Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH COLLABORATIVE LEARNING

“LUKA TEMBAK”

Oleh:
Angga Pratama 1911201005
Bilkhairi 1911201013
Dewi Indayani 1911201016
Fauzan Atha Farhan 1911201020
Nur Fadhilatusholiha 1911201039
Randy Aflah 1911201044
Sarah Putri Aryanda Dewi 1911201047
Yuli Kesuma 1911201057

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ABDURRAB
PEKANBARU
2022
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT yang telah melimpahkan karunianya serta
memberikan nikmat kesehatan dan kesempatan sehingga kami dapat menyelesaikan
makalah Collaborative Learning yang berjudul “Luka Tembak”. Shalawat
beriringkan salam kepada Nabi Muhammad SAW, serta keluarga dan sahabatnya
yang telah membawa umat manusia yang penuh ilmu pengetahuan.

Terimakasih kami ucapkan kepada fasilitator yang telah membimbing dan


telah mengarahkan tujuan diskusi sehingga kami dapat mencapai tujuan
pembelajaran dan menyelesaikan makalah hasil diskusi ini.Kami menyadari bahwa
dalam pembuatan makalah hasil diskusi ini masih banyak kekurangan. Untuk itu
penulis mengharapkan saran dan masukan dari tutor ataupun dari rekan
mahasiswa/I untuk kesempurnaan pembuatan makalah hasil diskusi ini.

Pekanbaru, 23 Juni 2022

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ........................................................................................ i


DAFTAR ISI ........................................................................................................ ii
BAB I PENDAHULUAN .................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ......................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah .................................................................................... 1
BAB II PEMBAHASAN ..................................................................................... 2
2.1 Manifestasi Luka tembak ......................................................................... 2
2.2 Perbedaan Luka Tembak Masuk dan Keluar ........................................... 2
2.3 Deskripsi luka tembak .............................................................................. 5
2.4 Derajat Luka ............................................................................................. 8
2.5 Penyebab Mati Akibat Luka Tembak ...................................................... 10
2.6 Mekanisme Mati Akibat Luka Tembak ................................................... 12
BAB III PENUTUP.............................................................................................. 14
3.1 Kesimpulan .............................................................................................. 14
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 15

ii
BAB I
PEDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Senjata api adalah suatu senjata yang menggunakan tenaga hasil
peledakan mesiu, dapat melontarkan proyektil (anak peluru) yang berkecepatan
tinggi melalui larasnya.
Luka tembak adalah luka yang disebabkan adanya penetrasi anak
peluru atau persentuhan anak peluru dengan tubub akibat adanya faktor
kecepatan, sehingga menembus kulit dan masuk ke dalam tubuh. Pada saat ini
korban karena kekerasan luka tembak sangat sering ditemukan, karena semakin
banyak anggota masyarakat sipil memiliki senjata api, baik untuk pertahanan
diri ataupun untuk tujuan lain. Di Amerika Serika pertahunnya diperkirakan
terdapat sekitar 70.000 jiwa korban luka tembak dengan kasus kematian sekita
30.000 jiwa.

1.2. Rumusan Masalah


Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan:
1. Manifestasi luka yang ditimbulkan akibat luka tembak
2. Perbedaan Luka Tembak masuk dan luka tembak keluar
3. Deskripsi luka dan perbedaan tembak tempel, luka tembak jarak dekat,
jarak intermediate, dan jarak jauh pada tubuh manusia
4. Kualifikasi (derajat luka) untuk luka tembak pada korban hidup
5. Sebab mati dan mekanisme mati akibat luka tembak pada korban mati

1
BAB II
PEMBAHASAN

2.1.Manifetasi Luka Tembak


Kelim kesat yang disebabkan oleh terusapnya zat-zat dari
permukaan peluru ketika peluru tersebut bergerak melewati kulit seperti
lemak/pelumas, serpihan dari laras senjata, partikel tanah, dan sebagainya.
Hal ini dapat dilihat di bagian yang lebih dalam atau bercampur di dalam
zat dari kelim lecet/kelim lecet-memar (terutama pada lubang masuk
primer, jika targetnya tertembak lebih dahulu) (Vij, K. 2011).
Kelim lecet/kelim lecet memar yang disebabkan oleh tubrukan dari
peluru ditambah dengan penggoresan (lecet/abrasi) kulit melalui pergerakan
peluru yang berputar-putar terhadap kulit yang terdorong masuk ke dalam.
Jelaga atau pengasapan/penghitaman akibat asap disebabkan oleh
akumulasi asap dari senjata. Partikel-partikel ini ringan, tidak bisa bergerak
jauh (untuk hampir semua peluru senjata tangan (hand gun), jelaga tidak
ditemukan di sekitar luka/lubang masuk di mana jarak moncong senjata
dengan target lebih dari 1 kaki (sekitar 30,48 cm)) (Vij, K. 2011).
Kelim tattoo/titik-titik akibat tertanamnya partikel mesiu yang
terbakar sebagian dan/atau tidak terbakar di dalam kulit (pola kelim tattoo
biasanya tidak tampak di sekitar luka/lubang masuk di mana jarak moncong
senjata dengan target melebihi 4 kaki (sekitar 121,92 cm) (Vij, K. 2011).

2.2. Perbedaan Luka Tembak Masuk dan Keluar


2.2.1 Luka Tembak Masuk
Bagian yang penting dalam pemeriksaan luka tembak adalah
pemeriksaan luka tembak masuk karena pengertian luka tembak
adalah penetrasi anak peluru ke dalam tubuh, maka perlu dikaji
tentang yang terjadi pada waktu peluru menembus kulit. Selain luka
masuk yang merobek tubuh, maka dipinggir luka akan terbentuk
cincin memar disekeliling luka masuk (contusion ring), sebetulnya ini
lebih tepat disebut luka lecet. Pada jarak dekat, hingga sekitar 20 cm,

2
akan ada beberapa asap mengotori dan luka bakar serta kulit dan
rambut dapat terbakar, meskipun ini sangat bervariasi dan tergantung
pada senjata dan amunisinya digunakan. Bentuk luka masuk
memberikan panduan untuk sudut yang dibuat pistol dengan area kulit
itu yaitu seperti Bila lonjong maka peluru menembus miring. Arah dan
sudut kemiringan luka tembak masuk dapat
ditentukan dari bagian yang lebih lebar dari cincin memar. (Simpson,
2003)
Ciri luka masuk biasanya dalam bentuk yang berentetan
dengan abrasi tepi yang melingkar di sekeliling defek yang dihasilkan
oleh peluru. Abrasi tepi tersebut berupa goresan atau lecet pada kulit
yang disebabkan oleh peluru ketika menekan masuk ke dalam tubuh.
Ketika ujung peluru melakukan penetrasi ke dalam kulit, maka hal
tersebut akan menghasilkan abrasi tepi yang konsentris, yaitu goresan
pada kulit berbentuk cincin dengan ketebalan yang sama, oleh karena
peluru masuk secara tegak lurus terhadap kulit. (Simpson, 2003)

Gambar : luka tembak masuk, kontak pistol bunuh diri di pelipis. Kulit terbakar
dan terbelah karena gas yang keluar

Luka masuk yang tidak khas dapat disebabkan oleh senjata


yang tidak berfungsi baik atau oleh karena amunisi yang rusak, tetapi
lebih sering dihasilkan dari peluru jenis Ricochets atau peluru yang
mengenai benda lain terlebih dulu, seperti jendela yang bergerak
otomatis, sebelum mengena tubuh. Kecepatan peluru teredam setelah

3
mengena media perantara, hal ini yang menyebabkan terbentuknya
abrasi tepi yang tidak khas pada luka tembak masuk, ketika peluru
mengena kulit. Jenis lain dari luka masuk yang tidak khas terjadi
ketika mulut senjata api mengalami kontak langsung dengan kulit
diatas permukaan tulang, seperti pada tulang tengkorak atau sternum.
(Simpson, 2003)

2.2.2 Luka Tembak Keluar


Jika peluru yang ditembakkan dari senjata apai mengenai
tubuh korban dan kekuatannya masih cukup untuk menembus dan
keluar pada bagian tubuh lainnya, maka luka tembak dimana perlu
meninggalkan tubuh itu disebut luka tembak keluar. Ketika luka
tembak mengenai tubuh, dapat menghasilkan luka tembak keluar.
Serta luka tembak keluar umumnya lebih besar dari pada luka tembak
masuk. Biasanya karakteristik luka berbeda dengan luka tembak
masuk. Peluru yang melewati tubuh menyebabkan keluar luka,
kadang disebut sebagai 'luka tembak'. Ini mungkin seperti bintang,
melingkar, elips, cruciatum, berbentuk bintang atau seperti celah
ketika peluru berubah bentuk ketika dipukul oleh tulang (umum di
kepala dan bahu) mungkin disalah artikan dengan luka kontak.
(Simpson, 2003)

Gambar: luka tembak keluar menunjukkan everted klasik dan tepi terbelah

4
Lukatembak keluar tidak menunjukkan rasa terbakar,
menghitam, tato, abrasi atau kerah memar. Ujung-ujungnya
melengkung, sobek atau berkerut dengan potongan memar, lemak
subkutan hemoragik atau otot yang menonjol keluar dari defek. Luka
tembak luar bentuk shored umumnya ditemukan pada pemakaian
pakaian seperti jika kulit pada luka keluar ditopang oleh benda keras
atau pakaian ketat, misalnya ikat pinggang, bra atau dasi, atau tubuh
bersandar pada benda keras, seperti dinding atau lantai, luka keluar
tampak sebagai cacat melingkar yang dikelilingi oleh margin abrasi
menyerupai luka masuk. (Biswas, 2015)

Terdapat banyak tulang dan jaringan padat yang dapat


menghalangi lewatnya peluru. Peluru jarang dapatdihentikan oleh
tulang, terutama tulang-tulang yang tipis seperti skapula dan ileum
atau bagian tipis dari tenglorak. Kebanyakan anak peluru masuk ke
dalam tubuh danmenghabiskan energi kinetiknya di kulit. Kulit adalah
penghalang kedua yang paling menghalangi lewatnya anak peluru.
Anak peluru yang mengenai lokasi yang tidak biasa dapat
menyebabkan luka dan kematian tetapi luka tembak masuk akan
sangat sulit untuk ditemukan. Contohnya telinga, cuping hidung,
mulut, ketiak, vagina, dan rectum. (Biswas, 2015)

2.3.Deskripsi luka tembak


2.3.1 Luka Tembak Tempel dan dekat
Luka tembak tempel ketika moncong senjata bertempelan
dengan kulit. Pada luka tembal tempel terdapat bekas moncong
(Muzzle Imprint) pada lubang berbentuk melingkar sesuai ukuran
moncong senjata, tepi luka akan teratur, terdapat smoke soiling
dibagian tepi luka, mungkin terdapat abrasi melingkar yang sempit
disekitar atau seluruh luka masuk, dan jaringan sekitarnya lebih merah
muda akibat karbon monoksida yang terkandung dalam gas buangan.
(James et al, 2011).

5
Luka tembak dekat ketika jarak tembakan beberapa sentimeter
dari permukaan kulit. Pada luka tembak dekat akan menghasilkan luka
yang sama seperti luka tembak tempel, tetapi tidak ada bekas
moncong senjata karena terdapat jarak antara moncong senjata dan
kulit, terdapat pembakaran kulit, smoke soiling mungkin lebih banyak,
powder tattooing biasanya ditemukan disekitar luka masuk. (James et
al. 2011).

Gambar: luka tembak tempel

Gambar: luka tembak jarak dekat

2.3.2 Luka Tembak Jarak Intermediaet


Luka tembak intermediate adalah luka tembak yang terjadi
pada jarak 20 sentimeter hingga 1 meter (James et al, 2011). Pada luka

6
tembak intermediate tidak ditemukan laserasi dan efek bakar dari gas
dan api karena penyeberan pendingan (Dispersive cooling) terjadi
sebelum mencapai kulit. Terdapat Powder tattooing (Tato bedak),
lubang tembaknya bulat atau oval terdapat memar, terdapat
penghitaman pada kulit. Semakin meningkat jarak penghitaman dan
Powder tattooing berkurang sedangkan pola bedak meningkat. (Vij,
K. 2011)
Powder tattooing fenomena antemortem apabila ditemukan
oren-kemerahan, apabila postmortem ditemukan warna abu-
kekuningan. (Vij, K. 2011)

Gambar: luka tembak jarak intermediaet

2.3.3 Luka Tembak Jarak Jauh


Luka tembak jarak jauh adalah luka tembak yang terjadi pada
jarak > 1 meter (James et al, 2011). Pada luka tebak jarak jauh tidak
ditemukan powder tatoing, lubang tembak berbentuk menyerupai
bulat atau opal, ukuran lubang jarang sama dengan ukuran diameter
peluru dimana ukurannya lebih kecil, kulit disekitar lubang peluru
terdapat abrasi dan bahkan memar, dan dirt collar (Vij, K. 2011).

7
Gambar: luka tembak jarak jauh

2.4. Derajat Luka


Derajat luka berhubungan dengan ketentuan tentang perlukaan yang
disebabkan dari tindak pidana penganiayaan. Penganiayaan merupakan
istilah yuridis yang digunakan dalam konteks hukum, khususnya hukum
pidana; sedangkan dalam ilmu kedokteran forensik untuk melukiskan
kondisi luka seseorang dikualifikasikan sebagai berikut: (Ohoiwutun, T
2016)
a. Luka derajat pertama (luka golongan C), yaitu luka yang tidak
memerlukan perawatan lebih lanjut terhadap korban. Dalam hal luka
derajat pertama, korban tindak pidana hanya memerlukan pemeriksaan
atas kondisinya dan dari hasil pemeriksaan kedokteran forensik tidak
memerlukan perawatan lebih lanjut di rumah sakit. Kesimpulan atas
luka derajat pertama adalah tidak terhalangnya korban dalam
melakukan jabatan/pekerjaan/aktivitas. Kesimpulan atas luka derajat
pertama di dalam visum et repertum, dalam konteks hukum pidana
berhubungan dengan tindak pidana penganiayaan ringan sebagaimana
ditentukan di dalam KUHP Pasal 352;

b. Luka derajat kedua (golongan B), yaitu luka yang memerlukan


perawatan terhadap korban tindak pidana untuk sementara waktu.
Dalam hal ini korban setelah diobservasi memerlukan perawatan lebih
lanjut di rumah sakit. Kesimpulan yang diberikan atas luka derajat

8
kedua adalah luka yang menyebabkan terhalangnya melakukan
jabatan/pekerjaan/ aktivitas untuk sementara waktu. Kesimpulan luka
derajat kedua di dalam visum et repertum di dalam konteks hukum
pidana dikategorikan sebagai tindak pidana penganiayaan (biasa)
sebagaimana ditentukan di dalam Pasal 351 ayat (1) KUHP;
(Catatan: kategori luka yang memerlukan perawatan untuk sementara
waktu di dalam kualifikasi luka derajat kedua tidak ditentukan berapa
lama masa atau waktu sementara tersebut. Seyogianya masa sementara
waktu terhalangnya menjalankan jabatan/pekerjaan/aktivitas
ditentukan lebih lanjut dalam peraturan perundangan yang diperlukan
untuk pembuktian unsur-unsur tindak pidana di dalam kasus
penganiayaan).

c. Luka derajat ketiga (golongan A), yaitu luka yang mengakibatkan luka
berat sehingga terhalang dalam menjalankan jabatan/
pekerjaan/aktivitas. Berhubungan dengan luka berat, KUHP Pasal 90
menentukan, luka berat pada tubuh adalah: penyakit atau luka yang tak
dapat diharapkan akan sembuh lagi secara sempurna, atau luka yang
dapat mendatangkan bahaya maut; terus menerus tidak cakap lagi
melakukan jabatan atau pekerjaan; tidak lagi memiliki salah satu
pancaindera; kudung (rompong), lumpuh, berubah pikiran (akal) lebih
dari empat minggu lamanya; membunuh anak dari kandungan ibu.
Kualifikasi luka derajat ketiga dari hasil pemeriksaan kedokteran
forensik, di dalam konteks hukum pidana menurut KUHP
dikualifikasikan sebagai penganiayaan berat yang diatur di dalam Pasal
351 ayat (2) dan/atau Pasal 354 ayat (1).
Merujuk pada KUHP yang berkorelasi dengan penentuan
kualifikasi luka di dalam ranah ilmu kedokteran, dalam penentuan berat
atau ringannya luka di dalam kasus penganiayaan dihubungkan dengan
pekerjaan/jabatan seseorang. Dengan demikian, kondisi luka seseorang
dengan pekerjaan/jabatan/profesi tertentu akan berpengaruh dan
berkorelasi pula pada penentuan derajat/kualifikasi luka, misalnya luka

9
parah pada jari kelingking seorang pemain biola profesional kualifikasi
lukanya akan berbeda dengan seorang pemain sepak bola. Terlukanya
jari kelingking seorang pemain biola akan berpengaruh pada
terhalangnya dalam menjalankan pekerjaan/ aktivitas dalam bermain
biola, baik untuk sementara waktu maupun selamanya. Oleh karena itu,
urgensi penentuan “masa” sementara waktu terhalangnya menjalankan
pekerjaan/aktivitas di dalam derajat/kualifikasi luka akan berhubungan
dengan kualifikasi tindak pidana penganiayaan biasa atau penganiayaan
berat dan pertanggungjawaban pidananya.

2.5. Penyebab Mati Akibat Luka Tembak


a. Kepala
Kerusakan pada kepala umumnya berupa pecahnya tulang
tengkorak kepala pada LTM dan pada LTK. Pada LTM, lubang pada
tabula eksterna akan lebih kecil dibanding dengan lubang pada tabula
interna sehingga membentuk corong yang membuka ke dalam. Pada
LTK, lubang yang terjadi pada tabula interna akan lebih kecil dibanding
dengan lubang pada tabula eksterna sehingga membentuk corong yang
membuka keluar. Pecahnya tulang tengkorak kepala biasanya disertai
dengan rusaknya jaringan otak yang jelas dapat menyebabkan kematian
(Parinduri, A G, 2020)

10
b. Leher

Robeknya arteri karotis maupun vena jugularis serta rusak dan


hancurnya tenggorokan maupun kerongkongan dapat menyebabkan
perdarahan yang hebat dan terhentinya sistem pernafasan, sehingga
menimbulkan kematian (Parinduri, A G, 2020).

c. Dada Dan Perut Serta Panggul


Pada organ yang berongga seperti jantung dan kandung kencing
bila terkena tembakan dan kedua organ tersebut sedang terisi penuh
(jantung dalam fase diastole), maka kerusakan yang terjadi akan lebih
hebat bila dibandingkan dengan jantung dalam fase sistole dan kandung
kencing yang kosong: hal tersebut disebabkan karena adanya
penyebaran tekanan hidrostatik keseluruh bagian. Paru yang terkena
saluran anak peluru dapat menyebabkan kolap, dan menyebabkan
gagalnya fungsi pernafasan (Parinduri, A G, 2020).

d. Anggota Gerak Atas Dan Bawah


Bila peluru mengenai anggota gerak berupa pecahnya tulang-
tulang (tulang panjang) pada anggota gerak tidaklah membawa dampak
yang terlalu berbahaya.Yang menjadi perhatian adalah ketika pembuluh
darah arteri ikut robek yang dapat menyebabkan perdarahan yang
banyak Misalnya arteri radialis pada daerah lengan, dan arteri femoralis
pada tungkai bawah(Parinduri, A G, 2020).

11
2.6. Mekanisme Mati Akibat Luka Tembak

Anak peluru menghantam kulit dan mendorong sehingga melampaui


daya renggang kulit sehingga robek. Adanya Rifling dari laras, maka anak
peluru bergerak berputar(sentrifugal) menyebabkan lubang luka tembak
masuk berbentuk bulat dan gelang kondisi / lecet di sekitar lubang luka,

disebut sebagai contusio ring. Anak peluru melewati luka, diameter luka
lebih besar dari diameter anak peluru. Karena elastisitas kulit, maka sesudah
anak peluru lewat kulit akan mengkerut, sehingga diameternya lebih kecil.
Luka tembak masuk umumnya berbentuk bulat akibat apabila peluru
mengenai kulit posisinya tegak lurus, kecuali apabila ada tulang tebal di
bawah kulit atau pada luka tembak kontak. Pada keadaan ini tulang akan
menghalangi masuknya gas-gas sehingga gas akan berbalik keluar dan
menyebabkan robekan pada kulit sekitar lubang.
Pada tembakan tegak lurus akan terdapat suatu gelang kontusi yang
rata sekitar lubang luka, sedangkan pada tembakan miring maka lubang luka
tembak masuk mungkin bulat atau oval tetapi konfigurasi dari gelang
kontusinya berbeda. Gelang kontusinya akan berbentuk oval dengan bagian
yang tebal menunjukkan arah datang nya peluru, sebab peluru akan
menyentuh dan menimbulkan lecet dahulu sebelum menembus kulit.
Seringkali luka tembak masuk akan menunjukkan bercak keabuan
di tepinya yang disebabkan karena jelaga dari laras dan dari anak peluru
yang terusapkan pada waktu peluru menembus kulit. Gelang dari jelaga ini
disebut grease mark atau grease ring, ini harus dibedakan dengan kotoran
akibat api, asap atau mesiu. Gelang jelaga ini lebih sering ditemukan pada

12
anak peluru dari timah, jarang pada anak peluru bermantel
(Yudianto.Ahmad,2020).

13
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Luka tembak adalah luka akibat kekerasan mekanik terutama yang
disebabkan oleh senjata api. dimana ketika peluru tersebut bergerak melewati
kulit akan menyebabkan penggoresan (lecet/abrasi) di kulit melalui pergerakan
peluru yang berputar-putar terhadap kulit yang terdorong masuk ke dalam.
Klasifikasi luka tembak dapat ditentukan berdasarkan ciri-ciri yang khas
ditimbulkan pada setiap tembakan yang dilepaskan dari berbagai jarak. Luka
tembak dapat diklasifikasikan menjadi luka tembak masuk dan luka tembak
keluar. Berdasarkan jarak antara senjata dengan korban, luka tembak masuk
dapat dibedakan menjadi luka tembak tempel, luka tembak jarak sangat dekat,
luka tembak jarak menengah (intermediate), dan luka jarak jauh. Penyebab Mati
Akibat Luka Tembak adanya pendarahan disertai dengan rusaknya jaringan otak,
terhentinya sistem pernafasan karena tembakan di area leher dan dada.

14
DAFTAR PUSTAKA

Biswas, G. (2015). Review of Forensic Medicine and Toxicology Third Edition. New
Delhi: Jaypee.

Simpson, C. K. (2003). Simpson's Forensic Medicine 12 th Edition. New York:


Arnold.

Parinduri, A G. (2020). BUKU AJAR KEDOKTERAN FORENSIK DAN


MEDIKOLEGAL. Medan: UMSUPRESS.

Ohoiwutun, T 2016, Ilmu kedokteran forensik (Interaksi dan dependensi hukum


pada ilmu kedokteran), Pohon Cahaya, Yogyakarta

James et al. 2011. Simpson’s Forensic Medicine Edition 13. London: Hodder
Arnold.

Vij, K. 2011. Textbook of forensic medicine and toxicology. India: Elsevier.

Yudianto.Ahmad (2020).Ilmu kedokteran forensik . Surabaya:Scopio Media


Pustaka

15
16

Anda mungkin juga menyukai