Anda di halaman 1dari 67

PENATALAKSANAAN THERAPI : MUROTAL

AL’QURAN DENGAN SURAT AL’FATIHAH


TERHADAP KECEMASAN PADA PASIEN
KECEMASAN PRE OPERASI

KARYA ILMIAH AKHIR

Diajukan Untuk Memenuhi Pendidikan Studi PROFESI NERS


Keperawatan

SRI SUNENTI
NIM : 3211019

SEKOLAH TINGGI ILMU


KEPERAWATAN PPNI JAWA BARAT
BANDUNG
2022

i
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala Rahmat dan

Karunia-Nya bisa menyelesaikan karya ilmiah akhir dengn judul ”Penatalaksanaan

therapy murotal al quran dengan surat al’fatihah terhadap kecemasan pada pasien pre

oprasi” Shalawat dan salam senantiasa bisa tercurahkan pada junjungan rosul kita yaitu

Nabi Muhammad SAW.

Penulisan karya ilmiah akhir ini untuk memenuhi salah satu syarat untuk

memenuhi tugas akhir Profesi Ners STIKep PPNI Jawa Barat. Saya pribadi menyadari

dalam penyusunan karya ilmiah akhir ini masih ada kekurangan yang dihadapi, tapi

dengan bantuan dari berbagai pihak akhirnya saya bisa menyelesaikan karya ilmiah akhir

ini. pada kesempatan ini, saya haturkan banyak terimakasih kepada :

1. Bpk Ns. Diwa Agus Sudrajat, S.Kep., M.Kep sebagai Ketua STIKep PPNI Jawa Barat.

2. Ibu Nyayu Nina Putri C, S.Kep.,M.Kep sebagai Ketua Program Profesi Ners STIKep

PPNI Jawa Barat.

3. Ibu Astri Mutiar, MNS sebagai koordinator Karya Ilmiah Akhir

4. Ibu dian anggraeni M.Kep sebagai pembimbing karya ilmiah akhir telah memberikan

masukan dan arahan bermanfaat dengan sabar serta bisa meluangkan waktu untuk

membimbing serta memberikan saran kepada saya dalam penyusunan karya ilmiah

akhir.

5. Staff dan dosen STIKep PPNI Jawa Barat atas partisipasinya dalam penulisan karya

ilmiah aklhir ini sehingga dapat terselesaikan.


6. Kepada seluruh responden peneliti berterimakasih karena bersedia menjadi responden

pada penelitian.

7. suami dan anak-anak tersayang yang sudah memberikan kekutan moril,spiril dan

kasih yang tulus penyemangat dalam menyelesaikan pendidikan

8. Mamah, bapak dan keluarga yang telah memperjuangkan segala jerih payah dan

memberikan kekuatan dalam menyelesaikan karya ilmiah akhir dan pendidikan.

9. Teman – teman seperjuangan dan rekan bimbingan selama penyusunan karya ilmiah

akhir yang bisa memberikan saran dan semangat atas penyusunan karya ilmiah akhir

ini.

tidak bisa membalas kebaikan yang telah di berikan hanya Allah SWT yang bisa

membalas – NYA semoga rahmat dan karunia – Nya dapat tercurah kepada kita semua

aamiin. Saya menyadari bahwa karya ilmiah akhir ini belum sempurna, oleh karena itu

saya masih memerlukan kritik dan saran yang bersipat membangun dari berbagai pihak

saya sebagai penulis sehingga ada perbaikan ke depan dan semoga karya ilmiah akhir ini

dapat bermanfaat khususnya bagi saya pribadi umumnya untuk peneliti selanjutnya.

Bandung , 15 Desember

2022 Penulis

Sri Sunenti
BAB I

PENDAHULUA

A. LATAR BELAKANG

Proses operasi di mulai dari beberepa tahapan dan mempertimbangkan

keadaan umum pasien persiapan operasi dari pre operasi, intra operasi dan post

operasi, pre oprasi merupakan di mana sebelum di lakukan pembedahan dari mulai

persiapan pembedahan dan selesai pembedahan saat pasien ada di meja operasi.

Intra operasi merupakan pembedahan di muali saat pasien di kirim ke meja oprasi

dan selesai, saat pasien di bawa ke ruang pemulihan, setelah tinda setelah tindakan

pmbedahan merupakan masa setelah di lakukannya pembedahan di mulai saat

pasien masuk ruang pemulihan dan berakhir sampai puliah kembali.

Operasi adalah tindakan pembedahan pada organ tertentu berdasarkan jenis

dan luas serta tingkat resikonya, (Smelzer and Bare, 2008). kelompok Perawat

Kamar oprasi Indonesia mengartikan tindakan operasi sebagai prosedur medis

yang bersifat invasif untuk diagnosis, pengobatan penyakit, trauma, dan

deformitas (HIPKABI, 2014).

Pre operasi adalah tindakan yang di mulai saat ada keputusan akan

dilakukan rencana tindakan bedah yang di akhiri saat pasien dikirim ke kamar

operasi (meja oprasi). Keperawatan pre operatif merupakan tahapan awal dari

keperawatan perioperatif. Proses ini awal yang menjadi kesuksesan proses

selanjutnya dalam tindakan pre oprasi.


Persiapan operasi dapat dikerjakan dengan persiapan fisiologis yang

merupakan persiapan yang dilakukan dengan persiapan fisik, penunjang,

pemeriksaan anastesi sampai penjelasan tindakan yang akan di lakukan dan

dampak setelah di lakukan tindakan oprasi. psikologis atau persiapan mental

adalah hal penting dalam proses persiapan operasi karena apabila mental pasien

tidak siap akan mempengaruhi kondisi fisik pasien (Smeltzer & Bare, 2008).

Beberapa orang kadang tidak mampu mengontrol kecemasan yang

dihadapi, sehingga terjadi disharmoni dalam tubuh. Dampak apabila tidak segera

diatasi akan meningkatkan tekanan darah dan pernafasan yang dapat menyebabkan

pendarahan baik pada saat pembedahan ataupun pasca operasi. Intervensi

keperawatan yang tepat diperlukan untuk mempersiapkan pasien baik fisik

maupun psikis sebelum dilakukan operasi.

WHO mengatakan dimensi kesehatan di lihat dari fisiologis, biologis,

kejiwaan, sosial, dan spiritual atau yang sering kita dengar dengan sebutan sehat

jasmani, rohani dan spiritual, masalah kecemasan yang mengganggu kesehatan

pasien, rasa cemas akan mempengaruhi tekanan darah atau psikis pasien keadaan

yang tidak stabil berpengaruh pada kesehatan pasien terutama pada pasien yang

akan di lakukan tindakan bedah kemungkinan bisa memperburuk keadaan dan

kondisi penyakit yang di alami, kecemasan pasien yang akan di lakukan tindakan

pembedahan dapat di cegah sedini mungkin di antaranya , tindakan yang tidak

menggunakan obat (non farmakologi) untuk mengatasi kecemasan diantaranya :

teknik relaksasi, terapi music, terapi murotal dan aromatherapy.


Didunia banyak ditemukan kasus kecemasan yang merupakan masalah

utama dengan henti jantung, Negara Amerika mempunyai data angka kesakitan

dan kecemasan 40 juta jiwa dengan usia muda dan tua. Negara Indonesia

prevalensi kecemasan pada pasien yang akan di lakukan tindakan pembedahan

sering, penelitian ferlina, dan yustin sekitar 80% pasien pre oprasi mengalami

kecemasan ringan dan 60 %, kecemasan sedang dan berat, berdasar penelitian

yang di dapat kecemasan laki-laki dan perempuan adanya perbedaan dengan

pengumpulan data dan penilain skala HARS hasil analisa data menunjukkan

bahwa tingkat kecemasan laki-laki 91,3 % cemas, perempuan menunjukkan

kecemasan sedang dengan responden 52,2%.

Beberapa penelitian yang menggunakan murotal quran surat al fatihah

terhadap kecemasan pasien pre oprasi di antaranya : Berdasarkan penelitian Tisna

Yanti, Retno Dwi Shanti tahun 2019 therapi murotal Al-Quran yang di gunakan

sebagai therapy adalah surat AL-fatihah dengan durasi selama 15 menit menggu

nakan MP3 player dan headphone Di Ruang Dahlia RSUD Kota Bogor dengan

nilai signifikan 0,000 atau nilai P Value < 0,0,05. Hal ini terjadi karena kelompok

intervensi di berikan perlakuan terapi murotal AL-Quran surat al fatihah.


Penelitian tutur kardiatun September 2015 untuk mengetahui pengaruh

therapy murotal al’quan surat al fatihah terhadap penurunan kecemasan pada klien

pre oprasi di ruang bedah pria RSUD dr sudarso Pontianak Kalimantan barat

peneliti melakukan pemeriksaan penunjang yaitu dengan pemeriksaan tanda vital

dan data pertama yaitu kecemasan klien, selanjutnya di berikan therapy murotal

surat al’fatihah pada kelompok control peneliti kemudian memberikan jeda untuk

melakukan pengukuran kembali selama 5 menit, dan peneliti mengukur kembali

kecemasan klien dengan kuisioner serta tanda vital klien dan di dapatkan hasil

akhir dari therapy tersebut dengan hasil value 0,001 < 0,05 dapat di simpulkan

terapi murottal surat al fatihah mampu menurunkan kecemasan pada pasien pre

oprasi di RSUD dr soedarso Pontianak Kalimantan barat.

Menurut penelitian suwanto ahmad, mustamin 2016 untuk mengambarkan

teraphi murotal untuk menurunkan tingkat penderita kecemasan pasien pre oprasi

di ruang wijaya RSUD Ibnu sina gresik terapi murotal di berikan selama 15 menit

mendengarkan surat al fatihah, bacaan alfatihah yang di dengarkan mendapatkan

implus dari thalamus yang dikirim ke amigdala, apabila di dengarkan dengan ridho

ikhlas maka bacaan al fatihah akan berpengaruh positif terhadap mental, uji

wilcoxon menunjukan bahwa ada pengaruh penurunan tingkat kecemasan sebelum

dan sesudah di berikan terapi murotal, hasil uji wilcoxon U = 00,2 menunjukkan

hasil yang signifikan hasil hitung 0,002< 0,05 terapi murotal menunjukakn bahwa

tingkat kecemasan mengalami penuruanan.

Secara garis besar terapi murotal mempunyai dua poin penting, memiliki

irama yang indah dan juga secara psikologis dapat memotivasi dan memberikan
dorongan semangat dalam menghadapi problem yang sedang dihadapi dan

mendrapat ketenangan jiwa . (Faradisi, 2012).

Untuk mengurangi cemas sebelum pre operasi seperti therapi musik ,

bernyanyi, atau mendengarkan music terapi music menurut Remolda (2009),

mengalihkan perhatian pasien dengan cara distraksi / relaksasi, dan ada beberapa

penelitian bahwa penatalaksanaan murotal surat al-fatihah pada kecemasan pasien

pre oprasi menunjuk kan hasil yg signipikan ada penurunan tingkat kecemasan yg

di ukur dengan skala HARS dengan 14 pertanyaan.

Surat alfatihah berpengaruh pada kecemasan pre operasi karena surat

alfatihah adalah surat pertama dalam alquran yang memiliki keutamaan dari isi

kandungan nya, termasuk surat Makiyah yang terdiri dari 7 ayat juz 1 mempunyai

huruf 139, mempunyai jumlah kata 25, yang mempunyai arti surat pembuka dan

surat al fatihah sering di baca setiap gerakan solat baik fardhu ataupun sunah

sehingga mudah untuk di lapalkan. Lantunan dari Qori Muhamad Taha Salih

Ibrahim al Junayd, asal Manama Bahrain yang sering menjadi imam mesjid saat

ramadhan di Green lane London inggris dengan menggunakan irama Bayati kurdi

lantunan suara yang lembut, meliuk-liuk, memiliki gerak lambat dengan

pergeseran lambat dengan pergeseran nada yang tajam dan turun naik terjadi

secara tajam.

Mendengarkan ayat Al-qur’an yang dibacakan secara tartil, khusu dan benar,

mendatangkan ketenangan jiwa rasa cemas akan pudar, Lantunan ayat Al- qur’an

secara fisik mengandung unsur-unsur manusia yang merupakan alat penyembuhan

dan alat yang mudah sederhana gampang untuk di lakukan. Nada yang bisa

menurunkan hormon-hormon stress, hormon endofrin alami, dan bisa

meningkatkan perasaan rileks, dapat merubah sistem kimia tubuh sehingga

tekanan darah bisa stabil dan pernafasan normal, detak jantung, denyut nadi dan
aktivitas gelombang otak (Heru, 2008).

B. RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan uraian di atas pada latar belakang diatas, maka rumusan

permasalahan dalam penelitian ini yaitu :

1. Bagaimana penatalaksanaan therapy murotal surat alfatihah terhadap kec

emasan pada pasien pre oprasi.

C. TUJUAN STUDI KASUS

1. ngetahui cara pelaksanaan therapi murotal al-quran surah al fatihah dengan

kecemasan pasien pre operasi.

2. Mendeskripsikan tingkat kecemasan pasien

3. Mengetahui factor yang mempengaruhi penatalaksanaan murotal dengan surah

Al fatihah pada kecemasan pasien pre operasi.

D. MANFAAT STUDI KASUS

1. Lahan praktek

Sebagai tindakan awal untuk menginspirasi dalam pemberian intervensi di

ruangan dan sebagai data dasar yang bisa di gunakan untuk mengevaluasi

penatalaksanaan murotal surah al fatihah kecemasan pada pasien pre operasi

2. Pengembangan ilmu dan Teknologi Keperawatan

Menambah keluasan ilmu dan teknologi terapan di bidang keperawatan

dalam penatalaksanaan murotal al quran surah al fatihah pada kecemasan

pasien pre operasi.

3. Subjek studi kasus

Menambah pengalaman yang sangat berharga dan dapat menambah

wawasan peneliti mengenai penerapan murotal surah al fatihah pada

kecemasan pasien pre operasi.


BAB II

TINJAUN PUSTAKA

KONSEP TEORI

PRE OPERASI

Pre operasi yaitu suatu proses saat ada tindakan pasti di lakukan tindakan

bedah dan di akhiri saat pasien di kirim ke ruang oprasi, pre operasi adalah

proses awal dari keperawatan perioferatif proses ini awal menjadi kesuksesan

proses selanjutnya bila salah yang di lakukan pada proses awal berakibat fatal

pada proses selanjutnya (HIPKABI,2014)

Pengkajian yang menyeluruh mengenai sisitem tubuh pasien meliputi

fungsi fisik psik dan bio diperlukan agar tercapainya keberhasilan dan

kesuksesan suatu tindakan bedah. Perencanaan sebelum tindakan bedah di

perlukan dengan sistimatis karena bisa mendukung kesuksesan tindakan bedah.

Persiapan tindakan bedah bisa dilakukan dengan persiapan bio fsiko dan

spiritual, tidak lupa persiapan penunjang seperti lab, thorak foto, fisik lainnya

seperti anastesi dan informed consent, kondisi mental yang kuat hal yang tidak

boleh terlewatkan karena mental pasien yang tidak labil ataupun siap sangat

berdampak pada keadaan tubuh pasien (smeltjer & bare,2008)

a. Penyebab kecemasan pre operasi

Pembedahan bisa menjadi kemungkinan atau ancaman nyata terjadi

integritas individu yang menyebabkan terjadinya reaksi stres bio fisioko

ataupun psikol. Kenapa bisa menjadi alasan yang dapat menimbulkan rasa

cemas pada pasien dalam menghadapi tindakan pembedahan di antaranya :

(HIPKABI, 2014):

1. khawatir nyeri sesudah operasi.


2. Cemas adanya perubahan bentuk fisik sehingga penampilan berubah

sehingga tidak percaya diri.

3. Cemas terjadi keganasan, terdiagnosa tidak pasti.

4. Cemas mengalami sakit dengan kondisi sama dengan orang yang

terdiagnosa sama.

5. Cemas dengan memasuki ruang tindakan bedah, dengan alat tindakan

bedah, petugas yang menutup badan dengan pakaian husus.

6. cemas saat dibius tidak bisa bangun lagi.

7. Takut saat operasi gagal

Rasa cemas pasien saat pre oprasi terjadi karena masalah penghasilan,

peran sebagai keluarga tidak ada yang menggantikan takut terjadi kegagalan

dalam tindakan pembedahan, terjadi kelumpuhan di masa depan. (Muttaqin dan

Sari, 2009).

b. Dampak kecemasan pre operasi

Rasa cemas pada pasien pre operasi di lihat secara dini dengan perubahan

prilaku, fisik di natranya : tekanan darah naik,nadi cepat dan pernapasan tidak

stabil, gerakan atau sikap yang tidak terkontrol, telapak tangan yang lembab,

oerasaan tidak tentu, sering menanykan hal yang sama secara berulang

(HIPKABI, 2014).

Kecemasan pre operasi adalah keadaan jiwa yang tidak baik

menimbulkan pasien menghindari operasi yang sudah terjadwal. Rasa cemas

dapat berpengaruh tidak baik induksi anestesi dan pemulihan pasien, serta

adanya ketidak percayaan pengalaman pre oprasi (Kindler, 2000).


Penundaan operasi elektif selain meningkatkan kejadian kematian dapat

meningkatkan resiko operasi ulang, memerlukan perawatan intensif, dan

komplikasi post operasi yang meningkat, selain itu akan membuang waktu dan

sumber daya yang telah disiapkan yang berdampak pada penurunan efisiensi

penggunaan kamar operasi sehingga mengakibatkan kerugian rumah sakit.

Penundaan dan pembatalan operasi berdampak terhadap peningkatan biaya

yang dikeluarkan pasien dan pada akhirnya pembatalan operasi akan

menurunkan kepuasan pasien (Mertosono, 2015).

c. Penanganan kecemasan pre operasi

Cemas dan rasa takut suatu hal yang penting di turunkan selama periode

pre oprasi emosi di tambah dengan stress fisik bisa menyebabkan resiko

pembedahan (HIPKABI,2014).

Beberapa penanganan menangani cemas saat akan di lakukan tindakan

oprasi penatalaksanaan nya adalah :

1. secara Farmakologi

Matana (2013) menerangkan bahwa individu yang masuk kamar

operasi untuk tindakan pembedahan harus terbebas dari rasa cemas dan

mempunyai prinsip akan berhasil sembuh dengan pemberian obat-obatan

pre tindakan, agar tujuan pre tindakan berhasil rasa cemas berkurang atau

hilang, Prof. R. D. Kandou manado jika pemberian analgetik sejenis

morfin bisa menurunkan angka kecemasan pada pasien pre oprasi dari hasil

pengukuran tekanan darah puncenderung stabil.

a) Distraksi
mengalihkan perhatian pasien pada benda atau momen menarik

sehingga pasien akan lupa rasa cemas cemas pada dirinya.

Cara yang membuat bahagia bisa menyebabkan pelepasan endorfin yang

bisa menghambat stimulus cemas sehingga mengakibatkan sedikit

stimuli rasa cemas yang kirim ke otak, mengalihkan perhatian dari rasa

takut, cemas, dan tegang (potter & perry, 2005)

b) Relaksasi

Terapi relaksasi dapat berupa relaksasi tarik napas dalam, meditasi,

relaksasi dengan menonton atau melihat gambar yang di senangi serta

relaksasi progresif (Isaacs, 2005). Saraf parasimpatis menstimulasi

turunnya semua fungsi yang dinaikkan oleh sistem saraf simpatis, dan

menstimulasi naiknya fungsi kemudian turun oleh saraf simpatis. Kedua

saraf parasimpatis dan simpatis saling berpengaruh maka dengan

bertambahnya salah satu aktivitas sistem yang satu dapat menghambat

dan menekan fungsi yang lain (Ariyanto, 2006).

c) Memberikan Informasi

leader kesehatan pra bedah dapat menambah wawasan dan informasi

mengenmengenai rute bagaimana proses pembedahan yang akan

dialami dapat menimbulkan pasien merasa tenang serta siap menjalani

operasi atau pembedahan.

d) Terapi Humor

therapi humor bisa mengurangi rasa sakit fisik atau emosional dan stres.

Hasil penelitian Putri (2014) menunjukkan bahwa ada perbedaan

yang
signifikan sebelum dan sesudah pemberian terapi humor terhadap pasien

pre operasi dengan general anestesi.

e) Dukungan Spiritual

Dukungan spiritual bisa di berikan therapy Murottal Al-Qur‟an, bisa

dengan baca quran, mnedengarkan murotal, berdoa sesuai keyakinan,

dan berzikir. Seperti hasil penelitian yang membuktikan bahwa spiritual

bisa menurunkan rasa cemas pada pasien dengan pre oprasi.

Kecemasan pada pasien pre pembedahan bila tidak cepat diatasi maka

bisa mengganggu proses penyembuhan, Perawatan pre operasi yang

efektif dapat mengurangi resiko post operasi. Perawat tentunya berusaha

keras untuk tidak terjadi kecemasan dan bisa menurunkan tingkat

kecemasan pada pasien pembedahan, melalui perannya sebagai pemberi

informasi (educator)

KECEMASAN

Kecemasan adalah di mana ada rasa khawatir yang tidak menentu

yang di dukung kondisi akan di lakukan pembedahan yang sudah

terjadwal, ketika cemas indvidu merasa tidak nyaman atau bahkan berpikir

yang tidak lajim karena rasa cemas berlebih dapat memberikan tanda

bahaya kepada individu (videbeck, 2008).

a. Materi Kecemasan

Terdapat materi yang memberikan penjelasan mengenain kecemasan,

seperti materi psikoanalitik, interpersonal, perilaku, kognitif, dan teori

biologis. Faktor predisposisi kecemasan, menurt Stuart & Suden (1998)

meliputi:

1. Materi Psikoanalitik
psikoanalitik kecemasan adalah suatu masalah emosional terjadi

dua elemen kepribadian (id dengan superego), dimana id mewakili

dorongan

sting sedangkan superego mencerminkan pribadi seseorang

dikendalikan oleh norma budaya, ego memenuhi tuntutan ke dua elemen

(bahaya bisa meningkat). masalah tak sadar akan terjadi karena kemauan

yang ditekan sehingga menimbulakan rasa salah atau malu sehingga

berakibat cemas yang dalam, Kecemasan mengancam ego, dan mekanisme

defensive digunakan untuk respon terhadap ancaman.

2. Materi Interpersonal

Interpersonal kecemasan timbul dari perasaan takut tidak menerima

atau menolak secara individu, cemas yang berhubungan yang berkaitan

adanya trauma seperti perpisahan atau kehilangan sehingga menimbulkan

kelemahan spesifik. Menurut pandangan interpersonal, hubungan

interpersonal secara dini secara lansung mempengaruhi konsep diri dan

harga diri individu yang buruk dan harga diri yang rendah

3. Materi prilaku

Dalam pandangan pelilaku kecemasan merupakan produk frustasi

yaitu segala sesuatu yang mengganggu kemampuan seseorang untuk

mencapai tujuan yang diinginkan. Perilaku dapat juga diartikan sebagai

suatu dorongan untuk belajar berdasarkan keinginan dari dalam untk

menghindari kepedihan. Hal ini menyakini bahwa individu yang terbiasa

dengan kehidupan dirinya yang dihadapkan pada ketakukan yang berlebihan

lebih sering menunjukkan kecemasan pada kehidupan selanjutnya.

4. Materi Kognitif
Perasaan kognitif dengan kecemasan bisa berkenaan dengan fikiran

individu yang berkaitan dengan dirinya pribadi, keadaan kognitip yang tidak

terarah dapat mengakibatkan kesalahan pemikiran berbagai makna yang

akan terjadi.

5. Materi Biologis

Materi biologis mengarahkan bahwa otak mengandung reseptor

khusus dapat mengatur rasa cemas dan menghambat asam

aminobutirikgamma neuloregulator (GABA) sebagai peran penting dalam

m\proses biologis berkaitan dengan kecemasan.

b. Faktor- Faktor yang Mempengaruhi Kecemasan

Kaplan dalam Murdiningsih (2013), faktor yang mempengaruhi


kecemasan sebagai berikut :

1. Factor

Instrinsik a). Usia

cemas terjadi pada semua usia, namun lebih sering pada usia dewasa dan

lebih banyak pada perempuan dan terjadi pada usia 21-45 tahun.

b). Dalam pengobatan

yang sangat berharga dari awal dan sangat penting dalam pengobatan

chemotherapy di mana keadaan mental dan kecemasan saat chemoterapi.

c). keadaan individu dan peran pungsi


Keadaan diri saat berpikir melalui ide, proses piker dan rasa percaya

dalam pendirian dapat diketahui individu terhadap dirinya dan

mempengaruhi individu yang berkaitan dengan lain.

Menurut Stuart & Sundeen (2007) peran merupakan sikap perilaku dan

tujuan yang diharapkan dari seseorang berdasarkan posisinya di

masyarakat.

2. Faktor Ekstrinsik

a). Keadaan medis (denhan diagnosa penyakit)

Terjadi gejala cemas berhubungan dengan kondisi medis sering

ditemukan walaupun insidens gangguan yang bervariasi untuk keadaan

medis.

b). Tingkat ilmu pendidikan

Pendidikan mempunyai arti termasing-masing. Pendidikan pada

umumnya berguna dalam mengubah pola pikesi, tingkah laku dan pola

pengambilan keputusan. Memiliki ilmu yang cukup dapat dengan sikap

mengambil keputusan stresor dalam diri sendiri maupun dari luar

dirinya dapat dengan mudah memahaminya.

c). Akses informasi

jalan informasi adalah memberitahukan keadaan seseorang dalam

membentuk karakter yang berdasar keadaan sesuatu yang diketahuinya,

dalam pelaksanaan kemoterapi mempunyai tujuan kemoterapi dengan

proses dan resiko sebagai alternatif tindakan yang tersedia.

d). Proses adaptasi


Tingkat adaptasi manusia dipengaruhi oleh stimulus internal dan

eksternal yang dihadapi individu dan membutuhkan respon perilaku

yang terus menerus. Proses adaptasi sering menstimulasi individu

untuk mendapatkan bantuan dari sumber sumber di lingkungan dimana

berada. Perawat merupakan sumber daya yang tersedia di lingkungan

rumah sakit yang mempunyai pengetahuan dan keterampilan untuk

membantu pasien mengembalikan atau mencapai keseimbangan diri

dalam menghadapi lingkungan yang baru.

e). Tahapan sosial ekonomi

Suatu keadaan ekonomi yang berhubungan dengan pola gangguan

psikiatrik. Keadaan di mana rendah prevalensi psikiatrik lebih banyak.

Keadaan sosial ekonomi rendah bahkan tidak mencakup bisa

mempengaruhi dengan meninggkatnya pasien kemo.

f). Jasa kemoterapi

Klasifikasi tindakan kemotherapi dapat mendatangkan kecemasan

karena terdapat ancaman pada integritas tubuh dan jiwa seseorang.

Semakin mengetahui tentang tindakan kemoterapi biasanya akan

mempengaruhi tingkat kecemasan pasien kemoterapi.

g). Komunikasi terapeutik

Komunikasi dapat dibutuhkan dengan baik untuk perawat ataupun

pasien. Terutama untuk pasien yang akan di lakukan pengobatan

kemotherapi, Pasien memerlukan penjelasan dengan baik dan mudah di

mengertig akan memberikan therapy.


c. Gejala dan tanda Kecemasan

Pasien biasanya mengeluh cemas pada umumnya menurut Hawari

(2008), antara lain :

1. Gejala psiko : adalah kecemasan dan khawatir, takut dengan pemikiran

sendiri, dapat tersinggung, cemas, hati yang tidak tenang , pikiran

galau, sering kaget secara tiba-tiba.

2. Gangguan istirahat dan tidur

3. Gangguan proses pikir

4. Gejala somatic : bisa di rasakan dengan rasa sakit pada organ tubuh.

Rasa cemas secara fisiologis dapat di tunjukakn dengan sikap

tingkah laku yang tidak lanjim (Kaplan & Sadock, 1998).

d. Tingkat Kecemasan dan Rentang Kecemasan

Hawari (2009) mengukur atau alat instrument kecemasan di nilai

dengan tingkatan yang mempunyai 5 tahapan antara lain : cemas

ringan, cemas sedang, cemas berat dan cemas berat sekali bisa di ukur

dengan alat ukur Hamilaton Rating Scale for Anxiety (HRS-A).

HRS-A mempunyai alat ukur seperti di bawah ini :

1. cemas (ansietas) ditandai dengan khawatir, pikiran jelek,

gelisah dengan pola pikir sendiri, cepat marah.

2. Wajah pokus pada 1 arah, gelisah, lesu, istirahat tidur sulut di

lakukan, kagetan, menangis tanapa alasan, tremor.


3. Dalam kegelapan takut, sendiri dalam ruangan takut, menjaga jarak

dengan orang baru kenal, takut pada binatang besar, suasana rame

takut seperti di jln raya, takut dengan keadaan yang berkerumun.

4. pola istirahat tidur terganggu ditandai sulitnya memejamkan mata,

mudah tidak nyenyak, mimpi buruk sering muncul dan seram.

5. Tidak pokus, mudah lupa, dan sering lupa.

6. Sedih yang dalam hingga hilang minat, bangun tengah malam, hobi

yang tidak tersalurkan, perasaan gundah ahmpir setiap hari.

7. Gejala dan tanda somatik seperti nyeri sendi, kedutan otot, kadang

sulit untuk di gerakan bagian anggota tubuh, gigi saling bertemu

dan berbunyi, suara kadang tak jelas.

8. Gejala sensorik kadang muncul seperti penglihatan kabur, merah

merona kadang pucat tampilan muka, lelah, kadang-kadang ada

rasa seperti ditusuk.

9. Tanda jantung nadi cepat, berdebar, nyeri dada, denyut nadi cepat,

rasa lemas seperti pingsan, ada masa denyut jantung hilang.

10. Tanda pernafasan seperti tertekan atau terhimpit dada, perasaan

tercekik, sulit bernafas, melakukan tarik nafas panjang.

11. Tanda dari lambung seperti sulit menelan,mual, perut melilit, nyeri

lambung sesudah dan sebelum makan, merasa panas di perut,begah,

bab lembek, berat badan turun, serta sering sembelit.

12. Gejala urogenital ditandai oleh sering kencing, tidak dapat

menahan kencing, ammenorrhoe, menorrhagia, masa haid

berkepanjangan
masa haid amat pendek, haid beberapa kali dalam sebulan,

ejakulasi dini, ereksi melemah, ereksi hilang dan impoten.

13. tanda otonom seperti mulut kering, muka merah, sering

berkeringat, pusing, nyeri kepela, kepala terasa berat, bulu kuduk

berdiri.

14. Saat di wawancara tidak pokus, glisah, kadang gemetaran, dahi di

kerutkan, muka tegang, tonus otot meningkat, pernapasan pendek,

cepat lelah hingga muka merah.

Menurut Hawari (2007) m engukur atau alat instrument kecemasan

di nilai dengan tingkatan yang mempunyai 5 tahapan etrdiri dari 14

kelompok yang di tandi dengan tanda dan gejala yang lebih specific,

Hamilaton Rating Scale for Anxiety (HRS-A) . dari kelompok tersebut

dari tanda dan gejala diberi nilai atau angka (skor) mulai dari 0 - 4, yang

mempunyai arti sebagai berikut :

0 : Tidak ada tanda atau gejala (keluhan)

1 : nilai satu dari tanda dan gejala yang ada

2 : Setengah dari tanda dan gejala yang

timbul 3: lebih dari setengahnya tanda dan

gejala

4 : semua di rasakan dari tanda danda dan gejala

Memberikan nilai dari hasil dengan menjumlahkan nilai skor mulai

aitem 1 sampai 14 dengan kategori sebagai berikut :

Nilai kurang dari 14 = kecemasan tidak di temukan

Nilai 14 - 20 = Kecemasan ringan

Nilai 21 - 27 = Kecemasan sedang


Nilai 28 - 41 = Kecemasan berat

THERAPI MUROTAL ALQURAN SURAT AL FATIHAH

a. Definisi Murotal

Murotal adalah lantunan suara dengan lembut penuh irama memiliki

pengaruh positif bagi pendengarnya (Widayarti, 2011). Mendengar ayat-

ayat Al-qur’an yang di dengungkan dengan khusu tartil dan benar, dapat

merubah keadaan hati nurani menjadi lebih tenang, Lantunan ayat Al-

qur’an secara fisik mengandung unsur-unsur manusia yang merupakan

alat atau instrumen penyembuhan yang mudah dijangkau tentunya

ekonomis mengandung spiritual. Suara indah yang menurunkan hormon-

hormon stress, mengaktifkan hormon endokrin alami, bisa menjadi lebih

tenang, memperbaiki sistem kimia tubuh sehingga dapat menstabilakan

tekanan darah, pernapasan teratur, detak jantung cenderung normal, nadi

teraba lebih rileks dan aktivitas gelombang otak tidak berat (Heru, 2008).

Ayat alquran Surat alfhatihah merupakan surat pertama dalam

alquran yang memiliki keutamaan dari isi kandungan nya, termasuk surat

Makiyah yang terdiri dari 7 ayat pada juz pertama mempunyai 139 huruf,

dengan jumlah 25 kata, mempunyai arti sebagai surat pembuka, alfatihah

mudah untuk di lapalkan karena sering di ucapkan dalam kehidupan

sehari – hari dan di baca setiap solat fardhu ataupun sunah.

Lantunan dari Qori Muhamad Taha Salih Ibrahim al Junayd, asal

Manama Bahrain yang sering menjadi imam mesjid saat ramadhan di

Green lane London inggris dengan menggunakan irama Bayati kurdi

lantunan suara yang lembut, meliuk-liuk, memiliki gerak lambat dengan

pergeseran lambat dengan pergeseran nada yang tajam dan turun naik
terjadi secara tajam.

Table 1 bacaan surat Al fatihah

Mendengarkan ayat Al-qur’an yang dibacakan secara tartil, khusu

dan benar, mendatangkan ketenangan jiwa rasa cemas akan pudar,

Lantunan ayat Al- qur’an secara fisik mengandung unsur-unsur manusia

yang merupakan alat penyembuhan dan alat yang mudah sederhana

gampang untuk di lakukan. Nada yang bisa menurunkan hormon-hormon

stress, hormon endofrin alami, dan bisa meningkatkan perasaan rileks,

dapat merubah sistem kimia tubuh sehingga tekanan darah bisa stabil dan

pernafasan normal, detak jantung, denyut nadi dan aktivitas gelombang

otak (Heru, 2008)

b. Manfaat Murottal

keuntungan murotal Al Quran terbukti dalam berbagai penelitian.

Manfaat tersebut di antaranya adalah sebagai berikut :

1. Menurunkan kecemasan
Pada penelitian (Zahrofi, dkk 2013) dan (Zanzabiela dan Alphianti,

2014) menunjukkan bahwa pemberian pengaruh terapi murotal Al

Quran memiliki pengaruh terhadap tingkat kecemasan, responden

yang diberikan terapi murotal Al Quran memiliki tingkat kecemasan

yang lebih rendah dari pada pasien yang tidak diberikan terapi

murotal.

2. Menurunkan perilaku kekerasan

Pada penelitian (Widhowati SS, 2010) menunjukkan bahwa

penambahan terapi audio dengan murottal surah al fatiha pada

kelompok perlakuan lebih efektif dalam menurunkan perilaku

kekerasan dibandingkan dengan kelompok kontrol yang tidak

mendapatkan terapi audio tersebut.

3. Nyeri di alihkan

Murotal Al Quran terbukti bisa menurunkan tingkat nyeri. Pada

penelitian Hidayah (2013) dan (Handayani dkk, 2014) menunjukkan

bahwa terdapat pengaruh pemberian terapi murotal Al Quran terhadap

kattingkat nyeri. Pada kedua penelitian tersebut kelompok yang

diberikan terapi murotal Al Quran memiliki tingkat nyeri yang lebih

rendah dibandingkan kelompok yang tidak diberikan terapi murotal Al

Quran.

4. kualitas hidup mningkat

pada penelitian Mulyadi dkk (2012) menunjukkan perbedaan yang

bermakna antara kualitas hidup responden sebelum dan sesudah

diberikan intervensi bacaan Al Quran secara murotal pada kelompok

kontrol dan kelompok intervensi. Pada kelompok intervensi, kualitas

hidup responden meningkat setelah diberikan murotal Al Quran.


5. Efektif dalam perkembangan kognitif anak autis

Pada Penelitian (Hady dkk, 2012) mengatakan terapi music murotal

berpengaruh jauh dan lebih baik dariapada terapi musik klasik

terhadap perkembangan kognitif anak autis.

C. Mekanisme Murotal Al-Quran Terhadap Penurunan Kecemasan

Memberikan murrotal surat Al-fhatihah menimbulkan rasa percaya

diri (harapan kesembuhan), dapat menjadikan ketenangan, damai dan

menimbulkan Emosional positif kemudian ditransmisikan ke sistem

limbik dan korteks serebral dengan tingkat koneksitas yang kompleks

antara batang otak hipotalamus-prefrontal kiri dan kanan-hipokampus

amigdala. Transmisi ini menyebabkan keseimbangan antara sintesis dan

sekresi neurotransmitter seperti GABA (Gamma Amino Butiric Acid) dan

antagonis GABA oleh hipokampus dan amigdala, dopamin, serotonin dan

noreepinefrin yang diproduksi oleh prefrontal, asetilkolin, endorfin (opiat

alami dalam tubuh efek menena ngkan) oleh hipotalamus, terkendali

juga

ACTH (Adrenocortico Releasing Hormone), sehingga mempengaruhi

keseimbangan korteks adrenal dalam mensekresi kortisol, kadar kortisol

normal mam pu berperan sebagai stimulator terhadap respon ketahanan

tubuh imunologik baik spesifik maupun non spesisif.

keadaan jiwa yang tenang, rileks secara tak langsung mampu

membuat keseimbangan dalam tubuh dalam meningkatkan imunitas

tubuh, keadaan yang seimbang bisa mengurangi gangguan psikologis

termasuk insomnia (Oken, 2004, dalam Sokeh, Yunie & Chanif, 2013).

Terapi murotal diberikan bisa menggetarkan gendang telinga dan

cairan telinga dari getaran ini bisa dihantarkan ke saraf koklea dari saraf

koklea getaran menuju ke otak di dalam otak akan menciptakan reaksi


(rileks), keadaan yang tenang dapat mempengaruhi korteks limbic dan

dapat mempengaruhi hipokampus, di hipokampus dapat mempengaruhi

amigdala (alam bawah sadar), setelah alam bawah sadar terpengaruhi lalu

dihantarkan ke hipotalamus di hipotalamus dapat mempengaruhi fungsi

endokrin, jika hormone kortisol sudah setabil bisa mempengaruhi

emosional (Firman Faradisi, 2012). Ellen Covey dari Washington

University, melakukan penelitian tentang frekuensi suara yang

menunjukkan bahwa suara itu terbentuk dari gelombang getar di udara

dengan kecepatan 340m/det.

Setiap suara memiliki frekuensi sendiri dan manusia bisa

mendengar suara dengan frekuensi antara 20- 20.000/detik. Laporan

Konfrensi Kedokteran Islam Amerika Utara menyebutkan bahwa

mendengar bancaan

Al- Quran, mampu mendatangkan ketengn hingga 97%- 99%. Hasil dari

mendengarkan Al- Qur’an dapat menghasilkan betaendrofin rilek (cairan

otak agar rileks dan bahagia) (Elzaky,2014)

2.4.1 SOP (STANDAR OPRASIONAL)

Cara mengalihkan perhatian dengan Distraksi di berikan Terapi Murotal

: Al-quran surat Al fatihah terhadap kecemasan pada pasien pre oprasi

No SOP Rasional

1. Mengucapkan salam
Perawat dan pasien memulai
Interaksi untuk berbicara secara
interpersonal untuk membangun dan
membina hubungan baik antara pasien

dan perawat dalam memberikan asuhan


keperawatan untuk kesembuhan pasien.
Interaksi 2 pihak tercapai dengang baik
dan efektif bisa membawa keberhasilan
dalam proses keperawatan (Nara, 2020;
Tangel et al, 2019; Walansendow,
2017).
2 Identifikasi pasien
lakukan chek terhadap pasien supaya
pasien
dapatkan standar asuhan keperawtan
dalam memberikan pengobatan yang
baik benar dan tepat sesuai kebutuhan
pasien dalam

menerima layanan kesehatan.


bisa menghindari kemungkinan terjadi
kesalahan dalam pemberian asuhan
keperawatan atau hal yang tidak di
harapkan bisa mengenai diri pasien
(Mudayana, 2015 & Nanda, 2018)
3. memberikan edukasi Komunikasi terapeutik yang efektif
intervensi yang untuk dapat meyakinkan pasien bahwa
akan dilakukan pelayanan yang akan diterima benar-
benar berkualitas (Anjaswari, 2016;
Anwar, 2017; Pieter, 2017).
4. Melakukan
informed consent Pernyataan pasien atau yang sah
mewakilinya yang isinya berupa
persetujuan atas rencana tindakan tanpa
adanya unsur pemaksaan. Berdasarkan
pasal 1 (a) Permenkes RI
Nomor
585/MEN.KES/PER/X/1989 dimana
pasal
1 (a) menyatakan bahwa persetujuan
tindakan medik (informed consent) adalah
persetujuan yang diberikan oleh pasien
atau keluarganya atas dasar penjelasan
mengenai tindakan medik yang akan
dilakukan terhadap pasien tersebut
(Marini, 2018; Purnama,2016; Suntama,
2017).
5. Peralatan di siapkan mudahahkan dalam melakukan
prosedur dengan lancar (Novieastari &
Supartini, 2015).
6. Tutup gordeng atau sampiran u n t u k m e n j a g a privasi pasien
kemampuan memperoleh pilihan atau
kemampuan untuk mencapai
interaksi seperti yang DI inginkan
(Nursalam, 2003 ; Rosmalawati, 2016 ;
Erita, 2019).

7. Cuci tangan cuci tangan atau hand hygiene


salah satu langkah efektif
untuk memutus rantai
transmisi infeksi. Mencuci
tangan mempunyai
tujuan menghilangkan kotor
dari kulit secara mekanis dan
mengurangi banyaknya mikroorganisme
(Ratnawati & Sianturi, 2018; Fauzia
& Rahmawati, 2018;
Aditya, Harahap, & Putra., 2020).
8. Mengatur posisi yang Menjaga privasi dan kenyamanan
nyaman pasien dalam meningkatkan
kesempatan pasien untuk relaksasi
(Ekawati, 2018 ; Nur, 2019) ; Patrisia,
2020 ; Wardani, 2018).
9. Menanyakan kesiapan Membantu mengevaluasi tingkat
pasien. ketidaknyamanan nyeri pada pasien dan
meliha.t keefektifan terapi musik klasik
yang diberikan (Praptiani & Subekti,
10. Menghubungkan earphone 2019).
dengan Memastikan keadaan pasien untuk
MP3/Tablet berisikan dilakukan tindakan (Mudayana, 2015 &
murottal serta letakkan Nanda, 2018)
earphone di telinga kiri Memberikan kenyamanan bagi
\
dan kanan.
pasien untuk m engurangi
kebisingan dari luar serta memfokuskan
pasien dengan terapi murottal yang telah
diberikan (Schneider, 2016; Sandra et al,
2020; Sari & Putra)

11. melakukan Membantu menurunkan hormon-


pemberian terapi murottal hormon stress, mengaktifkan hormon
endofrin alami (serotonin),
meningkatkan perasaan rileks,
mengurangi nyeri dan
tegang(Khashinah
,2015).
12. Dengarkan
murottal selama 15 menit. Memberikan efek terapeutik yang
menenangkan kepada pasien (Sandra et
al, 2020; Sari & Putra, 2014).
13. Melakukan
evaluasi
Membantu mengevaluasi tingkat
kecemasan pada pasien dan melihat
keefektifan terapi murotal yang
diberikan (Praptiani & Subekti, 2019
14. Mencuci tangan Mencuci tangan atau hand
hygiene
salah satu langkah efektif untuk
memutus rantai transmisi
infeksi. Mencuci tangan dengan
tujuan menghilangkan kotoran
dari kulit secara mekanis dan
mengurangi banyaknya
mikroorganisme (Ratnawati &
Sianturi, 2018; Fauzia &
Rahmawati, 2018; Aditya,
Harahap, & Putra., 2020).
15. Melakukan dokumentasi Mencatat waktu tindakan, hasil
tindakan
dan respon pasien. Pencatatan
ini masuk dalam dokumentasi
keperawatan tentang apa yang
terjadi pada klien, informasi
yang bisa dijadikan sebagai
bahan atau objek riset dalam
pengembangan(Basri, Utami, &
Mulyadi, 2020; Leniwita
& Anggraini, 2019; Olfah &
Ghofur)
BAB III

METODE STUDI KASUS

Rancangan Studi Kasus

Desain penelitian menggunakan studi kasus deskriptif dimana

metode penelitian yang akan di lakukan dengan tujuan utama membuat

gambaran atau deskripsi mengenai kondisi pasien pre oprasi yang akan

di lakukan tindakan oprasi dan faktor yang mempengaruhi

penatalaksanaan therapi murotal : surat alfatihah kecemasanan pada

pasien pre oprasi dengan PICOT

P : Pasien pre oprasi

I : Qs Alquran : Alfatihah

C : Tidak ada

O : Penurunan kecemsan

T : Tidak ada

Subjek Studi Kasus

Subjek studi kasus pada penelitian yang akan di lakukan yaitu

pasien yang akan di lakukan oprasi / pre oprasi sejumlah 3 orang

dengan karakteristik sebagai berikut :

1. Kriteria Inklusi :

a. Pasien yang akan di lakukan oprasi / pre oprasi usia 15 – 60 tahun

b. Pasien muslim ( beragama islam)

c. Pasien yang tidak memiliki masalah gangguan pendengaran


d. Pasien yang siap sedia mendengarkan tehnik murrotal al quran

surat alfatihah.

e. Pasien yang bisa baca al quran

2. Kriteria Eksklusi

a. Pasien dengan gangguan kognitif

Strategi Pencarian Artikel

Strategi pencarian yang tujuannya mencari artikel yang sudah

di terbitkan dan pencarian di lakukan dengan melalui goggle scholer,

kata kunci yang di gunakan adalah :

“ murotal al quran surat alfatihah kecemasan pasien pre operasi”

Pencarian jurnal berpokus pada jurnal yang menerapkan murotal

surat alfatihah kecemasan pasien pre oprasi menggunakan metode

quasi experimental dengan artikel yang di pilih terpublikasikan 5thn ke

belakang 2016, samapi dengan 2022 dengan alasan agar spectrum

artikel menggunakan study terbaru artikel yang di gunakan adalah

artikel yang berbahasa Indonesia, criteria inklusi untuk pencarian pre

oprasi , scrining awal yang di lakukan untuk memilih artikel adalah

melalui judul awal yang di lanjutkan dengan melakukan scrining

abstrak untuk mengidentifikasi artikel mana yang berpotensi sesuai

dengan criteria pencarian setelah scrining di lanjutkan dengan

melakukan reviu terhadap 3 artikel yang di anggap signifikan ada

skrining awal.
Pengkajian Kualitas Studi

Pengkajian terhadap kualitas dari setiap artikel dilakukan dengan

menggunakan format standar dari The Joana Briggs Institute (JBI)

untuk artikel dengan desain penelitian Quasi experimental studies

(non- randomized experimental studies). Sedangkan untuk jenis

penelitian kecemasan menggunakan skala ukur Hamilaton Rating

Scale for Anxiety (HRS-A).

Setiap kriteria yang digunakan untuk mengevaluasi benarkah

setiap studi memiliki kualitas yang baik. Jumlah ceklis yang digunakan

dalam JBI tersebut terdiri dari 9 pertanyaan, pilihlah jawaban yes jika

sesuai dengan yang terdapat pada artikel dan jelaskan oleh peneliti,

pilih jawaban no jika artikel tidak sesuai dengan pertanyaan atau tidak

dijelaskan oleh peneliti, pilihan unclear jika di dalam jurnal tersebut

tidak dijelaskan secara detail dan pilihan applicable jika tidak dapat

diterapkan, kemudian jika jawaban ya semakin banyak maka jurnal

tersebut semakin baik dan valid. Pada penelitian ini terdapat 3 jurnal

yang sudah dilakukan JBI dan memiliki nilai lebih dari 80% maka dari

itu dapat disimpulkan bahwa artikel yang ditemukan sudah baik dan

valid.

Instrumen studi kasus

Alat ukur atau data yang akan digunakan dalam studi kasus ini

adalah menggunakan instrument hamilaton Rating Scale for Anxiety

(HRS-A) terdiri dari empat belas kelompok dirinci lagi dengan gejala-
gejala yang lebih specific. Menurut Hawari (2007) masing-masing

kelompok gejala diberi penilaian angka (skor) antara 0-4, yang

mempunyai arti sebagai berikut :

0 : Tidak ada tanda dan gejala

(keluhan) 1 : tanda dan gejala muncul

satu

2 : Setengah dari tanda dan gejala yang ada

3: Lebih dari setengah tanda dan gejala yang ada

4 : Semua ada tanda dan gejala

Penilaian hasil yaitu dengan menjumlahkan nilai skor item 1 sampai

14 dengan ketentuan sebagai berikut :

Nilai kurang dari 14 = kecemasan tidak di temukan

Nilai 14 - 20 = Kecemasan ringan

Nilai 21 - 27 = Kecemasan sedang

Nilai 28 - 41 = Kecemasan berat

Prosedur studi kasus

1. Persiapan Studi Kasus

Peneliti melakukan studi kasus dimulai dengan mengumpulkan

berbagai literatur kemudian literatur tersebut dibuat menjadi suatu

standar operasional.

2. Pelaksanaan Studi Kasus


Peneliti mencari subjek pasien pre oprasi, kemudian peneliti

memilih subjek yang masuk kriteria inklusi, setelah mendapatkan

subjek yang sesuai selanjutnya melakukan wawancara mengenai

kecemasan yang dirasakan dan juga mengisi skore kecemasan

sebelum dilakukan intervensi kemudian melakukan intervensi

selama 10 - 15 menit dan setelahnya diukur kembali skalanya,

intervensi ini dilakukan selama 3 hari berturut-turut

3. Pembuatan Laporan Kasus

Peneliti melaporkan hasil studi kasus sesuai dengan data yang telah

diperoleh dalam bentuk karya tulis ilmiah.

Metode pengumpulan data

Pengumpulan data yang digunakan dalam studi kasus ini adalah

sebagai berikut :

1. Observasi

Pada penelitian ini menggunakan observasi dan mengukur tanda

vital, yaitu dengan mengobservasi respon subjek sebelum dan

sesudah dilakukan terapi murotal al quran surat al fatihah.

2. Wawancara

Pada penelitian ini menggunakan tekhnik wawancara pada subjek

yang dilakukan secara tatap muka, menanyakan mengenai keluhan

yang dirasakan dan juga menanyakan skala kecemasan sebelum

dan sesudah dilakukan intervensi.


Tempat dan waktu

Studi kasus ini dilakukan selama 3 hari yaitu dimulai pada tanggal

17 desember 2022 sampai dengan 19 desember 2022 di ruang

kemuning lantai 5 perawatan bedah RS Dr. Hasan Sadikin Bandung.

Penyajian Data

Pemaparan pada penelitian metode kasus ini ditampilkan secara

terstruktur atau narasi tentang laporan yang memuat dua bagian. Yang

pertama berisikan tentang uraian hasil dapat diperoleh dari studi

kasus. kedua memuat uraian tentang pembahasan atas temuan-temuan

studi kasus yang telah ditemukan pada bagian pertama dan

keterkaitannya dengan teori dan juga dilengkapi dengan keterbatasan

dari studi kasus yang dilaksanakan dan dapat di tampilkan dengan

cuplikan ungkapan verbal dari subjek studi kasus yang merupakan

data pendukung.

3.11 Etika studi Kasus

1. Persetujuan penelitian(Informed Concent)

Subjek yang telah diberikan informasi yang komplit tentang

tujuan penelitian yang akan dilakukan berhak berpartisipasi secara

sopan tetap dalam batas norma yang kita anut atau keberatan

menjadi partisipan

2. Tanpa Nama (Anonimity)


Data yang didapatkan dari subjek di rahasiakan tanpa

mencantumkan nama pada laporan studi kasus.

3. Kerahasiaan (Confidentiality)

Data yang didapatkan dari informan dirahasiakan dan

menggunakan informasi tersebut hanya untuk kegiatan penelitian.

4. Menguntungkan (Benefience)

Intervensi memberikan inspirasi sebagai tindakan yang bisa

dilakukan di ruangan dan juga bermanfaat bagi pengembangan

asuhan keperawatan
BAB IV

HASIL STUDI KASUS DAN PEMBAHASAN

Hasil Pencarian Artikel


A. Ringkasan Hasil pencarian
Berdasarkan hasil penelusuran dengan memasukkan kata kunci
therapy murotal : surat alfatihah kecemasanan pada pasien pre operasi
Didapatkan 3 jurnal yang telah diteliti, Tahapan Pencarian digambarkan
pada diagram di bawah ini :
Identification
Artikel di dapat dengan : Artikel yang dieksklusikansebelum tahap skrining: di sarin berdasarkan tahun
Search Engine: yaitu dari thn :(2013 - 2022) (n = 8 )
Google Scholar
Karena (tidak free fulltext) : (n = 57)
h a s i l n y a (n = 233 )

Artikel di sesuaikan dengan criteria


Kemudian Artikel yang
sudah disortir dieksklusi (Skrining abstrak dan full text)
Menjadi (n =168) Menjadi (n = 120 )
Screening

Artikel disortir kembali menjadi Artikel dieksklusi sesuai (Kriteriainklusi)


(n = 48) Kriteria Inklusi :
Pasien yang akan di lakukan operasi / pre operasi usia .. thn
Pasien yang beragama islam
Pasien yang tidak memiliki masalah gangguan pendengaran
Artikel dengan pengujian Pasien yang bersedia mendengarkan tehnik murrotal al quran surat alfatihah.
eligibilitas menjadi (n=10 Pasien yang bisa baca alquran
) 2.Kriteria eksklusi (n = 38)
a. Pasien dengan gangguan kognitif
Includ

Artikel
Artikel di sesuaikan dengan criteria inklusi dalam KIA m yang diekskulsi: (Alasan : ketidak sesuain antara eklusi dan inklusi pada kategori yg di cari sesuai judul m
(n = 3)
(n= 7)
Bagan 1 di atas menjelaskan :

Proses Seleksi Artikel dengan Framework PRISMA

Bagan tersebut menjelaskan bahwa hasil Prisma pencarian artikel


menggunakan Google Scholar didapatkan artikel sebanyak N= 233 lalu
artikel diskriningkan tahun 2013-2022 N=8, dan tidak free fulltext N=57,
kemudian di skrining dan filter berdasar dengan membaca judul dan
abstrak, selanjutnya artikel yang sudah dibaca judul dan abstraknya
dikeluarkan sebanyak N= 120 karena tidak sesuai dengan judul dan
abstrak, artikel yang di sortier yang sesui N=48 artikel, yang dicari
selanjutnya peneliti membaca artikel full textse dan tidak sesuai ekslusi
sebanyak N=38 dan artikel yaeligibilitasnya sebanyak N=10 disortir lagi
karena tidak sesuai antara inklusi dan ekslusi di sortir makin mengkrucut
didapatkan artikel yang sesuai judul murotal surat alfatihah kecemasan
pre oprasi sebanyak N=7 artikel yang di inklusi dalam penelitian ini n=3

A. Karakteistik Penelitian
Terdapat 3 artikel yang masuk dalam kajian studi kasus yang
memenuhi criteria inklusi rentang tahun publikasi dari 2013- 2022 pada 3
artikel tersebut terdapat persamaan dan perbedaan diantaranya jumlah
responden, tempat penelitian, karakteristik responden, metode penelitian,
instrumen yang digunakan serta hasil penelitian dengan penjabaran nya
tercantum dalam tabel sebagai berikut diantaranya :
Tabel ……………………………………………………………………
Tujuan Tempat Jenis Skor critical
Penulis Intervensi Hasil
Judul Penelitian Penelitian Penelitian Operasional
JBI

(1) pada terapi


“Tisna Yanti untuk Ruang Dahlia Quasy experiment
murottal Al-
terapi murottal Al-
Retno Dwi mengetahui RSUD Kota Qur‟an ada perubahan
Pengaruh dengan Pre Test Qur‟an yang
Shanti tahun Bogor tingkat kecemasn klien
pengaruh terapi and Post Test Non- digunakan sebagai pre-operatif di RSUD
terapi murota 2019”
terapi adalah surat Kota Bogor, dengan
al-quran surat murottal Al- equivalent Control Al-fatihah dengan nilai signifikan 0,000
Qur‟an surat al Group Design durasi selama 15 atau nilai P value<
al fatihah
menit 0,05. Hal ini terjadi
Terhadap fatihah terhadap menggunakan karena kelompok
Perubahan perubahan MP3 Player dan intervensi diberikan
HeadPhone. perlakuan terapi
Tingkat tingkat
murottal Al-Qur‟an
Kecemasan kecemasan pada surat al fatihah.
pasien pre klien pre-
Operasi operatif di
RSUD Kota
Bogor pada
tahun 2019.
1. Setelah diberikan
Tempat
(2) Tutur Mengetahui Jenis penelitian Setelah klien pemberian terapi
penelitian di
Pengaruh Kardiatun pengaruh ruangan bersifat menandatangani murottal surah Al-
Terapi september terapi bedah wanita experimen jenis lembar informed Fatihah pada
Murottal ” 2015 murottal dan bedah rancangan yaitu consent pasien pre operasi
pria RSUD
Surah Al- surah Al- quasi experimen elanjutnya yang mengalami
dr. Soedarso
Fatihah Fatihah Pontianak design with non peneliti akan kecemasan yang
Terhadap terhadap Kalimantan randomized memberikan diukur dengan
Barat pada
Kecemasan penurunan control group lebar kuesioner kuesioner
Pasien Pre kecemasan pretest posttest yang akan didapatkan hasil ρ
Operasi klien pre 1 design. Teknik mengukur tingkat value 0,001 ρ <
operiasi pengambilan kecemasan klien, 0,05 dapat
Maret
sampel dan akan disimpulkan terapi
menggunakan menjelaskan murottal surah Al-
teknik purposive tatacara mengisi Fatihah mampu
2014
30 April sampling dengan lembar kuesioner menurunkan
2014 mengunakan 15 tersebut. kecemasan pada
responden Setelah pasien pre operasi
akan
penelitian. klien mengisi di RSUD dr.
dilaksanakan Analisis data lembar kuesioner Soedarso
yang digunakan dan selanjutnya Pontianak
di ruangan
bedah wanita yaitu analisis penelitian akan Kalimantan Barat.
dan bedah univariat melakukan 2. Hasil lainnya yaitu
priaRSUD dr.
Soedarso bivariate pemeriksaan pada kelompok
Pontianak mengunakan uji penunjang yaitu kontrol pasien pre
Kalimantan
Barat pada paired t-test, berupa operasi yang
tanggal bila data pemeriksaan mengalami
berdistribusi tanda-tanda vital kecemasan dan
1 normal dan didapatkan data tidak mendapatkan
wilcoxon test pertama yaitu terapi murottal
Maret
bila data tingkat surah Al- Fatihah
berdisribusi kecemasan klien, yang diukur
tidak normal. selanjutnya klien dengan kuesioner,ρ
diberikan terapi value 0,952 dapat
murottal surah disimpulkan
Al-Fatihah. Pada bahwa data
kelompok tersebut tidak ada
kontrol, peneliti pengaruh karena
akan memberikan nilai ρ value tidak
jeda untuk < 0,05.
melakukan 3. Pemeriksaan
pengukuran penunjang lainnya
kembali selama 5 untuk menentukan
menit. Setelah tingkat kecemasan
diberikan terapi seperti tekanan
pada kelompok darah, pernapasan
intervensi dan klien per menit,
jeda waktu 5 dan denyut nadi
menit pada klien per menit
kelompok kontrol didapatkan hasil
tersebut, peneliti murottal surah Al-
akan mengukur Fatihah mampu
kembali menunjukan hasil
kecemasan klien yang baik pada
dengan kueisoner pemeriksaan
serta tanda-tanda sesudah terapi
vital klien, dan (post test).
didapatlah data 4. Terapi murottal
terakhir atau hasil surah Al-Fatihah
dari terapi dapat menurunkan
tersebut. kecemasan klien
pre operasi di
RSUD dr.
Soedarso
Pontianak
Kalimantan Barat.

(3)
Epektivitas untuk diruang Wijaya Quasy Terapi murrotal
Suwanto, hasil uji Wilcoxon
therapy menggambar diberikan selama
Kusuma (W.K) Eksperimental menunjukan bahwa
murotal surat Ahmad kan terapi 15 menit
ada pengaruh
Al fatihah Hasan murrotal RSUD Ibnu dengan Mendengarkan
Basri, Al- Faatihah, penurunan tingkat
untuk untuk kecemasan sebelum
Sina Gresik rancangan (Pre-
menurunkan Mustamin menurunkan Bacaan Al-
dan sesudah
tingkat Umalekhoa tingkat pada bulan post test Faatihah yang
.”Volume didengarnya, diberikan terapi
pasien penderita murrotal, Hasil uji
07, Nomor November– Design). menghasilkan
kecemasan kecemasan Wilcoxon U = 00,2
pre oprasi 02” pasien pra- Desember 2016 impuls dari
talamus akan menunjukan hasil
operasi. signifikanhasil hitung
tetap
November dikirim ke ) = hasil
2016 amigdala, 0,002<
Hal. 173- walaupun tidak 0,05,
187 ditransmisikan ke
korteks. Apabila terapi murrotal
seseorang menunjukan bahwa
mendengar
bacaan Al- tingkat kecemasan
Fatihah secara mangalami
tartil dan didengar
penurunan dari
dengan hati yang
ridha dan ikhlas, kecemasan berat ke
maka bacaan Al-
Faatihah akan tidak cemas
berpengaruh disebabkan karena
positif terhadap
terapi murrotal tigkat
mental
kecemasan
responden berangsur
menurun drastis
dengan mengeluaran
tetesan air mata serta
rilex yang begitu
dalam dan seakan
ada merasakan ada
energy baru pada
tubuhnya.
penggunaan al-
qurán sebagai bahan
uji yaitu al-fatiha di
mana pada surat al-
fatiha apa bila
didengarkan alunan
surat ini, sinyal itu
akan ditangkap oleh
daun telinga.
Selanjutnya impuls
bacaan Al- Faatihah
diteruskan sampai
talamus(bagian batang
otak).
B. Hasil Studi Kasus
1. Gambaran Umum Lingkungan Study Kasus
Pada penelitian ini, peneliti memperoleh data dari RSUP Dr Hasan

Sadikin Bandung Bandung, Jawa Barat . dengan Luas area … hektar, yang

dipakai untuk RS 4,3 hektar, totalnya ada lima lantai gedung kemuning 5,

Rumah sakit ini memiliki fasilitas pelayanan rawat jalan (Klinik Penyakit

Dalam, Klinik Kesehatan Anak, Klinik Bedah, Klinik Obgyn, Klinik

Penyakit Saraf, Klinik Hematologi, Klinik Mata, Klinik THT, Klinik

Psikiatri, Klinik Gigi, Klinik Gizi, Klinik Jantung, Klinik Bedah Mulut,

Klinik Umum, Klinik Ortohpedi), pelayanan radiotherapy, Pelayanan gawat

darurat (IGD), Pelayanan penunjang (ICU, Instalasi Bedah Sentral, Instalasi

Radiologi, Instalasi Patologi Klinik).

Rumah Sakit …

51
perawatan bagi pasien pre dan post operasi yang memiliki kapasitas bed

sebanyak … buah. Selain itu ruang kemuning ini pun sangat mendukung

terhadap penelitian yang akan dilakukan dikarenakan mempunyai

lingkungan yang bersih, tenang serta pencahayaan yang cukup tidak terlalu

terang dan tidak terlalu redup sehingga penelitian ini bisa terlaksana

dengan baik.

2. Prosedur Pelaksanaan Terapi murotal surat al fatihah

Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal .. desember 2022 – …uari

2022, peneliti mulai mencari responden sesuai dengan kriteria eksklusi dan

inklusi. Setelah pasien setuju peneliti membagikan lembaran kuesioner

kecemasan HARS Setelah pasien mengisi lembar tersebut, pasien dibimbing

oleh peneliti melakukan terapi murotal surat alfatihah dengan menyiapkan

alat hanpon…. Dan klien mendengarkan dengan khusu selama ± 15 menit di

ulang dengan memilih posisi yang nyaman, Pasien membacakan atau

mengikuti surat tersebut baik dalam hati maupun di lantunkan, dan klien

berdoa memohon kepada sang pencipta ALLOH SWT, lalu peneliti

menanyakan perasaan yang dirasakan responden setelah dilakukan terapi

serta menganjurkan pasien untuk mengaplikasikan terapi yang sudah

diberikan, setelah selesai peneliti mengukur kembali hasil terapi murotal

yang sudah dilakukan dengan menggunakan kuesioner HAR”S

3. Hasil Implementasi

a. Karakteristik Responden

52
Table…
Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden berdasarkan usia,
jenis kelamin, pekerjaan, pendidikan, pada pasien pre operasi

A. EVALUASI THERAPI MUROTAL SURAT ALFATIHAH PADA PASIEN


PRE OPERASI KETIKA PASIEN MASUK RUANG RAWAT INAP
KEMUNING LT 5 DI BERIKAN THERAPI MUROTAL SURAT
ALFATIHAH DI RSUP DR HASAN SADIKIN BANDUNG

NO SKOR SKOR SKOR


KECEMASAN KECEMASAN KECEMASAN
PADA SUBJEK 1 PADA SUBJEK 2 PADA SUBJEK 3
Umur Umur Umur
1
Jenis klamin Jenis klamin Jenis klamin
2
Pendidikan pendidikan Pendidikan
3
Pekerjaan pekerjaan Pekerjaan
4

SKOR

53
A. EVALUASI THERAPI MUROTAL SURAT ALFATIHAH PADA
PASIEN PRE OPERASI SAAT PASIEN AKAN MASUK KAMAR
OPERASI THERAPI MUROTAL SURAT ALFATIHAH DI RSUP DR
HASAN SADIKIN BANDUNG

NO SKOR SKOR SKOR


KECEMASAN KECEMASAN KECEMASAN
PADA SUBJEK 1 PADA SUBJEK 2 PADA SUBJEK 3
Umur Umur Umur
1
Jenis klamin Jenis klamin Jenis klamin
2
Pendidikan pendidikan Pendidikan
3
Pekerjaan pekerjaan Pekerjaan
4

SKOR

didapatkan hasil peningkatan skore Kecemasan baik pada subjek 1 , subjek


2 dan subjek 3 yang menunjukan bahwa kecemasan pada 3 subjek berkurang
setiap harinya selama 3 hari berturut turut.

4. Hasil Wawancara

Berdasarkan hasil wawancara dengan pasien yang akan menjalani

operasi di RSUP Dr Hasan Sadikin Bandung, didapatkan data dari ke 3


54
pasien tersebut yakni akan menjalani operasi Hernia, Tumor STT Pedis, Ca

Mamae, didapatkan data bahwa memang kecemasan menjadi salah satu

masalah psikologis yang sering muncul pada pasien pre operasi yang

diakibatkan oleh berbagai stressor. Berdasarkan hasil wawancara sebelum

pemb,erian therapy murotal mengaku baru pertama kali menjalani operasi

seperti ini pasien juga mengaku tidak tahu mengapa awalnya bisa seperti

ini, hal tersebut membuat pasien menjadi tidak percaya bahwa ia akan

menjalani operasi seperti ini, sebagaimana yang tercantum dalam hasil

wawancara berikut:

“kalau saya mau oprasi yang pertama kali bu.., saya merasa

takut untuk operasi ini, khawatir takut ada apa-apa kata orang

yang sudah di oprasi nanti di bius sadar lagi nya lama jadi

kepikiran”

“perasaan saya saat ini gak nyaman aja”

“saya gak pernah terpikir harus masuk RS di

rawat sampai di oprasi ya ALLAH Cobaan apa

.. ampuni hamba MU Ya ALLAH”

“kata dr saat diperiksa harus segera di oprasi”

55
Selanjutnya pasien diberikan kesioner mengenai pertanyaan-

pertanyaan kecemasan, dan di dapatkan sebagian pasien mengalami

cemas sedang dan cemas ringan. pasien juga mengungkapkan bahwa ia

merasa lemas, takut dan cemas untuk menjalani operasi ini, dan terkadang

mudah marah serta lengan dan kakinya terkadang gemetaran dan

kesemutan, pasien juga mengaku bahwa ia mempunyai gangguan

pencernaan seperti sakit maag/lambung, pasien juga mengaku bahwa

dirinya merasa deg- degan dan khawatir sesuatu yang buruk akan terjadi

pada dirinya, serta merasakan nafas seperti cepat saat jantung berdebar,

iajuga mengatakan bahwa suka sakit jika area yang akan operasi itu

ditekan, pasien juga mengaku bahwa ia juga sulit untuk tidur karena

masih terpikirkan tindakan operasi yang akan berlangsung dan terkadang

ia suka mimpi buruk.

sekarang malah mag saya kambuh sering melilit karena mau

makan juga gak enak,

kaki sama tangan mah kadang-kadang ada gemetaran bakat ku sieun

rupina mah bu..

56
mau gak mau harus operasi biar bisa sehat lagi ya bu.. aamiin

“kalau malem tidur teh sok ke bangun da tiba-tiba kayagelisah gitu

kepikiran, kalau mimpi buruk mah tidak pernah”

Pasien mengalami perubahan respon pada situasi yang membuat ia

tidak nyaman. Selanjutnya peneliti menawarkan terapi murotal surat

alfatihah kepada pasien serta menjelaskan semua prosedur yang akan

dilakukan dan akhirnya pasien menyetujuinya. Pada wawancara pasca test

pasien sudah mulai merasakan manfaat dari terapi murotal surat alfatihah,

setelah merasakan manfaat dari terapi murotal surat alfatiahah, pasien

mengatasi rasa tidak nyaman tersebut dengan baca alfatihah setelah

mendengarkan murotal karena alfatihah mudah sekali dan sering di

lantunkan setiap bacaan solat baik pardu maupun sunah pasien sangat

khusu pada saat mengikuti dalam hati bacaan surat alfatihah tersebut dan

pasien mulai berpikir yakin sembuh karena ALLAH SWT memberikan

cobaan sesuai kemampuan umatnya Aamiin.

“Alhamdulillah sekarang saya sudah sedikit lebih nyaman dan

tenang”

“Iya ketakutan saya untuk operasi berkurang bu”

57
“Dan saya yakin pasti semuanya akan baik-baik saja setelah operasi”

Pada saat ditawarkan untuk mengikuti terapi murotal surat al fatihah, pasien

awalnya merasa ragu dikarenakan mungkin masih bingung juga, tapi setelah dijelaskan

pasien akan di beri tahu cara mnedengarkan murotal surat alfatihah dengan henpon

lantunan qori muhamad akan terdengar kemudian pasien menyanggupinya dan mengikut.

Peneliti mengukur kembali tingkat kecemasannya dengan kuesioner ZSAS, setelah itu

dihitung kembali score kecamasannya dan hasilnya tingkat kecemasan pasien berasa

pada rentang kecemasan ringan dan normal

58
Prosedur Pelaksanaan Terapi murotal surat Al fatihah

Sebelum tindakan pre oprasi selama Proses therapi evaluasi

murotal

Bina Trust
Klien mengatakan saat ini perasaannya sudah mulai lega
Klien setelah mengetahui dirinya harus menjalani o perasi besar membuat ia sangat
1.Menjelaskan terpukul
intervensi
Klien mampu mengulangi terapi murotal surat al fatihah
Klien menjadi kurang bersemangat menjalani aktivitas sehari-hari
terapi murotal surat alfatihah dan tujuan yang akanmengatakan
dilakukan mulai berserah diri kepada Allah tenta
Klien
Klien mudah merasa cemas, lelah, dan khawatir sesuatu yang akan terjadi
Menandatangani informed concent sebagai persetujuan mengikuti
Score kecemasan klienintervensi
menurun yang telah dijelaskan
Score kecemasan klien rata-rata pada nilai ringan dan sedang
Kontrak waktu selama 15 menit 1 kali pertemuan
Kurang Pengetahuan mengenai perjalanan penyakitnya Melakukan intervensi terapi murotal surat alfatihah

Bagan …. Prosedur Pelaksanaan Terapi murotal surat al fatihah


Sumber Daya Manusia
(Keluarga)

Pendukung Pendukung
1. Adanya dukungan dan keterlibatan 1. Keyakinan pasien
keluarga untuk melaksanakan 2. Pasien yang kooperatif
terapi murotal surat alfatihah (mau dan mampu)

Hambatan Hambatan
1. Kurangnya pengetahuan 1. Faktor keyakinan
keluarga mengenai terapi 2. Pasien tidak mengetahui tentang
murotal surat al fatihah murotal surat al fatihah

Pendukung Pendukung
1. Tersedianya SOP, terapi murotal 1. Mudah dilakukan
surat alfatihah lingkungan yang 2. Mudah dipahami dan di baca
tenang, dan pencahayaan yang cukup karena sebagai surat pembuka

Hambatan
1. Kurangnya informasi yang
Hambatan
diberikan oleh perawat terhadap
terapi nonfarmakologi
1. Didalam SOP tidak dicantumkan 2. Rasio perawat dan pasien 1:3
kapan waktu yang dilakukan
Sarana Prasarana Perawat
Hamilton Rating Scale For Anxiety (HARS)

HAMILTON RATING SCALE FOR ANXIETY


(HARS)

Nomor Responden :

Nama Responden :

Tanggal Pemeriksaan :

Skor : 0 = tidak ada


1 = ringan
2 = sedang
3 = berat
4 = berat sekali

Total Skor : kurang dari 14 = tidak ada kecemasan


14 – 20 = kecemasan ringan
21 – 27 = kecemasan sedang
28 – 41 = kecemasan berat
42 – 56 = kecemasan berat sekali
No Pertanyaan 0 1 2 3 4
1 Perasaan Ansietas
- Cemas
- Firasat Buruk
- Takut Akan Pikiran Sendiri
- Mudah Tersinggung
2 Ketegangan
- Merasa Tegang
- Lesu
- Tak Bisa Istirahat Tenang
- Mudah Terkejut
- Mudah Menangis
- Gemetar
- Gelisah
3 Ketakutan
- Pada Gelap
- Pada Orang Asing
- Ditinggal Sendiri
- Pada Binatang Besar
- Pada Keramaian Lalu Lintas
- Pada Kerumunan Orang Banyak
4 Gangguan Tidur
- Sukar Masuk Tidur
- Terbangun Malam Hari
- Tidak Nyenyak
- Bangun dengan Lesu
- Banyak Mimpi-Mimpi
- Mimpi Buruk
- Mimpi Menakutkan
5 Gangguan Kecerdasan
- Sukar Konsentrasi
- Daya Ingat Buruk
6 Perasaan Depresi
- Hilangnya Minat
- Berkurangnya Kesenangan Pada Hobi
- Sedih
- Bangun Dini Hari
- Perasaan Berubah-Ubah Sepanjang Hari
7 Gejala Somatik (Otot)
- Sakit dan Nyeri di Otot-Otot
- Kaku
- Kedutan Otot
- Gigi Gemerutuk
- Suara Tidak Stabil
8 Gejala Somatik (Sensorik)
- Tinitus
- Penglihatan Kabur
- Muka Merah atau Pucat
- Merasa Lemah
- Perasaan ditusuk-Tusuk
9 Gejala Kardiovaskuler
- Takhikardia
- Berdebar
- Nyeri di Dada
- Denyut Nadi Mengeras
- Perasaan Lesu/Lemas Seperti Mau Pingsan
- Detak Jantung Menghilang
(Berhenti Sekejap)
10 Gejala Respiratori
- Rasa Tertekan atau Sempit Di Dada
- Perasaan Tercekik
- Sering Menarik Napas
- Napas Pendek/Sesak
11 Gejala Gastrointestinal
- Sulit Menelan
- Perut Melilit
- Gangguan Pencernaan
- Nyeri Sebelum dan Sesudah Makan
- Perasaan Terbakar di Perut
- Rasa Penuh atau Kembung
- Mual
- Muntah
- Buang Air Besar Lembek
- Kehilangan Berat Badan
- Sukar Buang Air Besar (Konstipasi)
12 Gejala Urogenital
- Sering Buang Air Kecil
- Tidak Dapat Menahan Air Seni
- Amenorrhoe
- Menorrhagia
- Menjadi Dingin (Frigid)
- Ejakulasi Praecocks
- Ereksi Hilang
- Impotensi
13 Gejala Otonom
- Mulut Kering
- Muka Merah
- Mudah Berkeringat
- Pusing, Sakit Kepala
- Bulu-Bulu Berdiri
14 Tingkah Laku Pada Wawancara
- Gelisah
- Tidak Tenang
- Jari Gemetar
- Kerut Kening
- Muka Tegang
- Tonus Otot Meningkat
- Napas Pendek dan Cepat
- Muka Merah

Skor Total =
JBI Critical Appraisal Checklist for Randomized Controlled Trials
Reviewer (Pengulas) : ………………..

Date (Tanggal artikel diulas) :

Author (Penulis) :
Year (Tahun Publikasi artikel) :
Judul : ……

Yes No Unclear NA
(Ya) (Tidak) (Tidak (Tidak dapat
jelas) diterapkan)

1. Apakah pengacakan yang dilakukan kepada peserta dalam kelompok


perlakuan cocok?
□ □ □ □
2. Apakah alokasi untuk kelompok perlakuan dirahasiakan? □ □ □ □
3. Apakah kelompok perlakuan adalah sama sejak awal? □ □ □ □
4. Apakah peserta tidak paham pada tugas yang dilakukan dalam perawatan? □ □ □ □
5. Apakah pemberi
perawatan?
intervensi tidak mengetahui tentang penugasan □ □ □ □
6. Apakah penilai hasil tidak mengetahui tentang penugasan perawatan? □ □ □ □
7. Apakah kelompok perlakuan mendapat perlakuan yang identic selain
intervensi yang penting? □ □ □ □
8. apakah tindak lanjut sudah lengkap, jika tidak, perbedaan antar kelompok
dalam hal tindak lanjut dijelaskan dan dianalisis dengan baik?
□ □ □ □
□ □ □ □
9. Apakah peserta dianalisis dalam kelompok yang diacak?

10. Apakah hasil diukur dengan cara yang sama untuk kelompok perlakuan?
□ □ □ □
11. Apakah hasil diukur dengan cara yang dapat diandalkan?
□ □ □ □
12. Apakah analisis statistic yang digunakan tepat?
□ □ □ □
13. Apakah desain percobaan sesuai, dan setiap penyimpangan dari desain RCT
standar (Pengacakan individu, kelompok pararel) diperhitungkan dalam
pelaksanaan analisis?) □ □ □ □


verall appraisal (Penilaian keseluruhan) : Include (Sertakan)
Exclude (Kecualikan)

Seek further info (Cari info lebih lanjut) □


Comments (Including reason for
exclusion) Komentar (Termasuk alasan
pengecualian)
© Joanna Briggs Institute 2017 Critical Appraisal Checklist 5
for Randomized Controlled Trials

Anda mungkin juga menyukai