Anda di halaman 1dari 11

Nama Lengkap :

NIPPPK :
Jabatan :
Instansi :

RANGKUMAN
AGENDA I
Wawasan Kebangsaan dan Nilai Nilai Bela Negara
Wawasan Kebangsaan dan Nilai-Nilai Bela Negara Wawasan kebangsaan adalah cara
pandang bangsa Indonesia mengenai diri dan lingkungannya, mengutamakan kesatuan dan
persatuan wilayah dalam penyelenggaraan kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara yang
bersumber dari Pancasila, UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945, Negara Kesatuan Republik
Indonesia, dan Bhinneka Tunggal Ika guna memecahkan berbagai persoalan yang dihadapi bangsa
dan negara Indonesia demi mencapai masyarakat yang aman, adil, makmur, dan sejahtera. Bendera,
bahasa, dan lambang negara, serta lagu kebangsaan Indonesia merupakan sarana pemersatu,
identitas, dan wujud eksistensi bangsa yang menjadi simbol kedaulatan dan kehormatan negara
sebagaimana diamanatkan dalam UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yang merupakan
manifestasi kebudayaan yang berakar pada sejarah perjuangan bangsa, kesatuan dalam keragaman
budaya, dan kesamaan dalam mewujudkan cita-cita bangsa dan Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 tahun 2019 tentang Pengelolaan Sumber Daya
Nasional untuk Pertahanan Negara Pasal 7 dijelaskan bahwa keikutsertaan Warga Negara dalam
usaha Bela Negara salah satunya dilaksanakan melalui pendidikan kewarganegaraan dengan
Pembinaan Kesadaran Bela Negara dengan menanamkan nilai dasar Bela Negara, yang meliputi:
a. cinta tanah air;
b. sadar berbangsa dan bernegara;
c. setia pada Pancasila sebagai ideologi negara;
d. rela berkorban untuk bangsa dan negara; dan
e. kemampuan awal Bela Negara
Saat ini, mengenai peraturan perundang-undangan diatur berdasarkan UU No. 12 Tahun
2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan. Sedangkan untuk jenis produk hukum
yang berbentuk Tindakan Administrasi Pemerintahan diatur berdasarkan UU No. 30 Tahun 2014
tentang Administrasi Pemerintahan. Kebijakan publik dalam format keputusan dan/atau tindakan
administrasi pemerintahan (SANKRI) memiliki landasan idiil yaitu Pancasila landasan konstitusionil,
UUD 1945 sebagai sistem yang mewadahi peran Aparatur Sipil Negara (ASN) berdasarkan UU No.5
Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara.

ANALISIS ISU KONTENPORER


PERUBAHAN LINGKUNGAN STRATEGIS
A. Konsep Perubahan
Perubahan adalah sesuatu yang tidak bisa dihindari dan menjadi bagian dari perjalanan peradaban
manusia.
1. Melaksanakan kebijakan publik yang dibuat oleh Pejabat Pembina Kepegawaian sesuai dengan
peraturan perundangundangan,
2. Memberikan pelayanan publik yang profesional dan berkualitas, serta
3. memperat persatuan dan kesatuan Negara Republik Indonesia
Menjadi PNS yang profesional memerlukan pemenuhan terhadap beberapa persyaratan berikut:
1. Mengambil Tanggung Jawab.
2. Menunjukkan Sikap Mental Positif.
3. Mengutamakan Keprimaan
4. Menunjukkan Kompetensi
5. Memegang Teguh Kode Etik

B. Perubahan Lingkungan Strategis


Perubahan cara pandang tersebut, telah mengubah tatanan kehidupan berbangsa dan
bernegara.
Oleh karena itu, pemahaman perubahan dan perkembangan lingkungan stratejik pada tataran
makro merupakan faktor utama yang akan menambah wawasan PNS.
PNS dihadapkan pada pengaruh yang datang dari eksternal juga internal yang kian lama kian
menggerus kehidupan berbangsa dan bernegara (pancasila, UUD 1945, NKRI dan Bhinneka
Tunggal Ika) sebagai konsensus dasar berbangsa dan bernegara.

C. Modal Insani Dalam Menghadapi Perubahan Lingkungan Strategis


Modal manusia adalah komponen yang sangat penting di dalam organisasi. Manusia dengan
segala kemampuannya bila dikerahkan keseluruhannya akan menghasilkan kinerja yang luar biasa.
Ada enam komponen dari modal manusia (Ancok, 2002), yang akan dijelaskan sebagai berikut:
1. Modal Intektual
2. Modal Emosional
3. Modal Sosial
1. Kesadaran Sosial (Social Awareness)
2. Kemampuan sosial (Social Skill)
4. Modal ketabahan (adversity)
1. Quitter yakni orang yang bila berhadapan dengan masalah memilih untuk melarikan diri
dari masalah dan tidak mau menghadapi tantangan guna menaklukkan masalah.
2. Camper adalah tipe yang berusaha tapi tidak sepenuh hati.
3. Climber yang memiliki stamina yang luar biasa di dalam menyelesaikan masalah.
5. Modal etika/moral
1. Integritas (integrity)
2. Bertanggung-jawab (responsibility)
3. Penyayang (compassionate)
4. Pemaaf (forgiveness)
6. Modal Kesehatan (kekuatan) Fisik/Jasmani Badan atau raga adalah wadah untuk mendukung
manifestasi semua modal insani yang dibahas sebelumnya, Badan yang tidak sehat akan
membuat semua modal di atas tidak muncul dengan maksimal.
ISU-ISU STRATEGIS KONTEMPORER
Saat ini konsep negara, bangsa dan nasionalisme dalam konteks Indonesia sedang
berhadapan dengan dilema antara globalisasi dan etnik nasionalisme yang harus disadari sebagai
perubahan lingkungan strategis.
Isu lainnya yang juga menyita ruang publik adalah terkait terorisme dan radikalisasi yang
terjadi dalam sekelompok masyarakat, baik karena pengaruh ideologi laten tertentu, kesejahteraan,
pendidikan yang buruk atau globalisasi secara umum. Bahaya narkoba merupakan salah satu isu
lainnya yang mengancam kehidupan bangsa.
Faktor Individu
1. sifat tamak, Korupsi, bukan kejahatan biasa dari mereka yang membutuhkan makan,
tetapi kejahatan profesional orang yang sudah berkecukupan yang berhasrat besar untuk
memperkaya diri dengan sifat rakus atau serakah.
2. moral yang lemah menghadapi godaan, Seorang yang moralnya tidak kuat cenderung
mudah tergoda untuk melakukan korupsi. Godaan itu bisa berasal dari atasan, teman
setingkat, bawahannya, atau pihak yang lain yang memberi kesempatan korupsi.
3. gaya hidup konsumtif, Perilaku konsumtif menjadi masalahh besar, apabila tidak
diimbangi dengan pendapatan yang memadai sehingga membuka peluang untuk
menghalalkan berbagai tindakan korupsi untuk memenuhi hajatnya.

TERORISME
Terorisme adalah perbuatan yang menggunakan kekerasan atau ancaman kekerasan yang
menimbulkan suasana teror atau rasa takut secara meluas, yang dapat menimbulkan korban yang
bersifat massal, dan/atau menimbulkan kerusakan atau kehancuran terhadap objek vital yang
strategis, Iingkungan hidup, fasilitas publik, atau fasilitas internasional dengan motif ideologi, politik,
atau gangguan keamanan.
Hubungan Radikalisme dan Terorisme
Terorisme
Terorisme sebagai kejahatan luar biasa jika dilihat dari akar perkembangannya sangat
terhubung dengan radikalisme.
Radikalisme merupakan suatu sikap yang mendambakan perubahan secara total dan bersifat
revolusioner dengan menjungkirbalikkan nilai-nilai yang ada secara drastis lewat kekerasan (violence)
dan aksi-aksi yang ekstrem.
Radikal Terorisme adalah suatu gerakan atau aksi brutal mengatasnamakan ajaran
agama/golongan, dilakukan oleh sekelompok orang tertentu, dan agama dijadikan senjata politik
untuk menyerang kelompok lain yang berbeda pandangan.

KERANGKA KESIAPSIAGAAN BELA NEGARA DALAM PELATIHAN DASAR CALON PEGAWAI NEGERI
SIPIL
KESIAPSIAGAAN BELA NEGARA
A. KONSEP KESIAPSIAGAN BELA NEGARA Menurut asal kata, kesamaptaan sama maknanya
dengan kata kesiapsiagaan yang berasal dari kata: Samapta, yang artinya: siap siaga atau
makna lainnya adalah siap siaga dalam segala kondisi. Dari makna ini dapat diartikan dan kita
samakan bahwa makna kesamptaan sama dengan makna kesiapsiagaan. Selanjutnya
menurut Sujarwo (2011:4) ― Samapta yang artinya siap siaga.
B. KESIAPSIAGAN BELA NEGARA DALAM LATSAR CPNS Dalam modul ini, kesiapsiagaan yang
dimaksud adalah kesiapsiagan Calon Pegawai Negeri Sipil (CPNS) dalam berbagai bentuk
pemahaman konsep yang disertai latihan dan aktvitas baik fisik maupun mental untuk
mendukung pencapaian tujuan dari Bela Negara dalam mengisi dan menjutkan cita cita
kemerdekaan.
C. MANFAAT KESIAPSIAGAAN BELA NEGARA Apabila kegiatan kesiapsiagaan bela negara
dilakukan dengan baik, maka dapat diambil manfaatnya antara lain: 1. Membentuk sikap
disiplin waktu, aktivitas, dan pengaturan kegiatan lain. 2. Membentuk jiwa kebersamaan dan
solidaritas antar sesama rekan seperjuangan. 3. Membentuk mental dan fisik yang tangguh.
4. Menanamkan rasa kecintaan pada bangsa dan patriotisme sesuai dengan kemampuan diri.
5. Melatih jiwa leadership dalam memimpin diri sendiri maupun kelompok dalam materi
Team Building. 6. Membentuk Iman dan taqwa pada agama yang dianut oleh individu. 7.
Berbakti pada orang tua, bangsa, agama. 8. Melatih kecepatan, ketangkasan, ketepatan
individu dalam melaksanakan kegiatan. 9. Menghilangkan sikap negatif seperti malas, apatis,
boros, egois, tidak disiplin. 10. Membentuk perilaku jujur, tegas, adil, tepat, dan kepedulian
antar sesama.
D. KETERKAITAN MODUL 1, MODUL 2 DAN MODUL 3 Ketiga Modul Bela Negara, pada dasarnya
menjadi satu kesatuan yang utuh, karena Modul1, Modul 2 dan Modul 3 saling terkait satu
dengan yang lainnya. Di dalam Modul 1 yang membahas tentang Wawasan Kebangsaan dan
Nilai-Nilai Dasar Bela Negara, modul ini akan membuka pandangan para peserta Pelatihan
Dasar CPNS terkait dengan Bela Negara untuk 14 | K e s i a p s i a g a a n B N memahami
bahwa bangsa Indonesia terdiri dari berbagai pulau besar dan kecil yang berjajar dari Sabang
sampai Merauke, dan nilai-nilai untuk memahami arti Bela Negara. Modul 2 dikenalkan
dengan berbagai isu kontemporer dan cara untuk melakukan analisis isu strategis
kontemporer yang terjadi di zaman sekarang dan paling hit dan hot yang terjadi secara riil di
lingkungan masyarakat Indonesia saat ini (Zaman Now).

KEMAMPUAN AWAL BELA NEGARA


Salah satu nilai-nilai dasar bela negara adalah memiliki kemampuan awal bela negara, baik
secara fisik maupun non fisik. Secara fisik dapat ditunjukkan dengan cara menjaga kesamaptaan
(kesiapsiagaan) diri yaitu dengan menjaga kesehatan jasmani dan rohani. Sedangkan secara non fisik,
yaitu dengan cara menjaga etika, etiket, moral dan memegang teguh kearifan lokal yang
mengandung nilai-nilai jati diri bangsa yang luhur dan terhormat. Dengan demikian, maka untuk bisa
melakukan internalisasi dari nilai-nilai dasar bela negara tersebut, kita harus memiliki kesehatan dan
kesiapsiagaan jasmani maupun mental yang mumpuni, serta memiliki etika, etiket, moral dan nilai
kearifan lokal sesuai dengan jati diri bangsa Indonesia. Oleh karena itu dalam Bab III ini sebagai
wujud bahwa kita memiliki kemampuan awal bela negara, maka kita akan membahas tentang
Kesehatan Jasmani dan Mental; Kesiapsiagaan Jasmani dan Mental; Etika, Etiket dan Moral; serta
Kearifan Lokal.

RENCANA AKSI BELA NEGARA


Dengan mengacu dalam Modul Utama Pembinaan Bela Negara tentang Implementasi Bela Negara
yang diterbitkan oleh Dewan Ketahanan Nasional Tahun 2018, disebutkan bahwa Aksi Nasional Bela
Negara memiliki elemen-elemen pemaknaan yang mencakup: 1) rangkaian upaya-upaya bela negara;
2) guna menghadapi segala macam Ancaman, Gangguan, Hambatan, dan Tantangan; 3) dalam
menjamin kelangsungan hidup bangsa dan negara, 4) yang diselenggarakan secara selaras, mantap,
sistematis, terstruktur, terstandardisasi, dan massif; 5) dengan mengikutsertakan peran masyarakat
dan pelaku usaha; 6) di segenap aspek kehidupan nasional; 7) sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan berdasarkan Pancasila dan UndangUndang Dasar 1945, 8) serta didasari oleh
Semangat Mewujudkan Negara yang Berdaulat, Adil, dan Makmur sebagai penggenap NilaiNilai
Dasar Bela Negara, 9) yang dilandasi oleh keinsyafan akan anugerah kemerdekaan, dan; 10)
keharusan bersatu dalam wadah Bangsa dan Negara Indonesia, serta; 11) tekad untuk menentukan
nasib nusa, bangsa, dan negaranya sendiri.

AGENDA II
Berorientasi Pelayanan
Definisi pelayanan publik sebagaimana tercantum dalam UU Pelayanan Publik adalah
kegiatan atau rangkaian kegiatan dalam rangka pemenuhan kebutuhan pelayanan sesuai dengan
peraturan perundang-undangan bagi setiap warga negara dan penduduk atas barang, jasa, dan/atau
pelayanan administratif yang disediakan oleh penyelenggara pelayanan publik. Terdapat tiga unsur
penting dalam pelayanan publik khususnya dalam konteks ASN, yaitu 1) penyelenggara pelayanan
publik yaitu ASN/Birokrasi, 2) penerima layanan yaitu masyarakat, stakeholders, atau sektor privat,
dan 3) kepuasan yang diberikan dan/atau diterima oleh penerima layanan. Pelayanan publik yang
prima sudah tidak bisa ditawar lagi ketika lembaga pemerintah ingin meningkatkan kepercayaan
publik, karena dapat menimbulkan kepuasan bagi pihak-pihak yang dilayani. Dalam Pasal 10 UU ASN,
pegawai ASN berfungsi sebagai pelaksana kebijakan publik, pelayan publik, serta sebagai perekat dan
pemersatu bangsa. Untuk menjalankan fungsi tersebut, pegawai ASN bertugas untuk: a.
melaksanakan kebijakan publik yang dibuat oleh Pejabat Pembina Kepegawaian sesuai dengan
ketentuan peraturan perundangundangan;

Dalam penyelenggaraan pelayanan publik pemerintah wajib mendengar dan memenuhi


tuntutan kebutuhan warga negaranya. Tidak hanya terkait dengan bentuk dan jenis pelayanan publik
yang mereka butuhkan akan tetapi juga terkait dengan mekanisme penyelenggaraan layanan, jam
pelayanan, prosedur, dan biaya penyelenggaraan pelayanan. Sebagai klien masyarakat, birokrasi
wajib mendengarkan aspirasi dan keinginan masyarakat. Citra positif ASN sebagai pelayan publik
terlihat dengan perilaku melayani dengan senyum, menyapa dan memberi salam, serta
berpenampilan rapih; melayani dengan cepat dan tepat waktu; melayani dengan memberikan
kemudahan bagi Anda untuk memilih layanan yang tersedia; serta melayani dengan dengan
kemampuan, keinginan dan tekad memberikan pelayanan yang prima. Pemberian layanan bermutu
tidak boleh berhenti ketika kebutuhan masyarakat sudah dapat terpenuhi, melainkan harus terus
ditingkatkan dan diperbaiki agar mutu layanan yang diberikan dapat melebihi harapan pengguna
layanan. Layanan hari ini harus lebih baik dari hari kemarin, dan layanan hari esok akan menjadi lebih
baik dari hari ini (doing something better and better). Dalam rangka mencapai visi reformasi birokrasi
serta memenangkan persaingan di era digital yang dinamis, diperlukan akselerasi dan upaya luar
biasa (keluar dari rutinitas dan business as usual) agar tercipta breakthrough atau terobosan, yaitu
perubahan tradisi, pola, dan cara dalam pemberian pelayanan publik. Terobosan itulah yang disebut
dengan inovasi pelayanan publik. Konteks atau permasalahan publik yang dihadapi instansi
pemerintah dalam 47 memberikan layanannya menjadi akar dari lahirnya suatu inovasi pelayanan
publik. Dalam lingkungan pemerintahan banyak faktor yang mempengaruhi tumbuh dan
berkembangnya inovasi pelayanan publik, diantaranya komitmen dari pimpinan, adanya budaya
inovasi, dan dukungan regulasi. Adanya kolaborasi antara pemerintah, partisipasi masyarakat, dan
stakeholders terkait lainnya perlu dibangun sebagai strategi untuk mendorong tumbuh dan
berkembangnya inovasi.

AKUNTABEL
1. Potret Pelayanan Publik Negeri Ini
- Tantangan Layanan Publik
- Keutamaan Mental Melayani
a. Peribahasa ‘Waktu Adalah Uang’ digunakan oleh banyak ‘oknum’ untuk memberikan
layanan spesial bagi mereka yang memerlukan waktu layanan yang lebih cepat dari biasanya.
Sayangnya, konsep ini sering bercampur dengan konsep sedekah dari sisi penerima layanan
yang sebenarnya tidak tepat. Waktu berlalu, semua pihak sepakat, menjadi kebiasaan, dan
dipahami oleh hampir semua pihak selama puluhan tahun.
b. Tugas berat Anda sebagai ASN adalah ikut menjaga bahkan ikut berpartisipasi dalam
proses menjaga dan meningkatkan kualitas layanan tersebut. Karena, bisa jadi, secara aturan
dan payung hukum sudah memadai, namun, secara pola pikir dan mental, harus diakui,
masih butuh usaha keras dan komitment yang ekstra kuat.
c. Employer Branding yang termaktub dalam Surat Edaran Menteri Pendayagunaan Aparatur
Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 20 Tahun 2021, “Bangga Melayani Bangsa”, menjadi
udara segar perbaikan dan peningkatan layanan publik. Namun, Mental dan Pola Pikir berada
di domain pribadi, individual. Bila dilakukan oleh semua unsur ASN, akan memberikan
dampak sistemik. Ketika perilaku koruptif yang negatif bisa memberikan dampak sistemik
seperti sekarang ini, sebaliknya, mental dan pola pikir positif pun harus bisa memberikan
dampak serupa.
2. Konsep Akuntabilitas
Dalam banyak hal, kata akuntabilitas sering disamakan dengan responsibilitas atau
tanggung jawab. Namun pada dasarnya, kedua konsep tersebut memiliki arti yang berbeda.
Responsibilitas adalah kewajiban untuk bertanggung jawab, sedangkan akuntabilitas adalah
kewajiban pertanggungjawaban yang harus dicapai. Aspek - Aspek akuntabilitas mencakup
beberapa hal berikut yaitu akuntabilitas adalah sebuah hubungan, akuntabilitas berorientasi
pada hasil, akuntabilitas membutuhkan adanya 24 laporan, akuntabilitas memerlukan
konsekuensi, serta akuntabilitas memperbaiki kinerja. Akuntabilitas publik memiliki tiga
fungsi utama (Bovens, 2007), yaitu pertama, untuk menyediakan kontrol demokratis (peran
demokrasi); kedua, untuk mencegah korupsi dan penyalahgunaan kekuasaan (peran
konstitusional); ketiga, untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas (peran belajar).
Akuntabilitas publik terdiri atas dua macam, yaitu: akuntabilitas vertical (vertical
accountability), dan akuntabilitas horizontal (horizontal accountability). Akuntabilitas
memiliki 5 tingkatan yang berbeda yaitu akuntabilitas personal, akuntabilitas individu,
akuntabilitas kelompok, akuntabilitas organisasi, dan akuntabilitas stakeholder.
3. Panduan Perilaku AkuntabeL
Rangkuman Akuntabilitas dan Integritas banyak dinyatakan oleh banyak ahli
administrasi negara sebagai dua aspek yang sangat mendasar harus dimiliki dari seorang
pelayan publik. Namun, integritas memiliki keutamaan sebagai dasar seorang pelayan publik
untuk dapat berpikir secara akuntabel. Kejujuran adalah nilai paling dasar dalam
membangun kepercayaan publik terhadap amanah yang diembankan kepada setiap pegawai
atau pejabat negara. Setiap organisasi memiliki mekanisme akuntabilitas tersendiri.
Mekanisme ini dapat diartikan secara berbedabeda dari setiap anggota organisasi hingga
membentuk perilaku yang berbeda-beda pula. Contoh mekanisme akuntabilitas organisasi,
antara lain sistem penilaian kinerja, sistem akuntansi, sistem akreditasi, dan sistem
pengawasan (CCTV, finger prints, ataupun software untuk memonitor pegawai menggunakan
komputer atau website yang dikunjungi). Hal-hal yang penting diperhatikan dalam
membangun lingkungan kerja yang akuntabel adalah: 1) kepemimpinan, 2) transparansi, 3)
integritas, 4) tanggung jawab (responsibilitas), 5) keadilan, 6) kepercayaan, 7) keseimbangan,
8) kejelasan, dan 9) konsistensi. Untuk memenuhi terwujudnya organisasi sektor publik yang
akuntabel, maka mekanisme akuntabilitas harus mengandung 3 dimensi yaitu Akuntabilitas
kejujuran dan hukum, Akuntabilitas proses, Akuntabilitas program, dan Akuntabilitas
kebijakan. Pengelolaan konflik kepentingan dan kebijakan gratifikasi dapat membantu
pembangunan budaya akuntabel dan integritas di lingkungan kerja. Akuntabilias dan
integritas dapat menjadi faktor yang kuat dalam membangun pola pikir dan budaya
antikorupsi.
4. Akuntabel dalam Konteks Organisasi Pemerintahan
• Ketersediaan informasi publik telah memberikan pengaruh yang besar pada berbagai
sektor dan urusan publik di Indonesia. Salah satu tema penting yang berkaitan dengan isu ini
adalah perwujudan transparansi tata kelola keterbukaan informasi publik, dengan
diterbitkannya UU Nomor 14 Tahun 2008 tentang Keterbukaan Informasi Publik (selanjutnya
disingkat: KIP).
• Aparat pemerintah dituntut untuk mampu menyelenggarakan pelayanan yang baik untuk
publik. 61 Hal ini berkaitan dengan tuntutan untuk memenuhi etika birokrasi yang berfungsi
memberikan pelayanan kepada masyarakat. Etika pelayanan publik adalah suatu panduan
atau pegangan yang harus dipatuhi oleh para pelayan publik atau birokrat untuk
menyelenggarakan pelayanan yang baik untuk publik. Buruknya sikap aparat sangat
berkaitan dengan etika.
• Ada 2 jenis umum konflik kepentingan yaitu keuangan (Penggunaan sumber daya lembaga
termasuk dana, peralatan atau sumber daya aparatur untuk keuntungan pribadi) dan non-
keuangan (Penggunaan posisi atau wewenang untuk membantu diri sendiri dan /atau orang
lain).
• Untuk membangun budaya antikorupsi di organisasi pemerintahan, dapat mengadopsi
langkah-langkah yang diperlukan dalam penanganan Konflik Kepentingan:
• Penyusunan Kerangka Kebijakan,
• Identifikasi Situasi Konflik Kepentingan,
• Penyusunan Strategi Penangan Konflik Kepentingan, dan
• Penyiapan Serangkaian Tindakan Untuk Menangani Konflik Kepentingan.

KOMPETEN
1. TANTANGAN LINGKUNGAN STRATEGIS
• Implikasi VUCA menuntut diantaranya penyesuaian proses bisnis, karakter dan tuntutan
keahlian baru.
• Adaptasi terhadap keahlian baru perlu dilakukan setiap waktu, sesuai kecenderungan
kemampuan memanfaatkan kemajuan teknologi informasi dalam meningkatkan kinerja
organisasi lebih lambat, dibandikan dengan tawaran perubahan teknologi itu sendiri.
• Perilaku ASN untuk masing-masing aspek BerAkhlak sebagai
berikut:
Berorientasi Pelayanan:
a. Memahami dan memenuhi kebutuhan masyarakat;
b. Ramah, cekatan, solutif, dan dapat diandalkan;
b. Melakukan perbaikan tiada henti.
Akuntabel:
a. Melaksanakan tugas dengan jujur, bertanggung jawab, cermat, disiplin dan berintegritas
tinggi;
b. Menggunakan kelayakan dan barang milik negara secara bertanggung jawab, efektif, dan
efesien.
Kompeten:
a. Meningkatkan kompetensi diri untuk mengjawab tantangan yang selalu berubah;
b. Membantu orang lain belajar;
c. Melaksanakan tugas dengan kualitas terbaik.
Harmonis:
a. Menghargai setiap orang apappun latar belakangnya;
b. Suka mendorong orang lain;
b. Membangun lingkungan kerja yang kondusif.
Loyal:
a. Memegang teguh ideology Pancasila, Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia
tahun 1945, setia kepada Negara Kesatuan Republik Indonesia serta pemerintahan yang sah;
b. Menjaga nama baik sesame ASN, pimpinan, insgansi, dan negara;
c. Menjaga rahasia jabatan dan negara.
Adaptif:
a. Cepat menyesuaikan diri menghadapi perubahan;
b. Terus berinovasi dan mengembangakkan kreativitas;
c. Bertindak proaktif.
Kolaboratif:
a. Memberi kesempatan kepada berbagai pihak untuk berkontribusi;
b. Terbuka dalam bekerja sama untuk menghasilkanersama nilai tambah;
c. Menggaerakkan pemanfaatan berbagai sumberdaya untuk tujuan bersama.

2. KEBIJAKAN PEMBANGUNAN APARATUR


• Prinsip pengelolaan ASN yaitu berbasis merit, yakni seluruh aspek pengelolaan ASN harus
memenuhi kesesuaian kualifikasi, kompetensi, dan kinerja, termasuk tidak boleh ada
perlakuan yang diskriminatif, seperti hubungan agama, kesukuan atau aspek-aspek primodial
lainnya yang bersifat subyektif.
• Pembangunan Apartur sesuai Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN)
2020-2024, diharapkan menghasilkan karakter birokrasi yang berkelas dunia (world class
bureaucracy), yang dicirikan dengan beberapa hal, yaitu pelayanan publik yang semakin
berkualitas dan tata kelola yang semakin efektif dan efisien
• Terdapat 8 (delapan) karakateristik yang dianggap relevan bagi ASN dalam menghadapi
tuntutan pekerjaan saat ini dan kedepan. Kedelapan karakterisktik tersebut meliputi:
integritas, nasionalisme, profesionalisme, wawasan global, IT dan Bahasa asing, hospitality,
networking, dan entrepreneurship

AGENDA III
KEGIATAN BELAJAR: LITERASI DIGITAL
Literasi digital sering kita anggap sebagai kecakapan menggunakan internet dan media digital.
Namun begitu, acap kali ada pandangan bahwa kecakapan penguasaan teknologi adalah kecakapan
yang paling utama. Padahal literasi digital adalah sebuah konsep dan praktik yang bukan sekadar
menitikberatkan pada kecakapan untuk menguasai teknologi. Lebih dari itu, literasi digital juga
banyak menekankan pada kecakapan pengguna media digital dalam melakukan Smart ASN 110
proses mediasi media digital yang dilakukan secara produktif (Kurnia & Wijayanto, 2020; Kurnia &
Astuti, 2017). Seorang pengguna yang memiliki kecakapan literasi digital yang bagus tidak hanya
mampu mengoperasikan alat, melainkan juga mampu bermedia digital dengan penuh tanggung
jawab. Keempat pilar yang menopang literasi digital yaitu etika, budaya, keamanan, dan kecakapan
dalam bermedia digital. Etika bermedia digital meliputi kemampuan individu dalam menyadari,
mencontohkan, menyesuaikan diri, merasionalkan, mempertimbangkan, dan mengembangkan tata
kelola etika digital (netiquette) dalam kehidupan sehari-hari. Budaya bermedia digital meliputi
kemampuan individu dalam membaca, menguraikan, membiasakan, memeriksa, dan membangun
wawasan kebangsaan, nilai Pancasila dan Bhinneka Tunggal Ika dalam kehidupan sehari-hari.
Keamanan bermedia digital meliputi kemampuan individu dalam mengenali, mempolakan,
menerapkan, menganalisis, menimbang dan meningkatkan kesadaran keamanan digital dalam
kehidupan sehari-hari. Sementara itu, kecakapan bermedia digital meliputi Kemampuan individu
dalam mengetahui, memahami, dan menggunakan perangkat keras dan piranti lunak TIK serta sistem
operasi digital dalam kehidupan sehari-hari.
a. Dalam Cakap di Dunia Digital perlu adanya penguatan pada:
● Pengetahuan dasar menggunakan perangkat keras digital (HP, PC)
● Pengetahuan dasar tentang mesin telusur (search engine) dalam mencari informasi dan data,
memasukkan kata kunci dan memilah berita benar Smart ASN 111
● Pengetahuan dasar tentang beragam aplikasi chat dan media sosial untuk berkomunikasi dan
berinteraksi, mengunduh dan mengganti Settings
● Pengetahuan dasar tentang beragam aplikasi dompet digital dan ecommerce untuk memantau
keuangan dan bertransaksi secara digital b. Dalam Etika di Dunia Digital perlu adanya penguatan
pada: ● Pengetahuan dasar akan peraturan, regulasi yang berlaku, tata krama, dan etika berinternet
(netiquette)
● Pengetahuan dasar membedakan informasi apa saja yang mengandung hoax dan tidak sejalan,
seperti: pornografi, perundungan, dll.
● Pengetahuan dasar berinteraksi, partisipasi dan kolaborasi di ruang digital yang sesuai dalam
kaidah etika digital dan peraturan yang berlaku
● Pengetahuan dasar bertransaksi secara elektronik dan berdagang di ruang digital yang sesuai
dengan peraturan yang berlaku.
c. Dalam Budaya di Dunia Digital perlu adanya penguatan pada:
● Pengetahuan dasar akan Pancasila dan Bhineka Tunggal Ika sebagai landasan kehidupan
berbudaya, berbangsa dan berbahasa Indonesia
● Pengetahuan dasar membedakan informasi mana saja yang tidak sejalan dengan nilai Pancasila di
mesin telusur, seperti perpecahan, radikalisme, dll. Smart ASN 112
● Pengetahuan dasar menggunakan Bahasa Indonesia baik dan benar dalam berkomunikasi,
menjunjung nilai Pancasila, Bhineka Tunggal Ika
● Pengetahuan dasar yang mendorong perilaku konsumsi sehat, menabung, mencintai produk dalam
negeri dan kegiatan produktif lainnya. d. Dalam Aman Bermedia Digital perlu adanya penguatan
pada: ● Pengetahuan dasar fitur proteksi perangkat keras (kata sandi, fingerprint) Pengetahuan dasar
memproteksi identitas digital (kata sandi)
● Pengetahuan dasar dalam mencari informasi dan data yang valid dari sumber yang terverifikasi dan
terpercaya, memahami spam, phishing.
● Pengetahuan dasar dalam memahami fitur keamanan platform digital dan menyadari adanya
rekam jejak digital dalam memuat konten sosmed
● Pengetahuan dasar perlindungan diri atas penipuan (scam) dalam transaksi digital serta protokol
keamanan seperti PIN dan kode otentikasi

MANAJEMEN APARATUR SIPIL NEGARA


1. Kedudukan, Peran, Hak dan Kewajiban, dan Kode Etik ASN
a. Manajemen ASN adalah pengelolaan ASN untuk menghasilkan Pegawai ASN yang
professional, memiliki nilai dasar, etika profesi, bebas dari intervensi politik, bersih dari
praktik korupsi, kolusi, dan nepotisme.
b. Manajemen ASN lebih menekankan kepada pengaturan profesi pegawai sehingga
diharapkan agar selalu tersedia sumber daya aparatur sipil Negara yang unggul selaras
dengan perkembangan jaman.
c. Berdasarkan jenisnya, Pegawai ASN terdiri atas: a) Pegawai Negeri Sipil (PNS); dan b)
Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kerja (PPPK).
d. Pegawai ASN berkedudukan sebagai aparatur negara yang menjalankan kebijakan yang
ditetapkan oleh pimpinan instansi pemerintah serta harus bebas dari
pengaruh dan intervensi semua golongan dan partai politik
e. Untuk menjalankan kedudukannya tersebut, maka Pegawai ASN berfungsi sebagai berikut:
a) Pelaksana kebijakan public;
b) Pelayan public; dan
c) Perekat dan pemersatu bangsa
f. Agar dapat melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya dengan baik dapat meningkatkan
produktivitas, menjamin kesejahteraan ASN dan akuntabel, maka setiap ASN diberikan hak.
Setelah mendapatkan haknya maka ASN juga berkewajiban sesuai dengan tugas dan
tanggungjawabnya.
g. ASN sebagai profesi berlandaskan pada kode etik dan kode perilaku. Kode etik dan kode
perilaku ASN bertujuan untuk menjaga martabat dan kehormatan ASN. Kode etik dan kode
perilaku yang diatur dalam UU ASN menjadi acuan bagi para ASN dalam penyelenggaraan
birokrasi pemerintah.

2. Konsep Sistim Merit Dalam Pengelolaan ASN


Penerapan sistem merit dalam pengelolaan ASN mendukung pencapaian tujuan dan
sasaran organisasi dan memberikan ruang bagi tranparansi, akuntabilitas, obyektivitas dan
juga keadilan. Beberapa langkah nyata dapat dilakukan untuk menerpakan sistem ini baik
dari sisi perencanaan kebutuhan yang berupa transparansi dan jangkauan penginformasian
kepasa masyarakat maupun jaminan obyektifitasnya dalam pelaksanaan seleksi. Sehingga
instansi pemerintah mendapatkan pegaway yang tepat dan berintegritas untuk mencapai visi
dan misinya.
Pasca recruitment, dalam organisasi berbagai sistem pengelolaan pegawai harus
mencerminkan prinsip merit yang sesungguhnya dimana semua prosesnya didasarkan pada
prinsip-prinsip yang obyektif dan adil bagi pegawai. Jaminan sistem merit pada semua aspek
pengelolaan pegawai akan menciptakan lingkungan yang kondusif untuk pembelajaran dan
kinerja. Pegawai diberikan penghargaan dan pengakuan atas kinerjanya yang tinggi, disisi lain
bad performers mengetahui dimana kelemahan dan juga diberikan bantuan dari organisasi
untuk meningkatkan kinerja.

3. Menkanisme Pengelolaan ASN


a. Manajemen ASN terdiri dari Manjemen PNS dan Manajemen PPPK
b. Manajemen PNS meliputi penyusunan dan penetapan kebutuhan, pengadaan, pangkat
dan jabatan, pengembangan karier, pola karier, promosi, mutasi, penilaian kinerja,
penggajian dan tunjangan, penghargaan, disiplin, pemberhentian, jaminan pensisun dan hari
tua, dan perlindungan
c. Manajemen PPPK meliputi penetapan kebutuhan; pengadaan; penilaian kinerja;
penggajian dan tunjangan; pengembangan kompetensi; pemberian penghargaan; disiplin;
pemutusan hubungan perjanjian kerja; dan perlindungan.
d. Pengisian jabatan pimpinan tinggi utama dan madya pada kementerian, kesekretariatan
lembaga negara, lembaga nonstruktural, dan Instansi Daerah dilakukan secara terbuka dan
kompetitif di kalangan PNS denganmemperhatikan syarat kompetensi, kualifikasi,
kepangkatan, pendidikan dan latihan, rekam jejak jabatan, dan integritas serta persyaratan
lain yang dibutuhkan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
e. Pejabat Pembina Kepegawaian dilarang mengganti Pejabat Pimpinan Tinggi selama 2 (dua)
tahun terhitung sejak pelantikan Pejabat Pimpinan Tinggi, kecuali Pejabat Pimpinan Tinggi
tersebut melanggar ketentuan peraturan perundang-undangan dan tidak lagi memenuhi
syarat jabatan yang ditentukan.
f. Penggantian pejabat pimpinan tinggi utama dan madya sebelum 2 (dua) tahun dapat
dilakukan setelah mendapat persetujuan Presiden. Jabatan Pimpinan Tinggi hanya dapat
diduduki paling lama 5 (lima) tahun
g. Dalam pengisian Jabatan Pimpinan Tinggi, Pejabat Pembina Kepegawaian memberikan
laporan proses pelaksanaannya kepada KASN. KASN melakukan pengawasan pengisian
Jabatan Pimpinan Tinggi baik berdasarkan laporan yang disampaikan oleh Pejabat Pembina
Kepegawaian maupun atas inisiatif sendiri
h. Pegawai ASN dapat menjadi pejabat Negara. Pegawai ASN dari PNS yang diangkat menjadi
Pejabat Negara diberhentikan sementara dari jabatannya dan tidak kehilangan status sebagai
PNS.

Anda mungkin juga menyukai