Kel. 1 Makalah Surveilans Bencanan
Kel. 1 Makalah Surveilans Bencanan
SURVEILANS BENCANA
KELOMPOK 1
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan
rahmat-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah dengan judul “Surveilans Bencana”
Terima kasih kami ucapkan kepada Dosen yang telah membantu kami baik secara moral
maupun materi. Terima kasih juga kami ucapkan kepada teman-teman yang telah mendukung
kami sehingga dapat menyelesaikan tugas ini tepat pada waktunya. Kami menyadari bahwa
makalah yang saya buat ini masih jauh dari kata sempurna baik segi penyusunan, bahasa,
maupun penulisannya.
Oleh karena itu, kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari
semua pembaca yang menjadi acuan agar penulis bisa menjadi lebih baik lagi di masa
mendatang. Semoga makalah ini bisa menambah wawasan para pembaca dan bermanfaat untuk
perkembangan dan peningkatan ilmu pengetahuan.
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR............................................................................................................... i
BAB I PENDAHULUAN..........................................................................................................1
3.1 Kesimpulan.....................................................................................................................18
3.2 Saran...............................................................................................................................18
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................................18
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Bencana alam adalah konsekuensi dari kombinasi aktivitas alami dan aktivitas
manusia, seperti letusan gunung, gempa bumi dan tanah longsor. Karena Ketidak
berdayaan manusia, akibat kurang baiknya manajemen keadaan darurat, sehingg
menyebabkan kerugian dalam bidang keuangan dan struktural, bahkansampai kematian.
Kerugian yang dihasilkan tergantung pada kemampuan untukmencegah atau menghindari
bencana dan daya tahan mereka. Pemahaman ini berhubungan dengan pernyataan:
"bencana muncul bila ancaman bahaya bertemu dengan ketidakberdayaan". Dengan
demikian, aktivitas alam yang berbahaya tidakakan menjadi bencana alam di daerah
tanpa ketidakberdayaan manusia, misalnya gempa bumi di wilayah tak berpenghuni.
Konsekuensinya, pemakaian istilah "alam" juga ditentang karena peristiwa tersebut
bukan hanya bahaya atau malapetaka tanpa keterlibatan manusia. Besarnya potensi
kerugian juga tergantung pada bentukbahayanya sendiıri, mulai dari kebakaran, yang
mengancam bangunan individual, sampai peristiwa tubrukan meteor besar yang
berpotensi mengakhiri
peradaban umat.
Centre For Research On The Epedemiology Of Duaster (CRED) dalam publikasi 2018
review of disaster events memaparkan pada tahun 2018 karena perubahan iklim
berhubungan dengan kondisi kejadian geofisika tercatat dalam EM-DAT terjadi 10,733
kematian dan lebih dari 60 juta manusia menjadi korban di seluruh dunia. Hal yang
terlapor menyebutkan Indonesia tercatat mendekati setengah dari total kematian oleh
karena bencana. Menurut laporan Annual Disaster Statistical Review 2016, Indonesia
masuk dalam sepuluh negara yang sering mengalamia bencana alam (Prasetyo, 2019).
Hala ini perlu mendapatkan perhatian bagi Masyarakat Indonesia karean dari data CRED
tahun 2019 korban meninggak akibat bencana diakibatkan oleh bencana gempa-tsunami,
gempa bumi, dan gunung Meletu. Merujuk pada jumlah korban yang besa diperlukan
persiapan yang matang dan tertata pada tatanan Masyarakat di tingkat bawah sampai
tingkat atas di negara. Manajemen resiko bencana perlu dilakukan dengan baik sehingga
dapat mengurangi jumlah korban akibat bencana.
Surveilans Kesehatan dilaksanan secara rutin dan berkesinambungan dalam
kondisi normal maupun kondisi bencana, baik bencana alam maupun non alam. Salah
satu bentuk bencana non alam di bidang Kesehatan adalah terjadinya wabah penyakit
menular, antara lain seperti pandemi COVID-19 sebagaimana masih dialami oleh dunia
saat ini termasuk Indonesia. Dlam kondisi bencana, surveilans Kesehatan sangat berperan
penting dalam deteksi dini serta penanggulangan dan pengendalian penyebaran penyakit
(Mahawati, 2020).
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian dari surveilans bencana?
2. Apa peranan surveilans ketika bencana?
3. Apa Upaya surveilans ketika bencana?
4. Apa manfaat surveilans ketika bencana?
5. Baigamana metode pengumpulan data surveilans Ketika bencana?
6. Bagaimana Langkah-langkah kegiatan surveilans Ketika bencana?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian dari surveilans bencana.
2. Untuk mengetahui peranan surveilans ketika bencana.
3. Untuk mengetahui Upaya surveilans ketika bencana.
4. Untuk mengetahui manfaat surveilans ketika bencana.
5. Untuk mengetahui metode pengumpulan data surveilans Ketika bencana.
6. Untuk mengetahuiLangkah-langkah kegiatan surveilans Ketika bencana.
BAB II
TINJAUAN TEORI
b. Tujuan khusus:
a) Masyarakat mengetahui tanda-tanda kondisi yang mengancam
kesehatan di desa terutama kemungkinan timbulnya KLB
penyakit.
b) Masyarakat dengan dibantu Petugas kesehatan dapat melakukan
pencegahan dini terhadap faktor-faktor risiko yang dapat
menimbulkan gangguan status kesehatan di desa terutama
terjadinya KLB penyakit menular.
c) Masyarakat atau Petugas kesehatan dapat melaporkan secara
cepat,,tepat segera setiap ada indikasi kemungkinan akan
terjadinya gangguan status kesehatan desa terutama KLB
melalui saluran informasi yang dapat diandalkan. (Kementerian
Kesehatan Republik Indonesia, 2015)
c. Sasaran
a) Merupakan daerah rawan kedaruratan kesehatan yang
masyarakatnya secara langsung terancam kondisi kesehatannya.
apaya untuk mengurangi tingkat pemaparan masyarakat terhadap
faktor-faktor risiko (upaya mitigasi diperkirakan dapat
dilaksanakan untuk mengurangi kondisi keretanan yang
diakibatkan oleh situasi kedaruratan Kesehatan (Kementerian).
b) Sasaran sistem kewaspadaan dini KLB pada situasi kedaruratan
meliputi penyakit menular berpotensi KLB, kondisi rentan KLB
dan faktor risiko atas kemungkinan terjadinya KLB (Kementerian
Kesehatan Republik Indonesia, 2015).
c) Penyakit menular yang pedu mendapat perhatian utama adalah
penyakit menular berpotensi wabah, yaitu Diare, Malaria, Campak,
Ispa dan demam berdarah, disamping penyakit- penyakit lainnya
yang bersifat lokal, penyakit baru dan penyakit timbul kembali
(emerging dan re-emerging disease) (Kementerian Kesehatan
Republik Indonesia, 2015).
d) Pelaksanaa
Kegiatan SKD merupakan peningkatan atau akselerasi kegiatan
survailans rutin penyakit potensial KLB yang telah berjalan, yaitu
dengan meningkatkan kelengkapan dan ketepatan laporan
mingguan penyakit potensial KLB melalui formulir yang telah
ditentukan serta secara konsisten melakukan penyajian dan analisis
data degan teratur secara periodik waktu mingguan tehadap setiap
laporan kasus dan setiap indikator faktor risiko dan penyakit
menular (Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2015).
Kegiatan ini penting untuk dilaksanakan, baik oleh jajaran
kesehatan di pos kesehatan, di Puskesmas maupun oleh masyarakat
sendiri, dimana masing-masing memiliki tugas dan tanggung jawab
sesuai dengan kapasitas yang dimiliki. Inti dari pelaksanaan
kewaspadaan dini adalah kepekaan atau kepedulian masyarakat
terhadap ancaman pada lingkungan hidupnya dan tim kesehatan
berperan sebagai fasilitator utk menyampaikan pesan dari
masyarakat kepada instanu yang berwenang dan menjadi motivator
terhadap respon yang akan dilaksanakan (Kementerian Kesehatan
Republik Indonesia, 2015).
Untuk mencegah timbulnya kejadian luar biasa pada situasi bencana, maka
deteksi kasus dan respons pengendalian harus dilakukan secara simultan. Setiap
informasi yang mengarah munculnya sebuah kasus penyakit prioritas di wilayah
bencana (meskipun dalam bentuk rumor), harus ditindak lanjuti dengan proses
verifikasi segera dengan melakukan penyelidikan epidemiologis olch tim yang
ditetapkan sebelumnya. Tim epidemiolog lapangan harus sesegera mungkin
diterjunkan ke lapangan untuk mengambil sampel penderita, melakukan verifikasi
laboratorium, yang apabila memungkinkan dengan menggunakan tes cepat (rapid
test), agar verifikasi diagnosis dapat dilakukan pada saat itu juga. (Husein &
Onasis, 2017).
Hasil penyelidikan epidemiologis, kemudian didiseminasi pada rapat
koordinasi sektor kesehatan, agar semua relawan kesehatan yang berada di
wilayah bencana mempunyai informasi tentang risiko penyebaran penyakit di
wilayah mereka. Diseminasi ini juga diperlukan agar semua stakeholder yang
terkait dengan kegiatan pengendalian penyakit dapat berkoordinasi untuk
menyatukan sumber daya, dan merencanakan program intervensi yang sistematik.
Untuk keperluan itulah mengapa Surveilan penyakit pada situasi bencana juga
menekankan pada aspek kecepatan mendapatkan data, mengolah menganalisa dan
mendesimenasikan informasi tersebut pada semua pihak terkait. & Onasis, 2017).
b. Pasif
Pengumpulan data secara pasif dilakukan dengan cara menerima data dari
Fasilitas Pelayanan Kesehatan, masyarakat atau sumber data lainnya, dalam
bentuk rekam medis, buku register pasien, laporan data kesakitan/kematian,
laporan kegiatan, laporan masyarakat dan bentuk lainnya. (PERMENKES, 2014).
A. KESIMPULAN
Surveilans adalah pengamatan secara teratur dan terus menerus terhadap semua
aspek penyakit tertentu, baik keadaan maupun penyebarannya dalam suatu
masyarakat tertentu untuk kepentingan pencegahan dan penanggulangannya.
Peran surveilans bencam: 1) Saat bencana: sebagai acuan untuk melakukan Rapid
Health Assesment (RHA). 2) Setelah bencam: data- data yang akan diperoleh dari
kejadian bencana harus dapat dianalisis dan dibuatkan kesimpulan berupa rencana
kerja atau kebijakan. 3) Menentukan arah respon penanggulangan dan menilai
keberhasilan respon/evaluasi.
Upaya surveilans ketika bencana yaitu pelayanan kesehatan, pencegahan dan
pemberantasan penyakit menular, gizi dan pangan, dan lingkungan, serta hal-hal
yang berkaitan dengan kebutuhan dasar kesehatan.
Manfaat surveilans ketika bencana yaitu 1) Surveilans pra bencana (Sistem
Kewaspadaan dini): mengetahui tanda-tanda kondisi yang mengancam kesehatan di
desa terutama kemungkinan timbulnya KLB penyakit, dapat melakukan pencegahan
dini terhadap faktor-faktor risiko yang dapat menimbulkan gangguan status
kesehatan di desa terutama terjadinya penyakit menular, dan dapat melaporkan
secara cepat.,tepat segera setiap ada indikasi kemungkinan akan terjadinya gangguan
status kesehatan desa terutama KL.B melalui saluran informasi yang dapat
diandalkan. 2) Surveilans pada waktu bencana: Manfaa surveilan pada waktu
bencana adalah memperoleh informasi yang diperlukan untuk kegiatan tanggap
darurat & kebutuhan hidup dasar (termasuk kebutuhan kesehatan & sanitasi)
Surveilans pada saat bencana dilaksanakan bersamaan dengan RHA (Rapid Health
Assessment). 3) Surveilans pasca bencana: perencanaan & mobilisasi untuk
penanggulangan yang tepat, memberikan informasi yang benar bagi
B. SARAN
Surveilans bencana dilakukan secara berkesinambungan mulai dari pra bencana,
saat bencana dan pasca bencana. Jadi perlu koordinasi dan kerjasama yang baik
antara pihak-pihak terkait agar persiapan mengahadapi bencana dan intervensi
setelah bencana dapat terlaksana dengan baik.
DAFTAR PUSTAKA
Ghani, A., Kesehatan, F. L., & Epidemiologi, P. (2016). Epidemiologi Kesehatan Darurat
(Epidemiologi IV) Tidak bermanfaat Twitter. Epidemiologi IV, 100.
Husein, A., & Onasis, A. (2017). Manajemen Bencana. Jakarta: Kementerian Kesehatan
Republik Indonesia.
Kementeri Kesehatan Republik Indonesia. 2014. Keputusan Menteri Kesehatan Republik
Indonesia Nomor 1116/Menkes/Sk/Viii/2003 Tentang Pedoman Penyelenggaraan Sistem
Surveilans Epidemiologi Kesehatan.
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. (2015). Modul Peningkatan Kapasitas Petugas
Kesehatan dalam Pengurangan Risiko Bencana Internasional (International Training
Consortium on Disaster Risk Reduction). Modul Peningkatan Kapasitas Petugas Kesehatan
Dalam Pengurangan Risiko Bencana Internasional Dalam Pengurangan Risiko Bencana
Internasional, 227-248. https://www.who.int/docs/default- source/searo/indonesia/non-
who-publications/2015-training-on-disaster- risk-reduction-bahasa.pdf?sfvrsn-c9bba3c1_2.
Mahawati, E., dkk. (2020). Surveilans Kesehatan dalam Kondisi Bencana. Semarang: Sultan
Agung Press.
Oktaviana, F. (2018). Peran Petugas Kesehatan dalam Penanggulangan Bencana. Jurnal
Kesehatan Masyarakat, 3(1) 79-82.
Prasetyo, W. (2019). Literature Review: Kesadaran Dan Kesiapan Manajemen Bencana Jurnal
Ners LENTERA, 7(2) 153-166.
Sutanto. 2016. Peranan K3 Dalam Manajemen Bencana. Diponegoro.
Widayatun, & Fatoni, Z. (2016). PERMASALAHAN KESEHATAN DALAM KONDISI
BENCANA PERAN PETUGAS DAN PARTISIPASI MASYARAKAT. Jumal
Kependudukan Indonesia. 45-46.