Perpajakan 1 KLP 5 (CMPK 10)
Perpajakan 1 KLP 5 (CMPK 10)
DISUSUN OLEH:
KESIMPULAN....................................................................................................7
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................8
2
1.1 WAJIB PAJAK PPh PASAL 21
PPh 21 adalah pajak pemotongan yang dikenakan atas penghasilan yang diterima oleh
seorang Wajib Pajak Orang Pribadi (WPOP) dalam negeri atas pekerjaan, jasa, atau kegiatan
yang dilakukannya. PPh 21 dipotong dari penghasilan yang diterima oleh seseorang.
Umumnya PPh 21 ini berkaitan dengan pajak yang digunakan pada sistem penggajian suatu
perusahaan. Namun, sebenarnya PPh 21 juga digunakan secara luas untuk berbagai kegiatan
lainnya.
Perlakuan atas PPh 21 sangat bervariasi tergantung pada jenis penghasilannya. Ada berbagai
kategori jenis penghasilan yang dikenakan PPh 21, seperti:
1. Penghasilan bagi Pegawai Tetap
2. Penghasilan bagi Pegawai Tidak Tetap
3. Penghasilan bagi Bukan Pegawai
4. Penghasilan yang dikenakan PPh 21 Final
5. Penghasilan Lainnya
Pemotong PPh Pasal 21 adalah WP Orang Pribadi atau badan termasuk Bentuk Usaha Tetap
(BUT) yang mempunyai kewajiban melakukan pemotongan pajak atas penghasilan
sehubungan dengan pekerjaan, jasa, dan kegiatan. Pemotong PPh Pasal 21 sesuai Peraturan
Dirjen Pajak Nomor PER-32/PJ/2015 adalah:
1. Pemberi kerja
2. Bendahara atau pemegang kas pemerintah
3. Dana pensiun
4. Orang pribadi yg melakukan kegiatan usaha atau pekerjaan bebas serta badan yang
membayar honorarium
5. Penyelenggara kegiatan
3
b. Pemotong Pajak berhak mengajukan permohonan untuk memperpanjang jangka
waktu penyampaian SPT PPh Pasal 21.
c. Pemotong Pajak dapat mengajukan keberatan kepada Direktur Jenderal Pajak dan
permohonan banding kepada Badan Peradilan Pajak.
Kewajiban Pemotong Pajak PPh Pasal 21
a. Setiap Pemotong pajak wajib mendaftarkan diri ke KPP
b. Pemotong Pajak mengambil sendiri formulir
c. Pemotong Pajak wajib menghitung, memotong, dan menyetorkan PPh Pasal 21 yang
terutang
d. Pemotong Pajak wajib melaporkan penyetoran PPh Pasal 21
e. Pemotong Pajak wajib memberikan Bukti Pemotongan PPh Pasal 21
4
5. Imbalan kepada bukan pegawai, antara lain berupa honorarium, komisi, fee, dan
imbalan sehubungan dengan pekerjaan, jasa, dan kegiatan yang dilakukan
6. Imbalan kepada peserta kegiatan, antara lain berupa uang saku, uang representasi,
uang rapat, honorarium, hadiah atau penghargaan dengan nama dan dalam bentuk
apa pun, dan imbalan sejenis dengan nama apa pun.
7. Penghasilan berupa honorarium atau imbalan yang bersifat tidak teratur yang di-
terima atau diperoleh anggota dewan komisaris atau dewan pengawas yang tidak
merangkap sebagai Pegawai Tetap pada perusahaan yang sama
8. Penghasilan berupa jasa produksi, tantiem, gratifikasi, bonus atau imbalan lain
yang bersifat tidak teratur yang diterima atau diperoleh mantan pegawai
9. Penghasilan berupa penarikan dana pensiun oleh peserta program pensiun yang
masih berstatus sebagai pegawai, dari dana pensiun yang pendiriannya telah
disahkan oleh Menteri Keuangan
10. Penerimaan dalam bentuk natura dan/atau kenikmatan lainnya dengan nama dan
dalam bentuk apa pun yang diberikan oleh:
a. Wajib Pajak yang dikenakan Pajak Penghasilan yang bersifat final atau
b. Wajib Pajak yang dikenakan Pajak Penghasilan berdasarkan norma penghi-
tungan khusus (deemed profit).
Penghasilan sebagaimana tersebut di atas yang diterima atau diperoleh orang pribadi
Subjek Pajak dalam negeri merupakan penghasilan yang dipotong PPh Pasal 21.
Sedangkan apabila diterima atau diperoleh orang pribadi Subjek Pajak luar negeri me-
rupakan penghasilan yang dipotong PPh Pasal 26.
2. Penerimaan dalam bentuk natura dan/atau kenikmatan dalam bentuk apa pun
diberi- kan oleh Wajib Pajak atau Pemerintah, yang diberikan Wajib Pajak yang
dikenakan Pajak Penghasilan yang bersifat final dan yang dikenakan Pajak
Penghasilan berda- sarkan norma penghitungan khusus
5
3. Iuran pensiun yang dibayarkan kepada dana pensiun yang pendiriannya telah di-
sahkan oleh Menteri Keuangan, iuran tunjangan hari tua atau iuran jaminan hari
tua kepada badan penyelenggara tunjangan hari tua atau badan penyelenggara
jaminan sosial tenaga kerja yang dibayar oleh pemberi kerja
4. Zakat yang diterima oleh orang pribadi yang berhak dari badan atau lembaga amal
zakat yang dibentuk atau disahkan oleh Pemerintah, atau sumbangan keagamaan
yang sifatnya wajib bagi pemeluk agama yang diakui di Indonesia yang diterima
oleh orang pribadi yang berhak dari lembaga keagamaan yang dibentuk atau
disah- kan oleh Pemerintah
Besarnya biaya pensiun yang dapat dikurangkan dari penghasilan bruto untuk peng
hitungan pemotongan Pajak Penghasilan bagi pensiunan, ditetapkan sebesar 5% dari
penghasilan bruto, setinggi-tingginya Rp 2.400.000,00 setahun atau Rp 200.000,00
sebulan
6
KESIMPULAN
Wajib Pajak PPh Pasal 21 adalah pajak pemotongan yang dikenakan atas penghasilan
diterima oleh seorang WPOP dalam negeri atas pekerjaan, jasa, atau kegiatan yang
dilakukannya. PPh 21 dipotong dari penghasilan yang diterima oleh seseorang. Umumnya
PPh 21 ini berkaitan dengan pajak yang digunakan pada sistem penggajian suatu
perusahaan. Namun, sebenarnya PPh 21 juga digunakan secara luas untuk berbagai
kegiatan lainnya. Pemotong PPh Pasal 21 adalah WP Orang Pribadi atau badan termasuk
Bentuk Usaha Tetap (BUT) yang mempunyai kewajiban melakukan pemotongan pajak
atas penghasilan sehubungan dengan pekerjaan, jasa, dan kegiatan.
Hak Pemotong Pajak PPh Pasal 21 berhak atas kelebihan jumlah penyetoran PPh Pasal 21
yang terjadi, berhak mengajukan permohonan untuk memperpanjang jangka waktu
penyampaian SPT PPh Pasal 21. Pemotong Pajak wajib mendaftarkan diri ke KPP,
mengambil sendiri formulir, menghitung, memotong, dan menyetorkan PPh Pasal 21
yang terutang, melaporkan penyetoran PPh Pasal 21, memberikan Bukti Pemotongan PPh
Pasal 21, dan memberikan Bukti Pemotongan PPh Pasal 21.
7
DAFTAR PUSTAKA