Makalah Alex Mesin

Anda mungkin juga menyukai

Anda di halaman 1dari 27

MAKALAH

PISAU CUKUR

Disusun Oleh :
TAHTA MAGHFIRIN ALEX
22.542.0011

JURUSAN TEKNIK MESIN


FAKULTAS TEKNIK DAN INFORMATIKA
UNIVERSITAS PANCA MARGA
PROBOLINGGO
2023
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur kehadirat Allah SWT karena atas segala limpahan
rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Makalah untuk
memenuhi tugas akhir di Universitas Panca Marga dengan judul ”Pisau Cukur”
dengan penuh kelancaran.
Pada kesempatan ini, dengan sepenuh hati kami mengucapkan terima
kasih atas bimbingan dan dukungannya kepada yang terhormat:
1. Bapak Ahmad Izzuddin, S.T., M.Kom, selaku Dekan Fakultas Teknik dan
Informatika Universitas Panca Marga.
2. Bapak Djoko Wahyudi, S.T., M.T, selaku Ketua Program Studi Teknik Mesin
Fakultas Teknik dan Informatika Universitas Panca Marga.
3. Bapak Alief Muhammad, S.T., M.T, selaku Dosen Pengampu Mata Kuliah
Metalurgi yang telah membimbing dengan penuh kesabaran, serta
memberikan arahan, motivasi dan dukungannya terhadap penulis.
4. Bapak/Ibu Dosen Fakultas Tenik hususnya Dosen Teknik Mesin Universitas
Panca Marga yang telah memberikan masukan dan ilmu pengetahuan dalam
penyusunan skripsi.
5. Teristimewa untuk orang tua yang selalu mendo’akan yang terbaik.
6. Keluarga dan sahabat-sahabat yang senantiasa memberikan bantuan dan
dukungan dalam menyelesaikan Makalah Tugas Akhir ini.
7. Serta seluruh pihak yang tidak dapat disebutkan namanya satu persatu yang
telah membantu dalam menyelesaikan skripsi ini.
Mudah-mudahan laporan ini bermanfaat bagi semua pihak. Namun
demikian, penulis menyadari bahwa Makalah ini masih jauh dari kesempurnaan,
oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun
untuk perbaikan di waktu yang akan datang. Semoga Makalah Tugas Akhir ini
dapat memberikan manfaat bagi penulis dan pembaca sekalian.
Probolinggo, 05 Juli 2023
Penulis,
Tahta Maghfirin Alex
ii
DAFTAR ISI

JUDUL .................................................................................................................... i
KATA PENGANTAR ........................................................................................... ii
DAFTAR ISI ......................................................................................................... iii
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................ iv
DAFTAR TABEL.................................................................................................. v
BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang.......................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah .................................................................................... 3
1.3 Manfaat ..................................................................................................... 3
BAB II KAJIAN TEORI ...................................................................................... 5
2.1 Teori Bahan .............................................................................................. 5
2.1.1 Perancangan Produk .......................................................................... 5
2.1.2 Baja Karbon ...................................................................................... 5
2.1.3 Baja Karbon Rendah ......................................................................... 6
2.1.4 Baja Karbon Sedang.......................................................................... 6
2.1.5 Baja Karbon Tinggi ........................................................................... 7
2.1.6 Kayu .................................................................................................. 7
2.1.7 Logam ............................................................................................... 8
2.1.8 Lapisan Tahan Karat atau Stainless Steel ......................................... 9
2.1.9 Besi.................................................................................................... 9
2.2 Teori Heat Treatment (Perlakuan Panas) ............................................... 11
2.3 Teori Pembuatan Alat ............................................................................. 13
BAB III METODE .............................................................................................. 15
3.1 Alat Dan Bahan ...................................................................................... 15
3.1.1 Alat .................................................................................................. 15
3.1.2 Bahan............................................................................................... 17
3.2 Proses Pembuatan ................................................................................... 18
BAB IV PENUTUP ............................................................................................. 20
4.1 Kesimpulan ............................................................................................. 20
4.2 Saran ....................................................................................................... 20
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 22

iii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Baja Karbon......................................................................................... 6


Gambar 2.2 Kayu .................................................................................................... 8
Gambar 2.3 Logam Paduan ..................................................................................... 8
Gambar 2.4 Stainless Steel...................................................................................... 9
Gambar 2.5 Besi .................................................................................................... 11
Gambar 3.1 Alat Pengasah Pisau Cukur ............................................................... 15
Gambar 3.2 Welding Tools ................................................................................... 15
Gambar 3.3 Alat Pemotong (Cutting Tools) ......................................................... 16
Gambar 3.4 Alat Ukur ........................................................................................... 16
Gambar 3.5 Alat Poles .......................................................................................... 17
Gambar 3.7 Baja Tahan Karat/Stainless Steel ...................................................... 18
Gambar 3.8 Baja Karbon Tinggi ........................................................................... 18

iv
DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Unsur Kayu ............................................................................................. 7

v
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pisau cukur atau silet adalah benda tajam berupa lempengan baja kecil dan
tipis, biasanya bermata dua. Kata "silet" berasal dari nama dagang produk Gillette,
yaitu nama belakang dari King Camp Gillette, pengusaha dari AS yang
mencetuskan sistem pisau cukur sekali buang. Ia memulai praktik menjual alat
cukur dengan murah kemudian mengambil keuntungan dari penjualan pisau
cukur. Pisau cukur listrik dicetuskan oleh Jacob Schick pada 1928. Pisau adalah
alat-alat kuno yang menakjubkan yang telah ada. Sepanjang sejarah, pisau telah
penting untuk kelangsungan hidup, serta untuk menyediakan makanan dan tempat
berlindung. Dari bentuk awal, pisau yang dikembangkan karena kebutuhan, dan
evolusi yang dapat ditelusuri melalui jalur teknologi. Bilah pisau terbuat dari
logam dan bagian pinggirnya berbentuk pipih dan tajam (cutting edge). Bilah
pisau memiliki sifat kekerasan, tahan aus, tahan korosi, tahan terhadap benturan
dan tajam. Sifat-sifat pisau ini dipengaruhi oleh unsur-unsur yang terkandung
dalam bahan dan proses pembuatan yang digunakan. Masa kini industry
pembuatan pisau pemotong berkembang cukup pesat, hal ini disebabkan oleh
beberapa aspek yang mendukung terutama teknologi proses dan teknologi
material. Peningkatan mutu produksi pisau pemotong dihasilkan dengan cara
memperbaiki sifat-sifat fisik dan mekanik dari bahan pisau tersebut. Proses
perlakuan panas yang tepat pada logam sangatlah bermanfaat untuk memperbaiki
sifat-sifat dari bahan pisau pemotong. Pisau cukur adalah salah satu alat yang
telah menjadi bagian penting dalam rutinitas grooming manusia selama berabad-
abad. Dalam perkembangannya, pisau cukur telah mengalami transformasi dari
bentuk sederhana menjadi alat yang lebih canggih dengan teknologi yang lebih
modern. Sejarah pisau cukur dapat ditelusuri kembali ke masa Mesir Kuno, di
mana orang Mesir menggunakan pisau cukur yang terbuat dari logam untuk
membersihkan bulu-bulu di wajah mereka. Penggunaan pisau cukur kemudian

1
2

menyebar ke seluruh dunia dan mengalami variasi desain dan material yang
digunakan berdasarkan budaya masing-masing. Pada zaman Romawi, pisau cukur
mulai menggunakan teknologi lipat yang memudahkan penyimpanan dan
transportasi. Seiring dengan perkembangan peradaban, teknik pembuatan pisau
cukur semakin berkembang dan mencapai puncaknya selama abad ke-18 dan ke-
19.
Pada awalnya, pisau cukur dibuat dari logam, seperti tembaga atau baja.
Namun, seiring dengan perkembangan teknologi dan penemuan baru, bahan-
bahan yang lebih baik telah digunakan. Pada abad ke-18, baja karbon tinggi
menjadi populer karena ketajamannya yang lebih baik dan daya tahan yang lebih
lama. Selain itu, kemajuan dalam industri logam membawa pisau cukur berbahan
dasar stainless steel, yang tahan karat dan menjaga kebersihan pisau. Desain pisau
cukur telah mengalami banyak perubahan dari waktu ke waktu. Awalnya, pisau
cukur memiliki bentuk yang sederhana dan hanya memiliki satu sisi yang tajam.
Namun, di abad ke-19, pisau cukur berbentuk "straight razor" menjadi populer
dengan dua sisi tajam dan bilah yang lebih lebar. Pada abad ke-20, muncul pisau
cukur berbentuk "safety razor," yang mengurangi risiko cedera karena memiliki
mekanisme pengaman pada bilahnya. Kemudian, teknologi elektrik
memperkenalkan pisau cukur elektrik, yang semakin mudah digunakan dan
memungkinkan hasil cukur yang lebih cepat.
Proses pembuatan pisau cukur menggabungkan keahlian kerajinan tangan
dengan teknologi modern. Langkah pertama adalah memilih bahan yang tepat,
seperti stainless steel yang berkualitas tinggi. Selanjutnya, bahan dipanaskan,
dibentuk, dan dihaluskan untuk menciptakan pisau yang tajam dan presisi. Setelah
itu, pisau dicetak dan dirakit, termasuk proses pengujiannya untuk memastikan
kualitas dan keamanan. Dalam era teknologi modern, pisau cukur juga telah
mengalami inovasi yang signifikan. Pisau cukur elektrik semakin canggih dengan
fitur-fitur pintar seperti sensor kelembaban dan kemampuan mengenali wajah
untuk memberikan cukuran yang lebih efisien dan nyaman. Selain itu, teknologi
pelapisan yang maju memungkinkan pembuatan pisau yang lebih tahan lama dan
tahan terhadap korosi.
3

Dalam latar belakang ini, kita telah melihat bahwa pisau cukur telah
menjadi bagian integral dari peradaban manusia selama berabad-abad. Sejarah,
bahan, desain, dan teknologi pembuatan pisau cukur telah mengalami evolusi
yang luar biasa, dan inovasi terus berlanjut untuk meningkatkan kualitas dan
kenyamanan penggunaan. Sehingga penulis tertarik untuk menyelesaikan Tugas
Akhir Mata Kuliah tentang “Pisau Cukur”. Semoga makalah ini dapat
memberikan wawasan lebih dalam tentang pentingnya pisau cukur dalam
kehidupan sehari-hari dan perkembangan yang telah dicapai dalam pembuatannya.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, dapat diperoleh rumusan
masalah, yaitu : Bagaiamana cara membuat “Pisau Cukur” ?

1.3 Manfaat
Adapun manfaat dalam pembuatan Pisau Cukur antara lain :
1. Pisau cukur modern dirancang untuk memberikan kenyamanan selama proses
mencukur. Pisau yang tajam dan presisi dapat mengurangi gesekan pada kulit,
mengurangi risiko iritasi, atau luka pada wajah. Selain itu, dengan
menggunakan pisau cukur pribadi yang dibersihkan secara teratur, kebersihan
bisa lebih terjaga, dan risiko infeksi akibat penggunaan alat cukur yang
bersamaan dapat dihindari.
2. Pisau cukur memungkinkan untuk mencukur dengan presisi lebih tinggi
dibandingkan dengan alat cukur listrik atau alat cukur biasa. Ini
memungkinkan pemotongan yang lebih rapi dan lebih halus, menghasilkan
hasil cukur yang lebih baik dan tahan lebih lama.
3. Meskipun biaya awal untuk membeli pisau cukur mungkin lebih tinggi
daripada alat cukur sekali pakai, dalam jangka panjang, pisau cukur bisa lebih
ekonomis. Pisau cukur dapat digunakan berulang kali dengan mengganti
bilahnya secara berkala, sehingga mengurangi kebutuhan untuk membeli alat
cukur baru.
4

4. Dengan menggunakan pisau cukur dan mengganti bilahnya, konsumsi plastik


yang berlebihan dari alat cukur sekali pakai bisa dikurangi. Ini membantu
mengurangi dampak lingkungan karena mengurangi limbah plastik.
5. Penggunaan pisau cukur juga dapat memberikan nuansa klasik dan
tradisional, yang bisa memberikan kesan prestise atau keanggunan bagi
sebagian orang.
BAB II
KAJIAN TEORI

2.1 Teori Bahan


2.1.1 Perancangan Produk
Perancangan produk atau desain produk merupakan persyaratan kegiatan
produksi. Desain produk selanjutnya ditransmisikan ke operasi sebagai spesifikasi
produksi, dan spesifikasi produksi merumuskan karakteristik produk dan
memungkinkan pelaksanaan produksi. Desain produk merupakan hal yang sangat
penting dalam menjaga kelangsungan hidup perusahaan. Desain produk baru
diciptakan karena pelanggan percaya bahwa ada kebutuhan akan produk tersebut,
(Wirawan dan Rommy, 2013).
Kemajuan teknologi saat ini berdampak pada desain-desain produk yang
secara terus menerus mengalami perkembangan pesat. Sebagian besar perusahaan
secara kontinyu melakukan perubahan, perbaikan, dan perkembangan terhadap
produk-produk lama yang telah usang dan ketinggalan zaman yang tentu saja
mempunyai kualitas lebih baik. Dalam hal ini, dibutuhkan perancangan produk
yang mempunyai kepekaan dan ide-ide yang dapat terus dikembangkan. Kunci
pertumbuhan dan kelangsungan hidup perusahaan adalah dengan
mengembangkan produk dan perbaikan produk secara terus menerus, (Wirawan
dan Rommy, 2013).
Perusahaan mempunyai sebuah resiko yang akan kehilangan pasar jika
tidak memlakukan inovasi, karena pada dasarnya produk-produk baru dan produk
yang mempunyai kualitas lebih baik yang dapat memenuhi kepuasan pelanggan,
(Wirawan dan Rommy, 2013).
2.1.2 Baja Karbon
Menurut Nasution M, 2018 Baja karbon merupakan baja struktur yang
sering digunakan untuk keperluan konstruksi maupun untuk pembuatan
komponen-komponen mesin-mesin. Baja karbon ini merupakan paduan dari
beberapa unsur dengan tujuan untuk mendapatkan sifta-sifat mekanis yang yang

5
6

sesuai dengan tujuan penggunaannya. Dalam pemakaian baja sering mengalami


gangguan dari lingkungannya berupa serangan korosi, dimana korosi merupakan
suatu proses alamiah yang akan menurunkan kemampuan kinerja suatu konstruksi
maupun komponen mesin-mesin. Baja adalah paduan FeC yang mengandung
karbon sampai 1,7%. Diantara berbagai jenis baja terdapat baja karbon, yaitu baja
yang sifatnya ditentukan oleh kandungan karbonnya. Kandungan karbon secara
khusus memberikan pengaruh ekstrim terhadap sifat-sifat mekaniknya dan
mikrostrukturnya.

Gambar 2.1 Baja Karbon


2.1.3 Baja Karbon Rendah
Menurut Nasution M, 2018 Baja karbon rendah dapat dibagi menjadi 4
(empat) bagian menurut penggunaannya, yaitu:
a. Baja karbon rendah dengan kandungan 0,04% digunakan untuk plat-plat
strip.
b. Baja karbon rendah dengan kandungan karbon0,05% digunakan untuk
badan kenderaan.
c. Baja karbon rendah dengan kandungan karbon 0,05% C digunakan untuk
konstruksi jembatan dan bangunan.
d. Baja karbon rendah yang mengandung 0,25% s/d 0,3% C digunakan untuk
baut, paku keling dan lain-lain.
2.1.4 Baja Karbon Sedang
Menurut Nasution M, 2018 Baja karbon ini memiliki sifat-sifat mekanik
yang lebih baik dari pada baja karbon rendah, ciri-ciri baja karbon menengah
adalah sebagai berikut :
a. Lebih kuat dari baja karbon rendah.
7

b. Tidak mudah dibentuk dengan mesin.


c. Dapat dikeraskan dengan baik
Baja karbon menengah berdasarkan kandungan karbonnya dapat dibagi atas
beberapa jenis, yaitu :
a. Baja karbon 0,35% - 0,45% digunakan untuk rodagigi dan poros.
b. Baja karbon 0,4%C digunakan untuk keperluan industri kenderaan seperti
baut dan mur, serta poros engkol dan batang torak.
c. Baja karbon 0,55 – 0,6%C digunakan untuk roda gigi.
d. Baja karbon 0,55 – 0,6%C digunakan untuk pegas-pegas.
2.1.5 Baja Karbon Tinggi
Menurut Nasution M, 2018 Baja karbon tinggi mempunyai ciri-ciri sebagai
berikut :
a. Sangat keras dan getas (rapuh)
b. Sangat kuat.
c. Sulit dibentuk dengan mesin.
Baja karbon tinggi dibagi menurut kandungan karbon yang dikandungnya pada
material adalah sebagai berikut :
a. Baja karbon dengan 0,60-0,75%C digunakan untuk keperluan pembuatan
pegas, alat perkakas mis.landasan mesin, martil dan alat potong.
b. Baja karbon dengan 0,75-1,7%C digunakan untuk pembuatan pisau cukur,
mata gergaji dan bantalan mesin.
2.1.6 Kayu
Menurut Haygreen, 1993. Kayu merupakan material yang termasuk salah
satu bahan bangunan yang berasal dari tumbuhan. Kayu adalah suatu karbohidrat
yang tersusun terutama atas karbon, hidrogen, dan oksigen. Kayu mengandung
senyawa anorganik yang tetap tinggal setelah terjadi pembakaran pada suhu tinggi
dengan oksigen yang melimpah, residu semacam ini dikenal sebagai abu.
Tabel 2.1 Unsur Kayu
No. Unsur Berat Kering (%)
1. Karbon 49
2. Hydrogen 6
3. Oksigen 44
8

4. Nitrogen Sedikit
5. Abu 0,1
Unsur-unsur kayu tergabung dalam sejumlah senyawa organic yang terdiri dari
selulosa, hemiselulosa dan lignin.
Sebagai sumber daya alam yang berasal dari proses alami, kayu
merupakan bahan mentah yang mudah diproses untuk dijadikan barang sesuai
dengan kemajuan teknologi. Kayu merupakan suatu alternatif dalam
pembangunan sebuah rumah. Menurut kekuatan yang dimiliki, kayu dapat
dijadikan struktur dalam sebuah bangunan. Di daerah pedalaman pembangunan
rumah atau gedung pertemuan masih menggunakan kayu. Selain itu, kemudahan
pengerjaan kayu juga menjadi salah satu alasan kayu digunakan.

Gambar 2.2 Kayu


2.1.7 Logam
Dr. Ahmad Fatih, 2012, logam adalah unsur yang mempunyai sifat fisik
umum seperti berwujud padat, bertitik leleh tinggi, lentur (tidak mudah patah),
mudah dibentuk (dapat di tempa dan di tarik), penghantar panas dan listrik yang
baik, dapat dibuat paduan antar sesame logam. Sedangkan menurut Budiono,
2005, logam adalah jenisd barang tambang yang keras seperti emas, perak,
tembaga, dan sebagainya.

Gambar 2.3 Logam Paduan


9

2.1.8 Lapisan Tahan Karat atau Stainless Steel


Kemampuan tahan karat diperoleh dari terbentuknya lapisan film oksida
Kromium, dimana lapisan oksida ini menghalangi proses oksidasi besi (Ferum).
Tentunya harus dibedakan mekanisme protective layer ini dibandingkan baja yang
dilindungi dengan coating (misal Seng dan Cadmium) ataupun cat. Baja tahan
karat atau lebih dikenal dengan Stainless Steel adalah senyawa besi yang
mengandung setidaknya 10,5% Kromium untuk mencegah proses korosi
(pengkaratan logam). Komposisi ini membentuk protective layer (lapisan
pelindung anti korosi) yang merupakan hasil oksidasi oksigen terhadap Krom
yang terjadi secara spontan.
Stainless Steel terbuat dari bijih besi, silicon, krom, karbon, nikel, mangan
dan nitrogen. Pembuatan baja stainless steel terdiri dari serangkaian proses. Bahan
baku pertama mencair dalam tungku listrik. Stainless Steel memerlukan waktu 12
jam untuk panas yang lebih intens. Selanjutnya campuran yang ada, akan
dilemparkan balik ke lempeng mekar atau billet, sebelum mengambil suatu bentuk
semi-padat. Bentuk awal dari baja ini kemudian di proses melalui “membentuk”
operasi yang mencakup hot-rolling ke bar, kabel, lembaran dan lempengan. Dari
sini lah baja dikenakan aril. Sehingga logam ini dirawat karena tekanan internal
dan sepatutnya melunak dan diperkuat. Segmen dari Stainless Steel pengolahan
juga disebut “pengerasan usia”, (L. Mott, Robert., 2009).

Gambar 2.4 Stainless Steel


2.1.9 Besi
Aliran air tanah merupakan perantara goelogi yang memberikan
pengaruh unsur-unsur kimia secara terus menerus terhadap lingkungan di
10

sekelilingnya di dalam tanah. Lapisan-lapisan tanah yang dilewati air


mengandung unsur-unsur kimia tertentu, salah satunya adalah persenyawaan besi.
Besi (Fe) adalah elemen yang banyak di batuan dan merupakan salah satu elemen
kimia yang dapat ditemui pada hampir setiap tempat di bumi, pada semua lapisan
geologi dan semua badan air Kandungan unsur kimia dalam air sangat tergantung
pada formasi geologi tempat air itu berada dan formasi geologi tempat dilaluinya
air. Sebagai Contoh, apabila selama perjalanannya air melalui suatu batuan yang
mengandung besi, maka secara otomatis air akan mengandung besi, demikian juga
untuk unsur-unsur yang lainnya. Besar kecilnya material terlarut tergantung pada
lamanya air kontak dengan batuan. Semakin lama air kontak dengan batuan
semakin tinggi unsur-unsur yang terlarut di dalamnya.
Kandungan unsur besi di air tanah, terutama di dalam air sumur banyak
terjadi. Air tanah yang umumnya mempunyai konsentrasi karbondioksida yang
tinggi dapat menyebabkan kondisi anaerobik. Kondisi ini menyebabkan
konsentrasi besi bentuk mineral tidak larut (Fe3+) tereduksi menjadi besi yang
larut dalam bentuk ion bervalensi dua (Fe2+). Konsentrasi besi pada air tanah
bervariasi mulai dari 0,01mg/l - 25 mg/l.
Pada air permukaan jarang ditemui kadar Fe melebihi 1 mg/l, tetapi di
dalam air tanah kadar Fe dapat jauh lebih tinggi (Manahan, 1999). Konsentrasi Fe
yang tinggi dapat dirasakan dan dapat menodai kain serta perkakas dapur. Pada air
yang tidak mengandung oksigen seperti air tanah, besi berada sebagai Fe2+ yang
cukup tinggi, sedangkan pada air sungai yang mengalir dan terjadi aerasi, Fe2+
teroksidasi menjadi (Fe(OH)3), dimana (Fe(OH)3) ini sulit larut pada pH 6
sampai 8. Besi dalam bentuk ion Fe2+ sangat mudah larut dalam air. Oksigen
yang terlarut akan mengoksidasi Fe2+ menjadi Fe(OH)3 yang merupakan
endapan. Fe(OH)3 atau salah satu jenis oksida yang merupakan zat padat dan
dapat mengendap. Besi yang terlarut dalam bentuk Fe2+ dalam air biasanya
dihasilkan oleh pelepasan ion Fe2+ dari bahan-bahan organik. Menurut Y.P Tirta
Dharma (2002), kehadiran ion Fe2+ yang terlarut dalam air dapat menimbulkan
gangguan-gangguan seperti :
11

a. Rasa dan bau logam yang amis pada air, disebabkan karena bakteri
mengalami degradasi.
b. Menimbulkan warna kecoklat-coklatan pada pakaian putih.
c. Meninggalkan noda pada bak-bak kamar mandi dan peralatan lainnya (noda
kecoklatan disebabkan oleh besi).
d. Dapat mengakibatkan penyempitan atau penyumbatan pada pipa.

Gambar 2.5 Besi

2.2 Teori Heat Treatment (Perlakuan Panas)


Proses perlakuan panas (Heat Treatment) adalah suatu proses mengubah
sifat logam dengan cara mengubah struktur mikro melalui proses pemanasan dan
pengaturan kecepatan pendinginan dengan atau tanpa merubah komposisi kimia
logam yang bersangkutan. Tujuan proses perlakuan panas untuk menghasilkan
sifat-sifat logam yang diinginkan. Perubahan sifat logam akibat proses perlakuan
panas dapat mencakup keseluruhan bagian dari logam atau sebagian dari logam.
Adanya sifat alotropik dari besi menyebabkan timbulnya variasi struktur
mikro dari berbagai jenis logam. Alotropik itu sendiri adalah merupakan
transformasi dari satu bentuk susunan atom (sel satuan) ke bentuk susunan atom
yang lain. Pada temperatur dibawah 9100 C sel satuannya Body Center Cubic
(BCC), temperatur antara 910o C dan 1392o C sel satuannya Face Center Cubic
(FCC) sedangkan temperatur diatas 1392o C sel satuannya kembali menjadi BCC.
Proses perlakuan panas ada dua kategori, yaitu :
1. Softening (Pelunakan) : Adalah usaha untuk menurunkan sifat mekanik agar
menjadi lunak dengan cara mendinginkan material yang sudah dipanaskan
12

didalam tungku (annealing) atau mendinginkan dalam udara terbuka


(normalizing).
2. Hardening (Pengerasan) : Adalah usaha untuk meningkatkan sifat material
terutama kekerasan dengan cara selup cepat (quenching) material yang sudah
dipanaskan ke dalam suatu media quenching berupa air, air garam, maupun
oli.
Berikut adalah macam-macam proses Heat Treatment yang biasanya dilakukan :
a. Hardening
Hardening adalah perlakuan panas terhadap logam dengan sasaran
meningkatkan kekerasan alami logam. Perlakuan panas menuntut pemanasan
benda kerja menuju suhu pengerasan, jangka waktu penghentian yang memadai
pada suhu pengerasan dan pendinginan (pengejutan) berikutnya secara cepat
dengan kecepatan pendinginan kritis. Akibat pengejutan dingin dari daerah suhu
pengerasan ini, dicapailah suatu keadaan paksaan bagi struktur baja yang
merangsang kekerasan, oleh karena itu maka proses pengerasan ini disebut
pengerasan kejut. Karena logam menjadi keras melalui peralihan wujud struktur,
maka perlakuan panas ini disebut juga pengerasan alih wujud. Kekerasan yang
dicapai pada kecepatan pendinginan kritis (martensit) ini diiringi kerapuhan yang
besar dan tegangan pengejutan, karena itu pada umumnya dilakukan pemanasan
kembali menuju suhu tertentu dengan pendinginan lambat. Kekerasan tertinggi
(66-68 HRC) yang dapat dicapai dengan pengerasan kejut suatu baja, pertama
bergantung pada kandungan zat arang, kedua tebal benda kerja mempunya
pengaruh terhadap kekerasan karena dampak kejutan membutuhkan beberapa
waktu untuk menembus ke sebelah dalam, dengan demikian maka kekerasan
menurun kearah inti.
b. Tempering
Perlakuan untuk menghilangkan tegangan dalam dan menguatkan baja dari
kerapuhan disebut dengan memudakan (tempering). Tempering didefinisikan
sebagai proses pemanasan logam setelah dikeraskan pada temperatur tempering
(di bawah suhu kritis), yang dilanjutkan dengan proses pendinginan. Baja yang
telah dikeraskan bersifat rapuh dan tidak cocok untuk digunakan, melalui proses
13

tempering kekerasan dan kerapuhan dapat diturunkan sampai memenuhi


persyaratan penggunaan. Kekerasan turun, kekuatan tarik akan turun pula sedang
keuletan dan ketangguhan baja akan meningkat. Meskipun proses ini
menghasilkan baja yang lebih lunak, proses ini berbeda dengan proses anil
(annealing) karena sifat-sifat fisis dapat dikendalikan dengan cermat.
Pada suhu 200°C sampai 300°C laju difusi lambat hanya sebagian kecil,
karbon dibebaskan, hasilnya sebagian struktur tetap keras tetapi mulai kehilangan
kerapuhannya. Di antara suhu 500°C dan 600°C difusi berlangsung lebih cepat,
dan atom karbon yang berdifusi di antara atom besi dapat membentuk cemesntit.
1. Menurut tujuannya proses tempering dibedakan sebagai berikut :
Tempering pada suhu rendah ( 150° – 300°C ). Tempering ini hanya untuk
mengurangi tegangan-tegangan kerut dan kerapuhan dari baja, biasanya
untuk alat-alat potong, mata bor dan sebagainya.
2. Tempering pada suhu menengah ( 300° - 550°C ). Tempering pada suhu
sedang bertujuan untuk menambah keuletan dan kekerasannya sedikit
berkurang. Proses ini digunakan pada alat-alat kerja yang mengalami
beban berat, misalnya palu, pahat, pegas. Suhu yang digunakan dalam
penelitian ini adalah 500C pada proses tempering.
3. Tempering pada suhu tinggi (550° - 650°C). Tempering suhu tinggi
bertujuan memberikan daya keuletan yang besar dan sekaligus
kekerasannya menjadi agak rendah misalnya pada roda gigi, poros batang
pengggerak dan sebagainya.

2.3 Teori Pembuatan Alat


Pisau cukur tradisional dibuat dari baja tajam tinggi seperti baja karbon
atau baja stainless. Baja ini dipilih karena memiliki sifat ketajaman yang baik dan
daya tahan yang memadai. Ada dua jenis pisau cukur utama, yaitu pisau cukur
tertutup (safety razor) dan pisau cukur terbuka (straight razor). Pisau cukur
tertutup lebih aman karena memiliki penutup kecil yang melindungi kulit dari
paparan langsung pisau, sementara pisau cukur terbuka adalah pisau dengan bilah
lurus yang membutuhkan keterampilan penggunaan yang lebih tinggi. Bentuk dan
14

ketajaman bilah pisau cukur sangat penting untuk memberikan hasil cukur yang
baik. Bilah biasanya datar dengan tepi tajam yang disebut tepi tajam (keen edge)
dan punggung (spine) yang tidak tajam. Bilah pisau cukur harus diasah dengan
hati-hati untuk mencapai ketajaman optimal. Proses pengasahan bisa dilakukan
dengan tangan atau menggunakan alat khusus seperti batu asah atau sabuk
pengasah. Jika pisau cukur terbuat dari beberapa bagian yang berbeda, mereka
harus dielas atau dipasang dengan tepat agar kuat dan tahan lama. Pisau cukur
biasanya dilengkapi dengan pegangan yang nyaman untuk digenggam. Pegangan
ini bisa terbuat dari berbagai bahan, termasuk kayu, logam, atau bahan sintetis.
Baja pisau cukur harus dilindungi dari karat agar tetap tajam dan awet. Biasanya,
lapisan pelindung seperti nikel atau kromium diterapkan pada pisau cukur dari
baja karbon untuk menghindari korosi. Pisau cukur yang baik harus memiliki
ketajaman yang tahan lama, mudah diasah kembali, nyaman digunakan, dan aman
bagi pengguna.
Pembuatan pisau cukur adalah proses yang rumit dan memerlukan keahlian
tukang pisau yang terampil. Penggunaan pisau cukur tradisional juga
membutuhkan keterampilan khusus dan perhatian agar dapat digunakan dengan
aman dan memberikan hasil cukur yang memuaskan. Selain itu, perawatan dan
pemeliharaan yang tepat juga penting untuk menjaga kualitas dan kinerja pisau
cukur selama mungkin.
BAB III
METODE

3.1 Alat Dan Bahan


3.1.1 Alat
1. Alat Pengasah

Gambar 3.1 Alat Pengasah Pisau Cukur


Alat ini digunakan untuk mengasah tepi bilah pisau agar tajam.
2. Alat Perekat (Welding Tools)

Gambar 3.2 Welding Tools


Jika pisau cukur terbuat dari beberapa bagian yang berbeda, alat perekat
digunakan untuk menyatukan atau mengelas bagian-bagian tersebut. Alat
perekat bisa berupa alat las atau peralatan lain yang sesuai dengan bahan yang
digunakan.
3. Alat Pemotong (Cutting Tools)
15
16

Gambar 3.3 Alat Pemotong (Cutting Tools)


Alat pemotong digunakan untuk memotong bahan baku pisau menjadi bentuk
yang diinginkan sebelum proses pengerjaan lebih lanjut. Beberapa alat
pemotong yang digunakan meliputi:
a. Gergaji Pisau (Knife Saw): Gergaji pisau adalah gergaji khusus yang
dirancang untuk memotong baja atau logam lain yang digunakan sebagai
bahan pisau.
b. Gerinda (Grinder): Gerinda digunakan untuk memotong, membentuk, dan
meratakan bilah pisau. Gerinda juga bisa digunakan untuk memberikan
tepi tajam pada bilah.
4. Alat Ukur

Gambar 3.4 Alat Ukur


17

Alat ukur seperti mikrometer, jangka sorong, atau alat ukur lainnya digunakan
untuk memeriksa dimensi dan keakuratan mata gergaji yang sedang dibuat.
Alat ukur ini memastikan bahwa mata gergaji memiliki dimensi yang sesuai
dengan spesifikasi yang diinginkan.
5. Alat Poles

Gambar 3.5 Alat Poles


Setelah pisau cukur selesai dirakit, alat poles digunakan untuk memberikan
kilau dan menghaluskan permukaan pisau.
3.1.2 Bahan
1. Baja tahan karat digunakan untuk membuat mata gergaji yang memiliki
ketahanan korosi yang baik dan memotong dengan akurasi tinggi. Jenis
baja tahan karat yang umum digunakan adalah stainless steel.
18

Gambar 3.6 Baja Tahan Karat/Stainless Steel


2. Baja karbon tinggi, seperti baja krom tinggi, digunakan untuk
menghasilkan mata gergaji yang tahan aus dan memiliki kekerasan yang
tinggi. Baja karbon tinggi cenderung memberikan ketangguhan yang baik
untuk gigi gergaji.

Gambar 3.7 Baja Karbon Tinggi


3. Logam atau kuningan bagian pegangan pisau cukur sering kali terbuat dari
kuningan atau logam lainnya yang tahan korosi dan memberikan pegangan
yang kokoh.
4. Plastik atau kayu: Selain logam, pegangan pisau cukur juga dapat terbuat
dari plastik atau kayu, terutama pada pisau cukur tradisional atau yang
lebih artistik.
5. Pelapis atau lapisan tahan karat: Beberapa pisau cukur dilapisi dengan
lapisan tahan karat untuk meningkatkan daya tahan dan mencegah
terjadinya karat pada bilah pisau

3.2 Proses Pembuatan


Pembuatan pisau cukur membutuhkan keahlian tukang cukur yang
berpengalaman atau pembuat pisau profesional. Adapun Langkah-langkah
pembuatan Pisau Cukur :
1. Pemilihan bahan: Pilih bahan yang tepat untuk pisau cukur, seperti baja
tahan karat (stainless steel) atau baja karbon tinggi (high carbon steel).
19

Bahan harus memiliki kualitas yang baik untuk mendapatkan pisau dengan
ketajaman dan daya tahan yang optimal.
2. Pemotongan bahan: Potong bahan baja menjadi ukuran yang sesuai untuk
pisau cukur yang akan dibuat. Ini biasanya dilakukan dengan
menggunakan alat pemotong yang sesuai dan dilakukan dengan hati-hati
untuk mendapatkan bentuk yang tepat.
3. Pemanasan (Heat treatment): Proses pemanasan atau heat treatment
dilakukan untuk mengubah struktur mikro kristal dalam baja sehingga
pisau memiliki kekuatan dan kekerasan yang tepat. Proses ini melibatkan
pemanasan pada suhu tertentu dan kemudian pendinginan cepat
(quenching) dalam media seperti minyak atau air.
4. Pembentukan tepi (Grinding): Bagian ini adalah salah satu langkah paling
penting dalam pembuatan pisau. Pisau yang sudah dipanaskan kemudian
digosok atau digiling pada roda gerinda untuk membentuk tepi yang tajam.
5. Pengasahan (Honing): Setelah penggilingan, pisau akan dihaluskan
menggunakan berbagai alat pengasah untuk mencapai tingkat ketajaman
yang optimal.
6. Pembuatan pegangan: Jika pisau cukur memiliki pegangan yang terpisah
dari bilah, langkah ini melibatkan pembuatan pegangan dari bahan seperti
kuningan atau plastik. Pegangan dapat dipasang pada pisau dengan cara
yang sesuai.
7. Pelapisan (Coating): Beberapa pisau cukur mungkin dilapisi dengan
lapisan tahan karat untuk meningkatkan daya tahan dan melindungi dari
korosi.
8. Pengujian dan perakitan: Pisau cukur diuji untuk memastikan kualitasnya,
termasuk ketajaman dan keseimbangan. Setelah itu, pisau akan dirakit
dengan benar untuk mendapatkan hasil akhir yang baik.
9. Penyelesaian dan finishing: Setelah proses perakitan, pisau cukur akan
diberi sentuhan akhir seperti pembersihan, pelumasan, dan penyelesaian
untuk menghilangkan cacat atau goresan yang mungkin terjadi selama
pembuatan.
BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Pemilihan bahan baja yang tepat, seperti stainless steel atau high carbon
steel, akan mempengaruhi kualitas, daya tahan, dan ketajaman pisau. Heat
treatment atau proses pemanasan dan pengasahan adalah langkah penting untuk
memberikan kekerasan dan ketajaman pada pisau. Penggilingan dan pengasahan
harus dilakukan dengan hati-hati agar mendapatkan tepi pisau yang tajam. Jika
pisau cukur memiliki pegangan terpisah, pemilihan dan pembuatan pegangan dari
bahan yang kokoh dan nyaman digunakan sangat penting. Pelapisan opsional:
Beberapa pisau cukur dilapisi dengan lapisan tahan karat untuk meningkatkan
daya tahan dan melindungi dari korosi. Pisau cukur harus diuji dengan cermat
untuk memastikan kualitasnya, termasuk ketajaman dan keseimbangan sebelum
dirakit dengan benar. Pembuatan pisau cukur adalah pekerjaan yang
membutuhkan keahlian dan pengalaman. Para tukang cukur berpengalaman atau
pembuat pisau profesional memiliki pengetahuan mendalam tentang proses ini.
Proses pembuatan pisau cukur melibatkan penggunaan alat dan mesin yang tajam.
Keselamatan harus selalu menjadi prioritas utama dalam setiap tahap pembuatan.
Dengan memahami dan menghargai kompleksitas proses pembuatan pisau
cukur, kita dapat lebih menghargai produk akhirnya dan menghindari upaya untuk
membuat pisau sendiri jika tidak memiliki keahlian dan pengetahuan yang cukup.

4.2 Saran
Dari hasil penelitian ada beberapa saran yang timbul dalam proses
penelitian ini adalah :
1. Pastikan Anda menggunakan bahan baja yang berkualitas tinggi, seperti
stainless steel atau high carbon steel. Bahan yang baik akan memberikan daya
tahan, ketajaman, dan kekuatan yang diperlukan untuk pisau cukur yang
bagus.

20
21

2. Proses pemanasan (heat treatment) adalah langkah krusial dalam pembuatan


pisau cukur. Pahami dengan baik suhu pemanasan yang tepat dan metode
pendinginan yang diperlukan untuk mencapai kekerasan yang diinginkan
pada bilah pisau.
3. Pengasahan adalah tahap penting untuk mencapai ketajaman maksimal pada
pisau cukur. Gunakan alat pengasah yang tepat dan pastikan tepi pisau benar-
benar tajam sebelum melanjutkan ke langkah selanjutnya.
4. Jika pisau cukur memiliki pegangan terpisah, perhatikan desain dan ergonomi
pegangan. Pegangan yang nyaman akan meningkatkan kenyamanan
pengguna dan mengurangi risiko cedera.
5. Setelah tahap pembuatan selesai, uji pisau cukur secara menyeluruh untuk
memastikan kualitasnya. Periksa ketajaman, keseimbangan, dan
fungsionalitas pisau sebelum merakitnya secara permanen.
6. Proses pembuatan pisau cukur melibatkan alat dan mesin tajam. Selalu
prioritaskan keselamatan dan masyarakat di sekitar saat bekerja dengan
peralatan ini. Gunakan alat pelindung seperti sarung tangan dan kacamata
keselamatan.
7. Jika baru dalam pembuatan pisau cukur, belajarlah dari ahli atau tukang cukur
berpengalaman. Memperoleh pengetahuan dari sumber yang terpercaya akan
membantu dalam memahami proses dengan lebih baik dan menghindari
kesalahan yang berpotensi merusak.
8. Jika tertarik pada pembuatan pisau cukur yang unik atau artistik, beranilah
untuk mengembangkan kreativitas dalam desain. Tetapi tetap pastikan bahwa
desain tidak mengorbankan fungsionalitas dan keamanan pisau.
DAFTAR PUSTAKA

Arif, S. Dkk. (2020) “Karakterisasi Pisau Dari Bahan Wire Rope Tempa Manual”,
Jurnal Terapan Teknik Mesin, Vol. 1, No. 2., Hal. 85-95.

AU, Lestariningrum. (2018) “Analisa Sensitisasi Pada Baja Tahan Karat AISI 304
Menggunakan Laku Panas Normalizing Dengan Variasi Temperatur”.
Skripsi Surabaya : Departemen Teknik Mesin Industri Fakultas Institut
Teknologi Sepuluh Nopember, Surabaya.

BP, Atmaja. Dkk. (2018) “Hubungan Antara Pengetahuan Dan Sikap Tukang
Cukur Tentang HIV/AIDS Dengan Perilaku Pencegahan Penularan
Hiv/Aids Melalui Transmisi Pisau Cukur”, Jurnal Darul Azhar, Vol. 4,
No.1., Hal. 52-61.

Nasution, M. (2018) “Karakteristik Baja Karbon Terkorosi Oleh Air Laut”,


Jurnal Buletin Utama Teknik, Vol. 14, No.1., Hal. 68-76.

SR, Dwiyanda. Dkk. (2021) “Hubungan Pengetahuan dengan Sikap Pencegahan


Penularan HIV/AIDS melalui Transmisi Pisau Cukur pada Tukang Cukur di
Kecamatan Ngawi”, Jurnal Akperngawi, Vol. 8, No. 1., Hal. 9-13.

22

Anda mungkin juga menyukai