Anda di halaman 1dari 1

B.

Cara Penemuan Kasus

Penemuan kasus secara aktif melalui Surveilans Aktif di Masyarakat (Fasilitas kesehatan tingkat
pertama/FKTP seperti Puskesmas, Klinik Swasta dan FKTP Lainnya (BPM), yaitu:

a. Setiap minggu petugas surveilans melakukan surveilans aktif dengan mereview register MTBM
(Manajemen Terpadu Bayi Muda). Diagnosa dari semua suspek TN yang berobat ke fasilitas pelayanan

b.

kesehatan ditetapkan oleh Dokter.

C. Penemuan kasus melalui kegiatan kegiatan kunjungan neonatal (KN1, KN2 dan KN3) dengan
menggunakan form atau bagan MTBM. Jika ditemukan kasus dengan klasifikasi infeksi bakteri berat perlu
ditelusuri riwayat persalinan ibu atau hal lainnya yang mengarah kepada suspek TN dan segera
dilaporkan ke petugas surveilans.

d. Bila tidak ditemukan kasus dalam kunjungan ke puskesmas maka puskesmas melakukan laporan
nihil/ / "Zero Report" mingguan melalui laporan rutin.

e. Penemuan suspek TN terutama pada daerah dengan risiko tinggi dilakukan melalui koordinasi dengan
tokoh masyarakat, tokoh agama dan kader, karena itu diperlukan pemberdayaan masyarakat melalui
pendekatan edukatif dan partisipatif dalam penemuan suspek tetanus neonatorum.

Jika ditemukan suspek TN atau kematian bayi usia 3-28 hari segera lapor ke puskesmas atau rumah sakit
terdekat yang ada di wilayahnya

Jika ditemukan kasus TN, maka tatalaksana kasus sebelum dilakukan rujukan ke rumah sakit, sebagai
berikut:

1. Tata laksana spasme, alternatif pertama dengan pemberian diazepam rectal 5 mg atau diberikan
diazepam IM dengan dosis 1-2 mg setiap 3 s.d 4 jam.

2. Debridement luka, perawatan tali pusat.

3. Pemberian human tetanus immunoglobulin/HTIG diberikan IM dengan dosis 500 IU atau ATS 100.000
IU dengan pemberian 50% IM dan 50% IV

Anda mungkin juga menyukai