Anda di halaman 1dari 24

PENELITIAN KUALITATIF SOSIOLOGI

Komunikasi Masalah Mental Health Remaja Faktor Pengaruh


dari Lingkungan Internal Dan Eksternal Sekitar

Oleh

Mutiara Sandrilla Coantani

Nia Ramadhani

Radya Aghna Humaira

Shafira Irya Lifani

Syifani Annisa Sya’bani

Kelas X.6

SMA NEGERI 5 PEKANBARU

Jalan Bawal No. 43,Wonorejo,Kota pekanbaru

TP 2022-2023
DAFTAR ISI

Daftar Isi
....................................................................................................................................
i

Kata Pengantar
....................................................................................................................................
ii

BAB I : PENDAHULUAN
....................................................................................................................................
1

1.1 Latar Belakang


....................................................................................................................................

1.2 Rumusan Masalah


....................................................................................................................................

1.3 Tujuan Penelitian


....................................................................................................................................

1.4 Manfaat
....................................................................................................................................

BAB 11 : KAJIAN PUSTAKA

2.1 Deskripsi teori


....................................................................................................................................

2.2 Penelitian Relevan


....................................................................................................................................

BAB III : METODE PENELITIAN

3.1 Rancangan Penelitian


....................................................................................................................................
3.2 Lokasi Dan Waktu Penelitian
....................................................................................................................................

3.3 Sumber Data


....................................................................................................................................

3.4 Teknik pengumpulan data


....................................................................................................................................

3.5. Teknik analisis data


....................................................................................................................................

BAB IV : HASIL PEMBAHASAN


....................................................................................................................................

4.1 Faktor dan Penyebab Terganggunya Kesehatan Mental Remaja


....................................................................................................................................

4.2 Ciri-Ciri Remaja Yang Mengalami Ganguan Kesehatan Mental


....................................................................................................................................

4.3 Pengertian Self Harm dan Penyebabnya


....................................................................................................................................

4.4 Dampak Yang Ditimbulkan dari Terganggunya Kesehatan Mental


....................................................................................................................................

4.5 Cara Menghadapi Remaja yang Mengalami Gangguan Kesehatan Mental


....................................................................................................................................

BAB V: PENUTUP
....................................................................................................................................

5.1 Kesimpulan
....................................................................................................................................

5.2 Saran
....................................................................................................................................
Daftar Pustaka

KATA PENGANTAR

Puji syukur diucapkan kehadirat Allah Swt. atas segala rahmat-Nya sehingga
penelitian ini dapat tersusun sampai selesai. Tidak lupa kami mengucapkan terima
kasih terhadap bimbingan dari Ibu Wiwidya Marni, S.Sos dan teman-teman yang
bersedia menjadi narasumber dalam penelitian ini dan yang telah berkontribusi
dengan memberikan sumbangan baik pikiran maupun materi.

Penulis sangat berharap semoga penelitian ini dapat menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi pembaca. Bahkan kami berharap lebih jauh lagi agar penelitian
ini bisa pembaca praktikkan dalam kehidupan sehari-hari.

Bagi kami sebagai penyusun merasa bahwa masih banyak kekurangan dalam
penyusunan penelitian ini karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman kami.
Untuk itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari
pembaca demi kesempurnaan penelitian ini.

Pekanbaru, 25 Februari 2023

Penulis

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kesehatan mental remaja adalah kondisi yang mempengaruhi remaja untuk
tumbuh dan merupakan hal yang berkaitan dengan aspek mental dan emosional
seorang individu. Memiliki kesehatan mental yang baik merupakan keinginan
remaja, tetapi tidak mudah untuk mencapai kesehatan mental yang baik. Pada
beberapa kasus, gangguan kesehatan mental (mental health) terjadi pada siapa
saja, baik pada anak-anak, remaja, hingga orang dewasa, tetapi saat ini banyak
remaja yang memiliki masalah terkait dengan kesehatan mental.

Beberapa remaja kerap mengalami gangguan kesehatan mental yang cenderung


membuat seseorang dapat melukai dirinya sendiri (self harm). Bahkan dalam
beberapa kasus masalah mental memberikan ancaman pada masa depan remaja,
tidak hanya menyakiti diri sendiri, namun dapat menyakiti orang terdekat dan
orang lain, bahkan sampai berniat untuk bunuh diri. Umumnya gangguan tersebut
terjadi karena beberapa faktor, diantaranya faktor lingkungan, keluarga,
pergaulan, faktor biologis, gaya hidup, dan sebagainya. Seperti memiliki
gangguan mental karena perceraian orang tua, dampak dari bullying, perilaku
yang menyimpang, kekerasan, dan pergaulan bebas.

Kesehatan mental memiliki arti penting dalam kehidupan seseorang, dengan


mental yang sehat maka seseorang dapat melakukan aktifitas sebagai mahluk
hidup. Kondisi mental yang sehat akan membantu perkembangan seseorang
kearah yang lebih baik dimasa mendatang. Sedangkan masalah kesehatan mental
diartikan sebagai ketidakmampuan seseorang menyesuaikan diri terhadap tuntutan
dan kondisi lingkungan yang mengakibatkan ketidakmampuan tertentu.

Keluarga merupakan suatu sistem sosial untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan


para anggotanya. Sebagai suatu sistem sosial, kelompok-kelompok keluarga
memenuhi kebutuhan para anggotanya dengan memberikan kenyamanan,
keselamatan, kesejahteraan ekonomi, material, kesejahteraan psikologis, fisik,
emosional, dan kebutuhan-kebutuhan spiritual. Keluarga menjadi tempat
berlindung, memberikan rasa kenyamanan dan memberikan kasih sayang. Apabila
fungsi keluarga diatas tidak berjalan maka timbulnya berbagai permasalahan
kesehatan mental yang dialami oleh seluruh anggota keluarga di dalam rumah
tersebut baik itu, anak-anak dan kedua orangtuanya.
Sekolah juga memegang peranan penting bagi perkembangan mental dan
emosional bagi siswa-siswinya. Penanaman karakter terhadap anak usia dini
dilingkungan sekolah sangat diperlukan dalam perkembangan individu. Seorang
anak setelah di lingkungan keluarga, sekolah juga memiliki peran yang besar
untuk memberikan dorongan terhadap individu seorang anak agar dapat
berkembang secara baik sesuai porsi setiap umur dan perkembangannya.

Berdasarkan hal tersebut, kami tertarik untuk melakukan sebuah penelitian


tentang gangguan kesehatan mental, khususnya pada remaja. Alasan kami
memilih topik ini adalah karena kami menemukan beberapa kasus gangguam
kesehatan mental yang cocok untuk diteliti. Untuk itu kita perlu mengetahui cara
menjaga kesehatan mental kita dan berupaya untuk mengatasinya. Hal ini sangat
membantu untuk memahami karakter dan masalah seseorang dalam menghadapi
masalahnya.

1.2 Rumusan Masalah

1) Apakah faktor-faktor penyebab terganggunya kesehatan mental remaja?


2) Bagaimana ciri-ciri remaja yang memiliki gangguan kesehatan mental?
3) Apa yang dimaksud dengan Self Harm dan mengapa hal tersebut dapat
terjadi?
4) Jelaskan dampak terganggunya kesehatan mental terhadap perkembangan
dan masa depan remaja!
5) Apa yang dapat dilakukan keluarga dan orang terdekat untuk menghadapi
remaja yang memiliki gangguan kesehatan mental?

1.3 Tujuan Penelitian

a. Menganalisis faktor penyebab terganggunya kesehatan mental remaja


b. Menyebutkan ciri ciri remaja yang mengalami gangguan kesehatan mental
c. Menelaah pengertian self harm dan penyebabnya
d. Menjelaskan dampak terganggunya kesehatan mental terhadap
perkembangan dan masa depan remaja
e. Menjelaskan hal yang dapat dilakukan untuk menghadapi remaja yang
memiliki gangguan kesehatan mental

1.4 Manfaat Penelitian

Dengan adanya penelitian ini, diharapkan akan memperoleh banyak


pengetahuan dan pemanasan yang lebih luas mengenai kesehatan mental yang
meliputi, definisi, faktor, ciri-cirinya, dan pengaruhnya. Selain hal tersebut, hasil
penelitian ini dapat juga digunakan sebagai salah satu sumber informasi bagi
orang lain agar dapat menjaga kesehatan mentalnya. Selain itu, dengan penelitian
ini kita dapat mengambil hikmah dan pelajaran dari beberapa kejadian di
lingkungan sekitar bahwa mental remaja harus lebih diperhatikan, karena jika
tidak hal tersebut yang dapat membahayakan diri sendiri dan orang lain.

BAB 11

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Deskripsi teori


a). Pengertian Kesehatan Mental (Mental Health) dalam Beberapa Pandangan

Kesehatan mental merupakan kondisi dimana individu memiliki


kesejahteraan yang tampak dari dirinya yang mampu menyadari potensinya
sendiri, memiliki kemampuan untuk mengatasi tekanan hidup normal pada
berbagai situasi dalam kehidupan, mampu bekerja secara produktif dan
menghasilkan, serta mampu memberikankontribusi kepada komunitasnya.
Mengutip dari jargon yang digunakan oleh WHO, “there is no health without
mental health” menandakan bahwa kesehatan mental perlu dipandang sebagai
sesuatu yang penting sama seperti kesehatan fisik. Mengenali bahwa kesehatan
merupakan kondisi yang seimbang antara diri sendiri, orang lain dan lingkungan
membantu masyarakat dan individu memahami bagaimana menjaga dan
meningkatkannya.

Menurut WHO (World Health Organization), Kesehatan mental adalah


kondisi sejahtera seseorang, Ketika seseorang menyadari kemampuan dirinya,
mampu untuk mengelola stres yang dimiliki serta beradaptasi dengan baik,
dapat bekerja secara produktif, dan berkontribusi untuk lingkungannya.
Kesehatan mental merupakan dasar yang penting bagi seseorang karena
kesehatan mental akan memengaruhi bagaimana sseseorang memandang
dirinya, lingkungan, dan memahami lingkungan sekitar. Kesehatan mental
merujuk pada kesehatan seluruh aspek perkembangan seseorang, baik fisik
maupun psikis.

Kesehatan mental juga meliputi upaya –upaya dalam mengatasi stress,


ketidakmampuan dalam menyeseuaikan diri, bagaimana berhubungan dengan
orang lain, serta berkaitan dengan pengambilan keputusan. Menurut Daradjat,
kesehatan mental merupakan keharmonisan dalam kehidupan yang terwujud
antara fungsi –fungsi jiwa, kemampuan menghadapi problematika yang
dihadapi, serta mampu merasakan kebahagiaan dan kemampuan dirinya
secara positif. Selanjutnya ia menekankan bahwa Kesehatan mental adalah
adalah kondisi dimana individu terhindar dari gejala –gejala gangguan jiwa
(neurose) dan dari gejala penyakit jiwa (psychose).
Rowling mendefinisikan kesehatan mental sebagai kapasitas individu dan
kelompok untuk berinteraksi satu sama lain dan lingkungan dengan cara yang
mempromosikan kesejahteraan subjektif, pengembangan optimal dan penggunaan
kemampuan kognitif, afektif dan relasional, pencapaian tujuan individu dan
kolektif. Konsisten dengan keadilan. Ini adalah definisi yang lebih bulat,
dan salah satu yang dapat hidup berdampingan dengan definisi WHO
tentang gangguan Kesehatan mental. Dari beberapa pandangan terkait
kesehatan mental tersebut, kesehatan mental dapat dikatakan sebagai kondisi
dimana seorang individu mampu mengelola dengan baik emosional dalam
dirinya sehingga meminimalisir adanya ketidakstabilan emosi, perilaku atau
pemikiran yang tidak dapat dikontrol denga baik atau terganggunya kondisi
psikologis seseorang yang disebut dengan gangguan kesehatan mental.

b). Pengertian Gangguan Kesehatan Mental

Gangguan kesehatan mental adalah suatu keadaan dimana fungsi


mental seseorang mengalami disfungsi. Yang dimaksud dengan gangguan
adalah hal –hal yang menyebabkan ketidak beresan (ketidakwarasan) atau
ketidakwajaran terhadap Kesehatan mental atau jiwa.

Dalam terminologi yang lain gangguan mental ialah adanya


ketidakseimbangan yang terjadi dalam diri kita, berpusat pada perasaan,
emosional dan dorongan (motif/ nafsu), yang mengakibatkan pada ketidak
harmonisan antara fungsi-fungsi jiwa, yang menyebabkan kehilangan daya tahan
jiwa, pada akhirnya jiwa menjadi labil dan cenderung mudah terpengaruh pada
hal –hal yang negatif, serta dirinya tidak mampu merasakan kebahagiaan
serta tidak mampu mengaktualisasikan potensi-potensi (kemampuan) yang ada
dalam dirinya secara wajar.

Jadi gangguan kesehatan mental adalah suatu keadaan ketika seseorang


memiliki masalah yang dapat mengakibatkan terganggunya fungsi dalam berpikir,
sehingga menyebabkan beberapa gangguan yang mengubah perilaku seseorang
dan dapat berdampak negatif apabila tidak ditindaklanjuti.
2.2 Penelitian Relevan

Penelitian yang relevan merupakan acuan bagi peneliti dalam membuat


penelitian. Penelitian yang relevan ini berisikan tentang penelitian orang lain yang
dijadikan sebagai sumber atau bahan dalam membuat penelitian. Berikut ini
merupakan beberapa penelitian yang dilakukan oleh peneliti terdahulu yang dapat
dijadikan sebagai landasan atau gambaran untuk penelitian yang sekarang sedang
dilakukan.

Penelitian Terdahulu Sebagai bahan referensi yang akan dijadikan peneliti


sebagai acuan dalam pembuatan laporan penelitian. Berikut ini penelitian
sebelumnya yang memiliki keterkaitan dengan penelitian yang akan dilakukan
peneliti, yaitu terkait dengan kesehatan mental, gangguannya pada remaja.
Beberapa penelitian terdahulu yang peneliti gunakan sebagai landasan penelitian
adalah penelitian yang dilakukan oleh :

1. Peran Keluarga Dalam Membentuk Kesehatan Mental Remaja Di


Kelurahan Yosorejo 21 A Metro Timur Oleh : Ayu Cahyanti
2. Pengaruh Kesehatan Mental Terhadap Hasil Belajar Pendidikan Agama
Islam Di Smp Piri Jati Agung Oleh : Fatimah
3. Kesehatan Mental Anak Dari Keluarga Broken Home (Study Kasus Di Sd
Juara Yogyakarta) Oleh : Agus Sumadi

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Rancangan Penelitian


Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif. Penelitian dengan
pendekatan kualitatif ini dipilih karena melihat banyaknya remaja di sekitar yang
mengalami gangguan mental. Untuk itu, topik ini cocok untuk dijadikan penelitian
sosial dengan melakukan wawancara ke beberapa narasumber.

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah studi kasus.
Artinya peneliti mengambil contoh beberapa klien untuk didalami kasus yang
terjadi pada objek penlitian tersebut.

3.2 Lokasi Dan Waktu Penelitian

Dalam melaksanakan penelitian ini, peneliti menentukan tempat di kelas


X.6 SMA Negeri 5 Pekanbaru. Alasan pemilihan tempat penelitian ini karena bagi
peneliti tempat ini terdapat berbagai sampel yang cocok untuk dijadikan
penelitian. Penelitian ini dilakukan pada Hari Jum’at tanggal 24 Februari 2023
pukul 14 : 12 WIB.

3.3 Sumber Data

Sumber data menjelaskan tentang dari mana dan dari siapa data diperoleh,
data apa saja yang dikumpulkan, bagaimna ciri-ciri informan atau subjek tersebut,
dan dengan cara bagaimana data dijaring sehingga validitasnya dapat dijamin.
Sumber data utama dalam penelitian kualitatif adalah kata-kata dan tindakan,
selebihnya adalah data tambahan seperti dokumen/data tertulis, foto dan data
statistik.

Kata-kata dan tindakan orang-orang yang diamati atau diwawancarai


merupakan sumber data utama. Sumber data utama dicatat melalui catatan tertulis
atau melalui perekaman video/audio tapes, pengambilan foto atau film. Dalam hal
ini yang menjadi sumber data adalah beberapa siswa yang mempunyai ciri ciri
terganggunya kesehatan mentalnya.

3.4 Teknik pengumpulan data

Dalam pengumpulan data peneliti menggunakan teknik triagulasi


yaitu teknik pegumpulan data yang bersifat menggabungkan dari berbagai teknik
pengumpulan data dan sumber data yang telah ada. Adapun beberapa teknik
peneliti untuk mengumpulkan data adalah:

 Observasi partisipatif

Observasi partisipatif adalah peneliti terlibat dengan kegiatan sehari-hari


orang yang sedang diamati atau yang digunakan sebagai sumber data penelitian.
dalam hal ini peneliti ikut berpartisipasi langsung dalam proses bimbingan mental
yang diadakan di tempat rehabilitasi eks psikotik tersebut dengan tujuan agar
peneliti lebih mampu memahami konteks data keseluruhan dalam situasi
bimbingan mental. Jadi diharapakan akan memperoleh data yang lebih jelas dan
sesuai dengan lapangan aslinya.Peneliti memilih observasi partisipasi aktif yaitu
peneliti ikut melakukan apa yang dilakukan oleh narasumber.

 Wawancara

Wawancara adalah merupakan pertemuan dua orang untuk bertukar informasi


dan ide melalui Tanya jawab, sehingga dapat dikonstruksikan makna dalam suatu
topik tertentu. Dalam wawacara ini peneliti memilih wawacara tak berstruktur
dengan alasan karena permasalahan yang dihadapi dalam lapangan belum bisa
dipastikan, namu peneliti menyiapkan pedoman wawacara berupa garis-garis
besar permasalahan dari topik yang akan ditanyakan.

Alat yang digunakan dalam wawacara meliputi buku catatan, tape recorder
dan kamera. Handphone besar permasalahn dari topik yang akan ditanyakan
mengacu pada metode dan materi mengenai gangguan mental health. Adapun
yang diwawancarai adalah siswa SMA negeri 5 pekanbaru tepat nya kelas X.6
yang memiliki ciri ciri gangguan mental.

 Dokumentasi

Dokumen merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu. Bisa berbentuk


tulisan, gambar dan latar belakang keluarga serta peristiwa masa lalu. Dalam hal
ini peneliti merencanakan dokumen yang akan di ambil meliputi berbagai hal
tentang gejala gangguan kesehatan mental. Karena penelitian ini menggunakan
pendekatan kualitatif, maka dokumen yang diambil dapat bertambah sesuai
dengan lapangan yang terjadi.

3.5. Teknik analisis data

Analisis data kualitatif adalah upaya yang dilakukan dengan jalan bekerja
dengan data, mengorganisasikan data, memilah-milahnya menjadi satuan yang
dapat dikelola, mensintensiskannya, mencari dan menemukan pola, menemukan
apa yang penting dan apa yang dipelajari, dan memutuskan apa yang dapat
diceriterakan kepada orang lain.

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

2.1 Faktor dan Penyebab Terganggunya Kesehatan Mental Remaja


Para remaja sangat rentan mengalami krisis identitas diri, sebab
menganggap bahwa orang lain mungkin mengagumi atau mengkritik diri mereka.
Anggapan seperti itu dapat membuat seorang remaja sangat memperhatikan diri
mereka dan citra yang direfleksikan. Kondisi mental dapat mempengaruhi kondisi
fisik seseorang apabila tidak ditangani dengan baik. Gangguan kesehatan yang
dapat terjadi akibat gangguan kesehatan mental yaitu sakit kepala, mual hingga
kelelahan.

Berikut adalah faktor terganggunya kesehatan remaja:

a) Faktor Biologis

Faktor biologis seperti keturunan (genetik), kondisi kesehatan fisik (misal


sedang menderita suatu penyakit), dapat mempengaruhi kondisi kesehatan mental
seorang remaja. Apabila remaja memiliki suatu keluhan terkait kondisi kesehatan,
sebaiknya segera konsultasikan dengan dokter, karena jika tidak diberi
penanganan lebih lanjut, akan berdampak buruk bagi kesehatan mental dan
menyebabkan fisiknya menjadi semakin lemah akibat terganggunya mental
seseorang.

b) Faktor Psikologis

Faktor psikologis disebabkan karena ikatan emosional seseorang dengan


keluarga atau teman, kemampuan kognitif saat belajar, serta emosi yang belum
matang. Faktor psikologis berikut dapat mempengaruhi kondisi kesehatan mental
remaja, antara lain :

Pengalaman Kehilangan Orang Terdekat

Rasa kehilangan muncul ketika orang terdekat meninggal, hubungan dengan


pasangan berakhir atau ketika berpisah dengan teman atau keluarga. Ketika
menghadapi masalah tersebut akan muncul rasa syok, sedih dan menyesal. Setiap
orang memiliki waktu pemulihan berbeda-beda bisa berhari-hari sampai
berminggu-minggu. Namun bila mulai tampak mengganggu kesehatan mental,
segera hubungi orang terdekat atau bantuan Dokter.

Kekerasan Dalam Keluarga

Kekerasan dapat berupa kekerasan fisik, psikologis, maupun kekerasan


verbal dapat menyebabkan gangguan mental seperti stress pasca trauma, hingga
depresi. Anak yang sering mendapat perlakuan kasar dari keluarganya sejak kecil
akan mempengaruhi kondisi mentalnya ketika sudah besar, dan cenderung akan
keras karena sejak kecil mentalnya sudah terusik.

Sosial Budaya

Hubungan sosial yang tidak sehat seperti hujatan di media sosial dan
perundungan (Bully) dapat mempengaruhi kesehatan mental seorang remaja.
Media sosial merupakan sarana teknologi yang bebahaya bagi remaja, sebab di
sosmed banyak mengandung hal yang dapat merusak remaja, seperti
perundungan, ujaran kebencian, dan maraknya penyebaran berita hoax yang
belum mampu dicerna lebih baik oleh remaja.

Lingkungan

Lingkungan yang positif dapat memberikan dampak bagi jiwa, sementara


tinggal di lingkungan yang penuh polusi dan berisik tanpa disadari akan
mempengaruhi kesehatan mental. Pergaulan di lingkungan yang tidak baik dapat
menjerumuskan remaja ke hal yang tidak baik pula, karena remaja umumnya
masih labil dan tidak bisa membedakan mana yang baik dan buruk.

Kondisi Keluarga

Perceraian serta pola asuh dalam keluarga turut mempengaruhi kondisi


kesehatan seorang remaja. Pola asuh yang terlalu mengekang, serta perpisahan
dengan salah satu anggota keluarga akibat perceraian dapat menyebabkan seorang
anak mengalami trauma psikologis. Selain itu, anak yang selalu dikekang dan
dipaksa untuk menuruti kemauan orangtuanya dapat menyebabkan anak menjadi
tertekan dan merasa kurang percaya diri terhadap kemampuannya.

2.2 Ciri-Ciri Remaja Yang Mengalami Ganguan Kesehatan Mental

Kesehatan mental dipengaruhi oleh peristiwa dalam kehidupan yang


meninggalkan dampak yang besar pada kepribadian dan perilaku seseorang.
Peristiwa-peristiwa tersebut dapat berupa kekerasan dalam rumah tangga,
pelecehan anak, atau stres berat jangka panjang

Jika kesehatan mental terganggu, maka timbul gangguan mental atau


penyakit mental. Gangguan mental dapat mengubah cara seseorang dalam
menangani stres, berhubungan dengan orang lain, membuat pilihan, dan memicu
hasrat untuk menyakiti diri sendiri.

Adapun ciri-ciri remaja yang memiliki gangguan kesehatan mental adalah


sebagai berikut :

1. Kebersihan pribadi yang buruk

Kebersihan diri yang buruk seperti jarang menyikat gigi, keramas, atau
berganti pakaian. Jika kebiasaan ini berlangsung dalam jangka waktu lama hingga
berminggu-minggu bahkan berbulan-bulan maka ada kemungkinan kondisi
tersebut mengarah pada depresi, gangguan bipolar, trauma, atau bentuk gangguan
mental lainnya.

2. Perubahan suasana hati yang ekstrem

Perubahan karakter yang ekstrem juga bisa menjadi ciri-ciri gangguan


mental pada remaja. Remaja yang memiliki gangguan kesehatan mental
cenderung memiliki perubahan suasana hati dengan cepat, misalnya saat sedang
emosi, remaja cenderung melampiaskan amarahnya kepada orang sekitarnya.
3. Perubahan pola makan

Perubahan berat badan ekstrim seperti penurunan atau penambahan berat


badan berlebihan bisa menjadi tanda bahwa anak mungkin mengalami gangguan
makan. Tidak sedikit remaja yang menggunakan berbagai metode diet tidak sehat
atau malah makan secara berlebihan karena mengalami gangguan mental.

4. Kurangnya energi atau motivasi

Usia remaja biasanya merupakan usia aktif. Namun terkadang remaja yang
aktif dapat menunjukkan tanda-tanda kelelahan fisik, mental, atau motivasional.
Itu adalah hal yang wajar. Tetapi jika mereka mulai menunjukkan tanda-tanda
kelelahan dan kelesuan yang ekstrem, itu bisa menjadi tanda dari kondisi
gangguan mental. Hal-hal umum yang harus diperhatikan dan dicari penyebabnya
adalah jika anak mengalami kantuk terus-menerus sepanjang hari, gerakannya jadi
lebih lamban, dan kesulitan untuk tetap terlibat di sekolah dan aktivitas lainnya.

5. Perubahan pola tidur

Ciri-ciri gangguan mental pada remaja lainnya adalah pola tidur yang tidak
biasa, seperti tidur berlebihan atau malah insomnia. Remaja yang sedang depresi
atau memiliki gangguan mental, biasanya mengalami overthinking sehingga
berdampak pada jam istirahatnya, seperti begadang, insomnia, bahkan ada yang
tidak tidur sama sekali untuk meluapkan amarahnya.

6. Menarik diri dari teman dan keluarga

Saat anak mendadak jadi mengisolasi diri padahal sebelumnya senang


bersosialiasi, maka mungkin saja mereka sebetulnya sedang mengalami gangguan
mental. Tidak jarang remaja menyembunyikan depresi atau kecemasan mereka
karena takut dihakimi atau disalahpahami oleh teman atau keluarga.

7. Penurunan prestasi akademis

Penurunan drastis dalam prestasi akademis juga bisa menjadi ciri-ciri


gangguan mental pada remaja. Masalah kesehatan mental sering menyebabkan
perubahan dramatis pada motivasi untuk melakukan pekerjaan sekolah. Jika
kehilangan minat dalam mengerjakan pekerjaan rumah atau tiba-tiba tertinggal di
sekolah jauh dari biasanya maka itu bisa menjadi tanda kondisi kesehatan mental.

2.3 Pengertian Self Harm Dan Penyebabnya

Pengertian Self Harm

Self harm adalah perilaku dimana seseorang melakukan perbuatan yang


menyakiti diri sendiri, biasanya merupakan cara untuk mengatasi pikiran yang
berat atau perasaan yang sedih. Biasanya perilaku yang ditemukan adalah cutting,
burning atau minum obat-obatan atau bisa juga perilaku yang dapat menyebabkan
cedera dan perilaku berisiko tinggi lainnya.

Self harm biasanya dimulai sebagai cara untuk melepaskan tekanan dari
pikiran yang berat. Perilaku ini dapat memberikan rasa yang nyaman namun
hanya sementara saja karena masalah utama yang menyebabkan perilaku ini
masih belum dapat terselesaikan.

Penyebab Melakukan Self harm

Umumnya semua orang dapat mengalami stres dan kecemasan, namun


sebagian dapat mengatasinya dengan membicarakan hal-hal yang memberatkan
tersebut dengan keluarga atau teman, sedangkan sebagian yang lain mungkin
mengalami kesulitan dalam mengungkapkan hal yang memberatkan ini. Ketika
kita tidak dapat mengungkapkan hal yang dapat menyebabkan emosi seperti
marah, stres ataupun cemas, tekanan tersebut bisa bertumpuk dan sulit untuk
dihadapi. Sebagian orang akan mengubah hal ini menjadi perilaku menyakiti diri
sendiri sebagai cara untuk mengekspresikan pikiran dan perasaan yang sulit
diungkapkan.

Alasan tiap orang untuk melakukan self harm bisa berbeda-beda, namun
alasan yang sering ditemukan antara lain adalah masalah keluarga, masalah
dengan teman, bullying, depresi, cemas, rasa rendah diri, perubahan lingkungan
seperti pindah sekolah, penggunaan narkoba ataupun alkohol.
Melukai diri sendiri tidak dimaksudkan sebagai upaya bunuh diri,
meskipun ini tidak berarti bahwa orang yang melakukannya tidak
mempertimbangkan untuk bunuh diri pada kesempatan lain. Ini adalah cara-cara
yang berbahaya dan maladaptif untuk mengatasi rasa sakit emosional, kemarahan,
dan frustrasi. Ini adalah cara untuk merasakan bahwa memiliki kendali atas
situasi, menyakiti diri sendiri dan merasakan ketenangan sesaat dan melepaskan
ketegangan. Namun, setelah melukai diri sendiri muncul rasa bersalah dan malu,
emosi yang menyakitkan kembali.

Melukai diri sendiri misalnya yaitu membuat luka atau goresan


menggunakan benda tajam pada berbagai bagian tubuh, seperti lengan, kaki, dan
bagian depan batang tubuh, yang merupakan tempat paling sering melukai diri
sendiri, karena mudah disembunyikan dengan pakaian berlengan panjang. Selain
itu, ada juga yang membentur dada, perut, belakang kepala, atau bahkan menabrak
tembok atau pintu. Biasanya tindakan membenturkan kepala ke dinding atau pintu
dilakukan agar lebih meringankan isi kepala dan menurutnya dapat sedikit
menenangkan stress dan pusing dengan masalahnya. Mencabut rambut dengan
kasar dan sengaja juga merupakan bentuk dari melukai diri sendiri.

2.4 Dampak Yang Ditimbulkan dari Terganggunya Kesehatan Mental

Jika kesehatan mental terganggu, maka timbul gangguan mental atau


penyakit mental. Gangguan mental dapat mengubah cara seseorang dalam
menangani stres, berhubungan dengan orang lain, membuat pilihan, dan memicu
hasrat untuk menyakiti diri sendiri. Adapun dampak yang ditimbulkan dari
terganggunya kesehatan mental adalah sebagai berikut :

1. Susah Menjalin Hubungan yang Harmonis

Pertemanan usia remaja mungkin sering dipandang sebelah mata. Tapi


nyatanya, masa remaja adalah fase-fase dimana mereka mulai mencari jati diri dan
pencarian teman sejati untuk kehidupan dalam lingkup sosial yang lebih luas.
Umumnya, seseorang akan mengalami titik kejenuhan menjalin pertemanan
secara murni (tanpa urgensi tertentu) ketika mereka memasuki usia dewasa.
Sehingga gangguan mental pada remaja yang tidak segera ditangani akan
membuat mereka kesulitan untuk punya hubungan pertemanan yang baik. Tidak
hanya hubungan pertemanan, tapi hubungan keluarga atau percintaannya pun juga
bisa ikut terganggu. Tentunya hal ini punya dampak besar bagi kehidupan remaja
yang berpotensi mempengaruhinya saat usia dewasa. Mereka akan tumbuh
menjadi pribadi yang lebih sensitif yang nantinya akan jadi kendala mereka dalam
menjalin hubungan harmonis.

2. Timbul berbagai keluhan fisik

Perasaan dan pikiran kita akan memicu pelepasan sistem endokrin yang
mengatur pelepasan hormon dan mempengaruhi sistem kerja organ tubuh
seseorang. Itu kenapa ketika kondisi kesehatan mental remaja itu buruk, otomatis
berpengaruh ke kesehatan fisiknya juga. Terlebih lagi kalau gangguan mental
sudah dialami sejak lama dan bikin frekuensi keluhan fisik jadi lebih sering
muncul. Misalnya keluhan seperti nyeri otot, sakit kepala, masalah pencernaan,
dan masih banyak lagi.

3. Kompleksitas Gangguan Kesehatan Mental Berujung Bunuh diri

Ketika remaja mengalami gangguan kesehatan mental, ada beberapa tanda


yang dirasakan. Mulai dari merasa tidak berharga, tidak berguna, tidak dicintai
dan disayangi, dan masih banyak lagi. Hal ini bisa memicu munculnya perasaan-
perasaan negatif yang kuat dan mendorong remaja buat ambil tindakan ekstrim
seperti bunuh diri. Dilansir dari salah satu artikel Perpustakaan Geografi UGM
berjudul ‘Darurat Kesehatan Mental bagi Remaja’ tingkat gejala depresi bisa
mencapai 6,2% pada remaja berusia 15-24 tahun. Bila depresi ini teru dibiarkan
dan berkembang menjadi depresi berat, bisa mengalami kecenderungan buat
menyakiti diri sendiri (self harm). Ada sekitar 80-90% kasus bunuh diri akibat
kecemasan dan depresi. Menurut ahli suciodologist ada 4,2% siswa di Indonesia
yang pernah berpikir buat bunuh diri. Selain itu, kasus bunuh diri di Indonesia
mencapai 10.000 atau setara dengan setiap satu jam terdapat kasus. Depresi pada
remaja bisa diakibatkan oleh beberapa hal seperti tekanan dalam bidang
akademik, perundungan(bullying), faktor keluarga, dan permasalahan
ekonomi.Dampak buruk lainnya yang bisa aja terjadi yaitu bunuh diri.

Mengalami trauma psikologis selama masa kanak-kanak secara signifikan


dapat meningkatkan risiko gangguan mental saat memasuki masa dewasa.
Bahkan, risiko gangguan mental ini tiga kali lipat lebih besar dibandingkan
mereka yang tidak mengalami trauma selama masa kanak-kanak. jika pada saat
dewasa dia mengalami gangguan mental yang cukup parah maka kemungkinan
besar akan merusak masa depannya, seperti contoh dia memiliki bipolar.
Gangguan bipolar sendiri merupakan penyakit mental kronis dan parah yang juga
dikenal sebagai manik depresi. Gangguan ini menyebabkan terjadinya perubahan
suasana hati, energi, dan perilaku lain yang tidak normal. Akibatnya berpengaruh
buruk pada prestasi sekolah maupun kerja, merusak hubungan antarmanusia,
bahkan bisa berakhir dengan tindakan bunuh diri. jadi gangguan mental dapat
merusak ketika dia memiliki gangguan mental yang cukup parah, sedangkan bisa
juga tidak dapat merusak karena gangguan itu belum parah dan masih bisa
disembuhkan.

4.Kepribadian yang cenderung keras

Remaja yang memiliki gangguan mental, biasanya susah mengontrol diri dan
amarahnya. Sehingga dia meluapkan emosi lewat orang sekitarnya. Hal itu
disebabkan keadaannya yang membuat dia harus dapat bertahan dengan
melindungi dirinya sendiri agar tetap kuat. Perilaku yang keras tersebut terjadi
karena pergaulan yang buruk dan negatif, sehingga lingkungan negatif
menyebabkan remaja menjadi terpengaruh dengan kerasnya pergaulan.

2.5 Cara Menghadapi Remaja yang Mengalami Gangguan Kesehatan Mental

Ada cara untuk menghadapi atau menenangkan remaja yang mengalami


gangguan mental. Jika mempunyai teman yang memiliki masalah terhadap
mentalnya, maka berusahalah memahaminya terlebih dahulu, kemudian tanyakan
hal yang membuat mereka down. Terkadang manusia perlu mendapat perhatian
dari lingkungan sekitarnya, maka coba untuk dekati dan rangkul agar dapat
sejenak menenangkan pikirannya. Ajak untuk melakukan kegiatan yang positif.
Remaja yang mentalnya sudah terganggu tidak boleh dibiarkan terlalu lama
sendirian, karena bila sendirian akan cenderung berpikiran ke hal yang negatif,
tetapi sesekali berkan waktu kepadanya untuk berpikir dan merenung.

Apabila diperlukan, untuk membantu agar sedikit tenang, dapat diberi


obat-obatan. Obat yang sering digunakan untuk mengatasi gangguan mental pada
remaja di antaranya adalah antipsikotik, antidepresan, obat anti-kecemasan, dan
obat untuk menstabilkan suasana hati. Selain itu, beri motivasi agar jangan terlalu
stres, jaga pola makan yang sehat, olahraga rutin, senantiasa mendekatkan diri
pada tuhan dengan rajin beribadah. Kembangkan keseimbangan yang baik antara
sekolah, keluarga, dan kehidupan sosial, berusaha bersikap hati-hati dalam
berperilaku dan menyikapi kelebihan dirinya.

BAB V

PENUTUP
5.1 Kesimpulan

Dari penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa pada


lingkungan sekitar baik disekolah maupun dilingkungan mana pun ditemukan
beberapa kasus gangguan kesehatan mental pada remaja. Faktor yang
mempengaruhi nya adalah faktor internal yang berupa faktor biologis seperti
keturunan genetik, kesehatan fisik dan faktor psikologis seperti ikatan emosional
dan emosi yang belum matang. Sedangkan faktor eksternal nya berupa bergaulan
yang negatif, kekerasan dalam keluarga serta pengalaman kehilangan orang
terdekat. Dampak nya bisa mempengaruhi pola tidur, prestasi akademis, pola
makan, kepribadian yang cenderung keras.

5.2 Saran

Sebaiknya remaja yang memiliki gangguan kesehatan mental lebih


mendapat kan perhatian dan perlu nya bimbingan dari orang terdekat. Selain itu,
beri motivasi agar jangan terlalu stres, jaga pola makan yang sehat, olahraga rutin,
senantiasa mendekatkan diri pada tuhan dengan rajin beribadah. Ajaklah untuk
melakukan kegiatan yang positif. Remaja yang mentalnya sudah terganggu tidak
boleh dibiarkan terlalu lama sendirian, karena bila sendirian akan cenderung
berpikiran ke hal yang negatif, tetapi sesekali berikan waktu kepadanya untuk
berpikir dan merenung.

Anda mungkin juga menyukai