Anda di halaman 1dari 9

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Keluarga sebagai unit terkecil dari masyarakat mempunyai nilai strategis di


dalam penyelenggaraan pembangunan kesehatan dan mempunyai peran sangat
penting dalam upaya peningkatan kesehatan. Peran perawat keluarga dalam
memberikan asuhan keperawatan berpusat pada keluarga sebagai unit terkecil dan
bertujuan memenuhi kebutuhan dasar manusia pada tingkat keluarga sehingga
tercapai kesehatan yang optimal untuk setiap anggota keluarga (Sudiharto,2012).

Keluarga adalah kesatuan dari orang-orang yang terikat dalam perkawinan,


ada hubungan darah, atau adosi an tinggal dalam satu rumah (Friedman,2010).
Keluarga memliki tahapan perkembangan, tahap perkembangan keluarga adalah
proses perubahan yang terjadi pada sistem keluarga meliputi perubahan pola interaksi
dan hubungan antara anggotanya sepanjang waktu. Tujuannya mewujudkan keluarga
kecil yang bahagia dan sejahtera, bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, sehat,
produktif, mandiri, dan memiliki kemampuan untuk membangun diri sendiri dan
lingkungan (Sudiharto, 2012).

Tahap perkembangan yang dilalui oleh suatu keluarga secara umum adalah
tahap pasangan baru ( Beginning Family), keluarga kelahiran anak pertama (Child
Bearing), keluarga dengan anak pra sekolah (Families with preschool), keluarga
dengan anak usia sekolah (Families with school children), keluarga dengan anak
remaja (Families with teenagers), keluarga dengan anak dewasa atau pelepasan
(Launcing center families), keluarga dengan usia pertengahan (Middle age families),
dan keluarga dengan usia lanjut. Keluarga dengan anak usia sekolah berusia 7 sampai
12 tahun, tugas perkembangan keluarga pada tahap ini adalah mensosialisasikan

1
2

anak-anak termasuk membantu anak mencapai prestasi yang baik di sekolah,


membantu anak membina hubungan dengan teman sebaya, mempertahankan
hubungan perkawinan yang memuaskan, dan memenuhi kebutuhan kesehatan
masing-masing anggota keluarga (Sudiharto,2012).

Tiap tahap perkembangan anak usia sekolah memiliki potensi gangguan


perkembangan yang berbeda-beda, tergantung pada tahapan perkembangan yang
dilalui pada masing-masing usia. Pada anak usia sekolah biasanya sering mengalami
masalah pada gigi salah satunya karies gigi, karies gigi merupakan masalah yang
penting karena tidak saja menyebabkan keluhan rasa sakit, tetapi juga menyebarkan
infeksi ke bagian tubuh lainnya sehingga mengakibatkan menurunnya produktivitas.
Kondisi ini tentu akan mengurangi frekuensi kehadiran anak ke sekolah, mengganggu
konsentrasi belajar, memengaruhi nafsu makan dan asupan makanan sehingga dapat
memengaruhi status gizi dan pada akhirnya dapat mengakibatkan gangguan
pertumbuhan fisik. Umumnya anak- anak memasuki usia sekolah mempunyai risiko
karies yang tinggi karena pada usia sekolah ini anak-anak biasanya suka jajan
makanan dan minuman sesuai keinginannya. (Worotitjan, 2013).

Selain itu Karies Gigi ini merusak struktur gigi dan menyebabkan gigi
berlubang sehingga dapat mneyebabkan berbagai komplikasi antara lain peradangan,
abses, hipertensi, ginjal, radang otak, rematik serta jantung (Ginting, 1984) bahkan
dapat menyebabkan kematian. Ketua umum PDGI,drg.Emir M Muis mengatakan
bahwa hasil dari sebuah penelitian mengenai sejumlah kasus penyakit jantung,
sebanyak 54% pasien memiliki riwayat penyakit gigi (Muflihat,2011)

Untuk mengatasi masalah tersebut perlu adanya asuhan keperawatan pada


keluarga yang mengalami Karies Gigi. Asuhan keperawatan keluarga adalah suatu
bentuk pelayanan keperawatan yang diberikan kepada keluarga dengan tujuan
meningkatkan kesehatan, rehabilitas kesehatan, memaksimalkan kemampuan
3

keluarga dalam meningkatkan status kesehatan, serta meminimalkan dampak


gangguan kesehatan (Mubarak dkk,2006)

Dalam hal ini peran perawat terhadap pasien dengan Karies Gigi yaitu sebagai
edukator yaitu dengan cara menganjurkan keluarga untuk menjaga pola makan dan
makan makanan yang bersih dan menyehatkan ( makanan yang tidak mengandung
gula yang terlalu banyak), sehingga keluarga mampu melaksanakan lima tugas
kesehatan keluarga yaitu mengenal masalah kesehatan, membuat keputusan tindakan
yang tepat, memberikan perawatan pada anggota keluarga yang sakit, menciptakan
suasana rumah yang sehat dan memanfaatkan pelayanan kesehatan (Jhonson, 2010).
Sebagai perawat harus mampu memberikan asuhan keperawatan secara
langsung kepada individu dan keluarga tentang Karies Gigi agar mampu
meningkatkan pengetahuan, kemampuan serta kemauan dalam melaksanakan 5 tugas
kesehatan keluarga, yaitu mengenal masalah Karies Gigi, memutuskan pengobatan
yang baik, merawat penderita dengan Karies Gigi, memodifikasi lingkungan serta
memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan seperti puskesmas, rumah sakit, dan
dokter klinik.(Jhonson, 2010)

Menurut WHO (2015), bahwa 90% dari anak-anak usia sekolah di seluruh
dunia dan sebagian besar pernah menderita karies. Hasil Riset Kesehatan Dasar
(Riskesdas) tahun 2015 sebesar 65% penduduk Indonesia mempunyai masalah gigi
dan mulut. Survei Departemen Kesehatan Republik Indonesia tahun 2015
menunjukkan prevalensi penduduk Indonesia yang menderita karies gigi sebesar 80%
– 90% dimana diantaranya sebagian besar adalah golongan anak- anak dibawah umur
12 tahun ( Jamaluddin, 2014). Provinsi Sumatera Barat memiliki indeks DMF-T
5,25 dan menduduki posisi ke 6 tertinggi diantara 32 provinsi di Indonesia
(Riskesdas 2007). Prevalensi karies di Kota Padang adalah 58,4%, sebagian besar
karies terjadi pada anak usia sekolah.
4

Dampak Karies gigi mempengaruhi kualitas hidup antara lain keterbatasan


fungsi, rasa sakit fisik, ketidaknyamanan psikis, disabilitas fisik, psikis dan sosial.
Keterlibatan fungsi pada anak misalnya rasa sakit ketika mengunyah, sulit untuk
mengucapkan kata – kata, dan gangguan pencernaan. Rasa sakit fisik antara lain
rasa sakit di rahang, sakit kepala, ngilu dan rasa sakit ketika mengunyah. Psikis
anak menjadi terganggu sehingga timbul rasa khawatir, tegang dan merasa sangat
menderita, disamping itu anak mengalami gangguan tidur, sulit berkonsentrasi,
merasa rendah diri (depresi) dan merasa malu. Disabilitas sosial pada anak
mengakibatkan anak mudah terganggu ketika belajar, mudah tersinggung dan
cepat marah sehingga dapat menurunkan prestasi belajarnya. Oleh karena itu upaya
preventif pada anak diperlukan untuk mengurangi masalah kesehatan tersebut.
(Tampubolon, 2013).

Cara preventif yang paling dikenal selain menyikat gigi ialah berkumur.

Menurut Rawlinson (2014), penggunakan obat kumur praktis digunakan dan dapat
menghilangkan bakteri maupun plak di sela-sela gigi yang tidak terjangkau
oleh sikat gigi. Berkumur dengan obat kumur juga dapat mencapai lebih
banyak permukaan-permukaan rongga mulut, dengan berjalannya waktu,
penelitian-penelitian telah dilakukan dan ditemukan teh yang memiliki potensi
sebagai obat pencegah penyakit gigi dan mulut. (Gunawan, 2013)

Hasil penelitian Anggayanti (2014) menyatakan berkumur dengan teh efektif


untuk karies gigi karena memiliki kandungan katekin (senyawa polifenol) yang
terbukti memiliki sifat antimikroba, antikariogenik dan efek terapeutik terhadap
beberapa penyakit. Teh juga terbukti efektif terhadap penyakit periodontal, kanker
mulut, halitosis dan mencegah karies gigi (Dwiati, 2012).

Angka kejadian Karies Gigi pada anak usia sekolah diwilayah kerja
Puskesmas Air Dingin Padang Tahun 2019 sampai bulan agustus adalah sebanyak
5

450 anak. Air Dingin merupakan salah satu daerah dengan angka kejadian tertinggi
diatas daerah alai dengan angka kejadian 267 anak dan kuranji sebanyak 221 anak.

Berdasarkan survey yang dilakukan di wilayah Lubuk Minturun


permasalahan anak usia sekolah yaitu sebagian besar mengalami karies gigi, yaitu
dari 215 anak usia sekolah yang mengalami masalah pada gigi mencapai 150 orang
(40%), sebagian besar yaitu 100 orang (66%) gigi tampak hitam dan ber plak, 50
orang (33%) mempunyai gigi berlobang dan memiliki keluhan nyeri, berdasarkan
wawancara dari 10 anak 8 orang anak tidak mengetahui cara menyikat gigi dengan
benar, serta sering mengkonsumsi makan yang manis, 7 orang anak sering jajan
disekolah dan hanya menggosok gigi 1 kali sehari. 3 orang anak mengatakan gigi
berlobang dan sakit ketika mengunyah, serta 2 orang anak mengatakan sering tidak
masuk sekolah karena sakit gigi. Berdasarkan survey ke keluarga Tn M, didapatkan
An C, memiliki keluhan nyeri pada gigi, gigi tampak hitam dan berlobang,

Berdasarkan uraian diatas penulis tertarik untuk mengambil judul tentang Karies
Gigi pada anak usia sekolah guna mendapatkan gambaran lebih jelas tentang
bagaimana penerapan “Analisis Praktek Keperawatan Keluarga Tn M Pada
Tahap Perkembangan Anak Usia Sekolah Dengan Masalah Karies Gigi Pada
An C Dengan Perawatan Berkumur Teh hijau Di Kelurahan Lubuk Minturun
Kecamatan Koto Tangah Tahun 2019”.

B. Perumusan Masalah

Masalah kesehatan gigi yang paling sering terjadi pada anak-anak adalah
karies gigi. Karies gigi adalah penyakit infeksi yang merusak struktur gigi. Pada
usia 6-12 tahun semua gigi primer telah tanggal dan mayoritas gigi permanen
telah tumbuh. Anak memasuki usia sekolah mempunyai risiko mengalami karies
makin tinggi. Banyaknya jajanan di sekolah, dengan jenis makanan dan minuman
6

yang manis, dan anak tidak mengetahui cara menjaga kesehatan gigi sehingga
perlu pencegahan yang tepat.

Karies gigi akan berpengaruh pada derajat kesehatan proses tumbuh


kembang bahkan masa depan anak. Anak- anak rawan kekurangan gizi. Rasa
sakit pada gigi dan mulut jelas menurunkan selera makan anak. Dampak
lainnya, kemampuan belajar anak pun turun sehingga jelas akan berpengaruh
pada prestasi belajar hingga hilangnya masa depan anak (Sihite, 2012, ).
Tindakan yang dapat dilakukan untuk mengatasi masalah tersebut selain
sikat gigi yaitu dengan melakukan kumur-kumur dengan menggunakan teh, yang
memiliki keuntungan selain mudah didapat teh juga sering dikonsumsi
masyarakat, teh diperoleh tanpa proses fermentasi (oksidasi enzimatis), yaitu
dibuat dengan cara menginaktifkan enzim felonase yang ada dalam pucuk daun
teh segar, dengan cara pemanasan sehingga oksidasi terhadap katekin (zat
antioksidan) dapat dicegah. Katekin yang terkandung didalam teh (terutama
epi-katekin, epi-katekin galat, epigallo-katekin galat dan gallo-katekin),
dipercaya mampu mengurangi rasa nyeri pada gigi dengan dua mekanisme,
yaitu: membunuh bakteri penyebab seperti Streptococcus mutans, dan
menghambat aktivitas enzim glikosiltransferase dari bakteri sehingga dapat
menurunkan nyeri pada gigi.
Perawatan menggunakan teh ini merupakan cara yang murah, aman, dan
mudah untuk diterapkan. Oleh sebab itu perlu dilakukan untuk membantu
mengatasi maslah kesehatan dalam menurunkan nyeri pada karies gigi dan
penulis mencoba mengaplikasikan evidence based perawatan berkumur teh hijau
pada An C dengan Karies Gigi.

C. Tujuan
1. Tujuan umum
7

Mampu memberikan asuhan keperawatan pada keluarga Tn.M dengan


berkumur teh hijau Pada An.C dengan Karies Gigi
2. Tujuan khusus
a. Mampu melakukan pengkajian keluarga Tn M pada tahap anak usia
sekolah dengan masalah karies gigi pada An C dengan berkumur teh
hijau di Kelurahan Lubuk Minturun Kecamatan Koto Tangah tahun 2019
b. Mampu menentukan diagnosa keperawatan keluarga Tn M pada tahap
anak usia sekolah dengan masalah karies gigi pada An C dengan
berkumur teh hijau di Kelurahan Lubuk Minturun Kecamatan Koto
Tangah tahun 2019.
c. Mampu menyusun rencana tindakan keperawatan keluarga Tn M pada
tahap anak usia sekolah dengan masalah karies gigi pada An C dengan
berkumur teh hijau di Kelurahan Lubuk Minturun Kecamatan Koto
Tangah tahun 2019.
d. Mampu melakukan tindakan keperawatan keluarga Tn M pada tahap anak usia
sekolah dengan masalah karies gigi pada An A dengan berkumur teh hijau di
Kelurahan Lubuk Minturun Kecamatan Koto Tangah tahun 2019
e. Mampu mengevaluasi asuhan keperawatan keluarga Tn M pada tahap anak
usia sekolah dengan masalah karies gigi pada An C berkumur teh hijau di
Kelurahan Lubuk Minturun Kecamatan Koto Tangah tahun 2019 yang telah
dilakukukan pada keluarga
f. Mampu melakukan pendokumentasian keperawatan keluarga Tn M pada tahap
anak usia sekolah dengan masalah karies gigi pada An C dengan berkumur teh
hijau di Kelurahan Lubuk Minturun Kecamatan Koto Tangah tahun 2019
g. Mampu menganalisa masalah keperawatan pada An C dengan Karies Gigi di
kelurahan Lubuk Minturun kecamatan Koto Tangah tahun 2019
h. Mampu menganalisa intervensi keperawatan tentang berkumur teh hijau pada
An C dengan Karies Gigi di kelurahan Lubuk Minturun kecamatan Koto
Tangah tahun 2019.
8

D. Manfaat Penulisan
1. Manfaat Teoritis
Karya ilmiah ini diharapkan dapat mengembangkan pengetahuan dalam
bidang keperawatan khususnya penanganan Karies Gigi dengan
mengaplikasikan evidence based perawatan berkumur Teh Hijau pada An C
dengan Karies Gigi.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi Penulis
Diharapkan dapat menambah pengalaman dan pengetahuan tentang
penyakit Karies Gigi yang terjadi pada anak usia sekolah, sehingga
penulis dapat mengaplikasikan evidence based perawatan teh pada An C
dengan Karies Gigi.

b. Bagi Institusi
Diharapkan dapat menambah ilmu pengetahuan institusi dan menambah
bahan materi kuliah bagi dosen mengenai konsep asuhan keperawatan
klien dengan karies gigi pada mahasiswa keperawatan dengan
mengaplikasikan evidence based tentang perawatan tradisional
menggunakan teh hijau.
c. Bagi Klien Dan Keluarga
Diharapkan dapat menambah wawasan dan pengetahuan pada klien dan
keluarga, tentang penyakit karies gigi dan merawat dengan
mengaplikasikan evidence based tentang perawatan menggunakan teh
hijau.
d. Bagi Puskesmas Air Dingin Padang
Diharapkan dapat sebagai bahan masukan untuk dapat meningkatkan
pelayanan kesehatan, tentang penyakit karies gigi dan merawat dengan
9

mengaplikasikan evidence based tentang perawatan menggunakan teh


hijau.
e. Bagi Masyarakat
Diharapkan dapat menambah wawasan dan pengetahuan pada
masyarakat, tentang penyakit karies gigi dan merawat dengan
mengaplikasikan evidence based tentang perawatan menggunakan teh
hijau.

Anda mungkin juga menyukai