VISUM
VISUM
Visum et Repertum adalah keterangan tertulis yang dibuat dokter atas permintaan
tertulis (resmi) penyidik tentang pemeriksaan medis terhadap seseorang manusia baik
hidup maupun mati ataupun bagian dari tubuh manusia, berupa temuan dan
interpretasinya, di bawah sumpah dan untuk kepentingan peradilan.
Visum et Repertum adalah salah satu alat bukti yang sah sebagaimana tertulis dalam
pasal 184 KUHP. Visum et Repertum turut berperan dalam proses pembuktian suatu
perkara pidana terhadap kesehatan dan jiwa manusia, dimana Visum et Repertum
menguraikan segala sesuatu tentang hasil pemeriksaan medis yang tertuang di dalam
bagian pemberitaan, yang karenanya dapat dianggap sebagai pengganti barang bukti.
Jenis-jenis visum :
Sebagai suatu hasil pemeriksaan dokter terhadap barang bukti yang diperuntukkan untuk
kepentingan peradilan VeR digolongkan menurut obyek yang diperiksa sebagai berikut:
Visum pada terdakwa yang pada saat pemeriksaan di sidang pengadilan menunjukkan
gejala-gejala penyakit jiwa.
6. Visum et Repertum barang bukti, Misalnya visum terhadap barang bukti yang
ditemukan yang ada hubungannya dengan tindak pidana, contohnya darah, bercak
mani, selongsong peluru, pisau.
Orang yang berhak meminta Visum et Repertum (VeR) :
1. Penyidik
Dalam hal ini adalah penyidik Polri dengan pangkat serendah-rendahnya adalah
Bripda. Di daerah terpencil untuk jenjang kepangkatan ini bisa lebih rendah asal yang
bersangkutan bertugas sebagai penyidik.
2. Hakim Pidana
Hakim Pidana biasanya tidak langsung meminta Visum et Repertum (V.e.R) pada
dokter, tetapi memerintahkan kepada jaksa untuk melengkapi berita acara
pemeriksaan- nya dengan Visum et Repertum (V.e.R). Misalnya terhadap terdakwa
yang pada persidangan menunjukkan gejala-gejala kelainan jiwa.
3. Hakim Perdata
Karena di sidang pengadilan perdata tidak ada jaksa, maka hakim perdata meminta
Visum et Repertum (V.e.R) langsung kepada dokter. Misalnya sidang mengenai
pergantian kelamin dari laki-laki menjadi perempuan atau sebaliknya.
Dalam dunia medis proses kematian terjadi karena dua hal yaitu :
a. Meninggal secara wajar, pasien meninggal karena proses sakit yang dideritanya, misalnya
seperti meninggal karena penyakit jantung, diabetes, ginjal dan sebagainya;
b. Meninggal secara tidak wajar, biasanya proses kematian karena adanya unsur paksaan
misalnya seperti pembunuhan, bunuh diri, atau meninggal karena kecelakaan.
SUDDEN DEATH (diagnosis & dd)
Diagnosis
SDS hanya didiagnosis ketika mengalami serangan jantung mendadak.
Elektrokardiogram (EKG atau EKG) dapat mendiagnosis banyak sindrom (penyakit
jantung iskemik, infark miokard, dan saluranopati bawaan) yang dapat menyebabkan
kematian mendadak.
Ekokardiogram (gagal jantung, kardiomiopati, penyakit katup jantung, dan penyakit
jantung bawaan)
riwayat kesehatan atau keluarga
Differential diagnosis Sudden death