Anda di halaman 1dari 10

LEMBAGA KEUANGAN MIKRO DITINJAU DARI HUKUM ISLAM

Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah

“Hukum Lembaga Keuangan Syariah Non Bank”

Dosen Pengampu :
Alwi Musa Muzaiyin,, S.EI., M.Sy

Disusun oleh :

Anisa Oktavia Nurfadilla 20302058

Ryantori Mukti 20302059

PROGRAM STUDI HUKUM EKONOMI SYARIAH

FAKULTAS SYARIAH

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) KEDIRI

TAHUN 2023

1
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr.Wb

Dengan puji syukur kehadirat Allah SWT yang maha pengasih lagi maha penyayang.
Yang telah melimpahkan rahmat, hidayah serta inayah-Nya kepada kami. Tidak lupa sholawat
serta salam kami haturkan kepada baginda nabi Muhammad SAW. Yang menjadi tauladan bagi
umat manusia.

Oleh karena itu, kami ucapkan terima kasih kepada dosen pengampu mata kuliah
Hukum Lembaga Keuangan Syariah Non Bank yaitu Bapak Alwi Musa Muzaiyin,, S.EI.,
M.Sy yang memberikan tugas ini. Sehingga kami bisa berlatih dan dapat menyelesaikannya
dengan baik. Kelompok kami banyak mengalami kesulitan disebabkan kurangnya ilmu
pengetahuan. Namun, berkat kerjasama dan kesungguhan kami dalam mengerjakan makalah
ini, akhirnya dapat diselesaikan dengan baik.

Kami menyadari sebagai mahasiswa yang pengetahuannya tidak seberapa yang masih
perlu belajar dalam penulisan makalah. Bahwa makalah ini jauh dari kata sempurna. Oleh
karena itu, kami mengharapkan kritik saran yang positif. Agar tercipta makalah yang lebih baik
serta berdaya guna di masa yang akan datang.

Besar harapan kami, sehingga makalah ini bermanfaat dan mushlahat bagi semua orang.

Waalaikumsalam Wr.Wb

Kediri, 02 Mei 2023

Tim Penulis

2
DAFTAR ISI

Sampul ...............................................................................................................................

Kata Pengantar .................................................................................................................... ii

Daftar Isi ............................................................................................................................ iii

Bab I Pendahuluan ............................................................................................................. 1

A. Latar Belakang ..................................................................................... 4


B. Rumusan Masalah ................................................................................ 4
C. Tujuan .................................................................................................. 4

Bab II Pembahasan ............................................................................................................ 3

A. Pengertian Lembaga Keuangan Mikro ................................................. 5


B. Macam-Macam Lembaga Keuangan Mikro ......................................... 6
C. Regulasi Lembaga Keuangan Mikro .................................................... 6
D. Karakteristik Lembaga Keuangan Mikro.............................................. 7

BAB III Penutup ................................................................................................................ 12

A. Kesimpulan .......................................................................................... 9
B. Saran .................................................................................................... 9

Daftar Pustaka .................................................................................................................... 10

3
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Setelah kurang lebih dua dekade, industri keuangan syariah Indonesia telah
berkembang dengan pencapaian yang cukup menjajikan. Keberadaanya pun semakin
menguat bersamaan dengan perkembangan positif lembaga keuangan syariah yang saat
ini ada 13 Bank Umum Syariah di Indonesia, 21 Unit Usaha Syariah, dan 167 BPRS.

Lembaga keuangan non-bank memiliki banyak jenis, lebih banyak daripada


Lembaga keuangan bank. Industri Keuangan Non-Bank (IKNB). Terbukti saat ini
sudah ada sekitar 58 asuransi syariah yang berkembang di Indonesia, 7 modal ventura
syariah, 5.000 lembaga keuangan syariah, dan lain sebagainya.

IKNB merupakan sebuah industri keuangan bukan bank yang melakukan


prinsip-prinsip keuangan sesuai syariah yang terdiri dari beberapa lembaga dimana
beberapa diantaranya adalah lembaga keuangan yang akan dibahas adalah lembaga
keuangan mikro syariah dan pembiayaan syariah. Bentuk kelembagaan dari industri
Keuangan Non-Bank Syariah di bagi menjadi 2 yaitu, Full-Fledged merupakan
perusahaan yang seluruh kegiatan usahanya dilakukan berdasarkan prinsip syariah, dan
Unit usaha syariah yang melakukan sebagian kegiatan usahanya dengan prinsip-prinsip
syariah.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang sebagaimana tersebut di atas, rumusan masalah
dalam makalah ini adalah sebagai berikut :
1. Apa pengertian dari Lembaga Keuangan Mikro?
2. Apa saja macam-macam Lembaga Keuangan Mikro?
3. Bagaimana regulasi Lembaga Keuangan Mikro?
4. Bagaimana karakteristik Lembaga Keuangan Mikro?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian Lembaga Keuangan Mikro.
2. Untuk mengetahui apa saja macam-macam Lembaga Keuangan Mikro.
3. Untuk mengetahui regulasi Lembaga Keuangan Mikro.
4. Untuk mengetahui karakteristik Lembaga Keuangan Mikro.

4
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Lembaga Keuangan Mikro

Lembaga keuangan merupakan suatu perusahaan yang kegiatannya


langsung berkaitan dengan bidang keuangan. Kegiatan usaha Lembaga dapat
berupa menyalurkan dana dengan berbagai skema, menghimpun dana dengan
berbagai skema atau melakukan kegiatan menyalurkan dana dan menghimpun dana
sekaligus, di mana kegiatan usaha Lembaga keuangan diperuntukkan bagi investasi
perusahaan, kegiatan distribusi barang, dan kegiatan konsumsi dan jasa.1 Menurut
Undang-undang Nomor 792 tahun 1990, Lembaga keuangan adalah semua badan
yang kegiatannya bidang keuangan menghimpun dana dari masyarakat dan
menyalurkan kembali ke masyarakat terutama untuk membiayai perusahaan.2

Lembaga Keuangan Mikro Syariah (LKMS) adalah Lembaga keuangan


mikro yang beroperasi sesuai dengan syariah Islam. Berdasarkan Undang-undang
Nomor 1 tahun 2013 lembaga keuangan mikro adalah Lembaga keuangan yang
berdiri khusus untuk memberikan pemberdayaan masyarakat dan jasa
pengembangan usaha, baik melalui pembiayaan atau pinjaman dalam usaha skala
mikro kepada masyarakat dan anggota, pengelolaan simpanan, maupun memberi
jasa konsultasi pengembangan usaha yang tidak semata-mata mencari keuntungan.3
Lembaga keuangan mikro merupakan Lembaga yang melayani masyarakat dalam
hal keuangan, dan tidak hanya permodalan atau pinjaman saja, namun termasuk
pegadaian, asuransi dan sebagainya selama menyangkut permasalahan keuangan.4

Lembaga keuangan mikro syariah adalah Lembaga keuangan yang khusus


hadir di tengah masyarakat kecil atas upaya dari kalangan masyarakat sendiri,
dibentuk oleh masyarakat, dan diharapkan dapat memberikan manfaat sebesar-
besarnya kepada masyarakat yang menjadi anggota.5

Lembaga yang bertindak seperti individu ini memiliki kewajiban yang sama
seperti layaknya sebuah invidu, seperti membayar zakat dari keuntungan yang

1
Andri Soemitra, Bank Dan Lembaga Keuangan Syariah. (Jakarta: Kencana, 2009), 29.
2
Bustari, Rose, Menik, Bank dan Lembaga Keuangan Lain, (Jakarta:Kencana, 2016), 23.
3
Andri Soemitra, Hukum Ekonomi Syariah Dan Fiqh Muamalah Di Lembaga Keuangan Dan Bisnis
Kontemporer, (Jakarta Timur: Prenadamedia Group, 2019), 227.
4
Widiyanto, abdul ghafar, kartiko, BMT Praktik Dan Kasus, (Jakarta: RajagGrafindo Persada 2016), 7.
5
Darmawan, Muhammad Iqbal, Manajemen Lembaga Keuangan Syariah, (Yogjakarta: UNY Press, 2020), 90.

5
diperoleh dari usahanya. Sementara untuk menjaga stabilitas Lembaga disebut Al-
Qur’an mengajarkan konsep Tindakan tegas. Al-Qur’an juga bahkan menjelaskan
perlunya upaya manajemen sebagai satu struktur yang rapi untuk melakukan
perjuangan mencapai tujuan Lembaga sebagai perwujudan kecintaan Tuhan. Ini
menunjukkan bahwa fungsi itu tidak sebagaimana mestinya. Karena itu dapat
disimpulkan bahwa penekanan Al-Qur’an terletak bukan pada bentuk Lembaga
yang merupakan bangunan dari sebuah fungsi, tetapi pada etika Lembaga tersebut.
Namun kedua metode ini kita pakai dalam melihat pembentuka dan perkembangan
yang terjadi pada Lembaga, terutama keuangan, dakam sejarah Islam.6

B. Macam-Macam Lembaga Keuangan Mikro


Jumlah Lembaga Keuangan Mikro (LKM) yang tercatat di Otoritas Jasa
Keuangan (OJK) terus meningkat dari tahun ke tahun. Terdapat peningkatan
10.13% jumlah LKM dari tahun 2019 sebanyak 204 LKM mencapai 227 LKM di
tahun 2020 jumlahnya sudah mencapai 227. Hingga kuartal ketiga 2022, terdapat
238 LKM di Indonesia.
Secara bisnis LKM dibagi menjadi konvensional dan syariah, sedangkan
dari bentuk badan hukumnya, jenis Lembaga Keuangan Mikro terbagi menjadi
Koperasi dan Perseroan Terbatas. Beberapa Lembaga yang termasuk Lembaga
keuangan mikro:
1. Bank Perkreditan Rakyat (BPR)
2. Bank Wakaf Mikro (BWM)
3. Bank Kredit Desa (BKD)
C. Regulasi Lembaga Keuangan Mikro
Alternatif cara pengaturan lainnya adalah dengan membuat regulasi yang
menggunakan pendekatan fungsi dari lembaga keuangan itu. Jika lembaga
keuangan tertentu telah mampu menjalankan fungsinya untuk meraih pasar pada
skala tertentu, misal diukur dari jumlah peminjam atau penabung, maka lembaga
keuangan itu diklassifikasikan sebagai lembaga keuangan yang memiliki hak,
kewajiban, larangan, serta ketentuan-ketentuan lainnya yang diatur dengan cara
pengaturan sesuai dengan tingkat kemampuan dalam menjalankan fungsinya
tersebut.

6
Muhammad, Dasar-Dasar Keuangan Syariah, (Yogjakarta: Deepublish, 2015, 44.

6
Tingkat kemampuan yang berbeda akan diperlakukan dengan ketentuan
yang berbeda pula berdasarkan tingkat kamampuan lembaga dalam menjalankan
fungsinya. Cara pengaturan yang demikian tidak lagi mendasarkan pada jenis dan
bentuk lembaga keuangan apa yang akan diatur, apa pun jenis dan bentuk
lembaganya akan diatur menurut fungsi dan kapasitasnya. Jadi lembaga keuangan
tertentu, misalnya LKM Syariah akan dikenakan aturan yang prudent atau non-
prudent tergantung pada fungsi atau kemampuannya. Boleh jadi LKM Syariah
tertentu sudah masuk kategori wajib menggunakan aturan prudent, sedangkan LKM
Syariah lainnya masih dikenakan aturan yang bersifat non-prudential. Semua
lembaga keuangan itu, baik yang sudah berskala prudent maupun masih non-
prudent sama-sama dibiarkan tumbuh dan semua adalah legal. Lembaga keuangan
itu baru disebut ilegal jika seharusnya sudah saatnya diatur secara prudent atau
bahkan saatnya wajib transformasi ke bentuk bank, tetapi sengaja tidak
meningkatkan statusnya.

Pemerintah sebenarnya sudah melakukan pembedaan macam-macam badan


usaha dengan menggunakan klasifikasi berdasarkan fungsi dan kapasitas usahanya.
Hal itu dapat dilihat pada Undang Undang Nomor 20 Tahun 2008 tentang Usaha
Mikro Kecil dan Menengah, yang membuat klasifikasi macam-macam kegiatan
usaha itu menjadi Usaha Mikro, Usaha Kecil, dan Usaha Menengah, dengan kriteria
yang telah dirumuskan oleh undang undang tersebut.7 Klasifikasi dengan cara yang
demikian itu sebenarnya dapat diterapkan dalam peraturan perundangan tentang
LKM, sehingga dapat dijadikan patokan bagi OJK, untuk menentukan kepada LKM
mana dan kapan OJK harus bertindak untuk pengaturan, pengawasan dan
pembinaan terhadap LKM, serta kapan OJK tidak melakukan tindakan tersebut.

D. Karakteristik Lembaga Keuangan Mikro

Keuangan mikro, termasuk lembaganya, adalah sebuah konsep yang


berangkat dari pengalaman riil masyarakat miskin dalam memenuhi kebutuhannya.
Oleh karena itu, lembaga keuangan mikro memiliki karakteristik khusus yang
sesuai dengan segmen sasarannya, yaitu:

1) Terdiri dari berbagai bentuk pelayanan keuangan, terutama simpan dan pinjam.

7
Lihat Pasal 6 Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2008 tentang Pemberdayaan Usaha Kecil, Mikro dan
Menengah.

7
2) Diarahkan untuk melayani masyarakat berpenghasilan rendah.
3) Menggunakan sistem serta prosedur yang sederhana (Ginanjar, 2003, Hal.26).

Menurut Rancangan Undang-Undang Lembaga Keuangan Mikro (RUU


LKM), Keuangan Mikro didefinisikan sebagai layanan jasa keuangan berupa
penghimpunan dana dan pemberian pinjaman dalam jumlah kecil, penyediaan jasa-
jasa keuangan terkait yang ditujukan untuk kelompok masyarakat berpenghasilan
rendah. Sedangkan pengertian umum LKM adalah lembaga keuangan penyedia jasa
keuangan mikro (Salam, 2008, Hal.9).

Menurut Bank Indonesia (2006), lembaga keuangan mikro (LKM) dalam


pengertian yang umum dapat dikelompokkan menjadi tiga kelompok:

1) LKM berbentuk bank, yaitu BPR dan Unit Mikro dari Bank Umum.
2) LKM berbentuk koperasi, yaitu KSP, USP, KJKS, UJKS; serta,
3) LKM Bukan Bank Bukan Koperasi (LKM B3K) seperti BKD dan LPKD yang
tidak memenuhi syarat dalam UU Perbankan, Baitul Maal wat Tamwil (BMT),
dan Koperasi Kredit yang tidak memiliki izin pendirian koperasi, dan
sebagainya. LKM B3K selanjutnya dikenal sebagai LKM Informal.

Asian Development Bank (ADB) mendefinisikan lembaga keuangan mikro


sebagai lembaga yang menyediakan jasa penyimpanan (deposit), kredit atau
pembiayaan (loan/financing), pembayaran berbagai transaksi jasa (payment
services) serta money transfer yang ditujukan bagi masyarakat miskin atau
pengusaha kecil. Dengan demikian LKM memiliki fungsi sebagai lembaga jasa
keuangan bagi masyarakat berpenghasilan rendah serta usaha mikro.

Kehadiran lembaga keuangan mikro diharapkan dapat lebih membuka akses


jasa keuangan bagi masyarakat yang terkatagori tidak bankable, sehingga mereka
mendapat manfaat dalam memenuhi kebutuhan serta melangsungkan kegiatan
ekonominya. Littlefield (2003) seperti dikutip Salam (2008, Hal.3), menegaskan
bahwa pendapatan keluarga miskin mengalami perkembangan seiring keberadaan
lembaga keuangan mikro. Kredit mikro membangkitkan mesin ekonomi kecil dari
masyarakat kelas bawah yang tersingkir. Ketika sejumlah besar mesin-mesin kecil
mulai bekerja, panggung bisa dibentuk untuk hal-hal yang lebih besar.

8
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Lembaga Keuangan Mikro Syariah (LKMS) adalah Lembaga keuangan mikro


yang beroperasi sesuai dengan syariah Islam. Berdasarkan Undang-undang Nomor 1
tahun 2013 lembaga keuangan mikro adalah Lembaga keuangan yang berdiri khusus
untuk memberikan pemberdayaan masyarakat dan jasa pengembangan usaha, baik
melalui pembiayaan atau pinjaman dalam usaha skala mikro kepada masyarakat dan
anggota, pengelolaan simpanan, maupun memberi jasa konsultasi pengembangan
usaha yang tidak semata-mata mencari keuntungan.

Kehadiran lembaga keuangan mikro diharapkan dapat lebih membuka akses


jasa keuangan bagi masyarakat yang terkatagori tidak bankable, sehingga mereka
mendapat manfaat dalam memenuhi kebutuhan serta melangsungkan kegiatan
ekonominya. Littlefield (2003) seperti dikutip Salam (2008, Hal.3), menegaskan bahwa
pendapatan keluarga miskin mengalami perkembangan seiring keberadaan lembaga
keuangan mikro. Kredit mikro membangkitkan mesin ekonomi kecil dari masyarakat
kelas bawah yang tersingkir. Ketika sejumlah besar mesin-mesin kecil mulai bekerja,
panggung bisa dibentuk untuk hal-hal yang lebih besar.

B. Saran

Demikian makalah sederhana ini kami susun. Terima kasih kepada pembaca
yang sudi menelaah isi makalah ini, ternyata masih banyak kekurangan dan
kelemahannya. Penulis berharap pembaca berkenan memberikan kritik dan saran
kepada penulis demi sempurnanya makalah ini. Semoga makalah ini berguna bagi
penulis pada khususnya juga para pembaca.

9
DAFTAR PUSTAKA

Andri Soemitra, Bank Dan Lembaga Keuangan Syariah. (Jakarta: Kencana, 2009), 29.

Bustari, Rose, Menik, Bank dan Lembaga Keuangan Lain, (Jakarta:Kencana, 2016), 23.

Andri Soemitra, Hukum Ekonomi Syariah Dan Fiqh Muamalah Di Lembaga


Keuangan Dan Bisnis Kontemporer, (Jakarta Timur: Prenadamedia Group, 2019), 227.

Widiyanto, abdul ghafar, kartiko, BMT Praktik Dan Kasus, (Jakarta: RajagGrafindo
Persada 2016), 7.

Darmawan, Muhammad Iqbal, Manajemen Lembaga Keuangan Syariah, (Yogjakarta:


UNY Press, 2020), 90.

Muhammad, Dasar-Dasar Keuangan Syariah, (Yogjakarta: Deepublish, 2015, 44.

Lihat Pasal 6 Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2008 tentang Pemberdayaan Usaha


Kecil, Mikro dan Menengah.

10

Anda mungkin juga menyukai