Anda di halaman 1dari 61

See discussions, stats, and author profiles for this publication at: https://www.researchgate.

net/publication/330135309

PROPOSAL

Research Proposal · January 2019

CITATIONS READS

0 41,270

1 author:

Ulil Zairmi
Universitas Negeri Padang
2 PUBLICATIONS 0 CITATIONS

SEE PROFILE

All content following this page was uploaded by Ulil Zairmi on 04 January 2019.

The user has requested enhancement of the downloaded file.


Proposal

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN TEAM QUIS PADA PEMBELAJARAN


TEMATIK TERPADU TERHADAP AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA
KELAS V SEKOLAH DASAR

Diajukan untuk

Memenuhi tugas mata kuliah metodologi penelitian

Oleh :

ULIL ZAIRMI

NIM: 18124054

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DASAR

PROGRAM PASCASARJANA

UNIVERSITAS NEGERI PADANG

2018

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur alhamdulillah diucapkan ke hadirat Allah SWT, atas berkat


rahmat dan karunia-Nya, yang telah memberikan kekuatan dan kemampuan untuk
dapat menyelesaikan proposal yang berjudul “Pengaruh Model Pembelajaran
Team Quis pada Pembelajaran Tematik Terpadu terhadap Aktivitas dan Hasil
Belajar Siswa Kelas V SDN 02 Enam Lingkung Kabupaten Padang Pariaman”.
Selanjutnya shalawat beserta salam diucapkan kepada Nabi Muhammad SAW
yang menjadi suri tauladan dalam setiap sikap dan tindakan sebagai seorang
intelektual muslim.

Proposal ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Metodologi


Penelitian, Pendidikan Dasar, Program Pascasarjana, Universitas Negeri Padang.

Penulis menyadari bahwa keberhasilan penyusun proposal ini tidak


terlepas dari bantuan berbagai pihak baik langsung maupun tidak langsung.
Dalam kesempatan ini, penulis menyampaikan rasa terima kasih yang sebesar-
besarnya kepada Bapak Prof. Dr. Firman, M.S.Kons selaku dosen matakuliah
Metodologi Penelitian.

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan proposal ini masih banyak


yang kurang sempurna dalam pembahasan ini, oleh karena itu penulis
membutuhkan kritik dan saran untuk mengembangkan dan penyempurnaan
skripsi ini. Semoga penyusunan proposal ini dapat bermanfaat dan berguna bagi
para pembaca

Padang, 10 November 2018

Penulis

1i
DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR ...................................................................................... i

DAFTAR ISI .................................................................................................... ii

DAFTAR TABEL ............................................................................................ iv

DAFTAR BAGAN ........................................................................................... v

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah ......................................................................... 1


B. Identifikasi Masalah ............................................................................... 4
C. Batasan Masalah ..................................................................................... 5
D. Rumusan Masalah .................................................................................. 5
E. Tujuan Penelitian .................................................................................... 5
F. Manfaat Penelitian .................................................................................. 6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Kajian Teori ........................................................................................... 8


1. Hakikat Belajar dan Pembelajaran ...................................................... 8
2. Pembelajaran Tematik Terpadu ..........................................................10
3. Model Pembelajaran .........................................................................14
4. Model Pembelajaran Team Quiz .........................................................15
5. Pembelajaran Konvensional ...............................................................20
6. Aktivitas Belajar ................................................................................21
7. Hasil Belajar ......................................................................................22
B. Penelitian yang Relevan .........................................................................27
C. Kerangka Konseptual .............................................................................28
D. Hipotesis Penelitian ................................................................................28
BAB III METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian .......................................................................................30

1 ii
2

B. Populasi dan Sampel ...............................................................................31


C. Variabel Penelitian .................................................................................35
D. Data Penelitian .......................................................................................36
E. Prosedur Pelaksanaan Penelitian .............................................................37
F. Instrumen Penelitian ...............................................................................40
G. Teknik Pengumpulan Data......................................................................46
H. Teknik Analisis Data ..............................................................................47
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................53

iii
3

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Jumlah, Persentase, dan Rata-rata Siswa yang Mencapai Ketuntasan


Belajar Pada Ujian Semester 1 Kelas IV SDN 02 Enam Lingkung
Kabupaten Padang Pariaman ...................................................................... 3
2. Rancangan Penelitian ..................................................................................31
3. Jumlah siswa kelas IV SD N 02 Enam Lingkung Kabupaten Padang
Pariamann ...................................................................................................31
4. Rancangan pelaksanaan penelitian pada kedua kelas sampel .......................38
5. Indikator Aktivitas Siswa dalam Kelas Eksperimen .....................................41
6. Interprestasi koefisien korelasi validitas ......................................................43
7. Kriteria soal ................................................................................................45
8. Kriteria reliabilitas tes .................................................................................46

iv
4

DAFTAR BAGAN

Bagan Halaman

1. Kerangka Konseptual ....................................................................................28

v
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Menurut Susanto (2014: 85), pendidikan adalah upaya yang terorganisasi,

berencana dan berlangsung secara terus menerus sepanjang hayat untuk membina

anak didik menjadi manusia paripurna, dewasa, dan berbudaya. Untuk mencapai

pembinaan ini asas pendidikan harus berorientasi pada pengembangan seluruh

aspek potensi anak didik, diantaranya aspek kognitif, afektif, dan berimplikasi

pada aspek psikomotorik.

Pendidikan sangat penting bagi kehidupan manusia, karena dengan adanya

pendidikan dapat meningkatkan mutu kehidupan manusia itu sendiri baik di

lingkungan keluarga maupun di lingkungan masyarakat. Di dalam pendidikan

akan terdapat suatu pembelajaran. Pembelajaran tersebut mengandung dua makna

yaitu adanya suatu kegiatan belajar dan mengajar. Pihak yang mengajar adalah

guru, sedangkan pihak yang belajar adalah siswa yang berorientasikan kepada

kegiatan pengembangan pengetahuan, sikap, dan keterampilan siswa sebagai

sasaran pembelajaran itu sendiri.

Menurut Susanto (2014:19), “Pembelajaran diartikan sebagai proses

interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan

belajar. Menurut pengertian ini, pembelajaran merupakan bantuan yang diberikan

pendidik agar terjadi proses pemerolehan ilmu dan pengetahuan, penguasaan,

kemahiran, dan tabiat, serta pembentukan sikap dan kenyakinan pada peserta

didik. Dengan kata lain, pembelajaran adalah proses untuk membantu peserta

1
2

didik agar dapat belajar dengan baik. Namun dalam implementasinya, sering kali

kata pembelajaran ini diidentifikasi dengan kata mengajar”.

Dalam pelaksanaan kurikulum 2013, pembelajaran untuk tingkat

SD/MI sederajat melaksanakan pembelajaran tematik terpadu. Sebagaimana

tercantum dalam salinan lampiran Permendikbud No. 65 tahun 2013 tentang

standar proses bahwa pembelajaran tematik terpadu di SD/MI/SDLB/Paket A

disesuaikan dengan tingkat perkembangan siswa.

Menurut Trianto (2010: 70), pembelajaran tematik adalah pembelajaran

terpadu yang menggunakan tema untuk mengaitkan beberapa mata pelajaran

sehingga dapat memberikan pengalaman belajar yang bermakna kepada siswa.

Tema yang diberikan merupakan pokok pikiran atau gagasan pokok yang menjadi

topik pembelajaran. Sedangkan Depdiknas (2006: 5) menyatakan bahwa

pembelajaran tematik termasuk dalam satu tipe/jenis daripada model

pembelajaran terpadu, yang mana dalam mengaitkan beberapa mata pelajaran

tersebut, digunakanlah suatu tema sehingga dapat memberikan pengalaman

bermakna kepada siswa.

Berdasarkan hasil observasi yang peneliti lakukan pada hari Rabu dan

Jum’at tanggal 8 dan 9 Oktober 2018 di kelas V SDN 02 Enam Lingkung

Kabupaten Padang Pariaman dengan tema Sehat Itu Penting pada subtema 1

pembelajaran ke 1 dan 2, yang berjumlah dua kelas. Terlihat pada kelas V A yang

berjumlah 27 orang siswa proses pembelajaran yang berlangsung cenderung

monoton dikarenakan guru lebih dominan menggunakan metode ceramah, dan

tanya jawab, sehingga mengakibatkan banyak siswa yang mengantuk dan


3

berbicara dengan temannya, serta ada juga yang melakukan kegiatan lain seperti

menggambar. Dalam melakukan tanya jawab banyakk siswa yang tidak aktif dan

hanya diam saja. Pada saat guru memberikan latihan, siswa cenderung menunggu

hasil dari teman yang pintar, dan ada juga yang tidak mengerjakan latihan.

Sedangkan pada kelas V B yang berjumlah 27 orang siswa juga mengalami

kondisi yang sama yaitu proses pembelajaran yang berlangsung cenderung

monoton dikarenakan guru lebih dominan menggunakan metode ceramah, dan

tanya jawab, sehingga mengakibatkan banyak siswa yang mengantuk dan

berbicara dengan temannya. Pada saat guru memberikan latihan, siswa juga

cenderung menunggu hasil dari teman yang pintar, dan ada juga yang tidak

mengerjakan latihan. Hal ini dikarenakan siswa kurang paham terhadap materi

pelajaran yang diterangkan guru.

Kurangnya pemahaman siswa pada materi pelajaran mengakibatkan

rendahnya hasil belajar tematik terpadu siswa, hal ini dapat dilihat dari nilai Ujian

MID Semester I siswa kelas V SDN 02 Enam Lingkung Kabupaten Padang

Pariaman, seperti dilihat pada tabel 1 dibawah ini:

Tabel 1. Jumlah, Persentase, dan Rata-rata Siswa yang Mencapai Ketuntasan


Belajar tematik terpadu Pada Ujian MID Semester 1 Kelas V SDN 02
Enam Lingkung Kabupaten Padang Pariaman Tahun Pelajaran
2018/2019.

Siswa Yang Tuntas Siswa Yang Tidak


Jumlah Tuntas
Kelas
Siswa Rata –rata
Jumlah Persentase Jumlah Persentase

IV A 27 10 37,0 % 17 63,0 % 72,63


IV B 27 9 33,3 % 18 66,7 % 68,55
Sumber: Guru Kelas IV A dan Guru Kelas IV B SDN 02 Enam Lingkung
Kabupaten Padang Pariaman
4

Dari tabel 1 terlihat bahwa hasil belajar tematik siswa tergolong rendah,

hasil ujian siswa belum mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yang telah

ditetapkan yaitu 75 hal ini menunjukkan bahwa pembelajaran belum terlaksana

sebagaimana mestinya. Rendahnya hasil belajar yang diperoleh siswa disebabkan

kurangnya kreativitas guru dalam memilih model pembelajaran dan cara

pengajaran guru yang masih menggunakan metode konvensional. Agar proses

pembelajaran menjadi baik dan tidak monoton, peneliti memberikan salah satu

pemecahan masalah tersebut yaitu dengan menggunakan model pembelajaran

Team Quiz. Menurut Istarani, (2012:211), “Pembelajaran dengan model Team

Quis (Kuis Kelompok) merupakan model pembelajaran yang dapat meningkatkan

tanggung jawab belajar peserta didik dalam suasana yang menyenangkan.

Berdasarkan permasalahan yang telah diuraikan sebelumnya, maka peneliti

memberi judul: “Pengaruh Model Pembelajaran Team Quis pada

Pembelajaran Tematik terpadu terhadap Aktivitas dan Hasil Belajar Siswa

Kelas V SDN 02 Enam Lingkung Kabupaten Padang Pariaman”.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dijelaskan, maka identifikasi

masalah yang peneliti temukan adalah sebagai berikut:

1. Metode pembelajaran yang digunakan guru dominan metode ceramah, dan

tanya jawab.

2. Pada saat guru memberikan latihan, siswa cenderung menunggu hasil dari

teman yang pintar, dan ada juga yang tidak mengerjakan latihan.

3. Siswa kurang paham terhadap materi pelajaran yang diterangkan guru.


5

4. Siswa mengerjakan aktivitas lain dalam proses pembelajaran

5. Pada saat tanya jawab banyak siswa yang diam

6. Sebagian besar hasil belajar belajar siswa masih rendah di bawah standar

Kriteria Ketuntasan Minimum (KKM).

C. Batasan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah serta keterbatasan yang peneliti

miliki, maka peneliti membatasi masalah pada aktivitas dan hasil belajar Tematik

Terpadu siswa ranah kognitif tingkat pengetahuan (C1) dan tingkat pemahaman

(C2) dengan menggunakan model pembelajaran Team Quiz siswa kelas V SDN

02 Enam Lingkung.

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang ada, maka rumusan masalah

dalam penelitian ini adalah :

1. Apakah ada pengaruh model pembelajaran Team Quiz terhadap aktivitas

belajar Tematik Terpadu siswa kelas V SDN 02 Enam Lingkung Kabupaten

Padang Pariaman?

2. Apakah ada pengaruh model pembelajaran Team Quiz terhadap hasil belajar

Tematik Terpadu ranah kognitif tingkat pengetahuan (C1) dan tingkat

pemahaman (C2) siswa kelas V SDN 02 Enam Lingkung Kabupaten Padang

Pariaman?

E. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah yang telah diuraikan, maka tujuan yang

ingin dicapai dalam penelitian ini adalah :


6

1. Untuk mengetahui pengaruh model pembelajaran Team Quiz terhadap aktivitas

belajar Tematik Terpadu siswa kelas V SDN 02 Enam Lingkung Kabupaten

Padang Pariaman.

2. Untuk mengetahui pengaruh model pembelajaran Team Quiz terhadap hasil

belajar Tematik Terpadu ranah kognitif tingkat pengetahuan (C1) dan tingkat

pemahaman (C2) siswa kelas V SDN 02 Enam Lingkung Kabupaten Padang

Pariaman.

F. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan bisa memberi manfaat yaitu:

1. Manfaat Teoritis

Penelitian diharapkan bisa menjadi khasana kajian untuk penelitian

selanjutnya.

2. Manfaat Praktik

Penelitian dengan menggunakan model pembelajaran Team Quiz dapat

memberikan manfaat sebagai berikut :

a. Bagi guru

Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan studi lanjutan bagi

peneliti yang relevan dan bahan kajian ke arah pengembangan kompetensi

mengajar guru dalam proses belajar mengajar di kelas agar guru dapat

meningkatkan kualifikasinya sebagai upaya untuk meningkatkan profesionalisme

dan dapat menumbuhkan suasana pembelajaran yang kondusif dan aktif antara

guru dan peserta didik.


7

b. Bagi sekolah

Metode pembelajaran ini diharapkan dapat menjadi variasi dalam proses

pembelajaran karena metode ini dapat diterapkan pada seluruh mata pelajaran dan

semua tingkatan usia.

c. Bagi peserta didik

Untuk memotivasi peserta didik supaya aktif dalam pembelajaran dan

mampu bekerja sama dengan baik.

d. Manfaat akademik

Menambah wawasan serta bekal kelak jika akan memasuki

duniapendidikan sebagai bekal yang sangat bermanfaat dan untuk memperluas

pengetahuan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Kajian Teori

1. Hakikat Belajar dan Pembelajaran

Proses belajar mengajar merupakan serangkaian kegiatan yang tidak bisa

dipisahkan antara satu dengan yang lain. Berhasil atau gagalnya pencapaian tujuan

pendidikan sangat tergantung pada proses belajar mengajar yang dialami siswa

dan pendidikan, baik ketika para siswa itu berada di sekolah maupun di

lingkungan keluarga sendiri.

Menurut Hamalik (2012:28), belajar adalah memodifikasi atau

memperteguh perilaku melalui pengalaman dan interaksi dengan lingkungannya.

Dengan demikian, belajar itu bukan sekedar mengingat atau menghafal saja,

namun lebih luas dari itu merupakan mengalami. Pendapat lain dikemukakan oleh

Susanto (2014:4), belajar adalah suatu aktivitas yang dilakukan seseorang dengan

sengaja dalam keadaan sadar untuk memperoleh suatu konsep, pemahaman, atau

pengetahuan baru sehingga memungkinkan seseorang terjadinya perubahan

prilaku yang relatif tetap baik dalam berfikir, merasa, maupun bertindak. Belajar

merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi dan berperan penting dalam

pembentukan pribadi dan tingkah laku individu. (Arienta, VK, Firman, Karneli,

2017)

Jadi, dapat disimpulkan bahwa belajar adalah suatu upaya yang dilakukan

untuk mengadakan perubahan pada diri seorang individu, perubahan itu dapat

berupa perubahan tingkah laku maupun perubahan fisiologis.

8
9

Menurut Susanto (2014:18), kata pembelajaran merupakan perpaduan

dari dua aktivitas belajar dengan mengajar. Aktivitas belajar secara metodologis

cenderung lebih dominan pada siswa, sementara mengajar secara instruksional

dilakukan oleh guru. Jadi, istilah pembelajaran adalah ringkasan dari kata belajar

dan mengajar. Dengan kata lain, pembelajaran adalah penyederhanaan dari kata

belajar dan mengajar (BM), proses belajar mengajar (PBM), atau kegiatan

belajar mengajar (KBM).

Kata atau istilah pembelajaran dan penggunaannya masih tergolong baru,

yang mulai populer semenjak lahirnya Undang-Undang Sistem Pendidikan

Nasional No. 20 Tahun 2003. Menurut Undang-Undang Sistem Pendidikan

Nasional No 20 Tahun 2003 dalam Susanto (2014:19), pembelajaran diartikan

sebagai proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada

suatu lingkungan belajar. Menurut pengertian ini, pembelajaran merupakan

bantuan yang diberikan pendidik agar terjadi proses pemerolehan ilmu dan

pengetahuan, penguasaan, kemahiran, dan tabiat, serta pembentukan sikap dan

kenyakinan pada peserta didik. Dengan kata lain, pembelajaran adalah proses

untuk membantu peserta didik agar dapat belajar dengan baik. Namun dalam

implementasinya, sering kali kata pembelajaran ini diidentifikasi dengan kata

mengajar.

Ngalimun dkk (2016:30), mengatakan bahwa pembelajaran pada

dasarnya adalah suatu proses yang dilakukan oleh guru dan siswa sehingga

terjadi proses belajar dalam arti adanya perubahan perilaku individu siswa itu

sendiri.
10

Jadi, pembelajaran dapat dikatakan sebagai kegiatan yang dirancang oleh

guru untuk membantu seseorang mempelajari suatu kemampuan dan atau nilai

yang baru dalam suatu proses yang sistematis melalui rancangan, pelaksanaan,

dan evaluasi dalam konteks kegiatan belajar mengajar.

2. Pembelajaran Tematik Terpadu

a. Pengertian Pembelajaran Tematik Terpadu

Dalam pelaksanaan kurikulum 2013, pembelajaran untuk tingkat

SD/MI sederajat melaksanakan pembelajaran tematik terpadu. Sebagaimana

tercantum dalam salinan lampiran Permendikbud No. 65 tahun 2013 tentang

standar proses bahwa pembelajaran tematik terpadu di SD/MI/SDLB/Paket A

disesuaikan dengan tingkat perkembangan siswa.

Menurut Trianto (2010: 70), pembelajaran tematik adalah pembelajaran

terpadu yang menggunakan tema untuk mengaitkan beberapa mata pelajaran

sehingga dapat memberikan pengalaman belajar yang bermakna kepada

siswa. Tema yang diberikan merupakan pokok pikiran atau gagasan pokok yang

menjadi topik pembelajaran.

Hakiim (2009: 212) menyatakan pembelajaran tematik merupakan


suatu model dan strategi pembelajaran yang mengintegrasikan berbagai mata
pelajaran atau sejumlah disiplin ilmu melalui pemaduan area isi,
keterampilan, dan sikap ke dalam suatu tema tertentu, dengan
mengkondisikan para siswa agar dapat memperoleh pengalaman belajar yang
lebih optimal, menarik dan bermakna.

Suryosubroto (2009: 133) pembelajaran tematik dapat diartikan suatu

kegiatan pembelajaran yang mengintegrasikan materi beberapa mata

pelajaran dalam satu tema/topik pembahasan. Sedangkan Depdiknas (2006: 5)

menyatakan bahwa pembelajaran tematik termasuk dalam satu tipe/jenis


11

daripada model pembelajaran terpadu, yang mana dalam mengaitkan beberapa

mata pelajaran tersebut, digunakanlah suatu tema sehingga dapat memberikan

pengalaman bermakna kepada siswa.

Dari beberapa pengertian di atas, dapat penulis simpulkan bahwa

pembelajaran tematik merupakan model dan atau strategi pembelajaran yang

termasuk salah satu tipe atau jenis daripada model pembelajaran terpadu.

Pembelajaran tematik adalah pembelajaran yang mengintegrasikan berbagai

mata pelajaran atau sejumlah disiplin ilmu melalui pemaduan area isi/materi,

keterampilan, dan sikap ke dalam suatu tema tertentu sehingga dapat

memberikan pengalaman belajar yang bermakna bagi siswa.

b. Karakter Pembelajaran Terpadu

Suatu pembelajaran dapat dikatakan sebagai pembelajaran tematik

terpadu apabila memiliki karakteristik-karakteristik tertentu. Karakteristik

tersebut menurut Depdiknas (dalam Trianto, 2010: 91) adalah (a) berpusat

pada siswa, (b) memberikan pengalaman langsung, (c) pemisahan mata

pelajaran tidak begitu jelas, (d) menyajikan konsep dari berbagai mata

pelajaran, (e) bersifat fleksibel, (f) menggunakan prinsip belajar sambil

bermain dan menyenangkan.

Sehubungan dengan hal tersebut diungkapkan pula oleh Depdikbud (dalam


Trianto, 2010: 93-94) bahwa pembelajaran tematik sebagai bagian dari
pembelajaran terpadu memiliki beberapa karakteristik atau ciri-ciri, yaitu: (a)
holistik, (b) bermakna, (c) otentik, dan (d) aktif.

Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa karakteristik

tematik terpadu adalah berpusat pada siswa, memberikan pengalaman

langsung, pemisahan mata pelajaran tidak begitu jelas, menyajikan konsep


12

dari berbagai mata pelajaran, bersifat fleksibel, menggunakan prinsip

bermain dan menyenangkan.

c. Kelebihan dan Kekurangan Tematik Terpadu

Tematik terpadu dalam penerapannya memiliki beberapa kelebihan.

Adapun kelebihan pembelajaran tematik terpadu menurut Depdikbud

(dalam Trianto, 2010: 88) antara lain sebagai berikut:

a) Pengalaman dan kegiatan belajar siswa relevan dengan tingkat


perkembangannya.
b) Kegiatan yang dipilih sesuai dengan minat dan kebutuhan siswa.
c) Kegiatan belajar bermakna bagi siswa, sehingga hasilnya dapat
bertahan lama.
d) Keterampilan berpikir siswa berkembang dalam proses pembelajaran
terpadu.
e) Kegiatan belajar mengajar bersifat pragmatis sesuai lingkungan siswa.
f) Keterampilan sosial siswa berkembang dalam proses pembelajaran
terpadu, keterampilan sosial ini antara lain: kerja sama, komunikasi, dan
mau mendengarkan pendapat orang lain.

Selain kelebihan yang dimiliki, menurut Indrawati (dalam Trianto,

2010:90) pembelajaran tematik juga memiliki keterbatas atau

kekurangan, terutama dalam pelaksanaannya, yaitu pada perencaan dan

pelaksanaan evaluasi yang lebih banyak menuntut guru untuk melakukan

evaluasi proses, dan tidak hanya evaluasi dampak pembelajaran langsung saja.

d. Pendekatan Scientific dalam Pembelajaran Tematik Terpadu

Sebagaimana amanat dalam kurikulum 2013, bahwa

pelaksanaanpembelajaran untuk tingkat SD digunakanlah pembelajaran tematik

terpadudan prosesnya menggunakan pendekatan scientific. Kemendikbud (2013:

9) menjelaskan bahwa kurikulum 2013 menekankan pada dimensi pedagogik

modern dalam pembelajaran, yaitu menggunakan pendekata ilmiah/


13

pendekatan scientific, meliputi mengamati, menanya, mengumpulkan

Informasi / mencoba, mengasosiasikan/menalar, dan mengkomunikasikan.

Penjelasan Sudarwan (dalam Kemendikbud, 2013: 201) tentang

pendekatan scientific bahwa pendekatan ini bercirikan penonjolan dimensi

pengamatan, penalaran, penemuan, pengabsahan, dan penjelasan tentang suatu

kebenaran. Kemendikbud (2013: 201) Proses pembelajaran disebut ilmiah jika

memenuhi kriteria seperti berikut ini:

1) Substansi atau materi pembelajaran berbasis pada fakta atau fenomena


yang dapat dijelaskan dengan logika atau penalaran tertentu; bukan
sebatas kira-kira, khayalan, legenda, atau dongeng semata.
2) Penjelasan guru, respon peserta didik, dan interaksi edukatif guru-peserta
didik terbebas dari prasangka yang serta-merta, pemikiran subjektif, atau
penalaran yang menyimpang dari alur berpikir logis.
3) Mendorong dan menginspirasi peserta didik berpikir secara kritis,
analistis, dan tepat dalam mengidentifikasi, memahami, memecahkan
masalah, dan mengaplikasikan substansi atau materi pembelajaran.
4) Mendorong dan menginspirasi peserta didik mampu berpikir hipotetik
dalam melihat perbedaan, kesamaan, dan tautan satu sama lain dari
substansi atau materi pembelajaran.
5) Mendorong dan menginspirasi peserta didik mampu memahami,
menerapkan, dan mengembangkan pola berpikir yang rasional dan
objektif dalam merespon substansi atau materi pembelajaran.
6) Berbasis pada konsep, teori, dan fakta empiris yang dapat dipertanggung
jawabkan.
7) Tujuan pembelajaran dirumuskan secara sederhana dan jelas, namun
menarik sistem penyajiannya.

Berdasarkan uraian di atas, dapat penulis simpulkan bahwa

pendekatas scientific adalah suatu pendekatan untu memperoleh

pengetahuan yang didasarkan pada struktur logis dengan tahapan

mengamati, menanya, mencoba, menganalisis, menalar, dan

mengkomunikasikan.
14

3. Model Pembelajaran

Menurut Ngalimun dkk (2016:24), model pembelajaran adalah suatu

perencanaan atau suatu pola yang digunakan sebagai pedoman dalam

merencanakan pembelajaran di kelas. Dengan kata lain, model pembelajaran

adalah suatu perencanaan atau pola yang dapat kita gunakan untuk mendesain

pola-pola mengajar secara tatap muka da dalam kelas dan untuk menentukan

material/ perangkat pembelajaran termasuk di dalamnya buku-buku, media,

(film-film), tipe-tipe, program-program media komputer, dan kurikulum

(sebagai kursus untuk belajar).

Menurut Taufik dan Muhammadi (2011:1), model pembelajaran adalah

kerangka konseptual yang melukiskan prosedure yang sistematis dalam

mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar tertentu.

Menurut Istarani (2012:1), menyatakan bahwa model pembelajaran


adalah seluruh rangkaian penyajian materi ajar yang meliputi segala
aspek sebelum sedang dan sesudah pembelajaran yang dilakukan guru
serta segala fasilitas yang terkait yang digunakan secara langsung atau
tidak dalam proses belajar mengajar.

Jadi, dapat disimpulkan bahwa model-model pembelajaran merupakan

kerangka konseptual, sedangkan strategi lebih menekankan pada penerapannya

di kelas sehingga model-model pembelajaran dapat digunakan sebagai acuan

pada kegiatan perancangan kegiatan yang sistematik dalam mengkomunikasikan

isi pelajaran kepada siswa. Melalui model pembelajaran guru dapat membantu

peserta didik mendapatkan informasi, ide, keterampilan, cara berfikir, dan

mengekspresikan ide. Model pembelajran berfungsi pula sebagai pedoman bagi


15

perancang pembelajaran dan para guru dalam merencanakan aktifitas, belajar

mengajar.

4. Model Pembelajaran Team Quiz

a. Pengertian Model Pembelajaran Team Quiz

Menurut Istarani (2012:211), model Team Quiz (Kuis Kelompok) ini

dapat meningkatkan tanggung jawab belajar peserta didik dalam suasana yang

menyenangkan. Adapun menurut Ngalimun dkk (2016:211), mengatakan bahwa

strategi Team Quiz ini akan meningkatkan kerjasama tim dan juga dapat

meningkatkan tanggung jawab siswa tentang apa yang mereka pelajari dalam

suasana menyenangkan.

Sejalan dengan pendapat Silberman (2009:163), “Model Quiz Team

merupakan model yang dapat meningkatkan kemampuan tanggung jawab

peserta didik terhadap apa yang mereka pelajari melalui cara yang

menyenangkan dan tidak menakutkan”. Proses belajar mengajar dengan model

Team Quiz mengajak siswa bekerjasama dengan timnya dalam melakukan

diskusi bertanya, menjawab pertanyaan, dan menyampaikan pendapat.

Pendapat lain juga dikemukakan oleh Taufik dan Muhammadi

(2012:170), model pembelajaran Team Qiuz merupakan bentuk pembelajaran

dalam bentuk kuis berkelompok. Model Team Quiz merupakan salah satu tipe

pembelajaran yang mampu meningkatkan keaktifan siswa dalam proses belajar

mengajar. (Khotimah, Studi, & Matematika, 2011)

Jadi, dapat disimpulan bahwa model pembelajaran Team Quiz adalah

cara yang digunakan guru dalam pembelajaran dengan prosedur siswa dibentuk
16

dalam kelompok dengan masing-masing anggota kelompok mempunyai

tanggung jawab yang sama atas keberhasilan kelompoknya dalam memahami

materi dan menjawab soal. Dalam model pembelajaran Team Quiz ini, diawali

dengan guru menerangkan materi pelajaran, dan siswa dibagi kedalam enam

kelompok. Semua anggota kelompok bersama-sama mempelajari materi

tersebut. Setelah itu diadakan pertandingan antar kelompok. Adanya

pertandingan ini maka akan tercipta kompetisi antar kelompok, dan siswa akan

berusaha belajar dengan semangat yang tinggi agar dapat memperoleh nilai yang

tinggi dalam pertandingan.

b. Langkah-langkah Model Pembelajaran Team Quiz

Istarani (2012:211) menyatakan, langkah-langkah pembelajaran Team

Quiz (Kuis Kelompok) sebagai berikut :

1) Pilihlah topik yang dapat disampaikan dalam tiga bagian.


2) Bagilah siswa menjadi 3 kelompok yaitu A, B, C.
3) Sampaikan kepada siswa format penyampaian materi. Batasi
penyampaian materi maksimal 10 menit.
4) Setelah penyampaian, mintak kelompok A menyiapkan pertanyaan-
pertanyaan berkaitan dengan materi yang baru saja disampaikan.
Kelompok B dan C menggunakan waktu ini untuk melihat lagi catatan
mereka.
5) Mintalah kepada kelompok A untuk memberi pertanyaan kepada
kelompok B. jika kelompok B tidak dapat menjawab pertanyaan,
lempar pertanyaan tersebut kepada kelompok C.
6) Kelompok A memberi pertanyaan kepada kelompok C, jika kelompok
C tidak dapat menjawab, lemparkan kepada kelompok B.
7) Jika tanya jawab selesai, lanjutkan pelajaran kedua dan tunjuk
kelompok B untuk menjadi kelompok penanya. Lakukan seperti
proses untuk kelompok A.
8) Setelah kelompok B selesai dengan pertanyaannya, lanjutkan
penyampaian materi pelajaran ketiga dan tunjuk kelompok C sebagai
kelompok penanya.
9) Akhiri pelajaran dengan menyimpulkan tanya jawab dan jelaskan
sekiranya ada pemahaman siswa yang keliru.
17

Dan sejalan dengan pendapat diatas langkah-langkah model

pembelajaran Team Quiz menurut Ngalimun dkk (2016:211) :

1) Pilihlah topik yang dapat disampaikan dalam tiga bagian.


2) Siswa dibagi menjadi tiga tim (kelompok) A, B, dan C.
3) Jelaskan format pelajaran yang akan disampaikan. Batasi persentasi
maksimal 10 menit.
4) Tim A diminta menyiapkan pertanyaan ringkas yang berkaitan dengan
materi yang baru disampaikan. Tim B dan C menggunakan waktu
untuk mereview catatan mereka.
5) Tim A memberi pertanyaan kepada Tim B, jika tim B tidak dapat
menjawab, pertanyaan pindah ke tim C.
6) Tim A melanjutkan pertanyaan berikut tim C.
7) Ketika kuis berakhir, lanjutkan penyampaian materi kedua, dan minta
tim B sebagai pemandu Quiz (kelompok penanya).
8) Setelah tim B selesai dengan quiznya, lanjutkan penyajian ketiga dan
minta tim C sebagai pemandu.

Taufik dan Muhammadi (2011:170) menyatakan, langkah-langkah

pembelajaran Team Quiz sebagai berikut :

1) Pilihlah topik yang dapat disampaikan dalam tiga bagian.


2) Bagilah siswa menjadi 3 kelompok.
3) Sampaikan kepada peserta didik format penyampaian pelajaran
kemudian mulai pembelajaran dengan menyampaikan materi. Batasi
waktu penyampaian materi maksimal 10 menit.
4) Setelah penyampaian, mintak kelompok 1 menyiapkan pertanyaan-
pertanyaan berkaitan dengan materi yang baru saja disampaikan.
Sementara kelompok 2 dan 3 menggunakan waktu ini untuk melihat
lagi catatan mereka.
5) Minta kelompok 1 untuk memberi pertanyaan kepada kelompok 2.
jika kelompok 2 tidak dapat menjawab pertanyaan, lempar pertanyaan
tersebut kepada kelompok 3.
6) Kelompok 1 memberi pertanyaan kepada kelompok 3, jika kelompok
3 tidak bisa menjawab, lemparkan pertanyaan kepada kelompok 2.
7) Jika tanya jawab selesai, lanjutkan pelajaran kedua dan tunjuk
kelompok 2 untuk menjadi kelompok penanya. Lakukan seperti proses
kelompok 1 tadi.
8) Setelah kelompok 2 selesai dengan pertanyaannya, lanjutkan
penyampaian materi pelajaran ketiga dan tunjuk kelompok 3 sebagai
kelompok penanya.
9) Akhiri pembelajaran dengan menyimpulkan tanya jawab dan jelaskan
jika ada pemahaman peserta didik yang keliru.
18

Langkah-langkah model pembelajaran Team Quiz menurut para ahli

tersebut, peneliti memodivikasi menjadi 6 kelompok. Hal ini dikarenakan jumlah

siswa kelas IV A sebanyak 27 dan kelas IV B sebanyak 27 orang siswa, dan

tidak efektif untuk dibagi menjadi 3 kelompok yang terdiri dari delapan sampai

sembilan orang.

Berdasarkan hal tersebut, maka penulis menerapkan langkah-langkah

yang dilakukan sebagai berikut:

1) Guru menjelaskan materi pembelajaran.

2) Guru membagi siswa menjadi 6 kelompok secara heterogen.

3) Guru memberikan arahan tentang model pembelajaran Team Quiz.

4) Guru membagi masing-masing kelompok dengan materi yang berbeda-

beda.

5) Guru membagikan lembar kuis kelompok.

6) Siswa berdiskusi dengan kelompok masing-masing untuk membuat

pertanyaan atau soal kuis yang disuruh guru.

7) Setelah semua kelompok selesai membuat pertanyaan, maka kuis

kelompok segera dimulai. Kelompok 1 terlebih dahulu memberikan

pertanyaan kepada kelompok 2, jika kelompok 2 tidak bisa menjawab

pertanyaan, maka pertanyaan dilanjutkan ke kelompok 3, jika kelompok

3 juga tidak bisa menjawab pertanyaan, maka pertanyaan dilanjutkan ke

kelompok 4. Begitu seterusnya sampai kelompok 6.


19

8) Ketika kuis berakhir lanjut untuk kelompok 2 memberikan pertanyaan

kepada kelompok 3. Lakukan seperti proses kelompok 1 tadi. Sampai

pada kelompok 6 memberikan pertanyaan.

9) Setelah kuis selesai, guru memberikan penghargaan kepada kelompok

yang banyak menjawab soal kuis.

10) Guru menyimpulkan pembelajaran dan meluruskan kesalahpahaman

siswa, dan guru mengakhiri pembelajaran.

c. Kelebihan Model Pembelajaran Team Quiz

Istarani (2012:212) menyatakan, kelebihan model pembelajaran Team

Quiz (Kuis Kelompok) sebagai berikut :

1) Adanya kuis akan membuat tertarik anak untuk mengikuti proses


pembelajaran.
2) Melatih siswa untuk dapat membuat kuis secara baik.
3) Dapat meningkatkan persaingan diantara siswa secara sportif.
4) Setiap kelompok memiliki tugas masing-masing.
5) Memaju siswa untuk menjawab pertanyaan secara baik dan benar,
6) Memperjelas rangkaian materi karena diakhir pelajaran guru
memperjelas semua rangkaian pertanyaan yang dianggap perlu untuk
dibahas kembali.

Berdasarkan pendapat tersebut, dapat disimpulkan bahwa kelebihan

model pembelajaran Team Quiz yaitu dapat meningkatkan keseriusan siswa

karena adanya kuis, melatih siswa untuk membuat kuis dengan baik, dapat

meningkatkan persaingan diantara siswa, dan dapat meningkatkan taggung

jawab siswa.

d. Kekurangan Model Pembelajaran Team Quiz

Istarani (2012:212) menyatakan, kekurangan model pembelajaran Team

Quiz (Kuis Kelompok) sebagai berikut :


20

1) Menyusun pertanyaan secara berkualitas merupakan pekerjaan sulit


bagi siswa.
2) Siswa tidak tahu apa yang mau ditanyakan kepada gurunya.
3) Pertanyaan yang dibuat adakalanya hanya bersifat sekedar dibuat-buat
saja, yang penting ada pertanyaan dari pada tidak bertanya.
4) Adanya kelompok yang bekerja kurang professional dalam
menjalankan tugas yang diberikan kepadanya.

Berdasarkan pendapat tersebut, dapat disimpulkan bahwa kekurangan

model pembelajaran Team Quiz yaitu pertanyaan yang dibuat bersifat sekedar

dibuat-buat saja karena siswa belum bisa membuat pertanyaan dengan benar,

dan adanya kelompok yang bekerja kurang prosfessional dalam menjalankan

tugas yang diberikan.

5. Pembelajaran Konvensional

Pembelajaran konvensional merupakan metode pembelajaran paling

umum yang diterapkan guru dalam proses pembelajaran. Pembelajaran ini

cenderung terpusat pada guru dalam praktiknya. Proses pembelajaran berupa

menyampaikan materi berupa ceramah yang bersumber dri buku dan

disampaikan kepada siswa sehingga mereka dapat menyampaikan kembali

informasi apabila dites.

Menurut Djamarah (2006:98), metode ceramah adalah memberikan

penjelasan/informasi mengenai bahan yang akan dibahas sesuai dengan tujuan

yang hendak dicapai. Metode ceramah adalah penyajian pelajaran oleh guru

dengan cara memberikan penjelasan secara lisan kepadaq peserta didik.

Penggunaan metode ceramah sangat tergantung pada kemampuan guru (Firman,

2016)
21

Pada metode ini pengajar memberikan penjelasan/ceramah kepada

seluruh siswa secara lisan dan siswa mendengar penjelasan pengajar kemudian

mencatat. Metode ini kurang memfasilitasi siswa untuk aktif dalam proses

pembelajaran.

Jadi, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran konvensional adalah

pembelajaran dengan pemberian informasi atau ceramah dalam menjelaskan

suatu konsep materi pelajaran yang diikuti dengan pemberian contoh-contoh,

kemudian siswa diberi kesempatan untuk bertanya mengenai hal yang belum

dimengerti dan menyalin kedalam buku catatan. Kegiatan pembelajaran

dilanjutkan dengan pemberian soal-soal latihan, meminta beberapa orang siswa

untuk menjawab dipapan tulis, dilanjutkan dengan menyimpulkan materi

pelajaran.

6. Aktivitas Belajar

Aktivitas belajar adalah aktivitas yang bersifat fisik maupun mental.

Dalam kegiatan belajar, aktifitas fisik maupun mental harus selalu terkait sejalan

dengan hal tersebut, Piaget mengemukakan bahwa seorang anak berpikir

sepanjang ia berbuat. Tanpa perbuatan, berarti anak itu tidak berpikir. Oleh

sebab itu agar anak berpikir sendiri maka harus diberi kesempatan untuk berbuat

sendiri (Sardiman, 2012: 100).

Pembelajaran yang efektif adalah pembelajaran yang menyediakan

kesempatan belajar sendiri bagi siswa untuk melakukan aktivitas sendiri.

Dengan bekerja atau beraktivitas, siswa akan memperoleh pengetahuan,

pemahaman, dan aspek-aspek tingkah laku lannya serta mengembangkan


22

keterampilan yang bermakna untuk hidup dalam masyarakat (Hamalik, 2011:

171).

Paul B. Diedrich (dalam Sardiman, 2012: 101)membuat suatu daftar

yang berisi 177 macam kegiatan siswa yang digolongkan sebagai berikut:

a. Visual activities, yang termasuk didalamnya misalnya, membaca,


memerhatikan gambar demonstrasi, percobaan, pekerjaan orang lain.
b. Oral activities, seperti: menyatakan, merumuskan, bertanya, memberi
saran,mengeluarkan pendapat, mengadakan wawancara, diskusi, interupsi.
c. Listening activities, seperti mendengarkan: uraian, percakapan, diskusi,
musik, pidato.
d. Writing activities, seperti menulis cerita, karangan, laporan, angket,
menyalin.
e. Drawing activities, misalnya: menggambar, membuat grafik, peta,
diagram.
f. Motor activities, seperti: melakukan percobaan, membuat konstruksi,
model mereparasi, bermain, berkebun, beternak.
g. Mental activities, misalnya: menanggapi, mengingat, memecahkan
soal,menganalisis, melihat hubungan, mengambil keputusan.
h. Emotional activites, misalnya: menaruh minat, merasa bosan,
gembira,bersemangat, bergairah, berani, tenang, gugup.

Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa, aktivitas siswa

merupakan semua kegiatan yang dilakukan siswa selama proses pembelajaran

berlangsung. Agar pembelajaran daapt dikatakan pembelajaran yang efektif

maka terdapat indikator aktivita siswa sebagai tolak ukur.

7. Hasil Belajar

a. Pengertian Hasil Belajar

Berdasarkan uraian tentang konsep belajar, dapat dipahami tentang hasil

belajar, yaitu perubahan-perubahan yang terjadi pada diri siswa, baik yang

menyangkut aspek kognitif, afektif, dan psikomotor sebagai hasil dari kegiatan

belajar.
23

Menurut Susanto (2014:5), hasil belajar siswa adalah kemampuan yang

diperoleh anak setelah melalui kegiatan belajar. Belajar itu sendiri merupakan

suatu proses dari seseorang yang berusaha untuk memperoleh suatu bentuk

perubahan perilaku yang relatif menetap. Dalam kegiatan pembelajaran atau

kegiatan instruksional, biasanya guru menetapkan tujuan belajar. Anak yang

berhasil dalam belajar adalah yang berhasil mencapai tujuan-tujuan

pembelajaran atau tujuan instruksional.

Pendapat lain juga dikemukakan oleh Sudjana (2011:3), hasil belajar

siswa pada hakikatnya adalah perubahan tingkah laku. Tingkah laku sebagai

hasil belajar dalam pengertian yang luas mencakup bidang kognitif, afektif, dan

psikomotoris. Hasil belajar merupakan hasil akhir dari suatu proses belajar

mengajar dan merupakan perwujudan dari kemampuan diri yang optimal setelah

menerima pelajaran (Wulantika & Ariyanto, 2012).

Jadi, dapat disimpulan bahwa hasil belajar adalah sejumlah pengalaman

yang diperoleh siswa yang mencakup ranah kognitif, afektif, dan psikomotorik.

Belajar tidak hanya penguasaan konsep toeri mata pelajaran saja, tapi juga

penguasaan kebiasaan, persepsi, kesenangan, minat-bakat, penyesuaian sosial,

macam-macam keterampilan, cita-cita, keinginan dan harapan. Belajar

merupakan proses yang kompleks dan terjadinya perubahan prilaku pada saat

proses belajar diamati pada perubahan prilaku siswa setelah dilakukan penilaian.

b. Jenis – jenis Hasil Belajar

Menurut Sudjana, (2011:23) ada tiga ranah menjadi objek penilaian hasil

belajar yaitu ranah kognitif, ranah afektif, dan ranah psikomotoris.


24

1) Ranah kognitif

a) Tipe hasil belajar: Pengetahuan

Tipe hasil belajar pengetahuan termasuk kognitif tingkat rendah yang paling

rendah. Namun, tipe hasil belajar ini menjadi tipe prasyarat bagi tipe hasil

belajar berikutnya.

b) Tipe hasil belajar: Pemahaman

Pemahaman dapat dibedakan kedalam tiga kategori. Tingkat rendah adalah

pemahaman terjemahan, mulai dari pemahaman dalam arti yang sebenarnya.

Tingkat kedua adalah pemahaman penafsiran, yakni menghubungkan bagian-

bagian terdahulu dengan yang diketahui berikutnya. Pemahaman tingkat ketiga

atau tingkat tertinggi adalah pemahaman ekstrapolasi.

c) Tipe hasil belajar: Aplikasi

Aplikasi adalah penggunaan abstraksi pada situasi kongkret atau situasi khusus.

Abstraksi tersebut berupa ide, teori, atau petunjuk teknis.

d) Tipe hasil belajar: Analisis

Analisi adalah usaha memilah suatu integritas menjadi unsur-unsur atau

bagian-bagian sehingga jelas hierarkinya dan susunannya.

e) Tipe hasil belajar: Sintesis

Sintesis adalah penyatuan unsur-unsur atau bagian-bagian ke dalam bentuk

menyeluruh.

f) Tipe hasil belajar: Evaluasi

Evaluasi adalah pemberian keputusan tentang nilai sesuatu yang mungkin

dilihat dari segi tujuan, gagasan, cara bekerja, pemecahan, metode, materil, dll.
25

2) Ranah afektif

Menurut Sudjana, (2011:30), ada beberapa jenis kategori ranah afektif

sebagai hasil belajar kategorinya dimulai dari tingkat yang dasar atau sederhana

sampai tingkat yang kompleks, sebagai berikut:

a) Reciving/attending, yakni semacam kepekaan dalam menerima


rangsangan (stimulus) dari luar yang datang kepada siswa bentuk
masalah, situasi, gejala, dll.
b) Responding atau jawaban, yakni reaksi yang diberikan oleh seseorang
terhadap stimulasi yang datang dari luar.
c) Valuing (penilaian) berkenaan dengan nilai dan kepercayaan terdahap
gejala atau stimulus tadi.
d) Organisasi, yakni pengembangan dari nilai ke dalam satu sistem
organisasi, termasuk hubungan satu nilai dengan nilai yang lain,
pemahaman, dan prioritas nilai yang dimilikinya.
e) Karakteristik nilai atau internalisasi nilai, yakni keterpaduan semua
sistem nilai yang telah dimiliki seseorang, yang mempengaruhi pola
kepribadian dan tingkah lakunya.

3) Ranah Psikomotoris

Hasil belajar psikomotoris tampak dalam bentuk keterampilan (skill) dan

kemampuan bertindak individu. Menurut Sudjana, (2011:30) ada enam tingkatan

keterampilan, yakni:

a) Gerakan refleks (keterampilan pada gerakan yang tidak sadar).


b) Keterampilan pada gerakan-gerakan dasar.
c) Kemampuan perseptual, termasuk di dalamnya membedakan visual,
membedakan auditif, motoris, dan lain-lain.
d) Kemampuan di bidang fisik, misalnya kekuatan, keharmonisan, dan
ketepatan.
e) Gerakan-gerakan skill, mulai dari keterampilan sederhana sampai pada
keterampilan yang kompleks.
f) Kemampuan yang berkenaan dengan komunikasi non-decursive
seperti gerakan ekspresif dan interpretatif.

Berdasarkan ketiga ranah tersebut hasil belajar yang akan diteliti yaitu

ranah kognitif tingkat C1 ( Pengetahuan), dan C2 (Pemahaman).


26

c. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar

Ada beberapa faktor yang mempengaruhi hasil belajar, yaitu faktor

internal dan eksternal. Menurut Susanto, (2014:12) faktor yang mempengaruhi

hasil belajar yaitu:

1) Faktor Internal

Faktor internal merupakan faktor yang bersumber dari dalam diripeserta

didik, yang mempengaruhi hasi belajarnya. Faktor ini meliputi: kecerdasan,

minat dan perhatian, motivasi belajar, ketekunan, sikap, kebiasaan belajar, serta

kondisi fisik dan kesehatan.

2) Faktor Eksternal

Faktor yang berasal dari luar diri peserta didik yang mempengaruhi hasil

belajar yaitu keluarga, sekolah, dan masyarakat. Keadaan keluarga berpengaruh

terhadap hasil belajar siswa. Keluarga yang morat-marit keadaan ekonominya,

pertengkaran suami istri, perhatian orangtua yang kurang tehadap anaknya, serta

kebiasaan sehari-hari yang kurang baik dari orang tua dalam kehidupan sehari-

hari berpengaruh dalam hasil belajar peserta didik.

Jadi, dapat disimpulkan bahwa berhasil atau tidaknya seseorang dalam

belajar disebabkan oleh dua faktor yaitu faktor yang berasal dari dalam diri

siswa dan faktor yang berasal dari luar dirinya. Faktor yang datang dari dalam

diri siswa terutama kemampuan yang dimiliki oleh siswa. Hasil belajar siswa

juga dipengaruhi oleh faktor-faktor yang berada diluar diri siswa yakni

lingkungan. Salah satu lingkungan yang dominan mempengaruhi hasil belajar di

sekolah adalah kualitas guru dan strategi mengajar. Kualitas guru terkait dengan
27

efektif atau tidaknya proses belajar mengajar dalam mencapai tujuan

pembelajaran, karena hasil belajar pada hakikatnya tersirat dalam tujuan

pembelajaran. Hasil belajar yang baik diperoleh jika faktor-faktor di atas

memberikan kontribusi yang positif terhadap siswa.

B. Penelitian yang Relevan

Adapun penelitian yang relevan dengan penelitian ini adalah penelitian

Seri Mahyuni (2015) dengan judul “Penerapan Model Pembelajaran Aktif Tipe

Team Quiz dalam Pembelajaran Biologi Siswa Kelas VIII MTsN Parak Laweh

Padang”, menunjukkan bahwa hasil belajar Biologi siswa dengan menggunakan

model pembelajaran Team Quiz lebih tinggi dibandingkan dengan model

pembelajaran biasa dengan nilai rata-rata 78,37 dengan persentase ketuntasan

hasil belajar sisw 77,5 untuk kelas eksperimen, sedangkan nilai rata-rata kelas

kontrol 69,12 dengan persentase ketuntasan hasil belajar siswa 47,5.

Penelitian relevan yang kedua yaitu penelitian Erdian Andestal (2014)

dengan judul “Penerapan Staregi Pembelajaran Aktif Tipe Team Quiz Yang

Diawali Dengan Tugas Ringkasan Dalam Pembelajaran Biologi Di Kelas VIII

SMPN 11 Kerinci tahun Ajaran 2013/ 2014”, menunjukkan bahwa hasil belajar

biologi siswa yang diajarkan dengan menggunakan pembelajaran aktif Team

Quis lebih tinggi dibandingkan pembelajaran konvensional dengan nilai rata-rata

84,68 untuk kelas eksperimen dan 80,9 untuk kelas kontrol.

Persamaan penelitian yang peneliti laksanakan dengan penelitian yang

relevan adalah sama-sama menggunakan variabel model pembelajaran Team

Quiz dan sama-sama menggunakan variabel hasil belajar. Sedangkan perbedaan


28

penelitian yang peneliti laksanakan dengan penelitian relevan adalah pada jenis

penelitian, mata pelajaran, kelas penelitian, dan lokasi penelitian. Oleh karena

itu, penulis optimis bahwa penelitian yang akan dilakukan juga dapat

meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPA melalui model Team

Quiz.

C. Kerangka Konseptual

Untuk lebih jelasnya kerangka konseptual dapat digambarkan dalam bagan

berikut ini:

Gambar 1. Bagan Kerangka Konseptual


29

D. Hipotesis Penelitian

Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah, maka hipotesis yang

peneliti ajukan dalam penelitian ini adalah :

1. Terdapat pengaruh model pembelajaran Team Quiz terhadap aktivitas belajar

tematik terpadu siswa kelas V SDN 02 Enam Lingkung Kabupaten Padang

Pariaman.

2. Terdapat pengaruh model pembelajaran Team Quiz terhadap hasil belajar

Tematik Terpadu ranah kognitif tingkat pengetahuan (C1) dan tingkat

pemahaman (C2) siswa kelas V SDN 02 Enam Lingkung Kabupaten Padang

Pariaman.
BAB III
METODE PENELITIAN

G. Jenis Penelitian

Jenis penelitan yang digunakan peneliti adalah penelitian eksperimen.

Menurut Yusuf (2013:76), penelitian eksperimen merupakan suatu penyelidikan

yang dirancang sedemikian rupa sehingga fenomena atau kejadian itu dapat

diisolasi dari pengaruh-pengaruh lain. Penelitian dilakukan terhadap dua kelas

yaitu kelas eksperimen dan kelas kontrol. Kelas eksperimen merupakan kelas

yang diberikan materi pelajaran tertentu dengan menggunakan model

pembelajaran Team Kuis pada saat pembelajaran berlangsung, dan kelas kontrol

merupakan kelas yang diberikan materi pelajaran tertentu dengan menggunakan

metode konvensional pada saat pembelajaran berlangsung. Masing-masing kelas

sampel diberikan tes akhir untuk mengetahui hasil belajar siswa.

Berdasarkan jenis penelitian maka rancangan penelitian eksperimen yang

digunakan adalah Randomized Control Group Post-test Only Design. Menurut

Lufri (2005:69-70), “Rancangan penelitian Randomized Control Group Post-test

Only Design adalah penelitian menggunakan sekelompok subjek penelitian dari

suatu populasi tertentu, kemudian dikelompokkan secara random menjadi dua

kelas yaitu kelas eksperimen dan kelas kontrol. Kelas eksperimen diberi perlakuan

dengan model pembelajaran Team Quiz dan kelas kontrol dengan menggunakan

metode konvensional. Kemudian kedua kelas dilakukan tes (post-test) yang sama.

Rancangan pada penelitian ini dapat digambarkan pada tabel berikut ini:

30
31

Tabel 2. Rancangan Penelitian


Kelas Sampel Perlakuan Pos-tes
Eksperimen X T
Kontrol - T
Sumber :Lufri (2005: 69-70)

Keterangan :

X = Perlakuan yang diberikan menggunakan model pembelajaran aktif Team


Quiz.
- = Perlakuan tanpa menggunakan model pembelajaran aktif Team Quiz.
T = Tes akhir yang akan diberikan pada kedua kelas sampel pada akhir penelitian.

H. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Menurut Sugiyono (2009:80) populasi adalah wilayah generalisasi yang

terdiri atas objek atau subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu

yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulan.

Sedangkan Menurut Yusuf (2013:144), “Populasi merupakan salah satu hal yang

esensial dan perlu mendapat perhatian dengan seksama apabila peneliti ingin

menyimpulkan suatu hasil yang dapat dipercaya dan tepat guna untuk daerah

(area) atau objek penelitiannya”. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh

siswa kelas V SD N 02 Enam Lingkung Kabupaen Padang Pariaman.

Tabel 3. Jumlah siswa kelas V SD N 02 Enam Lingkung Kabupaten Padang


Pariaman Tahun Pelajaran 2018/2019.
Kelas Jumlah Siswa
VA 27
VB 27
Jumlah 54
Sumber : Guru Kelas V A dan V B SD N 02 Enam Lingkung Kabupaten Padang
Pariaman.
32

2. Sampel

Menurut Sugiono (2009:81), sampel adalah bagian dari jumlah dan

karakteristik yang di miliki oleh populasi tersebut. Bila populasi besar, dan

peneliti tidak mungkin mempelajari semua yang ada pada populasi, untuk itu

sampel yang diambil dari populasi harus betul-betul representatif (mewakili).

Pendapat lain juga diutarakan oleh Yusuf (2013:149), sampel adalah sebagian

dari populasi yang terpilih dan mewakili populasi tersebut.

Mengingat jumlah sampel kelas V yang ada di SDN 02 Enam Lingkung

Kabupaen Padang Pariaman sebanyak dua kelas, maka teknik pengambilan

sampel yang digunakan adalah sampel total. Menurut Sugiyono (2015:175),

“Sampel total adalah teknik penentuan sampel bila semua anggota populasi

digunakan sebagai sampel”. Berdasarkan hal tersebut, maka yang dijadikan

sampel adalah kelas V A dan kelas V B.

Langkah-langkah yang dilakukan dalam pengambilan sampel sebagai

berikut :

a. Mengumpulkan nilai ujian MID semester I siswa kelas V SDN 02 Enam

Lingkung Kabupaen Padang Pariaman pada tahun pelajaran 2018/2019.

b. Melakukan uji normalitas populasi. Dalam uji normalitas akan dilihat apakah

sebaran data berdistribusi normal. Uji normalitas ini menggunakan uji

liliefors. Uji normalitas bertujuan untuk mengetahui apakah populasi

berdistribusi normal atau tidak. Untuk pengujian ini dilakukan langkah-

langkah sebagai berikut :


33

1) Data x1, x2, x3,……….xn yang diperoleh dari data yang terkecil hingga data

yang terbesar.

42, 42, 43, 55, 55, 58, 60, 63, 65, 68, 68, 68, 71, 72, 74, 74, 74,74, 75, 75, 75,

77, 77, 83, 86, 86, 91

2) Data x1, x2, x3, ….xn dijadikan bilangan baku Z1, Z2, Z3,……Zn dengan

rumus:

xi  x
Zi 
S
Begitu seterusnya sampan Zn

Keterangan :
xi = skor yang diperoleh siswa ke-i
x = skor rata-rata
S = simpangan baku

3) Dengan menggunakan daftar distribusi normal baku, kemudian dihitung

peluang F ( Zi ) = P ( Z ≤ Zi ).

Banyaknya Z1 , Z 2 , Z 3 ,...Z n yang  Z i


SZ i  
n
4) Menghitung selisih F(Zi) - S(Zi ) yang kemudian ditentukan harga mutlaknya.

5) Diambil harga yang paling besar di antara harga mutlak selisih tersebut yang

disebut Lhitung

6) Membandingkan nilai Lhitung dengan nilai kritis Ltabel yang terdapat dalam

tabel nilai kritis L untuk uji Liliefors pada taraf nyata α = 0,05. Kriteria

terimanya yaitu hipotesis tersebut normal jika Lhitung lebih kecil dari Ltabel,

selain dari itu ditolak (Sudjana, 2005:466-467).

c. Melakukan uji homogenitas varians dengan menggunakan uji F


34

Langkah-langkah yang dikemukakan oleh Sudjana (2005:249) sebagai

berikut:

1) Mencari varians masing-masing data kemudian dihitung harga F dengan

rumus :

S12
F=
S22

Keterangan:
F= variansi kelompok data
S12 = variansi hasil belajar kelas IV B
S22 = variansi hasil belajar kelas IVA

d. Jika harga sudah didapat maka bandingkan dengan kriteria pengujian. Kriteria

pengujian adalah tolak H𝑜 jika : F ≥ F α (n1-1 : n2 -1) dalam kondisi lain H𝑜

diterima.

e. Melakukan uji kesamaan rata-rata populasi dengan menggunakan uji anova

satu arah untuk mengetahui apakah populasi mempunyai kesamaan rata-rata

atau tidak. Adapun langkah-langkah yang dikemukakan oleh Sudjana

(2015:303) adalah sebagai berikut :

1) Menghitung jumlah kuadrat rata-rata dengan rumus :

( ∑Xi )2
JK(R) =
∑ni
2) Menghitung jumlah kuadrat antar kelompok dengan rumus :

(∑Xi )2
JK(A) = − JK(R)
∑ni

3) Menghitung jumlah kuadrat total dengan rumus :

JK (T) = ∑X 2I
35

4) Menghitung jumlah kuadrat dalam kelompok dengan rumus :

JK(D) = JK(T) – JK (R) – JK (A)

Menghitung rata-rata kelompok dengan rumus :

JK (A)
RJK (A) =
K−1

5) Menghitung rata-rata kuadrat dalam kelompok dengan rumus :

JK (D)
RJK (D) =
n−1

6) Menguji signifikan dari kelompok dengan rumus :

RJK (A)
F=
RJK( D)

7) Mensubsitusikan hasil perhitungan langkah 1-7 ke dalam tabel analisis hasil

variansi untuk uji kesaman rata-rata (Sudjana, 2005:304-305).

I. Variabel Penelitian

Menurut Sugiyono (2009:38), variabel penelitian adalah suatu atribut atau

sifat atau nilai dari orang, obyek, atau kegiatan yang mempunyai variasi tertentu

yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik

kesimpulannya. Variabel penelitian pada dasarnya adalah segala sesuatu yang

berbentuk apa saja yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga

diperoleh informasi tentang hal tersebut, kemudian ditarik kesimpulannya.

Pendapat lain juga dikemukakan oleh Yusuf (2013:101), ”Variabel adalah konsep

yang mempunyai variasi nilai, sedangkan konsep yang mempunyai satu nilai

disebut dengan constant”. Menurut Sugiyono (2009:39), variabel terdiri dari

empat macam yaitu variabel independen (variabel bebas), variabel dependen


36

(variabel terikat), variabel moderator, dan variabel intervening. Pada penelitian

ini, peneliti menggunakan dua variabel, yakni variabel bebas dan variabel terikat.

Kedua variabel tersebut diidentifikasikan ke dalam penelitian ini sebagai berikut:

1. Variabel bebas

Menurut Sugiyono (2009:39), variabel bebas adalah variabel yang

mempengaruhi atau yang menjadi sebab perubahannya atau timbulnya variabel

dependen (terikat). Variabel bebas dalam penelitian ini adalah perlakuan yang

diberikan pada sampel penelitian yaitu pengaruh model pembelajaran Team Quis

(Kuis Kelompok) dalam pembelajaran tematik terpadu pada kelas eksperimen dan

pembelajaran konvensional pada kelas kontrol.

2. Variabel terikat

Menurut Sugiyono (2009:39), variabel terikat adalah variabel yang

dipengaruhi atau yang menjadi akibat, karena adanya variabel bebas. Variabel

terikat dalam penelitian ini adalah aktivitas belajar dan hasil belajar tematik

terpadu siswa yang diperoleh berdasarkan tes yang diberikan pada akhir

penelitian.

J. Data Penelitian

1. Jenis data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data kuantitatif.

Menurut Sudjana (2011:106) mengatakan bahwa data hasil pengukuran melalui

alat penilaian tertentu, misalnya tes, baik tes objektif maupun tes essay, berupa

data kuantitatif, yakni angka-angka atau bilangan numerik. Data kuantitatif dari
37

penelitian ini adalah data yang diambil dari data hasil belajar tematik siswa kelas

V SDN 02 Enam Lingkung Kabupaen Padang Pariaman.

2. Sumber data

Sumber data dalam penelitian ini adalah:

a. Data primer yaitu data yang langsung diambil dari subjek penelitian melalui

tes. Data primer dalam penelitian ini yaitu hasil belajar siswa kelas eksperimen

dan kelas kontrol.

b. Data sekunder yaitu data yang diperoleh dari guru kelas V SDN 02 Enam

Lingkung Kabupaen Padang Pariaman. Data sekunder dalam penelitian ini

adalah nilai ujian MID semester I siswa kelas V SD N 02 Enam Lingkung

Kabupaen Padang Pariaman.

K. Prosedur Penelitian

Secara umum prosedur penelitian dapat dibagi menjadi tiga tahapan, yaitu:

tahap persiapan, tahap pelaksanaan dan tahap penyelesaian. Adapun langkah-

langkah dari setiap tahapan tersebut adalah sebagai berikut:

1. Tahap Persiapan

a. Menetapkan tempat dan jadwal penelitian.

b. Mempersiapkan surat izin penelitian

c. Menetapkan jadwal penelitian

d. Menentukan kelas sampel yang terdiri dari kelas eksperimen dan kelas

kontrol

e. Mempersiapkan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) dari materi yang

diajarkan pada kedua kelas sampel.


38

f. Menyiapkan media pembelajaran yang berhubungan dalam pelaksanaan

pembelajaran menggunakan model pembelajaran Team Quiz.

g. Membuat kisi-kisi soal uji coba.

h. Menyusun tes akhir uji coba tes sesuai dengan kisi-kisi yang telah dibuat.

i. Melakukan uji coba soal.

2. Tahap Pelaksanaan

Pelaksanaan proses pembelajran untuk kedua kelas tidak sama. Pada kelas

eksperimen diterapkan model pembelajaran Team Quiz dan pada kelas kontrol

diterapkan pembelajaran konvensional dengan langkah-langkah sebagai berikut :

Tabel 4. Rancangan pelaksanaan penelitian pada kedua kelas sampel

Kelas eksperimen Kelas kontrol

Pendahuluan (±5 menit) Pendahuluan (±5 menit)

a. Guru mengucapkan salam kepada a. Guru mengucapkan salam kepada


siswa. siswa.
b. Guru meminta siswa untuk berdoa b. Guru meminta siswa untuk berdoa
bersama yang dipimpin oleh ketua bersama yang dipimpin oleh ketua
kelas. kelas.
c. Guru mengecek kehadiran siswa c. Guru mengecek kehadiran siswa dan
dan mengkondisikan kelas dalam mengkondisikan kelas dalam keadaan
keadaan siap belajar. siap belajar.
d. Guru menyampaikan tujuan d. Guru menyampaikan tujuan
pembelajaran yang akan dicapai. pembelajaran yang akan dicapai.
e. Guru melakukan apersepsi berupa e. Guru melakukan apersepsi berupa
mengulang pelajaran pada mengulang pelajaran pada pertemuan
pertemuan sebelumnya. sebelumnya.

Kegiatan Inti (±55 menit) Kegiatan Inti (±55 menit )

a. Guru menjelaskan materi a. Guru menjelaskan materi


pembelajaran kepada siswa. pembelajaran yang akan dipelajari.
b. Siswa dibagi menjadi 6 kelompok b. Siswa mendengarkan penyampaian
yaitu kelompok 1, 2, 3, 4, 5, dan 6 materi pelajaran oleh guru.
yang terdiri dari 4-5 orang. c. Guru melakukan tanya jawab dengan
c. Guru memberikan arahan tentang siswa dengan memberikan beberapa
39

model pembelajaran Team Quiz. pertanyaan tentang materi yang telah


d. Guru membagi masing-masing disampaikan.
kelompok dengan materi yang d. Guru mempersilahkan siswa
berbeda-beda. mengangkat tangan untuk menjawab
e. Guru membagikan lembar kuis pertanyaan.
kelompok kepada masing-masing e. Guru memberikan penguatan
kelompok. terhadap jawaban yang telah
f. Siswa berdiskusi dengan kelompok diberikan siswa.
masing-masing untuk membuat f. Guru memberikan LKS kepada
pertanyaan atau soal kuis yang siswa, dan siswa mengerjakannya.
disuruh guru. g. Guru dan siswa membahas LKS yang
g. Setelah semua kelompok selesai telah dikerjakan siswa.
membuat pertanyaan, maka kuis
kelompok segera dimulai.
Kelompok 1 terlebih dahulu
memberikan pertanyaan kepada
kelompok 2, jika kelompok 2 tidak
bisa menjawab pertanyaan, maka
pertanyaan dilanjutkan ke
kelompok 3, jika kelompok 3 juga
tidak bisa menjawab pertanyaan,
maka pertanyaan dilanjutkan ke
kelompok 4. Begitu seterusnya
sampai kelompok 6.
h. Ketika kuis berakhir lanjut untuk
kelompok 2 memberikan
pertanyaan kepada kelompok 3.
Lakukan seperti proses kelompok
1 tadi. Sampai pada kelompok 6
memberikan pertanyaan.
i. Setelah kuis selesai, guru
memberikan penghargaan kepada
kelompok yang banyak menjawab
soal kuis.
j. Guru memberikan LKS terkait
materi yang sudah dipelajari, dan
siswa mengerjakannya.
k. Guru dan siswa membahas LKS
yang telah dikerjakan siswa.

Kegiatan Penutup (±10 menit) Kegiatan Penutup (±10 menit)

a. Guru membimbing siswa untuk a. Guru membimbing siswa untuk


membuat kesimpulan akhir dari membuat kesimpulan akhir dari
materi yang telah dipelajari. materi yang telah dipelajari.
b. Guru memberitahukan materi yang b. Guru memberitahukan materi yang
40

akan dipelajari selanjutnya dan akan dipelajari selanjutnya dan


meminta siswa untuk meminta siswa untuk mempelajarinya
mempelajarinya dirumah. dirumah.
c. Guru menutup pembelajaran c. Guru menutup pembelajaran dengan
dengan berdo’a. berdo’a.

3. Tahap Penyelesaian

Penyelesaian akan dilakukan dengan memberikan tes akhir setelah pokok

pembelajaran selesai dipelajari baik untuk kelas eksperimen maupun kelas

kontrol. Tes yang akan digunakan pada kelas eksperimen sama dengan tes yang

digunakan pada kelas kontrol.

L. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian adalah alat yang digunakan untuk mengumpulkan data

dalam penelitian. Menurut Sugiyono (2009:102) menyatakan bahwa instrumen

penelitian adalah suatu alat yang digunakan mengukur fenomena alam maupun

sosial yang diamati. Jadi dapat dikatakan bahwa instrumen penelitian adalah alat

pengumpul data yang digunakan untuk mempermudah peneliti dalam

mendapatkan hasil penelitian yang baik.

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah lembar observasi

aktivitas belajar dan tes hasil belajar.

Lembar observasi digunakan untuk melihat perkembangan aktivitas siswa

selama menerapkan model pembelajaran Team Quiz dalam pembelajaran tematik

terpadu. Penyusunan lembar observasi mengikuti tahap-tahap sebagai berikut:

1. Menentukan indikator-indikator aktivitas yang akan diamati

Adapun indikator-indikator yang akan diamati dapat dilihat pada tabel

dibawah ini:
41

Tabel 5. Indikator Aktivitas Siswa dalam Pembelajaran Kelas Eksperimen


Aktivitas Belajar Aktivitas Belajar
Aktivitas Visual Siswa memperhatikan guru selama
proses pembeljaran berlangsung
Aktivitas Lisan  Aktivitas siswa dalam
mengemukakan pendapat
 Aktivitas siswa dalam melakukan
presentasi
Aktivitas Menulis Siswa mengerjakan latihan
Aktivitas Emosional Siswa berani dalam bertanya

2. Merancang lembar observasi

Tes hasil belajar berfungsi untuk mengukur tingkat kemampuan individu

sebagai hasil belajar yang dicapai dalam kurun waktu tertentu. Tes yang diberikan

adalah tes objektif berbentuk pilihan ganda yang berjumlah 40 item soal dengan

empat option. Untuk mendapatkan kualitas soal yang baik dilakukan langkah-

langkah sebagai berikut:

1. Membuat batasan terhadap materi pembelajaran yang akan diuji.

2. Membuat kisi-kisi soal.

3. Menyususn soal sesuai dengan kisi-kisinya sebanyak 40 butir soal objektif.

4. Melakukan validasi soal tes. Soal ditelaah secara kualitatif atau divalidasi

melalui pengajuan melalui validator yang telah ditetapkan.

5. Soal diuji cobakan ke SDN 01 Enam Lingkung Kabupaen Padang Pariaman

dengan melihat KKM nya sama 75 dan sudah mempelajari materi yang akan

diajarkan.

6. Setelah diperoleh hasil uji coba soal, maka peneliti melakukan pengujian

validitas, indeks kesukaran, daya pembeda soal, dan reliabilitas.


42

a. Uji Coba Soal

Sebelum tes diberikan kepada kelas sampel, tes diuji cobakan dulu pada

sekolah yang KKM-nya sama dengan tempat penelitian. Sekolah sebagai tempat

uji coba soa dalam penelitian ini adalah SDN 01 Enam Lingkung Kabupaen

Padang Pariaman pada kelas V. Tujuan uji coba soal adalah untuk melakukan

analisis butir soal agar didapatkan butir soal yang baik ditinjau dari daya pembeda

dan indeks kesukaran soal.

b. Analisis Butir Soal

Analisis butir soal antara lain bertujuan untuk mengadakan identifikasi

soal-soal yang baik, kurang baik, dan soal yang jelek. Dengan analisis soal dapat

diperoleh informasi tentang kejelekan sebuah soal dan petunjuk untuk

mengadakan perbaikan.

Analisis butir soal dilakukan setelah uji coba tes dilakukan. Hal ini

dilakukan untuk mengidentifikasi soal yang disusun baik atau tidak. Dalam

melakukan analisis butir soal ada empat hal yang harus diperhatikan yaitu:

1) Validitas Tes

Menurut Yusuf (2013:234), “Validitas suatu instrumen adalah seberapa

jauh instrumen itu benar-benar mengukur apa (obyek) yang hendak diukur”. Suatu

tes dikatakan valid apabila tes tersebut dapat mengukur apa yang seharusnya

diukur. Menurut Arikunto (2012:73) menyatakan bahwa “Sebuah tes disebut valid

apabila tes tersebut dapat mengukur apa yang hendak diukur”. Sebuah tes

dikatakan memiliki validitas isi apabila mengukur tujuan khusus tertentu yang

sejajar dengan materi atau isi pelajaran yang diberikan. Oleh karena itu materi
43

yang diajarkan tertera dalam kurikulum maka validitas ini sering disebut validitas

kurikuler.

Menurut Arikunto (2012:85), untuk mengukur tingkat kevalidan soal,

digunakan rumus korelasi product moment dengan simpangan, rumus yang

digunakan sebagai berikut:

N ∑ XY − ( ∑ X) ( ∑ Y)
rxy =
√[N ∑ X2 − (∑X)2 ] [N ∑ Y2 − (∑Y)2 ]

Keterangan:

𝑟𝑥𝑦 = koefisien korelasi antara variabel X dan variabel Y, dua variabel yang
dikorelasikan.
N = jumlah responden
𝛴𝑥𝑦 = jumlah perkalian x dan y
𝑥 2 = kuadrat dari x
𝑦 2 = kuadrat dari y

Penentuan kategori dari validitas instrumen mengacu pada

pengklasifikasian validitas sebagai berikut:

Tabel 6. Interprestasi Koefisien Korelasi Validitas


Koefisien Validitas Kategori
0,80-1,00 Sangat tinggi
0,60-0,79 Tinggi
0,40-0,59 Cukup
0,20-0,39 Rendah
0,00-0,19 Sangat rendah
Sumber: Arikunto (2012:89)

2) Taraf Kesukaran Soal

Tingkat kesukaran soal adalah besaran yang digunakan untuk menyatakan

apakah suatu soal termasuk kedalam kategori mudah, sedang, atau sukar. Sebagai

mana yang di ungkapkan Arikunto (2012:222), “Soal yang baik adalah soal yang

tidak terlalu mudah dan tidak terlalu sukar”.


44

Menurut Arikunto (2012:223), “Indeks kesukaran adalah bilangan yang

menunjukkan sukar dan mudahnya sesuatu soal”. Besarnya indeks kesukaran

antara 0,00 sampai dengan 1,0. Untuk mengetahui indeks tingkat kesukaran soal

digunakan rumus yang dikemukakan oleh Arikunto (2012:223) yaitu:

B
P=
JS

Keterangan:
P = indeks kesukaran
B = banyaknya siswa yang menjawab soal itu dengan betul
JS = jumlah seluruh siswa peserta tes

Menurut ketentuan yang sering diikuti, indeks kesukaran sering

diklasifikasikan (Arikunto, 2012:225) sebagai berikut:

a) Soal dengan p 0,00 sampai 0,30 adalah soal sukar.


b) Soal dengan p 0,31 sampai 0,70 adalah soal sedang.
c) Soal dengan p 0,71 sampai 1,00 adalah soal mudah.

3) Daya Pembeda Soal

Menurut Arikunto (2012:226), daya pembeda soal adalah kemampuan

sesuatu soal untuk membedakan antara siswa yang pandai (berkemampuan tinggi)

dengan siswa yang bodoh (berkemampuan rendah). Angka yang menunjukkan

besarnya daya pembeda disebut indeks diskriminasi, disingkat D. Seperti halnya

indeks kesukaran , indeks diskriminasi (daya pembeda) ini berkisar antara 0,00

sampai 1,00.

Menurut Arikunto (2012:228), untuk mengetahui daya pembeda soal

bentuk uraian digunakan rumus sebagai berikut:

BA BB
D= − = PA −PB
JA J B
Keterangan:
45

D = indeks daya pembeda


JA = banyaknya peserta kelompok atas
JB = banyaknya peserta kelompok bawah
BA = banyaknya peserta kelompok atas yang menjawab soal itu dengan benar
BB = banyak peserta kelompok bawah yang menjawab soal itu dengan benar
PA = proporsi peserta kelompok atas yang menjawab benar (ingat, P sebagai
indeks kesukaran
PB = proporsi peserta kelompok atas yang menjawab benar
Menurut Arikunto (2012:232), klasifikasi daya pembeda sebagai berikut:

D : 0,00 – 0,20 : jelek (poor)


D : 0,21 – 0,40 : cukup (satistifactory)
D : 0,41 – 0,70 : baik (good)
D : 0,71 – 1,00 : baik sekali (excellent)
D : negatif, semuanya tidak baik. Jadi semua butir soal yang mempunyai nilai D
negatif sebaiknya dibuang saja.
Tindak lanjut dari penganalisisan mengenai daya pembeda item (Atas et

al., 2013), item soal dikelompokkan dengan dasar sebagai berikut:

Tabel 7. Kriteria Soal


No Daya Pembeda Soal Kategori
1 0,40 – 1,00 Soal diterima baik
2 0,30 – 0,39 Soal diterima tetapi perlu diperbaiki
3 0,20 – 0,29 Soal diperbaiki
4 0,19 – 0.00 Soal tidak dipakai/dibuang
Sumber: (Atas et al., 2013)

4) Reliabilitas Tes

Menurut Yusuf (2013:243), reliabilitas adalah konsistensi atau kestabilan

skor suatu instrumen penelitian terhadap individu yang sama dan diberikan dalam

waktu yang berbeda. Suatu instrumen dikatakan reliabel apabila instrumen itu

dicobakan kepada subjek yang sama secara berulang-ulang namun hasilnya tetap

sama atau relatif sama.

Menurut Arikunto (2012:115), untuk menentukan reliabilitas tes

digunakan rumus Kuder Richadson 20 (K-R. 20) sebagai berikut:


46

n s2 −Σpq
r11 = [n−1] ( )
s2

Keterangan :
r11 = reliabilitas tes secara keseluruhan
p = proporsi subjek yang menjawab item dengan benar
q = proporsi subjek yang menjawab item dengan salah (q=1-p)
∑pq = jumlah hasil perkalian antara p dan q
n = banyaknya item
S = standar deviasi dari tes (standar deviasi adalah akar variansi)

Kriteria yang digunakan untuk melihat reliabilitas tes adalah seperti pada

tabel dibawah ini:

Tabel 8. Kriteria Koefisien Reliabilitas Tes


Koefisien Reliabilitas Penafsiran
0,80 < r Derajat reliabilitas tinggi
0,40 ≤ r 0,80 Derajat reliabilitas sedang
< r 0,40 Derajat reliabilitas rendah
Sumber: Ratumanan (2003:39)

M. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang dilakukan oleh peneliti dalam penelitian ini

merupakan pengukuran data yang akan menghasilkan data yang akurat dan

objektif. Adapun teknik yang digunakan dalam pengumpulan data dalam

penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Observasi

Peneliti melakukan observasi ke lokasi penelitian ketika guru kelas IV

mengajar di dalam kelas. Pada saat itu peneliti melihat aktivitas siswa dalam

proses pembelajaran yang sedang berlangsung. Dengan melakukan pengamatan

awal saat guru membuka pelajaran, inti saat guru menjelaskan materi ajar, dan

penutup saat guru menyimpulkan pelajaran. Sedangkan aktivitas dengan


47

mengamati bagaimana siswa mengikuti pembelajaran dengan baik dan bekerja

sama dalam kelas.

2. Tes akhir

Peneliti memberikan tes kepada siswa yang sesuai materi pembelajaran

yang diajarkan selama melakukan penelitian. Data yang diperlukan dalam

penelitian ini adalah data kuantitatif yang didapatkan setelah diberikan tes pada

akhir penelitian pada objek. Data kuantitatif ini didapatkan dari hasil belajar siswa

pada ranah kognitif tingkat C1 (pengetahuan), dan C2 (pemahaman). Ranah

kognitif diperoleh setelah diberikan tes pada akhir penelitian. Adapun tahapannya

sebagai berikut:

a) Memberikan instrumen penelitian kepada kedua kelas sampel yaitu berupa tes

akhir.

b) Mengumpulkan data dari kedua sample.

c) Mengolah data dari kedua kelas sampel, baik kelas eksperimen maupun kelas

kontrol.

d) Menarik kesimpulan berdasarkan hasil yang diperoleh.

N. Teknik Analisis Data

Kegiatan yang dilakukan dalam analisis data adalah mengelompokkan data

berdasarkan variabel, mentabulasi data berdasarkan variabel dari seluruh

responden,menyajikan data tiap variabel yang diteliti, menghitung agar rumusan

masalah terjawab, dan menghitung untuk uji hipotesis. Teknik analisis data yang

digunakan dalam penelitian ini adalah statistik deskriptif dan statistik inferensial.
48

Analisis data bertujuan untuk melihat perbedaan antara kelas eksperimen

dan kelas kontrol. Agar mendapatkan kesimpulan tentang hasil penelitian maka

dilakukan hasil hipotesis secara statistik untuk mengetahui apakah hasil belajar

tematik terpadu siswa kelas eksperimen lebih baik dari kelas kontrol. Dengan

analisis data ini peneliti melakukan langkah-langkah sebaga berikut:

1. Uji Normalitas

Uji Normalitas bertujuan untuk melihat apakah data berdistribusi normal

atau tidak. Untuk menguji normalitas pada penelitian ini digunakan uji Liliefors

(Sudjana, 2005:466-467) dengan langkah-langkah sebagai berikut:

a. Data x1, x2,....Xn dijadikan baku z1, z2, . . zn dengan menggunakan rumus

xi – x̅
zi =
S

Dimana :

𝑧𝑖 = bilangan baku
𝑥̅ = rata- rata
𝑆 = simpangan baku sampel

b. Untuk melihat bilangan baku ini dilihat daftar distribusi normal baku,

kemudian dihitung peluang F (𝑧𝑖 ) = P ( Z ≤ 𝑍1 )

c. Selanjutnya dihitung proporsi 𝑧1 , 𝑧2, ....𝑧𝑛 yang lebih kecil atau sama dengan

𝑍𝑖 , jika proporsi ini dinyatakan oleh S (𝑍𝑖 ) maka:

banyaknya Z1, Z2,….Zn yang ≤ Z


S(Zi ) =
n

d. Lalu hitung selisih F (𝑧1 ) – S (𝑍𝑖 ), kemudian tentukan harga mutlaknya.


49

e. Ambil harga yang paling besar diantaranya harga-harga mutlak selisih

tersebut. Sebutlah harga terbesar Lo pada uji liliefors, kriteria dan tidak

terdistribusi normal.

Jika Ltabel > Lo , maka data terdistribusi normal

Jika Ltabel < Lo , maka data tidak berdistribusi normal

2. Uji Homogenitas Varians

Uji homogenitas bertujuan untuk menentukan apakah kedua kelompok

data mempunyai varians homogen atau tidak. Untuk mengujinya dilakukan uji F,

sebagai mana yang dikemukakan oleh Sudjana (2005:249) sebagai berikut:

S12
F=
S22

Keterangan:
F= variansi kelompok data
S12 = variansi hasil belajar kelas eksperimen
S22 = variansi hasil belajar kelas kontrol
Kriteria pengujian adalah tolak H𝑜 jika : F ≥ F α (n1-1 : n2 -1) dalam kondisi lain H𝑜

diterima.

3. Uji Hipotesis

Setelah dilakukan uji normalitas dan uji homogenitas, maka dilakukan uji

hipotesis, Tujuan dilakukannya uji hipotesis yaitu untuk membuktikan kebenaran

dari hipoteis yang diajukan. Pengujian hipotesis dalam penelitian ini

menggunakan uji gain ternormalisasi dan uji dua pihak (uji t).

a. Uji Gain

Pengujian gain scoredigunakan untuk menguji peningkatan hasil belajar.

Gain ternormalisasi merupakan metode yang tepat untuk menganalisis hasil


50

pretest dan posttets, dan merupakan indikator yang lebih baik dalam menunjukkan

tingkat efektivitas.

Rumus gain adalah:

% (𝑆𝐹) − % (𝑆𝑖)
(g) =
100− % (𝑆𝑖)

Keterangan:

(g) : gan ternormalisasi

(Sf) : nilai rata-rata posttest

(Si) : nila rata-rata pretest

Kriteria

(g) ≥ 0,7 = tinggi

0,3 ≤ (g) < 0,7 = sedang

(g) < 0,3 – rendah

b. Uji Dua Pihak (Uji t)

Uji t merupakan langkah setelah uji gain dilakukan. Pengujian ini merupakan

Independent Sample Test dengan tujuan untuk mengetahui apakah terdapat

pengaruh yang signifikan terhadap hasil belajar Tematik Terpadu menggunakan

model Team Quiz. Berdasarkan Sugiyono (2010, 97) rumus untuk uji t yaitu:
51

Keterangan:

t : nilai t yang dihitung, selanjutnya disebut t hitung.

̅X : rata-rata xi

: nilai yang dihipotesiskan

𝑠 : simpangan baku

n : jumlah anggota sampel

1. Hipotesis pertama

H 0 : 1   2 : Tidak terdapat perbedaan aktivitas peserta didik yang diajar

dengan model Team Quiz dengan peserta didik diajarkan

dengan pembelajaran konvensional pada pembelajaran

tematik terpadu di kelas V SDN 02 Enam Lingkung

Kabupaten Padang Pariaman.

H1 : 1   2 : Terdapat perbedaan aktivitas peserta didik yang diajar

menggunakan model Team Quiz dengan motivasi peserta

didik yang diajarkan dengan pembelajaran konvensional

pada pembelajaran tematik terpadu di kelas V SDN 02

Enam Lingkung Kabupaten Padang Pariaman.

2. Hipotesis kedua

H 0 : 1   2 : Tidak terdapat perbedaan hasil belajar peserta didik yang

diajarkan menggunakan model Team Quiz dengan peserta

didik diajarkan dengan pembelajaran konvensional pada

pembelajaran tematik terpadu di kelas V SDN 02 Enam

Lingkung Kabupaten Padang Pariaman.


52

H1 : 1   2 : Terdapat perbedaan hasil belajar peserta didik yang diajarkan

menggunakan model Team Quiz dengan peserta didik

diajarkan dengan pembelajaran konvensional pada

pembelajaran tematik terpadu di kelas V SDN 02 Enam

Lingkung Kabupaten Padang Pariaman.


DAFTAR PUSTAKA

Andestal, Erdian. 2014. Penerapan Strategi Pembelajaran Aktif Tipe Team Quiz
Yang Diawali Dengan Tugas Ringkasan Dalam Pembelajaran Biologi Di
Kelas VIII SMPN 11 Kerinci Tahun Ajaran 2013/ 2014. Padang: FKIP
Universitas Bung Hatta Padang.
Arikunto, Suharsimi. 2012. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi
Aksara.
Depdiknas. 2006. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Jakarta: BNSP.
Djamarah, Syaiful Bahri. 2006. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: PT RINEKA
CIPTA.
Firman. (2016). Efektivitas Pembelajaran Matematika Dengan Pendekatan
Problem Based Learning Dan Motivasi Terhadap Hasil Belajar Peserta
Didik Kelas V Sd Negeri 113 Pekanbaru, 1–16.
Firman. (2017). Efektifitas Layanan Penguasaan Konten Menggunakan Model
Pembelajaran Role Playing Untuk Meningkatkan Kepercayaan Diri Siswa
Dalam Belajar. Jurnal Ilmiah Konseling, (Juli), 1–8.
Hamalik, Oemar. 2012. Proses Belajar Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara.
Istarani. 2012. 58 Model Pembelajaran Inovatif. Medan: Media Persada.
Khotimah, R. (2011). Eksperimentasi Pembelajaran Matematika Melalui Metode
Team Quiz Dan Learning Cell Ditinjau Dari Aktivitas Belajar Siswa, 7–10.
Lufri. 2005. Metodologi Penelitian. Padang: UNP Press.
Mahyuni, Seri. 2015. Penerapan Model Pembelajaran Aktif Tipe Team Quiz
Dalam Pembelajaran Biologi Siswa Kelas VIII MTsN Parak Laweh
Padang. Padang: FKIP Universitas Bung Hatta Padang.
Muhammadi dan Taufik, Taufina. 2011. Mozaik Pembelajaran Inovatif. Padang:
Sukabina Press.
Ngalimun, dkk. 2016. Strategi dan Model Pembelajaran. Yogyakarta: Aswaja
Pressindo.
Ratumanan, Tanwey Gerson. 2003. Evaluasi Hasil Belajar Yang Relevan Dengan
Kurikulum Berbasis Kompetensi. Surabaya : Unesa University Press.
Silberman, Melvin. L. 2009. Active Learning 101 Strategi Pembelajaran Aktif.
Yogyakarta: Pustaka Insani Madani.
Sudjana. 2005. Metoda Statistika. Bandung: Tarsito.
Sudjana, Nana. 2011. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: PT
Remaja Rosdakarya.

53
54

Sugiyono. 2009. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif Dan R & D. Bandung:


Alfabeta.
. 2015. Metode Penelitian Tindakan Komprehensif. Bandung: Alfabeta.
Suryono, Sebastianus Hardi , Sutadi Waskito, E. Y. E. (2013). Analisis Instrumen
Tes Akhir Semestergasal Mata Pelajaran Fisika Kelas Xi Sekolah Menengah
Atas ( Sma ) Wilayah Surakarta. Jurnal Pendidikan Fisika, 1(2), 1–5jjkbl
Susanto, Ahmad. 2014. Teori Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Kencana
Prenadamedia Group.
Tim Prodi PGSD. 2012. Panduan Penulisan Skripsi. Padang: Universitas Bung
Hatta.
Trianto. 2014. Model Pembelajaran Terpadu. Jakarta: Bumi Aksara.
Wulantika, A., & Ariyanto, J. (2012). Pengaruh Strategi Pembelajaran Aktif Tipe
Team Quiz Terhadap Hasil Belajar Biologi Ditinjau Dari Keaktifan
Bertanya Pada Siswa Sma Negeri 1 Karangpandan Tahun Pelajaran 2011 /
2012, 3(September 2011), 1–11.
Yusuf, Muri. 2013. Metodologi Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan Penelitian
Gabungan. Padang: UNP Press.

View publication stats

Anda mungkin juga menyukai