Anda di halaman 1dari 12

2.

4 Indikator Statistik Rumah Sakit


2.4.1 Pengertian Indikator Statistik Rumah Sakit
Indikator statistik rumah sakit merupakan pengumpulan data di rumah sakit yang
dikumpulkan setiap hari dari pasien rawat inap dan rawat jalan. Data tersebut berguna
untuk memantau perawatan pasien setiap hari, minggu, bulan, dan lain-lain. Informasi
dari statistik rumah sakit digunakan untuk perencanaan memantau pendapatan dan
pengeluaran dari pasien oleh pihak manajemen rumah sakit.

Beberapa istilah yang telah dikembangkan, seperti:

1. Hospital patient, seorang individu yang mendapatkan layanan medis rumah sakit.
2. Hospital inpatient, seorang pasien yang telah mendapatkan layanan rumah sakit,
berupa menginap, perawatan, pengobatan dan umumnya pasien tersebut telah
menginap 1 malam.
3. Hospital newborn inpatient, bayi yang dilahirkan di rumah sakit. Umumnya bayi baru
lahir ini dihitung terpisah karena mereka mendapatkan layanan yang berbeda.
4. Inpatient hospitalization, periode dalam kehidupan pasien yang ketika ia dirawat di
satu rumah sakit terus menerus, tidak terputus kecuali cuti perawatan.
5. Inpatient admission, prosedur penerimaan untuk pasien menginap di rumah sakit
termasuk ruangan, perawatan dimana pasien menginap.
6. Inpatient discharge, akhir dari periode pasien menginap sampai keluar dari rumah
sakit setelah disetujui oleh rumah sakit. Umumnya melalui persetujuan bersama
dokter yang merawat, pergi menemui penasihat pengobatannya, dirujuk ke fasilitas
lain atau meninggal.
7. Hospital outpatient. Pasien rumah sakit yang mendapatkan layanan di satu atau
lebih dari fasilitas rumah sakit, ketika tidak dirawat atau dalam home care patient.
Seorang pasien rawat jalan dapat diklasifikasikan pada pasien yang datang pada
fasilitas gawat darurat atau dapat juga datang untuk ke klinik.
2.4.2 Indikator Efisiensi Pelayanan Rumah Sakit
Indikator-indikator pelayanan rumah sakit dapat dipakai untuk mengetahui tingkat
pemanfaatan, mutu dan efisiensi pengelolaan rumah sakit. Beberapa indikator penilaian
pelayanan rumah sakit menurut Irwandy (2007), diantaranya adalah sebagai berikut:

1. Gross Death Rate (GDR)


Hubungan rate untuk kematian didasari pada jumlah pasien yang keluar, hidup atau
meninggal. Kematian merupakan akhir dari periode perawatan. Pada kematian
dibedakan kematian secara keseluruhan atau gross death rate, kematian yang telah
disesuaikan dengan lebih dari 48 jam perawatan dikenal sebagai net death rate,
kemudian kematian bayi baru lahir atau yang dikenal dengan newborn death rate, lalu
kematian bayi lahir meninggal atau fetal death rate, kematian atas ibu melahirkan atau
kematiannya yang berhubungan dengan melahirkan atau selama masa kehamilan,
dikenal maternal death rate.
Dasar dari angka kematian kasar rumah sakit adalah merupakan kematian dari
fasilitas kesehatan. Perhitungan yang didapati dengan cara:
Rumus:

∑ pasien rawat yang meninggal termasuk


bayi baru lahir dalam satu periode waktu tertentu
GDR = ∑ pasien yang keluar (dewasa + anak bayi x 100
baru lahir yang meninggal) pada waktu yang sama
1. Bed Occupancy Rate (BOR)
BOR menurut Huffman (1994) adalah “the ratio of patient service days to inpatient
bed count days in a period under consideration”. Sedangkan menurut Depkes RI
(2005), BOR adalah presentase pemakaian tempat tidur pada satuan waktu tertentu.
Indikator ini memberikan gambaran tinggi rendahnya tingkat pemanfaatan tempat tidur
rumah sakit. Angka BOR yang rendah menunjukkan kurangnya pemanfaatan fasilitas
perawatan rumah sakit oleh masyarakat. Angka BOR yang tinggi (lebih dari 85%)
menunjukkan tingkat pemanfaatan tempat tidur yang tinggi sehingga perlu
pengembangan rumah sakit atau penambahan tempat tidur. Nilai indikator BOR yang
ideal adalah antara 60-85% (DepKes RI, 2005), sedangkan menurut Barber Johnson
nilai BOR yang ideal adalah 75-85%.
Rumus:

1. Length Of Stay (LOS)


LOS menurut Huffman (1994) adalah “the average hospitalization stay of inpatient
dischargedduring the period under consideration”. LOS menurut DepKes RI (2005)
adalah rata-rata lama rawat seorang pasien. Indikator ini digunakan untuk mengukur
efisiensi pelayanan rawat inap yang tidak dapat dilakukan sendiri, tetapi harus bersama
dengan interpretasi BOR dan TOI. Disamping memberikan gambaran tingkat efisiensi,
juga dapat memberikan gambaran mutu pelayanan, apabila diterapkan pada diagnosis
tertentu dapat dijadikan hal yang memerlukan pengamatan lebih lanjut. Secara umum
nilai LOS yang ideal adalah antara 6-9 hari (DepKes, 2005). Sedangkan menurut Baber
Johnson adalah 3-12 hari.
Rumus:

∑ lama rawat
LOS = ∑ pasien keluar (hidup + mati)
1. Turn Over Interval (TOI)
TOI menurut Depkes RI (2005) adalah rata-rata hari dimana tempat tidur tidak
ditempati dari telah diisi ke saat terisi berikutnya. Indikator ini memberikan gambaran
tingkat efisiensi penggunaan tempat tidur. Semakin besar TOI maka efisiensi
penggunaan tempat tidur semakin jelek. Idealnya tempat tidur kosong tidak terisi pada
kisaran 1-3 hari.

Rumus:
1. Bed Turn Over (BTO)
BTO menurut Huffman (1994) adalah “…the net effect of changed in occupancy rate
and length of stay”. BTO menurut DepKes RI (2005) adalah frekuensi pemakaian
tempat tidur pada satu periode, berapa kali tempat tidur dipakai dalam satu satuan
waktu tertentu. Idealnya dalam satu tahun, satu tempat tidur rata-rata dipakai 40-50 kali.
Sedangkan menurut Barber Johnson angka ideal untuk nilai BTO adalah lebih dari 30
kali.
Rumus:

∑ pasien keluar (hidup + mati)


BTO = Kapasitas tempat tidur
1. Net Death Rate (NDR)
Net death rate adalah rate kematian yang telah disesuaikan dengan menghitung
kematian yang hanya diatas 48 jam (dihitung apakah dewasa + anak-anak + bayi baru
lahir). Mengapa kematian di bawah 48 jam tidak masuk pada perhitungan net death
rate karena waktu tersebut tidak cukup untuk mengukur perawatan dari rumah sakit.
Rumus:

∑ kematian setelah 48 jam dan lebih


dalam jangka waktu tertentu
NDR = ∑ seluruh penderita rumah sakit x 100%
2.4.3 Standar Efisiensi Indikator Pelayanan Rumah Sakit
Standar efisiensi indikator pelayanan rumah sakit yaitu standar Departemen
Kesehatan (DepKes) dan standar Grafik Barber Johnson. Berikut adalah tabel standar
DepKes dan standar Grafik Barber Johnson:
Tabel 2.1 Standar Efisiensi Indikator Pelayanan Rumah Sakit Menurut DepKes dan
Grafik Barber Johnson

Standar
Grafik Barber
No Indikator DEPKES Johnson
BOR ( Bed Occupancy
1 Rate) 60-85% 75-85%
2 LOS (Length Of Stay) 6-9 hari 3-12 hari
3 TOI (Turn Over Interval) 1-3 hari 1-3 hari
4 BTO (Bed Turn Over) 40-50 kali >30 kali
Sumber : Instalasi Rekam Medis di RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung
2.4.4 Sensus Harian
Sensus harian rawat inap adalah kegiatan pencacahan/perhitungan pasien rawat
inap yang dilakukan setiap hari pada suatu ruang rawat inap berisi tentang mutasi
keluar masuk pasien selama 24 jam mulai dari pukul 00:00 s/d 24:00 WIB.

Tujuan sensus harian adalah untuk memperoleh informasi semua pasien yang masuk
dan keluar rumah sakit selama 24 jam.

1. Kegunaan dari sensus harian adalah:


 Untuk mengetahui jumlah pasien masuk, keluar rumah sakit dan meninggal di
rumah sakit.
 Untuk mengetahui tingkat penggunaan tempat tidur.
 Untuk menghitung penyediaan sarana/fasilitas pelayanan kesehatan.
1. Data yang diolah dari sensus harian pasien rawat inap adalah:
 Data diperoleh dari sensus harian setiap ruangan rawat inap.
 Petugas rekam medis membuat rekapitulasi bulanan keadaan pasien setiap
ruangan/bagian/rumah sakit.
 Data dikelompokkan berdasarkan:
1. Pasien awal bulan.
2. Pasien masuk.
3. Pasien keluar hidup.
4. Pasien keluar mati (kurang dari 48 jam dan lebih dari 48 jam).
5. Jumlah lama rawat.
6. Pasien akhir triwulan.
7. Jumlah hari perawatan (kelas utama/satu/dua/tiga/empat).
8. Tanggung jawab pelaksanaan sensus harian rawat inap:
 Kepala perawat pada masing-masing ruang rawat inap bertanggung jawab dalam
pengisian sensus harian.
 Perawat/bidan yang memutasikan pasien/petugas yang ditunjuk oleh kepala
perawat ruang rawat inap melaksanakan pengisian sensus harian sesuai petunjuk
yang telah ditetapkan.
 Formulir sensus harian disediakan oleh unit pencatatan medik rumah sakit.
1. Mekanisme pengisian sensus harian rawat inap:
 Sensus harian diisi segera setelah pasien masuk ruang rawat, pindah intern rumah
sakit dan keluar rumah sakit.
 Sensus harian untuk satu hari ditutup jam 24:00 WIB dan sesudah itu dibuat resume
sensus harian untuk hari yang bersangkutan.
 Jika ada pasien masuk rumah sakit atau keluar/meninggal sesudah jam 24:00 WIB
maka harus dicatat pada formulir sensus harian berikutnya.
 Sensus harian dibuat rangkap 3 (tiga):
1. 1 lembar untuk Sub Bagian Catatan Medik.
2. 1 lembar untuk P2RI.
3. 1 lembar untuk arsip ruang rawat.
 Sensus harian dikirim pukul 08:00 WIB setiap pagi.
 Lain-lain.
Untuk rumah sakit kecil, mekanisme pembuatan sensus harian disesuaikan dengan
kebutuhan. Data sensus harian yang diperoleh dari buku register pelayanan rawat inap
dikumpulkan dengan menggunakan instrument pengumpulan data berupa formulir
sensus harian. Selanjutnya dilakukan pengolahan data yang di masukkan ke dalam
bentuk data real sesuai dengan fakta yang ada. Hasil pengolahan data ini hendaknya di
analisa agar data yang akan di informasikan benar dan akurat.

2.4.5 Rekapitulasi
Rekapitulasi adalah formulir perantara untuk menghitung dan merekap pasien rawat
inap setiap hari yang diterima dari masing-masing ruang rawat inap.

Tujuan rekapitulasi yaitu untuk memperoleh informasi semua pasien yang dirawat di
rumah sakit secara keseluruhan maupun pada masing-masing.

1. Kegunaan rekapitulasi adalah:


 Untuk mengetahui jumlah pasien dirawat pada hari yang bersangkutan.
 Untuk mengetahui tingkat penggunaan tempat tidur .
 Merupakan data dasar mengenai pasien dirawat pada hari yang bersangkutan, yang
harus segera dikirim pada direktur, bidan, perawatan dan unit lain yang
memerlukan.
1. Tanggung jawab pelaksanaan adalah :
 Kepala Rekam Medis bertanggung jawab dalam pengisian Rekapitulasi Sensus
Harian Rawat Inap.
 Staf unit Rekam Medis yang ditunjuk untuk melaksanakan pengisian.
 Formulir disediakan oleh Rekam M
1. Mekanisme pengisian rekapitulasi:
 Formulir Rekapitulasi sensus harian rawat inap merupakan formulir standar yang
sudah disiapkan terlebih dahulu. Urutan nama ruang rawat inap disusun sesuai
dengan jenis pelayanan.
 Rekapitulasi sensus harian diisi segera setelah form sensus harian diterima dari
masing-masing ruang rawat inap.
 Rekapitulasi sensus harian sudah harus selesai jam 10:00 WIB. Jika pada jam 10:00
WIB masih ada sensus harian yang belum diterima, maka biarkan lajur untuk
ruangan tersebut kosong dan diberi catatan.
 Rekapitulasi sensus harian dibuat rangkap 3 yaitu untuk direktur, bidan, perawatan
dan arsip di rekam medis.
2.5 Konsep Barber Johnson
Barry Barber, M.A., PhD., Finst P., AFIMA dan David Johnson, M.Sc. pada tahun 1973
berhasil menciptakan suatu grafik yang secara visual dapat menyajikan dengan jelas
tingkat efisiensi kedua segi tersebut. Suatu usaha untuk mendayagunakan statistik
rumah sakit dalam rangka memenuhi kebutuhan manajemen akan indikator efisiensi
pengelolaan rumah sakit.

Indikator Grafik Barber Johnson menurut Ditjen YanMed (2005:82) diantaranya:

1. Lamanya rata-rata pasien dirawat atau Length Of Stay (LOS).


2. Lamanya rata-rata tempat tidur tidak terisi (kosong) atau Turn Over Interval (TOI).
3. Presentase tempat tidur yang terisi atau Bed Occupancy Rate (BOR).
4. Pasien dirawat yang keluar dalam keadaan hidup dan yang meninggal (discharges)
per tempat tidur (yang siap pakai) selama satu tahun atau Bed Turn
Over atau Throughput (BTO).
2.5.1 Langkah Pembuatan Grafik Barber Johnson
Menurut Barry Barber, M.A., PhD., Finst P., AFIMA dan David Johnson, M.Sc. dalam
buku Efisiensi Pengelolaan Rumah Sakit, langkah pembuatan Grafik Barber Johnson,
yaitu:

1. Grafik I
Gambarlah sumbu horizontal X absis dan sumbu vertikal Y kordinat. X absis
adalah Turn Over Internal (TOI), Y kordinat adalah Length Of Stay (LOS).
Gambar 2.1. Sumbu X dan sumbu Y (Grafik I)

1. Grafik II
 Langkah pertama : Buat grafik seperti gambar grafik I
 Langkah kedua : Buat grafik dengan garis-garis dari BOR 50%, 70%, 80%, 90%
 Untuk menentukan BOR harus dihitung/dicari titik LOS dan TOI dengan
menggunakan rumus:
L = O x 365/D

T = (A – O) x 365/D

Keterangan:

L = Length Of Stay

T = Turn Over Interval

365 = Jumlah hari dalam satu tahun

O = Rata-rata tempat tidur yang terisi

D = Jumlah pasien yang keluar (hidup + mati)

A = Tempat tidur yang tersedia

 Jadi jika BOR (O) = 70%, maka tiga kali lipat LOS (L) sama dengan tujuh kali TOI
(T). Jadi jika BOR = 70% adalah garis penghubung antara titik (x,0) (y,0) dan (x,3)
(y,7).
Dengan cara yang sama maka dihasilkan sebagai berikut:

1. BOR 50% = Garis penghubung antara titik (x,0) (y,0) dan (x,1) (y,1).
2. BOR 80% = Garis penghubung antara titik (x,0) (y,0) dan (x,2) (y,8).
3. BOR 90% = Garis penghubung antara titik (x,0) (y,0) dan (x,1) (y,9).
Gambar 2.2. Garis BOR 50%, 70%, 80%, 90% (Grafik II)

1. Grafik III
 Langkah pertama : Buat grafik seperti gambar grafik I
 Langkah kedua : Gambar grafik Throughput (BTO) untuk 30 pasien, 20 pasien, 15
pasien, dan 12 pasien.
Dapat dihitung BTO 30 pasien dengan cara:

L = O x 365/D

O = 1 tempat tidur

Karena BTO adalah jumlah pasien yang keluar per tempat tidur selama satu tahun.

D = 30 pasien

Maka:

L = 1 x 365/30

= 12 /1
6

T = (A – O) x 365/D

(A–O) = 1 tempat tidur

Karena BTO adalah jumlah pasien yang keluar per tempat tidur selama satu tahun.

D = 30 pasien

Maka:

T = 1 x 365/30

= 12 /
1
6

Jadi jika LOS adalah 12 / hari dan TOI 12 / hari maka BTO = 30 pasien atau Grafik
1
6
1
6

BTO = 30 pasien adalah garis (x, 12 / ) (y, 12 / ).


1
6
1
6

 Dengan cara yang sama maka dihasilkan sebagai berikut:


1. BTO 20 pasien = Garis penghubung antara titik (x,18 / ) (y,18 / )
1
4
1
4

2. BTO 15 pasien = Garis penghubung antara titik (x,24 / ) (y,24 / )


1
3
1
3

3. BTO 12,5 pasien = Garis penghubung antara titik (x,29 / ) (y,29 / )


1
5
1
5
Gambar 2.3. Garis BTO 30, 20, 15, 12.5 pasien (Grafik III)

1. Grafik IV
Gambarlah keempat parameter BOR, LOS, TOI, BTO. Daerah efisiensi adalah
daerah yang dibatasi oleh garis:

TOI = 1

LOS = 3

BOR = Minimal 75%

Menurut Grafik Barber Johnson, apabila berada dalam daerah efisien. maka
pengelolaan rumah sakit sudah efisien. Tetapi apabila berada di luar daerah efisien,
maka pengelolaan rumah sakit tersebut belum efisien.

Gambar 2.4. Daerah Efisien Grafik Barber Johnson (Grafik IV)

 Makna dari Grafik Barber Johnson


1. Makin dekat grafik BOR dengan Y ordinat, maka BOR makin tinggi.
2. Makin dekat grafik BTO dengan titik sumbu, maka BTO makin tinggi jumlahnya.
3. Menurut Benjamin (1961), jika rata-rata Turn Over Interval (TOI) tetap, tetapi Length
Of Stay (LOS) berkurang, maka percentage Bed Occupancy Rate (BOR) akan
menurun.
4. Jika Turn Over Interval (TOI) tinggi, kemungkinan disebabkan karena organisasi
yang kurang baik, kurang permintaan (demand) akan tempat tidur atau kebutuhan
tempat tidur darurat. Turn Over Interval (TOI) yang tinggi dapat diturunkan dengan
mengadakan perbaikan organisasi tanpa mempengaruhi Length Of Stay (LOS).
5. Bertambahnya Length Of Stay (LOS) disebabkan karena kelambatan administrasi
(administrasi delays) di rumah sakit, kurang baiknya perencanaan dalam
memberikan pelayanan kepada pasien (patient scheduling) atau kebijaksanaan
dibidang medis (medical policy) (Soejadi, 1996).

2.5.2 Penggunaan Grafik Barber Johnson


Grafik Barber Johnson bermanfaat untuk mengadakan perbandingan atau dapat
digunakan sebagai pembantu untuk menganalisa, menyajikan dan mengambil
keputusan mengenai:

1. Perbandingan dalam kurun waktu


Grafik Barber Johnson dapat menunjukkan perkembangan produktifitas dari rumah
sakit dalam rumah sakit dalam waktu sepuluh tahun. Dalam hal ini menggambarkan
adanya perbaikan dari waktu ke waktu, Length Of Stay (LOS) dan Turn Over
Interval (TOI) menurun sedangkan Bed Occupancy Rate (BOR) dan Bed Turn
Over (BTO) meningkat.
1. Memonitor kegiatan
Kecenderungan perkembangan kegiatan dalam beberapa tahun dapat dilihat pada
grafik dengan jalan membandingkan terhadap standar yang telah ditetapkan. Barber
Johnson menyatakan bahwa daerah yang efisien adalah dibatasi oleh garis-garis
berikut:

 Bed Occupancy Rate (BOR) minimal 75%


 Turn Over Interval (TOI) yaitu 1-3 hari
1. Perbandingan antar rumah sakit
Perbandingan kegiatan antar bagian yang sama dibeberapa rumah sakit atau antar
bagian di suatu rumah sakit dapat digambarkan pada suatu grafik. Dengan jelas dan
mudah diambil kesimpulan, rumah sakit mana atau bagian mana yang pengelolaannya
efisien.

1. Meneliti akibat perubahan kebijakan


Grafik dapat digunakan untuk meneliti suatu kebijaksanaan relokasi tempat tidur
atau keputusan memperpendek Length Of Stay (LOS).
1. Mengecek kesalahan laporan
Dengan menggambarkan ke 4 indikator BOR, LOS, TOI dan BTO pada suatu grafik.
Laporan dikatakan benar apabila ke 4 indikator tersebut tepat pada posisi grafik
tersebut (Soejadi, 1996).

2.5.3 Analisis Grafik Barber Johnson


1. Upaya memperpendek Length Of Stay (LOS) dan Turn Over Interval (TOI):
 Meningkatkan penyebaran informasi tentang fasilitas dan kemampuan rumah sakit
kepada semua fasilitas kesehatan dan masyarakat.
 Meningkatkan pelayanan dengan cara:
1. Meningkatkan pengetahuan dan keterampilan SDM.
2. Memotivasi pegawai, seperti insentif dan karier.
3. Perbaikan penatalaksanaan penerimaan pasien dan pencatatan laporan, seperti:
 Koordinasi dan kerjasama antara petugas bagian penerimaan pasien dengan
bangsal.
 Adanya papan informasi yang up to date dan akurat tentang tempat tidur, no. rekam
medis, jenis kelamin, diagnosa, kelas, sehingga diketahui tempat tidur yang kosong
dan yang terisi.
 Setiap terjadi mutasi/pasien keluar, petugas bangsal harus segera melaporkan
secara tertulis ke petugas penerimaan pasien.
 Diadakan relokasi tempat tidur atau ruangan dan petugasnya.
1. Penyebab LOS tinggi:
 Merawat pasien-pasien kronis dan yang tidak dapat disembuhkan di rumah sakit
yang diperuntukan kasus akut.
 Adanya kelemahan dalam pelayanan medis sehingga mengakibatkan komplikasi-
komplikasi dan tidak ada kemajuan.
 Adanya individu dokter yang suka menunda pelayanan.
1. Upaya memperpendek LOS:
 Menyelenggarakan kunjungan visite gabungan, yang terdiri dari berbagai disiplin
ilmu.
 Melakukan penelitian meliputi:
1. Riwayat sakit dan keadaan pasien.
2. Penatalaksanaan/ketelitian pemeriksaan pasien,
penyelenggaraan kunjungan dan permintaan penunjang medis serta
kecermatan/kecepatan memperoleh hasil.

1. Ketepatan terapi yang diberikan.


2. Kecermatan pelayanan perawatannya.
3. Kecepatan pelaksanaan sarana penunjang lainnya, terutama yang menyangkut
logistik, perbaikan/pemeliharaan dan transport.
2.6 Mutu Pelaporan Rumah Sakit
2.6.1 Pengertian Mutu
Ada banyak pendapat mengenai pengertian mutu, diantaranya yaitu:

1. Mutu adalah tingkat kesempurnaan dari penampilan sesuatu yang sedang diamati
(Winston Dictionary, 1956).
2. Mutu adalah sifat yang dimiliki oleh suatu program (Donabedi, 1980).
3. Mutu adalah totalitas dari wujud serta ciri dari suatu barang atau jasa, yang di
dalamnya terkandung sekaligus pengertian rasa aman atau pemenuhan kebutuhan
para pengguna (Din ISO, 8402, 1986).
4. Mutu adalah kepatuhan terhadap standar yang telah ditetapkan (Crosby, 1984).

2.6.2 Pengertian Pelaporan Rumah Sakit


Berdasarkan buku pedoman pengelolaan rekam medis rumah sakit di Indonesia
Revisi 1, Direktorat Jendral Pelayanan Medik Departemen Kesehatan RI, 1997.
Pelaporan rumah sakit merupakan suatu alat organisasi yang bertujuan untuk dapat
menghasilkan laporan secara cepat, tepat dan akurat. Secara garis besarnya jenis
pelaporan rumah sakit dapat dibedakan menjadi 2 kelompok, yaitu laporan intern dan
laporan ekstern rumah sakit.

Sedangkan menurut standar operasional prosedur, pelaporan rumah sakit adalah


rekapitulasi yang mencakup berbagai kegiatan rumah sakit seperti rawat inap, rawat
jalan, pelayanan unit gawat darurat, kegiatan bedah dan non bedah, pelayanan
kesehatan gigi, kegiatan radiologi, MCU, rehabilitasi medik, pelayanan kesehatan jiwa,
laporan RL, laporan survailance rumah sakit dan sensus harian rawat inap.

2.6.3 Fungsi Laporan


1. Alat untuk pertanggung jawaban dari pihak yang satu kepada pihak yang lain.
2. Alat untuk membina kerjasama, saling pengertian, komunikasi dan koordinasi yang
secepat-cepatnya.
3. Alat untuk mengadakan perencanaan, pengendalian, penilaian dan pengambilan
keputusan.
4. Alat untuk memperluas ide dan tukar menukar pengalaman.
2.6.4 Kualitas Informasi Laporan
Dari hasil laporan yang telah diolah, maka data yang dihasilkan akan menjadi
sebuah informasi, baik itu bagi pihak intern maupun bagi pihak ekstern. Menurut Sutabri
(2005:35) kualitas informasi laporan dapat diukur melalui tiga hal, yaitu :
1. Akurat (Accurate)
Informasi yang dihasilkan harus bebas dari kesalahan-kesalahan dan tidak
menyesatkan bagi orang yang menerima informasi tersebut. Ketidakakuratan dapat
terjadi karena sumber informasi mengalami gangguan atau kesengajaan sehingga
merusak atau merubah data-data asli tersebut.

Dari komponen akurat ini memiliki 3 unsur, yaitu :

 Completeness
Informasi yang dihasilkan atau dibutuhkan harus memiliki kelengkapan yang baik.

 Correcteness
Memiliki kebenaran, dimana informasi yang dikeluarkan sudah bukan informasi yang
harus mengalami perubahan/pengeditan.

 Security
Informasi yang ada dalam laporan tersebut harus aman dari pihak-pihak yang
bersangkutan.

1. Tepat Waktu (Timelines)


Informasi yang diterima harus tepat pada waktunya, karena jika informasi yang
diterima terlambat, maka informasi tersebut sudah tidak memiliki kegunaan lagi.

1. Relevan (Relevance)
Informasi harus mempunyai manfaat bagi penerima, karena informasi ini akan
digunakan untuk pengambilan suatu keputusan dalam pemecahan suatu
permasalahan. Relevansi informasi untuk tiap-tiap orang satu dengan yang lainnya
berbeda.

2.6.5 Sistem Informasi Rumah Sakit (SIRS) Revisi VI


1. Pengertian SIRS
Sistem Informasi Rumah Sakit (SIRS) adalah suatu proses pengumpulan,
pengolahan dan penyajian data rumah sakit se-Indonesia. Sistem Informasi ini
mencakup semua rumah sakit umum maupun khusus, baik yang dikelola secara publik
maupun privat.

1. Fungsi SIRS
 Membantu mewujudkan visi dan misi rumah sakit.
 Membangun dan mengembangkan infrastruktur teknologi informasi.
 Mensosialisasikan dan meningkatkan kemampuan sumber daya manusia rumah
sakit mengoperasikan teknologi informasi.
 Meningkatkan mutu dan mempercepat proses pelayanan rumah sakit.
 Mengurangi kesalahan faktor-faktor manusia.
1. Pelaporan SIRS
 RL 1 “Data Dasar Rumah Sakit”
1. RL 1.1 (Data Dasar Rumah Sakit)
2. RL 1.2 (Indikator Pelayanan Rumah Sakit)
3. RL 1.3 (Fasilitas Tempat Tidur Rawat Inap)
 RL 2 “Ketenagaan”
 RL 3 “Pelayanan”
3. RL 3.1 (Rawat Inap)
4. RL 3.2 (Rawat Darurat)
5. RL 3.3 (Gigi dan Mulut)
6. RL 3.4 (Kebidanan)
7. RL 3.5 (Perinatologi)
8. RL 3.6 (Pembedahan)
9. RL 3.7 (Radiologi)
10. RL 3.8 (Laboratorium)
11. RL 3.9 (Rehabilitasi Medik)
12. RL 3.10 (Pelayanan Khusus)
13. RL 3.11 (Kesehatan Jiwa)
14. RL 3.12 (Keluarga Berencana)
15. RL 3.13 (Farmasi Rumah Sakit)
16. RL 3.14 (Rujukan)
17. RL 3.15 (Cara Bayar)
 RL 4 “Morbiditas dan Mortalitas”
4. RL 4.a (Penyakit Rawat Inap)
5. RL 4.b (Penyakit Rawat Jalan)
 RL 5 “Pengunjung Rumah Sakit”
5. RL 5.1 (Pengunjung Rumah Sakit)
6. RL 5.2 (Kunjungan Rawat Jalan)
7. RL 5.3 (Daftar 10 Besar Penyakit Rawat Inap)
8. RL 5.4 (Daftar 10 Besar Penyakit Rawat Jalan)
9. Waktu Pelaporan
 Laporan Updating : RL 1, RL 1.1.
 Laporan Tahunan : RL 1.2, RL 1.3, RL 2, RL 3.1, RL 3.2, RL 3.3, RL 3.4, RL 3.5, RL
3.6, RL 3.7, RL 3.8, RL 3.9, RL 3.10, RL 3.11, RL 3.12, RL 3.13, RL 3.14, RL 3.15,
RL 4, RL 4.a, RL 4.b.
 Laporan Bulanan : RL 5, RL 5.1, RL 5.2, RL 5.3, RL 5.4.

Anda mungkin juga menyukai