah yang cukup panjang yaitu sejak zaman kerajaan-kerajaan.

Nilai-nilai yang terkandung dalam setiap sila Pancasila sebelum dirumuskan dan disahkan menjadi
dasar negara Indonesia secara objektif historis telah dimiliki oleh bangsa Indonesia sendiri. Sehingga
asal nilai-nilai Pancasila tersebut tidak lain adalah dari bangsa Indonesia sendiri, atau bangsa
Indonesia sebagai kausa materialis Pancasila.

Dalam era reformasi bangsa Indonesia harus memiliki visi dan pandangan hidup yang kuat
(nasionalisme) agar tidak terombang-ambing di tengah masyarakat internasional. Hal ini dapat
terlaksana dengan kesadaran berbangsa yang berakar pada sejarah bangsa. Dengan demikian,
berdasarkan keterangan yang telah dipaparkan di atas maka dapat disimpulkan bahwa Pancasila
memilki landasan historis yang kuat. Secara histories,
sejak zaman kerajaan unsur Pancasila sudah muncul dalam kehidupan bangsa kita. Agar nilai-nilai
Pancasila selalu melekat dalam kehidupan bangsa Indonesia, maka nilai-nilai yang terkandung dalam
setiap Pancasila tersebut kemudian dirumuskan dan disahkan menjadi dasar Negara. Sebagai sebuah
dasar Negara, Pancasila harus selalu dijadikan acuan dalam bertingkah laku dalam kehidupan
bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Semua peraturan perundang-undangan yang ada juga
tidak boleh bertentangan dengan nilai-nilai Pancasila.

2. SUMBER SOSIOLOGIS PENDIDIKAN PANCASILA

Sosiologi dipahami sebagai ilmu tentang kehidupan antarmanusia. Di dalamnya mengkaji, antara lain
latar belakang, susunan dan pola kehidupan sosial dari berbagai golongan dan kelompok masyarakat,
disamping juga mengkaji masalah-masalah sosial, perubahan dan pembaharuan dalam masyarakat.

Soekanto (1982:19) menegaskan bahwa dalam perspektif sosiologi, suatu masyarakat pada suatu

waktu dan tempat memiliki nilai-nilai yang tertentu. Melalui pendekatan sosiologis ini pula, Kita
diharapkan dapat mengkaji struktur sosial, proses sosial, termasuk perubahan-perubahan sosial, dan
masalah-masalah sosial yang patut disikapi secara arif dengan menggunakan standar nilai-nilai yang
mengacu kepada nilai-nilai Pancasila. Berbeda dengan bangsa-bangsa lain, bangsa Indonesia
mendasarkan pandangan hidupnya dalam bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara pada suatu asas
kultural yang dimiliki dan melekat pada bangsa itu sendiri.

Nilai-nilai kenegaraan dan kemasyarakatan yang terkandung dalam sila-sila Pancasila bukan hanya
hasil konseptual seseorang saja, melainkan juga hasil karya besar bangsa Indonesia sendiri, yang
diangkat dari nilai-nilai kultural yang dimiliki oleh bangsa Indonesia sendiri melalui proses refleksi
filosofis para pendiri negara (Kaelan, 2000: 13).

Bung Karno menegaskan bahwa nilai-nilai Pancasila digali dari bumi pertiwi Indonesia. Dengan kata
lain, nilai-nilai Pancasila berasal dari kehidupan sosiologis masyarakat Indonesia. Pernyataan ini tidak
diragukan lagi karena dikemukakan oleh Bung Karno sebagai penggali Pancasila, meskipun beliau
dengan rendah hati membantah apabila disebut sebagai pencipta Pancasila, sebagaimana
dikemukakan Beliau dalam paparan sebagai berikut: Makna penting lainnya dari pernyataan Bung
Karno tersebut adalah Pancasila sebagai dasar negara merupakan pemberian atau ilham dari Tuhan
Yang Maha Kuasa.

Apabila dikaitkan dengan teori kausalitas dari Notonegoro bahwa Pancasila merupakan penyebab
lahirnya (kemerdekaan) bangsa Indonesia, maka kemerdekaan berasal dari Allah, Tuhan Yang Maha
Esa. Hal ini sejalan dengan makna Alinea III Pembukaan UUD 1945. Sebagai makhluk Tuhan,
sebaiknya segala pemberian Tuhan, termasuk kemerdekaan Bangsa Indonesia ini wajib untuk
disyukuri. Salah satu bentuk wujud konkret mensyukuri nikmat karunia kemerdekaan adalah dengan
memberikan kontribusi pemikiran terhadap pembaharuan dalam masyarakat. Bentuk lain
mensyukuri kemerdekaan adalah dengan memberikan kontribusi konkret bagi pembangunan negara
melalui kewajiban membayar pajak, karena dengan dana pajak itulah pembangunan dapat
dilangsungkan secara optimal.

3. SUMBER POLITIS PENDIDIKAN PANCASILA

Sumber politik pendidikan Pancasila adalah sumber yang berkaitan dengan kehidupan politik bangsa
Indonesia yang menghadapi berbagai tantangan dan peluang. Sumber politik ini mencakup aspek-
aspek seperti sistem pemerintahan, lembaga negara, partai politik, pemilu, organisasi massa, gerakan
sosial, dan lain-lain. Sumber politik ini juga mencakup isu-isu politik yang relevan dengan kondisi dan
kepentingan bangsa Indonesia seperti demokrasi, hak asasi manusia, korupsi, radikalisme, geopolitik,
dan lain-lain.

Sumber politik pendidikan Pancasila memiliki pengaruh yang penting terhadap pengembangan
materi dan substansi pendidikan Pancasila. Sumber politik ini memberikan kita pemahaman tentang
bagaimana Pancasila menjadi dasar dan acuan dalam penyelenggaraan negara dan pemerintahan di
Indonesia. Sumber politik ini juga memberikan kita dorongan untuk berpartisipasi aktif dalam
kehidupan politik bangsa Indonesia sesuai dengan hak dan kewajiban sebagai warga negara. Sumber
politik ini juga memberikan kita tanggung jawab untuk berkontribusi dalam pembangunan nasional
yang berlandaskan Pancasila.

Sistem politik Indonesia dewasa ini sedang mengalami proses demokratisasi yang membawa
berbagai konsekuensi tidak hanya terhadap dinamika kehidupan politik nasional, melainkan juga
terhadap dinamika sistem-sistem lain yang menunjang penyelenggaraan kehidupan kenegaraan.
Pembangunan sistem politik yang demokratis tersebut diarahkan agar mampu mempertahankan
keutuhan wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia dan makin mempererat persatuan dan
kesatuan Indonesia yang akan memberikan ruang yang semakin luas bagi perwujudan keadilan sosial
dan kesejahteraan yang merata bagi seluruh rakyat Indonesia.

Pendidikan politik pada hakikatnya adalah rangkaian usaha untuk menyosialisasikan nilai-nilai
Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia 1945, agar tingkah laku politik warga
negara dalam kesehariannya selalu berlandaskan pada nilai-nilai Pancasila dan Undang-Undang Dasar
NRI 1945.Permasalahan yang di hadapi adalah partisipasi politik generasi muda belum dimaksimalkan
dan generasi muda masih belum paham akan sesungguhnya pendidikan politik, sehingga partisipasi
politik masih rendah, hal tersebut dikatakan Affandi dan Anggraeni (2011: 39) :…generasi muda
merupakan aset partisipasi dalam politik yang masih belum dimaksimalkan.

Generasi muda masih belum paham akan sesungguhnya pendidikan politik yang ada. Alhasil,
partisipasi terhadap politik pun masih rendah.Pendidikan politik menginginkan agar siswa
berkembang menjadi warganegara yang baik, yang menghayati nilai-nilai dasar yang luhur dari
bangsanya dan sadar akan hak dan kewajibannya di dalam kerangka nilai-nilai tersebut, untuk itu
pendidikan kewarganegaraan perlu diajarkan di sekolah dengan alasan bahwa siswa memerlukan
pengertian yang lebih mendalam mengenai nilai-nilai politik baik sebagai kerangka berpikir dalam
mengambil keputusan maupun sebagai landasan dalam diskusi umum.Dalam konteks ini peranan dan
tanggungjawab sekolah seyogianya mampumemperkuat kebajikan siswa dan kesadaran sebagai
warga negara dan membantu siswa untuk melihat kesesuaiannya dari aspek kewarganegaraan dalam
kehidupannya. Oleh karena itu, pendidikan kewarganegaraan didalamnya terdapat pengembangan
kompetensi warga negara untukmembentuk partisipasi siswa sebagai bagian dari warga negara yang
bermutu dan bertanggungjawab.

Pendidikan Kewarganegaraan berperan penting dalam kegiatan menjelaskan kompetensi-


kompetensi yang dibutuhkan siswa dalam nilai-nilai politik.Suryadi (2000:24) menyatakan bahwa
Pendidikan Kewarganegaraan menekankan pada empat hal:
1. Pendidikan Kewarganegaraan bukan lagi sebagai indoktrinasi politik. Kedua, Pendidikan
Kewarganegaraan mengembangkan state of mind, pembangunan karakter bangsa merupakan
proses pembentukan warga negara yang cerdas serta berdaya nalar tinggi.
2. Pendidikan Kewarganegaraan memusatkan perhatian pada pembentukan kecerdasan (civic
intelligence), tanggungjawab (civic responsibility), dan partisipasi (civic participation) warga
negara sebagai landasan untuk mengembangkan nilai dan perilaku demokrasi.
3. Pendidikan Kewarganegaraan adalah suatu proses pencerdasan, pendekatan mengajar yang
selama ini seperti menuangkan air kedalam gelas watering down seharusnya diubah menjadi
pendekatan yang lebih partisipatif dengan menekankan pada latihan penggunaan nalar dan
logika
4. Pendidikan Kewarganegaraan sebagai laboratorium demokrasi, sikap dan perilaku demokratis
perlu berkembang.Winataputra (2001:317) memandang bahwa:Pendidikan Kewarganegaraan
dalam paradigma baru mengusung tujuan utama mengembangkan “civic competences” yakni
civic knowledge(pengetahuan dan wawasan kewarganegaraan), civic disposition (nilai,
komitmen, dan sikap kewarganegaraan), dan civic skills (perangkat kecakapan intelektual, sosial,
dan personal kewarganegaraan) yang seyogianya dikuasai oleh setiap individu warga
negara.Pengetahuan kewarganegaraan (civic knowledge) berkaitan dengan materi substansi
yang seharusnya diketahui oleh warga negara berkaitan dengan hak dan kewajibannya sebagai
warga negara.

Pengetahuan ini bersifat mendasar tentang struktur dan sistem politik, pemerintah dan sistem sosial
yang ideal sebagaimana terdokumentasi dalam kehidupan berbangsa dan bernegara serta nilai-nilai
universal dalam masyarakat demokratis serta cara-cara kerjasama untuk mewujudkan kemajuan
bersama dan hidup berdampingan secara damai dalam masyarakat global.

Pemerintahan yang baik adalah pemerintahan yang memiliki faktor penunjang yakni diantaranya
adanya keterbukaan atau transparasi, akuntabilitas, jujur, dan bersih. Berbicara pemerintahan yang
bersih berbicara juga tentang pemerintahan yang bebas dari korupsi , dari tahun ke tahun Indonesia
masih belum bisa terlepas dari persoalan yang pelik ini. Mulai dari Hambalang, Century, BLBI, Dana
Haji, ... [Show full abstract]

Anda mungkin juga menyukai