Anda di halaman 1dari 10

PENGOLAHAN SLUDGE DENGAN PROSES BIOLOGI

ANAEROBIK

Ikbal dan Rudi Nugroho

Kelompok Teknologi Pengelolaan Air Bersih dan Limbah Cair,


Pusat Pengkajian dan Penerapan Teknologi Lingkungan, BPPT

Abstract

Mixed sludge generated from wastewater treatment plant increases annually.


Organic content as COD of the mixed sludge is about 20.000mg/l, which is
considered to be high-strength wastewater. Due to the sludge have high water
content, it cannot self-burn. In addition, in many industries, there is not enough
land for landfill. For this reason, an experiment of anaerobic treatment was
conducted to investigate the degradation of organic materials in the mixed
sludge. The result shows that high degradation efficiency of organic sludge of 90,
70 and 50% was achieved at organic loading rate of 0,7; 1,4 and 2,1 g/l/d
respectively. The degradation efficiency decreased drastically when the organic
loading rate increased up to 2.8 g/l/d. During the experiment, gas evolution rate
was low due to low organic content of the sludge.

Kata kunci: Mixed sludge, anaerobic treatment, organic sludge degradation,


biogas

1. PENDAHULUAN

Pada sebagian besar industri, untuk Jawa Barat produksi sludge mencapai 150
menanggulangi dampak negatif yang m3/hari. Karena tidak memiliki teknologi
ditimbulkan air limbah buangannya, telah untuk mengolah sludge, maka sampai saat ini
dibangun instalasi pengolahan air limbah sludge tersebut masih belum diolah secara
(IPAL). Namun, beroperasinya IPAL juga mandiri, tetapi dibawa dan dikelola ditempat
memunculkan masalah baru yaitu timbulnya lain, dimana setiap tahun membutuhkan
lumpur atau “sludge” sebagai produk biaya sangat besar, mencapai ratusan juta
samping IPAL. Khusus pada IPAL sistem rupiah.
biologis, sludge yang timbul adalah berupa Pada beberapa industri, sludge ini
sludge organik yang berasal dari kolam hanya ditumpuk pada lahan-lahan kosong di
pengendap awal (primary settling tank) dan sekitar pabrik atau dijadikan sebagai tanah
dari kolam pengendap akhir (secondary urukan. Cara seperti ini jelas tidak tepat,
settling tank). Sludge dari primary settling karena bahan-bahan organik sludge akan
tank disebut primary sludge yang merupakan mencemari lingkungan serta air tanah
endapan padatan yang ikut mengalir disekitarnya. Pada sebagian industri, volume
bersama air limbah, sedangkan sludge dari sludge diperkecil dengan cara mengurangi
secondary settling tank disebut secondary kadar airnya dengan alat belt press atau filter
sludge, merupakan endapan mikroba sisa press. Ada juga industri yang menggunakan
yang dibuang dari unit IPAL. Sejalan dengan fasilitas drying bed untuk mengeringkan
pengoperasian IPAL, akumulasi sludge dari sludgenya. Cara ini selain membutuhkan
hari ke hari juga terus bertambah sehingga lahan yang sangat luas, pengeringan dengan
menimbulkan masalah baru cukup serius sludge drying bed sangat tergantung pada
dilingkungan pabrik. Sebagai gambaran, kondisi cuaca. Disamping cara-cara diatas,
pada salah satu kawasan IPAL terpadu di ada juga industri yang membakar sludge
Cikarang, yang dihasilkannya. Cara terakhir ini

Ikbal dan Nugroho. R. 2006: Pengolahan Sludge……J. Tek. Ling. P3TL – BPPT. 7. (1): 80 – 89 80
disamping boros energi karena untuk pertama. Enzim penghidrolisa seperti lipasa,
membakar sludge secara sempurna proteasa dan sellulosa. Hasil hidrolisa
diperlukan suhu sekitar 800oC, pembakaran polimer-polimer diatas adalah monomer
tidak sempurna akan mencemari udara. seperti monosakarida, asam amino, peptida
Untuk mengatasi beberapa masalah dan gliserin. Selanjutnya monomer-monomer
diatas, maka perlu dicarikan solusi baru yang ini akan diuraikan menjadi asam-asam lemak
mudah dan murah untuk diaplikasikan dalam molekel rendah (lower fatty acids) dan gas
mengolah sludge. hidrogen sebagai berikut:
Salah satu cara yang tepat untuk
mengolah limbah organik berpolutan tinggi Dekomposisi lemak :
seperti sludge organik adalah proses
fermentasi metana atau proses biologi lipase
C3H5(RCOO)3 + 3H2O 3RCOOH + C3H5(OH)3
anaerobik1). Proses ini dikenal tidak saja
hemat energi, tetapi sekaligus proses yang lemak asam lemak gliserol
menghasilkan energi berupa biogas metana
(CH4) 2) dari penguraian polutan-polutan Dekomposisi protein :
organik. Disamping itu proses ini sangat
bersahabat dengan lingkungan, karena protease
Protein Asam amino
produk akhir hasil pengolahan adalah
senyawa-senyawa yang sudah stabil 3).
Diharapkan dengan alternatif baru ini jumlah RCHNH2COOH + H2 RCH2COOH + NH3
produksi sludge dapat dikurangi secara Asam amino asam lemak
signifikan sehingga bisa membantu kalangan
industri dalam pengoperasian IPAL dan
mengelola sludgenya. Dekomposisi karbohidrat :

1.1 Tinjauan Proses Anaerobik Selulosa glukosa


1.2
sellulase
Pada proses anaerobik atau C6H12O6 CH3CH2CH2COOH + 2H2 +2CO2
fermentasi metana, hampir semua polimer
Glukosa asam butirat
organik dapat diuraikan menjadi senyawa
karbon tunggal. Tahap penguraian ini meliputi
tahap pembentukan asam dan tahap 2. Tahap pembentukan asam asetat dan
pembentukan gas metana 4). Keseluruhan hydrogen (acetogenesi
tahapan proses anaerobik secara umum dehydrogenation)
dapat dijelaskan Gambar 2.1. berikut ini:
Meskipun sejumlah asam asetat dan H2
dihasilkan dari penguraian monosakarida dan
Carbohydrat e Monosaccharide H2
asam-asam amino pada tahap acidogenesis,
namun sebagian besar diproduksi dari
Protein Peptide, amino acids
Lower fatty acids CH4
penguraian asam-asam lemak yang
Lipid Glycerine
, fat mempunyai gugus karbon lebih tinggi melalui
tahap acetogenesis dan dehydrogenation,
Fiber Monosaccharide Aceticacid
seperti berikut:
Hydrolysis Acidogenesis Acetogenesis
& Methanogenesis
dehydrogenation Dekomposisi asam propionat dilakukan oleh
Syntrophobacter Wolini
Gambar 1. Mekanisme penguraian polutan
organik pada proses anaerobik CH3CH2COOH + 3H2O CH3COOH + H2CO3 +
3H2
Asam propioat Asam asetat
1. Tahap Hidrolisa dan Pembentukan
Asam (Hydrolysis & Acidogenesis)
Dekomposisi asam butirat oleh
Syntrophomonas Wolfei
Polutan-polutan organik komplek
seperti lemak, protein dan karbohidrat pada CH3CH2CH2COOH + 2H2O 2CH3COOH +
kondisi anaerobik akan dihidrolisa oleh enzim
2H2
hidrolisa yang dihasilkan bakteri pada tahap
Asam butirat

81 Ikbal Nugroho. R. 2005: Pengolahan Sludge……..J. Tek. Ling. P3TL – BPPT. 7. (1): 80- 89
Dekomposisi asam laktat oleh Clostridium berjalan tetapi efisiensinya akan menurun.
Formicoaceticum Sedangkan bakteri pembentuk asam
CH3CHOHCOOH + 2H2O CH3COOH + H2CO3 + mempunyai rentang toleransi pH yang lebih
2H2O tinggi dibanding bakteri pembentuk gas
Asam laktat metana.
Reaksi H2 dengan CO2 oleh Clostridium
Aceticum dan Acetobacterium Woodii
2. Temperatur
Temperatur sangat mempengaruhi laju
4H2 + 2CO2 CH3COOH + 2H2O
metabolisme, keseimbangan ionisasi, dan
kelarutan substrat. Hal ini terjadi karena
3. Tahap pembentukan gas metana
reaksi-reaksi kimia dan fisik di dalam proses
(methanogenesis)
biologi sangat tergantung pada temperatur.
Pengolahan anaerobik kondisi mesophilik
Proses ini merupakan tahap akhir dari
keseluruhan konversi zat organik menjadi berlangsung pada suhu antara 25℃ sampai
CH4 dan CO2, dimana sumber utama 40oC dengan suhu optimum 37℃, sedangkan
pembentukan gas metan adalah asam asetat kondisi thermophilik pada temperatur 50
(70-80%), H2 dan CO2. Dalam proses ini sampai 60℃ dengan suhu optimum 53℃ 6).
terdapat dua group mikro organisme yang Untuk daerah tropis seperti di Indonesia yang
telah diidentifikasi yaitu : suhunya tidak terlalu fluktuatif dimana suhu
a. Obligate acetoclastic methanogenens yang harian berkisar 28 sampai 33 ℃ , proses
hanya menggunakan asam asetat sebagai anaerobik cukup dijalankan pada suhu kamar
sumber energi. artinya tidak perlu penambahan panas dari
luar sistem.
CH3COOH CH4 + CO2
3. Hydraulic retention time (HRT) atau
b. Obligate hydrogenotropic methanogenens waktu tinggal
yang menggunakan H2 sebagai sumber HRT adalah lamanya substrat berada
energi dan CO2 sebagai sumber karbon. dalam reaktor sebelum keluar sebagai hasil
olahan (effluent). HRT harus lebih lama dari
CO2 + 4H2 CH4 + 2H2O
waktu generasi bakteri anaerobik untuk
mencegah agar mikroba di dalam reaktor
Disamping itu, gas metan juga dihasilkan dari tidak keluar (washed out) dari reaktor
konversi asam format dan methanol. bersama air olahan. Bioreaktor jenis
pertumbuhan melekat memiliki HRT antara 1
HCOOH 0,25 CH4 + 0,75 CO2 + 0,5 sampai 10 hari, lebih pendek dari bioreaktor
H2O jenis pertumbuhan tersuspensi yaitu 10
Asam format sampai 60 hari 7)

CH3OH 0,75 CH4 + 0,25 CO2 + 0,5 H2O 4. Nutrisi


Methanol
Pada proses biologi anaerobik, limbah
harus memiliki keseimbangan antara jumlah
1.2 Faktor-faktor yang Berpengaruh karbon (C) dengan nutrisi seperti nitrogen (N)
terhadap Proses Anaerobik dan phosphor (P) yang ideal. Perbandingan
C:N:P menurut Sahm (1984) 700 : 5 : 1.
Kesuksesan proses pengolahan secara Peneliti lain berpendapat bahwa rasio C : N
anaerobik dipengaruhi oleh beberapa faktor, untuk menghasilkan biogas yang maksimal
yaitu: harus bernilai 25 : 1 (Polprasert, 1989).
Bakteri metanogen menggunakan senyawa
1. Derajat keasaman (pH) ammonia dan sulfida sebagai sumber
Pada umumnya bakteri metanogen nitrogen dan sulfur. Mineral-mineral seperti
pembentuk gas metana merupakan bakteri besi, kobal, dan nikel juga dibutuhkan dalam
yang sangat sensitif terhadap perubahan pH sangat sedikit 8).
dan mempunyai kisaran pH optimum antara
6.5 – 7.5 5). Diatas atau dibawah pH ini,
proses penguraian polutan masih dapat

Ikbal dan Nugroho. R. 2006: Pengolahan Sludge……J. Tek. Ling. P3TL – BPPT. 7. (1): 80 – 89 82
5. Racun. Perbandingan ini disesuaikan dengan
perbandingan jumlah primary dan secondary
Beberapa senyawa kimia yang bersifat sludge yang dihasilkan oleh PT. A tersebut.
racun terhadap mikroba anaerobik, adalah: Gambar 2 adalah skematik diagram IPAL PT.
Oxygen. Kehadiran oksigen sangat A serta tempat-tempat pengambilan sludge
mengganggu aktifitas mikroba anaerobik, yang meliputi primary serta secondary
terutama terutama kelompok mikroba sludge.
pembentuk gas (methanogen), karena bakteri Gambar 3 adalah photo primary dan
methanogen termasuk golongan secondary sludge yang baru diambil dari
mikroorganisme anaerob mutlak. masing-masing kolam pengendap. Primary
Sulfida. Bakteri methanogen sangat sensitif sludge bewarna hitam sedangkan secondary
terhadap senyawa sulfida. Diketahui sludge bewarna coklat kekuning-kuningan.
konsentrasi senyawa sulfida lebih dari 200
mg/l akan meracuni bakteri methanogen 5). Gambar 3. Photo primary sludge (kanan) dan
Amonium. Konsentrasi NH3 bebas sangat secondary sludge (kiri)
mempengaruhi produktivitas bakteri
methanogen. Apabila pH diatas 7,5,
konsentrasi NH3 bebas sebesar 150 mg/l
didalam bioreaktor menyebabkan produksi
biogas turun sampai 50% 5).
Asam-asam organik. Akumulasi asam-asam
organik menghalangi aktivitas bakteri
methanogen. Konsentrasi asam asetat diatas
3.000 mg/l atau konensentrasi asam
propionat 4.000 mg/l menyebabkan produksi
biogas berkurang secara drastis 5).
Logam berat. Kehadiran ion-ion Cu+2, Pb+2, 2.2 Mikroba Anaerobik
Cd+2, Ni+2, Zn+2, Cr+6 dalam air limbah industri
pada konsentrasi tinggi sangat mengganggu Sebagai sumber mikroba anaerobik
proses anaerobik 6). untuk mengolah sludge, diambil cairan dalam
bioreaktor anaerobik Rumah Pemotongan
2. BAHAN DAN METODA Hewan Cakung (RPH), Jakarta Timur.
Sebelum digunakan untuk mengolah sludge,
2.1 Sludge terlebih dulu dilakukan pengujian apakah
cairan mikroba anaerob tersebut masih aktif
Sludge yang diolah pada penelitian ini atau tidak. Caranya yaitu cairan mikroba
diambil dari salah satu IPAL Kawasan (PT. A) yang telah diambil dimasukkan kedalam botol
yang berlokasi di Cikarang, Jawa Barat. bermulut lebar mempunyai volume 1 liter
Sludge yang diteliti merupakan sludge yang difungsikan sebagai bioreaktor (Gambar
campuran (mixed sludge) dari primary dan 4). Botol ditutup dengan karet yang telah
secondary sludge dengan perbandingan 1 diberi 2 buah lobang. Lobang pertama
volume berbanding 2 volume (1 vol : 2 vol). digunakan untuk tempat sampling,
sedangkan yang kedua untuk tempat keluar
Raw Aerobic Treated biogas menuju tangki penampung biogas
Primary Secondary (gas holder). Setiap hari cairan didalam botol
wastewater treatment wastewater
settling settling
reactor
tank diambil dalam jumlah tertentu, kemudian
tank
limbah sintetis dalam jumlah yang sama
dimasukkan ke dalamk botol sebagai
Return of sludge pengganti cairan yang diambil. Limbah
sistetis yang digunakan adalah larutan gula
sebagai sumber karbon dengan konsentrasi
25 g/l. Keaktifan mikroba diamati dari jumlah
biogas yang dihasilkan setiap hari sebagai
Primary Secondary hasil penguraian senyawa karbon gula. Gas
sludge sludge holder dilengkapi dengan skala pembacaan
untuk mengetahui jumlah produksi biogas.
Gambar 2. Skematik diagram IPAL PT. A

83 Ikbal Nugroho. R. 2005: Pengolahan Sludge……..J. Tek. Ling. P3TL – BPPT. 7. (1): 80- 89
Gambar 4. Rangkaian peralatan untuk pengujian mula bioreaktor diberi umpan limbah sintetis.
Setelah biogas mulai terbentuk yaitu setelah
3 hari, limbah sintetis sebagai umpan
bioreaktor diganti dengan sludge campuran
dari IPAL PT. A. Pengambilan cairan dari
dalam bioreaktor dan pemasukan umpan
baru kedalam bioreaktor dilakukan setiap hari
secara “draw-and-fill”, yaitu cairan didalam
bioreaktor diambil dalam jumlah tertentu,
B io re a k to r G a s h o ld e r
kemudian sludge segar dalam jumlah yang
sama dimasukkan kedalam bioreaktor.
Cairan hasil olahan kemudian dianalisa untuk
keaktifan mikroba mengetahui pH dan konsentrasi bahan
organik yang tersisa. Metode draw and fill
2.3 Bioreaktor anaerobik digunakan karena jumlah draw and fill setiap
hari sedikit, disamping itu konsentrasi
Bioreaktor yang digunakan untuk padatan dalam sludge cukup tinggi sehingga
mengolah sludge adalah tangki berbentuk pengumpanan sludge dengan pompa secara
silinder yang dibuat dari bahan akrilik, kontinyu sulit dilakukan. Jumlah produksi
mempunyai tinggi 48 cm, diameter 20 cm dan biogas setiap hari diketahui dari pembacaan
volume operasi 12 liter. Pengadukan isi skala gas holder. Dalam selang waktu
bioreaktor dilakukan dengan cara tertentu, biogas dalam gas holder disampling
mensirkulasikan cairan didalam bioreaktor dan dianalisa untuk mengetahui konsentrasi
dengan bantuan pompa jenis Handy Pump gas CH4 dan CO2. Penelitian dilaksanakan
(Shimisu dan Wilo, Jepang) kapasitas 20 pada suhu ruangan.
l/menit. Pengadukan dilakukan secara 2. 4 Analisa
kontinyu selama 24 jam dalam satu hari.
Pengadukan berfungsi untuk membebaskan Beberapa parameter penting yang
biogas yang terbentuk serta menjaga dianalisa dalam pengolahan sludge adalah
homogenitas cairan dalam bioreaktor. Gas sebagai berikut:
holder yang digunakan untuk menampung a. pH
biogas juga dibuat dalam bahan akrilik
bervolume 10 liter. Gambar 5 adalah Pengukuran pH dilakukan dengan
rangkaian peralatan yang digunakan untuk menggunakan Horiba pH Meter F-22 (Horiba,
penelitian pengolahan sludge dengan proses Jepang). Sebelum digunakan, elektroda pH
meter dikalibrasi dengan larutan standar 4,01
dan 6,86.

b. Produksi Gas

Jumlah produksi biogas diukur


Bioreaktor Gas holder menggunakan gas holder yang dilengkapi
(volume 11 L) skala pembacaan. Komposisi biogas meliputi
CH4. dan CO2 diukur menggunakan serbuk
CaO. Biogas didalam gas holder diambil
menggunakan syringe dari bahan gelas
Pompa bervolume 100 ml. Kemudian diinjeksikan
sirkulasi
kedalam botol bertutup rapat yang berisi
serbuk CaO. Dalam botol, gas CO2 akan
bereaksi dengan serbuk CaO membentuk
Gambar 5. Rangkaian peralatan pengolahan CaCO3, sedangkan gas CH4. akan balik
sludge dengan proses anaerobik kembali kedalam syringe. Selisih jumlah gas
awal dan akhir dalam syringe adalah jumlah
biologi anaerobik. Mula-mula kedalam gas CO2, sedangkan gas yang masih tersisa
bioreaktor dimasukkan cairan mikroba dalam syringe adalah gas CH4. Disini
anaerobik sebanyak 11,75 liter dan limbah diasumsi bahwa biogas hanya mengandung
sintetis yang mengandung gula sebagai gas CO2 dan gas CO4.
sumber karbon sebanyak 0,25 liter. Mula-

Ikbal dan Nugroho. R. 2006: Pengolahan Sludge……J. Tek. Ling. P3TL – BPPT. 7. (1): 80 – 89 84
c. Chemicals Oxygen Demand (COD) sedangkan VSS adalah jumlah material
organik dalam SS. Cara mengukur
COD adalah jumlah oksigen yang konsentrasi SS dan VSS hampir sama
diperlukan untuk mengoksidasi polutan dengan cara mengukur konsentrasi TS dan
organik dalam jumlah tertentu dan TVS. Karena disini yang diukur hanya
merupakan salah satu parameter penting padatan sludgenya saja, maka cairan yang
dalam menetapkan tingkat pencemaran. ada dalam sludge harus dipisahkan, yaitu
Semakin tinggi kadar COD, maka tingkat dengan alat sentrifugator (Kokusan, type H
pencemaran limbah tersebut juga makin 103, Jepang). Caranya, sampel dalam jumlah
tinggi. COD yang diukur disini adalah COD tertentu dimasukkan kedalam tabung khusus
total, meliputi COD dalam cairan dan COD yang dilengkapi penutup, kemudian
dalam padatan sludge. Metoda yang disentrifius pada kecepatan 4.000 rpm
digunakan mengikuti prosedur Hach selama 10 menit. Cairan supernatan yang
(methode no. 430). Slugde setelah terpisah pada dibagian atas dibuang dan
diencerkan dimasukkan kedalam reagent padatan dipindahkan kedalam cawan porselin.
Hach, kemudian dipanaskan dalam COD Langkah-langkah selanjutnya adalah sama
reaktor pada suhu 150℃ selama 120 menit. seperti cara analisa parameter TS dan TVS.
Setelah dingin, konsentrasi COD diukur
dengan Spektrofotometer (Hach DR/2000, 3. HASIL DAN PEMBAHASAN
Amerika) pada panjang gelombang 420 nm.
Nilai yang terbaca pada spektrometer 3.1 Analisa sludge
kemudian dikalikan dengan tingkat
pengenceran yang dilakukan diawal proses, Salah satu contoh hasil analisa sludge
maka akan diperoleh konsentrasi COD (mg/l) IPAL PT. A adalah seperti terlihat pada Tabel
. 1, meliputi konsentrasi TS, TVS, SS, VSS
d. Total Solid (TS) dan Total Volatile dan COD primary dan secondary sludge.
Solid (TVS) Pada bagian kanan Tabel juga disajikan hasil
analisa sludge campuran.
TS dan TVS merupakan parameter
penting dalam pengolahan limbah yang Tabel 1. Hasil analisa primary, secondary dan
mempunyai konsentrasi padatan tinggi sludge campuran (mixed sludge)*
seperti sludge. TS adalah jumlah padatan
total dalam limbah, meliputi padatan terlarut Parameter Unit Primary Secondary Mixed
dan tidak larut, sedangkan TVS menunjukkan sludge sludge sludge
jumlah bahan organik yang terdapat didalam
TS. Mula-mula sampel dalam jumlah tertentu pH (-) 6.8 6..9 6.8
dimasukkan kedalam cawan porselin yang TS mg/l 49.225 21.255 32.335
telah ditimbang beratnya (A g). Cawan
dipanaskan diatas water bath pada suhu TVS mg/l 24.815 8.250 14.895
105oC untuk menguapkan air dalam sludge,
SS mg/l 43.630 20.105 31.570
kemudian dikeringkan dalam drying oven 105
ºC selama 1 malam. Setelah didinginkan, VSS mg/l 21.525 6.805 13.775
berat cawan dan sludge kering ditimbang (B
g). Selanjutnya sludge kering dibakar dalam COD mg/l 23.000 11.400 20.250

burner pada suhu 600℃ selama 30 menit.


*campuran primary sludge dan secondary sludge (1 vol :
Setelah dingin, cawan dan abu sisa 2 vol).
pembakaran ditimbang (C g). Besarnya TS
adalah pengurangan B dengan A (mg/l), Disini terlihat, pH sludge mendekati
sedangkan nilai TVS adalah selisih antara B normal yaitu sekitar 7. Primary sludge yang
dengan C (mg/l). berasal dari bak pengendap awal IPAL
memiliki konsentrasi TS, SS dan COD sangat
e. Suspended Solid (SS) dan Volatile tinggi yaitu masing-masing 49.225, 43.630
Suspended Solid (VSS) dan 23.000 mg/l, sedangkan secondary
sludge cukup rendah masing-masing 21.255,
Disamping TS dan TVS, parameter SS 20.105 dan 11.400 mg/l atau sekitar
dan VSS juga cukup penting dalam setengahnya. Sludge campuran yang diolah
pengolahan sludge. TS menunjukkan jumlah pada penelitian ini mempunyai kadar
padatan yang tersuspensi dalam limbah, konsentrasi TS, SS dan COD cukup tinggi

85 Ikbal Nugroho. R. 2005: Pengolahan Sludge……..J. Tek. Ling. P3TL – BPPT. 7. (1): 80- 89
yaitu masing-masing 32.335, 31.570 dan 3.3 Pengolahan sludge campuran
20.250 mg/l. Konsentrasi organik TVS dan
VSS kurang dari 50% TS dan SS, yaitu Seperti dijelaskan diatas, mula-mula
masing-masing 14.895 dan 13.775 mg/l. bioreaktor diberi umpan limbah sintetis,
Tabel 2 adalah hasil analisa unsur- kemudian setelah 3 hari limbah sintetis
unsur dominan pembentuk sludge yang diganti dengan sludge campuran dari IPAL
meliputi karbon, hidrogen dan nitrogen. Dari PT. A.. Pengumpanan sludge dimulai dari
Tabel 2 diketahui bahwa kandungan karbon jumlah kecil, kemudian secara bertahap
pada masing-masing sludge hanya sekitar 25 jumlah sludge dinaikan sampai diperoleh
dan 32%. Nilai-nilai ini lebih kecil bila beban maksimum yang bisa dicapai. Pada
dibandingkan dengan kandungan karbon tiap beban dilakukan analisa pH, COD, TS,
pada sludge organik IPAL limbah domestik VS, SS dan VSS disamping mengitung
yaitu mencapai 45%. Kecilnya kandungan jumlah produksi dan konsentrasi biogas.
karbon ini berpengaruh pada tingkat
degradasi sludge dan jumlah biogas yang 3.3.1 Pengaruh perubahan beban
akan dihasilkan. terhadap pH dan produksi biogas

Tabel 2. Konsentarsi karbon, hydrogen, nitrogen Gambar 7 adalah perubahan pH dan


dan protein dalam sludge produksi gas selama penelitian pengolahan
sludge berlangsung. Bagian paling atas
Unsur Primary Secondary dalam
Sludge Sludge
Carbon (C) 25,8 % 32,3 %
Jumlah umpan (l/d)

Hidrogen (H) 3,8 % 4,8 % 0,3 0,5 1,0 1,5 2,0 1,0 1,5

Beban VSS (g/l/d)


Nitrogen (N) 3,25 % 4,7 %
0,4 0,7 1,4 2,1 2,8 1,4 2,1

10 5.000

, Produksi biogas (ml/d)


8 4.000
3.2. Pengujian Keaktifan Mikroba
6 3.000
Konsentrasi gas CH4 40~60%
Gambar 6 adalah produksi biogas hasil
4 2.000
penguraian polutan organik limbah
, pH (-)

2 1.000

0 0
Gambar 6. Produksi Biogas pada Limbah Sintetis 0 10 20 30 40 50 60 70 80
Waktu (hari)
600

Gambar 7. Pengaruh kenaikan jumlah umpan


500
terhadap pH dan produksi biogas
400
gambar adalah jumlah umpan yang
dimasukkan kedalam bioreaktor dan
Produksi biogas (ml/d)

300
dibawahnya adalah beban organik VSS (VSS
200
loading rate). Beban VSS (g/l/d) dihitung
100 dengan cara mengalikan konsentrasi VSS
(g/l) dengan jumlah sludge yang diumpankan
0 dalam 1 hari (l/d), kemudian hasil yang
0 2 4 6 8 10
diperolah dibagi dengan volume bioreaktor.
Waktu (hari)
Seperti terlihat pada gambar 7, kenaikan
sintetis oleh mikroba anaerobik. Terlihat jumlah umpan bioreaktor yang dilakukan
disini, mulai dari hari pertama penambahan secara bertahap mulai dari 0,3 l/hari sampai
limbah sintetis kedalam bioreaktor sudah dengan 2,0 l/hari hampir tidak mempengaruhi
terbentuk biogas. Selanjutnya pada hari-hari derajat keasaman (pH) dalam bioreaktor.
berikutnya jumlah biogas yang dihasilkan Selama penelitian berlangsung, nilai pH tetap
relatif stabil. Keadaan ini memperlihatkan stabil disekitar 7. Dari sini dapat disimpulkan
bahwa mikroba yang akan digunakan pada bahwa perubahan beban organik (organic
penelitian ini mempunyai keaktifan yang matter loading rate) tidak mempengaruhi nilai
cukup tinggi dan relatif stabil. pH dalam bioreaktor. Hal ini terjadi karena

Ikbal dan Nugroho. R. 2006: Pengolahan Sludge……J. Tek. Ling. P3TL – BPPT. 7. (1): 80 – 89 86
sludge organik mengandung larutan pengurangan COD (COD degradation
penyagga (buffer solution) yang cukup kuat. efficiency) sebesar 90%. Effisiensi
Produksi biogas pada saat pengurangan COD masih dapat
menggunakan limbah sintetis cukup tinggi dipertahankan tinggi sekitar 70% pada jumlah
mencapai 4.000 ml/hari. Ini menandakan umpan 1 l/hari. Penambahan jumlah umpan
aktifitas mikroba yang digunakan cukup sampai 1,5 l/hari effisiensi pengurangan COD
tinggi. Namun setelah umpan diganti dengan
sludge jumlah produksi biogas menurun
Jumlah umpan (l/d)
cukup signifikan. Kenaikan jumlah umpan
0,3 0,5 1,0 1,5 2,0 1,0 1,5
hampir tidak menambah jumlah produksi
biogas. Produksi biogas pada hari ke 6,13, Beban VSS (g/l/d)
41, 55, 69, 76 lebih banyak dibandingkan 0,4 0,7 1,4 2,1 2,8 1,4 2,1

, Effisiensi pengurangan COD (%)


pada hari-hari lainnya. Hal ini terjadi karena 50 95%
90%
100

, Konsentrasi COD outlet (g/l)


jumlah biogas pada titik-titik tersebut

, Konsentrasi COD inlet (g/l)


40 80
merupakan akumulasi produksi biogas 70%

selama 3 hari, yakni jumlah produksi biogas 30 60


50%
mulai dari hari Jumat sampai hari Minggu,
20 40
karena hari Sabtu merupakan hari libur jadi
pada hari tersebut tidak dilakukan aktifitas 10 20
penelitian. Sedikitnya produksi biogas pada
hari ke 29, 30, 58, 62 disebabkan karena 0 0
0 10 20 30 40 50 60 70 80
pada hari-hari tersebut terjadi kerusakan
Waktu (hari)
pada pompa sirkulasi cairan dalam bioreaktor
yang menyebabkan isi bioreaktor tidak
Gambar 8. Pengaruh kenaikan jumlah umpan
teraduk, sehingga keaktifan mikroba menjadi
menurun dan produksi biogas menjadi terhadap konsentrasi dan effisiensi pengurangan
berkurang. COD turun menjadi sekitar 50%. Pada beban
Produksi biogas per hari rata-rata ini, konsentrasi COD dalam sludge olahan
hanya 300~800 ml atau 50~75 ml per gram sekitar 15 g/l. Selanjutnya dengan menaikkan
VSS umpan. Angka ini sangat kecil bila jumlah umpan menjadi 2,0 l/hari, konsentrasi
dibanding produksi biogas pada pengolahan COD olahan naik secara drastis sehari
sludge limbah domestik yang mencapai 200 setelah penambahan. Naiknya konsentrasi
ml per gram VSS umpan. Hal ini diduga COD menyebabkan effisiensi pengurangan
karena terjadi kebocoran pada gas holder COD turun secara tajam. Pada hari ke 55,
sehingga sebagian gas tidak tertampung, effisiensi pengurangan COD tinggal sekitar
disamping itu konsentrasi karbon dalam 15% dan angka ini cenderung terus turun
sludge IPAL PT. A juga lebih sedikit sehingga kestabilan proses tidak dapat
dibanding konsentrasi karbon dalam limbah dipertahankan. Disini dapat disimpulkan
domestik. Kandungan gas CH4 didalam bahwa terjadi kondisi “over load“ dalam
biogas cukup tinggi, berkisar antara 45-60%. bioreaktor dimana mikroba tidak mampu lagi
mengolah sludge yang masuk, sehingga
3.3.2 Pengaruh perubahan beban effisiensi penguraian terus menurun. Pada
terhadap effisiensi pengurangan hari ke 56 umpan bioreaktor diturunkan
COD menjadi 1 l/hari dan setelah kwalitas effluen
kembali normal seperti kondisi semula, beban
Pengaruh kenaikan jumlah umpan bioreaktor dinaikkan lagi menjadi 1,5 l/hari.
(beban organik) terhadap perubahan Selama 10 hari lebih penelitian dilakukan
konsentrasi COD hasil olahan dan effisiensi pada beban 1,5 l/hari, ternyata effisiensi
pengurangan COD seperti terlihat pada pengurangan COD tetap dapat dipertahankan
gambar 8. Kenaikan jumlah umpan baru sekitar 50%, sama besar dengan angka yang
dilakukan setelah dicapai kondisi stabil pada dicapai sebelumnya pada beban yang sama.
beban umpan tersebut yang memerlukan
waktu 10 sampai 15 hari. Penambahan 3.3.3 Pengaruh perubahan beban
jumlah sludge dilakukan secara bertahap terhadap effisiensi pengurangan
sebesar 0,5 liter. Pada jumlah pengumpanan total volatile solid (TVS)
sludge 0,5 liter perhari atau pada beban VSS
(VSS loading rate) 0,7 g/l/hari dengan waktu Total volatile solid adalah jumlah
tinggal (HRT) 22 hari, diperoleh effisiensi seluruh bahan-bahan organik yang ada

87 Ikbal Nugroho. R. 2005: Pengolahan Sludge……..J. Tek. Ling. P3TL – BPPT. 7. (1): 80- 89
dalam limbah, meliputi bahan organik dalam 3.3.4 Pengaruh perubahan beban
padatan dan dalam cairan limbah. Pada terhadap effisiensi pengurangan
pengolahan biologi anaerobik, bahan-bahan volatile suspended solid (VSS)
organik inilah yang akan diuraikan menjadi
biogas melalui reaksi biokimia oleh mikroba Volatile suspended solid (VSS) adalah
anaerobik. material-material organik yang terdapat
Gambar 9 adalah pengaruh dalam padatan yang tidak larut atau dalam
penambahan jumlah umpan terhadap suspended solid (SS). Parameter ini sangat
perubahan konsentrasi TVS dalam sludge penting, karena tujuan utama dari
olahan dan effisiensi pengurangan TVS pengolahan sludge adalah untuk mengetahui
selama penelitian berlangsung. seberapa banyak padatan khususnya
Bertambahnya jumlah umpan bioreaktor padatan organik (VSS) dalam sludge yang
menyebabkan konsentrasi TVS hasil olahan dapat diuraikan oleh mikroba anaerobik.
meningkat sehingga effisiensi pengolahan Gambar 10 menunjukkan pengaruh
menjadi berkurang. Effisiensi pengurangan perubahan beban bioreaktor terhadap
TVS masih dapat dipertahankan stabil konsentrasi VSS dalam sludge hasil
sampai jumlah umpan 1,5 l/hari. Kenaikan olahan
volume umpan menjadi 2 l/hari menyebabkan Jumlah umpan (l/d)
effisiensi pengurangan TVS terus menerus 0,3 0,5 1,0 1,5 2,0 1,0 1,5
turun. Hal ini diduga karena terjadi kondisi
Beban VSS (g/l/d)
0,4 0,7 1,4 2,1 2,8 1,4 2,1
Jumlah umpan (l/d)

, Effisiensi pengurangan VSS (%)


25 98% 100
, Konsentrasi VSS outlet (g/l)

0,3 0,5 1,0 1,5 2,0 1,0 1,5 93%


, Konsentrasi VSS inlet (g/l)

Beban VSS (g/l/d) 20 80


70%
0,4 0,7 1,4 2,1 2,8 1,4 2,1
, Effisiensi pengurangan TVS (%)

25 100 15 60
90%
, Konsentrasi TVS outlet (g/l)

50%
, Konsentrasi TVS inlet (g/l)

80%
20 80 10 40
65%
15 60 5 20

10 40% 40 0 0
0 10 20 30 40 50 60 70 80
5 20 Waktu (hari)

0 0
0 10 20 30 40 50 60 70 80
Waktu (hari) Gambar 10. Pengaruh kenaikan jumlah umpan
terhadap konsentrasi dan effisiensi pengurangan
Gambar 9. Pengaruh kenaikan jumlah umpan VSS serta effisiensi pengurangan VSS.
terhadap konsentrasi dan effisiensi pengurangan Seperti halnya COD dan TVS, kenaikan
TVS over load didalam bioreaktor yang jumlah umpan bioreaktor juga menyebabkan
menyebabkan kinerja mikroba menurun effisiensi pengurangan VSS menurun.
drastis. Setelah umpan bioreaktor diturunkan Kenaikkan jumlah umpan sampai 1,5 l/hari
menjadi 1 l/hari, seperti lihat pada gambar 8, menyebabkan effisiensi pengurangan VSS
konsentrasi TVS sludge olahan kembali turun sampai 50%.
membaik dan effisiensi pengolahan juga naik.
Pada hari ke 70 umpan bioreaktor dinaikkan 3.3.4 Effisiensi pengolahan sludge tiap-
lagi menjadi 1,5 l/hari. Pada beban ini tiap beban yang diteliti pada kondisi
effisiensi pengurangan TVS dapat kembali stabil
dipertahankan sekitar 40%, sama seperti
kondisi sebelumnya pada beban yang sama. Tabel 3 adalah rangkuman hasil
Dari gambar 9 diatas terlihat, pada penelitian yakni effisiensi pengolahan sludge
jumlah pengumpanan sludge 1 l/hari (waktu yang meliputi chemical oxygen demand
tinggal 11 hari) effisiensi pengurangan TVS (COD), total volatile solid (TVS), volatile
adalah sekitar 65%, apabila dinaikan menjadi suspended solid (VSS) pada tiap beban
1,5 l/hari (waktu tinggal 7,3 hari) effisiensinya yang diteliti dalam kondisi stabil. Jumlah
turun menjadi sekitar 40%. umpan 0,3, 0,5, 1,0 dan 1,5 l/hari bila
dikonversi menjadi besaran beban organik
dalam padatan (VSS loading rate) maka

Ikbal dan Nugroho. R. 2006: Pengolahan Sludge……J. Tek. Ling. P3TL – BPPT. 7. (1): 80 – 89 88
angka-angka diatas menjadi setara dengan DAFTAR PUSTAKA
0,4; 0,7; 1,4 dan 2,1 g/l/hari.
Dari Tabel 3 diatas terlihat, kenaikkan 1. Bitton, Gabriel. : Wastewater
jumlah umpan akan menurunkan effisiensi Microbiologi, 13, 229, Anaerobic
pengolahan sludge. Dari sini diketahui digestion of wastewater and sludge,
effsisiensi pengurangan masing-masing Wiley-Liss Inc. (1994).
parameter pada beban maksimum VSS yang 2. Beppu, T. and Anazawa, H. : Studies on
bisa dicapai yakni 2,1 g/l/hari adalah hampir methane fermentation at high
sama yaitu sekitar 50%. Angka ini lebih besar temperature, Tokyo University, Bunkyo-
dari studi yang pernah dilakukan Ikbal dkk 9,10). ku, Tokyo 113, Japan.
dalam mengolah sludge limbah domestik, 3. Metcalf and Eddy, Inc. : Wastewater
dimana effisiensi pengurangan VSS Engineering, Treatment, Disposal and
maksimal yang bisa diperoleh hanya sekitar Reuse, McGraw-Hill, Inc.(1979)
45% pada beban VSS yang sama. 4. Nagai, S., and Nishio, M. : Biological
aspects of anaerobic digestion.
Tabel 3. Effisiensi pengolahan sludge pada tiap Handbook of Heat and Mass Transfer, 3,
beban umpan dalam kondisi stabil 702-704, Catalysis, Kinetics and Reactor
Engineering, Gulf Publishing Co. (1989).
Flow rate Effisiensi pengurangan (%)
5. Ikbal, Tang, Y., Fujimura, Y., Shigematsu,
T., Morimura, S., and Kida, K.: The
Beban VSS
COD TVS VSS affecting factors for optimization of
0,3 l/hari mesophilic aceticlastic methanogenesis.
0,4 g/l/hari
95 90 98 J. Water Treatment Biology, 39, 189-197
0,5 l/hari
(2003).
90 80 93 6. Sonoda, Y., Kida, K., and Nagai, S. :
0.7 g/l/hari
Conventional anaerobic digestion.
1,0 l/hari
70 65 70
Handbook of Heat and Mass Transfer, 3,
1,4 g/l/hari 753-772, Catalysis, Kinetics and Reactor
1,5 l/hari Engineering, Gulf Publishing Co. (1989).
50 40 50
2.1 g/l/hari 7. Kida, K., Morimura, S., Sonoda, Y., Obe,
M., and Kondo, T.: Support media for
4. KESIMPULAN microbial adhesion in an anaerobic
fluidized-bed reactor. J. Ferment.
Dari hasil penelitian pengolahan sludge Bioeng. 69, 354~359 (1990).
campuran IPAL PT. A dapat disimpulkan 8. Kida. K., Ikbal, Sonoda, Y., Kawase, and
sebagai berikut: Nomura, T.: Influent of mineral
1. Sludge campuran dari IPAL biologis nutrients on high performance during
dapat diolah dengan effektif anaerobic treatment of waste water
menggunakan proses biologi anaerobik. from beer brewery. J. Ferment. Bioeng.
2. Beban organik maksimal yang bisa 72, 54~57 (1991).
dicapai 2,1 g/l/hari dengan waktu tinggal 9. Kida. K., and Ikbal.: Treatment of
sludge dalam bioreaktor 7,3 hari. sewage sludge by two-series digestion
3. Effisiensi penguraian organik dalam with liquefaction of thickened surplus
sludge (VSS degradation efficiency) sludge. J. Water Environment (Mizu
sangat tinggi, masing-masing sebesar 98, Kankyou Gakkaishi), 18, 215-221 (1995).
93, 70 dan 50% pada masing-masing 10. Ikbal, Morimura, S., Shigematsu, T and
beban organik 0,4; 0,7; 1,4 dan 2,1 K. Kida.: Bacterial population and
g/l/hari. degradation of sludge components in a
4. Produksi biogas relatif sedikit. Hal ini modified two-series digestion process
disebabkan karena kandungan bahan including sludge liquefaction. J. Water
organik dalam sludge kecil (sekitar 50%), Treat. Biol., 38, 193-201 (2002).
disamping itu diduga terjadi kebocoran
pada gas holder sehingga sebagian
biogas yang diproduksi tidak tertampung.

89 Ikbal Nugroho. R. 2005: Pengolahan Sludge……..J. Tek. Ling. P3TL – BPPT. 7. (1): 80- 89

Anda mungkin juga menyukai