Anda di halaman 1dari 437
Tafsir Alkitab Perjanjian Baru 013155 © Kanisius 2002 PENERBIT KANISIUS (Anggota IKAPI) Jl. Cempaka 9, Deresan, Yogyakarta 55281 Kotak Pos 1125/Yk, Yogyakarta 55011 Telepon (0274) 588783, 565996; Fax (0274) 563349 Website; www.kanisiusmedia.com E-mail ; office@kanisiusmedia.com Buku ini diterjemahkan atas izin penerbit asli dari buku The Collegeville Bible Commeniary, 1989, The Liturgical Press, Collegeville, Minnesota 56321, USA. Penerjemah : A.S. Hadiwiyata, Lembaga Biblika Indonesia Tlustrator : Gustavo Doré Cetakan ke- 9 8 7 6 Tahun 10 6009) «(0807 Nihil Obsiat : F. Hartono, $J Yogyakarta, 2 Januari 2002 Jmprimatur : J. Pujasumarta, Pr., Vikjen Semarang, 5 Januari 2002 ISBN 979-21-0484-4 Hak cipta dilindungi undang-undang. Dilarang memperbanyak karya tulis ini dalam bentuk dan dengan cara apa pun, termasuk fotokepi, tanpa izin tertulis dari Penerbit. Dicetak oleh Percotakan Kanisius Youyakarta Daftar Isi Sekapur Sith dari Penerbit wooo 6 1 Pesalonika 369 Jvan Havener, OSB Sambutan Lembayga Biblika Indonesia wooo. Vii TE Tesalonikit wiooinsinieninnaninn B78 Ivan Havener, OSB Daftar Ist... ix I Timotins i 38S. Daftar Singkatam .o.oc.s0 xi Jerome H. Neyrey, Sef Pengantar ke Dalam Alfitab 1 I Timotius 397 ‘Dianne Bergant, CSA Jerome H. Neyrey, Sol Matius peieteataapteietit SL Titus: 405 Daniel oJ. Harrington, Sf Jerome H. Neyrey, Sd Markus ........ 78 Filemon Philip Ven Linden, CM Tuan Havener, OSB Lukas 119 thes 1 derome Knedeli, O51 fienrpe Wo MaeRae, St Yohanes . ibe 162 Yakobus 434 Neal M, Flanagan, OSM Jerame H, Neyrey, SI Kisah Para Rasul 205 1 Petrus . 445 William S, Kurz, SJ Jerome H, Neyrey, So Roma uae 250 TT Petrus 454 ohn WJ. Pitch Jevame H. Neyrey, Sa T Korintus TYohanes sities: M00 Mary Ann Getty Neal M. Flanagan, OSM Tl Korintus i 310 Tl Yohanes 468 Mary Ann Getty Neal M. Flanagan, OSM Galatia... 330 IT] Yohanes sean 470 ohn J. Pitch Neal M. Flanagan, OSM Efesus .... 34 ‘Yudas ......... ann 472 Juan Havener, OSB derame H. Neyrey, SI Filipi = 3 351 9 Wahyn 477 Juan Havener, OSB Pheme Perkins Kolose 360 Juan Havener, OSB a) You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. Pengantar ke Dalam Alkitab Dianne Bergant, CSA Suatu Pengantar ke dalam Alkitab bukan me- Jula kata pendahuluan untuk seluruh karya, yang membimbing ke dalam bagian yang besur. Pengantar terutama adalah suatu disiplin teologis dan biasanya menyelidiki asal usul masing-masing kitab, sejarah kanon, dan seja- rah tradisi teks. Tulisan ini, meskipun bukan introduksi dalam arti yang sempit, membahas beberapa masalah yang berkaitan dengan suatu Pengantar. Meskipun introduksi kitab-kitab dalam buku ini membahas masalah yang berkaitan dengan asal usul kitab tertentu, nanwn infor. masi demikian dapat juga ditemukan dalam tafsir-tafsir yang bersangkutan. Tulisan ini le bih memperhatikan asal usul, pertumbuhan dan perkembangan tradisi alkitabiah pada umumnya — tradisi yang pada akhirnya dipa. datkan dalam Kanon Kitab Sui. Kemudian di. bahas sekilas sejarnh kanon, diikuti suatu penyelidikan mengenai kesaksian-kesaksian teks, Pembentukan tradisi, perkembangan ka- non dan kesaksian teks merupakan pokek- pokok yang saling berhubungan. Karena Al kitab dimengerti sebagai karya ilahi, peranan ‘Tuan dalam proses penyusiinan juga dibicara- kan. Akhirnya, dikemukakan cara penafsiran teks yang diperlukan untuk memahami Al kitab. Sekilas baban-baban yang dibicarakan da- lam tulisan ini tampak sukar dan hanya mena- rik bagi para mahasiswa Kitab Suci yang pro- fesional, Namun, setelah diperhatikan dengan saksaima, menjadi jelas bahwa banyak masa Iah dasar yang diajukan oleh orang pada umumnya mengenai Alkitab terjawab dalam karangan ini. Pertanyaan seperti: Manakah kitab-kitab yang masuk dalam Alkitab? Meng- apa Gereja-Geraja tertentu memilik kitab lebih banyak daripada vang lain? Manakah terje- mahan yang paling baik? Apa arti Alkitab sebe- narnya? Bagian-bagian ini disusun sedemikian schingga dapat menjawab beherapa pertanya- an tersebut yang mungkin muncul, Barangkali pertanyaan pertama yang mun- cul ialah kitab-kitab mana yang termasuk dalam Kitab Suei? Berkaitan dengan ini: Meng- apa Gereja tertentu memiliki kitab lebih ba- nyak daripada yang lain? Pertanyaan-perta- nyaan ini berkaitan dengan KANON Kitab Suci dan ini dibahas pada bagian pertama. Kecuali memberikan informasi mengenai kanon dan menjelaskan peranan yang masih tetap dipe- gang oleh kewibawan (otoritas) dalam bidung ini, bagian pertama mencoba menggambarkan perkembangan Kitab Suci mulai dari masa per- mulaan sampai saat yang memutuskan untuk *“menuiup kanon”, Pengetahuan kita mengenai perkembangan tradisi, entah itu religius, sosial, politik, atau sastra, telah membantu penyeli- dikan kita mengenai proses perkembangan dan pertumbubannya. Pengetahuan kita mengenai sejarah sosio-politik dan religius dari Israel uno dan Gereja Perdana juga memberikan sumbangan besar dalam bidang ini. Tampak- nya, proses pembentukan tradisi adalah dina- amis, bukannya statis, Proses itu lebih merupa- kan suatu peristiwa bersama daripada indi- vidual, lebih merupakan husil karya suatu ko- munitas historis daripada karya seorang pe- ngarang Dalam bagian itu, kita juga memperhati- kan pertanyaan mengenai kewibawaan alki- ki tabiah: Apakah atau siapakah yang memi kewibawaan itu? Bagaimana mereka mend patkannya? Pentingnya gerakan-gerakan hi toris dan peristiwa-peristiwa khusus juga di. soroti. Demikian Alkitab dilihat berkembang seperti suatu bangsa berkembang, berubah seperti bangaa berubah dan menjadi baku sé- perti sebuah bangsa mengusahakan kestabil- an, Dengan melihat Kitab Suci dari perspektif demikian akan membantu para pembaca menghargai ungkapan Alkitab sebagai "Sabda ‘Tuhan dalam bahasa manusia”. Meskipun demikian, pembahasan rinci me- ngenai segi manusiawi dari penyusunan Al Kitab tidak dapat memberi jawaban secara tandas atas pertanyaan dasariah mengenai ha kikatnya sebagai Kitab Suci. Bagaimana itu adalah sabda Allah? Bagaimana dulu Allah mengueapkan sabda itu? Bagaimana Allah a) You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. a) You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. a) You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. statis. Inijuga mencakup proses yang berulang- ulang dalam mengaktualisasikan bahan-bahan yang lama dalam kenteks yang baru, Per- ubahan-perubahan dalam hidang politik, sosial, atau keagamaan menuntut ungkapan baru dari iman yang dasariah seperti juga perumusan: dari pandangan-pandangan yang baru. Inter- aksi antara peristiwa historis dan kekuatan- kekuatan dalam jemaat menentukan bentuk dari tradisi, hentuk yang akan herubah pada waktu yang lain atau di tempat yang lain Proges mungkin akan terus berlanjut eampai wakiu kini, seandainya beberapa peristiwa. penting tidak memakea jemaat untuk mene- kankan pernyataan-pernyataan tertentu mele- bihi yang lain dan untuk mengenakan otoritas: pada pernyataan-pernyataan itu. Kehaneuran kenisnh Salome pada waktu Pembuangan Ba- hel (587-538 SM) adalah salah satu peristiwa tersebut. Peristiwa historis penting yang kedua_ adalah kehancuran kenisah Herodes pada waktu perkemhangan Kekristenan Perdana (70 M). Masing-masing peristiwa tersebut me- mainkan peranan besar dalam memilih bahan- haban tradisi mana yang harusdisimpan, peng- aturan khusus mengonai apa yang disampai- kan dan interpretasi mereka sebagai teologi yang normatif. Semua mengenal sebutan “suku-suku Is- rael", Meskipun para ahli berbeda dalam me- mahami sejarah asal-usul suku-suku ini, ke- hanyakan sependapat hahwa organisasi tertua dari bangsa tersebut adalah federasi yang 4i- persatukan secara longgar yang terdiri atas marga dan suku, masing-masing memperta- hankan tadisinya yong unik dan masing-ma- sing sangat setia kepada pemimpin dan pem- besar militer mereka, Tradisi yang herkembang dari pengalaman-pengalaman mereka barang- kali tersimpan dalam bentuk puisi, sementara stabilitas struktur sosial mereka dijaga oleh hukum-hukum, Tradisi-teadisi kuno ini ter- bungkus dalam saga dan bentuk-bentuk cerita, rineiannya dapat dan telah berubah karena di- ceritakan kembali, sementara inti tradisi telap tak tersentuh, Ini adalah periode pergerakan besar (se- kitar tahun 1200-1040 SM). Kelompok-kelom pok herpindah tempat, sedangkan persekutu- an sosial dan politik berganti-ganti secara eepat. Sementara berbagai bangsa bereampur, tradisi mereka digabungkan ke dalam cerita biasa. Meskipun cerita biasa ini sekarang mengalir secara lembut, proses asimilasi tidak pernah menghapuskan sama sekali ciri-ciri yang membedakan kelompok yang satu dengan yang lain. Ciri-ciri ini dapat ditemukan dengan menyelidiki teks secara teliti. PENGANTAR Pergeseran sosial politik dari federasi suku- suktt menjadi stata bangsa di bawab admi- nistrasi seorang raja (sekitar abad X SM) me- nuntut suatu pembaruan hubungan umat de- ngan Allah mereka. Umat dipaksa untuk me- nyelidiki dengan teliti tradisi religius mereka, menghilangkan yang satu membentuk kembali yang lain. Cerita-cerita suku yang lama diki- sahkan kembali dengan perubahan-perubahan yang mendukung kerajaan, Sementara situasi sezaman mempengaruhi cara memakami masa lampau, maka tidak dapat dihindarkan bahwa interpretasi baru ini menjadi bagian dari cerita- cerita asli, schingga rineian-rincian dari ber- bagai poriode sckarang diringkas menjadi satu cerita, Proses interpretatif int menjelaskan mengapa tradisi yang dikenal dengan nama Yahwisic CY) adalah cerita epos dari sejarah Israel kuno sekaligus juga pembenaran dati monarki Daud, Dari waktu yang lain dan dari sudut pan- dang yang berbeda, terbentuklah tradi dikenal dengan nama Elohista (E). Tradisi ini menceritakan kembali cerita yang pada dasar- nya sama dengan yang diceritakan oleh Yab- wista, tetapi keprihatinannya tidak sama dan perhatiannya juga berbeda, Selama periode tersebut, nabi-nabi seperti Amos dan Hosea di utara dan Yesaya di sclatan juga menguman. dangkan anjuran untuk menghargai kembali kepereayaan dan praktek dari umat. Meskipun beberapa dari teologinya sudah terbentuk de- ngan beberapa tahap otoritas, kebanyakan di antaranya masih tetap cair, Ketika Kerajaan Utara jatuh ke tangan orang Asyur (722 SM), tradisi yang berasal dari utara digabungkan dengan tradisi dari Selatan, Demikianlah, bermacam gambaran dari nenek moyang suku-suku terjalin menjadi satu; kebiasaan hukum yang terlaksana dalam suatu komunitas menjadi bagian dari hukum komu- nita: ng lain. Seleksi, kodifikasi, dan kristali- sasi dari bermacam-macam tradisi ini mem- buakkan suatu kesaksian yang kaya dan ka- dang-kadang saling bertentangan dari tindak- an Tuban dalam sejarah bangsa. Kesaksian ini menjadi cerita resmi, pemahaman diri berwi- bawa dari bangsa, Pesan-pesan dari para nabi terdabulu barangkali diwartakan lagi sejauh dapat diadaptasikan dengan kebutuhan bang: sa. Pastilah tradisi-tradisi itu disimpan oleh para murid nabi dan murid-murid inilah yang membuat adaptasi yang dibutukkan dan yang sesuai, Peninggalan Kerajaan Utara juga mempu nyai gemanyn di Selntan, Peninggalan itu men. jadi suatu katalisator bagi pencetitaan kembali kisab-kisah yang tidak hanya menunjuk pada a) You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. a) You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. a) You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. kejadian sejarah, biasanya meneakup peng- gambaran mengenai masa depan). Pada zaman Ezra, spekulasi apokaliptik dan mesianis di- batasi. Koleksi kitab-kitab yang muneul dari Pembuangan menjadi versi normatif. Demi kian pemilihan yang sama terjadi pada waktu di Yamoia. ‘Namun, pemikiran apokaliptik dan mesia- nis mendorong orang Kristen untuk mema- hami "peristiwn Yesus". Barangkali itu salah satu sebab mengapa orang-orang Kristen me -tulisan yang merupakan bagian versi Yunani, Apakah Yesus dan para murid menggunakan versi Ibrani atau Yunani, tidaklah jelas. Namun, yang jelas ialah bahwa jemant-jemaat yang menjadi asal dari Alkitab Kristen mengutip dari versi Yunani, karena hampir sebagian besar orang Kristen abad pertama adalah tobatan kafir yang berbahasa Yunani. Karena mereka tidak pereaya bahwa pewahyuan berhenti dengan kematian dari nabi terakhir melainkan diteruskan dalam Kristus, maka mereka terus menggunakan versi Yunani yang lebih nas. Barulah pada abad II dan III perdebatan dalam Yudaisme mempercepat gerakan orang- ovang Kristen untuk menutup daftar kitab-ki- tab suci Yahudi. Pada abad IV, Gereja-Gereja Barat menerima keputusan konsili Afrika Uta- ra dan menerima Alkitab Yunani. Gereja Gereja Timur, di pihak lain, tampaknya lebih suka menggunnkan daftar yang dibuat orang orang Yahudi, Keputusan-keputusan ini dibuat_ oleh Gereja-Gereja lokal atau regional. Konsili ‘Trentelah yang akhirnya memutuekan kanon bagi Gereja- Gereja yang hereatu dengan Roma. Karena kaum Reformesi menolak otoritas Paus dan penggunaan Alkitab untuk men- dasari beberapa ajarannya, mereka mengang: gap Alkitab sendiri sebagai norma untuk meng- interpretasi tradisi dan memilih kanon Yahudi yang lebih pendek sebagai daftar Alkitab vang mereka anggap resmi. Gereja Roma dalam me- nerima kanon Yunani yang lebih luas telah me- melihara tradisi autentik dari Gereja Perdana dan kensisten dengan penggunaan oleh jemaat kitab-kitab tertentu yang ditolak oleh jemaat ‘Yahudi, Gereje-Gereja Protestan, dalam memi- ish kanon yang lebih pendek, telah memelihara versi yang lebih kuno. Keputusan-keputusan gerejawi ini menyebabkan munculnya daftar kitab seperti terlihat dalam skema berikut, PENGANTAR KANON YAHUDI |KANON ALEKSANDRIA Taurat (Hukum): |Pentateukh: Kejadian ‘Rejadian Keluaran Keluaran Imamat Imamat Bilangan i Ulangan Ulangan Nabi-nabi: Sejarah: Yosus (terdahuluy: Hakim-hakim Yosua Hakim-hakim | BM oy LH Samuel seta Li Raja-raja, ae (hemudian: Ezra-Nehemia Yesaya Eoter Yeremia rea Yehezkiel Ts (22 kecil}: ie Hosen Puisi: A Obaje Pengkhotbah Yunus Hibang Agung Mikh: ul Nakun Kobijakeanaan Salomo Habakuk Sirakh ne Nabi-nabi: , (sar Zakharia ‘Yooaya Maleakh Yaenia ‘Tulisan: Barukh Mazmur Ratapan Aga Yehezkiel ea Daniel Rut “ds: Kidung Agung | (eel Kohelet hoe Ratapan Mikha nee Yoel Janie! I feenaeaa: | ee TI Tawarikh | Nahum Habakuk Kisah pertumbuhan dan perkembangan Kanon Yehudi memberikan alasan kuat untuk pembagian tiga kelompok: Hukum, Nabi-nabi, dan Tulisan. Tetapi, orang hanya dapat me- ngira-ngira mengenai alasan dari urutan dalam a) You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. a) You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. a) You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. lebih baik ada kesukaran yang tak teratasi daripada sumbangan dari salah satu partner dalam kaitan ini kurang dihargai. ‘Tanpa mengingkari peranan unik yang di- mainkan oleh anggota-anggota individual ter- tentu dari jemaat, penyelidikan masa kini mengisyaratkan bahwa sebenarnya jemaat itu sendirilah yang melahirkan tradisi suei. Jika demikian halnya, dan jika tradisi-teadisi ini mang diinspirasikan oleh Allah, maka ins] asi ini bekerja dalam jemaat, dan tidak hanya di dalam diri beberapa anggota terpilih dari jemaat itu, Mereka yangpertama-tama melihat tindakan Allah dalam sejarah mereka dan ke- mudian mengembangkan tradisi itu untuk memberi kesaksian atas tindakan itu, mereka yang kelak membentuk kembali tradisi itu supaya tradisi itu berbicara kepada komunitas yang baru pada waktu yang baru, dan mereka yang menurunkan tradisi dalam bentuknya yang final, mereka adalah semua jemaat yang diinspirasikan oleh Allah. Dari perspektif ini, teks alkitabiah sendiri tidak dilihat sebagai pengungkapan permulaan dari inapirasi: teks ini adalah bentuk tertulis yang sejak saat itu menjadi normatif. Alkitab menunjukkan satu sisi dalam proses panjang inspirasi ilahi. Ini diawali dengan pertumbuhan dan perkemhang. an yang diinspirasikan dari tradisi keagamaan, dan kerapkali diikuti oleh interpretasi kembali atas tradisi-tradiai itu. Sebelum melanjutkan diskusi mengenai proses inspirasi, kita harus mengemukakan pertanyaan sulit ini: Apa atau sigpa yang di- inspirasikan? Apakah itu pengarang? Bagai- mana pertanyaan terakhir ini dijawab, jika orang berpendapat bahwa jemaat sendiri dan bukannya individu tertentu yang mengarang Kitab Suci? Apakah kata-kata yang digunakan itu diinspirasikan? Tetapi, kata-kata yang mana? Apakah kata-kata yang dulu digunakan dalam pengungkapan pertama tradisi, kata- kata yang barangkali sudah hilang dalam sejarah? Atau kata-kata dari teks yang final dalam bahasa yang asli? Bagaimana mengenai penerjemahan? Lebih lanjut lagi, versi terje- mahan yang mann? Ini semua adalah pertanya- an-pertanyaan yang penting dan tidak akan dihindari, Tetapi, pertanyaan yang lebih fun- damental berkaitan dengan cara inspirasi bekerja dalam jemaat. Pertanyaan-pertanya- an lain akan dibahas dalam konteks ini. Diskusi kita di depan mengensi pemben- tukan tradisi akan digunakan sebagai kerang- ka bagi pembicaraan mengenai inspirasi ini. Tidak setiap kejadian meninggalkan bekas dalam kesadaran jemaat. Hanya peristiwa- peristiwa yang membantu pembentukan dan PENGANTAR pengembangan iman mereka yang fundamen- tal dan menjadi sentral dalam tradisi itu. Suatu kejadian khusus mungkin penting atau sangat berarti. Makna religius dari kejadian itulah yang dipelihara dan diteruskan dari gencrasi ke generasi berikutnya. Mereka yang mempu- nyai pengalaman aktual melihat ini sebagai bermangaat bagi jatidiri hidup mereka. Dengan menyalurkan tradisi yang formatif ini kepada orang lain, mereka mengundang orang lain ini untuk dibentuk oleh tradisi seperti mereka sen- diri mengalaminya. Demikian ada suatu dimensi dalam tradisi yang terus-menerus for- matif. Sekarang, jika kekuatan dinamis Allah yang pertama-tama membentuk sebuah bang- sa, tidakkah kekuatan dinamis itu dapat me- neruskan proses pembentukan ini? Hendaknya diperhatikan bahwa di sini sedang terjadi suatu proses saling membentuk: seperti jemaat me rumuskan tradisi, demikian pula tradisi mem- bentuk dan mempengaruhi jati diri jemaat, Kekuatan dinamis yang bekerja dalam perkem bangan bangsa adalah pewahyuan diri Allah. Kekuatan dinamis yang bekerja dalam perkem- bangan tradisi adalah inspirast Allah. Demiki- anlah, hendaknya jelas bahwa membatasi ins- pirasi pada suatu saat dari perkembangan ini sama saja dengan membatasi karya Allah pada saat itu, Meskipun sukar, namun pelacakan per- kembangan suatu tradisi dimungkinkan. Hal yang sama tidak dapat dikatakan mengenai melacak kembali gerakan inspirasi. Yang per- tama (tradisi) adalah usaha manusiawi yang dapat dibuktikan, sedang yang kedua (inspi- rasi) menurut pengertiannya adalah tindakan ilahi yang menuntut iman dan hanya dapat didekati dengan iman. Jemaat beriman pereaya bahwa Allah mewahyukan divi di tengah me. reka dan berkomunikasi dengan manusia lalui tradisi religius mereka. Tradisi-tradi diterima sebagai diinspirasikan, sejauh Allah diterima dan berbicara melalui tradisi-tradisi itu, Karena iman yang dinamis, jemaat pereaya bahwa Allah tidak hanya terikat dengan masa lalu, tetapi memberi kekuatan maga lalu men- jadi hal yang baru masa kini, dengan terbuka terhadap masa depan. Konsekuensinya, inspi- rasi Allah harus dilihat sebagai hal yang ber- langsung terus. Sejauh suatu tradisi terus terbuka terhadap komunikasi Allah, dapat dikatakan bahwa tradisi ini diinspirasikan. ‘Tradisi yang berasal dari masa lalu harus terus berbicara tentang kehndiran Allah yang aktif dalam perjalanan hidup jemaat. Alkitah telah diinspirasikan, karena terus-menerus mem- bentuk suatu jemaat beriman selame pertum- a) You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. a) You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. a) You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. tempat-tempat. yang bertanggalkan sekitar abad TI atau 1 SM. Suatu perbandingan dari teks varian menunjukkan bahwa komunitas- komunitas Yahudi pada waktu itu belum mem- bakukan tradisi-tradisi mereka. Mereka mung- kin sudah mencapai kesepakatan mengenai kitab-kitab mana yang diinspirasikan, tetapi mereka juga membiarkan perbedaan-perbeda- can besar dalam pengungkapan teks. Bahan yang begitu luas belum semuanya diterjemahkan dan dievaluasi. Namun, setiap edisi kritis dari Alkitab Ibrani harus memper- hhitungkan pengetahuan yang dibuahkan oleh ‘penemuan-penemuan ini, yang harus dipan- dang sebagai versi Perjanjian Lama yang dapat dipereaya, Sejarah dari versi Yunani Perjanjian La- ma juga tidak kurang rumitnya. Seperti sudah disebutkan di muka, tradisi mengenai tujuh puluh ali yang bekerja sendiri-sendiri dan menghasilkan penerjemahan yang sama, seka. rang dipandang sebagai suatu legenda. Per- bandingan dari manuskrip Ibrani dengan Tar- gum bahasa Aram dan versi Yunani menghasil- ‘kan suatu pandangan yang sangat herharga. Pada saat yang sama, perbandingan-perban- dingan demikian juga meninggalkan banyak pertanyaan baru bagi para ahi. Salah satu pertanyaan ialah apakah terjemahan Yunani dibuat dari versi Ibrani tertentu, yang kemudi- an menjadi versi baku yang dikenal dengan nama Teks Masora? Menuurat penyelidikan pe- nyampaian teks yang dipaparkan di atas, jawabannya adalah tidak. Teks Masora, meski- pun merupakan suatu rekonstruksi hati-hati dari manuskrip kuno, tidaklah dianggap ber- asal dari abad IV dan [11 SM. Lagi pula, pem- bakuan versi Ibrani rupanya tidak terjadi sebelum abad 11 SM. Versi Yunani atau Alek- sandria, di pihak lain, mengklaim berasal dari abad III SM. Mungkin sckali tidak ada tradisi Thrani yang sama yang digunakan oleh para ‘penerjemah, ‘Terjemahan sendiri menunjukkan inkon- sistensi teks. Kebanyakan ahli berpendapat bahwa kitab-kitab Pentateukh barangkali mengalami pembakuan selama periode se- sudah Pembuangan. Hal ini mungkin benar, tidak hanya mengenai isi mel tuk teksnya. Pembakuan ‘kan mengapa penorjemahannya tampak sa- ngat konsisten dengan teks [brani yang sangat serupa dengan tradisi, yang ada di balik Teks Masora. Tidaklah demikian halnya dengan ‘terjemahan dari kitab-kitab lain Perjanjian Lama; proses ini barangkali berkembang da- Jam periede sekitar dua ratus tahun. Karena tidak ada pembakuan teks Ibrani, maka tidak ada kesamaan dalam teks Yunani. PENGANTAR Pertanyaan kedus ialah dari teks mana- Kah vorsi itu diterjemahkan dalam bahasa ‘Yunani, kalau tidak dari teks Ibrani yang baku? Kemungkinan terdapat banyak sumber. Per- tama yang harus diperhatikan adalah kera- gaman dari teks Tbrani yang ada bersama teks, yang akhirnya menjadi baku tetapi yang tidak termasuk dalam kelompok itu, Terjemahan dari bahasa Yunani ke bahasa Tbrani dan perbandingan dari Ibrani itu dengan Teks Masora meyakinkan para ahli bahwa beberapa tradisi Ibrani di balik Septuaginta lebih kuno daripada yang ada di balik Teks Masora. Sumber kedua berasal dari teks liturgi jemaat. Karena bahasa Yunani menjadi baha- sa masyarakat dan pengetahuan akan bahasa Torani menjadi semakin berkurang di kalang- an rakyat, orang berusaha mencari jalan me- nerjemahkan vokal Ibrani ke dalam bahasa Aram. Dengan cara demikian, mercka tetap dapat berdoa dalam bahasa [brani sementara membaca dalam bahasa Aram, Transliterasi demikian dikenal sebagai Targum. Teks-teks ini juga merupakan bahan alkitabiah yang dapat digunakan dalam terjemahan Yunani. Akhurnya, Perjanjian Baru sendiri mem- beri sedikit kejelasan atas pertanyaan itu. Soperti discbutkan di depan, kebanyakan ku- tipan dari Perjanjian Lama yang ditemukan dalam Perjanjian Baru diambil dari versi Yuna- ni. Dengan menerjemabkan kembali kutipan itu ke dalam bahasa Ibrani, dalam beberapa hal, menyingkapkan suatu versi yang lebih se- suai dengan Pentateukh Samaria daripada de- ngan salah satu sumber dalam bahasa Ibrani. Ketiga contoh tadi mengisyaratkan bahwa ketika tradisi alkitabiah diterjemahkan ke da- Jam bahasa Yunani, versi Ibrani mana pun yung digunnkan pada waktu itu dan di tempat itu olch jemaat, versi itu adalah satu-satunya yang diterjemahkan. Karena tradisi Ibrani agak lanear, versi Yunaninya mengandung Jebih sedikit varian. Pada abad II, ada pertentangan hebat an- tara jemaat Kristen dan Yahudi, Orang-orang Kristen kerapkali menggunakan Septuaginta dalam argumentasi mereka, dan ini menyebab- kan orang Yahudi menolak versi tersebut dan memunculkan terjemahan baru mereka sen- diri. Tiga dari terjemahan ini memainkan pe- ranan dalam kritik teks seperti yang tidak per- nah dibayangkan oleh para pengarang dan pengikut mereka. Penulis Kristen dari abad II], Origencs, menerbitkan versi enam ganda dari Perjanjian Lama yang disebut Hexapla. Ia me- nyusun bahan-bahannya dalam enam kolom yang paralel dengan urutan demikian: 1) teks Torani yang diberi tanda suara yang baku dari abad Il; 2) transliterasi Yunani dari bahasa a) You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. a) You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. a) You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. Pada tahun 1994 terbitlah Alkitab, Kobar Baik untuk Anak-anak yang juga merupakan kerja sama ekumenis Lembaga Alkitah Indo- nesia dan Lembaga Biblika Indonesia. Demikianlab, dalam kurin waktu dua de- kade umat Katolik telah memiliki terjemahan Kitab Suei untuk berbagai keperluan. Tuju- anya ialsh untuk mendekatkan sabda Tuhan kepada umat, HERMENEUTIKA INTERPRETASI Salah satu masalah yang sangat mengasyik- kan dan menantang dalam studi Alkitab masa Kini adalah interpretasi atau hermoneutika, Hermeneutika tidak hanya menyita perhatian para abli saja, melainkan juga menimbulkan sangat hanyak kebingungan bagi publik pada umumnya. Apa makna sesungguhnya dari Alkitab? Di antara begitu banyak penafsiran yang saling bertentangan, mana yang benar? Aliran interpretasi mana atau abli mana yang harus diikuti? Jika dipandang lebih saksama masalah yang begitu kompleks dan kontrover- sial ini, meskipun jelas tidak akan. menjawab semua pertanyaan secara memuaskan, mudah- mudahan dapat memberikan sedikit kejelasan pada sumber-sumber dari beberapa kebingung- an mengenai makna dari teks Alkitab, Kita hendaknya ingat bahwa Alkitab, se- bagai suatu karya sastra, adalah suatu bentuk komunikasi yang disusun berdasarkan tiga unsur hakiki: pengirim atau pengarang: pesan atau teks, dan penerima atau pembaca, Secara historis, sepanjang komunikasi tereatat dalam teks, Alkitab tetap tinggal di dalam jemantnya yang asli, Pembaca menuntut sangat sedikit interpretasi. Kebanyakan pembaca termasuk dalam dunia makna yang sama seperti penga- rangnya, Hanya jika suatu pesan alkitabiah tertentu dibawa ke dunia makna yang tain, usaha ekstensif untuk interpretasi menjadi suatu keharusan, Tidak dapat dihindari, aki- batnya adalah ada pemahaman yang berbeda, tergantung terutama pada apakah perhatian besar interpretasi pertama-tama pada pengi- rim, pesan, atau penerima/pembaca. Pesan ‘Tampaknya, sepanjang abad-abad pertama ke- ‘kristenan, perhatian utama dari kebanyakan interpretasi adalah pada pesan. Maka, tugas inferpretasi adalah menerjemahkan pesan itu a PENGANTAR ke dalam dunia baru atau dunia makna. Pada Abad Pertengahan dikembangkan empat cara interpretasi, Keempat cara ini dapat bertahan dalam perjalanan waktu dan tetap mempunyai pengaruh pada cara banyak orang masa kini memahami Alkitab, Cura-cara itu adalah cara sastrawi, alegoris, moral, dan eskatologis. Ka- rena istilah-istilah tersebut mungkin belum be- gitu dikenal oleh sidang pombaea, beberapa eatatan kecil di bawah ini akan dapat mem- banta, Makna harfiah teks biasanya dikaitkande- ngan makna yang dimiliki olch kata-kata sen- diri. Dalam bal ini, teks diterima apa adanya. Pemabaman demikian mencakup bahwa pen: dengar segera menangkap semua nuansa bahasa dengan cara yang sama seperti dimak- sudkan oleh pengarang. Pemahaman demikian dapat dipcroleh bilamana pengarang dan pen- dengar memiliki pandangan dunia yang sama. Namun, pendengar yang memiliki pandangan dunia yang sama sekali berbeda tidak akan mu. dah menangkap maksud pengarang. Kesukar- an dari makna harfiah menjadi jelas jika kita ingat, misalnya, betapa cepat makna kata-kata herubah, Orang tua kerap kali terbengong- hengong mendengar pembicaraan anak-anak- nya yang tidak mereka pahami maksudnya. Sccara dasariah, dua dunia sama sepenubnya; maka mereka tidak dapat saling memabami seeara penuh, Interpretasi teks Alkitab yang sangat har- fiah atau fundamentalistik kerap kali tidak dapat memperhitungkan perubahan dan per- kembangan bahasa yang tidak dapat disang- ‘kal lagi. Fundamentalis alkitabiah rupanya engean mengakui bahwa dunia makna, dunia pandangan dari teks alkitabiah, tidaklah sama dengan maga kini. Tambahan pula, Alkitab adalah produk dari budaya yang sama sekali lain dan dari waktu yang berbeda, maka ke- butuhan akan interpretasi sangailah besar. Makna harfiah dari Alkitab tidak selalu mu- dah seperti disangka banyak orang. Makna alegoris dari teks, yang sangat po- puler terutama pada abad-abad pertama ke- kristenan maupun dalam Abad Pertengahan, menyebabkan Alkitab mempcroleh interpretaai yang tak terkira banyaknya. Menurut pende- ‘katan ini, teks benar-benar bermaksud menga- takan sesuatn yang Jain dari apa yang diung- kapkan secara harfiah. Isinya ialah bahwa makna mistik yang lebih dalam tersembunyi ii balik kata-kata. Sebenarnya, makna lebih dalam yang terkait blasanya berasal dari lunr teks Alkitah sendiri dan dimasukkan ke dalam- nya oleh ai penafsir yang membaca makna ke dalam gambaran dan tindakan teks dari sudut a) You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. a) You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. a) You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. Kitab dari Alkitab telah hilang, paling-paling yang dapat dilakukan para abli adalah mere- konstruksi teks dari manuskrip-manuskrip, yang ada. Tugas ini tidak menjamin kepastian historis karena inkonsistensi yang ada dalam bahan-bahan manuskrip. Dengan. memban- dingkan manuskrip-manuskrip, para abli me- ngembangkan apa yang disebut "Kritik Teks". ‘Metode ini adalah rekonstruksi hipatetis, biasa- nya diiringi dengan catatan kaki panjang lebar (isebut apparatus kritis) yang menyebutkan sumber manuskrip dari bagian-bagian itu mau. pun bacaan alternatif. Terjemahan-terjemah- an modern berdasar pada kritik teks demikian. ‘Tujuan kedua juga didapat dengan mem: banding-bandingkan teks itu, tetapi dengan maksud yang berbeda. Rekonstruksi adalah ge rakan ke belakang menuju suatu bacaan: seja- rah penyampaian teks adalah penyelidikan ke depan untuk menemukan bacaan-bacaan vari- an yang memungkinkan para abli melacak per- ubahan dan perkembangan yang berlangsung. Karya Origenes yang disebut Hexopia dapat disebut sebagai usaha tertua dari kritik teks demikian. Ini mengemukaken bukti dari per- ubahan yang terjadi ketika teks berkembang. Karena tidak ada manuskrip yang berisi- ‘kan teks asli, semua kurang lebih rusak, maka pertanyaannya bukanlah naskah mana yang dapat dipercaya, melainkan dalam cara mana naskah itu dapat dipereaya. Setiap teks mere- fleksikan periode sejarah dan jemaat tertentu dari mana teks itu berasal dan di mana tersim- pan, Penyelidikan kritis teks dan perbandingan teks dengan varian-variannya menyatakan ke- pada kita sesuatu mengenai periode sejarah dan jemaat tertentu. Penerjemahan-penerje- mahan yang dibabas pada bab terdahulu juga mempunyal fungsi yang sama, Mereka me- nyingkapkan tahap tertentu dari pemahaman krritis yang dimiliki jemaat waktu itu. Tahap sekarang dari bahasa yang digunaken untuk menerjemabkan teks tersebut dan kerap kali beberapa masalah teologis harus dihadapi jemaat. Disiplin ilmu yang demikian khusus me- nuntut keablian tidak hanya dalam bahasa-ba- hasa yang ashi, tetapi juga dalam bahasa yang berkaitan. Karya-karya sastra dari budaya yang berbeda dengan jemaat alkitabiah dipe- lajari untuk memahami jemaat alkitabiah ini dalam konteks yang lebih luas daripada dunia mereka. Karena hanya sedikit orang yang ber- kecimpung dalam penyelidikan semacam ini, maka penemuan-penemuan yang mereka da- pat, hendaknya diperhatikan baik oleh pener- jemah maupun penafsir. Sebelum sescorang melangkah pada salah satu tahap interpretasi, PENGANTAR haruslah ia menyusun kembali teks seasli mungkin. Banyak sejarah kritik teks dan penjelasan mengenai sember-sumber, manuakrip yang besar-besar dan telah dibicara. on pada bob sebelum ini dan tidak perlu di ulangi lagi. Kritik Sastra Jstilah "Kritik Sastra” diphami paling sedikit dengan tiga cara: 1) dalam arti klasik adalah pendekatan kritis kepada studi sastra. Struk- tur, bentuk, dan bahasa dianalisis. Kritik demi- kian digunakan untuk menyelidiki bahan- bahan alkitabiah. Sejak zaman Origenes, hal ini mendorong para abli mempertanyakan oto- ritas yang diandaikan dari beberapa buku Al- kitab, 2) Dengan tumbuhnya kesadaran histo- ris pada abad XIX, permasalahan historis yang dikemukakan adalah mengenai perbedaan- perbedaan sastra, dan disiplin yang disebut "Keitik Sumber’. 3) Akhir-nkhir ini para abli mempertanyakan lagi hal yang lebih berkaitan dengan sastra, hubungan antara isi, bentuk, dan filsafat babasa. Kritik sastra dalam arti tradisional alkita- biah sebenarnya muncul dari studi teles. Se- sudah memperhatikan penggunaan berbagai nama untuk Allah dalam Kitab Kejadian, para ahli dari abad XII menemukan pola sasiza dalam kitab itu, Mereka menarik kecimpulan bahwa kitab itu disusun dari berbagai macam sumber. Penjelasan bagi penyusunan Penta- teulch diketahui sebagai "Hipotesis Dokumen” (empat sumber yang diketemukan”: Yahwista, Elohista, Deuteronomis, dan Imam atau Priest); begitu pula penjelasan untuk perbeda- an-perbedann dalam tradisi Injil disebut Hipo- tesis Dua Sumber" (maksudnya adalah bahwa Injil Markus dan suatu kumpulan ucapan Yesus yang disebut Q digunakan oleh Matius dan Lukas). Demikianlah setelah para abli yakin bahwa ada berbagai sumber dalam teks alkitabiah, mereka mulai bertanya mengenai sal usul dan alasan penyusunannya. Kritik sastra dengan demikian menjadi suatu disiplin historis, Dengan semua pertanyaan yang telah di- jawab, Kritik Sastra juga menimbulkan perta- nyaan baru yang rupanya tidak dapat dijawab. Pintu terbuka untuk suatu disiplin baru yang akan menangani pertanyasn itu, Kritik Bentuk Pungsi Kritik Bentuk adalah melakukan pe- nyelidikan di balik sumber yang ditemukan oleh kritik sastra, untuk menemukan situasi a) You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. a) You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. a) You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. tumbuhan dan perkembangan tradisi, mereka tidak memiliki gambaran yang jelas mengenai hal itu. Hanya dengan menggunakan metode Hritik Historis dan Kritik Literer, para abli ber- harap dapat menjelaskan prinsip ini. Semakin baik orang mengetahui setiap tahap perkem- bangan, semakin mudah menentukan proses perkembangan dan prinsip-prinsip yang mengi- ringi proses itu, Jelaslah bahwa kenteks, entah sosio-politik entah keagamaan, memainkan peranan pen- ting dalam pendekatan ini, Orang harus mem- perhatikan konteks sewaktu menganalisis makna masa lalu, bahkan sampai pada makna masa kini. Jika tradisi masa lalu menghadapi suatu keprihatinan atau konteks baru, maka tradisi itu diinterpretasi menurut perspektif teclogi tertentu. Begitu pula, jika tredisi itu harus dibentuk lagi dengan cara yang autentikk dan penuh makna, maka penafsir harus memn- hami secara baik-baik situasi masa kini. Pan- dangan seseorang terhadap realitas akan mem- pengaruhi, jika tidak menentukan, bentuk yang akan diterima oleh tradisi. Misalnya, te ma perjanjian mungkin digunakan untuk me- yakinkan masyarakat yang makmur, bahwa kemakmuran mereka adalah tanda perkenan- an Allah dan cangat tepat untuk memperta- hankannya. Di pihak lain, hal ini mungkin me- nantung masyarakat untuk memikul tanggung jawabnya terhadap mereka yang kurang ber- untung dan membagikan kesejahteraannya demi keadilan sosial, Kebutuhan terdalam dani jemaat (kepastian dan tantangan) haruslah diakui. Meskipon masih dalam tahap permulaan, pendekatan penafsiran ini memberikan sedikit kegembiraan. Banyak yang berharap bahwa pendapat ini dapat menjembatani kesenjangan antara apa yang dulu dimakeudkan oleh Alki- tab dan apa yang dimakeudkannya sekarang. Kritik Literer yang Baru Kritik Literer yang Baru berusaha memahami Alkitab hanya sebagai karya sastra. Masalah. masalah historis vang menghubungkan bahan dengan asal usulnya tidak diperhatikan. Bi- dang yang menarik perhatian kritik ini tidal sama dengan dunia masa lalu, melainkan du- nia imajinatif yang diciptakan oleh karya sastra sendiri. Untuk memahami dunia ini, tidak dicari dalam arkeologi, sosiologi, atau kritik sumber, melainkan dalam bahasa dan bentuk- bentuk yang diguaakan, struktur-struktur yang diciptakan, dan gerakan sastra yang ber- kembang dalam karya sendiri, Mengatakan bahwa dunia sastra adalah imajinatif tidak ber- arti bahwa itu tidak real, melainkan berarti 29 PENGANTAR bahwa karya itu tidak mengklaim untuk me- lukiskan kenyataan seperti apa adanya. Karya ini meniru realitas. Integritasnya tidak ditentu- kan oleh ketepatan historisnya, tetapi oleh keseimbangan internalnya. Jika dunia sastra imajinatif adalah tiruan dunia historis dari realitas, maka unsur-unsur yang membentuk dunia itu tidaklah historis ruil, tetapi mengganti realitas historis. Pada dasarnya, unsur-unsur itu adalah metaforis Kiasan), analog dengan sesuatu yang lain. Kun- ci untuk memaharai apa yang uneur-ungur itu kemukakan tidak ditemukan di fuar, melain- kan di dalamaya. Interpretasi kunei-kunci ini harus dicari dalam bidang jenis atau bentuk sastra dari karya itu. Karena suatu jenis sastra bukan hanya satu rangkaian makna, melain- kan lebih rangkaian hubungan, maka setiap jenis sastra terbuka untuk bermaeam-macam interpretasi. Andaikata ada pengendalian in- terpretasi dari luar, maka itu hanyalah kecil aja dan orang harua memegang teguh pola yang digariskan oleh gaya tersebut. Meskipun_ suatu karya sastra memungkinkan berbagai macam salinan, ini tidak berarti bahwa ana- lisisnya dapat dilakukan dengan cara seram- Pangan atau dapat mempunyai arti seperti di- kehendaki penafsir. Misalnya, suatu sandiwara dapat mempunyai berbagai macam interpre- tasi, ttapi hubungan internalnya memberikan batasan tertentu, Hal yang sama berlaku bagi soneta, perumpamaan, atau cerita mukjizat. Kritik sastra demikian telah mengalami tahap-tahap perkembangan, Pada mulanya, teks disamakan dengan jendela yang diguna- kan penafsir untuk metihat makna di baliknya. Kemudian penafsir lain melihatnya lebih seba- gai cermin yang di dalamnya dapat ditemukan makna. Maknanya harus dicari dalam dirinya, tetapi tidak dengan cara untuk menyenangkan hati pembaca. Pendekatan penafsiran demi- kian memungkinkan kritik menemukan apa yang diartikan oleh teks, tetapi tanpa memperhatikan apa itu artinya, MENUJU PENGEMBANGAN SUATU CARA INTERPRETASI Jelaslah, interpretasi adalah lebih dari hanya mengumpulkan informasi mengenai teks (kri- tik sojarah yang sempit), Interpretasi adalah penjelasan dari makna teks itu. Jika teks yang dibicarakan dihargni sebagai tradisi suci dari suatu jemaat beriman, suatu tradisi yung ber- akar dalam jati diri dari jemaat itu, maka se- macam kesinambungan historis dengan jemaat itu terus-menerus tampak sangat hakiki bagi interpretasi yang teliti, Berikut ini adalah a) You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. a) You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. a) You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. a) You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. a) You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. a) You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. a) You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. MATIUS hiran dalam 1:18-25. Kerangka kisah ini ter- diri dari penampakan Malaikat kepada Yusuf dalam mimpi, perintah dan alasan perintah, ketantan Yusuf untuk melaksanakan perintah, dan kutipan dari Perjanjian Lama. Mesir merupakan tempat biasa untuk pe- Jarian bagi orang Yahudi pada waktu itu, dan hanya sesudah kematian Herodes tahun 4 SM, amanlah bagi Yesus untuk kembali ke Pale: tina. Kutipan dari Hos 11:1 (Dari Mesir Ku- pangyil Anak-Ku) menempatkan bagian per- jalanan Mesias dalam kerangka pemenuhan ‘kehendak Allah. Peristiwa ini tidak hanya mengidentifikasi Yesus sebagai Anak Allah, ‘tetapi juga mengisyaratkan bahwa [a adalah personifikasi umat Allah. Sama seperti Allah memanggil Israel Lama dari Mesir untuk men- ciptakan suatu bangsa khusus bagi-Nya, demi- kian juga Ia memangeil Yeaus dari Mesir ke tanah Israel untuk menciptakan suatu umat baru (ih. Mat 21:41, 43). Prinsip dasar bagi ‘kelanjutan antara umat yang lama dan umat ‘yang baru adalah Yesus orang Yahudi. 2:16-18 Penyembelihan kanak-kanak di Yudea. Meskipun pembunuhan anak-anak laki-laki yang tak bersalah berumur dua tahun ke bawah sesuai dengan kekejaman Herodes dalam upayanya mempertahankan takhtanya selama tahun-tahun terakhir pemerintahan- nya, tidak ada catatan lebih lanjut mengenai peristiwa ini dalam sumber kuno di luar Injil Matius. Kutipan dari Yer 31:15 dipusatkan ke Rama, suatu tempat sekitar lima mil sebelah utara Yerusalem. Rama adalah tempat di mana Rakhel, istri Yakub, meninggal dan tempat di mana crang-orang Yahudi pada abad ke-6 SM berkumpul untuk berjalan menuju ke pem- buangan di Babel. Tindakan kejam Herodes adalah pengu- langan dari pembantaian Firaun atas anak- anak Israel di Mesir (Kel 1:8-22). Kisah ini dan kisah yang mendahuluinya, tampaknya dimak- sudkan untuk membalikkan kisah keluaran: Yesus dihawa ke Mesir untuk keamanan-Nya, dan raja Yerusalem mewakili orang-orang yang tidak pereaya dan yang berhati keras. Herodes bertindak sebagai musuh dari umat Allah yang diwakili oleh Mesias yang baru lahir. Kisah Perjanjian Lama menjelaskan tindakan Hero- des sebagai tindakan yang sesuai dengan ke- hendak Allah meskipun tidak memaafkan atau membenarkannya. 2:18:23 Kedatangan Yesus di Nazaret. Se- sudah kematian Herades tahun 4 SM, kernja- annya dibogi di antare anak-anaknya. Arkbe- lus memerintah Yudea, Samaria, dan Idumes dari tahun 4 SM sampai 6 M. Kisah mengenai bagaimana Yesus pergi ke Nazaret mengikuti pola yang sudah dikenal: penampakan Malai- kat kepada Yusuf dalam sebuah mimpi, sebuah perintah dan alasan untuk itu (lth. Kel 4:29), ketaatan Yusuf untuk melaksanakan perintah, dan sebuah kutipan dari Perjanjian Lama Sumber yang persis mengenai kutipan ini ti- daklah pasti: teks yang paling mungkin dikutip adalah Hak 13:5, 7 dan Yes 11:1, Bagaimanapun juga, cerita ini menjelaskan mengapa Yesus dikaitkan dengan Nazaret dan mengapa Ia memulai pekerjaan di muka umum di Galilea, Ketegangan antara kesinambungan de- ngan tradisi Yahudi dan tindakan baru Allah dalam Yesus yang demikian mencolok dalam Mat 1:1-25, juga muncul dalam bab 2. Setiap pokok mengenai perjalanan hidup Mesias di- dasarkan pada kutipan Perjanjian Lama. Masing-masing kisah berisikan ucapan dan ciri-ciri yang mengarahkan pada kutipan al- kitabiah. Di satu pihak, orang majus yang kafir datang untuk menyembah raja Yahudi yang baru lahir, sementara di lain pihak, Herodes melakukan segala cara dalam kekuasaannya untuk menghancurkan-Nva. Masa depan umat Allah tampaknya terletakdalam diri Yesus dari Nazaret — Anak Allah yang dipanggil dari Mesir untuk hidup, berkarya, dan wafat di tanah umat Allah senditi Il. PERMULAAN KARYA YESUS. Matius 3:1 - 4:25 3:1-12 Persiapan Yohanes bagi Yesus (ii. Mrk 1:2-8; Luk 31-18; Yoh 1:19-28), Dalam rangkuman mengenai khotbah Yohanes Pem: baptis, sudah digunakan bahan-bahan dari Markus dan sumber Q, Sumbangan Matius yang sangat penting tampak pada permulaan fay, 2, di mana khotbah Yohanes diringkas dalam kata-kata yang sama dengan khotbah ‘Yesus yang diringkas dalam 4:17; Bertobatlah, sebab Kerajaan Surga sudah dekat. Kedua pengkhotbah menuntut suatu pertebatan yang radikal seluruh pribadi kepada Allah, dan ke- duanya mendesakkan itu sebagai persiapan bagi zaman baru, ketika Allah Israel akan di- akui sebagai Tuhan oleh semua ciptaan, Wak- tunya sudah sangat dekat. agian pertama bahan mengenai Yohanes jay. 1-4) membuat kegintan Yohanes puanlbesengecclays dikenangdan sangat penting dari Yesus (pada hari-havi itu)dan me- nempatkannya di padang gurun Yudea, suatu daerah dekat Laut Mati yang menyimpan begi- tu banyak informasi bagi kita. Hubungan Yoha- a) You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. a) You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. a) You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. MATIUS di Galilea. Dalam Kitab Suri dan dalam tulisan keagamaan lain, gunung kerap kali merupakan tempat istimewa untuk pewahyuan dari Allah. Kenyataan bahwa kumpulan besar ajaran ‘Yesus ditempatkan pada kali bukit mempu- nyai makna khusus, Para pendengar Khotbah di Bukit telah diperkenalkan. Jelas mereka moncakup para murid yang telah dipilih Yesus (4:18-22). Juga beberapa dari orang banyak (4:23-25), seperti dijelaskan pada permulaan (6:1) dan akhir (7:28) dari Khotbah di Bukit. Khotbah ini dimakeudkan bagi pendengar yang lebih luas daripada kelompok pengikut Yesus. §:8-12 Sabda Bahagia (lik. Luk 6:20-23), Me- lalui sabda bahagia Yesus menyatakan "ber- bahagialah” kepada beberapa orang yang tak terduga. Sabda bahagia merupakan suatu bentuk sastra yang biasa dalam kitab Perjanji- an Lama seperti Mazmur. Di sana orang- orang atau kelompok disebut bahagia atau selamat (lif. Mam 1:1; 32:1-2, 41:2; 65:5; 108:3; 112:1; 128:1) dan kadang-kadang alasan bagi pernyataan itu diberikan. Sabda Bahagia Ma- tius berbeda dengan model dari Perjanjian La- ma dalam penunjukan kepada Kerajaan Allah yang akan datang dan kepada pembalikan dari nilai-nilai manusiawi yang menyertainya. Keempat sabda bahagia dalam Lukas 6:20-23 biasanya dian; negep mengemukakan bentuk (Bahagialah kamu...) dan isi (berkat bagi orang miskin, lat. yang menangis dan yang dianiaya) yang lebih dekat dengan khotbah Yesus daripada sabda bahagia yang terdapat dalam Matius. Versi Matiue cenderung untuk merohanikan (miskin dalam rah ... lapar dan haus akan kebenaran) dan berisikan lebih jauh sabda bahagia yang tidak dapat disesuaikan dengan isi dari versi Lukas. Kelompok pertama sabda bahagia (ay. 3- 6) mewartakan bahagia orang yang miskin dalam roh (yang kondisinya menuntut keper- eayaan total kepada Allah}, yang bersedih (lik. ‘Yes 61:23), yang lemah lembut (lih. Mzm 37: 11) dan mereka yang lapar dan haus akan ke- benaran (mereka yang tugas pokoknya dalam hidup adalah memenuhi kehendak Allah), Ke- bahagiaannya mereka umumnya di masa mendatang, tetapi juga dimaksudkan untuk masa Kini, Dengan menghayati nilai-nilai Ke- rajaan Surga di sini dan sekarang, mereka mengantisipasi dan mengambil bagian dalam kebahagiaan yang akan diberikan oleh bentuk kehidupan yang lebih penuh dengan Allah. Allah adalah sumber dari segala kebahagiaan mereka. Kelompak kedua sabda bahagia (ay. 7-10) juga berpuncak pada penyebutan tentang ke- a benaran seperti dalam kelompok pertama (lh. ayat 6). Di sini suatu berkat diucapkan bagi yang berbelas kasib, yang jujur (ih, Mam 24:3- 4), pembawa damai. dan mereka yang men. derita demi mencari kebenaran. Kepada me- reka juga dijanjikan kebahagiaan di masa mendatang dari Allah. Sabda bahagia terakhir dalam ayat 11-12 (lih. Luk 6:22-23) mengem- bangkan tema pengejaran karena Yesus dan menghubungkannya dengan penganiayaan yang diderita oleh nabi-nabi tertentu dalam Perjanjian Lama. 5:13-16 Peranan para murid (lik. Mrk 9:50; Luk 14:34-35). Peranan para pengikut Yesus dikemukakan dengan gambaran garam dan terang. Di zaman Yesus, garam dipergunakan tidak hanya untuk menambah rasa pada ma- kanan tetapi juga untuk mengawetkan daging atau ikon. Ketika Yeous membandingkan para murid dengan garam (ay. 13), Ia mengatakan bahwa mereka menambah kualitas dari eksis- tensi manusia dan mengawetkannya dari ke- bancuran. Di zaman Yesus, satu-satunys lam- pu yang ada adalah sebuah alat seperti piring kecil di mana api dibiarkan menyala. Lampu itu sebenarnya tidak memberikan banyak si- nar, tetapi di zaman listrik belum ditemuken, lampu semacam itu sudah dianggap terang. Ketika Yesua menyebut para murid-Nya te- rang dunia (ay. 14-15), la mengatakan bahwa tindakan mereka adalah seperti semacam kumpulan sinar dalam dunia. Para murid di- tantang untuk membiarkan sinar mereka ber- cahaya (ay, 16) sebagai kesaksian atau kese- tinan mereka kepada Yesus dan Bapa di surgs. 5:17-20 Peranan Yesus. Peranan Yesus di- bicarakan dengan referensi pada Perjanjian Lama, atau lebih baik Perjanjian Lama dilihat dalam referensi kepada Yesus, Yesus datang untuk mewahyukan makna sesungguhnya dari Perjanjian Lama, untuk mengungkapkan apa yang ingin dikatakan hukum dan para nabi, dan membawanya ke dalam pemenuhan (ay. 17). Ucapan dalam ayat 18 menantang gagasan orang Yahudi bahwa hukum adalah abadi, atau paling sedikit itu tetap mempunyai hekuatan sebelum semuanya terjadi (kepenuh- an dari Kerajaan Allah atau barangkali wafat dan kebangkitan Yesus), Dalam konteks Khot- bah di Bukit, perintah-perintah ini dalam sab- da ketiga (ay. 19) lebih menunjuk pada peng- ajaran Yesus daripada hukum Perjanjian Lama. Yeaus tampak sebagai penafsir yang bervibawa atas tradisi Yahudi, seseorang yang mampu memberikan terang dari inti ke- pribadian-Nya yang paling mendalam. Sabda a) You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. a) You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. a) You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. MATIUS jemaat (iih. 18:15-18), totapi koreksi demikian hendaknya dilakukan dengan kesadaran akan kesalahan dan prasangka sendiri (ay. 3-5). Ini juga tidak meniadakan sikap bijakeana dalam memperlakukan orang lain yang bermusuhan atau bahkan orang-crang Kristen yang murtad atau tidak bertobat (ay. 6). 7:7-11 Mendekati Allah dalam doa (ih. Luk 11:9-13}. Dalam doa, Allah harus didekati de- ngan kejujuran dan kepereayaan. Di sini di- tegaskan pentingnya doa permohonan (minta- lah... carilak . ketuhlah) dan keampuhan dari doa-doa diandaikan (ay. 7-8). Cara seorang bapa manusiawi menjaga anak-anaknya dan memberikan hal-hal baik jika mereka memin- tanya digunakan dalam ayat 9-11 untuk melu- kiskan cara Bapa di surga menjawab permo- honan dalam doa. 9:18 Aturan emas (Luk 6:31). Apa yang di- sebut “aturan emas” dalam ayat 12 mengenai perlakuan terhadap orang lain seperti kita menghendaki mereka memperlakukan kita tidaklah orisinal atau khas dari Yesus. Perha- tian utama Matius adalah penggunaan ueapan ‘itu sebagai suatu ringkasan dari tradisi Per- janjian Lama. Guru Yahudi bernama Hillel ‘imengemukakan ajaron yang sama (Apa yang tidak kamu sukai, jangan kamu lakukan ter- hadap sesamamu”) dan menambahkan bahwa sisa dari Hukum dan para nabi adalah komen- tar tentang hal ini (Jih. Tob 4:15). 7:18-27 Keputusan memihak atau mel: wan Allah (iih. Luk 13:24; 344: 1B:25- 6:47-49). Khotbah di Bukit ditutup dengan se jumlah kontras mengenai keputusan memi- hak atau melawan Allah. Gambaran menge- nai dua jalan dalam ayat 13-14 (iA. Luk 13:24) merupaken hal biasa dalam Perjanjian Lama dan dikembangkan dalam Gulungan Laut Ma- tidan dalam tulisan-tulisan Kristen yang di- sebut Didakhe. Gagasan bahwa pintunya sem- pit dan jalannya berlikwliku layak diperhati- ‘kan dalam Matius, Para nabi palsu dalam ayat 15-20 (lth, Luk 6:43-44) haruslah dinilai dalam hubungannya dengan Ul 13:1-5 dan 16:20-22. ‘Apakah kata-kata nabi benar? Apakah nabi menyesatkan umat? Akibatnya (atau buak- nya) menunjukkan sifat dari nabi (pohon). Ucapan-ucapan dalam ayat 21-28 (ih. Luk 19:25-27) juga terfokus pada hubungan antara kata dan tindakan. Tidaklah culup hanya me- ngatakan Tuhan, Tuhan, karena hanya mela- kukan kehendak Allah yang memberi jalan masuk ke kerajaan-Nya. Dasar kuat yang di- sebut dalam ayat 24-27 (Hh. Luk 6:47-49) men- cakup kata dan perbuatan. 4 7:28-29 Penutup. Khotbah di Bukit diakhiri sama seperti keempat khotbah Yesus yang lainnya dalam Injil (leh, 11:1; 19:53; 19:1; 26:1): setelak Yesus mengakhiri perkataan ini ... Kontras antara kewibawaan yang dimiliki ‘Yesus dan kurangnya kewibawaan dari pihak para abli kitab (iH, Mrk 1:22) adalah penting bagi Matius dan jemaatnya, karena mereka mengalami pemisahan antara Gereja dan Si- nagoga (ahli kitab mereka). IV, TINDAKAN YESUS YANG PENUH KUASA Matius 1 - 9:38 Sesudah melukiskan kuasa Yesus sebagai se- orang guru dalam Khotbah di Bukit, sekarang Matius memberikan contoh dari kuasa-Nya sebagai seorang penyembuh dan pembuat mukjizat dalam bab 8-9, Sembilan tindakan kuasa disusun dalam tiga kelompok yang ma- g-masing terdiri dari tiga tindakan (8:1-17; 8: 8; 9:18-34). Kelompok dipisahkan satu ama lain oleh bahan-bahan bukan mukjizat (8:8-12; $:9-17; 9:35-38) di mana tema kemu- ridan sangat menonjol. Baik khotbah maupun perbuatan kuasa Yesus diletakkan dalam bingkai karya-Nya di Galilea (leh, 4:23; 9:35). 8:1-4 Kuasa atas kusta (lih. Mrk 1:40-45; Luk 5:12-16). Lingkaran pertama dari tindak- an kuasa Yesus (8:1-17) menampilkan kuasa- ‘Nya atas kusta, lumpuh, demam, dan kera- sukan getan. la menunjukkan belas kasih kepada orang-orang pinggiran dari masyara- kat Yahudi: penderite kusta, orang kafir, para hamba, wanita, dan orang kerasukan. Versi Matius mengenai penyembuhan orang kusta (ay. 1-4) berisikan suatu kalimat peralihan (ay. 1, permohonan penderita su- paya disembuhkan (ay, 2), jawaban Yesus dan penyembuhan yang menakjubkan (ay. 3), dan perintah akhir supaya yang disembuhkan me- nunjukkan diri kepada imam di Bait Suci (ay. 4). Kata kuneinya adalah "tahirlah” atau "sem- buhlah”, yang muneul dalam permohonan pe- nyembuhan (ay. 2), dalam jawaban Yesus (ay. 3a) dan dalam lukisan penulis mengenai apa yang terjadi {ay. 3b) Kisah Matius lebih sederhana daripada ‘Mrk 1:40-46, Tidak ada penyebutan perasaan ‘Yesus dalam Mrk 1:41, 43 maupun dalam lu- kisan mengenai reaksi publik atas penyem- buhan dalam Mrk 1:45. Dalam Mat 8:2, Yesus disapa dengan Tuhan, yang tidak hanya me- nambah derajat-Nya tetapi juga menempat- kan mukjizat dalam kerangka doa penuh jiman, Struktur yang lebih sederhana juga a) You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. a) You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. a) You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. MATIUS kan Yahudi (Jih. 28:19). Perutusan para mu rid (ay, 7-8) mengulangi dan memperluas per- utusan Yesus dalam khotbah mengenai keda tangan Kerajaan Allah dan dalam penyem: buhan orang sakit (lik. 4:2). Sebagaimana kemuridan diberikan kepada mereka sebagai suatu karunia, demikianlah mereka harus memberikannya kepada orang lain, Para pengkhotbah keliling, dalam ajaran mereka, menggambarkan bermacam-macam pandangan filosofis dan keagamaan mengenai dunia sebagai pandangan umum pada zaman ‘Yesus. Para murid Yesus diajar supaya tidak mengkhawatirkan uang atau pakaian atau penginapan, tetapi hendaknya bergantung pa- da kebaikan hati para pendengar mereka (ay 9-13). Kurangnya perhatian mereka terhadap uang, pakaian atau penginapan memungkin. kan mereka melaksanakan perutusan dengan cara yang terbaik. Hal itu juga memberikan kesaksian akan kepercayaan mereka akan pe- nyelenggaraan Allah bagi mereka dan kepada keyakinan mereka bahwa apa yang diterima dengan cuma-cuma bendalnya juga diberikan dengan cuma-cuma, Jika para pengkhotbah ditolak di suatu tempat (ay. 14-15), headaknya mereka bereaksi tanpa kekerasan dan hanya secara simbolis (Kebaskanlah debunya dari kakimu), Mereka hendaknya juga setia ter- hadap tugas dan pereaya bahwa Allah akan memperhitungkannya dalam pengadilan akhir. Menuruat Kej 19, Sodom dan Gomora adalah contoh dari kejahatan, terutama dalam kaitan dengan keramahan terhadap tamu. 120:16-25 Permusuhan (Mrk 13:9-13; Luk 21: 12-17). Bagian terakhir dari wejangan per- utusan mengajarkan para murid mengenai apa yang mereka harapkan, Mereka dapat mengharapkan perlakuan yang sama seperti yang diterima oleh Yosus sendiri. dauh dari menjanjikan suatu perutusan yang bebas dari konflik atau pertentangan, Yesus mempersi- apkan para murid tethadap permusuhan. Me reka diutus seperti makhluk yang tidak ber. daya Cdombu"} di tenguh-tengah musuh (seri gala”), maka mereka dianjurkan supaya cerdik ketika sedang menghadapi tipuan musuh (ay 16), Dengan diadili dan dihukum (ay, 17-18) oleh para pemimpin agama Yahudi (rumah ibadat mereka") dan oleh pemerintah Roma (para penguasa dan raja-raja"), mereka meng ambil bagian dalam penderitaan Yesus sendiri (A, 26:57-68, 27:11-26). Ancaman-ancam: yang menghadang para murid antara lain ketakutan untuk tampil berbicara di depan pengadilan umum (ay. 19), pertengkar- andi antara keluarga dan pengkhianatan (ay. 21), kebencian (ay. 22) dan usaba mereka un- tuk memulihkan diri untuk menyongsong ke- datangan Kerajaan Allah (ay. 22). Dalam ayat 23b, kota-kota Israel menun- juk kepada wilayah Vahudi i Palestina, dan sebelum Anak Manusia dateng dimaksudkan pada kedatangan Kerajaan Allah. Menurut pandangan Matiue, kedatangan Anak Manu- sia dimulai dengan kematian dan wafat dan akan disempurnakan hanya pada akhir za- man, Perutusan kepada Israel (10:5b-6) me- nyibukkan para murid sampai mereka me- nerimu tugas yang lebih luas (28:19) yang berakhir sampai akhir dari dunia ini. Ucapan- ucapan dalam ayat 24-25 merangkum tema dari seluruh wejangan dan merupakan jem- batan antara perlakuan terhadap Yesus oleh ‘orang yang tak pereaya dan harapan para mu- rid Yesus. 10:26-33 Jangan takut! (Jih, Luk 12:29). Apa pun konteks asli dari ueapan-ueapan dalam ayat 26-33, di sini ucapan itu dipakai untuk mendorong para murid supaya tidak takut menghadapi perlawanan. Setiap wcapan di- awali dengan Jangan takut! (ay. 26, 28, 31) dan melawan ketakutan yang dapat menye- babkan para murid meninggalkan perutusan mereka, Ucapan pertama (ay. 26-27) menun- juk kepada kedatangan yang tak terelakkan dari Kerajaan Allah dan kesaksian Yesus terhadapnya, Kemunafikan para musuh mu- rid-murid akan disingkapkan. Ucapan kedua (ay. 28-30) menunjuk kepada pemeliharaan Allah atas murid-murid Yesus. Para musuh mereka dapat menghancurkan badan tetapt bukannya jiwa, Ucapan ketiga (ay. 31-3) me- nunjuk kepada penghakiman terakhir di ha- dapan Allah, yang berdasar pada kesetiaan para murid kepada Yesus selama konflik yang merupakan bagian dari perutusan mereka, 10:34-89 Konflik dalam keluarga (lif, Luk 12:61-55, 14:26-27). Yesus tidak menjamin ti- dakadanya konflik. Dalam masyarakat Yahudi dari zaman-Nya. ikatan keluarga jauh lebih erat daripada dalam masyarakat modern. Teta- pi, kesetiaan terhadap Yesus dapat mencakup perpecahan ikatan ini. Pernyataan ini bukan- lah menentang keluarga sebagai keluarga, me~ lainkan bahwa para murid hendaknya mem- punyai loyalitas yang lebih besar kepada Yeaus daripada terhadap anggota keluarga mereka. Dalam kasus-kasus yang ekstrem, jika harus memilih antara Yesus dan keluarga, Yesus me- nuntut loyalitas rautlak kepada diri-Nya, Ucap- an mengenai salib (ay. 88) dan kehilangan hidup seseorang (ay. 39) mencerminkan nasib a) You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. a) You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. a) You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. 12:48-45 Kembalinya roh jahat (lih. Luk 11: 24-26). Cerita mengenai kembalinya roh jahat yang dikaitkan dengan tanda dari Yunus me- rujuk pada pernyataan mengenai angkaian pang jahat (ay. 39.45) dan mencakup bagian awal 12:22 mengenai roh jahat. Kegiatan ‘Yesus mempunyai akibat atas roh jahat, tetapi kekuatan mereka telah berantakan. Matius dan jemaatnys barangkali melihat penghan- curan orang Roma terhadap Yerusalem pada tahun 70 M sebagai pemenuhan peringatan Yesus. 12:46-50 Keluarga sejati Yesus (lth. Mrk 3: 81-35; Luk 8:19-27), Pembicaraan panjang me- ngenai ketidakpercayaan dan penolakan yang dimulai dalam wejangan perutusan bab 10 dan dilanjutkan dengan peristiwa-peristiwa dalam bab 11-12 diakhiri dengan pendefinisian Ye- sus mengenai keluarga sejati sebagai mereka yang melakukan kehendak Allah. Cerita Mati- us tidak berisikan kritikan langsung terhadap ‘keluarga Yesus; keluarga Yesus hanya diper- gunakan untuk menekankan bahwa mereka yang menaati kehendak Allah adalah keluar- gasojati Yesus. Dalam suatu masyarakat yang sangat menghargai relasi berdasarkan darah, ajaran Yesus bagi para murid-Nya untuk mem- bentuk sebuah keluarga rehani akan sangat menantang. ‘VIL. PERUMPAMAAN MENGENAI KERAJAAN ALLAH Matius 13:1 - 53 Perumpamaan-perumpamaan Yesus menge- nai kerajaan merupakan wejangan besar ke- tiga dalam Injil. Sebuah perumpamaan adalah suatu ungkapan atau kiasan yang diambil dari ‘kehidupan sehari-hari atau dari alam. Sifat- ‘nya yang hidup atau keanehannya menarik perhatian pendengar meski menuntut refleksi lebih lanjut mengenai maknanya yang tepat. Kerajaan Allah menunjuk kepada pelaksana- an dari kuasa atau penghakiman Allah yang akan datang, di mana Ia akan mendirikan pe- ‘merintahan atas semua eiptaan. Secara dasa- viah, kedatangan Kerajaan Allah adalah karya ‘Allah, meskipun partisipasi dari manusia di ‘masa sekarang juga dituntut. Dalam ajaran ‘Yesus, kerajaan mencakup sckaligua dimensi sekarang dan yang akan datang. 18:1-9 Benih (ih, Mrk 4:1-9; Luk 8:4-6). Bagian pertama dari wejangan perumpamaan (13:1-35) menggambarkan Yesus yang duduk i dalam perahu dengan orang banyak yang berdiri di sepanjang pantai (ay. 1-3), Orang banyak adalah magea rakyat. Mereka adalah sasaran perutusan Yesus. Mereka bukanlah orang-erang yang sudah sepenuhnya tidak bisa diubah keyakinannya, sebay jadi pada orang Farisi dan ahli pamaan mengenai benih (ay, 4-9) memper- lawankan tiga macam benih yang sia-sia dan satu maeam yang menghasilkan banyak buah Benth tadi sia-sia karena jatuh ke tanah yang buruk; di jalanan (ay. 4), tanah yang keras (ay. 8), dan di antara duri-duri (ay. 7). Tetapi, benih yang jatuh di tanah yang bagus (ay. 8) menghasilkan buah yang banyak. Perumpa- maan menggunakan pengulangan untuk men- ciptakan suatu pola pengharapan dan pada akhirnya mengubah pola untuk menckankan pokok yang sesunggubnya dari cerita. Ini men- jelaskan mengapa pewartaan Yesus mengenai Kerajaan Allah tidak diterima seeara univer- sal dan menyemangati mereka yang meneri- manya untuk tetap menghasilkan buah-buah pekerjann baik. Benih yang tumbuh dalam tanah yang baik akan menerima hasil yang melimpab. 13:10-17 Mengapa Yesus menggunakan perumpamaan (lik. Mrk 4:10-12; Luk &:9- 10). Kontras antara benih yang berbuah dan benih yang sia-sia dilanjutkan dengan pen- jelasan mengenai mengapa Yesus memper- gunakan perumpamaan sebagai alat meng- ajar. Para murid ingin mengetabui mengapa Ta mengajar dalam perumpamaan-perumpa: maan jika Ta dapat menggunakan cara bicara yang sederhana dan langsung (ay. 10). Men. jawab pertanyaan mereka, Yesus mengatakan bahwa karunia untuk mengetahui diberikan kepada para murid tetapi tidak kepada orang: orang lain (ay. 11-12) dan bahwa para murid dianugerahi kemampuan untuk melihat. dan mendengar secara khusus (ay. 16-17). Karena orang lain gagal mengetahui dan mendengar pengajaran Yesus yang jelas tentang kerajaan, Ia terpaksa mempergunakan eara bicara mis terius dalam bentuk perumpamaan (ay. 13). Ketidakmampuan secara umum untuk mema. hami ajaran Yesus dijelaskan dalam ayat 14- 15 sebagai pemenuhan Yes 6:9-10. Keadaan, rohani (yang berbuah bagus) dari para murid membuat mereka mampu melihat dan mema- hami, sementara orang-orang lain tetap tidak: mampu melihat dan memahami sama sekali karena keadaan rohani mereka tidak mem- hiarkan benih menghasilkan buah. 18:18-23 Penjelasan mengenai benih (JiA. Mrk 4:13-20; Luk 8:1-15). Para pendengar per- umpamaan tentang benih jelas dikarapkan a) You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. a) You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. a) You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. MATOS tindakan penyembuhan Yesus yang banyak (lik, 12:16-21; 14:34.36). Sesudah introduksi geografis dalam ayat 29, digunakan kata-kata dan ucapan dari Yes 95:5-6 dan 29-18-19 untuk menggambarkan bermacam-macam penyakit fisik (ay. 30) dan perubahan menonjol yang disebabkan oleh Yesus Sang Penyembuh, Pu- sat dari cerita ini adalah pribadi Yesus (ay. 30). ‘Orang-orang sakit dibawa kepada-Nya dan di- sembubkan. 15:32-39 Pemberian makan kepada empat ribu orang (liA, Mrk 81-10), Muljizat ketiga menyangkut pemberian makan kepada orang banyak, Dalam banyak hal, ada kesamaan dengan pemberian makan kepada lima ribu orang dalam 14:13-21. Kedua cerita berbeda terutama dalam jumlah; roti (lima lawan tujuh), keranjang untuk roti yang tersisa (dua belas Iawan tujuh) dan jumlah orang laki-laki (ima ribu lawan empat ribu), Keprihatinan Yesus bagi orang banyak (ay. 32) mendorong ‘Dia untuk memenuhi kebutuhan fisik mereka dan bahasa yang melukiskan pergandann (ay. 36) sckali lagi mengisyaratkan warna Ekaristi (leh, 14:19; 26;26). Tidak ada alasan cukup untuk memandang mukjizat mengenai "pem- berian makan kepada orang kafir” sebagai la- wan dari "pemberian makan kepada orang Ya- hudi” dalam 14:13-21, Dua cerita ini mungkin merupakan pengembangan bebas dari sebuah peristiwa. 16:1-4 Perdebatan mengenai tanda-tanda (lh, Mrk 8:11-18; Luk 12:544-56). Sama se- perti seri cerita mukjizat terdahulu dalam 14:13-36 yang berakhir dengan suatu cerita perdehatan dalam 15;1-20, demikian juga seri kedua cerita mukjizat dalam 15:21-39 diakhiri dengan suatu perdebatan dalam 16:1-4. Ken- dati banyak mukjizat yang telah dilakukan ‘Yesus, orang Farisi dan Saduki menginginkan tanda-tanda lebih lanjut yang menunjukkan bahwa Ia sungguh berasal dari Allah. Meski- pun mereka berlawanan satu sama lain dalam banyak hal, tetapi di sini mereka tampak ber- satu dala melawan Yesus. dawaban dalam ayat 2-3 tidak terdapat dalam beberapa manuskrip yang penting dari teks Yunani. Apakah itu termasuk dalam teks Injil yang asli atau tidak, petunjuk dasarnya adalah bahwa mukjizat-mukjizat Yesus meru- pakan tanda kedatangan Kerajaan Allah. Para Jawan cukup tabu untuk meramalian cunca dari warna langit, tetapi mereka buta terha- dap hakikat senyatanya dari mukjizat-muk- jizat Yesus. Tanda dari Yunus dapat merupa- kan tawaran keselamatan kepada orang-orang 87 kafir (lik, 8:5-13; 15:21-28), tetapi dalam terang 12:40, penginjil barangkali memahami itu sebagai gambaran wafat dan kebangkitan ‘Yesus. IX. JALAN MENUJU SALIB Matius 16:5 - 16:5-12 Ragi orang Farisi dan Saduki (lth. Mrk 8:14.21), Dengan apa yang disebut pem- bicaraan tentang ragi, Yesus berpaling kepada para murid-Nya dan mengajar mereka dalam sisa dari bab ini. Pengajaran-Nya menyoroti pengajaran dari orang Farisi dan Saduki (11 12), jati diri Yesus dan Petrus (16:13-20) dan kebangkitan (16:21-23), dan mengikuti salib (16:24-26). Dalam wejangan mengenai ragi (ay. 5-12), kegagalan para murid untuk membawa roti dalam perjalanan mercka digabungkan de- ngan peringatan Yesus yang penuh teka-teki terhadap ragi orang Farisi dan Saduki (ay. 6). Ragi rupanya mengacu kepada pengaruh me- rusak. Dengan menggantikan "Saduki" dari “Herodes” atau "Heredian” menurut Markus (ih, Mirk 8:15), Matius menyiapkan penjelas- an penutup (ay. 12) bahwa ragi menggambar- kan ajaran yang merusak dari orang Favisi dan Saduki. Jawaban Yesus terhadap salah paham pa- ra murid diwujudkan dalam bentulr lima per- tanyaan dalam ayat 8-11. Gambaran yang buat mengeni mberian makan kepada li- ma ribu orang (14:13-21) dan empat ribu orang (15:32-39), mengimplikasikan bahwa para mu- rid hendaknya mengetabui mulai sekarang bahwa Yesus mampu menjaga kebutuhan jas- mani mereka, Para murid sekali lagi menun- jukkan lemahnya iman mereka — cara yang khas untuk melukiskan ketidaksempurnaan keadaan para pengikut Yesus yang terdekat dalam Matius (Ith. 6:30; 8:26; 14:31). Meskipun peringatan Yeaus kepada para murid kesan- nya keras, tetapi tidak tajam seperti tampak dalam sejumlah pertanyaan dalam Mrk 8:13- 21, Bagaimanapun juga, kelambanan para murid untuk memahami menunjukkan betapa perlunya mereka diajar mengenai Yesus dan mengenai apa artinya mengikuti Dia. 16:13-20 Jati diri Yesus dan Petrus (li. Mrk 8:27-80; Luk 9:18-21), Pengakuan iman Petrus dimulai dengan suatu percakapan an- tara Yesus dengan para murid. Ini terjadi di dekat Kaisarea Filipi di Palestina Utara dan menandai langkah awal dari perjalanan yang akan mengantar kepada penderitaan dan a) You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. a) You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. a) You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. MATIUS na lain. Dalam bagian terdabulu, kata “anak” menunjuk pada seseorang tanpa status hu- kum, tetapi di sini kata itu melukiskan se- orang anggota yang sederhana dan berhati baik dari jemaat yang disosatkan. Ucapan me- ngenai menerima anak dalam nama Yesus pada ayat 5 menunjuk kepada identitas antara anak-anak kecil dan Yesus. la tinggal di anta- ra mereka dengan cara yang khas. Mereka yang menyesatkan orang-orang itu diberi tiga peringatan: 1) Lebih baik mati daripada me- nyebabkan salah seorang dari anak kecil ini tersandung dalam jalan menjadi murid (ay. 6); 2) tanggung jawab pribadi terhadap san- dungan tersebut tidak dapat dihilangkan atas dasar pandangan bahwa sandungan itu tak dapat dihindari (ay. 7}; 8) Lebih baik kehi- Jangan sesuatu —bahkan kehilangan sebelah kaki atau tangan atau mata —daripada mem- beri sandungan dalam jemaat (ay. 8-9). Per- ingatan ketiga ini dapat. mengandaikan gam- baran mengenai jemaat sebagai Tubuh Kris- tus, di mana anggota yang bersalah harus dihi- langkan ateu dikucilkan. Bagian ini ditutup dalam ayat 10, seperti dimulai dalam ayat 5, dengan menunjuk kepada penyelenggaraan Allah dan keterlibatan-Nya yang khusus ter- hadap “anak-anak keeil” 18:12-14 Anak keeil yang sesat (liA. Lak 15: 3-7). Apa yang terjadi jike salah satu dari anak- anak kecil tersesat? Bagian ini membanding- kan Allah dengan seorang gembala yang men- cari domba-domba yang tersesat. Pencarian itu tidak secara otomatis herhasil (jika ia berhasit menemukanaya, ay, 13), tetapi kembalinya “yang seeat” memberikan kegembiraan kepada Allah. Allah menghendaki bahwa tidak scorang pun dari anak keeil ini yang binasa atau hilang (ay. 14). Perhatikan, ada suatu perbedaan antara yang tersesat dan yang hilang. 18:18-17 Sikap rekon: terhadap pen- dosa. Bagian kedua dari khotbah keempat (18:15-95) berbicara mengenai sikap terhadap anggota jemaat yang berdosa. Bagian pertama (18:15-17) mengambarkan berbagai tahapan yang harus diambil bilamana seorang Kristen berdosa terhadap yang lain. Masing-masing tahap (pembicaraan pribadi, pembicaraan di depan saksi, pembicaraan di depan jemaat), bertujuan untuk mengajak orang Kristen yang berdosa kembali ke dalam jemaat. Bahkan, Jangkah yang drestis dari pengucilan barang- kali dimaksudkan untuk membuat kejutan ba- gi yang berdosa supaya mengadakan rekon- siliasi. Proses yang sama ditempuh oleh jema- at Laut Mati berdasarkan UL 19:16. Penyebut- an anggota yang dikucilkan sebagai orang 6L kafir atau pemungut cukai dalam ayat 17 agak aneh mengingat sikap Yesus yang terbuka terhadap kedua kelompok tersebut, Di sini is- tilah tersebut melukiskan orang yang diku- cilkan dari arus kehidupan religius Yahudi. 18:18-20 Mengikat dan melepaskan. Dalam konteksnya yang sckarang, nasihat Yesus ke- pada jemaat yang terpecah, ucapan-ucapan mengenai mengikat dan melepaskan (ay. 18) dan mengenni dua atau tiga orang yang ber- kumpul dalam nama Yesus (ay. 19-20) barang- kali menunjuk kepada kekuasaan jemaat une tuk mengucilkan anggota yang tersesat seba- gai instansi terakhir. Dalam ayat 18, para murid (/fh. 16:19, di mana hanya Petrus yang menerima kekuasaan) diberi janji bahwa Al- lah akan berdiri di belakang keputusan mere- ka di dunia. Dalam aynt 19-20, persetujuan dari jemaat yang bersatu dalam doa akan di- terima oleh Allah sebagai mengikat, karena Ta hadir dalam doa jemant secara khusus. Sifat penting dan menyakitkan dari pemisahan se- seorang yang tidak mengakui jemaat diim- bangi oleh keyakinan jemaat bahwa Allah menyetujui keputusan tersebut. 18:21-35 Pengampunan. Sesudah berbicara mengenai kasusekstrem dari anggota yang tak dapat dipulihkan lagi dan hukuman ekstrem menpenai pengucilan, wejangan berganti me- ngenai pengalaman yang biasa dari pemberian ampun dan rekonsiliasi di dalam jemaat. Ke- adaannya sama dengan situasi 18:15; Apabila saudaramu berbuat dosa .... Namun, dalam hal ini orang yang bersalah mendengarkan pihak yang diperlakukan secara salah atau beberapa saksi atau jemaat sebagai keseluruhan. Sampai berapa kali orang seperti ini harus diampuni? Sekali lagi Petrus bertindak sebagai juru bicara bagi kelompok dan menyampaikan apa yang ia bayangkan sebagai jawaban yang sangat: mu- dah terhadap pertanyaannya. Tujuh kali (ay. 21). Yesus mengoreksi Petrus dan menjawab: tujuh puluh kali tujuh kali. Jumlah yang baru ini hendaknya jangan diartikan secara harfigh, Intinya adalah babwa orang Kristen tidak mempunyai hak untuk menentukan batas un- tk mengampuni Mengapa orang Kristen tidak boleh mem- beri batas untuk mengampuni digambarkan dengan suatu perumpamaan dari hamba yang tak mengenal belas kasih (ay. 23-25). Perum- pamaan ini menceritakan apa yang didoakan dalam doa Bapa Kami: Dan ampunilah kesa~ lahan kami, seperti kami pun mengampuni yong bersalah kepada kami (6:12). Dengan ka- ta lain, kesediaan Allah untuk mengampuni kita tergantung pada kesediaan kita mengam- a) You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. a) You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. a) You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. MATIUS 21:23-27 Kewibawaan Yesus (lik. Mrk 11 27-39; Luk 20:1-8). Perdebatan mengenai ke- wibawaan Yesus dalam ayat 23-27 merupakan yang pertama dari sejumlah perdebatan an tara Yesus dan lawan-lawan-Nya. Seri ini di- sela oleh tiga perumpamaan dalam 21-28-22: 14 dan digabungkan dalam 22;15-46, Dalam perdebatan pertama, para lawan Yeeus adalah imam-imam kepala dan tua-tua Yehudi. Ke- lompok ini akan menjadi alat dalam menja- tuhkan bukuman mati kepada Yesus. Pokok perdebatannya ialah mengenai kuasa Yesus (ay. 23}yang masuk kota, membersihkan Bait Allah, menyembuhkan orang buta dan lum- pub, dan mengajar. dawaban Yesus berbentuk pertanyaan ke- pada para penanya (ay. 24-25). Ia berjanji akan menjawab pertanyaan mereka jika me- reka lebih dulu menyatakan secara terus te- rang apakah baptiean Yohanes berasal dari Allah staw dari manusin. Pertanyann Yesus memojokkan para lawan: jika mereka berkata dari Allah, mereka mengakui kebodohan dan ketidakpercayaan mereka dengan tidak mau menerima Yohanes; jika mereka mengatakan dari manusic, mereka takut akan amukan rakyat yang menganggap Yohanes sebagai nabi yang diutus Allah. Pertanyaan balik dari Yesus menyebabkan para musuh terdiam membisu (kami tidak tah). Mereka diper malukan, dan Yesua keluar dari perdebatan dengan kemenangan (ay. 27). Perdebatan ini juga meneruskan paralel antara Yesus dan Yohanes Pembaptis. Para pembaca Matius mengetahui bahwa Allah adalah sumber dari kuasa Yohanes dan Yesus. 21;28-32 Dua orang anak, Perdebatan disela oleh tiga perumpamaan mengenai kesalahan para lawan Yesus (ay. 28-32), hukuman bagi mereka (ay, 33-43), dan pelaksanaan hukum- an itu (22:1-14). Perumpamaan mengenai dua anak (ay. 28-32) mengandaikan bahwa pe: wartaan Yesus mengenai Kerajaan Allah ada lah saat yang mabapenting dalam sejarah Is- rael. Seperti anak kedua yang permulaannya menolak perintah ayahnya tetapi kemudian menyesal dan melakukannya (ay. 30), begitu pula para pemungut pajak dan para pelacur fay. 31) sekarang memperbarui hidup mereka untuk menjawab tuntutan Yesus dan masuk ke dalam kerajaan, Sama seperti anak yang pertama berjanji untuk tat tetapi tidak mo- jakukan apa-apa (ay. 29), demikian para pe- mimpin agama secara terbuka memusuhi Yesus dan gagal melaksanakan pewartaan ‘Yesus tentang kerajaan. Kesalahan para la- wan terjadi karena penolakan mercka ter- haclap pewartaan Yesus dan bertahan dalam perlawanan yang tajam terhadap keterbukaan dan memisahkan dari hadapan mereka hal- hal apa saja yang mereka benci. Dalam ayat 32, paralel antara Yohanes dan Yesus dilanjat- kan: dinamika dari perampamaan mengenai dua orang anak juga hadir dalam pelayanan ‘Yohanes. Pertobatan para pemungut cukai dan pendosa ke jalan kebenaran akan mengilhami para lawan Yesus untuk menerima pewarta- an-Nya dan tidak menghndapi-Nya dengan rasa curiga atau kebencian, 21:88-46 Para penggarap (li, Mrk 12: Luk 19). Perumpamaan mengenai pr penggarap berkisar sekitar hukuman yang di- berikan kepada para pemimpin agama dan politik dari Israel, Perampamaan tersebut je- Jas mengacu kepada gambaran Israel sebagai ‘kebun anggur Allah dalam Yes 5:1-7. Banyak {alimat dalam ayat 33 diambil langsung dari Perjanjian Lama, Allah adalah pemilik kebun anggur; 1a me- ‘gama dan politik: Banyak hamba (para nab} dikirim ke kebun angaur, tetapi semua mene- mui nasib yang buruk fay. 34-36). Pemilik mengharapkan bahwa paling sedikit anaknya (Yesus) akan diterima dengan rasa hormat, Nyatanya, Ia menerima perlakuan yang lebih buruk, sampai dibunuh di luar kebun anggur (ay. 37-39). Ketika si pemilik sendiri datang, ia akan menghukum para penggarap de- ngan menghancurkan mereka (ay. 41) dan mengambil kembali kedudukan terhormat merekn dalam Kerajaan Allah (ay. 43). Kebun anggur akan disewakan kepada orang lain (Gereja) dan umat Allah dalam Kristus akan menghasilkan huah melimpab. Penolakan para musuh (terhadap Yesus) adalah alasan bagi penghukuman mereka. Dengan demikian, hal ini memenubi Mzm 118:22 (ay, 42). demaat Matius akan menemukan dalam perumpa- maan ini suatu penjelasan mengenai peng- hancuran kota Yerusalem oleh orang-orang Roma tahun 70 M dan auatu pembenaran dari klaim mereka sebagai umat Allah yang sejati. Ucapan mengenai batu dalam ayat 44 tidak terdapat dalam banyak manuskrip kuno, dan mungkin ditambahkan dalam manuskrip lain dari Luk 20:18 karena hubungan tematis de- ngan Mat 21:42, Musuh besar Yesus — para imam kepala dan orang Farisi — mengetahui bahwa perumpamaan ini ditujukan kepada me- reka (ay. 45), tetapi mereka takut untuk me- nahan Yesus karena orang banyak mengang- gap Dia sebagai scorang nabi (lik, 21: 11, 26).

Anda mungkin juga menyukai