Anda di halaman 1dari 114

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Pembangunan nasional yang dilaksanakan di Negara sedang berkembang

seperti Indonesia merupakan pembangunan disegala aspek kehidupan baik material

maupun spiritual untuk mewujudkan masyarakat yang adil dan makmur berdasarkan

berdasarkan tujuan Negara yang tertuang dalam Pancasila di dalam wadah Negara

Kesatuan Republik Indonesia. Pelaksanaan pembangunan nasional tidak pernah lepas

dari peran serta pembangunan daerah serta peran pemerintah, mengingat

pembangunan daerah merupakan integrasi dari pembangunan nasional yang

mempunyai tujuan untuk meningkatkan taraf hidup, kesejahteraan masyarakat, dan

perekonomian di wilayah atau daerahnya masing-masing.

Perekonomian regional atau wilayah dapat dibagi menjadi dua kegiatan

ekonomi yaitu kegiatan-kegiatan basis dan kegiatan-kegiatan bukan basis. Kegiatan-

kegiatan basis (basic activities) adalah kegiatan ekonomi yang menghasilkan barang-

barang dan jasa-jasa, dan menjualnya atau memasarkan produk-produknya keluar

daerah.Sedangkan kegiatan ekonomi bukan basis (non basic activities) adalah usaha

ekonomi yang menyediakan barang-barang dan jasa-jasa untuk kebutuhan masyarakat

di dalam wilayah ekonomi daerah yang bersangkutan saja.Artinya, kegiatan-kegiatan

ekonomi bukan basis tidak menghasilkan produk untuk diekspor ke luar daerahnya.

Inti dari teori basis ekonomi menurut (Arsyad 2010) menyatakan bahwa faktor

penentu utama pertumbuhan ekonomi suatu daerah adalah berhubungan langsung

1
dengan permintaan barang dan jasa dari luar daerah. Pertumbuhan industri yang

menggunakan sumber daya lokal, termasuk tenaga kerja dan bahan baku untuk

diekspor akan menghasilkan kekayaan daerah dan penciptaan peluang kerja (job

creation).

Setiap daerah atau wilayah mempunyai potensi yang berbeda dengan daerah

lainnya. Perbedaan potensi ini yang membuat pemerintah daerah setempat harus bisa

mengidentifikasi dengan tepat sektor apa yang mempunyai potensi besar dan bias

terus untuk dikembangkan. Pengembangan potensi daerah yang sesuai dan efektif

bisa memberikan kontribusi yang besar dalam upaya peningkatan perekonomian

daerah. Sektor basis di suatu daerah jika dikembangkan dengan tepat bisa menjadi

sektor yang berkontribusi paling besar dalam perekonomian suatu daerah.

Disuatu pertumbuhan perekonomian yang merupakan salah satu dari indikator

yang penting guna untuk menganalisis pembangunan ekonomi yang terjadi di suatu

negara atau disuatu wilayah. Untuk pertumbuhan sendiri tidak identik dengan

pembangunan, pertumbuhan ekonomi yaitu salah satu ciri dari banyaknya syarat yang

diperlukan dalam proses pembangunan. Pertumbuhan perekonomian hanya mencatat

meningkatnya tingkat produksi barang dan jasa secara nasional, dan sedangkan untuk

pembangunan sendiri berdimensi secara lebih luas. Dengan sasaran utama

pembangunan ekonomi daerah yaitu untuk meningkatkan laju pertumbuhan ekonomi

daerah.

Pada pesoalan pokok di dalam suatu pembangunan daerah yang letaknya pada

sumber daya dan potensi yang dimiliki disuatu daerah guna menciptakan peningkatan

2
jumlah dan suatu jenis peluang kerja untuk masyarakat pada daerah itu sendiri. Untuk

terwujudnya suatu tujuan dengan adanya kerjasama antar pemerintah dan masyarakat

untuk dapat mengidentifikasi potensi- potensi yang ada disuatu daerah dan perlu

dilakukan sebagai kekuatan untuk pembangunan perekonomian wilayah. Dalam teori

basis yaitu pertumbuhan ekonomi pada suatu wilayah yang dipengaruhi oleh

tingginya suatu angka ekspor pada wilayah tertentu. Dalam teori ini terbagi menjadi 2

sektor yaitu basis dan non basis. Dengan semakin melambatnya angka pertumbuhan

ekonomi yang cukup tajam di beberapa tahun terakhir yang telah dicatat oleh BPS

(Badan Pusat Statistik, 2012).

Dari banyaknya faktor yang telah mempengaruhi perlambatan pertumbuhan

perekonomian di Indonesia, contohnya penurunan konsumsi rumah tangga,

penurunan modal atau investasi. Oleh sebab itu, dengan berbagai upaya pemerintah

melakukan untuk mengatasi permasalahan pertumbuhan ekonomi di Indonesia. Teori

disuatu wilayah terbagi menjadi dua kategori yaitu kategori dasar dan non dasar atau

biasa disebut kategori basis atau kategori non basis. Dapat dikatakan kategori basis

jika suatu aktivitas ekonomi dapat melakukan ekspor dan berdampak kemakmuran

dari luar sedangkan untuk kategori non basis yaitu saat kegiatan mendukung dari

aktivitas basis. Lebih tepatnya dapat dikatakan basis saat memenuhi konsumsi dalam

suatu wilayah, produksi barang yang bersifat homogen, dan produksi barang yang

bersifat tetap atau tidak berubah. Atau sektor basis dengan kegiatan ekonomi yang

menyediakan baik pasar di daerah tersebut maupun luar daerah. Dengan secara tidak

langsung daerah memiliki kemampuan untuk mengekspor barang dan jasa yang

3
dihasilkan oleh suatu sektor ke daerah lain. Untuk sektor non basis yaitu sektor yang

menyediakan barang dan jasa untuk masyarakat diwilayah perekonomian tersebut.

Dalam dinamika pembangunan nasional, PDRB suatu daerah tidak selalu

mengalami peningkatan karena sering terjadinya fluktuasi ekonomi. Pembangunan

yang dilakukan pemerintah daerah bertujuan untuk meningkatkan PDRB daerah yang

bersangkutan. Tetapi dalam hal ini perkembangan PDRB Provinsi Sulawesi Utara di

sepanjang Tahun 2010-2018 justru mengalami peningkatan yang signifikan, hal ini

dapat dilihat dalam lampiran grafik berikut :

Grafik 1.1
Perkembangan PDRB ADHK Provinsi Sulawesi Utara
Tahun 2010-2019

Sumber : SULUT dalam angka Th. 2010-2020 (data diolah)

Perkembangan PDRB yang signifikan ditunjang oleh perkembangan masing-masing

sektor ekonomi dan juga oleh perkembangan daerah baik kabupaten maupun kota

4
yang ada di Sulawesi Utara, termasuk didalamnya daerah Kabupaten Kepulauan yaitu

Sangihe, Talaud dan SITARO (Siau Tagulandang dan Biaro).

Provinsi Sulawesi Utara adalah salah satu provinsi yang memiliki “frontiers”

(zona batas dua negara) di wilayah utara Indonesia. Wilayah ini terdapat garis batas

Zona Ekonomi Eksklusif (ZEE) antara Indonesia dan Filipina sepanjang 1.161,13 km.

Sebagai sebuah provinsi yang memiliki gugusan kepulauan di sebelah utaranya,

menjadikan Sulawesi Utara memiliki 3 kabupaten kepulauan yaitu Kabupaten

Kepulauan Siau Tagulandang Biaro (Sitaro), Kabupaten Kepulauan Sangihe dan

Kabupaten Kepulauan Talaud. Ketiga kabupaten kepulauan ini didominasi oleh

wilayah perairan, dengan luas perairan mencapai 53.426,61km2, dan 2253,24 km2

adalah total dari luas pulau-pulau (kurang lebih terdapat 200 pulau) di kawasan yang

sering disebut Nusa Utara ini. Awalanya ketiga Kabupaten ini masih bergabung

dengan nama Kabupaten Kepulauan Sangihe, daerah ini dikenal dengan hasil

perkebunannya antara lain kelapa, cengkeh, pala, dan coklat, dimana komoditi pala

sudah terkenal dan diakui dunia merupakan primadona kawasan.

Kabupaten Kepulauan Siau Tagulandang Biaro (Sitaro), adalah kabupaten

termuda di wilayah nusa utara hasil pemekaran dari Kabupaten Sangihe pada tahun

2007. Nama Siau Tagulandang Biaro (Sitaro) sendiri diambil dari nama 3 pulau

terbesar di kabupaten ini, yaitu pulau Siau, pulau Tagulandang dan pulau Biaro,

dengan jumlah penduduk mencapai 65.827 jiwa (2016).Kabupaten Sitaro memiliki

tanah yang subur untuk pertanian dan perkebunan, dimana salah satu hasil

perkebunannya yaitu pala sangat terkenal di penjuru dunia dan hal ini mampu

5
menunjang berkembangnya pendapatan daerah yang ada yang dapat dilihat pada

perkembangan PDRB Kabupaten Kepulauan Sitaro.

PDRB Kabupaten Kepulauan SITARO (Siau, Tagulandang dan Biaro)

disumbang oleh tujuh belas sektor ekonomi yang masing-masingnya memberikan

sumbangsi dan kontribusi terhadap pertumbuhan ekonomi di daerahnya sendiri

maupun di Provinsi Sulawesi Utara. Data perkembangan PDRB Kabupaten SITARO

(Siau, Tagulandang dan Biaro) selama tahun 2010-2019 secara rinci dapat dilihat

tampilan grafik berikut :

Grafik 1.2
Perkembangan PDRB ADHK Kabupaten Kepulauan Sitaro
Tahun 2010-2019

Sumber : SITARO dalam angka Th. 2010-2020 (Data diolah)

Berdasarkan grafik 1.2 dapat dilihat bahwa perkembangan PDRB ADHK

Kabupaten Kepulauan SITARO mengalami peningkatan pada periode Tahun 2010-

6
2019, tentunya dari perkembangan PDRB yang ada ditunjang oleh tujuh belas sektor

yang ada didalamnya, dan dari tujuh belas sektor terdapat empat sektor yang memiliki

nilai kontribusi yang besar dalam perkembangannya, diantaranya Sektor pertanian,

kehutanan dan perikanan, sektor jasa lainnya, sektor konstruksi dan sektor

perdagangan besar dan eceran reparasi mobil dan sepeda. Selain Kabupaten

Kepulauan SItaro terdapat pula Kabupaten Sangihe yang nilai PDRB mengalami

peningkatan.

Kabupaten Kepulauan Sangihe adalah hasil dari pemekaran Kabupaten

Kepulauan Sangihe dan Talaud pada tahun 2002. Kabupaten Sangihe memiliki tanah

yang subur dan pengasil laut yang melimpah, hal ini karena wilayah Kabupaten

sangihe yang strategis, tak berbeda dengan kabupaten Sitaro serta wilayah Sulawesi

Utara lainnya. Kabupaten ini, juga memiliki beberapa gunung yang menghiasi

wilayahnya. Gunung Awu (1.320 mdpl) dan Gunung Kakiralong (1.002 mdpl) di

Tahuna, Gunung Sandaruman (1.046 mdpl) di Tamako, dan Gunung Banua Wuhu (5

meter dibawah permukaan laut) di Tatoareng, menjadikan kabupaten ini termasuk

wilayah yang subur. Kondisi perekonomian yang ada di Kabupaten ini terus

mengalami pertumbuhan pada setiap tahunnya yang dapat dilihat dalam grafik

perkembangan PDRB berikut :

7
Grafik 1.3
Perkembangan PDRB ADHK Kabupaten Kepulauan Sangihe
Tahun 2010-2019

Sumber : Kabupaten Sangihe Dalam Angka

Berdasarkan grafik perkembangan PDRB atas dasar harga konstan Kabupaten

Kepulauan Sangihe terus mengalami peningkatan dari Tahun 2010-2019, hal ini

menunjukkan adanya perkembangan di dalam sektor-sektor yang ada di Kabupaten

Kepulauan sangihe yang mampu menunjang pertumbuhan ekonomi daerah

Kabupaten Kpulauan Sangihe, selain Kabupaten Sangihe, Sulawesi Utara juga

mempunyai daerah Kepulauan yang kondisi geografisnya berbatasan dengan Negara

tentangga Filipina. Daerah ini dahulu adalah daerah gabungan dengan Kabupaten

Kepulauan Sangihe dan Sitaro, yaitu Kabupaten Kepulauan Talaud.

Perekonomian Kabupaten Kepulauan Talaud pada tahun 2018 tumbuh

melambat dibandingkan dengan tahun sebelumnya tahun 2017. Hal ini ditunjukkan

dengan angka laju pertumbuhan ekonomi sebesar 5,07 persen. Lebih kecil

8
dibandingkan dengan angka laju pertumbuhan ekonomi tahun 2017 yang sebesar 5,10

persen. Salah satu penyebab yang ada adalah karena melambatnya sektor pertanian

yang berkontribusi terbesar terhadap Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) tahun

2018, yaitu sebesar 42 persen. PDRB Atas Dasar Harga Berlaku (ADHB) Kabupaten

Kepulauan Talaud pada tahun 2016 sebesar 2,05 Triliun Rupiah. Angka PDRB

ADHB ini dapat digunakan untuk membandingkan volume ekonomi, namun tidak

dapat digunakan untuk membandingkan pertumbuhan ekonomi. Dan untuk

perkembangan secara menyeluruh PDRB Kabupaten Kepulauan Talaud dapat dilihat

pada perkembangan grafik berikut :

Grafik 1.4
Perkembangan PDRB ADHK Kabupaten Kepulauan Talaud
Tahun 2010-2019

Sumber : Talaud dalam angka, 2010-2020

Berdasarkan graafik yang ada di Kabupaten Kepulauan Talaud, kondisi yang

sama terjadai seperti pada kabupaten nusa utara yang lainnya, Kabupaten Kepulauan

9
PDRB atras dasar harga konstan mengalami peningkatan yang siginifkan pada setiap

tahunnya, dan di Tahun 2019 mencapai angka PDRB sekita 1,60 juta. Dan untuk

pengembangannya perlu ada dongkrakan terhadap peningkatan masing-masing sektor

berdasarkan lapangan usaha yang ada. Guna mencapai perkonomian yang lebih

sejahtera dan mampu bersaing dengan daerah yang ada di sekitar Kabupaten

Kepulauan Talaud.

1.2 Rumusan Masalah

Adapun perumusan masalah dari penelitian ini adalah :

1. Sektor ekonomi manakah yang merupakan sektor ekonomi basis dan sektor

ekonomi non basis di Kabupaten Kepulauan Sangihe, Talaud dan Sitaro ?

2. Sektor ekonomi manakah yang memiliki daya saing terhadap perkembangan

perekonomian di Kabupaten Kepulauan Sangihe, Ta;aud dan Sitaro

3. Sektor ekonomi manakah yang merupakan sektor ekonomi prima, potensial,

berkembang dan relative tertinggal di Kabupaten Kepulauan Sangihe, Talaud, dan

Sitaro ?

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk :

1. Untuk mengetahui sektor ekonomi basis dan sektor ekonomi non basis di

Kabupaten Kepulauan Sangihe, Talaud, dan Sitaro

10
2. Untuk mengetahui sektor ekonomi yang memiliki daya saing terhadap

perkembangan perekonomian di Kabupaten Kepulauan Sangihe, Talaud dan

Sitaro

3. Untuk mengetahui sektor prima, sektor potensial, sektor berkembang, dan sektor

yang relative tertinggal di Kabupaten Kepulauan Sangihe, Talaud dan Sitaro

1.4 Manfaat Penelitian

1. Manfaat Ilmiah

a. Sebagai bahan informasi atau referensi bagi pihak lain yang berkepentingan

untuk penelitian sejenis atau lanjutanya.

b. Sebagai tambahan informasi dan pengetahuan tentang sektor basis dan strategi

pengembangan potensi ekonomi daerah di Kabupaten Kepulauan SITARO

2. Manfaat Praktis

Sebagai bahan masukan bagi pemerintah Kabupaten Kepulauan SITARO dalam

membuat kebijakan pembangunan daerah.

11
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Landasan Teori

2.1.1 Teori Basis Ekonomi

Teori basis ekonomi menyatakan bahwa laju pertumbuhan ekonomi suatu

wilayah ditentukan oleh besarnya penigkatan ekspor dari wilayah tersebut

(Tarigan,2005). Teori basis ini digolongkan kedalam dua sektor yaitu sektor basis dan

sektor non basis. Sektor basis yaitu sektor atau kegiatan ekonomi yang melayani baik

pasar di daerah tersebut maupun luar daerah. Secara tidak langsung daerah

mempunyai kemampuan untuk mengekspor barang dan jasa yang dihasilkan oleh

sektor tersebut ke daerah lain.

Sektor non basis adalah sektor yang menyediahkan barang dan jasa untuk

masyarakat di dalam batas wilayah perekonomian tersebut. Berdasarkan teori ini,

sektor basis perlu dikembangkan dalam rangka memaacu pertumbuhan ekonomi

suatu daerah. Inti dari teori ini adalah bahwa arah dan pertumbuhan suatu wilayah

ditentukan oleh ekspor wilayah tersebut.

Sektor basis dan non basisekonomi suatu wilayah dapat diketahui dengan

menggunakan analisis Location Quotient (LQ). LQ digunakan untuk mengetahui

seberapa besar tingkat spesialisasi sektor basis atau unggulan dengan cara

membanding perannya dalam perekonomian daerah tersebut dengan peranan kegiatan

atau industry sejenis dalam perekonomian regional (Emilia, 2006).

12
2.1.2 Pertumbuhan Ekonomi

2.1.2.1 Teori Pertumbuhan Ekonomi

Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu indikator penting guna

menganalisis pembangunan ekonomi yang terjadi pada suatu negara atau wilayah.

Pertumbuhan (growth) tidak identik dengan pembangunan (development).

Pertumbuhan ekonomi adalah salah satu syarat dari banyak syarat yang diperlukan

dalam proses pembangunan. Pertumbuhan ekonomi hanya mencatat penigkatan

produksi barang dan jasa secara nasional, sedangkan pembangunan berdimensi lebih

luas. Salah satu sasaran pembangunaan ekonomi daerah adalah menigkatkan laju

pertumbuhan ekonomi daerah (Kamarudin, 2010)

Kemajuan ekonomi suatu daerah menunjukkan keberhasilan suatu

pembangunan meskipun bukan merupakan satu-satunya indikator keberhasilan

pembangunan (Todaro:2006). Ada tiga macam ukuran untuk menilai pertumbuhan

ekonomi yaitu pertumbuhan output, pertumbuhan output per pekerja, dan

pertumbuhan output per kapita. Pertumbuhan output digunakan untuk menilai

pertumbuhan kapasitas produksi yang dipengaruhi oleh adanya peningkatan tenaga

kerja dan modal di wilayah tersebut. Pertumbuhan output per tenaga kerja sering

digunakan sebagai indikator adanya perubahan daya saing wilayah tersebut (melalui

pertumbuhan produktivitas). Sedangkan pertumbuhan output per kapita digunakan

sebagai indikator perubahan kesejahteraan ekonomi (Bhinadi:2003).

13
Ada beberapa teori mengenai pertumbuhan seperti yang diuraikan sebagai

berikut :

a. Teori Rostow dan Teori Harrord-Domar

Teori Rostow menjelaskan bahwa ada tahap-tahap yang dilewati suatu negara

dalam pertumbuhan ekonomi. Salah satu cara untuk mempercepat pertumbuhan

ekonomi adalah dengan memperkuat tabungan nasional. Teori ini diperjelas lagi

dengan teori Harord-Domar yang menyebutkan bahwa semakin banyak porsi PDB

yang ditabung akan menambah capital stock sehingga meningkatkan pertumbuhan

ekonomi. Kedua teori tersebut menjelaskan bahwa tingkat tabungan dan capital stock

yang tinggi akan meningkatkan pertumbuhan ekonomi. Namun beberapa studi

empiris menunjukkan hasil yang berbeda antara negara-negara di Eropa Timur dan di

Afrika. Hal ini menunjukkan adanya faktor lain yang mempengaruhi pertumbuhan

ekonomi, seperti kualitas SDM dan infrastruktur pendukung (Todaro : 2006).

b. Teori Transformasi Struktural

Teori ini berfokus pada mekanisme yang membuat negara-negara miskin dan

berkembang dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi dengan cara

mentransformasi struktur perekonomiannya dari yang semula sektor pertanian yang

bersifat tradisional menjadi dominan ke sektor industri manufaktur yang lebih

modern dan sektor jasa-jasa. Teori ini dipeloperi oleh W. Arthur Lewis. Menurut

Lewis, dalam perekonomian yang terbelakang ada 2 sektor yaitu sektor pertanian dan

sektor industri manufaktur. Sektor pertanian adalah sector tradisional dengan marjinal

produktivitas tenaga kerjanya nol. Dengan kata lain, apabila tenaga kerjanya

14
dikurangi tidak akan mengurangi output dari sector pertanian. Sektor industri modern

adalah sektor modern dan output dari sektor ini akan bertambah bila tenaga kerja dari

sektor pertanian berpindah ke sector modern ini. Dalam hal ini terjadi pengalihan

tenaga kerja, peningkatan output dan perluasan kesempatan kerja. Masuknya tenaga

kerja ke sektor modern akan meningkatkan produktivitas dan meningkatkan output.

c. Teori Solow

Teori ini menjelaskan bagaimana tingkat tabungan dan investasi, pertumbuhan

populasi dan kemajuan teknologi mempengaruhi tingkat output perekonomian dan

pertumbuhannya sepanjang waktu (Mankiw:2000). Dalam teori ini perkembangan

teknologi diasumsikan sebagai variabel yang eksogen. Hubungan antara output ,

modal dan tenaga kerja dapat ditulis dalam bentuk fungsi sebagai berikut.

y = f (k) ......................................................................................................................(1)

Dari persamaan 1 terlihat bahwa output per pekerja (y) adalah fungsi dari

capital stock per pekerja. Sesuai dengan fungsi produksi yang berlaku hukum “the

law of deminishing return”, dimana pada titik produksi awal, penambahan kapital per

labor akan menambah output per pekerja lebih banyak, tetapi pada titik tertentu

penambahan capital stock per pekerja tidak akan menambah output per pekerja dan

bahkan akan bisa mengurangi output per pekerja. Sedangkan fungsi investasi

dituliskan sebagai berikut.

i = s f(k) ......................................................................................................................(2)

15
Dalam persamaan tersebut, tingkat investasi per pekerja merupakan fungsi

capital stock per pekerja. Capital stock sendiri dipengaruhi oleh besarnya investasi

dan penyusutan dimana investasi akan menambah capital stock dan penyusutan akan

menguranginya.

Δk = i - γ kt .................................................................................................................(3)

γ adalah porsi penyusutan terhadap capital stock. Tingkat tabungan yang

tinggi akan berpengaruh terhadap peningkatan capital stock dan akan meningkatkan

pendapatan sehingga memunculkan pertumbuhan ekonomi yang cepat. Tetapi dalam

kurun waktu tertentu pertumbuhan ekonomi akan mengalami perlambatan jika telah

mencapai apa yang disebut steady-state level of capital. Kondisi ini terjadi jika

investasi sama dengan penyusutan sehingga akumulasi modal. Selain tingkat

tabungan, pertumbuhan juga dipengaruhi oleh pertumbuhan populasi. Pertumbuhan

populasi lebih bisa menjelaskan pertumbuhan ekonomi secara berkelanjutan. Populasi

meningkatkan jumlah labor dan dengan sendirinya akan mengurangi capital stock per

pekerja. Tingkat pertumbuhan populasi dan tingkat penyusutan secara bersama-sama

akan mengurangi capital stock. Pengaruh pertumbuhan populasi secara matematis

dapat ditulis sebagai berikut.

Δk = sf(k) - (γ + n) kt, .................................................................................................(4)

Dimana n adalah tingkat pertumbuhan populasi. Dalam teori ini diprediksi

bahwa negara-negara dengan pertumbuhan populasi yang tinggi akan memiliki GDP

perkapita yang rendah (Mankiw : 2000).

16
Kemajuan teknologi dalam teori Solow dianggap sebagai faktor eksogen.

Dalam perumusan selanjutnya fungsi produksi adalah Y =f (K,L,E), dimana E adalah

efisiensi tenaga kerja. Selanjutnya y adalah Y/LE dimana LE menunjukkan jumlah

tenaga kerja efektif. Pengaruh dari kemajuan teknologi terhadap perubahan modal

dapat dirumuskan sebagai

Δk = sf(k) - (γ + n + g) kt, ..........................................................................................(5)

Dimana g menggambarkan kemajuan teknologi melalui efisiensi tenaga kerja.

Dampak dari kemajuan teknologi adalah dapat memunculkan pertumbuhan ekonomi

secara berkelanjutan karena mengoptimalkan efisiensi tenaga kerja yang terus

tumbuh.

Menurut teori Solow ada beberapa hal yang dilakukan untuk memacu

pertumbuhan ekonomi. Meningkatkan porsi tabungan akan meningkatkan akumulasi

modal dan mempercepat pertumbuhan ekonomi. Selain itu meningkatkan investasi

yang sesuai dalam perekonomian baik dalam bentuk fisik maupun non-fisik.

Mendorong kemajuan teknologi dapat meningkatkan pendapatan per tenaga kerja

sehingga pemberian kesempatan untuk berinovasi pada sektor swasta akan

berpengaruh besar dalam pertumbuhan ekonomi.

d. Teori Pertumbuhan Endogen

Teori-teori selanjutnya adalah teori pengembangan model Solow. Diantaranya

teori pertumbuhan endogen yang berusaha menjelaskan bahwa sumber-sumber

pertumbuhan adalah peningkatan akumulasi modal dalam arti yang luas. Modal

dalam hal ini tidak hanya dalam sifat fisik tetapi juga yang bersifat non-fisik berupa

17
ilmu pengetahuan dan teknologi. Perkembangan teknologi ini akan mengembangkan

inovasi sehingga meningkatkan produktivitas dan berujung pada peningkatan

pertumbuhan ekonomi. Adanya penemuan-penemuan baru berawal dari proses

learning by doing, yang dapat memunculkan penemuan-penemuan baru yang

meningkatkan efisiensi produksi. Efisiensi ini yang dapat meningkatkan

produktivitas. Sehingga dalam hal ini kualitas sumber daya manusia adalah factor

yang berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi.

2.1.2.2 Indikator Pertumbuhan Ekonomi

Sebagaimana teori yang dikemukakan oleh Prof Rahardjo Adisasmita (2011),

dalam bukunya mengatakan bahwa ada beberapa indicator yang dapat dijadikan

sebagai tolak ukur untuk melihat pertumbuhan ekonomi suatu wilayah adalah sebagai

berikut :

a. Ketidakseimbangan Pendapatan

Dalam keadaan yang ideal, di mana pendapatan dengan mutlak didistribusikan

secara adil, 80 persen populasi terbawah akan menerima 80 persen dari total

pendapatan, sedangkan 20 persen populasi teratas menerima 20 persen total

pendapatan. Menurut Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), susunan pengelompokan

penduduk dibagi tiga, yaitu 40 persen populasi terendah, 40 persen populasi sedang,

dan 20 persen populasi teratas. Indikator ketidakseimbangan pendapatan dapat

diterapkan untuk menilai keberhasilan pembangunan ekonomi di suatu wilayah.

b. Perubahan Struktur Perekonomian

18
Dalam masyarakat yang maju, pembangunan ekonomi yang dilaksanakan

akan mengakibatkan perubahan struktur perekonomian, dimana terjadi kecendrungan

bahwa kontribusi (peran) sektor petanian terhadap nilai PDRB akan menurun,

sedangkan kontribusi sektor industry akan meningkat. Sektor industri memiliki

peranan sangat penting dalam pembangunan nasional dan regional, sektor industri

dapat menyediakan lapangan kerja yang luas, memberikan peningkatan pendapatan

kepada masyarakat, menghasilkan devisa yang dihasilkan dari exspor. Oleh karena

itu, perekonomian suatu wilayah harus di orientasikan selain sektor pertanian, tetapi

harus pula diorientasikan kepada sektor industri. lapangan kerja yang luas,

memberikan peningkatan pendapatan kepada masyarakat, menghasilkan devisa yang

dihasilkan dari exspor. Oleh karena itu, perekonomian suatu wilayah harus di

orientasikan selain sektor pertanian, tetapi harus pula diorientasikan kepada sektor

industri.

c. Pertumbuhan Kesempatan Kerja

Masalah ketenagakerjaan dan kesempatan kerja merupakan salah satu masalah

yang stategis dan sangat mendesak dalam pembangunan di Indonesia. Penduduk

Indonesia yang berjumlah lebih dari 240 jiwa, tingkat pengangguran cukup tinggi dan

cenderung bertambah luas akibat krisis financial Negara-negara di dunia. Untuk

mengatasi krisis ekonomi yang sangat luas tersebut, diperlukan peranan pemerintah.

Salah satu langkah strategis yang ditempuh adalah pembangunan prasarana (misalnya

jalan). Pembangunan jalan yang menjangkau ke seluruh kantong-kantong produksi,

akan mendorong peningkatan produksi berbagai komoditas sektor pertanian dalam

19
arti luas (meliputi tanaman pangan, perkebunan, perikanan, peternakan, dan

kehutanan) serta barang-barang hasil industri. Pembangunan prasarana dan sarana

transportasi akan menunjang berkambangnya berbagai kegiatan di sektor-sektor

lainnya ( pertanian, perdagangan, industri, pariwisata dan lainnya).

d. Tingkat dan Penyebaran Kemudahan

Dalam hal ini “kemudahan” diartikan sebagai kemudahan bagi masyarakat

dalam memenuhi kebutuhannya, baik pemenuhan kebutuhan hidup sehari-hari

(seperti sandang, pangan, papan, memperoleh pelayanan pendidikan dan kesehatan,

kesempatan melakukan ibadah, rekreasi dan sebagainya), maupun pemenuhan

kebutuhan untuk dapat melakukan kegiatan usaha misalnya mendapatkan bahan baku,

bahan penolong, suku cadang, listrik, air bersih, dan jasa-jasa seperti jasa angkutan,

pemasaran, perbankan dan lainnya)

e. Produk Domestik Regional Bruto

Indikator penting untuk dapat mengetahui kondisi ekonomi suatu daerah

dalam kurun waktu tertentu ialah menggunakan data Produk Domestik Regional

Bruto (PDRB), dapat menggunakan atas dasar harga berlaku ataupun atas dasar harga

konstan.Menurut Sukirno (2002), pertumbuhan ekonomi merupakan kenaikan output

per kapita dalam jangka yang panjang, penekanannya ialah pada tiga aspek yakni

proses, output per kapita, serta jangka panjang. Pertumbuhan ekonomi merupakan

proses, bukan hanya gambaran ekonomi sesaat. Pembangunan daerah serta

pembangunan sektoral harus dilaksanakan sejalan agar pembangunan sektoral yang

berada di daerah-daerah dapat berjalan sesuai dengan potensi serta prioritas

20
daerah.Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) merupakan jumlah nilai tambah

yang dihasilkan untuk seluruh wilayah usaha dan jasa dalam suatu wilayah,

menerapkan jumlah seluruh nilai barang dan jasa akhir yang dihasilkan seluruh unit

ekonomi. PDRB sendiri dapat diartikan sebagai jumlah nilai tambah yang dihasilkan

oleh seluruh unit usaha atau merupakan jumlah seluruh nilai barang dan jasa oleh

seluruh unit ekonomi di suatu wilayah (BPS, 2016).

Semakin tinggi nilai PDRB suatu daerah maka ini menunjukkan tingginya

tingkat pertumbuhan ekonomi serta menggambarkan bahwa daerah tersebut

mengalami kemajuan dalam perekonomian. Pada hakekatnya pertumbuhan ekonomi

suatu daerah dapat terjadi ketika penentu-penentu endogen (faktor dari dalam daerah)

maupun eksogen (faktor dari luar daerah) bersangkutan serta berkombinasi.

Pendekatan yang biasa digunakan dalam menjelaskan pertumbuhan regional ialah

dengan menggunakan model-model ekonomi makro (Afrizal, 2013).

Metode Perhitungan Produk Domestik Regional Bruto

 Metode Langsung

1) Pendekatan Produksi

Dengan pendekatan Produksi (production approach) produk nasional atau

produk domestik bruto diperoleh dengan menjumlahkan nilai pasar dari seluruh

barang dan jasa yang dihasilkan oleh berbagai sektor dalam perekonomian.

Dengan demikian, GNP atau GDP menurut pendekatan produksi ini adalah

penjumlahan dari masing-masing barang dan jasa dengan jumlah atau kuantitas

21
barang dan jasa yang dihasilkan, hal ini secara matematis dapat dinyatakan sebagai

berikut : Y = (Q1 × P1) + (Q2 × P2) + (Q3 × P3) + … + (Qn × Pn)

Keterangan :

Y = Pendapatan Nasional

Q1, Q2, Q3, dan Qn = jumlah jenis barang ke-1, ke-2, ke-3, ke-n

P1, P2, P3, dan Pn = harga jenis barang ke-1, ke-2, ke-3, ke-n

2) Pendekatan Pendapatan.

Pendekatan pendapatan (income approach) adalah suatu pendekatan dimana

pendapatan nasional diperolah dengan cara menjumlahkan pendapatan dari berbagi

dari faktor produksi yang menyumbang terhadap proses produksi. Dalam hubungan

ini pendapatan nasional adalah penjumlahan dari unsur-unsur atau jenis-jenis

pendapatan.

a) Kompensasi untuk pekerja (compensation for employees), yang terdiri dari upah

(wages) dan gaji (salaries) ditambah faktor rent terhadap upah dan gaji (misalnya

kontribusi pengusaha untuk rencana-rencana pensiun dan dana jaminan sosial),

dan ini merupakan komponen terbesar dari pendapatan nasional.

b) Keuntungan perusahaan (corporate provit), yang merupakan kompensasi kepada

pemilik perusahaan yang mana sebagian dari padanya digunakan untuk mambayar

pajak keuntungan perusahaan (corporate profity takes), sebagian lagi dibagikan

kepada para pemilik saham (stock holders) sebagai deviden, dan sebagian lagi

ditabung perusahaan sebagai laba perusahaan yang tidak dibagikan.

22
c) Pendapatan usaha perorangan (proprictors income), yang merupakan kompensasi

atas penggunaan tenaga kerja dan sumber-sumber dari self employeed person,

misalnya petani, self employeed profesional, dan lain-lain.dengan perkataan lain

proprictors income merupakan pendapatan new korporasi.

d) Pendapatan sewa (rental income of person), yang merupakan kompensasi untuk

pemilik tanah, rental bussines dan recidential properties, termasuk didalamnya

pendapatan sewa dari mereka yang tidak terikat dalam bisnis real estate :

pendapatan sewa dihitung untuk rumah-rumah yang non form yang dihuni oleh

pemiliknya sendiri; dan royalties yang diterima oleh orang dari hak paten, hak

cipta, dan hak terhadap sumber daya alam.

e) Bunga netto (net interest) terdiri atas bunga yang dibayar perusahaan dikurangi

oleh bunga yang diterima oleh perusahaan ditambah bunga netto yang diterima

dari luar negeri. Bunga yang dibayar oleh pemerintah dan yang dibayar oleh

konsumen tidak termasuk didalamnya. Secara matematis pendapatan nasional

berdasarkan pendekatan pendapatan dapat dirumuskan sebagai berikut:

NI = Yw + Yi + Ynr + Ynd

Dimana:

Yw : Pendapatan dari upah, gaji dan pendapatan lainnya sebelum pajak

Yr : Pendapatan dari bunga

Ynr dan Ynd : Pendapatan dari keuntungan dari perusahaan dan pendapatan lainnya

sebelum pendapatan lainnya sebelum pengenaan pajak.

3) Pendekatan Pengeluaran

23
Pendekatan pengeluaran adalah pendekatan pendapatan nasional atau produk

domestik regional bruto diperoleh dengan cara menjumlahkan nilai pasar dari seluruh

permintaan akhir (final demand) atas output yang dihasilkan dalam perekonomian,

diukur pada harga pasar yang berlaku. Dengan perkataan lain produk nasional atau

produk domestik regional bruto adalah penjumlahan nilai pasar dari permintaan

sektor rumah tangga untuk barang-barang konsumsi dan jasa-jasa (C), permintaan

sektor bisnis barang-barang investasi (I), pengeluaran pemerintah untuk barang-

barang dan jasa-jasa (G), dan pengeluaran sektor luar negeri untuk kegiatan ekspor

dan impor (X-M).

 Metode Tidak Langsung

Menghitung nilai tambah suatu kelompok ekonomi dengan mengalokasikan

nilai tambah kedalam masing-masing kelompok kegiatan ekonomi pada tingkat

regional sebagai alokator digunakan yang paling besar tergantung atau erat kaitannya

dengan produktifitas kegiatan ekonomi tersebut melalui PDRB menurut harga berlaku

dan harga konstan. Pendapatan regional suatu provinsi dapat diukur untuk

menghitung kenaikan tingkat pendapatan masyarakat. Kenaikan ini dapat disebabkan

karena dua faktor yaitu:

i. Kenaikan pendapatan yang benar-benar bisa menaikkan daya beli penduduk

(kenaikan rill).

ii. Kenaikan pendapatan yang disebabkan oleh karena inflasi, kenaikan pendapatan

yang disebabkan kerena kenaikan harga pasar tidak menaikkan daya beli

24
penduduk dan kenaikan seperti ini merupakan kenaikan pendapatan yang tidak

riil. Oleh karena itu berdasarkan kenyataan diatas untuk mengetahui kenaikan

pendapatan yang sebenarnnya (riil) maka faktor yang harus dieliminir pendapatan

regional dengan faktor inflasi (faktor inflasi belum dihilangkan) merupakan

pendapatan regional dengan harga berlaku, sedangkan pendapatan regional

dimana faktor inflasi tidak lagi diperhitungkan disebut dengan pendapatan

regional atas dasar harga konstan.

2.1.3 Sektor Ekonomi Unggulan

Sektor unggulan dipastikan memiliki potensi lebih besar untuk tumbuh lebih

cepat dibandingkan sektor lainnya dalam suatu daerah terutama adanya faktor

pendukung terhadap sektor unggulan tersebut yaitu akumulasi modal, pertumbuhan

tenaga kerja yang terserap, dan kemajuan teknologi (technological progress).

Penciptaan peluang investasi juga dapat dilakukan dengan memberdayakan potensi

sektor unggulan yang dimiliki oleh daerah yang bersangkutan (Rachbini, 2001).

Sektor unggulan sebagai sektor yang sangat penting dalam pembangunan

ekonomi suatu wilayah tidak hanya mengacu pada lokasi secara geografis saja

melainkan pada suatu sektor yang menyebar dalam berbagai saluran ekonomi

sehingga mampu menggerakkan ekonomi secara keseluruhan. Sektor unggulan adalah

sektor yang mampu mendorong pertumbuhan atau perkembangan bagi sektor-sektor

lainnya, baik sektor yang mensuplai inputnya maupun sektor yang memanfaatkan

outputnya sebagai input dalam proses produksinya (Widodo, 2006).

25
Sektor unggulan biasanya berkaitan dengan suatu perbandingan, baik itu

perbandingan berskala regional, nasional maupun internasional. Pada lingkup

internasional, suatu sektor dikatakan unggulan jika sektor tersebut mampu bersaing

dengan sektor yang sama dengan negara lain. Sedangkan pada lingkup nasional, suatu

sektor dapat dikategorikan sebagai sektor unggulan apabila sektor di wilayah tertentu

mampu bersaing dengan sektor yang sama yang dihasilkan oleh wilayah lain, baik di

pasar nasional ataupun domestik. Suatu daerah akan mempunyai sektor unggulan

apabila daerah tersebut dapat memenangkan persaingan pada sektor yang sama

dengan daerah lain sehingga dapat menghasilkan ekspor (Suyanto, 2000:146). Sektor

unggulan di suatu daerah (wilayah) berhubungan erat dengan data PDRB dari daerah

bersangkutan.

2.1.3.1 Kriteria Sektor Ekonomi Unggulan

Menurut Rachbini (2001) ada empat syarat agar suatu sektor tertentu menjadi

sektor prioritas, yaitu :

1. Sektor tersebut harus menghasilkan produk yang mempunyai permintaan yang

cukup besar sehingga laju pertumbuhan berkembang cepat akibat dari efek

permintaan tersebut.

2. Karena ada perubahan teknologi yang teradopsi secara kreatif maka fungsi

produksi baru bergeser dengan pengembangan kapasitas yang lebih luas.

3. Harus terjadi peningkatan investasi kembali dari hasil-hasil produksi sektor yang

menjadi prioritas tersebut, baik swasta maupun pemerintah.

26
4. Sektor tersebut harus berkembang sehingga mampu memberi pengaruh terhadap

sektor-sektor lainnya.

Penentuan sektor unggulan menjadi hal yang penting sebagai dasar

perencanaan pembangunan daerah sesuai era otonomi daerah saat ini, dimana daerah

memiliki kesempatan serta kewenangan untuk membuat kebijakan yang sesuai

dengan potensi daerah demi mempercepat pembangunan ekonomi daerah.

Beberapa kriteria unggulan yang dijelaskan menurut beberapa ahli, maka

dapat dirumuskan beberapa kriteria yang dapat digunakan dalam penelitian studi

ini,yakni meliputi:

a) Sektor unggulan harus mampu menjadi penggerak utama (Prime Mover)

pembangunan perekonomian. Artinya, sektor unggulan tersebut memiliki

kontribusi rata-rata dalam PDRB atau penyerapan tenaga kerja lebih tinggi

dibandingkan dengan kontribusi rata-rata sektor yang sama pada wilayah referensi

(cakupan wilayah yang lebih luas) dan memiliki laju pertumbuhan PDRB atau

penyerapan tenaga kerja rata-rata yang lebih tinggi dibandingkan sektor yang

sama wilayah referensi. Sehingga dapat meningkatkan perekonomian daerah

terhadap suatu refrensi.

b) Sektor ekonomi sebagai sektor basis dan mana pula yang tidak. sektor ini

merupakan kegiatan ekonomi daerah yang mempunyai keuntungan kompetitif

untuk dikembangkan dalam rangka mendorong proses pembangunan di daerah,

serta memiliki potensi untuk mengekspor hasil produksi ke wilayah lain atau

merupakan sektor basis yang memiliki tingkat pertumbuhan PDRB atau

27
penyerapan tenaga kerja sebanding atau lebih tinggi daripada laju pertumbuhan

sektor yang sama di Kabupaten/Kota lain di wilayah referensi. Bahwa sektor

tersebut mempunyai permintaan yang tinggi, baik pasar lokal ataupun pasar

ekspor.

c) Sektor unggulan mampu bersaing (Competitiveness) dengan sektor sejenis dari

wilayah lain baik regional atupun internasional serta merupakan sektor yang

tumbuh lebih pesat di dalam lingkup wilayah referensi dan memiliki tingkat

pertumbuhan PDRB atau penyerapan tenaga kerja yang relatif lebih tinggi

dibandingkan sektor yang sama dalam lingkup wilayah referensi, dimana tingkat

pertumbuhan sektor dalam lingkup wilayah referensi dilihat dari nilai

Proportional Shift (PS), sedangkan keunggulan lokasional dilihat dari nilai

Differential Shift (DS), dengan menggunakan variabel PDRB atau tenaga kerja.

Sehingga akan dapat pula mendorong pengembangan ekspor barang maupun jasa.

d) Mempunyai tingkat keterkaitan ke depan (Forward Linkage) dan ke belakang

yang tinggi (Backward Linkage), yang dinilai melalui indeks daya menarik (IDM)

dan indeks derajat kepekaan (IDK), Sektor yang dikategorikan sebagai sektor

ekonomi unggulan adalah sektor yang memiliki indeks derajat kepekaan dan

indeks daya menarik lebih dari satu, Sektor ini mampu mendorong pertumbuhan

atau perkembangan bagi sektor-sektor lainnya. Serta sektor ekonomi mempunyai

multiplier effect yang besar terhadap kegiatan perekonomian lain dan

pengembangan kawasan sekitarnya. Keterkaitan mewujudkan proses

28
pembangunanya yang efisien dan saling mendukung sehingga perekonomian

daerah akan bertumbuh lebih cepat.

2.1.4 Konsep Sektor Potensial

Konsep dan teori mengenai pembangunan daerah memiliki kaitan dengan

terwujudnya konsep kawasan andalan. Terdapat beberapa faktor pendukung

penetapan kawasan andalan antara lain teori basis ekonomi, teori pertumbuhan

ekonomi daerah, teori kutub pertumbuhan serta teori spesialisasi.

Mempunyai potensi lebih untuk dapat tumbuh jika dibandingkan dengan

daerah lain dalam satu wilayah regional, kawasan andalan dinilai memiliki beberapa

unsur unggulan yang bisa merangsang pertumbuhan wilayahnya. Terjadinya

akumulasi modal yang bersumber dari masuknya investasi baik berasal dari dalam

negeri maupun asing, pertumbuhan jumlah penduduk yang dapat dilihat dari angka

fertilitas, mortalitas dan migrasi yang dalam pertumbuhannya mengikuti deret ukur,

serta adanya kemajuan teknologi merupakan faktor yang dapat mempengaruhi

pertumbuhan ekonomi (Todaro, 2000). Menurut Soepono (2000) pemberdayaan

sektor-sektor potensial yang dimiliki oleh daerah yang bersangkutan dapat

menciptakan peluang investasi dan juga dapat menarik minat investor. Sektor

unggulan yang merupakan sektor ekonomi basis dari suatu daerah dapat ditemukan

dengan menggunakan analisis LQ, yang diyakini pertumbuhan dari sektor-sektor

tersebut dapat menentukan pembangunan daerah secara menyeluruh, sedangkan

aktivitas dari kegiatan sektor non basis merupakan implikasi dari pembangunan

daerah secara menyeluruh tersebut.

29
Kriteria penetapan kawasan andalan dianggap relevan dengan teori

spesialisasi ketika perekonomian kawasan andalan memiliki keterikatan dengan

daerah di sekitarnya. Spesialisasi komoditi yang dilakukan berdasarkan sektor

unggulan yang dimiliki akan menyebabkan munculnya pemusatan kegiatan-kegiatan

sektoral di masing-masing daerah yang dipercaya dapat mempercepat bahkan

meningkatkan pertumbuhan ekonomi daerah.

Menurut Samuelson dalam Aswandi dan Kuncoro (2002) dengan

dilakukannya pembagian kerja maka akan menyebabkan masyarakat lebih efektif dan

efektif, melalui pembagian seluruh proses produksi kepada unit khusus yang telah

terspesialisasikan. Daerah dengan ekonomi yang telah terspesialisasikan akan

membentuk jaringan perdagangan yang lebih luas adalah ciri perekonomian maju.

Terjadinya proses pertukarakan komoditas antar daerah sesuai dengan kebutuhan

daerah disebabkan oleh adanya spesialisasi ekonomi, sehingga dapat mendongkrak

perekonomian daerah naik bersama-sama dan berkesinambungan untuk menuju

proses pertumbuhan ekonomi.

30
2.2 Penelitian Terdahulu

Nama/Tahun Judul Metode Hasil Penelitian


Kalzum R. Analisis Location LQ Dari ke-tujuh sektor basis Kabupaten
Jumiyanti Quotient dalam Gorontalo, sektor Pengadaan Listrik
2018 Penentuan Sektor dan Gas merupakan sektor yang
Basis dan Non paling stabil untuk dijadikan
Basis di kegiatan basis di wilayah Kabupaten
Kabupaten Gorontalo. Dengan kontribusi yang
Gorontalo cukup tinggi dan juga nilai LQ
Kabupaten Gorontalo terhadap
perekonomian Provinsi Gorontalo
yang juga cukup tinggi menjadikan
kegiatan ini sebagai kegiatan basis
yang sangat baik untuk
dikembangkan karena banyak sekali
dampak positif yang ditimbulkan
dari sektor ini.
Andy Pratama Pengaruh sektor LQ dan Hasil pengolahan data diperoleh
2015 basis dan non Regresi bahwa Variabel sektor basis
basis terhadap Sederhana memiliki pengaruh yang signifikan
pertumbuhan positif terhadap pertumbuhan
ekonomi di ekonomi di Kabupaten Pasuruan.
Kabupaten Kemudian variabel sektor non basis
Pasuruan memiliki pengaruh signifikan positif
dan signifikan terhadap pertumbuhan
ekonomi di Kabupaten Pasuruan.
Sektor basis dan sektor non basis
secara bersama-sama berpengaruh
signifikan positif terhadap
pertumbuhan ekonomi di Kabupaten
Pasuruan. Hal ini berarti jika sektor
basis dan sektor non basis
ditingkatkan maka akan dipengaruhi
dengan meningkatnya pertumbuhan
ekonomi di Kabupaten Pasuruan.
Zamida Analisis sektor LQ Hasil analisis LQ menunjukkan
2015 basis di bahwa Sektor Pertanian dan Sektor
Kabupaten Jasa menjadi Sektor Basis di
Lamongan Kabupaten Lamongan sedangkan
(analisis location sektor lainnya termasuk ke dalam
quetient) Sektor non Basis. Dengan analisis
tabel menunjukkan bahwa di
Kabupaten Lamongan masih
mengandalkan Sektor Pertanian

31
sebagai penyokong utama
perekonomian di Kabupaten
Lamongan. Artinya bahwa
Kabupaten Lamongan masih
tergolong ke dalam struktur ekonomi
Sektor Pertanian yang hanya
mengandalkan alam untuk
matapencaharian sehari-hari di
Kabupaten Lamongan.
Sari Sasmita Analisis sektor LQ Hasil penelitian menunjukan bahwa
Sambuari basis di sektor yang memiliki nilai LQ > 1
2015 Kabupaten adalah sektor basis. Artinya sektor
Bolaang tersebut telah mampu untuk
Mongondow memenuhi kebutuhannya sendiri
Utara juga untuk memenuhi kebutuhan
daerah lainnya. Selama kurun waktu
2009-2013 yang termasuk sektor
basis terdapat pada sektor pertanian,
sektor petambangan dan penggalian
dan sektor jasa-jasa. Sedangkan
sektor yang memiliki nilai LQ < 1
adalah sektor non basis. Hal ini
menunjukkan sektor tersebut belum
mampu untuk memenuhi kebutuhan
daerah. Sektor tersebut adalah sektor
perdagangan hotel dan restoran,
sektor industri pengolahan, sektor
listrik, gas dan air bersih, sektor
kontruksi, sektor pengangkutan dan
komunikasi dan sektor keuangan,
real estat dan jasa perusahaan.
Azhar Analisis sektor LQ 1.Sektor yang menjadi basis di
2003 basis dan non Nanggroe Aceh Darussalam dari
basis di Provinsi tahun 1992 sampai dengan 2001
Nanggroe Aceh yaitu sektor pertambangan dan
Darussalam penggalian, sektor industri
pengolahan serta sektor pertanian.
Sedangkan keenam sektor lainnya
menjadi sektor non basis.
2.Laju pertumbuhan sektor basis
dan sektor non basis dari tahun
1992 sampai dengan 2001
mengalami kenaikan dan
penurunan atau berfluktuasi.
Dedi Setiawan Analisis LQ Berdasarkan hasil analisis korelasi
2018 hubungan sektor dapat di simpulkan bahwa hipotesis

32
ekonomi basis tentang terdapat hubungan yang
dengan positif dan kuat antara pertumbuhan
penyerapan ekonomi sektor basis tersebut di
tenaga kerja di Kabupaten Merangin, tidak dapat di
Kabupaten buktikan atau tidak berpengaruh
Merangin secara signifikan karena tidak
seluruh sektor basis memiliki
korelasi yang kuat dengan
penyerapan tenaga kerja.
Puspasari Ayu Analisis potensi LQ dan Shift Hasil analisis LQ dan Shift Share
Ningrum sektor basis dan Share Esteban Marquillas menunjukkan
2017 non basis bahwa tahun 2010-2015 yang sektor
ekonomi pada basis di Kota Salatiga adalah sektor
perubahan pengadaan listrik dan gas, pengadaan
struktur air, pengelolaan sampah, limbah dan
perekonomian di daur ulang, industri pengolahan,
Kota Salatiga konstruksi, penyediaan akomodasi
Tahun 2010-2015 dan makan minum, jasa keuangan
dan asuransi, real estate, jasa
perusahaan, administrasi
pemerintahan, pertahanan dan
jaminan sosial wajib, jasa
pendidikan, jasa kesehatan dan
kegiatan sosial dan terjadi perubahan
struktur ekonomi dari sektor modern
ke tradisional tahun 2013-2015.
Vicky Y. Analisis sektor LQ dan Shift 1. Dari hasil LQ di dapat bahwa di
Takalumang ekonomi Share Kabupaten Kepulauan Sangihe
2018 unggulan dalam dari 17 sektor terdapat 6 sektor
mendorong yang basis atau unggulan. sektor
pertumbuhan Administrasi Pemerintahan,
ekonomi Pertahanan dan Jaminan Sosial
Kabupaten Wajib, sektor Pertanian,
Kepulauan Kehutanan, dan Perikanan, sektor
Sangihe Real Estate, sektor Perdagangan
Besar dan Eceran; Reparasi Mobil
dan Sepeda Motor dan yang
terakhir sektor Jasa Kesehatan dan
Kegiatan Sosial. Sektor-sektor ini
merupakan sektor Basis atau
unggulan artinya, sektor-sektor ini
telah mampu memenuhi
kebutuhan daerahnya sendiri.
Secara umum dapat pula diartikan
bahwa sektor-sektor basis tidak
hanya mampu berproduksi untuk

33
memenuhi kebutuhan daerahnya
sendiri, tetapi juga mampu
memasok untuk kebutuhan daerah
lain. Sektor-sektor ini sangat
berpotensi untuk di kembangkan
dan bisa menjadi sumber daya
untuk mendorong perekonomian
Kabupaten Kepulauan Sangihe
Karena memiliki kekuatan dan
prospek yang baik dimasa datang.
2. Dari hasil perhitungan Shift Shre
atau Pengaruh terbesar di
Kabupaten Kepulauan Sangihe
yaitu sektor Pertanian, Kehutanan,
dan Perikanan, sektor
Perdagangan Besar dan Eceran;
Reparasi Mobil dan Sepeda
Motor, sektor Administrasi
Pemerintahan, Pertahanan dan
Jaminan Sosial Wajib, sektor
Konstruksi dan sektor
Transportasi dan Pergudangan.
Perekonomian Kabupaten
Kepulauan Sangihe mendapatkan
hasil yang sangat positif terhadap
nilai Total Kinerja selama kurun
waktu 2010-2015 karena
mengalami kenaikan nilai absolut
serta keunggulan kinerja
perekonomian daerah.
Patrick Ch. Analisa Shift Share Hasil penelitian didapat ialah
Wauran komoditas/produk peningkatan perekonomian di
2018 unggulan di Kabupaten Kepulauan SITARO
Kabupaten disumbangkan oleh sektor pertanian,
Kepulauan kehutanan dan perikanan, sektor
SITARO perdagangan Perdagangan Besar dan
Eceran; Reparasi Mobil dan Sepeda
Motor, sektor konstruksi dan
transportasi. Perekonomian
Kabupaten Kepulauan SITARO
mempunyai daya saing yang tinggi
dan keunggulan kompetitifnya
tinggi. untuk komoditi/ produk
unggulan yang sangat cocok dengan
kondisi wilayah di Kabupaten
Kepulauan SITARO untuk pertanian

34
ialah komoditi pala, cengkeh,ubi
kayu, kelapa, keneri dan jagung.
Untuk buah-buahan ialah salak,
mangga, kedondong, jeruk ikan,
jeruk nipis dan pisang mas.
Sedangkan untuk perikanan ialah
malalugis, cakalang, tude, deho dan
tongkol. Bidang usaha untuk
perdagangan ialah toko kelontong,
kios UKM dan distributor makan.
Bidang usaha di sektor transportasi
ialah taxi antar pulau, taxi lokal dan
mini bus. Budang usaha sektor
konstruksi ialah konstruksi bangunan
dan jalan.
Neltji Janis Identifikasi sektor LQ dan Shift Melalui analisis LQ (location
2015 ekonomi Share Quotient) dan shift share diperoleh
unggulan Kota sub sektor yang memiliki
Tomohon Tahun keunggulan baik dilihat dari PDRB
2009-2013 Kota Tomohon Atas Dasar Harga
Berlaku dan Atas Dasar Harga
Konstan yaitu sektor Konstruksi,
Sektor Pertambangan dan
Penggalian, Sektor listrik, Gas dan
Air Bersih, dan sektor jasa-jasa.
Keempat sektor ini menunjukan
bahwa Kota Tomohon mampu
memenuhi sendiri kebutuhannya, dan
memungkinkan untuk mengekspor
keluar daerah.
Made Antara Basis Sector in DLQ and Shift The results of analysis showed that
2017 the Economic Share the basis sectors in economic
Structure of structure of Badung Regency is
Badung Regency, water supply, waste, and recycling
Bali, Indonesia sector, construction sector,
transportation and warehousing
sector, and accommodation and
feeding supply sector. The
agricultural sub-sector has three
sub-sub-sectors that are able to
become the basis sub-subsector in
the future are food crop sub-sub-
sectors, horticultural crops sub-
subsector, and fishery sub-sector.
Two factors causing the change of
agriculture, forestry and fishery sub-

35
sector positions in the economic
structure of Badung Regency,
namely economic structure and
location factor
Martin Neil US Descriptive On the other hand, there are some
Baily Manufacturing: potential causes for concern. First,
2014 Understanding Its though n the other hand, there are
Past and Its some potential causes for concern.
Potential Future First, though manufacturing’s output
share of GDP has remained stable
over 50 years, and manu-
anufacturing’s output share of GDP
has remained stable over 50 years,
and manufacturing retains a
reputation as a sector of rapid
productivity improvements, this
acturing retains a reputation as a
sector of rapid productivity
improvements, this is largely due to
the spectacular performance of
one subsector of manufacturing: s
largely due to the spectacular
performance of one subsector of
manufacturing: computers and
electronics. Meanwhile, the
90 percent of manufacturing that lies
omputers and electronics.
Meanwhile, the 90 percent of
manufacturing that lies outside the
computer and electronics industry
has seen its share of real GDP fall
utside the computer and electronics
industry has seen its share of real
GDP fall substantially, while its
productivity growth has been fairly
slow. Complicating the
Hardiani Analysis of LQ, Shift The results of the analysis found that
2017 leading sector of share, of the 14 basic sectors in Jambi City
Jambi City Tippoligi (based on LQ analysis), there are
Klassen four priority sectors namely
electricity and gas procurement,
building, large and retail trade, car
and motorcycle repairs, health
service and social activities
Willy Arafah Determining LQ The analysis showed that
2017 Factors of in the year 2013-2014 the Trade and

36
Potential Retail sector; Car and Motorcycles
Economy Sectors Repair sector; Real Estate sector;
of Bantaeng Government Administration sector;
Regency in South Defence and Compulsory Social
Sulawesi Security; and Other Services Sector
Province of is the leading economy sector in
Indonesia: An Bantaeng Regency. And in the year
Analysis Using 2014-2015, the Trade and Retail
the Location sector; Cars and Motorcycles Repair
Quotient sector; Real Estate sector; Service
Approach Sector Health and Social Work; and
Other Services Sector is the leading
economy sector in Bantaeng
Regency.
Chandrasiri Accrual Basis descriptive This study uses the political
ABEYSINGHE and Political economic perspective and
2016 Interest in Public accordingly hegemonic analysis of
Sector Gramsci (1971). The study is carried
Accounting. The out as a qualitative case study in the
Case of a phenomenological tradition at the
Municipal Colombo Municipal Council (CMC)
Council in Sri of Sri Lanka. Findings show that
Lanka accrual basis in the current
accounting framework does not work
because it does not address the
political interest dominating over
public sector organisations. It
concludes emphasizing the need of
reconsidering the accounting
framework of public sector having
regard on political interest in the
state sector before introducing
accrual accounting.

37
2.3 Kerangka Pemikiran Teoritis

Gambar 2.1
Skema Kerangka Pemikiran Teoritis

PDRB ADHK

Sektor Basis Ekonomi

Sektor Unggulan

LQ TIPOLOGI KLASSEN SHIFT SHARE

BAB III

38
METODE PENELITIAN

3.1 Jenis dan Sumber Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data sekunder yang

bersumber dari Badan Pusat Statistik (BPS). Data yang tercakup dalam penelitian ini

adalah data PDRB Kabupaten Kepulauan Sangihe, Talaud, Sitaro Tahun 2010-2019

Atas Dasar Harga Konstan, demikian juga data PDRB Provinsi Sulawesi Utara Tahun

2010-2019 Atas Dasar Harga Konstan, disertai dengan data-data sekunder lain yang

relevan dengan tujuan penulisan thesis ini.

3.2 Metode Analisis Data

Untuk menganalisis struktur ekonomi dan identifikasi sector basis dilakukan

secara kualitatif dan kuantitatif. Analisis secara kualitatif akan dipresentasikan secara

deskriptif, sedangkan data kuantitatif akan diolah dengan menggunakan beberapa

metode, antara lain;

a. Location Quotien

b. Shift-Share

c. Tipolgy Klassen

3.2.1 Location Quotien

Location quotient merupakan suatu teknik analisis yang digunakan untuk

melengkapi analisis shift-share. Secara umum, analisis ini digunakan untuk

menentukan sektor basis dan non basis, dengan tujuan untuk melihat keunggulan

39
komparatif suatu daerah dalam menentukan sektor unggulannya. Dalam teknik ini,

menurut Tarigan (2005) kegiatan ekonomi suatu daerah dapat dibagi menjadi dua

golongan yaitu :

1. Sektor basis adalah sektor ekonomi yang mampu untuk memenuhi kebutuhan

baik pasar domestik maupun pasar luar daerah itu sendiri. Artinya sektor ini

dalam aktivitasnya mampu memenuhi kebutuhan daerah sendiri maupun daerah

lain dan dapat dijadikan sektor unggulan;

2. Sektor non basis merupakan sektor ekonomi yang hanya mampu memenuhi

kebutuhan daerah itu sendiri, sektor seperti ini dikenal sebagai sektor non

unggulan.

Teori ini selanjutnya menyatakan bahwa karena sektor basis menghasilkan

barang dan jasa yang dapat dijual keluar daerah yang meningkatkan pendapatan

daerah tersebut, maka secara berantai akan meningkatkan investasi yang berarti

menciptakan lapangan kerja baru. Peningkatan pendapatan tersebut tidak hanya

meningkatkan permintaan terhadap industri basis, tetapi juga menaikkan permintaan

akan industri non basis. Dengan dasar teori ini maka sektor basis perlu diprioritaskan

untuk dikembangkan dalam rangka memacu pertumbuhan ekonomi daerah.

Rumusan Location Quotient (LQ) menurut Bendavid Val (Tarigan 2009),

yang kemudian digunakan dalam penentuan sektor basis dan non basis di dalam

penelitian ini, yang dinyatakan dalam persamaan berikut :

LQij =Xij / RVj/ Xi/RV

40
Keterangan:

LQij = Indeks/koefisien Location Quotient sektor I di kabupaten/kota j

Xij =PDRB sektor i di kabupaten/kota j

Xi = PDRB sektor i di Provinsi (acuan)

RVj = Total PDRB kabupaten/kota j

RV = Total PDRB Provinsi

LQ merupakan salah satu pendekatan yang digunakan dalam model ekonomi

basis sebagai langkah awal untuk memahami sektor kegiatan yang menjadi pemacu

pertumbuhan. LQ mengukur kegiatan ekonomi melalui pendekatan perbandingan.

Dari rumus diatas, apabila LQ > 1 berarti porsi lapangan kerja atau nilai tambah

sektor i di wilayah analisis terhadap total lapangan kerja atau nilai tambah wilayah

adalah lebih besar dibandingkan dengan porsi lapangan kerja atau nilai tambah untuk

sektor yang sama secara nasional. LQ > 1 memberikan indikasi bahwa sektor tersebut

adalah basis sedangkan apabila LQ < 1 berarti sektor tersebut adalah non basis.

Data yang dibutuhkan dalam menghitung LQ yaitu sebagai berikut :

1. PDRB Kota atau Kabupaten

2. PDRB Provinsi

Setiap metode analisis pasti memiliki kekurangan dan kelebihan masing -

masing. Begitu juga dengan metode analisis LQ. Analisis LQ sebagai salah satu

analisis untuk menentukan sektor basis atau unggulan dan setktor non basis atau non

unggulan. Kelebihan yang dimiliki analisis LQ yaitu penerapannya yang mudah dan

41
sederhana, tidak membutuhkan data yang sangat banyak, tidak memerlukan software

analisa data cukup microsoft excel pada komputer yang tidak rumit dan berat, hasil

yang didapatkan bisa menjadi langkah awal sebagai gambaran sektor unggulan di

wilayah tersebut.

Sedangkan, kekurangan yang dimiliki analisis LQ yaitu karena analisis LQ

yang sederhana, dibutuhkan data yang akurat. Hasil analisis LQ yang begitu baik

akan sia - sia jika data yang digunakan tidak begitu valid. Oleh karena itu, validasi

data sebelum melakukan analisis LQ perlu dilakukan dan merupakan hal yang paling

penting. Selain itu, untuk menghindari bias musiman dan tahunan diperlukan nilai

rata - rata dari data series yang cukup panjang minimal 5 tahun. Sementara proses

pengumpulan data series yang panjang merupakan tantangan karena ketersediaan data

yang terbatas.

3.2.2 Shift Share

Analisis shift–share digunakan untuk menganalisis dan mengetahui

pergeseran dan peranan perekonomian di daerah. Metode itu dipakai untuk

mengamati struktur perekonomian dan pergeserannya dengan cara menekankan

pertumbuhan sektor di daerah, yang dibandingkan dengan sektor yang sama pada

tingkat daerah yang lebih tinggi atau nasional. Analisis tersebut dapat digunakan

untuk mengkaji pergeseran struktur perekonomian daerah dalam kaitannya dengan

peningkatan perekonomian daerah yang bertingkat lebih tinggi. Perekonomian daerah

yang didominasi oleh sektor yang lamban pertumbuhannya akan tumbuh di bawah

42
tingkat pertumbuhan perekonomian daerah di atasnya. Untuk mengkaji kinerja

berbagai sektor ekonomi yang berkembang di suatu daerah dan membandingkan

dengan perekonomian regional maupun nasional dapat digunakan teknik analisis

Shift-Share. Dengan teknik ini, selain dapat mengamati penyimpangan-

penyimpangan dari berbagai perbandingan kinerja perekonomian antar wilayah,

keunggulan kompetitif suatu wilayah juga dapat diketahui melalui teknik analisis

Shift-share ini (Thoha dan Soekarni, 2000:52).

Metode analisis shift share diawali dengan mengukur perubahan nilai tambah

bruto atau PDRB suatu sektor-i di suatu region-j (Dij) dengan formulasi :

Dij = PNij+ PPij+ PPWij

Dimana,

PNij= Eij . Ra

PPij= Eij (Ri-Ra)

PPWij = Eij (ri– Ra)

ri mewakili pertumbuhan sektor/subsektor i di wilayah j, sedangkan Ra dan Ri

masing-masing laju pertumbuhan agregat nasional/provinsi dan pertumbuhan

sektor/subsektor i secara nasional/provinsi, yang masing-masing dapat didefinisikan

sebagai berikut :

ri= (Eij,t– Eij)/Eij

Ri= (Ein,t– Ein)/Ein

Ra= (En,t-En)/En

Keterangan:

43
Dij : Perubahan PDRB sektor/subsektor-i di wilayah Kabupaten Kepulauan Sangihe,

Talaud dan Sitaro.

PN : Perubahan PDRB sektor/subsektor-i di wilayah Kabupaten Kepulauan Sangihe,

Talaud dan Sitaro yang disebabkan oleh pengaruh pertumbuhan ekonomi yang

disebabkan oleh pertumbuhan ekonomi Provinsi Sulawesi Utara

PP : Perubahan PDRB sektor/subsektor-i di wilayah Kabupaten Kepulauan Sangihe,

Talaud dan Sitaro yang disebabkan oleh pengaruh pertumbuhan sektor-i di Provinsi

Sulawesi Utara

PPW : Perubahan PDRB sektor/subsektor-i di wilayah Kabupaten Kepulauan

Sangihe, Talaud dan Sitaro yang disebabkan oleh keunggulan kompetitif sektor-I

tersebut Wilayah Kabupaten Kepulauan Sangihe, Talaud dan Sitaro.

Eij : PDRB sektor/subsektor-i di wilayah Kabupaten Kepulauan Sangihe, Talaud dan

Sitaro tahun awal analisis.

Ein : PDRB sektor/subsektor-i di Provinsi Sulawesi Utara tahun awal analisis.

En : PDRB total di Provinsi Sulawesi Utara tahun awal analisis

Eijt : PDRB sektor/subsector-i di wilayah Kabupaten Sangihe, Talaud dan Sitaro

tahun akhir analisis.

Eint : PDRB sektor/subsector-i di Provinsi Sulawesi Utara tahun akhir analisis.

Ent : PDRB total di Provinsi Sulawesi Utara tahun akhir analisis

Lincolin Arsyad (2010) menjelaskan pada dasarnya analisis shift-share

menggambarkan kinerja dan produktivitas sektor-sektor dalam perekonomian suatu

wilayah dengan membandingkannya dengan kinerja sektor-sektor wilayah yang lebih

44
besar (provinsi/nasional). Analisis ini membandingkan laju pertumbuhan sektor-

sektor ekonomi regional (kota/kabupaten) dengan laju pertumbuhan perekonomian

yang lebih tinggi tingkatannya (provinsi). Analisis ini memberikan data tentang

kinerja perekonomian dalam tiga bidang yang saling berhubungan satu sama lain,

yaitu :

1. Pertumbuhan ekonomi daerah diukur dengan menganalisis perubahan kesempatan

kerja agregat secara sektoral dibandingkan dengan perubahan pada sektor yang

sama di perekonomian yang dijadikan acuan.

2. Pergeseran proporsional (proportional shift) mengukur perubahan relatif,

pertumbuhan atau penurunan, pada daerah dibandingkan dengan perekonomian

yang lebih besar yang dijadikan acuan.

3. Pergeseran diferensial (differential shift) membantu dalam menentukan seberapa

jauh daya saing industri daerah (lokal) dengan perekonomian yang dijadikan

acuan.

3.2.3 Tipologi Klassen

Analisis yang digunakan untuk mengetahui gambaran tentang pola dan

struktur pertumbuhan ekonomi masing-masing daerah adalah Analisis Tipologi

Klassen/Daerah (Tarigan, 2010). Kriteria yang digunakan terdiri dari empat; Kuadran

I yakni daerah yang cepat maju dan cepat tumbuh (high income and high growth).

Kuadran II yakni daerah maju tapi tertekan (high income but low growth). Kuadran

III yakni daerah berkembang cepat (high growth but low income). Kuadaran IV

adalah daerah relatif tertinggal (low growth and low income).

45
Tipology klassen dengan pendekatan secara sektoral dapat menghasilkan

empat klasifikasi sektor dengan karakteristik yang berbeda yaitu sebagai berikut:

1. Kuadran I/ Sektor yang Maju dan Tumbuh dengan Pesat.

Pada kuadran ini sektor dengan laju pertumbuhan PDRB (gi) yang lebih besar

apabila dibandingkan dengan pertumbuhan daerah yang telah menjadi sebuah acuan

atau secara nasional (g) dan memiliki kontribusi terhadap PDRB (si) yang lebih besar

dibandingkan dengan kontribusi sektor tersebut terhadap PDRB daerah yang menjadi

sebuah acuan secara nasional (s). Hasil dari klasifikasi ini biasanya dilambangkan

dengan tanda ‘gi’ lebih besar dari ‘g’ dan ‘si’ lebih besar dari ‘s’. sektor yang ada

didalam kuadran I bisa diartikan sebagai sektor yang memiliki potensi karena

memiliki kinerja laju pertumbuhan ekonomi dan pangsa yang lebih besar daripada

daerah yang menjadi acuan atau secara nasional.

2. Kuadran II / Sektor Maju Tapi Tertekan.

Pada sektor ini berada pada kuadran ini dengan memiliki nilai pertumbuhan

PDRB (gi) yang lebih rendah apabila dibandingkan dengan pertumbuhan PDRB

daerah yang menjadi sebuah acuan atau secara nasional (g), akan tetapi telah

memiliki nilai kontribusi terhadap PDRB daerah yang menjadi acuan atau secara

nasional (s). hasil klasifikasi ini bisa digambarkan dengan ‘gi lebih kecil dari ‘g’ dan

‘si’ lebih besar dari ‘s’. Kedudukan sektor dalam kategori ini dapat dikatakan sebagai

sektor yang telah lama atau bisa dikatakan pada posisi yang jenuh.

3. Kuadran III / Sektor Potensial atau Masih Dapat Berkembang dengan Pesat.

46
Pada kuadran ini sektor yang telah memiliki nilai pertumbuhan PDRB (gi)

yang lebih tinggi dari pertumbuhan PDRB daerah yang menjadi acuan atau secacra

nasional (g), tetapi kontribusi sektor tersebut terhadap PDRB (si) harus kebih kecil

dibandingkan nilai kontribusi nilai kontribusi suatu sektor tersebut terhadap PDRB

daerah yang menjadi acuan atau secara nasional (s). Klasifikasi ini biasanya

digambarkan dengan ‘gi’ lebih besar dari ‘g’ dan ‘si’ lebih kecil apabila dibandingkan

dengan nilai kontribusi sektor tersebut terhadap nilai PDRB daerah yang menjadi

acuan atau secara nasional (s).hasil klasifikasi ini dilambangkan dengan ‘gi’ yang

lebih besar dari ‘g’ dan ‘si’ akan lebih kecil dari s. Setiap sektor yang termasuk dalam

kuadran III dapat diartikan sebagai sektor yang sedang menjadi trend/sedang

booming di kalangan masyarakat. Walaupun pangsa pasar daerahnya tersebut relative

lebih kecil apabila dibandingkan dengan rata-rata tingkat nasional.

4. Kuadran IV / Sektor Relatif Tertinggal

Kuadran ini ditempati oleh sektor yang memiliki nilai pertumbuhan PDRB

(gi) lebih rendah apabila dibandingkan dengan nilai pertumbuhan PDRB daerah yang

telah menjadi sebuah acuan atau secara nasional (g) selain itu juga telah memiliki

nilai kontribusi tersebut terhadap PDRB (si) yang lebih kecil apabila dibandingkan

dengan nilai kontribusi sektor tersebut terhadap PDRB daerah yang menjadi acuan

atau secara nasional. (Widodo, 2006).

47
BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Orientasi Daerah Penelitian

4.1.1 Letak Goegrafis

Kabupaten Kepulauan Sangihe merupakan bagian integral dari Provinsi

Sulawesi Utara, dengan ibu kota Tahuna. Secara Astronomis, Kabupaten Kepulauan

Sangihe terletak antara 20 4’13” – 40 44’ 22” Lintang Utara dan 1250 9’ 28” – 1250

56’ 57” Bujur Timur. Kabupaten Kepulauan Sangihe terdiri dari 15 kecamatan.

Gambar 4.1
Luas Wilayah Menurut Kecamatan di Kabupaten Kepulauan Sangihe, 2018

Sumber : Sangihe dalam angka, 2019

Berdasarkan gambar dapat dilihat bahwa kecamatan dengan daerah terluas

adalah kecamatan Tabukan Utara, dan untuk kecamatan dengan luas wilayah terkecil

adalah kepulauan Marore. Dan daerah kabupaten kepulauan yang ada di Sulawesi

48
Utara lainnya adalah Talaud. Secara astronomis, Kepulauan Talaud terletak antara 3⁰

38’ Lintang Utara dan 5⁰ 33’ Lintang Selatan dan antara 126⁰ 38’−127 ⁰ 10’ Bujur

Timur. Berdasarkan posisi geografisnya, Kabupaten Kepulauan Talaud memiliki

batas-batas: Utara – Republik Filipina; Selatan – Kabupaten Kepulauan Sangihe;

Barat – Laut Sulawesi; Timur - Samudera Pasifik. Kepulauan Talaud terdiri dari 19

Kecamatan.

Gambar 4.2
Luas Wilayah Menurut Kecamatan di Kabupaten Kepulauan Talaud, 2018

Sumber : Talaud dalam angka, 2019

Berdasarkan gambar dapat dilihat bahwa untuk daerah dengan kecamatan

terluas adalah kecamatan Beo Utara dan untuk wilayah terkecil adalah kecamatan

adalah pulau Marore. Selain Kabupaten Talaud ada salah satu daerah hasil pemekaran

daerah Nusa Utara adalah Kabupaten Siau, Tagulandang dan Biaro (Sitaro).

49
Kabupaten Kepulauan Siau Tagulandang Biaro atau yang sering disingkat

dengan SITARO merupakan salah satu dari kabupaten yang berada di Provinsi

Sulawesi Utara yang terletak pada koordinat 2007’48’’ – 2 048’36”” Lintang Utara

dan 125009’36’’ – 125029’24”” Bujur Timur. Wilayah ini memiliki batas dengan

Kabupaten Kepulauan Sangihe di sebelah utara, Laut Maluku di timur, Kabupaten

Minahasa Utara di selatan, dan laut Sulawesi di barat.

Gambar 4.3
Luas Daerah dan Jumlah Pulau Menurut Kecamatan
di Kabupaten Kep. Siau Tagulandang Biaro, 2018

Sumber : Sitaro dalam angka, 2019

Berdasarkan gambar yang ada dapat dilihat bahwa daerah dengan wilayah

terluas adalah Kecamatan Siau barat dan untuk daerah dengan wilayah terkecil di

Kabupaten Sitaro adalah Kecamatan Siau Tengah.

4.1.2 Kependudukan

50
Sumber utama data kependudukan adalah sensus penduduk yang dilaksanakan

setiap sepuluh tahun sekali. Sensus penduduk telah dilaksanakan sebanyak enam kali

sejak Indonesia merdeka, yaitu tahun 1961, 1971, 1980, 1990, 2000, dan 2010. Di

dalam sensus penduduk, pencacahan dilakukan terhadap seluruh penduduk yang

berdomisili di wilayah teritorial Indonesia termasuk warga negara asing kecuali

anggota korps diplomatik negara sahabat beserta keluarganya. Dan berikut adalah

jumlah penduduk dari masing-masing Kabupaten Kepulauan yang ada di Provinsi

Sulawesi Utara.

Gambar 4.4
Jumlah Penduduk Kabupaten Kepulauan Sangihe, Talaud dan Sitaro
Tahun 2018

Sumber : Sangihe, Talaud dan Sitaro dalam angka, 2019


Jumlah penduduk Kabupaten Kepulauan Sangihe pada Tahun 2018

berdasarkan hasil proyeksi penduduk adalah 130.833 jiwa dengan jumlah rumah

tangga sebanyak 34.253 dan kepadatan penduduk 177,53 jiwa/km2. Kecamatan

Tabukan Utara merupakan wilayah dengan jumlah populasi terbesar sebanyak 15,05

51
persen dari total penduduk di Kabupaten Kepulauan Sangihe, sedangkan Kecamatan

Tahuna merupakan wilayah terpadat sebagai ibukota Kabupaten Kepulauan Sangihe,

yaitu 749,46 jiwa per kilometer persegi. Dan untuk daerah Kabupaten KepulauaN

Talaud, Badan Pusat Statisik telah melakukan proyeksi penduduk berdasarkan hasil

Sensus Penduduk 2010 (SP2010) yang menghasilkan informasi bahwa jumlah

penduduk Kabupaten Kepulauan Talaud tahun 2018 sebanyak 91.599. sementara

untuk Kabupaten Kepulauan Siau, Tagulandang dan Biaro Berdasarkan data hasil

proyeksi, pada 2018 jumlah penduduk Kabupaten Kepulauan Siau Tagulandang Biaro

adalah sebesar 66.225 orang, yang terdiri dari 32.694 laki-laki (49,37%) dan 33.531

perempuan (50,63%). Jumlah ini naik 3,46% persen.

4.2 Hasil Penelitian

Tabel 4.1 PDRB ADHK Sulawesi Utara, 2010-2019

Tahun
Sektor 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019
A. Pertanian, 12281007 12154188 1291808 13765299 14243121 14605520 15141887 15817344 1637854 17339482

52
Kehutanan dan
Perikanan 1 2
B. Pertambangan
dan Penggalian 2483774 2687953 2868258 3022999 3229654 3503755 3659303 3991183 4343225 4714004
C. Industri
Pengolahan 5711852 6116248 6562011 6902307 7138172 7338083 7417070 8010190 8368986 8395329
D. Pengadaan
Listrik dan Gas 45210 47773 53703 62215 71813 80507 94610 99137 102620 112041
E. Pengadaan Air,
Pengelolaan
Sampah, Limbah
dan Daur Ulang 75081 79759 85585 91761 94749 97046 100025 100831 104147 108748
1135193
F. Konstruksi 6296245 6947714 7324263 7933964 8402906 9219900 9862174 10593031 9 12011695
G. Perdagangan
Besar dan Eceran;
Reparasi Mobil 1070047
dan Sepeda Motor 6227521 6899099 7250163 7811064 8533451 9037800 9587905 10117866 7 11645210
H. Transportasi
dan Pergudangan 4173610 4438279 4749998 5059981 5584990 6006603 6552877 6922865 7467829 7878269
I. Penyediaan
Akomodasi dan
Makan Minum 1034086 1101929 1192722 1285411 1423030 1543969 1736047 1848842 1958951 2013893
J. Informasi dan
Komunikasi 2127935 2307958 2486363 2698253 2948475 3210496 3505986 3753807 4046717 4369734
K. Jasa Keuangan
dan Asuransi 1800407 1981032 2208805 2346430 2410856 2506806 2986973 3187945 3203612 3323865
L. Real Estate 1791270 1944458 2087886 2225737 2421902 2605499 2790025 2991486 3218628 3363395
M,N. Jasa
Perusahaan 38969 42655 45790 49534 53639 57912 61889 67490 73591 78927
O. Administrasi
Pemerintahan,
Pertahanan dan
Jaminan Sosial
Wajib 3661523 3836540 4210914 4258466 4639202 5056200 5293650 5581654 5875031 5872911
P. Jasa Pendidikan 1329150 1418717 1508664 1586533 1650377 1767208 1876574 1982364 2161349 2422244
Q. Jasa Kesehatan
dan Kegiatan
Sosial 1859992 2045619 2198488 2338158 2485135 2680959 2894963 3115678 3444889 3690477
R,S,T,U. Jasa
Lainnya 783702 860975 925893 984387 1029286 1107067 1202705 1303761 1458158 1687826
5867758 8425869
PDRB 51721334 54910898 7 62422499 66360757 70425330 74764661 79485474 1 89028051
Sumber : Sulut dalam angka Tahun 2009-2020

4.2.1 Hasil Analisis Location Quotient (LQ)Kabupaten Kepulauan Sangihe

53
Analisis LocationQuotient (LQ) digunakan untuk mengetahui sektor-sektor

Ekonomi dalam PDRB yang dapat digolongkan ke dalam sektor basis dan non basis.

LQ Merupakan suatu perbandingan tentang besarnya peranan suatu sektor di

Kabupaten Kepulauan Sangihe terhadap besarnya peranan sektor tersebut di tingkat

Provinsi Sulawesi Utara.

Tabel 4.2
Hasil Perhitungan Indeks Location Quotient Kabupaten Kepulauan Sangihe
Dilihat dari Produk Domestik Regional Bruto Atas Dasar Harga Konstan Dari
Tahun 2010-2019

SEKTOR 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019
A. Pertanian, Kehutanan dan
Perikanan 1.4389 1.4342 1.4525 1.4531 1.4573 1.4788 1.4700 1.4656 1.4663 1.4496
B. Pertambangan dan Penggalian 0.8418 0.8545 0.8550 0.8569 0.8421 0.8236 0.8327 0.8128 0.8025 0.7941
C. Industri Pengolahan 0.4404 0.4553 0.4492 0.4506 0.4514 0.4534 0.4646 0.4551 0.4608 0.4626
D. Pengadaan Listrik dan Gas 0.5366 0.5555 0.5711 0.5792 0.5594 0.5578 0.5668 0.5689 0.5765 0.5627
E. Pengadaan Air, Pengelolaan
Sampah, Limbah dan Daur Ulang 0.5695 0.5781 0.5810 0.5832 0.5852 0.5969 0.5923 0.6058 0.6174 0.6212
F. Konstruksi 0.6989 0.6943 0.7030 0.6901 0.6938 0.7110 0.7132 0.7180 0.7208 0.7292
G. Perdagangan Besar dan Eceran;
Reparasi Mobil dan Sepeda Motor 1.1115 1.1217 1.1110 1.1387 1.1582 1.1646 1.1722 1.2041 1.2306 1.2287
H. Transportasi dan Pergudangan 0.8539 0.8785 0.8779 0.8811 0.8731 0.8688 0.8508 0.8701 0.8692 0.9076
I. Penyediaan Akomodasi dan
Makan Minum 0.3066 0.3102 0.3047 0.3054 0.2965 0.2878 0.2727 0.2755 0.2812 0.2894
J. Informasi dan Komunikasi 0.2711 0.2752 0.2758 0.2730 0.2696 0.2653 0.2607 0.2647 0.2692 0.2725
K. Jasa Keuangan dan Asuransi 1.1451 1.1558 1.1333 1.1049 1.1380 1.1331 1.2239 1.1645 1.1485 1.1215
L. Real Estate 1.1613 1.1731 1.1725 1.1747 1.1627 1.1549 1.1508 1.1541 1.1526 1.1819
M,N. Jasa Perusahaan 0.2523 0.2545 0.2596 0.2612 0.2619 0.2618 0.2647 0.2618 0.2592 0.2599
O. Administrasi Pemerintahan,
Pertahanan dan Jaminan Sosial
Wajib 1.5782 1.6408 1.5999 1.6153 1.5960 1.5579 1.5652 1.5955 1.6240 1.6272
P. Jasa Pendidikan 0.9758 0.9836 0.9859 0.9841 4.4864 0.9841 0.9738 0.9782 0.9538 0.9021
Q. Jasa Kesehatan dan Kegiatan
Sosial 1.0910 1.0962 1.1021 1.1071 1.0884 1.1034 1.0920 1.0947 1.0747 1.0963
R,S,T,U. Jasa Lainnya 0.4344 0.4326 0.4320 0.4315 0.4215 0.4318 0.4217 0.4166 0.3988 0.3743
PDRB 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
Sumber : Data diolah MS Excel, 2010

Tabel 4.3
Perbandingan Sektor Basis (Unggulan) dan Non Basis (Bukan Unggulan)
Di Kabupaten Kepulauan Sangihe Berdasarkan Hasil LQ

54
Sektor Rata-rata Keterangan
A. Pertanian, Kehutanan dan Perikanan 1.4566 Basis/Unggulan
B. Pertambangan dan Penggalian 0.8316 Non basis
C. Industri Pengolahan 0.4543 Non basis
D. Pengadaan Listrik dan Gas 0.5634 Non basis
E. Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, Limbah dan
Daur Ulang 0.5931 Non basis
F. Konstruksi 0.7072 Non basis
G. Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi Mobil dan
Sepeda Motor 1.1641 Basis/Unggulan
H. Transportasi dan Pergudangan 0.8731 Non basis
I. Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum 0.2930 Non basis
J. Informasi dan Komunikasi 0.2697 Non basis
K. Jasa Keuangan dan Asuransi 1.1468 Basis/Unggulan
L. Real Estate 1.1639 Basis/Unggulan
M,N. Jasa Perusahaan 0.2597 Non basis
O. Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan
Sosial Wajib 1.6000 Basis/Unggulan
P. Jasa Pendidikan 1.3208 Basis/unggulan
Q. Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 1.0946 Basis/Unggulan
R,S,T,U. Jasa Lainnya 0.4195 Non basis
PDRB 1
Sumber : Data diolah MS Excel, 2010

Berdasarkan hasil perhitungan LQ dan tabel perbandingan sektor basis diatas

dapat dianalisis dan disimpulkan sebagai berikut : LQ lebih > 1, maka ini merupakan

sektor basis, artinya tingkat spesialisasi Kabupaten lebih tinggi dari tingkat provinsi.

Dan dari hasil yang diperoleh dapat dilihat bahwa yang menjadi sektor unggulan dari

ke 17 sektor yang pertama adalah sektor administrasi pemerintahan, pertahanan dan

jaminan sosial dengan nilai rata-rata 1,6000, kemudian sektor pertaninan, kehutanan

dan perikanan dengan nilai rata-rata 1,4566 hal ini memang sangat Nampak karena

kondisi geografis dari Kabupaten Kepulauan Sangihe dilihat dari kondisi tanah dan

perairan yang tercakup besar. Kemudian sektor unggulan lainya adalah sektor jasa

pendidikan dengan nilai rata-rata LQ sebesar 1,3208, sektor perdagangan besar dan

55
eceran, reparasi mobil dan sepeda motor sebesar 1,1641 dan Sektor Jasa kesehatan

dan kegiatan sosial dengan nilai rata-rata 1,0946.

4.2.1.1 Sektor Pertanian, Kehutanan dan Perikanan Kabupaten Sangihe

Gambar 4.5
Trend Pertumbuhan Sektor Pertanian, Kehutanan dan Perikanan
Kabupaten Sangihe Tahun 2010-2019

Sumber : data diolah

Berdasarkan hasil analisis LQ, sektor pertanian, Kehutanan dan Perikanan

menunjukkan nilai LQ dari tahun 2010 sampai dengan 2019 > 1 artinya tingkat

spesialisasinya lebih tinggi dari pada provinsi, sektor pertanian dapat bersaing dengan

sektor-sektor yang lain, tanaman perkebunan kelapa, cengkih dan pala yang besar

terhadap sektor pertanian, dan untuk sektor perkebunan, dan perikanan dimana luas

wilayah laut dan hasil yang ada di Kabupaten Sangihe mampu menunjang

perekonomian Kabupaten Sangihe. Tetapi dari trendnya di tahun 2019 sedikit

56
mengalami penurunan di karenakan adanya bencana menimpa Kabupaten Kepulauan

Sangihe, sehingga berpengaruh terhadap hasil panen yang ada.

4.2.1.2 Sektor Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi Mobil dan Sepeda
Motor Kabupaten Sangihe
Gambar 4.6
Trend Pertumbuhan Sektor Perdagangan Besar dan Eceran : Reparasi
Mobil dan Sepeda Motor Kabupaten Sangihe Tahun 2010-2019

Sumber : data diolah

Berdasarkan analisis LQ, perdagangan besar dan eceran reparasi mobil dan

sepeda motor menunjukkan nilai LQ dari tahun 2010 sampai dengan 2019 > 1

artinya tingkat spesialisasinya lebih tinggi dari pada provinsi, sektor ini dapat

bersaing dengan sektor-sektor yang lain, sektor ini menjadi salah satu sektor basis

unggulan yang mampu menunjang terhadap peningkatan PDRB yang ada di

Kabupaten Kepulauan Sangihe, hal ini dapat terlihat dari bayaknya perdagangan

komoditi yang sesuai dengan nilai yang ada di Kabupaten Kepulauan Sangihe. Dan

57
dari trendnya pertumbuhan sektor ini mengalami peningkatan, dan hal yang sama

terajadi pada sektor ini di Tahun 2019 yaitu mengalami sedikit penurunan.

4.2.1.3 Sektor Jasa Keuangan dan Asuransi Kabupaten Sangihe

Gambar 4.7
Trend Pertumbuhan Sektor Jasa Keuangan dan Asuransi
Kabupaten Sangihe Tahun 2010-2019

Sumber : data diolah

Berdasarkan analisis LQ sektor jasa Keuangan dan Asuransi menunjukkan

nilai LQ dari tahun 2010 sampai dengan 2019 > 1 artinya tingkat spesialisasinya lebih

tinggi dari pada provinsi Sulawesi Utara, pekembangan sektor jasa yang ada di

Kabupaten Kepulauan Samgihe mampu menunjang akan meningkatnnya angka

PDRB di kabupatan kepulauan sangihe dan merupakan salah satu sektor basis

unggulan dan tren dari sektor ini mengalami penurunan dari Tahun 2017 sampai pada

akhir 2019.

58
4.2.1.4 Sektor Real Estate Kabupaten Sangihe

Gambar 4.8
Trend Pertumbuhan Sektor Real Estate Kabupaten Kepulauan Sangihe
Tahun 2010-2019

Sumber : data diolah

Berdasarkan analisis LQ, real esate menunjukkan nilai LQ dari tahun 2010

sampai dengan 2019 > 1 artinya tingkat spesialisasinya lebih tinggi dari pada provinsi

Sulawesi Utara yang artinya sekor real estate yang ada di Kabupaten Kepulauan

Sangihe merupakan sektor basis unggulan yang mampu bersaing dengan daerah-

daerah lain serta mempu memberikan sumbangsi yang besar terhadap perkembangan

perekonomian daerah maupun Provinsi, dan trend dari sektor real estate ini

menunjukkan bahwa sepanjang 10 tahun terakhir berfluktuasi sebanyak 3 kali, tetapi

di akhir tahun 2019 mengalami peningkatan yang sangat pesat dibanding dengan

tahun-tahun sebelumnya.

59
4.2.1.5 Sektor Administrasi Pemerintahan dan Pertahanan dan Jaminan Sosial
Wajib Kabupaten Sangihe

Gambar 4.9
Trend Pertumbuhan Sektor Administrasi Pemerintahan dan Pertahanan dan
Jaminan Sosial Wajib Kabupaten Sangihe Tahun 2010-2019

Sumber : data diolah

Berdasarkan analisis LQ, sektor administrasi pemerintahan dan pertahanan

dan jaminan sosial wajib menunjukkan nilai LQ dari tahun 2010 sampai dengan 2019

> 1 artinya tingkat spesialisasinya lebih tinggi dari pada provinsi Sulawesi Utara,

artinya sektor ini merupakan salah satu sektor basis unggulan yang ada didaerah

Kabupaten Kepulauan Sangihe yang mampu mendorong pertumbuhan ekonomi dan

peningkatan PDRB kabupaten Kepulauan Sangihe, dan untuk trend dari sektor ini

berfluktuasi tetapi di Tahun 2019 mengalami peningkatan yang pesat.

60
4.2.1.6 Sektor Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial Kabupaten Sangihe

Gambar 4.10
Trend Pertumbuhan Sektor Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial
Kabupaten Sangihe Tahun 2010-2019

Sumber : data diolah

Berdasarkan analisis LQ, sektor Sektor Jasa dan Kegiatan Sosial

menunjukkan nilai LQ dari tahun 2010 sampai dengan 2019 > 1 artinya tingkat

spesialisasinya lebih tinggi dari pada provinsi Sulawesi Utara, yang artinya sektor ini

mampu menunjang perekonomian di Kabupaten Kepulauan Sangihe, dan trend dari

sektor basisi ini menujukkan pertumbuhan, walaupun mengalami beberapa kali

fluktuasi.

4.2.2 Hasil Analisis Shift Share Kabupaten Kepulauan Sangihe

Analisis shift share dengan pendekatan klasik yang menunjukkan secara

keseluruhan sektor di Kabupaten Sangihe memiliki nilai komponen Nij yang positif.

Hal ini menggambarkan pertumbuhan sektor-sektor tersebut secara positif

dipengaruhi oleh pertumbuhan Provinsi. Dalam hal ini kebijakan umum yang

61
dilakukan oleh pemerintah dalam hal pengembanghan dan peningkatan produksi

maupun pendapatan berpengaruh positif terhadap pertumbuhan sektor pembangunan

di Sangihe.

Tabel 4.4
Analisis shift share Kabupaten Kepulauan Sangihe Tahun 2010-2019

Sektor Nij Mij Cij Dij


Pertanian, Kehutanan dan Perikanan 0.000870059 -0.000320297 99.99945024 5201823337
Pertambangan dan Penggalian 0.001856749 0.002206035 99.99593731 3298384842
Industri Pengolahan 0.002073212 0.001467967 99.99645887 3389096841
Pengadaan Listrik dan Gas 0.098037093 0.169373879 99.73304119 9489721
Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah,
Limbah dan Daur Ulang 0.123625037 0.084116607 99.79243295 9680479
Konstruksi 0.000827633 0.000991648 99.99818074 1652503412
Perdagangan Besar dan Eceran;
Reparasi Mobil dan Sepeda Motor 0.000522219 0.000606035 99.99887175 4222994406
Transportasi dan Pergudangan 0.001036677 0.001220775 99.99774258 1063206150
Penyediaan Akomodasi dan Makan
Minum 0.011773436 0.014614293 99.97361613 800860401
Informasi dan Komunikasi 0.005862653 0.007847736 99.98629069 3095487793
Jasa Keuangan dan Asuransi 0.001807608 0.002086348 99.99610612 3534946071
Real Estate 0.00180986 0.002111707 99.99607852 3505690197
Jasa Perusahaan 0.336670528 0.445149685 99.22164463 944214
Administrasi Pemerintahan,
Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib 0.000800967 0.000700389 99.99849865 2069097853
Jasa Pendidikan 0.003204085 0.003564039 99.99323212 1147368431
Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 0.001744884 0.002221512 99.99603369 3595140701
Jasa Lainnya 0.010099476 0.014520265 99.97538383 1000660548
PDRB 8.38158E-05 8.3816E-05 99.99983237 1770918657
Sumber : data diolah

Pengaruh pertumbuhan ekonomi Sulawesi utara (national growth effect /

national share) terhadap perekonomian regional Kabupaten Kepulauan Sangihe

menunjukkan nilai yang positif terhadap semua sektor ekonomi dengan total nilai

output yakni sebesar 8.38158E-05, hal ini berarti bahwa pertumbuhan regional

Sangihe tumbuh lebih cepat dibanding dengan pertumbuhan rata-rata provinsi

Sulawesi utara. Dan untuk sektor yang memiliki pertumbuhan paling cepat di

62
kabupaten Sangihe adalah sektor Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, Limbah dan

Daur Ulang dengan angka komponen Ns yang paling tinggi dari seluruh sektor

ekonomi di Kabupaten Kepulauan Sangihe yakni sebesar 0.123625037.

Pergeseran Proporsional (proportional shift) secara keseluruhan atau total

maka perekonomian regional Kabupaten Kepulauan Sangihe tergolong maju hal ini

dapat dilihat dari nilai PS total yang positif yaitu sebesar 8.3816E-05. jika ditinjau

secara sektoral hanya sektor Pertanian, Kehutanan dan Perikanan yang lambat

kemajuan atau pertumbuhannya dibandingkan dengan sektor yang sama pada level

perekonomian provinsi Sulawesi utara sebab sektor ini memiliki nilai PS sektoral

yang negative yaitu sebesar (-0.000320297), sedangkan untuk sektor ekonomi lainnya

sudah tergolong maju atau cepat pertumbuhannya dibandingkan sektor yang sama

pada level perekonomian sulut sebab sektor-sektor ekonomi tersebut memiliki nilai

positif.

Pergeseran Diferensial (Differential Shift) secara keseluruhan atau total maka

perekonomian regional Kabupaten Kepulauan Sangihe memiliki daya saing atau

keunggulan kompetitif regional yang tinggi atau kuat terhadap perekonomian Sulut.

Hal ini terlihat pada nilai DS total yang positif yakni sebesar 99.99983237 secara

sektoral secara menyeluruh kondisi ekonomi di Kabupaten Kepulauan Sangihe

memiliki nilai DS yang positif. Sektor-sektor yang memiliki nilai positif ini berarti

bahwa sektor ekonomi tersebut memiliki daya saing yang kuat atau memiliki

keunggulan kompetitif yang tinggi terhadap sektor yang sama pada level

perekonomian di Sulut. Nilai Dij yang positif baik secara sektoral maupun total

63
mengandung arti bahwa selama kurun waktu tahun 2010-2019 maka perekonomian

regional Kabupaten Kepulauan Sangihe tetap mengalami pertambahan nilai absolute

atau mengalami kenaikan kinerja perekonomian daerah sebesar 1770918657.

Gambar 4.11
Pertumbuhan ekonomi Kabupaten Sangihe
Tahun 2011-2019

Sumber : data diolah

Berdasarkan grafik pertumbuhan yang ada bahwa perkembangan

pertumbuhan ekonomi Kabupaten Sangihe berfluktuasi sebanyak 3 kali, hal ini

didominasi oleh meningkatnya nilai dari masing-masing sector baik sector yang

dikategorikan basis maupun non basis, yang memiliki potensi guna bersaing dengan

daerah lain yang ada disekitar Kabupaten Kepulauan Sangihe.

64
4.2.3 Hasil Tipologi Klassen Kabupaten Sangihe

Tabel 4.5
Kontribusi Sektoral Terhadap Provinsi Sulawesi Utara
Tahun 2010-2019

Sektor 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019
Pertanian, Kehutanan
dan Perikanan 22.13 22.02 22.05 21.46 20.74 20.25 19.90 19.44 19.48 22.13
Pertambangan dan
Penggalian 4.90 4.89 4.84 4.87 4.98 4.89 5.02 5.15 5.29 4.90
Industri Pengolahan 11.14 11.18 11.06 10.76 10.42 9.92 10.08 9.93 9.43 11.14
Pengadaan Listrik dan
Gas 0.09 0.09 0.10 0.11 0.11 0.13 0.12 0.12 0.13 0.09
Pengadaan Air,
Pengelolaan Sampah,
Limbah dan Daur
Ulang 0.15 0.15 0.15 0.14 0.14 0.13 0.13 0.12 0.12 0.15
Konstruksi 12.65 12.48 12.71 12.66 13.09 13.19 13.33 13.47 13.49 12.65
Perdagangan Besar
dan Eceran; Reparasi
Mobil dan Sepeda
Motor 12.56 12.36 12.51 12.86 12.83 12.82 12.73 12.70 13.08 12.56
Transportasi dan
Pergudangan 8.08 8.10 8.11 8.42 8.53 8.76 8.71 8.86 8.85 8.08
Penyediaan
Akomodasi dan
Makan Minum 2.01 2.03 2.06 2.14 2.19 2.32 2.33 2.32 2.26 2.01
Informasi dan
Komunikasi 4.20 4.24 4.32 4.44 4.56 4.69 4.72 4.80 4.91 4.20
Jasa Keuangan dan
Asuransi 3.61 3.76 3.76 3.63 3.56 4.00 4.01 3.80 3.73 3.61
Real Estate 3.54 3.56 3.57 3.65 3.70 3.73 3.76 3.82 3.78 3.54
Jasa Perusahaan 0.08 0.08 0.08 0.08 0.08 0.08 0.08 0.09 0.09 0.08
Administrasi
Pemerintahan,
Pertahanan dan
Jaminan Sosial Wajib 6.99 7.18 6.82 6.99 7.18 7.08 7.02 6.97 6.60 6.99
Jasa Pendidikan 2.58 2.57 2.54 2.49 2.51 2.51 2.49 2.57 2.72 2.58
Jasa Kesehatan dan
Kegiatan Sosial 3.73 3.75 3.75 3.74 3.81 3.87 3.92 4.09 4.15 3.73
Jasa Lainnya 1.57 1.58 1.58 1.55 1.57 1.61 1.64 1.73 1.90 1.57
PDRB 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100
Sumber : data diolah

65
Tabel 4.6
Kontribusi Sektoral Terhadap Kabupaten Kepulauan Sangihe
Tahun 2010-2019

Sektor 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019
Pertanian, Kehutanan
dan Perikanan 31.74 31.98 32.04 31.28 30.67 29.77 29.16 28.50 28.23 31.74
Pertambangan dan
Penggalian 4.18 4.18 4.15 4.10 4.10 4.08 4.08 4.14 4.20 4.18
Industri Pengolahan 5.07 5.02 4.98 4.86 4.72 4.61 4.59 4.58 4.36 5.07
Pengadaan Listrik dan
Gas 0.05 0.05 0.06 0.06 0.06 0.07 0.07 0.07 0.07 0.05
Pengadaan Air,
Pengelolaan Sampah,
Limbah dan Daur
Ulang 0.08 0.08 0.09 0.08 0.08 0.08 0.08 0.08 0.08 0.08
Konstruksi 8.78 8.77 8.77 8.79 9.31 9.41 9.57 9.71 9.84 8.78
Perdagangan Besar
dan Eceran; Reparasi
Mobil dan Sepeda
Motor 14.09 13.73 14.25 14.89 14.95 15.03 15.33 15.63 16.07 14.09
Transportasi dan
Pergudangan 7.10 7.11 7.14 7.35 7.41 7.46 7.58 7.70 8.03 7.10
Penyediaan
Akomodasi dan
Makan Minum 0.62 0.62 0.63 0.64 0.63 0.63 0.64 0.65 0.65 0.62
Informasi dan
Komunikasi 1.16 1.17 1.18 1.20 1.21 1.22 1.25 1.29 1.34 1.16
Jasa Keuangan dan
Asuransi 4.17 4.27 4.15 4.13 4.03 4.89 4.67 4.37 4.19 4.17
Real Estate 4.15 4.17 4.19 4.24 4.27 4.29 4.34 4.40 4.47 4.15
Jasa Perusahaan 0.02 0.02 0.02 0.02 0.02 0.02 0.02 0.02 0.02 0.02
Administrasi
Pemerintahan,
Pertahanan dan
Jaminan Sosial Wajib 11.46 11.48 11.02 11.16 11.19 11.08 11.20 11.32 10.73 11.46
Jasa Pendidikan 2.54 2.53 2.50 11.16 2.47 2.44 2.44 2.45 2.45 2.54
Jasa Kesehatan dan
Kegiatan Sosial 4.08 4.13 4.15 4.08 4.20 4.23 4.29 4.39 4.54 4.08
Jasa Lainnya 0.68 0.68 0.68 0.65 0.68 0.68 0.68 0.69 0.71 0.68
PDRB 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100
Sumber : data diolah

66
Berdasarkan hasil analisis tipologi klassen, dapat dilihat dari kontirbusi

masing-masing sector baik Provinsi Sulawesi Utara maupun Kabupaten Kepulauan

Sangihe dapat dilihat mana yang merupakan sector potensial, berkembang ataupun

terkebelakang, berikut penjelasannya :

Tabel 4.7
Hasil Tipologi Klassen Kabupaten Sangihe

Sektor Keterangan Gambar


1. Pertanian, gi = 3.28% < g = 3.93%
Kehutanan dan si = 30.38% > s = 20.83%
Perikanan Sektor Pertanian,
Kehutanan dan Perikanan
merupakan sektor yang
berkembang dan potensial

2. Sektor gi = 5.92% < g = 7.39%


Pertambangan si = 4.13% < s = 4.98%
dan Penggalian Sektor Pertambangan dan
Penggalian merupakan
Sektor yang terkebelakang

3. Sektor Industri gi = 4.21% < g = 4.40%


Pengolahan si = 4.75% < s = 10.44%
Sektor Industri
Pengolahan merupakan
Sektor yang terkebelakang

67
Sektor Keterangan Gambar
4. Sektor gi =10.51% < g = 10.72%
Pengadaan si = 0.06% < s = 0.11%
Listrik dan Gas Sektor Pengadaan Listrik
dan Gas merupakan
Sektor yang terkebelakang

5. Sektor gi = 4.47% > g = 4.22%


Pengadaan Air, si = 0.08% < s = 0.14%
Pengelolaan Sektor Pengadaan Air,
Sampah, Pengelolaan Sampah,
Limbah dan Limbah dan Daur Ulang
Daur Ulang merupakan Sektor yang
masih bias berkembang
atau potensial
6. Sektor gi = 7.19% < g = 7.45%
Konstruksi si = 9.22% < s = 13.01%
Sektor Konstruksi
merupakan Sektor yang
terkebelakang

7. Sektor gi = 7.64% > g = 7.22%


Perdagangan si = 14.89% > s = 12.72%
Besar dan Sektor Perdagangan Besar
Eceran; dan Eceran; Reparasi
Reparasi Mobil Mobil dan Sepeda Motor
dan Sepeda merupakan Sektor maju
Motor dan tumbuh pesat

8. Sektor gi = 7.27% < g =7,54%


Transportasi si = 7.43% < s = 8.49%
dan Sektor Transportasi dan
Pergudangan Pergudangan merupakan
Sektor yang terkebelakang

68
Sektor Keterangan Gambar
9. Sektor gi = 6.23% < g =7.72%
Penyediaan si = 0.64% < s = 2.19%
Akomodasi Sektor Penyediaan
dan Makan Akomodasi dan Makan
Minum Minum

10. Sektor gi = 7.61% < g =8.33%


Informasi dan si = 1.22% < s = 4.54%
Komunikasi Sektor Informasi dan
Komunikasi merupakan
merupakan Sektor yang
terkebelakang

11. Sektor Jasa gi = 6.34% < g =7.18%


Keuangan dan si = 4.32> s = 3.76%
Asuransi Sektor Jasa Keuangan
dan Asuransi
merupakan Sektor yang
masih bisa berkembang
atau potensial

12. Sektor Real gi = 6.69% < g =7.26%


Estate si = 4.28% > s = 3.68%
Sektor Real Estate
merupakan Sektor yang
masih bisa berkembang
atau potensial

69
Sektor Keterangan Gambar
13. Sektor Jasa gi = 7.74% < g =8.16%
Perusahaan si = 0.02% < s = 0,08%
Sektor Jasa Perusahaan
merupakan Sektor yang
masih bisa berkembang
atau potensial

14. Sektor gi = 5.01% < g =5.44%


Administrasi si = 11.18% > s =6.98%
Pemerintahan, Sektor Administrasi
Pertahanan dan Pemerintahan, Pertahanan
Jaminan Sosial dan Jaminan Sosial Wajib
Wajib merupakan Sektor yang
masih bisa berkembang
atau potensial
15. Sektor Jasa gi = 36.72% > g = 6,92%
Pendidikan si = 3.44% > s = 2,55%
Sektor Jasa Pendidikan
merupakan Sektor maju
dan tumbuh pesat

16. Sektor Jasa gi = 7.20% > g =7.92%


Kesehatan dan si = 4.23% > s =3.87%
kegiatan social Sektor Jasa Kesehatan dan
kegiatan sosial merupakan
Sektor maju dan tumbuh
pesat

17. Sektor Jasa gi = 6.36% < g =8.94%


Lainnya si = 0.68% < s =1.64%
Sektor Jasa Lainnya
merupakan Sektor yang
terkebelakang

70
4.2.4 Hasil Analisis Location Quotient (LQ) Kabupaten Kepulauan Talaud

Analisis LocationQuotient (LQ) digunakan untuk mengetahui sektor-sektor

Ekonomi dalam PDRB atas dasar harga konstan yang dapat digolongkan ke dalam

sektor basis dan non basis. LQ Merupakan suatu perbandingan tentang besarnya

peranan suatu sektor di Kabupaten Kepulauan Talaud terhadap besarnya peranan

sektor tersebut di tingkat Provinsi Sulawesi Utara.

Tabel 4.8
Hasil Perhitungan Indeks Location Quotient Kabupaten Kepulauan Talaud
Dilihat dari Produk Domestik Regional Bruto Atas Dasar Harga Konstan Dari
Tahun 2010-2019

SEKTOR 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019
A. Pertanian, Kehutanan dan
Perikanan 2.0573 2.0833 2.0779 2.0799 2.0878 2.1314 2.1445 2.1426 2.1490 2.1171

B. Pertambangan dan Penggalian 0.3776 0.3763 0.3701 0.3718 0.3670 0.3557 0.3539 0.3450 0.3363 0.3337
C. Industri Pengolahan 0.1949 0.2012 0.1986 0.1970 0.1970 0.1984 0.2035 0.2013 0.2057 0.2110
D. Pengadaan Listrik dan Gas 1.9542 2.1149 2.1290 2.1924 2.3057 2.3516 2.3248 2.2951 2.2947 2.2862

E. Pengadaan Air, Pengelolaan


Sampah, Limbah dan Daur Ulang 0.0684 0.0690 0.0691 0.0682 0.0684 0.0689 0.0689 0.0707 0.0707 0.0703
F. Konstruksi 0.9668 0.8584 0.8718 0.8601 0.8900 0.8979 0.9174 0.9261 0.9381 0.9586

G. Perdagangan Besar dan Eceran;


Reparasi Mobil dan Sepeda Motor 1.0168 1.0339 1.0782 1.0680 1.0700 1.0735 1.0832 1.1023 1.1179 1.1279

H. Transportasi dan Pergudangan 0.4635 0.4803 0.4782 0.4804 0.4767 0.4716 0.4619 0.4704 0.4672 0.4700
I. Penyediaan Akomodasi dan
Makan Minum 0.3147 0.3208 0.3177 0.3173 0.3109 0.3045 0.2921 0.2940 0.2966 0.3020
J. Informasi dan Komunikasi 0.1226 0.1250 0.1278 0.1278 0.1284 0.1285 0.1258 0.1261 0.1296 0.1399

K. Jasa Keuangan dan Asuransi 0.5554 0.5692 0.5619 0.5814 0.5963 0.5959 0.5974 0.6190 0.6550 0.6431
L. Real Estate 0.5420 0.5446 0.5458 0.5496 0.5493 0.5519 0.5550 0.5586 0.5581 0.5440
M,N. Jasa Perusahaan 0.3123 0.3028 0.2936 0.2845 0.2760 0.2670 0.2677 0.2627 0.2564 0.2484
O. Administrasi Pemerintahan,
Pertahanan dan Jaminan Sosial
Wajib 1.3714 1.4187 1.3655 1.3883 1.3903 1.3798 1.4035 1.4295 1.4505 1.4606
P. Jasa Pendidikan 0.3973 0.4077 0.4130 0.4146 0.4154 0.4109 0.4111 0.4139 0.4121 0.4079
Q. Jasa Kesehatan dan Kegiatan
Sosial 1.3476 1.3828 1.3980 1.4073 1.4010 1.3681 1.3483 1.3609 1.3468 1.3751
R,S,T,U. Jasa Lainnya 0.3648 0.3735 0.3656 0.3604 0.3580 0.3464 0.3336 0.3324 0.3191 0.3035
PDRB 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
Sumber : Data diolah MS Excel, 2010

71
Tabel 4.9
Perbandingan Sektor Basis (Unggulan) dan Non Basis (Bukan Unggulan)
Di Kabupaten Kepulauan Talaud Berdasarkan Hasil LQ

Sektor Rata-rata Keterangan


A. Pertanian, Kehutanan dan Perikanan 2.107075 Basis/unggulan
B. Pertambangan dan Penggalian 0.358730 non basis
C. Industri Pengolahan 0.200853 non basis
D. Pengadaan Listrik dan Gas 2.224866 Basis/unggulan
E. Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, Limbah dan
Daur Ulang 0.069282 non basis
F. Konstruksi 0.908506 non basis
G. Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi Mobil dan
Sepeda Motor 1.077158 Basis/unggulan
H. Transportasi dan Pergudangan 0.472005 non basis
I. Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum 0.307056 non basis
J. Informasi dan Komunikasi 0.128132 non basis
K. Jasa Keuangan dan Asuransi 0.597461 non basis
L. Real Estate 0.549891 non basis
M,N. Jasa Perusahaan 0.277151 non basis
O. Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan
Sosial Wajib 1.405802 Basis/unggulan
P. Jasa Pendidikan 0.410387 non basis
Q. Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 1.373599 Basis/unggulan
R,S,T,U. Jasa Lainnya 0.345733 non basis
PDRB 1
Sumber : Data diolah MS Excel, 2010

Berdasarkan hasil perhitungan LQ dan tabel perbandingan sektor basis diatas

dapat dianalisis dan disimpulkan sebagai berikut : LQ lebih > 1, maka ini merupakan

sektor basis, artinya tingkat spesialisasi Kabupaten lebih tinggi dari tingkat provinsi.

Dan dari hasil yang diperoleh dapat dilihat bahwa yang menjadi sektor unggulan dari

ke 17 sektor yang pertama adalah sector pengadaan listrik dan gas nilai rata-rata

2.224866, kemudian sektor pertanian, kehutanan dan perikanan dengan nilai rata-rata

2.107075 hal ini memang sangat nampak jelas karena kondisi geografis dari

Kabupaten Kepulauan Talaud dilihat dari kondisi tanah dan perairan yang tercakup

72
besar. Kemudian sektor unggulan lainya adalah sektor Administrasi Pemerintahan,

Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib dengan nilai rata-rata LQ sebesar 1.405802,

sektor Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial sebesar 1.373599 dan Sektor Perdagangan

Besar dan Eceran; Reparasi Mobil dan Sepeda Motor dengan nilai rata-rata 1.077158.

4.2.4.1 Sektor Pertanian, Kehutanan dan Perikanan Kabupaten Talaud

Gambar 4.12
Trend Pertumbuhan Sektor Pertanian, Kehutanan dan Perikanan
Kabupaten Talaud Tahun 2010-2019

Sumber : data diolah

Berdasarkan hasil analisis LQ, sektor pertanian, Kehutanan dan Perikanan

menunjukkan nilai LQ dari tahun 2010 sampai dengan 2019 > 1 artinya tingkat

spesialisasinya lebih tinggi dari pada provinsi, sektor pertanian dapat bersaing dengan

sektor-sektor yang lain, tanaman perkebunan kelapa, cengkih dan pala yang besar

terhadap sektor pertanian, dan untuk sektor perkebunan, dan perikanan dimana luas

wilayah laut dan hasil yang ada di Kabupaten Talaud mampu menunjang

perekonomian Kabupaten Talaud. Tetapi dari trendnya di tahun 2019 sedikit

mengalami penurunan.

73
4.2.4.2 Sektor Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi Mobil dan Sepeda
Motor Kabupaten Talaud
Gambar 4.13
Trend Pertumbuhan Sektor Perdagangan Besar dan Eceran : Reparasi
Mobil dan Sepeda Motor Kabupaten Talaud Tahun 2010-2019

Sumber : data diolah

Berdasarkan analisis LQ, perdagangan besar dan eceran reparasi mobil dan

sepeda motor menunjukkan nilai LQ dari tahun 2010 sampai dengan 2019 > 1

artinya tingkat spesialisasinya lebih tinggi dari pada provinsi, sektor ini dapat

bersaing dengan sektor-sektor yang lain, sektor ini menjadi salah satu sektor basis

unggulan yang mampu menunjang terhadap peningkatan PDRB yang ada di

Kabupaten Kepulauan Talaud, hal ini dapat terlihat dari bayaknya perdagangan

komoditi yang sesuai dengan nilai yang ada di Kabupaten Kepulauan Talaud. Dan

dari trendnya pertumbuhan sektor ini mengalami peningkatan sampai pada Tahun

2019.

74
4.2.4.3 Sektor Pengadaan Listrik dan Gas Kabupaten Talaud

Gambar 4.14
Trend Pertumbuhan Sektor Pengadaan Listrik dan Gas
Kabupaten Talaud Tahun 2010-2019

Sumber : data diolah

Berdasarkan analisis LQ sektor Pengadaan listrik dan gas menunjukkan nilai

LQ dari tahun 2010 sampai dengan 2019 > 1 artinya tingkat spesialisasinya lebih

tinggi dari pada provinsi Sulawesi Utara, pekembangan sektor listrik dan gas yang

ada di Kabupaten Kepulauan Talaud mampu menunjang akan meningkatnnya angka

PDRB di kabupaten kepulauan Talaud dan merupakan salah satu sektor basis

unggulan dan tren dari sektor ini mengalami penurunan dari Tahun 2017 sampai pada

akhir 2019.

75
4.2.4.4 Sektor Administrasi Pemerintahan dan Pertahanan dan Jaminan Sosial
Wajib Kabupaten Talaud

Gambar 4.15
Trend Pertumbuhan Sektor Administrasi Pemerintahan dan Pertahanan dan
Jaminan Sosial Wajib Kabupaten Talaud Tahun 2010-2019

Sumber : data diolah

Berdasarkan analisis LQ, sektor administrasi pemerintahan dan pertahanan

dan jaminan sosial wajib menunjukkan nilai LQ dari tahun 2010 sampai dengan 2019

> 1 artinya tingkat spesialisasinya lebih tinggi dari pada provinsi Sulawesi Utara,

artinya sektor ini merupakan salah satu sektor basis unggulan yang ada didaerah

Kabupaten Kepulauan Talaud yang mampu mendorong pertumbuhan ekonomi dan

peningkatan PDRB kabupaten Kepulauan Talaud, dan untuk trend dari sektor ini

berfluktuasi tetapi di Tahun 2019 mengalami peningkatan yang pesat.

76
4.2.4.5 Sektor Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial Kabupaten Talaud

Gambar 4.16
Trend Pertumbuhan Sektor Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial
Kabupaten Talaud Tahun 2010-2019

Sumber : data diolah

Berdasarkan analisis LQ, sektor Sektor Jasa dan Kegiatan Sosial

menunjukkan nilai LQ dari tahun 2010 sampai dengan 2019 > 1 artinya tingkat

spesialisasinya lebih tinggi dari pada provinsi Sulawesi Utara, yang artinya sektor ini

mampu menunjang perekonomian di Kabupaten Kepulauan Talaud, dan trend dari

sektor basisi ini menujukkan pertumbuhan, walaupun mengalami beberapa kali

fluktuasi, dan di akhir tahun 2019 mengalami peningkatan.

4.2.5 Hasil Analisis Shift Share Kabupaten Kepulauan Talaud

Analisis shift share dengan pendekatan klasik yang menunjukkan secara

keseluruhan sektor di Kabupaten Talaud memiliki nilai komponen Nij yang positif.

Hal ini menggambarkan pertumbuhan sektor-sektor tersebut secara positif

dipengaruhi oleh pertumbuhan Provinsi. Dalam hal ini kebijakan umum yang

77
dilakukan oleh pemerintah dalam hal pengembangan dan peningkatan produksi

maupun pendapatan berpengaruh positif terhadap pertumbuhan sektor pembangunan

di Talaud.

Tabel 4.10
Analisis shift share Kabupaten Kepulauan Talaud Tahun 2010-2019

Sektor Nij Mij Cij Dij


Pertanian, Kehutanan dan Perikanan 0.001101316 -0.00040543 99.99930411 3.2466E+11
Pertambangan dan Penggalian 0.007916641 0.009407144 99.98267784 1.8142E+09
Industri Pengolahan 0.008588426 0.006081831 99.98533064 1.9747E+09
Pengadaan Listrik dan Gas 0.045248988 0.078061949 99.87678525 4.4591E+07
Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah,
Limbah dan Daur Ulang 1.895561005 1.32940567 96.81734374 4.0196E+04
Konstruksi 0.001181346 0.001415469 99.99740322 8.1107E+10
Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi
Mobil dan Sepeda Motor 0.001036938 0.00120338 99.99775971 1.0711E+11
Transportasi dan Pergudangan 0.003525126 0.004151359 99.99232383 9.1947E+09
Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum 0.020565764 0.025533188 99.95391282 2.6243E+08
Informasi dan Komunikasi 0.022495521 0.030124182 99.94739614 2.1019E+08
Jasa Keuangan dan Asuransi 0.006320997 0.00729643 99.98638357 2.8906E+09
Real Estate 0.007016439 0.008187559 99.98479725 2.3324E+09
Jasa Perusahaan 0.584959211 0.777940461 98.64762103 3.1148E+05
Administrasi Pemerintahan, Pertahanan
dan Jaminan Sosial Wajib 0.001667667 0.00145828 99.9968741 4.7729E+10
Jasa Pendidikan 0.013854853 0.015414803 99.97073486 6.1353E+08
Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 0.002552218 0.003249434 99.99419854 1.6804E+10
Jasa Lainnya 0.022567028 0.032455034 99.94499579 2.0037E+08
PDRB 0.000153684 0.000153684 99.99969263 5.2674E+12
Sumber : data diolah

Pengaruh pertumbuhan ekonomi Sulawesi utara (national growth effect /

national share) terhadap perekonomian regional Kabupaten Kepulauan Talaud

menunjukkan nilai yang positif terhadap semua sektor ekonomi dengan total nilai

output yakni sebesar 0.000153684, hal ini berarti bahwa pertumbuhan regional

Talaud tumbuh lebih cepat dibanding dengan pertumbuhan rata-rata provinsi

Sulawesi utara. Dan untuk sektor yang memiliki pertumbuhan paling cepat di

Kabupaten Kepulauan Talaud adalah Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, Limbah

78
dan Daur Ulang dengan angka komponen Ns yang paling tinggi dari seluruh sektor

ekonomi di Kabupeten Kepulauan Talaud yakni sebesar 1.895561005.

Pergeseran Proporsional (proportional shift) secara keseluruhan atau total

maka perekonomian regional Kabupaten Kepulauan Talaud tergolong maju hal ini

dapat dilihat dari nilai PS total yang positif yaitu sebesar 0.000153684, jika ditinjau

secara sektoral hanya sektor Pertanian, Kehutanan dan Perikanan yang lambat

kemajuan atau pertumbuhannya dibandingkan dengan sektor yang sama pada level

perekonomian provinsi Sulawesi utara sebab sektor ini memiliki nilai PS sektoral

yang negative yaitu sebesar (-0.00040543). sedangkan untuk sektor ekonomi lainnya

sudah tergolong maju atau cepat pertumbuhannya dibandingkan sektor yang sama

pada level perekonomian sulut sebab sektor-sektor ekonomi tersebut memiliki nilai

positif.

Pergeseran Diferensial (Differential Shift) secara keseluruhan atau total maka

perekonomian regional Kabupaten Kepulauan Talaud memiliki daya saing atau

keunggulan kompetitif regional yang tinggi atau kuat terhadap perekonomian Sulut.

Hal ini terlihat pada nilai DS total yang positif yakni sebesar 99.99969263. secara

keseluruhan semua sector ekonomi yang ada di Kabupaten Kepulauan Talaud

memiliki nilai DS yang positif. Sektor-sektor yang memiliki nilai positif ini berarti

bahwa sektor ekonomi tersebut memiliki daya saing yang kuat atau memiliki

keunggulan kompetitif yang tinggi terhadap sektor yang sama pada level

perekonomian di Sulut dan untuk nilai Dij yang positif baik secara sektoral maupun

total mengandung arti bahwa selama kurun waktu tahun 2010-2019 maka

79
perekonomian regional kabupaten Sitaro tetap mengalami pertambahan nilai absolute

atau mengalami kenaikan kinerja perekonomian daerah sebesar 5.2674E+12.

Gambar 4.17
Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Kepulauan Talaud Tahun 2011-2019

Sumber : data diolah

Berdasarkan grafik pertumbuhan ekonomi dapat dilihat bahwa terjadi

peningkatan sampai pada tahun 2016 kemudian di tahun 2017 sampai pada tahun

2019 mengalami penurunan.

80
4.2.6 Hasil Tipologi Klassen Kabupaten Talaud

Tabel 4.11
Kontribusi Sektoral Terhadap Provinsi Sulawesi Utara
Tahun 2010-2019

Sektor 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019
Pertanian, Kehutanan
dan Perikanan 22.13 22.02 22.05 21.46 20.74 20.25 19.90 19.44 19.48 20.83
Pertambangan dan
Penggalian 4.90 4.89 4.84 4.87 4.98 4.89 5.02 5.15 5.29 4.98
Industri Pengolahan 11.14 11.18 11.06 10.76 10.42 9.92 10.08 9.93 9.43 10.44
Pengadaan Listrik dan
Gas 0.09 0.09 0.10 0.11 0.11 0.13 0.12 0.12 0.13 0.11
Pengadaan Air,
Pengelolaan Sampah,
Limbah dan Daur Ulang 0.15 0.15 0.15 0.14 0.14 0.13 0.13 0.12 0.12 0.14
Konstruksi 12.65 12.48 12.71 12.66 13.09 13.19 13.33 13.47 13.49 13.01
Perdagangan Besar dan
Eceran; Reparasi Mobil
dan Sepeda Motor 12.56 12.36 12.51 12.86 12.83 12.82 12.73 12.70 13.08 12.72
Transportasi dan
Pergudangan 8.08 8.10 8.11 8.42 8.53 8.76 8.71 8.86 8.85 8.49
Penyediaan Akomodasi
dan Makan Minum 2.01 2.03 2.06 2.14 2.19 2.32 2.33 2.32 2.26 2.19
Informasi dan
Komunikasi 4.20 4.24 4.32 4.44 4.56 4.69 4.72 4.80 4.91 4.54
Jasa Keuangan dan
Asuransi 3.61 3.76 3.76 3.63 3.56 4.00 4.01 3.80 3.73 3.76
Real Estate 3.54 3.56 3.57 3.65 3.70 3.73 3.76 3.82 3.78 3.68
Jasa Perusahaan 0.08 0.08 0.08 0.08 0.08 0.08 0.08 0.09 0.09 0.08
Administrasi
Pemerintahan,
Pertahanan dan Jaminan
Sosial Wajib 6.99 7.18 6.82 6.99 7.18 7.08 7.02 6.97 6.60 6.98
Jasa Pendidikan 2.58 2.57 2.54 2.49 2.51 2.51 2.49 2.57 2.72 2.55
Jasa Kesehatan dan
Kegiatan Sosial 3.73 3.75 3.75 3.74 3.81 3.87 3.92 4.09 4.15 3.87
Jasa Lainnya 1.57 1.58 1.58 1.55 1.57 1.61 1.64 1.73 1.90 1.64
PDRB 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100
Sumber : data diolah

81
Tabel 4.12
Kontribusi Sektoral Terhadap Kabupaten Kepulauan Talaud
Tahun 2010-2019

Sektor 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019
Pertanian, Kehutanan
dan Perikanan 46.11 45.75 45.87 44.81 44.20 43.43 42.64 41.77 41.23 43.98
Pertambangan dan
Penggalian 1.84 1.81 1.80 1.79 1.77 1.73 1.73 1.73 1.77 1.77
Industri Pengolahan 2.24 2.22 2.18 2.12 2.07 2.02 2.03 2.04 1.99 2.10
Pengadaan Listrik dan
Gas 0.18 0.19 0.22 0.25 0.27 0.29 0.29 0.28 0.29 0.25
Pengadaan Air,
Pengelolaan Sampah,
Limbah dan Daur Ulang 0.01 0.01 0.01 0.01 0.01 0.01 0.01 0.01 0.01 0.01
Konstruksi 10.86 10.88 10.93 11.27 11.75 12.10 12.34 12.64 12.93 11.75
Perdagangan Besar dan
Eceran; Reparasi Mobil
dan Sepeda Motor 12.99 13.32 13.36 13.76 13.78 13.89 14.03 14.20 14.75 13.79
Transportasi dan
Pergudangan 3.88 3.87 3.89 4.01 4.02 4.05 4.10 4.14 4.16 4.01
Penyediaan Akomodasi
dan Makan Minum 0.64 0.65 0.65 0.67 0.67 0.68 0.68 0.69 0.68 0.67
Informasi dan
Komunikasi 0.53 0.54 0.55 0.57 0.59 0.59 0.60 0.62 0.69 0.59
Jasa Keuangan dan
Asuransi 2.05 2.12 2.19 2.17 2.12 2.39 2.48 2.49 2.40 2.27
Real Estate 1.93 1.94 1.96 2.00 2.04 2.07 2.10 2.13 2.06 2.03
Jasa Perusahaan 0.02 0.02 0.02 0.02 0.02 0.02 0.02 0.02 0.02 0.02
Administrasi
Pemerintahan,
Pertahanan dan Jaminan
Sosial Wajib 9.91 9.80 9.47 9.72 9.91 9.94 10.04 10.11 9.63 9.84
Jasa Pendidikan 1.05 1.06 1.05 1.03 1.03 1.03 1.03 1.06 1.11 1.05
Jasa Kesehatan dan
Kegiatan Sosial 5.15 5.24 5.27 5.25 5.21 5.22 5.33 5.51 5.70 5.32
Jasa Lainnya 0.59 0.58 0.57 0.56 0.54 0.54 0.55 0.55 0.58 0.56
PDRB 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100
Sumber : data diolah

Berdasarkan hasil analisis tipologi klassen, dapat dilihat dari kontirbusi

masing-masing sector baik Provinsi Sulawesi Utara maupun Kabupaten Kepulauan

Talaud dapat dilihat mana yang merupakan sector maju, potensial berkembang

ataupun terkebelakang, berikut penjelasannya :

82
Tabel 4.13
Hasil Tipologi Klassen Kabupaten Talaud

Sektor Keterangan Gambar


1. Pertanian, gi = 2.95% < g = 3.93%
Kehutanan dan si = 43.98% > s = 20.83%
Perikanan Sektor Pertanian, Kehutanan
dan Perikanan merupakan
Sektor yang masih bisa
berkembang atau potensial

2. Sektor gi = 4.59 % < g = 7.39 %


Pertambangan si = 1.77 % < s = 4.98 %
dan Penggalian Sektor Pertambangan dan
Penggalian merupakan Sektor
yang terkebelakang

3. Sektor Industri gi = 3.98 % < g = 4.40 %


Pengolahan si = 2.10 % < s = 10.44%
Sektor Industri Pengolahan
merupakan Sektor yang
terkebelakang

83
Sektor Keterangan Gambar
4. Sektor gi = 11.29 % > g = 10.72 %
Pengadaan si = 0.25 % > s = 0.11 %
Listrik dan Gas Sektor Pengadaan Listrik dan
Gas merupakan Sektor yang
maju atau berkembang pesat

5. Sektor gi = 3.22 % < g = 4.22 %


Pengadaan Air, si = 0.01 % < s = 0.14 %
Pengelolaan Sektor Pengadaan Air,
Sampah, Pengelolaan Sampah, Limbah
Limbah dan dan Daur Ulang merupakan
Daur Ulang Sektor terkebelakang

6. Sektor gi = 6.07 % < g = 7.45%


Konstruksi si = 11.75 % < s = 13.01%
Sektor Konstruksi merupakan
Sektor yang terkebelakang

7. Sektor gi = 7.09 % < g = 7.22%


Perdagangan si = 13.79 % > s = 12.72%
Besar dan Sektor Perdagangan Besar dan
Eceran; Eceran; Reparasi Mobil dan
Reparasi Mobil Sepeda Motor merupakan
dan Sepeda Sektor berkembang dan
Motor potensial

8. Sektor gi = 6.13% < g =7.32%


Transportasi si = 4.01% < s = 8.49%
dan Sektor Transportasi dan
Pergudangan Pergudangan merupakan Sektor
yang terkebelakang

84
Sektor Keterangan Gambar
9. Sektor gi = 5.85% < g =7.72%
Penyediaan si = 0.67% < s = 2.19%
Akomodasi dan Sektor Penyediaan Akomodasi
Makan Minum dan Makan Minum merupakam
sector yang terkebelakang

10. Sektor gi = 8.58% > g =8.33%


Informasi dan si = 0.59 % < s = 4.54%
Komunikasi Sektor Informasi dan
Komunikasi merupakan
merupakan Sektor yang masih
bias berkembang atau potensial

11. Sektor Jasa gi = 7.54% > g =7.18%


Keuangan dan si = 2.27< s = 3.76%
Asuransi Sektor Jasa Keuangan dan
Asuransi merupakan Sektor
yang masih bisa berkembang
atau potensial

12. Sektor Real gi = 5.96% < g =7.26%


Estate si = 2.03% < s = 3.68%
merupakan Sektor Real Estate merupakan
Sektor yang terkebelakang

13. Sektor Jasa gi = 4.12% < g =8.16%


Perusahaan si = 0.02% < s = 0,08%
Sektor Jasa Perusahaan
merupakan Sektor yang masih
bisa berkembang atau potensial

85
Sektor Keterangan Gambar
14. Sektor gi = 4.82% < g =5.44%
Administrasi si = 9.84% > s =6.98%
Pemerintahan, Sektor Administrasi
Pertahanan dan Pemerintahan, Pertahanan dan
Jaminan Sosial Jaminan Sosial Wajib
Wajib merupakan Sektor yang masih
bisa berkembang atau potensial

15. Sektor Jasa gi = 5.88% < g = 6,92%


Pendidikan si = 1.05% < s = 2,55%
Sektor Jasa Pendidikan
merupakan Sektor
terkebelakang

16. Sektor Jasa gi = 6.81% <g =7.92%


Kesehatan dan si = 5.32% > s =3.87%
kegiatan social Sektor Jasa Kesehatan dan
kegiatan sosial merupakan
Sektor yang berkembang dan
potensial

17. Sektor Jasa gi = 5.38% < g =8.94%


Lainnya si = 0.56% < s =1.64%
Sektor Jasa Lainnya merupakan
Sektor yang terkebelakang

86
4.2.5 Hasil Analisis Location Quotient (LQ) Kabupaten Kepulauan
Siau Tagulandang Biaro (SITARO)

Analisis LocationQuotient (LQ) digunakan untuk mengetahui sektor-sektor Ekonomi

dalam PDRB atas dasar harga konstan yang dapat digolongkan ke dalam sektor basis

dan non basis. LQ Merupakan suatu perbandingan tentang besarnya peranan suatu

sektor di Kabupaten Kepulauan Talaud terhadap besarnya peranan sektor tersebut di

tingkat Provinsi Sulawesi Utara.

Tabel 4.14
Hasil Perhitungan Indeks Location Quotient Kabupaten Kepulauan Sitaro
Dilihat dari Produk Domestik Regional Bruto Atas Dasar Harga Konstan Dari
Tahun 2010-2019

SEKTOR 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019
A. Pertanian, Kehutanan dan
Perikanan 1.6607 1.7042 1.7072 1.6914 1.7080 1.7137 1.7273 1.7397 1.7519 1.7447
B. Pertambangan dan Penggalian 0.6841 0.6719 0.6650 0.6609 0.6405 0.6277 0.6391 0.6224 0.6086 0.5979
C. Industri Pengolahan 0.0846 0.0853 0.0831 0.0825 0.0847 0.0847 0.0851 0.0818 0.0828 0.0867
D. Pengadaan Listrik dan Gas 0.6733 0.6826 0.6775 0.6798 0.6387 0.6150 0.5615 0.5725 0.5823 0.5632
E. Pengadaan Air, Pengelolaan
Sampah, Limbah dan Daur Ulang 0.6244 0.6208 0.6133 0.6081 0.6127 0.6289 0.6396 0.6361 0.6441 0.6316
F. Konstruksi 0.7626 0.7655 0.8162 0.7988 0.7876 0.7739 0.7779 0.7823 0.7769 0.7796
G. Perdagangan Besar dan Eceran;
Reparasi Mobil dan Sepeda Motor 1.1321 1.1253 1.1225 1.1323 1.1403 1.1465 1.1559 1.1704 1.1849 1.1777
H. Transportasi dan Pergudangan 1.0135 1.0312 1.0240 1.0565 1.0440 1.0327 1.0117 1.0195 1.0069 1.0222
I. Penyediaan Akomodasi dan
Makan Minum 0.3715 0.3573 0.3485 0.3391 0.3288 0.3259 0.3149 0.3150 0.3197 0.3330
J. Informasi dan Komunikasi 0.1485 0.1489 0.1468 0.1435 0.1404 0.1379 0.1373 0.1353 0.1368 0.1381
K. Jasa Keuangan dan Asuransi 0.3923 0.3868 0.3635 0.3570 0.3562 0.3459 0.3329 0.3345 0.3403 0.3279
L. Real Estate 1.1556 1.1574 1.1447 1.1554 1.1607 1.1639 1.1731 1.1712 1.1515 1.1438
M,N. Jasa Perusahaan 0.3437 0.3398 0.3387 0.3320 0.3355 0.3281 0.3323 0.3196 0.3064 0.3113
O. Administrasi Pemerintahan,
Pertahanan dan Jaminan Sosial
Wajib 1.6421 1.7143 1.6925 1.7696 1.7533 1.8179 1.8414 1.8578 1.8994 1.9398
P. Jasa Pendidikan 0.3582 0.3554 0.3495 0.3429 0.3388 0.3365 0.3376 0.3370 0.3750 0.3541
Q. Jasa Kesehatan dan Kegiatan
Sosial 1.5836 1.5710 1.5426 1.5162 1.5047 1.5037 1.5047 1.5113 1.4567 1.4569
R,S,T,U. Jasa Lainnya 0.0754 0.0757 0.0741 0.0740 0.0739 0.0738 0.0727 0.0714 0.0680 0.0625
PDRB 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
Sumber : Data diolah MS Excel, 2010

87
Tabel 4.15
Perbandingan Sektor Basis (Unggulan) dan Non Basis (Bukan Unggulan)
Di Kabupaten Kepulauan Sitaro Berdasarkan Hasil LQ

Sektor Rata-rata Keterangan


A. Pertanian, Kehutanan dan Perikanan 1.71487 Basis/unggulan
B. Pertambangan dan Penggalian 0.64181 non basis
C. Industri Pengolahan 0.08412 non basis
D. Pengadaan Listrik dan Gas 0.62463 non basis
E. Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, Limbah dan 0.62596
Daur Ulang non basis
F. Konstruksi 0.78212 non basis
G. Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi Mobil dan 1.14880
Sepeda Motor Basis/unggulan
H. Transportasi dan Pergudangan 1.02622 Basis/unggulan
I. Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum 0.33537 non basis
J. Informasi dan Komunikasi 0.14135 non basis
K. Jasa Keuangan dan Asuransi 0.35373 non basis
L. Real Estate 1.15773 non basis
M,N. Jasa Perusahaan 0.32873 non basis
O. Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan 1.79282
Sosial Wajib Basis/unggulan
P. Jasa Pendidikan 0.34849 non basis
Q. Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 1.51512 Basis/unggulan
R,S,T,U. Jasa Lainnya 0.07215 non basis
PDRB 1
Sumber : Data diolah MS Excel, 2010

Berdasarkan hasil perhitungan LQ dan tabel perbandingan sektor basis diatas

dapat dianalisis dan disimpulkan sebagai berikut : LQ lebih > 1, maka ini merupakan

sektor basis, artinya tingkat spesialisasi Kabupaten lebih tinggi dari tingkat provinsi.

Dan dari hasil yang diperoleh dapat dilihat bahwa yang menjadi sektor unggulan dari

ke 17 sektor yang pertama adalah Pertanian, kehutanan dan perikanan dengan nilai

rata-rata LQ 1.71487, sector Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi Mobil dan

Sepeda Motor nilai rata-rata LQ sebesar 1.02622, kemudian sektor Transportasi dan

Pergudangan dengan nilai rata-rata LQ 2.107075, Sektor Real Estate dengan nilai

88
rata-rata LQ sebesar 1.15773, sector Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan

Jaminan Sosial Wajib dengan nilai rata-rata LQ sebesar 1.79282 dan Kemudian

sektor unggulan lainya adalah sektor Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial dengan nilai

rata-rata LQ sebesar 1.51512.

4.2.4.1 Sektor Pertanian, Kehutanan dan Perikanan Kabupaten Sitaro

Gambar 4.18
Trend Pertumbuhan Sektor Pertanian, Kehutanan dan Perikanan
Kabupaten Sitaro Tahun 2010-2019

Sumber : data diolah

Berdasarkan hasil analisis LQ, sektor pertanian, Kehutanan dan Perikanan

menunjukkan nilai LQ dari tahun 2010 sampai dengan 2019 > 1 artinya tingkat

spesialisasinya lebih tinggi dari pada provinsi, sektor pertanian dapat bersaing dengan

sektor-sektor yang lain, tanaman perkebunan kelapa, cengkih dan pala yang

merupakan salah satu kualitas pengahasil pala terbaik di dunia yang memiliki

kontribusi yang besar terhadap sektor pertanian, dan untuk sektor perkebunan, dan

perikanan dimana luas wilayah laut dan hasil yang ada di Kabupaten Sitaro mampu

89
menunjang perekonomian Kabupaten Sitaro. Tetapi dari trendnya di tahun 2019

sedikit mengalami penurunan.

4.2.4.2 Sektor Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi Mobil dan Sepeda
Motor Kabupaten Sitaro
Gambar 4.19
Trend Pertumbuhan Sektor Perdagangan Besar dan Eceran : Reparasi
Mobil dan Sepeda Motor Kabupaten Sitaro Tahun 2010-2019

Sumber : data diolah

Berdasarkan analisis LQ, perdagangan besar dan eceran reparasi mobil dan

sepeda motor menunjukkan nilai LQ dari tahun 2010 sampai dengan 2019 > 1

artinya tingkat spesialisasinya lebih tinggi dari pada provinsi, sektor ini dapat

bersaing dengan sektor-sektor yang lain, sektor ini menjadi salah satu sektor basis

unggulan yang mampu menunjang terhadap peningkatan PDRB yang ada di

Kabupaten Kepulauan Sitaro, hal ini dapat terlihat dari banyaknya perdagangan

komoditi yang sesuai dengan nilai yang ada di Kabupaten Kepulauan Sitaro. Dan

90
dari trendnya pertumbuhan sektor ini mengalami peningkatan sampai pada Tahun

2018 dan di tahun 2019 sedikit mengalami penurunan.

4.2.4.3 Sektor Transportasi dan Pergudangan Kabupaten Sitaro

Gambar 4.20
Trend Pertumbuhan Sektor Transportasi dan Pergudangan
Kabupaten Sitaro Tahun 2010-2019

Sumber : data diolah

Berdasarkan analisis LQ sektor transportasi dan pergudangan menunjukkan

nilai LQ dari tahun 2010 sampai dengan 2019 > 1 artinya tingkat spesialisasinya lebih

tinggi dari pada provinsi Sulawesi Utara, pekembangan sektor transportasi dan

pergudangan yang ada di Kabupaten Kepulauan Sitaro mampu menunjang akan

meningkatnnya angka PDRB di kabupaten kepulauan Sitaro dan merupakan salah

satu sektor basis unggulan dan trend dari sektor ini berfluktuasi sebanyak 4 kali dan

mengalami penurunan sampi pada Tahun 2018 kemudian meningkat kembali di

Tahun 2019.

91
4.2.4.4 Sektor Real Estate Kabupaten Sitaro

Gambar 4.21
Trend Pertumbuhan Sektor Real Estate Kabupaten Sitaro Tahun 2010-2019

Sumber : data diolah

Berdasarkan analisis LQ, sektor real estate menunjukkan nilai LQ dari tahun

2010 sampai dengan 2019 > 1 artinya tingkat spesialisasinya lebih tinggi dari pada

provinsi Sulawesi Utara, artinya sektor ini merupakan salah satu sektor basis

unggulan yang ada didaerah Kabupaten Kepulauan Sitaro yang mampu mendorong

pertumbuhan ekonomi dan peningkatan PDRB kabupaten Kepulauan Sitaro, dan

untuk trend dari sektor ini mengalami penurunan sejak tahun 2017 sampai pada tahun

2019.

92
4.2.4.4 Sektor Administrasi Pemerintahan dan Pertahanan dan Jaminan Sosial
Wajib Kabupaten Sitaro

Gambar 4.22
Trend Pertumbuhan Sektor Administrasi Pemerintahan dan Pertahanan dan
Jaminan Sosial Wajib Kabupaten Sitaro Tahun 2010-2019

Sumber : data diolah

Berdasarkan analisis LQ, sektor administrasi pemerintahan dan pertahanan

dan jaminan sosial wajib menunjukkan nilai LQ dari tahun 2010 sampai dengan 2019

> 1 artinya tingkat spesialisasinya lebih tinggi dari pada provinsi Sulawesi Utara,

artinya sektor ini merupakan salah satu sektor basis unggulan yang ada didaerah

Kabupaten Kepulauan Sitaro yang mampu mendorong pertumbuhan ekonomi dan

peningkatan PDRB Kabupaten Kepulauan Sitaro, dan untuk trend dari sektor ini

berfluktuasi tetapi di Tahun 2019 mengalami peningkatan yang pesat.

93
4.2.4.5 Sektor Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial Kabupaten Sitaro

Gambar 4.23
Trend Pertumbuhan Sektor Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial
Kabupaten Sitaro Tahun 2010-2019

Sumber : data diolah

Berdasarkan analisis LQ, sektor Sektor Jasa dan Kegiatan Sosial

menunjukkan nilai LQ dari tahun 2010 sampai dengan 2019 > 1 artinya tingkat

spesialisasinya lebih tinggi dari pada provinsi Sulawesi Utara, yang artinya sektor ini

mampu menunjang perekonomian di Kabupaten Kepulauan Sitaro, dan trend dari

sektor basis ini menujukkan adanya penurunan sampai pada tahun 2019.

4.2.5 Hasil Analisis Shift Share Kabupaten Kepulauan Sitaro

Analisis shift share dengan pendekatan klasik yang menunjukkan secara

keseluruhan sektor di Kabupaten Sitaro memiliki nilai komponen Nij yang positif.

Hal ini menggambarkan pertumbuhan sektor-sektor tersebut secara positif

dipengaruhi oleh pertumbuhan Provinsi. Dalam hal ini kebijakan umum yang

dilakukan oleh pemerintah dalam hal pengembangan dan peningkatan produksi

94
maupun pendapatan berpengaruh positif terhadap pertumbuhan sektor pembangunan

di Sitaro.

Tabel 4.24
Analisis shift share Kabupaten Kepulauan Sitaro Tahun 2010-2019

Sektor Nij Mij Cij Dij


Pertanian, Kehutanan dan Perikanan 1.473727 -0.547622433 99.068796 181132.9
Pertambangan dan Penggalian 4.471307 5.888304488 90.216472 5282.4938
Industri Pengolahan 17.189361 17.22926378 70.639904 378.27068
Pengadaan Listrik dan Gas 41.396591 -560.5547294 -12.72453 12.231544
Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah,
Limbah dan Daur Ulang 56.639575 784.5682959 4.9018742 11.147244
Konstruksi 1.459834 1.807091801 96.791063 51875.035
Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi
Mobil dan Sepeda Motor 1.039304 1.233802925 97.754597 104870.3
Transportasi dan Pergudangan 1.711622 2.093563952 96.272845 37942.203
Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum 15.401429 29.18589963 65.485917 351.26099
Informasi dan Komunikasi 16.295274 35.23688827 61.894892 291.72041
Jasa Keuangan dan Asuransi 9.972232 14.65843273 78.518227 978.83025
Real Estate 3.424339 4.315483681 92.580371 9262.1697
Jasa Perusahaan 54.286764 -279.2207622 -25.50666 3.6896347
Administrasi Pemerintahan, Pertahanan
dan Jaminan Sosial Wajib 1.384634 1.243006955 97.40462 67860.305
Jasa Pendidikan 13.893771 21.87261249 70.652649 478.29357
Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 2.421974 3.263077653 94.494594 17920.824
Jasa Lainnya 38.893016 1074.387983 5.2033046 22.375232
PDRB 0.166668 0.167224919 99.666665 4467478.9
Sumber : data diolah

Pengaruh pertumbuhan ekonomi Sulawesi utara (national growth effect /

national share) terhadap perekonomian regional Kabupaten Kepulauan Sitaro

menunjukkan nilai yang positif terhadap semua sektor ekonomi dengan total nilai

output yakni sebesar 0.166668, hal ini berarti bahwa pertumbuhan regional Sitaro

tumbuh lebih cepat dibanding dengan pertumbuhan rata-rata provinsi Sulawesi utara.

Dan untuk sektor yang memiliki pertumbuhan paling cepat di Kabupaten Kepulauan

Sitaro adalah Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, Limbah dan Daur Ulang dengan

95
angka komponen Ns yang paling tinggi dari seluruh sektor ekonomi di Kabupaten

Kepulauan Sitaro yakni sebesar 56.639575.

Pergeseran Proporsional (proportional shift) secara keseluruhan atau total

maka perekonomian regional Kabupaten Kepulauan Sitaro tergolong maju hal ini

dapat dilihat dari nilai PS total yang positif yaitu sebesar 0.167224919, jika ditinjau

secara sektoral hanya sektor Pertanian, Kehutanan dan Perikanan yang lambat

kemajuan atau pertumbuhannya dibandingkan dengan sektor yang sama pada level

perekonomian provinsi Sulawesi utara sebab sektor ini memiliki nilai PS sektoral

yang negative yaitu sebesar (-0.547622433), kemudian sektro pengadaan listrik dan

gas yang mengalami perlambatan dalam pertumbuhannya dengan nilai PS yang

negative yaitu sebesar (-560.5547294) dan sector jasa perusahaan yang juga

mengalami pertumbuhan yang negative dengan nilai PS (-279.2207622), sedangkan

untuk sektor ekonomi lainnya sudah tergolong maju atau cepat pertumbuhannya

dibandingkan sektor yang sama pada level perekonomian sulut sebab sektor-sektor

ekonomi tersebut memiliki nilai positif.

Pergeseran Diferensial (Differential Shift) secara keseluruhan atau total maka

perekonomian regional Kabupaten Kepulauan Sitaro memiliki daya saing atau

keunggulan kompetitif regional yang tinggi atau kuat terhadap perekonomian Sulut.

Hal ini terlihat pada nilai DS total yang positif yakni sebesar 99.666665. namun jika

di tinjau secara sektoral ada salah satu sector yang mengalami pergeseran negative

yaitu sector pengadaan listrik dan gas dengan nilai (-12.72453) dan selain sector

pengadaan listrik dan gas, secara keseluruhan semua sector ekonomi yang ada di

96
Kabupaten Kepulauan Sitaro memiliki nilai DS yang positif. Sektor-sektor yang

memiliki nilai positif ini berarti bahwa sektor ekonomi tersebut memiliki daya saing

yang kuat atau memiliki keunggulan kompetitif yang tinggi terhadap sektor yang

sama pada level perekonomian di Sulut dan untuk nilai Dij yang positif baik secara

sektoral maupun total mengandung arti bahwa selama kurun waktu tahun 2010-2019

maka perekonomian regional kabupaten Sitaro tetap mengalami pertambahan nilai

absolute atau mengalami kenaikan kinerja perekonomian daerah sebesar 4467478.9.

Gambar 4.25
Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Kepulauan Siau Tagulandang Biaro
Tahun 2011-2019

Sumber : data diolah

Berdasarkan grafik pertumbuhan ekonomi pertumbuhan ekonomi Kabupaten

Kepulauan Sitaro menunjukkan bahwa terjadi peningkatan sampai pada tahun 2012

dan sampai pada tahun 2013 menurun sampai pada tahun 2019.

97
4.2.6 Hasil Tipologi Klassen Kabupaten Sitaro

Tabel 4.17
Kontribusi Sektoral Terhadap Provinsi Sulawesi Utara
Tahun 2010-2019

Sektor 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019
Pertanian, Kehutanan
dan Perikanan 22.13 22.02 22.05 21.46 20.74 20.25 19.90 19.44 103.65 22.13
Pertambangan dan
Penggalian 4.90 4.89 4.84 4.87 4.98 4.89 5.02 5.15 150.82 4.90
Industri Pengolahan 11.14 11.18 11.06 10.76 10.42 9.92 10.08 9.93 5.56 11.14
Pengadaan Listrik
dan Gas 0.09 0.09 0.10 0.11 0.11 0.13 0.12 0.12 162.19 0.09
Pengadaan Air,
Pengelolaan Sampah,
Limbah dan Daur
Ulang 0.15 0.15 0.15 0.14 0.14 0.13 0.13 0.12 78.05 0.15
Konstruksi 12.65 12.48 12.71 12.66 13.09 13.19 13.33 13.47 102.68 12.65
Perdagangan Besar
dan Eceran; Reparasi
Mobil dan Sepeda
Motor 12.56 12.36 12.51 12.86 12.83 12.82 12.73 12.70 155.98 12.56
Transportasi dan
Pergudangan 8.08 8.10 8.11 8.42 8.53 8.76 8.71 8.86 97.10 8.08
Penyediaan
Akomodasi dan
Makan Minum 2.01 2.03 2.06 2.14 2.19 2.32 2.33 2.32 49.55 2.01
Informasi dan
Komunikasi 4.20 4.24 4.32 4.44 4.56 4.69 4.72 4.80 141.02 4.20
Jasa Keuangan dan
Asuransi 3.61 3.76 3.76 3.63 3.56 4.00 4.01 3.80 66.31 3.61
Real Estate 3.54 3.56 3.57 3.65 3.70 3.73 3.76 3.82 79.46 3.54
Jasa Perusahaan 0.08 0.08 0.08 0.08 0.08 0.08 0.08 0.09 128.10 0.08
Administrasi
Pemerintahan,
Pertahanan dan
Jaminan Sosial Wajib 6.99 7.18 6.82 6.99 7.18 7.08 7.02 6.97 -0.64 6.99
Jasa Pendidikan 2.58 2.57 2.54 2.49 2.51 2.51 2.49 2.57 213.25 2.58
Jasa Kesehatan dan
Kegiatan Sosial 3.73 3.75 3.75 3.74 3.81 3.87 3.92 4.09 125.95 3.73
Jasa Lainnya 1.57 1.58 1.58 1.55 1.57 1.61 1.64 1.73 278.26 1.57
PDRB 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100
Sumber : data diolah

98
Tabel 4.18
Kontribusi Sektoral Terhadap Kabupaten Kepulauan Sitaro
Tahun 2010-2019

Sektor 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019
Pertanian, Kehutanan
dan Perikanan 37.72 37.58 37.30 36.66 35.54 34.98 34.62 34.05 33.98 37.72
Pertambangan dan
Penggalian 3.29 3.25 3.20 3.12 3.12 3.13 3.13 3.14 3.17 3.29
Industri Pengolahan 0.95 0.93 0.91 0.91 0.88 0.84 0.82 0.82 0.82 0.95
Pengadaan Listrik dan
Gas 0.06 0.06 0.07 0.07 0.07 0.07 0.07 0.07 0.07 0.06
Pengadaan Air,
Pengelolaan Sampah,
Limbah dan Daur
Ulang 0.09 0.09 0.09 0.09 0.09 0.09 0.08 0.08 0.08 0.09
Konstruksi 9.69 10.19 10.15 9.97 10.13 10.26 10.43 10.47 10.52 9.69
Perdagangan Besar
dan Eceran; Reparasi
Mobil dan Sepeda
Motor 14.14 13.87 14.17 14.66 14.71 14.82 14.90 15.05 15.41 14.14
Transportasi dan
Pergudangan 8.33 8.29 8.56 8.79 8.81 8.87 8.88 8.92 9.05 8.33
Penyediaan
Akomodasi dan
Makan Minum 0.72 0.71 0.70 0.71 0.71 0.73 0.73 0.74 0.75 0.72
Informasi dan
Komunikasi 0.63 0.62 0.62 0.62 0.63 0.64 0.64 0.66 0.68 0.63
Jasa Keuangan dan
Asuransi 1.40 1.37 1.34 1.29 1.23 1.33 1.34 1.29 1.22 1.40
Real Estate 4.10 4.07 4.12 4.24 4.31 4.38 4.41 4.40 4.32 4.10
Jasa Perusahaan 0.03 0.03 0.03 0.03 0.03 0.03 0.03 0.03 0.03 0.03
Administrasi
Pemerintahan,
Pertahanan dan
Jaminan Sosial Wajib 11.98 12.15 12.07 12.26 13.05 13.04 13.05 13.24 12.80 11.98
Jasa Pendidikan 0.92 0.90 0.87 0.84 0.84 0.85 0.84 0.96 0.96 0.92
Jasa Kesehatan dan
Kegiatan Sosial 5.85 5.78 5.68 5.63 5.72 5.83 5.92 5.96 6.04 5.85
Jasa Lainnya 0.12 0.12 0.12 0.11 0.12 0.12 0.12 0.12 0.12 0.12
PDRB 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100
Sumber : data diolah

99
Berdasarkan hasil analisis tipologi klassen, dapat dilihat dari kontirbusi

masing-masing sector baik Provinsi Sulawesi Utara maupun Kabupaten Kepulauan

Sitaro dapat dilihat mana yang merupakan sector maju, potensial berkembang

ataupun terkebelakang, berikut penjelasannya :

Tabel 4.19
Hasil Tipologi Klassen Kabupaten Sitaro

Sektor Keterangan Gambar


1. Pertanian, gi = 5.50% > g = 3.93%
Kehutanan dan si = 35.83% > s = 30.18%
Perikanan Sektor Pertanian, Kehutanan
dan Perikanan merupakan
Sektor maju pesat

2. Sektor gi = 6.81% < g = 7.39 %


Pertambangan si = 3.17% < s = 21.15%
dan Penggalian Sektor Pertambangan dan
Penggalian merupakan Sektor
yang terkebelakang

3. Sektor Industri gi = 5.67% > g = 4.40%


Pengolahan si = 0.88% < s = 10.01%
Sektor Industri Pengolahan
merupakan Sektor berkembang
dan potensial

100
Sektor Keterangan Gambar
4. Sektor gi = 9.54% < g = 10.72%
Pengadaan si = 0.07% < s = 18.12%
Listrik dan Gas Sektor Pengadaan Listrik dan
Gas merupakan Sektor yang
terkebelakang

5. Sektor gi = 5.36% >g = 4.22%


Pengadaan Air, si = 0.09% < s = 8.79%
Pengelolaan Sektor Pengadaan Air,
Sampah, Pengelolaan Sampah, Limbah
Limbah dan dan Daur Ulang merupakan
Daur Ulang Sektor berkembang dan
potensial

6. Sektor gi = 8.77% > g = 7.45 %


Konstruksi si = 10.20 % < s = 22.92%
Sektor Konstruksi merupakan
Sektor berkembang dan
potensial

7. Sektor gi = 8.73 % < g = 7.22 %


Perdagangan si = 14.64 % > s = 28.60 %
Besar dan Sektor Perdagangan Besar dan
Eceran; Eceran; Reparasi Mobil dan
Reparasi Mobil Sepeda Motor merupakan
dan Sepeda Sektor berkembang dan
Motor potensial

8. Sektor gi = 8.46 % > g = 7.32 %


Transportasi si = 8.72 % < s = 18.30 %
dan Sektor Transportasi dan
Pergudangan Pergudangan merupakan Sektor
yang berkembang dan potensial

Sektor Keterangan Gambar

101
9. Sektor gi = 7.43 % < g = 7.72 %
Penyediaan si = 0.72 % < s = 7.44 %
Akomodasi dan Sektor Penyediaan Akomodasi
Makan Minum dan Makan Minum merupakam
sector yang terkebelakang

10. Sektor gi = 8.50 % > g =8.33%


Informasi dan si = 0.64 % < s = 19.67 %
Komunikasi Sektor Informasi dan
Komunikasi merupakan
merupakan Sektor yang masih
bias berkembang atau potensial

11. Sektor Jasa gi = 6.04 % < g =7.18%


Keuangan dan si = 1.31 < s = 3.76%
Asuransi Sektor Jasa Keuangan dan
Asuransi merupakan Sektor
yang terkebelakang

12. Sektor Real gi = 8.17 % > g =7.26%


Estate si = 4.26 % > s = 3.68%
Sektor Real Estate merupakan
Sektor yang maju pesat

13. Sektor Jasa gi = 8.02 % < g =8.16%


Perusahaan si = 0.03 % < s = 0,08%
Sektor Jasa Perusahaan
merupakan Sektor
terkebelakang

Sektor Keterangan Gambar

102
14. Sektor gi = 8.43 % > g =5.44%
Administrasi si = 12.63 % > s = 6.18 %
Pemerintahan, Sektor Administrasi
Pertahanan dan Pemerintahan, Pertahanan dan
Jaminan Sosial Jaminan Sosial Wajib
Wajib merupakan Sektor yang maju
pesat

15. Sektor Jasa gi = 7.90 % > g = 6,92%


Pendidikan si = 0.89 % < s = 25.95 %
Sektor Jasa Pendidikan
merupakan Sektor yang
berkembang dan potensial

16. Sektor Jasa gi = 7.95 % >g =7.92%


Kesehatan dan si = 5.82 % < s = 17.40 %
kegiatan social Sektor Jasa Kesehatan dan
kegiatan sosial merupakan
Sektor yang berkembang dan
potensial

17. Sektor Jasa gi = 7.70 % < g = 8.94 %


Lainnya si = 0.12 % < s = 32.34 %
Sektor Jasa Lainnya merupakan
Sektor yang terkebelakang

4.3 Perbandingan Kondisi Ekonomi Kabupaten Kepulauan Nusa Utara

103
Kondisi perekonomian masing-masing dari Kabupaten Kepulauan Nusa Utara

termasuk di dalamnya daerah Kabupaten Kepulauan Sangihe, Talaud, dan Siau

Tagulandang, Biaro (Sitaro) bervariasi berdasarkan input dari masing-masing sector

yang pada dasarnya mampu menunjang akan pertumbuhan ekonomi yang ada di

masing-masing Kabupaten. Perbandingan dari Kondisi perekonomian ini dapat kita

lihat dari lajunya pertumbuhan Ekonomi masing-masing Kabupaten pada gambar

berikut :

Gambar 4.26
Laju Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Kepulauan Nusa Utara
Tahun 2011-2019

Sumber : data diolah

Berdasarkan gambar dapat di lihat bahwa laju pertumbuhan ekonomi tertinggi

adalah Kabupaten Kepulauan Sitaro, gambaran umum perekonomian daerah

Kabupaten Kepulauan Siau Tagulandang Biaro, setidaknya terlihat dari beberapa

indikator, seperti angka pertumbuhan ekonomi dan Produk Domestik Regional Bruto

(PDRB). Oleh sebab itu, sebagai gambaran kemampuan ekonomi secara makro di

104
Kabupaten Induk maupun di Kabupaten Kepulauan Siau Tagulandang Biaro dapat

dilihat pada capaian PAD, laju pertumbuhan ekonomi, PDRB perkapita serta

keunggulan sektor ekonomi tertentu. Khusus mengenai sejumlah sektor unggulan

Pemkab. Sitaro saat sekarang sedang mengupayakan dalam jangka pendek (sekitar 1

tahun sampai 2 tahun mendatang) struktur perekonomian daerah akan menunjukkan

transformasi yang signifikan dari sektor primer ke sektor sekunder atau jasa.

Diprediksi dengan terbentuknya Kabupaten Siau Taguladang Biaro dalam jangka

pendek akan cenderung menyebabkan peningkatan laju pertumbuhan penduduk,

efisiensi perdagangan dan pelayanan umum serta peningkatan arus barang dan jasa.

Dengan demikian pada kisaran waktu jangka menengah (3 tahun sampai dengan 5

tahun mendatang) diprediksi akan terjadi pergeseran peran dari sektor primer ke

sektor sekunder secara signifikan, dan sesuai data yang ditampilkan pertumbuhan

ekonomi Kabupaten Sitaro meningkat bahkan lebih tinggi di bandingkan Kabupaten

induk Sangihe dan Talaud. Untuk mencapai tujuan dan sasaran dalam mendorong

pertumbuhan ekonomi di Kabupaten/Kepulauan Sangihe permerintah daerah harus

lebih mampu memanfaatkan sumber daya ekonomi secara optimal dengan melihat

sektor-sektor apa yang basis ataupun potensial dalam mendorong dan meningkatkan

pertumbuhan ekonomi didaerah. Kabupaten/Kepulauan Sangihe di kenal dengan

sumber daya yang melimpah di bidang pertanian dengan luas lahan yang masih bisa

dikembangkan, kehutanannya maupun sumber daya alam di bidang perikanan dan

sumber-sumber potensi lainnya. Dengan potensi sumber daya alam yang banyak ini

diharapkan pemerintah daerah lebih mengoptimalkan lagi potensi-potensi yang ada

105
dengan program-program perencanaan pembangunan yang lebih di khususkan lagi

dengan kondisi yang ada di daerah tersebut, sehingga bisa meningkatkan dan

mendorong pertumbuhan ekonomi yang semakin lebih baik lagi. Pemerintah juga

seharusnya lebih inisiatif lagi untuk mengelolah sektor potensial dengan cara

membangun sektor potensial yang bisa memberikan multiplier effect terhadap sektor

lain sehingga pembangunan beberapa sektor unggulan lainnya akan memiliki dampak

terhadap sector-sektor lain dan berdampak pada pertumbuhan ekonomi.

Gambar 4.27
Rata-rata Sektor Kabupaten Kepulauan Nusa Utara Tahun 2011-2019

Sumber : Data diolah

106
Sektor-sektor ekonomi Kabupaten Kepulauan Nusa Utara jika dibandingkan

masing-masing bervariasi, dan untuk Kabupaten Kepulauan Sangihe nilai rata-rata

yang terbesar adalah sector jasa pendidikan, dan sector dengan nilai yang terkecil

adalah sector pertanian, perikanan dan kehutanan dan untuk Kabupaten Talaud,

sektor pengadaan listrik dan gas dan untuk sektor yang memiliki nilai terkecil adalah

sektor pertanian, kehutanan dan perikanan, dan untuk Kabupaten kepulauan Sitaro

sektor yang memiliki nilai terbesar adalah sektor pengadaan listrik dan gas dan untuk

sektor dengan nilai terkecil adalah sektor pengadaan air, pengelolaan sampah, limbah

dan daur ulang.

Gambar 4.28
Presentase Rata-rata Total Pertumbuhan PDRB Kabupaten Nusa Utara

Sumber : data diolah

Jika dilihat perbandingan dari persentasi total nilai rata-rata Kabupaten

Kepulauan Nusa Utara, Sitaro memiliki nilai persentase lebih besar yaitu sekitar 41

persen, sementara Sangihe memperoleh nilai presentase sebesar 31 persen dan Talau

dengan nilai presentase 28 persen. Perkembangan nilai pertumbuhan PDRB

107
Kabupaten Nusa Utara diharapkan mampu menunjang dan mendorong peningkatan

perekonomian wilayah Provinsi Utara agar menjadi lebih baik, harga komoditas

utama Bumi Nyiur Melambai mulai menunjukkan trend positif sejak Oktober 2019.

Selain itu, potensi penyesuaian kebijakan perikanan akan menjadi pendorong kinerja

lapangan usaha (LU) pertanian dan industri pengolahan serta ekspor dari sisi

permintaan. Di sisi lain, kinerja sektor transportasi diperkirakan akan menguat.

Optimisme itu sejalan dengan adaptasi masyarakat terhadap kisaran harga tiket

pesawat dan peningkatan aksesibilitas di wilayah Sulut. Selainitu perlu juga adanya

pengendalian inflasi, pengedaran uang, pengembangan wirausaha, mendorong

gerakan non tunai, dan mendorong pengembangan sumber daya manusia Bumi Nyiur

Melambai. Perlambatan pertumbuhan ekonomi Sulut perlu dijadikan pemicu untuk

terus mengembangkan sumber pertumbuhan ekonomi baru di Sulut di antaranya

melalui upaya intensifikasi dan ekstensifikasi produksi pertanian serta menciptakan

hilirisasi industri pengolahan maupun pengembangan pariwisata. perlambatan

pertumbuhan ekonomi itu sejalan dengan melambatnya pertumbuhan sejumlah

komponen utama dari sisi produksi dan pengeluaran pada 2019. Dari sisi produksi,

lapangan usaha industri mengalami perlambatan pertumbuhan. Sektor itu hanya

tumbuh 0,31 persen pada 2019 atau lebih rendah dari 4,48 persen tahun sebelumnya.

Dari sisi pengeluaran, pertumbuhan pengeluaran konsumsi pemerintah melambat

pada 2019 dibandingkan dengan periode 2018. Komponen itu tercatat hanya tumbuh

2,08 persen atau lebih rendah dari 6,10 persen tahun sebelumnya. Selain itu,

108
komponen ekspor barang dan jasa juga tercatat tumbuh melambat tahun lalu.

Tercatat, terjadi perlambatan pertumbuhan dari 12,14 persen pada 2018 menjadi 0,54

persen tahun lalu. Adapun, peranan komponen pengeluaran konsumsi pemerintah

memegang peranan 17,03 persen dalam struktur ekonomi Sulut menurut pengeluaran

pada 2019. Sementara itu, ekspor barang dan jasa berkontribusi sebesar 24,33 persen.

109
BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

1. Hasil analisis Location Quotient Kabupaten Kepulauan Sangihe menunjukkan

bahwa Sektor pertanian, kehutanan dan perikanan, sektor perdagangan besar dan

eceran : reparasi mobil dan sepeda motor, sektor jasa keuangan dan asuransi,

sektor real estate, sektor administrasi pemerintah dan pertahanan dan sosial wajib,

sektor jasa pendidikan, dan sektor jasa kesehatan dan kegiatan sosial merupakan

sektor basis dan untuk Kabupaten Kepulauan Talaud menunjukkan bahwa Sektor

pertanian, kehutanan dan perikanan, sektor pengadaan listrik dan gas, sektor

Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi Mobil dan Sepeda Motor, sektor

Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib, dan sektor

Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial merupakan sektor yang tergolong

basis/unggulan dan untuk Kabupaten Kepulauan Siau, Tagulandang dan Biaro

(SITARO) menunjukkan hail dari analisis Location Quotient bahwa Sektor

pertanian, kehutanan dan perikanan, sektor Perdagangan Besar dan Eceran;

Reparasi Mobil dan Sepeda Motor, sektor Transportasi dan Pergudangan, sektor

Real Estate, sektor Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial

Wajib, dan sektor Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial adalah sektor-sektor yang

termasuk dalam sektor basis.

110
2. Pergeseran Proporsional secara keseluruhan atau total maka perekonomian

regional Kabupaten Nusa Utara termasuk didlamnya Kabupaten Kepulauan

Sangihe, Talaud dan Sitaro tergolong maju, untuk sektor ekonomi lainnya sudah

tergolong maju atau cepat pertumbuhannya dibandingkan sektor yang sama pada

level perekonomian sulut sebab sektor-sektor ekonomi tersebut memiliki nilai

positif dan cenderung lebih besar dari pertumbuhan sektor konstruksi yang ada di

Kabupaten Kepulauan Sangihe, Talaud dan Sitaro. Pergeseran Diferensial secara

keseluruhan dari masing-masing Kabupaten menunjukkan hasil dan nilai total

maka perekonomian regional Kabupaten Nusa Utara memiliki daya saing atau

keunggulan kompetitif regional yang tinggi atau kuat terhadap perekonomian

sulut dan selama kurun waktu tahun 2010-2019 maka perekonomian regional

Kabupaten Kepulauan Nusa Utara tetap mengalami pertambahan nilai absolute

atau mengalami kenaikan kinerja perekonomian daerah.

3. Hasil analisis Tipologi Klassen menunjukkan bahwa sektor yang tergolong sektor

maju dan tumbuh dengan cepat di Kabupaten Kepulauan Sangihe adalah sektor

Pertanian, Kehutanan dan Perikanan , Sektor Perdagangan Besar dan Eceran;

Reparasi Mobil dan Sepeda Motor, Sektor Jasa Pendidikan, dan Sektor Jasa

Kesehatan dan kegiatan sosial, Kabupaten Kepulauan Talaud dari hasil analisis

tipologi klassen menunjukkan bahwa hanya sektor pengadaan litstrik dan gas

yang berkembang pesat sementara untuk Kabupaten Kepulauan Sitaro yang

merupakan sektor maju dan berkembang adalah Pertanian, Kehutanan dan

111
Perikanan, Sektor Real Estate, Sektor Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan

Jaminan Sosial Wajib,

4. Hasil perbandingan antara pertumbuhan ekonomi yang ada di Kabupaten

Kepulauan Nusa Utara menunjukkan bahwa Kabupaten Sitaro memiliki laju

pertumbuhan ekonomi yang lebih besar dan pesat dibandingkan dengan

Kabupaten Sangihe dan Talaud

5.2 Saran

1. Pemerintah Kabupaten Kepulauan Nusa Utara dalam upaya meningkatkan PDRB

dan pertumbuhan ekonomi agar lebih mengutamakan pengembangan sektor

sektor unggulan dengan tidak mengabaikan sektor non basis dalam perencanaan

dan pelaksanaan pembangunan agar supaya mampu berjalan secara merata guna

peningkatan pembangunan daerah masing-masing.

2. Sektor-sektor yang merupakan sektor dengan sumbangsi dan kontribusi yang

besar terhadap wilayah Provinsi Sulawesi Utara diharapkan dapat lebih

berkembang bahkan memberi pengaruh terhadap sektor-sektor lainnya agar

mampu menjadi sektor unggulan dengan lebih memperhatikan, memelihara

sumberdaya alam dan mendongkrak sumber daya manusia agar memberikan nilai

positif terhadap perkembangan perekonimian yang ada di Kabupaten Kepulauan

Sangihe, Talaud dan Sitaro.

112
Daftar Pustaka

Arsyad, Lincolin. 2010. Ekonomi Pembangunan, Yogyakarta: UPP STIM YKPN

Adisasmita, Rahardjo. (2011). Manajemen Pemerintah Daerah. Yogyakarta: Penerbit


Graha Ilmu

Afrizal, Fitrah. 2013. Analisis Pengaruh Tingkat Investasi, Belanja Pemerintah Dan
Tenaga Kerja Terhadap PDRB Di Provinsi Sulawesi Selatan Tahun 2001-
2011.Skripsi Jurusan Ilmu Ekonomi. Universitas Hasanudin. Makassar

Bhinadi,Ardito.2003. Disparitas Pertumbuhan Ekonomi Jawa dengan luar Jawa.


Jurnal Ekonomi Pembangunan

Emilia, dkk. 2006. Modul Ekonomi Regional. Jambi: FE Universitas Jambi

Kamarudin, 2010. “Analisis Potensi Sektor Ekonomi Kabupaten Jember”, Jurnal


Ekonomi Universitas Abdurahman Saleh

Mankiw, N. Gregory, 2000. Teori Makro Ekonomi. Edisi Keempat. Erlangga.


Jakarta.

Rachbini, Didik J, 2001. Pembangunan Ekonomi & Sumber Daya Manusia.


Gramedia Widiasarana Indonesia. Jakarta.

Sukirno, Sadono, 2002. Pengantar Teori Makroekonomi. PT Raja Grafindo Persada.


Jakarta. Edisi kedua

Tarigan, Robinson. 2005. Ekonomi Regional-Teori dan Aplikasi Edisi Revisi. Bumi
Aksara. Jakarta

Tarigan, Henry Guntur. 2009. PengkajianPragmatik. Bandung: Angkasa.

Tarigan, Robinson, 2010. Perencanaan Pembangunan Wilayah, Edisi Revisi, Jakarta:


Bumi Aksara

Thoha, Mahmud dan Soekarni, M., 2000. Studi Kelayakan Ekonomi Pembentukan
Propinsi Baru: Kasus Banten, Jurnal Ekonomi dan Pembangunan (JEP), VIII 2000.

113
Todaro, M. 2006. Pengembangan Ekonomi Dunia Ketiga. Edisi Kedelapan. Jakarta:
Penerbit Erlangga

Widodo, Tri. 2006. Perencanaan Pembangunan. Aplikasi Komputer (Era Otonomi


Daerah). UUP STIM YKPN. Yogyakarta.

114

Anda mungkin juga menyukai