Anda di halaman 1dari 8

MAKALAH ILMU PERUNDANG-UNDANGAN

“Penyusunan Program Legislasi Nasional Dalam


Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan”

NAMA KELOMPOK :

1. FEBRIANTI (202074201130)
2. FEBRI SOUISA (202074201078)
3. NADYA APRILIANI TAUFAN (202074201074)
4. VIKA DWI ARISMA (202074201024)

FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SORONG
2022
Abstract : Laws are laws in written form which are formed according to the authority to form laws. In
the 1945 Constitution of the Republic of Indonesia, the authority to make laws rests with the House of
Representatives (DPR) and the President. The formation of laws is part of legal development which
includes the development of a national legal system with the aim of realizing state goals, starting from
planning or programs in a rational, integrated, and systematic manner. In 1999 an important step was
started, namely by forming a National Legislation Program Working Group called POKJA
PROLEGNAS, the coordinator was handed over to the DPR. In 2000, Law no. 25 of 2000 concerning the
National Development Program/PROPENAS. The law explicitly uses the terminology of the National
Legislation Program/Prolegnas. Definitively the National Legislation Program is formulated in Law no.
10 of 2004 concerning the Establishment of Legislations, namely as an instrument for planning programs
for the formation of laws and regulations that are supported by definite, standard and standard methods
and methods that include all institutions authorized to make laws and regulations.
Keyword : Laws are Laws; Legislation; Institutions.

Abstrak : Undang-undang merupakan hukum dalam bentuk tertulis yang dibentuk menurut kewenangan
membentuk undang-undang. Dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia 1945
kewenangan membentuk undang-undang berada pada Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) dan Presiden.
Pembentukan undang-undang adalah bagian dari pembangunan hukum yang mencakup pembangunan
sistem hukum nasional dengan tujuan mewujudkan tujuan negara yang dilakukan mulai dari perencanaan
atau program secara rasional, terpadu, dan sistematik. Pada tahun 1999 satu langkah penting dimulai yaitu
dengan membentuk Kelompok Kerja Program Legislasi Nasional yang disebut dengan POKJA
PROLEGNAS, koordinatornya diserahkan kepada DPR. Tahun 2000 dibentuk Undang-Undang No. 25
Tahun 2000 tentang Program Pembangunan Nasional/PROPENAS. Dalam UU tersebut secara tegas
digunakan terminologi Program Legislasi Nasional/Prolegnas. Secara definitif Program Legislasi
Nasional dirumuskan dalam Undang-Undang No. 10 Tahun 2004 tentang Pembentukan Peraturan
Perundang-undangan yaitu sebagai instrument perencanaan program pembentukan peraturan perundang-
undangan/undang-undang yang didukung dengan cara dan metode yang pasti, baku dan standar yang
meliputi semua lembaga yang berwenang membuat peraturan perundang-undangan.
Kata Kunci : Undang-undang; Legislasi; Lembaga.

PENDAHULUAN

Program Legislasi Nasional sebagaimana yang dikenal saat ini merupakan tahapan awal dari proses dalam
pembentukan peraturan perundang-undangan1. yakni pada tahapan perencanaan. Sebagaimana dikatakan
dalam Pasal 1 ayat 1 UU No. 10 Tahun 2004 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan di
katakan bahwa Pembentukan Peraturan Perundang-undangan adalah proses pembuatan Peraturan
Perundang-undangan yang pada dasarnya dimulai dari perencanaan, persiapan, teknik penyusunan,
perumusan, pembahasan, pengesahan, pengundangan, dan penyebarluasan.
1
Muhammad A. S Hikam, M. A., APU. (2005). “Pembentukan undang-undang berdasarkan legislasi Nasional”.
Jurnal legislasi indonesia Vol. 2 No. 1 – Maret (2005). Hlm. 9
Kelemahan dalam aspek perencanaan merupakan salah satu faktor yang memberi kontribusi
cukup besar terhadap tersendatnya pembangunan hukum di negara kita. Dilihat dari rentang waktu yang
hampir mencapai 60 tahun eksistensi negara Republik Indonesia, semestinya pembangunan hukum yang
telah dilaksanakan telah mampu membuahkan hasil yang benar-benar dapat dibanggakan.

Disamping itu, secara operasional Program Legislasi Nasional yang merujuk pada materi atau
substansi rencana pembentukan peraturan perundang-undangan. Dalam konteks ini Prolegnas adalah
daftar rencana pembentukan undang-undang, dan peraturan perundang-undangan lainnya yang disusun
berdasarkan metode dan parameter tertentu serta dijiwai oleh visi dan misi pembangunan hukum nasional.

METODE PENELITIAN

Penelitian ini adalah penelitian studi kepustakaan (library research), yaitu penelitian hukum yang
prosedur penelitian atau pemecahan dengan metode pengumpulan data pustaka, membaca dan mencatat
serta mengolah bahan penelitiannya dan merupakan suatu penelitian yang memanfaatkan sumber
perpustakaan untuk memperoleh data penelitiannya.. Kemudian, didukung oleh data sekunder yaitu
Artikel, Jurnal, Undang-Undang dan Buku.

PEMBAHASAN

A. Perkembangan Program Legislasi Nasional


Program Legislasi Nasional (Prolegnas) merupakan skala prioritas program pembentukan
undang-undang dalam rangka mewujukan sistem hukum Nasional teretra dalam pasal 17 UU No.
12 Tahun 2011, Prolegnas fokus utamanya tentu hanya berkaitan dengan salah satu elemen dari
hukum, yaitu materi/substansi hukum atau peraturan perundang-undangan 2. Karena sebagaimana
umumnya, pembangunan hukum pada dasarnya adalah pembangunan Sistem Hukum. Dalam
kerangka sistem ini tercakup empat unsur atau sub-sistem hukum yang satu sama lain saling
terkait, yakni: (1) materi atau substansi hukum; (2) sarana atau kelembagaan hukum; (3) aparatur
hukum; dan (4) budaya atau kesadaran hukum masyarakat.
Perkembangan Prolegnas terjadi disaat sebelum berlakunya UU No. 10 Tahun 2004
Tentang Pembentukan Perundang-Undangan, dan Pasca berlakunya UU No. 10 Tahun 2004
Tentang Pembentukan Perundang-Undangan
Pembuatan peraturan perundang-undangan dimulai dari proses perencanaan, persiapan,
teknik penyusunan, perumusan, pembahasan, pengesahan, pengundangan dan penyebarluasan 3.
lnstrumen perencanaan program pembentukan undang-undang adalah Prolegnas yang disusun
secara berencana, terpadu dan sistematis

2
Pasal 7 UU tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan menetapkan jenis dan hierarki
Peraturan Perundang-undangan, sebagai berikut:
a. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945;
b. Undang-Undang/Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang;
c. Peraturan Pemerintah;
d. Peraturan Presiden;
e. Peraturan Daerah.
3
Buku, Tiga Dekade Prolegnas dan Peran BPHN; Jakarta (2006). Hlm. 31
mekanisme penyusunan Prolegnas yang sebelumnya dijalankan. Apabila sebelumnya
Prolegnas hanya bersumber pada program yang disusun oleh Pemerintah saja, saat ini disusun
oleh Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) bersama-sama dengan Pemerintah dengan sumber yang
berasal dari Prolegnas di lingkungan Dewan Perwakilan Rakyat dan Prolegnas di lingkungan
Pemerintah.
Di lingkungan pemerintah penyusunan Prolegnas dikoordinasikan oleh Menteri Hukum
dan HAM Pembinaan Hukum Nasional. Sedangkan di lingkungan intern DPR saja.
Untuk mendapatkan data rencana legislasi dengan penjelesan, BPHN (Badan Pembinaan
Hukum Nasional) melaksanakan monitoring kepada Departemen/LPND 4. Data tersebut diolah
dan diverifikasi sebagai bahan pengharmonisasian, pembulatan, dan pemantapan konsepsi dalam
rencana legislasi.
Prolegnas dikatakan sebagai daftar rencana pembentukan undang-undang yang disusun
berdasarkan metode dan parameter tertentu serta dijiwai oleh visi dan misi pembangunan hukum
nasional. Hal ini diatur dalam Undang Undang Nomor 10 Tahun 2004. Selain itu, Peraturan
Presiden Nomor 61 Tahun 2005 tentang Tata Cara Penyusunan dan Pengelolaan Prolegnas, baik
yang dilakukan penyusunannya oleh DPR (dikoordinasikan oleh Baleg) maupun penyusunan di
lingkungan Pemerintah (dikoordinasikan ole Menteri).
B. Tujuan Penyusunan Program Legislasi Nasional
Pasal 15 ayat (1) Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2004 tentang Pembentukan Peraturan
Perundang-undangan menentukan “Perencanaan penyusunan Undang-Undang dilakukan dalam
suatu Program Legislasi Nasional” 5. Maksudnya ialah agar pembentukan peraturan perundang-
undangan dapat dilaksanakan secara berencana, terpadu, dan sistematis 6.
Tujuan Penyusunan Program Legislasi Nasional (Prolegnas) antara lain, yaitu :
1. Mempercepat proses pembentukan peraturan perundang-ndangan sebagai bagian dari
pembentukan sistem hukum nasional;
2. Membentuk peraturan perundang-undangan sebagai landasan dan paket bidang
pembangunan lainnya serta mengaktualisasikan hukum sebagai sarana rekayasa
sosial/pembangunan, instrumen pencegah/penyelesaian sengketa, pengatur perilaku
anggota masyarakat dan sarana pengintegrasi bangsa dalam wadah Negara Kesatuan
Republik Indonesia;
3. Mendukung upaya dalam rangka mewujudkan supremasi hukum, terutama
penggantian terhadap peraturan perundang-undangan warisan kolonial dan hukum
nasional yang sudah tidak sesuai dengan perkembangan masyarakat;
4. Menyempurnakan peraturan perundang-undangan yang sudah ada selama ini, namun
tidak sesuai dengan tuntutan dan kebutuhan masyarakat; dan
5. Membentuk peraturan perundang-undangan baru sesuai dengan tuntutan dan
kebutuhan masyarakat.7

4
Buku, Tiga Dekade Prolegnas dan Peran BPHN; Jakarta (2006). Hlm. 32
5
Ketentuan pasal 5 ayat (1) UU No.10 Th.2004
6
A.A. Oka Mahendra, S.H. “Program Legislasi Nasional Instrumen Perencanaan Pembentukan Peraturan
Perundang-Undangan”. Artikel (2005). Hlm 1
7
Keputusan DPR-RI Nomor 01/DPR-RI/III/2004-2005 tentang Persetujuan Penetapan Program Legislasi Nasional
Tahun 2005-2009, Dewan Perwakilan Rakyat, Jakarta, 2005, hal 7-8.
C. Penyusunan Program Legislasi Nasional
Penyusunan Prolegnas dimulai dengan tahapan penyusunan "rencana legislasi" dari tiap-
tiap Departemen/ LPND8, disertai dengan penjelasan mengenai:
(1) Pokok-pokok materi yang akan diatur serta keterkaitannya dengan peraturan
perundang-undangan lainnya.
(2) Pokok materi yang akan diatur serta keterkaitannya dengan peraturan
perundang-undangan lainnya, merupakan penjelasan secara lengkap mengenai
konsepsi Rancangan Undang-Undang yang meliputi latar belakang dan tujuan
penyusunan, sasaran yang akan diwujudkan. pokok-pokok pikiran, lingkup
atau objek yang akan diatur. jangkauan dan arah pengaturan.
8 hal yang menjadi unsur dasar penyusunan Program Legislasi Nasional, yakni :
1. Perintah UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945
2. Perintah TAP MPR Republik Indonesia
3. Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional
4. Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN)
5. Rencana Pembangunan Jangka Panjang Menengah (RPJPM)
6. Rencana Kerja Pemerintah Dan Rencana Strategis DPR
7. Aspirasi Dan Kebutuhan Hukum Masyarakat9

D. Muatan Dalam Penyusunan Program Legislasi Nasional


Program Legislasi Nasional memuat program pembentukan undang-undang yang terdiri dari :
1. Judul Rancangan Undang-Undang
2. Materi yang diatur
Materi yang diatur dan keterkaitannya dengan peraturan perundang-undangan lainnya
merupakan keterangan mengenai konsepsi rancanagan undang-undang yang terdiri dari :
a. Latar belakang dari tujuan penyusunan
b. Sasaran yang ingin diwujudkan
c. Jangkauan dan arah pengaturan
3. Keterkaitannya Dengan Peraturan Perundang-Undangan Lainnya.
4. Kewenangan, Jenis dan Mekanisme dalam Penyusunan Program Legislasi Nasional
Kewenangan untuk menyusun prolegnas dilaksanakan oleh DPR dan pemerintah.
Prolegnas ditetapkan menjadi dua yakni untuk jangka menengah dan tahunan berdasarkan skala
prioritas pembentukan RUU. Prolegnas jangka menengah ditetapkan untuk 5 tahun dan prolegnas
tahunan ditetapkan untuk jangka satu tahun. Penyusuan dan penetapan prolegnas jangka
menengah dilakukan pada awal masa keanggotaan DPR sebagai prolegnas untuk jangka waktu 5
tahun penyusunan dan penetapan prolegnas prioritas tahunan sebagai pelaksanaan prolegnas
jangka menengah dilakukan setiap tahun sebelum penetapan RUU APBN. Hasil penyusunan
prolegnas antara DPR dan pemerintah disepakati menjadi prolegnas dan ditetapkan dalam rapat
paripurna DPR dan ditetapkan dengan keputusan DPR.

E. Daftar Kumulatif Terbuka


Daftar kumulatif terbuka merupakan daftar rancangan undang-undang tertentu yang dapat
diajukan berdasarkan kebutuhan. Dalam prolegnas dimuat daftar kumulatif terbuka yang terdiri
dari :
1. Pengesahan Perjanjian Internasional Tertentu
8
Buku, Tiga Dekade Prolegnas dan Peran BPHN; Jakarta (2006). Hlm. 34
9
Peraturan Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 2016 tentang “Tata cara Penyusunan
Program Legislasi Nasional”, Bab II Pasal 3.
Perjanjian internasional adalah suatu kesepakan yang disetujui oleh pihak-pihak
di bawah hukum internasional. Perjanjian internasional bersifat global karena mengatur
negara maupun organisasi internasional yang ada di dunia.10

Tahapan perjanjian Internasional, dilakukan dalam empat tahapan yakni:


 Perundingan, berisi negosiasi secara diplomatis yang diikutinoleh delegasi negara dalam
mebicarakan tujuan, aturan, hak, serta kewajiban yang harus dipenuhi oleh semua pihak.
 Penandatanganan dilakukan oleh delegasi pihak diatas kertas perjanjian internasional
 Ratifikasi atau pengesahan adalah pengesahan dokumen perjanjian internasional di
negara asal oleh kepala negara.
 Pengumuman atau deklarasi, di mana perjanjian internasional diberitahukan kepada
rakyat11

2. Akibat Putusan Mahkamah Konstitusi


Putusan Mahkamah Konstitusi merupakan refleksi pernyataan hakim sebagai pejabat
negara yang diberi wewenang oleh Undang-Undang Dasar Tahun 1945 atau undang-undang
untuk memutuskan sengketa yang diajukan oleh para pemohon yang merasa hak-hak
konstitusionalnya dirugikan akibat berlakunya suatu undang-undang. Putusan Mahkamah
Konstitusi merupakan suatu putusan atas suatu permohonan dari pemohon/para pemohon yang
dimohonkan kepada Mahkamah Konstitusi untuk diperiksa, diadili dan diputus oleh para hakim
konstitusi untuk mendapatkan keadilan dan kepastian hukum. 12Dalam memberikan putusan
berkenaan dengan pengujian konstitusional suatu undang-undang, landasan putusan Mahkamah
Konstitusi harus merujuk pada ketentuan Pasal 46 Undang-Undang Mahkamah Konstitusi.

3. Anggaran Pendapatan Dan Belanja Negara


Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) adalah rencana keuangan tahunan
Pemerintah negara Indonesia yang disetujui oleh Dewan Perwakilan Rakyat. 13APBN berisi daftar
sistematis dan terperinci yang memuat rencana penerimaan dan pengeluaran negara selama satu
tahun anggaran (1 Januari - 31 Desember). APBN, perubahan APBN, dan pertanggungjawaban
APBN setiap tahun ditetapkan dengan Undang-Undang. Dasar Hukum Anggaran Pendapatan Dan
Belanja Negara dalam Bab VIII Undang-Undang Dasar 1945 Amendemen IV pasal 23 mengatur
tentang Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN), Yang berbunyi :
 Ayat (1): Anggaran pendapatan dan belanja negara sebagai wujud dari
pengelolaan keuangan negara ditetapkan setiap tahun dengan undang-
undang dan dilaksanakan secara terbuka dan bertanggung jawab untuk
sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.
 Ayat (2): Rancangan undang-undang anggaran pendapatan dan belanja
negara diajukan oleh Presiden untuk dibahas bersama Dewan Perwakilan
Rakyat dengan memperhatikan pertimbangan Dewan Perwakilan Daerah.
 Ayat (3): Apabila Dewan Perwakilan Rakyat tidak menyetujui rancangan
Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara yang diusulkan oleh Presiden,

10
Silmi Nurul Utami, “Perjanjian Internasional: Pengertian Para Ahli, Klasifikasi, Tahapan, dan Contohnya”, dakses
dari Perjanjian Internasional: Pengertian Para Ahli, Klasifikasi, Tahapan, dan Contohnya (kompas.com)
11
Sukarmi, Buku Pengantar Hukum Perjanjian Internasional (2019).
12
Buku Hukum Acara Mahkamah Konstitusi Dalam Sistem Ketatanegraan Indoesia
13
Wikipedia bahasa indonesia “pendapatan daerah dan belanja negara indonesia”, diakses dari Anggaran
Pendapatan dan Belanja Negara Indonesia - Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Pemerintah menjalankan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara
tahun yang lalu.14

4. Pembentukan, Pemekaran, dan Penggabungan Daerah Provinsi dan Kabupaten/Kota.


Pemekaran dan penggabungan daerah di Indonesia adalah pembentukan dan/atau
penggabungan wilayah administratif baru di tingkat provinsi maupun kota dan kabupaten dari
induknya15. Landasan hukum terbaru untuk pemekaran dan penggabungan daerah di Indonesia
adalah Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah.

5. Penetapan/pencabutan perpu.
DPR berwenang memberikan persetujuan atau tidak memberikan persetujuan terhadap
peraturan pemerintah pengganti undang-undang yang diajukan oleh Presiden untuk menjadi
undang-undang. Perlu diketahui, proses pembahasan Perppu untuk disetujui atau ditolak,
dilakukan oleh DPR melalui rapat paripurna. Nantinya, DPR-lah yang menentukan persetujuan
atau penolakan suatu Perppu tersebut melalui keputusan rapat paripurna. 16Dalam hal Perppu
tidak mendapat persetujuan DPR dalam rapat paripurna (ditolak), maka sebagai tindak lanjut atas
Keputusan Rapat Paripurna DPR yang menolak Perppu yang bersangkutan, Perppu tersebut harus
dicabut dan dinyatakan tidak berlaku.

Dalam keadaan tertentu, DPR atau presiden dapat mengajukan RUU diluar Prolegnas dalam hal untuk
mengatasi keadaan luar biasa, keadaan konflik, atau bencana alam dan keadaan tertentu lainnya yang
memastikan adanya urgensi nasional.

KESIMPULAN
Dalam makalah ini memuat beberapa informasi mengenai Penyusunan Program Legislasi Nasional yang
merupakan instrumen perencanaan program pembentukan undang-undang yang disusun secara
terencana, terpadu dan sistematis. Selain itu Penyusunan Program Legislasi Nasional ini merupakan
tahapan awal dari proses dalam Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan. Dalam makalah ini kami
membahas mulai dari perkembangan Program Legislasi Nasional, Tujuan Penyusunan Program Legislasi
Nasional, Penyusunan, hingga Muatan yang terdapat di dalam Penyusunan Program Legislasi Nasional.
Program Legislasi Nasional ini diatur dalam Undang Undang Nomor 10 Tahun 2004. Selain itu,
Peraturan Presiden Nomor 61 Tahun 2005 tentang Tata Cara Penyusunan dan Pengelolaan Prolegnas,
baik yang dilakukan penyusunannya oleh DPR (dikoordinasikan oleh Baleg) maupun penyusunan di
lingkungan Pemerintah (dikoordinasikan ole Menteri).

ACKNOWLEDGEMENT
Dengan kerendahan hati kami mengucapkan puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa
yang telah memberikan berkat dan perlindungannya, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah
ini. Seperti kata pepatah “tak ada gading yang tak retak‟ demikian pula dengan makalah ini pasti masih
banyak kekurangan yang kami buat. Kami menyadari sepenuhnya bahwa keterbatasan kemampuan,
kekurangan pengalaman, banyak hambatan, dan kesulitan senantiasa kami temui dalam penyusunan
maklah ini. Tak lupa kami menyampaikan rasa terima kasih kepada Bapak Alwiyah Sakti R.S Rakia,

14
Ibid.
15
Wikipedia bahasa indonesia “pemekaran dan penggabungan daerah di indonesia”, diakses dari Pemekaran dan
penggabungan daerah di Indonesia - Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
16
Arikel Hukum Online.com, diakses dari Prosedur Penolakan dan Pencabutan Perppu - Klinik Hukumonline
S.H., M.H. selaku dosen pengampu pada mata kuliah Ilmu Perundang-undangan Kelas 4A dan B yang
telah mengadakan pembuatan makalah sebagai pengganti Ujian Akhir Semester.

REFERENSI
Muhammad A. S Hikam, M. A., APU. (2005). “Pembentukan undang-undang berdasarkan legislasi
Nasional”. Jurnal legislasi indonesia Vol. 2 No. 1 – Maret 2005.
Peraturan Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 2016 tentang “Tata cara
Penyusunan Program Legislasi Nasional”. Bab II Pasal 3.

A.A.Oka Mahendra, S.H. (2005).“Program Legislasi Nasional Instrumen Perencanaan Pembentukan


Peraturan Perundang-Undangan”. Artikel. Hlm 1,

Sukarni. (2019). “Pengantar Hukum Perjanjian Internasional).

Badan Pembinaan Hukum Nasional Departemen Hukum dan Hak Asasi Manusia RI. (2006), “Tiga
Dekade Prolegnas Dan Peran BPHN”. Jakarta. Hlm 31-34.

Keputusan DPR-RI Nomor 01/DPR-RI/III/2004-2005. (2005). “Persetujuan Penetapan Program


Legislasi Nasional Tahun 2005-2009”, Dewan Perwakilan Rakyat, Jakarta. Hlm 7-8.

Anda mungkin juga menyukai