Anda di halaman 1dari 65

Lembaga Pengembangan The key to managing

Fraud your corporate fraud risk


Auditing

MODUL FA-2
TEKNIK DAN STRATEGI
MENJADI SAKSI/AHLI
DALAM PERSIDANGAN

Gedung Thamrin City, Cosmo Terrace, Blok Ofce Suite Lantai 3A


Jl. Thamrin Boulevard, Tanah Abang, Jakarta 10230
Telp.021-3199 7495 Fax.021-3199 7496
Email : info@lpfa.co.id Web: www.lpfa.co.id
MODUL PELATIHAN
FRAUD AUDITING

TEKNIK DAN STRATEGI


MENJADI SAKSI ATAU AHLI
DALAM PERSIDANGAN
Modul-4

BAB I
PENYELESAIAN INVESTIGASI
MELALUI PROSES LITIGASI

A. Pendahuluan
Investigasi merupakan bagian dari empat pilar dalam fraud auditing yang akan diikuti
dengan upaya penegakkan hukum (law enforcement) yang dilakukan untuk
mengungkap keberadaan suatu kecurangan (fraud) dalam suatu aktivitas yang
mencurigakan entitas tertentu akibat adanya perbuatan yang berindikasi fraud. Di
samping itu, sebagian besar auditor telah memahami bahwa jika dilaksanakan suatu
penugasan investigasi, maka muaranya adalah tindak lanjut dengan tuntutan hukum,
baik pidana maupun perdata.

Disadari atau tidak bahwa sebagai bagian dari upaya penegakkan hukum, maka
pelaksanaan investigasi pasti berkaitan dengan hukum sehingga membawa konsekuensi
timbulnya akibat hukum bagi pihak-pihak yang terkait, baik bagi orang yang diduga
melakukan kecurangan, pihak ketiga yang diduga mempunyai hubungan dengan
kecurangan maupun bagi fraud auditor sendiri.

Dalam mengungkap suatu kecurangan, peran fraud auditor selain diperlukan sebelum
diajukan tuntutan hukum, dapat juga diperlukan setelah diajukan tuntutan hukum, hal
ini dikarenakan bidang keahlian seorang fraud auditor bermula sejak pencegahan,
pendeteksian, investigasi hingga proses litigasi.

Bagi seseorang yang diduga melakukan kecurangan akibat hukumnya adalah dia harus
berhadapan dengan proses tuntutan hukum yang diajukan kepadanya dan
mempertanggungjawabkan perbuatannya. Terhadap pihak ketiga yang diduga
mempunyai hubungan dengan kecurangan, akan menimbulkan akibat hukum bahwa ia
harus bertindak sebagai warga negara yang baik dengan melaksanakan kewajiban
hukumnya, sedang bagi auditor akan membawa akibat hukum bahwa ia harus dapat

LPFA – Pelatihan Fraud Auditing 2 1


Modul-4

mengumpulkan dan memberikan/menyiapkan bukti yang sah, lengkap dan akurat


sehingga berguna di pengadilan karena dapat mendukung fakta kecurangan yang
diungkap/dinyatakannya, disamping agar ia tidak dapat dikatakan telah melakukan
fitnah atau pencemaran nama baik seseorang.

B. Proses Pemeriksaan Perkara Pidana


Bagaimanakah suatu peristiwa dapat berjalan di pemeriksaan menurut hukum acara
pidana? Berikut diberikan ilustrasi perjalanan suatu kasus dalam hukum acara pidana
melalui tahap-tahap sebagai berikut:

1. Penyelidikan
Penyelidikan merupakan tahap awal proses acara pidana yang dilakukan, jika ada
pengaduan ataupun laporan kepada Penyidik mengenai dugaan adanya suatu
peristiwa yang merupakan tindak pidana. Selanjutnya Penyidik melakukan tindakan
penyelidikan untuk mencari dan menemukan peristiwa yang diduga sebagai tindak
pidana tersebut guna menentukan dapat atau tidaknya dilakukan penyidikan
menurut KUHAP.

Laporan Hasil Fraud Auditing dalam hal ini termasuk laporan yang berisi dugaan
adanya suatu peristiwa yang merupakan tindak pidana, yang merupakan bukti awal
bagi Penyidik untuk melakukan penyelidikan bahkan bila diperlukan sampai ke
tingkat penyidikan.

2. Penyidikan
Setelah Penyidik dapat menentukan bahwa terhadap pengaduan/laporan tersebut
dapat dilakukan penyidikan, maka penyidikan segera dilakukan untuk mencari dan
mengumpulkan bukti. Berdasarkan bukti tersebut dapat digunakan untuk membuat
terang suatu perkara/tindak pidana yang terjadi dan guna menemukan orang yang
diduga patut menjadi tersangkanya, dengan cara, antara lain:
▪ Menangkap/menahan/memeriksa tersangka
▪ Memanggil/memeriksa saksi/ahli

LPFA – Pelatihan Fraud Auditing 2 2


Modul-4

▪ Menggeledah/menyita surat/barang

Jika sasaran tidak berhasil dicapai (tidak cukup bukti), maka Penyidik harus
menghentikan penyidikan. Sebaliknya apabila Penyidik berpendapat bahwa kasus
tersebut memenuhi persyaratan untuk diproses lebih lanjut, maka Penyidik akan
melimpahkan kasus tersebut kepada Penuntut Umum.

3. Pra-Penuntutan
Dilakukan oleh Penuntut Umum setelah menerima pelimpahan perkara dari Penyidik.
Yaitu kegiatan meneliti kelengkapan materiil berkas perkara dan memberi petunjuk
kepada Penyidik jika ada yang kurang lengkap atas berkas perkara.

4. Penuntutan
Baru dapat dilakukan pelimpahan berkas perkara ke Pengadilan, kalau sudah
terpenuhi alat bukti minimum (dua alat bukti sah menurut Undang-undang) dan
menghentikan penuntutan (kalau tidak cukup bukti). Apabila Penuntut Umum
berpendapat bahwa perkaranya telah siap untuk diajukan ke pengadilan, maka
Penuntut Umum menyusun Surat Dakwaan.

5. Pemeriksaan di Sidang Pengadilan


Berdasarkan berkas perkara dan Surat Dakwaan Penuntut Umum, maka Ketua
Pengadilan Negeri menunjuk Majelis Hakim yang akan memeriksa dan mengadili
perkaranya. Hakim Ketua akan menetapkan hari sidang dan memerintahkan
Penuntut Umum untuk menghadirkan terdakwa dan saksi-saksi dalam sidang
perkara yang telah ditetapkan waktunya dengan kegiatan sebagai berikut:
▪ Pemeriksaan perkara pidana di sidang pengadilan berkisar pada pembuktian
kesalahan terdakwa sesuai dengan dakwaan penuntut umum.
▪ Jika terdapat bukti sekurang-kurangnya berdasarkan 2 (dua) dari 5 (lima) jenis
alat bukti yang terdiri dari Keterangan Saksi, Keterangan Ahli, Surat, Petunjuk,
dan Keterangan Terdakwa seperti ditentukan dalam Pasal 184 ayat (1) KUHAP,

LPFA – Pelatihan Fraud Auditing 2 3


Modul-4

Hakim memperoleh keyakinan akan kesalahan Terdakwa maka Terdakwa


dinyatakan bersalah.
▪ Kurang dari dua alat bukti sah, hakim tidak boleh yakin kesalahan terdakwa, dan
terdakwa harus diputus bebas.

6. Upaya Hukum Biasa

a. Banding
Upaya Banding ini dapat diajukan baik oleh Terdakwa maupun oleh Penuntut
Umum terhadap Putusan Hakim yang amarnya menyatakan:
▪ Terdakwa terbukti bersalah sehingga dijatuhi pidana
▪ Terdakwa terbukti bersalah tetapi ada alasan pemaaf ataupun pembenar
terhadapnya, sehingga dinyatakan lepas dari segala tuntutan hukum (bebas
tidak murni)
▪ Putusan bebas (tidak terbukti) tidak bisa dimintakan pemeriksaan banding

b. Kasasi
Ketentuan mengajukan upaya kasasi sama dengan ketentuan mengajukan upaya
Banding, akan tetapi pemeriksaannya berbeda karena pemeriksaan tingkat
kasasi hanya dilakukan Mahkamah Agung. Terhadap hal atau alasan yang
menyangkut formalitas perkara, yaitu peraturan hukum (hukum pembuktian)
tidak diterapkan atau diterapkan tidak sebagaimana mestinya oleh Hakim tingkat
pertama ataupun tingkat banding, sedangkan pada upaya banding Pengadilan
Tinggi memeriksa baik formalitas maupun materialitas perkara.

C. Proses Pemeriksaan Perkara Perdata


Berkembangnya hukum mengikuti perkembangan masyarakat, hal ini dapat terjadi pada
Hukum Perdata. Sebelumnya penyelesaian sengketa perdata hanya dapat dilakukan
melalui proses gugatan di Pengadilan (litigasi), akan tetapi dengan berkembangnya
masyarakat dirasakan bahwa penyelesaian secara litigasi tidak menguntungkan ataupun
tidak memuaskan para pihak, maka timbul berbagai bentuk penyelesaian di luar
Pengadilan (non litigasi) yang dikenal dengan nama Alternative Dispute Resolution

LPFA – Pelatihan Fraud Auditing 2 4


Modul-4

(ADR), dengan harapan dapat memuaskan para pihak karena prinsipnya adalah tidak
ada yang dikalahkan (win-win solution).

1. Proses Gugatan di Pengadilan (Litigasi)


Syarat penting yang harus dimiliki oleh suatu pihak untuk mengajukan gugatan
perkara perdatanya ke pengadilan adalah adanya unsur kepentingan hukum dan
unsur hubungan hukum.

Dalam unsur kepentingan hukum ini terkandung maksud bahwa pihak yang merasa
kepentingan hukumnya telah dirugikan dan ada pihak yang mengakibatkan
timbulnya kerugian tersebut, maka melalui pengadilan ia berkeinginan agar kerugian
yang telah dideritanya dapat dipulihkan. Terhadap pihak yang telah mengganggu
kepentingan hukum orang lain sehingga mengakibatkan timbulnya kerugian bagi
orang lain, kepadanya dapat dijatuhi sanksi perdata oleh pengadilan (Hakim).

Yang dimaksud dengan “Unsur Hubungan Hukum” disini adalah hubungan yang
akibatnya diatur oleh hukum, yang dapat terjadi karena perjanjian atau Undang-
undang. Suatu hubungan hukum yang terjadi karena perjanjian mengandung
pengertian bahwa akibat yang ditimbulkan oleh hubungan hukum tersebut memang
sejak awal sudah dikehendaki dan dituangkan ke dalam perjanjian.

Contohnya adalah, Kantor A (Pembeli) dan perusahaan B (Rekanan) mengadakan


perjanjian jual beli komputer, maka dalam perjanjian ini hubungan hukum yang
terjadi adalah jual/beli komputer. Di dalam perjanjian ini terdapat 2 (dua) unsur
yang dikehendaki oleh para pihak yaitu adanya penyerahan komputer (dari penjual)
dan penyerahan uang pembayaran komputer (dari pembeli). Apabila pembeli telah
melaksanakan kewajibannya untuk menyerahkan uang pembayaran komputer
padahal komputer tidak ia terima, maka pembeli berhak menuntut kepada penjual
agar melakukan penyerahan atas komputer tersebut.

LPFA – Pelatihan Fraud Auditing 2 5


Modul-4

Agar kasus fraud yang mengandung aspek perdata dapat dibuktikan kebenarannya
di persidangan, maka di dalam fraud yang ditemukan oleh auditor harus memenuhi
beberapa syarat, yaitu:
▪ Ada kerugian secara perdata;
▪ Ada perbuatan melawan hukum;
▪ Bukti-bukti yang ditemukan mengarah kepada alat bukti menurut hukum.

2. Penyelesaian di Luar Pengadilan (Non Litigasi)


Proses penuntutan pertanggungjawaban terhadap kerugian yang telah diderita
suatu pihak perdata, selain dapat diselesaikan melalui pengadilan dapat juga
dilakukan melalui penyelesaian di luar pengadilan (non litigasi) yang dikenal dengan
nama Alternative Dispute Resolution (ADR), yaitu suatu lembaga penyelesaian
sengketa di luar pengadilan (litigation).

ADR muncul sebagai reaksi terhadap proses penyelesaian sengketa melalui


pengadilan yang dianggap tidak efektif dan efisien. Pada masa akhir-akhir ini
semakin tajam dan beragam ketidakpuasan yang dilontarkan terhadap pengadilan,
yang terpenting diantaranya adalah:
• Penyelesaian sengketa melalui pengadilan sangat lambat;
• Biaya berperkara mahal;
• Pengadilan pada umumnya tidak responsif;
• Putusan pengadilan tidak menyelesaikan masalah;
• Kemampuan para hakim bersifat generalis.

Penyelesaian sengketa secara ADR ini telah dilaksanakan oleh Indonesia dengan
memberlakukan Undang-undang Nomor 30 Tahun 1999 Tentang Arbitrase dan
Alternatif Penyelesaian Sengketa, pada tanggal 12 Agustus 1999.

Di atas telah dipaparkan cara-cara penyelesaian tuntutan hukum, akan tetapi dalam
praktiknya sering terjadi penyelesaian yang bersifat administratif walaupun atas
kerugian tersebut disebabkan dari perbuatan yang memenuhi rumusan tindak
pidana yang diatur dalam Undang-undang, misalnya pemecatan yang dilakukan oleh

LPFA – Pelatihan Fraud Auditing 2 6


Modul-4

Pimpinan suatu Kantor terhadap karyawannya yang diketahui terbukti melakukan


penggelapan uang perusahaan, tanpa dilakukan pelaporan oleh Pimpinan
perusahaan tersebut kepada Penyidik.

Dalam kasus di atas, pelaporan atau pengaduan dari Pimpinan Kantor adalah
fakultatif sifatnya, tergantung dari pertimbangan untung-rugi yang akan diterima
Kantor apabila melaporkan perbuatan pidana tersebut kepada Penyidik. Kebijakan
pimpinan perusahaan tersebut tidak melanggar hukum, karena hal tersebut telah
diatur dalam Pasal 108 ayat (1) KUHAP yang berbunyi:
"Setiap orang yang mengalami, melihat, menyaksikan dan atau menjadi korban
peristiwa yang merupakan tindak pidana berhak untuk mengajukan laporan atau
pengaduan kepada penyelidik dan atau penyidik baik lisan maupun tertulis”.

Pada dasarnya tugas seorang fraud auditor telah selesai sampai dengan
diterbitkannya Laporan Hasil Investigasi yang didasarkan pada bukti audit yang
berhasil dikumpulkan dan dievaluasi oleh fraud auditor tersebut. Tuntutan hukum
yang merupakan tindak lanjut atas laporan hasil investigasi merupakan tugas
Penyidik dan Penuntut Umum, ataupun Pengacara. Merekalah yang selanjutnya
bertugas untuk menganalisa dan merubah bukti audit yang terdapat dalam laporan
menjadi bukti yang sah menurut hukum sehingga dapat mendukung tuntutan
hukum yang dilakukan.

Harus disadari bahwa hasil pelaksanaan investigasi, terutama dalam hal berkaitan
dengan “pencarian dan pengumpulan bukti”. Pada akhirnya seorang fraud auditor
hanya dapat menyajikan bukti-bukti yang sifatnya hanya sebagai “bukti pendukung”
dan bukan sebagai “bukti yang utama”, karena keterbatasan kewenangan yang
dimilikinya tersebut.

3. Contoh Kasus
Dalam kasus kecurangan yang memiliki aspek pidana mungkin bardasarkan bukti
pendukung tersebut dapat diperoleh bukti utama oleh penyidik, akan tetapi hal ini

LPFA – Pelatihan Fraud Auditing 2 7


Modul-4

akan sulit untuk diterapkan pada kasus kecurangan yang memiliki aspek
perdata. Misalnya dalam kasus sebagai berikut:
• A dan B pada tanggal 1 Januari 20X9 mengadakan perjanjian untuk kerjasama
Jual/Beli Beras dan dalam perjanjian tersebut masing-masing pihak dilarang
untuk bekerjasama dengan pihak lain untuk kegiatan yang sama (jual beli
beras).

• Pada tanggal 30 September 20X9, A mengadakan perjanjian dengan C untuk


berkongsi menjual beras ke Semarang, dimana perjanjian tersebut ditulis dalam
akta di bawah tangan.

• B mengetahui adanya akta tersebut dan dapat memperoleh copy akta di bawah
tangan selanjutnya karena merasa dirugikan, maka berdasarkan akta di bawah
tangan tersebut B kemudian mengajukan gugatan/tuntutan ganti rugi terhadap
A melalui Pengadilan.

• Karena kerjasama yang dilakukan A dan C sangat menguntungkan kedua belah


pihak, maka di Pengadilan A dan C membantah telah membuat akta di bawah
tangan tersebut. Atas hal ini Hakim memutuskan bahwa gugatan B ditolak
dengan alasan tidak dapat membuktikan adanya peristiwa kerjasama
perkongsian antara A dengan C, karena akta di bawah tangan untuk dapat
mempunyai kekuatan pembuktian formil harus diakui oleh si para
penandatangan akta di bawah tangan tersebut.

• Cukup sulit dan bahkan mustahil untuk memperoleh bukti utama yang bersifat
materiil, yaitu pengakuan dari A ataupun C bahwa mereka telah
membuat/menandatangani akta di bawah tangan tanggal 30 September 20X9
tersebut.

4. Jenis Bukti di Persidangan


Dari contoh di atas, terlihat bagaimana kesulitan seorang fraud auditor dalam
mengumpulkan bukti karena keterbatasan kewenangan yang ada padanya, sehingga

LPFA – Pelatihan Fraud Auditing 2 8


Modul-4

menggunakan segala kemampuan dan variasi tehnik audit yang dimilikinya


walaupun nantinya hanya akan menghasilkan bukti yang kurang kuat karena dapat
dibantah di persidangan. Akan tetapi ada hal-hal prinsip yang perlu diperhatikan
agar bukti tersebut nantinya berguna di persidangan, antara lain:
• Merupakan jenis bukti yang sah menurut hukum, baik hukum pidana ataupun
hukum perdata
• Bukti tersebut relevan dengan fakta yang menjadi dasar tuntutan hukum
• Memiliki nilai kekuatan pembuktian menurut hukum, misalnya: Akta Notaris dalam
perkara perdata ataupun orang-orang yang melihat, mendengar, dan mengalami
sendiri peristiwa yang menjadi dasar tuntutan hukum dalam perkara pidana.

D. Alat Bukti Menurut Pasal 184 Ayat (1) KUHAP


Alat bukti menurut Hukum Acara Pidana diatur dalam Pasal 184 Ayat (1) KUHAP yang
terdiri dari:
- Keterangan Saksi;
- Keterangan ahli;
- Surat;
- Petunjuk;
- Keterangan Terdakwa.
Dengan penjelasan sebagai berikut:

1. Keterangan Saksi
Ketentuan Pasal 1 butir 26 KUHAP menyebutkan:
”Saksi adalah orang yang dapat memberikan keterangan guna kepentingan
penyidikan, penuntutan dan peradilan tentang suatu perkara pidana yang ia
dengar sendiri, ia lihat sendiri, dan ia alami sendiri".
Saksi bukanlah alat bukti, tetapi keterangan dari Saksilah yang merupakan alat
bukti.
Ketentuan mengenai Keterangan Saksi diatur dalam Pasal 1 butir 27 KUHAP yang
menyebutkan:
“Keterangan Saksi adalah salah satu alat bukti dalam perkara pidana yang
berupa keterangan dari Saksi mengenai suatu peristiwa pidana yang ia dengar

LPFA – Pelatihan Fraud Auditing 2 9


Modul-4

sendiri, ia lihat sendiri dan ia alami sendiri dengan menyebut alasan dari
pengetahuannya itu".
Mengenai isi dari Keterangan Saksi, selain diatur dalam Pasal 1 butir 27 KUHAP, juga
diatur dalam pasal-pasal yang lain, yaitu Pasal 185 Ayat (5) KUHAP yang
menyebutkan bahwa “Baik pendapat maupun rekaan yang diperoleh dari hasil
pemikiran saja, bukan merupakan keterangan Saksi”. Penjelasan Pasal 185 Ayat (1)
KUHAP menyebutkan bahwa “Dalam Keterangan Saksi tidak termasuk keterangan
yang diperoleh dari orang lain atau testimonium de auditu”.

Untuk menjamin kebenaran Keterangan Saksi, Pasal 160 Ayat (3) KUHAP
mewajibkan Saksi untuk mengangkat sumpah menurut agamanya sebelum
memberikan keterangannya.

Menjadi Saksi dalam perkara pidana adalah merupakan kewajiban bagi setiap orang.
Oleh karena itu orang yang menolak memberikan keterangannya sebagai Saksi
dalam suatu perkara pidana dapat diajukan ke depan sidang pengadilan.

a. Syarat Menjadi Saksi


1) Saksi adalah orang yang mendengar sendiri, melihat sendiri, dan mengalami
sendiri suatu peristiwa pidana (Pasal 1 butir 26 KUHAP).
2) Tidak terkena ketentuan Pasal 168 dan Pasal 170 Ayat (1) KUHAP.
Pasal 168 KUHAP menyebutkan:
“Kecuali ditentukan lain dalam Undang-undang ini, maka tidak dapat
didengar keterangannya dan dapat mengundurkan diri sebagai Saksi:
a) keluarga sedarah atau semenda dalam garis lurus ke atas atau ke
bawah sampai derajat ketiga dari Terdakwa atau yang bersama-sama
sebagai Terdakwa;
b) saudara dari Terdakwa atau yang bersama-sama sebagai Terdakwa,
saudara ibu atau saudara bapak, juga mereka yang mempunyai
hubungan karena perkawinan dan anak-anak saudara Terdakwa
sampai derajat ketiga;

LPFA – Pelatihan Fraud Auditing 2 10


Modul-4

c) suami atau isteri Terdakwa meskipun sudah bercerai atau yang


bersama-sama sebagai Terdakwa”.

Pasal 170 Ayat (1) KUHAP menyebutkan:


“Mereka yang karena pekerjaan, harkat martabat atau jabatannya
diwajibkan menyimpan rahasia, dapat minta dibebaskan dari kewajiban
untuk memberikan keterangan sebagai Saksi, yaitu tentang hal yang
dipercayakan kepada mereka”.

b. Nilai Pembuktian Keterangan Saksi


Keterangan Saksi agar dapat dipakai sebagai alat bukti yang sah harus
memenuhi syarat-syarat sebagai berikut:
1) Keterangan Saksi harus merupakan keterangan yang menjelaskan peristiwa
pidana yang Saksi dengar sendiri, Saksi lihat sendiri, dan Saksi alami sendiri
dengan menyebutkan alasan pengetahuannya tersebut (Pasal 1 butir 27
KUHAP).
2) Keterangan Saksi harus diberikan di bawah sumpah (Pasal 160 Ayat (3)
KUHAP).
3) Keterangan Saksi harus sesuai dengan ketentuan Pasal 185 KUHAP yang
menyebutkan:
(1) Keterangan Saksi sebagai alat bukti ialah apa yang Saksi nyatakan di
sidang pengadilan.
(2) Keterangan seorang Saksi saja tidak cukup untuk membuktikan bahwa
Terdakwa bersalah terhadap perbuatan yang didakwakan kepadanya.
(3) Ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Ayat (2) tidak berlaku apabila
disertai dengan suatu alat bukti yang sah lainnya.
(4) Keterangan beberapa Saksi yang berdiri sendiri-sendiri tentang suatu
kejadian atau keadaan dapat digunakan sebagai suatu alat bukti yang
sah apabila Keterangan Saksi itu ada hubungannya satu dengan yang
lain sedemikian rupa, sehingga dapat membenarkan adanya suatu
kejadian atau keadaan tertentu.

LPFA – Pelatihan Fraud Auditing 2 11


Modul-4

(5) Baik pendapat atau rekaan, yang diperoleh dari hasil pemikiran saja,
bukan merupakan Keterangan Saksi.
(6) Dalam menilai kebenaran keterangan seorang Saksi, Hakim harus
dengan sungguh-sungguh memperhatikan:
(a) persesuaian antara Keterangan Saksi satu dengan yang lain;
(b) persesuaian antara Keterangan Saksi dengan alat bukti lain;
(c) alasan yang mungkin dipergunakan oleh Saksi untuk memberi
keterangan yang tertentu;
(d) cara hidup dan kesusilaan Saksi serta segala sesuatu yang pada
umumnya dapat mempengaruhi dapat tidaknya keterangan itu
dipercaya.
(7) Keterangan dari Saksi yang tidak disumpah meskipun sesuai satu
dengan yang lain, tidak merupakan alat bukti, namun apabila
keterangan itu sesuai dengan keterangan dari Saksi yang disumpah
dapat dipergunakan sebagai tambahan alat bukti sah yang lain.
Keterangan Saksi harus diperoleh dengan cara yang sesuai dengan ketentuan
Undang-undang, misalnya Pasal 166 KUHAP yang melarang diajukannya
pertanyaan yang bersifat menjerat.

c. Sanksi terhadap Saksi


Ketentuan mengenai sanksi terhadap Saksi adalah sebagai berikut:
1) Dalam hal Saksi tidak mau hadir, meskipun telah dipanggil secara sah dan
Hakim Ketua Sidang mempunyai cukup alasan untuk menyangka bahwa
Saksi itu tidak akan mau hadir, maka Hakim Ketua Sidang dapat
memerintahkan supaya Saksi tersebut dihadapkan ke persidangan [Pasal 159
Ayat (2) KUHAP].
2) Apabila seseorang dipanggil sebagai Saksi dan ia dengan sengaja tidak
memenuhi panggilan tersebut, maka ia diancam dengan pidana berdasarkan
ketentuan Pasal 224 KUHP yang menyebutkan:
“Barangsiapa yang dipanggil menurut Undang-undang akan menjadi Saksi,
Ahli atau juru bahasa, dengan sengaja tidak memenuhi sesuatu kewajiban

LPFA – Pelatihan Fraud Auditing 2 12


Modul-4

yang sepanjang Undang-undang harus dipenuhi dalam jabatan tersebut,


dihukum:
(1) dalam perkara pidana, dengan hukuman penjara selama-lamanya
sembilan bulan;
(2) dalam perkara lain, dengan hukuman penjara selama-lamanya enam
bulan.”
3) Saksi yang tanpa alasan yang sah menolak bersumpah atau berjanji di depan
sidang sebelum memberikan kesaksian atau keterangan, dapat disandera di
RUTAN untuk paling lama 14 (empat belas) hari [Pasal 161 Ayat (1) KUHAP].
4) Saksi yang memberikan keterangan tidak benar (palsu) di depan
persidangan, diancam pidana berdasarkan Pasal 174 KUHAP yang
menyebutkan:
(1) Apabila Keterangan Saksi di sidang disangka palsu, Hakim Ketua Sidang
memperingatkan dengan sungguh-sungguh kepadanya supaya
memberikan keterangan yang sebenarnya dan mengemukakan
ancaman pidana yang dapat dikenakan kepadanya apabila ia tetap
memberikan keterangan palsu;
(2) Apabila Saksi tetap pada keterangannya itu, Hakim Ketua Sidang
karena jabatannya atau atas permintaan Penuntut Umum atau
Terdakwa dapat memberikan perintah supaya Saksi itu ditahan untuk
selanjutnya dituntut perkara dengan dakwaan sumpah palsu;
(3) Dalam hal yang demikian oleh Panitera segera dibuat berita acara
pemeriksaan sidang yang memuat Keterangan Saksi dengan
menyebutkan alasan persangkaan bahwa Keterangan Saksi itu adalah
palsu dan berita acara tersebut ditandatangani oleh Hakim Ketua
Sidang serta Panitera dan diserahkan kepada Penuntut Umum untuk
diselesaikan menurut Undang-undang ini;
(4) Jika perlu Hakim Ketua Sidang menangguhkan sidang dalam perkara
semula sampai pemeriksaan perkara pidana terhadap Saksi itu selesai.

LPFA – Pelatihan Fraud Auditing 2 13


Modul-4

Menurut pendapat Darwan Prinst, Saksi yang memberikan keterangan tidak


benar (palsu) di depan persidangan dapat diancam pidana berdasarkan
ketentuan Pasal 242 Ayat (1) dan Ayat (2) KUHP yang menyebutkan:
(1) Barangsiapa dalam keadaan di mana Undang-undang menentukan supaya
memberikan keterangan di atas sumpah atau mengadakan akibat hukum
kepada keterangan yang demikian, dengan sengaja memberikan keterangan
palsu di atas sumpah, baik dengan lisan atau tulisan secara pribadi maupun
oleh kuasanya yang khusus ditunjuk untuk itu, diancam dengan pidana
penjara paling lama tujuh tahun.
(2) Jika keterangan palsu di atas sumpah diberikan dalam perkara pidana dan
merugikan Terdakwa atau Tersangka, yang bersalah diancam dengan pidana
penjara paling lama sembilan tahun.

Di dalam aspek pidana, fraud auditor dengan teknik investigasi melakukan


pemeriksaan terhadap orang-orang yang diduga terlibat dalam penyimpangan yang
terjadi yang hasilnya dituangkan dalam bentuk Berita Acara Permintaan Keterangan
(BAPK) akan dapat menemukan orang-orang yang dapat dijadikan sebagai Saksi
sesuai dengan ketentuan mengenai Saksi. Ini akan membantu Penyidik untuk
menetapkan siapa yang tepat untuk dijadikan sebagai Saksi.

2. Keterangan Saksi dan Keterangan Ahli


a. Aspek Kedudukannya
Dari aspek kedudukannya, maka seorang pemberi Keterangan Ahli jikalau
berhalangan atau tidak bersedia memberi keterangannya karena suatu alasan
yang dapat diterima oleh Hakim, maka ia dapat digantikan dengan Keterangan
Ahli yang lain yang sama bidang keahliannya, sedangkan terhadap Saksi tidak
diperkenankan.

b. Aspek berlakunya asas “Unus testis Nullus testis”


Dari aspek berlakunya asas “Unus testis Nullus testis”, maka asas ini tidak
berlaku bagi Keterangan Ahli (jadi satu Keterangan Ahli sekalipun dapat
dianggap cukup), sedangkan terhadap Saksi berlaku asas tersebut;

LPFA – Pelatihan Fraud Auditing 2 14


Modul-4

c. Aspek akademis (huruf besar)


Dari aspek akademis dan pengetahuannya, maka seorang pemberi Keterangan
Ahli harus mempunyai keahlian/pengetahuan tertentu, Sedangkan pemberi
Keterangan Saksi tidak perlu seperti itu cukup berdasarkan pengalaman
terhadap apa yang dilihat, dialami dan didengarnya;

d. Aspek bentuk pemberian keterangan (huruf besar)


Dari aspek bentuk pemberian keterangan, maka Keterangan Ahli dapat diberikan
secara lisan dan tertulis. Kalau Keterangan Ahli dilakukan secara tertulis
eksistensinya tetap merupakan Keterangan Ahli, bukan sebagai alat bukti Surat
sedangkan Keterangan Saksi hanya dilakukan secara lisan dan apabila
Keterangan Saksi tersebut dilakukan secara tertulis bukanlah dikategorikan
sebagai Keterangan Saksi melainkan termasuk alat bukti Surat;

e. Aspek Sumpah
Dari aspek sumpah yang diucapkan, maka pemberi Keterangan Ahli akan
bersumpah untuk menerangkan yang sebenarnya berdasarkan pengetahuan
dalam bidang keahliannya. Sedangkan pemberi Keterangan Saksi akan
bersumpah untuk menerangkan yang sebenarnya tidak lain dari yang
sebenarnya berdasarkan apa yang ia lihat atau ia dengar atau ia alami sendiri.

3. Kedudukan Fraud Auditor


Dari ketentuan mengenai Keterangan Saksi dan Keterangan Ahli tersebut di atas,
bagaimana kedudukan Fraud auditor berkenaan dengan ketentuan tersebut?
a. Keterangan Saksi
Berdasarkan Pasal 1 Butir 27 KUHAP disebutkan bahwa: Keterangan Saksi
adalah keterangan yang diberikan oleh saksi terhadap suatu peristiwa pidana
yang ia lihat sendiri, ia dengar sendiri, dan ia alami sendiri dengan menyebut
alasan pengetahuannya. Ketentuan Pasal tersebut apabila dihubungkan dengan
tugas seorang Fraud auditor yang melakukan audit terhadap suatu organisasi
dan menemukan suatu temuan, jelas bahwa Fraud auditor tidak melihat sendiri

LPFA – Pelatihan Fraud Auditing 2 15


Modul-4

atau tidak mendengar sendiri atau tidak mengalami sendiri peristiwanya, karena
Fraud auditor melihat atau mendengar atau mengalami sendiri akibat dari suatu
peristiwa setelah peristiwa itu berlangsung. Dengan demikian Fraud auditor tidak
tepat jika dikategorikan sebagai Saksi, karena tidak memenuhi kriteria Saksi.

Berdasarkan ketentuan tersebut, maka dilihat dari rangkaian peristiwa yang


terjadi mengenai apa yang dilihat, didengar, dan dialami sendiri oleh seorang
Fraud auditor selama melakukan audit dan jika ada hubungan atau korelasinya
dengan Keterangan Saksi yang lain yang melihat atau mendengar atau
mengalami sendiri peristiwanya, maka keterangan Fraud auditor ada manfaatnya
yaitu untuk memenuhi asas “Unus testis Nullus testis (satu Saksi bukan Saksi)”.
Jadi keterangan Fraud auditor merupakan Keterangan Saksi juga sepanjang
mengenai peristiwa atau keadaan yang ia lihat atau dengar atau alami sendiri
pada saat melakukan audit.

Sebagai ilustrasi dapat diberikan contoh sebagai berikut:


o Seorang Saksi (B) menerangkan bahwa ia melihat si-A pada hari Rabu
tanggal 22 November 20X8 sekitar jam 12.00 WIB di Jalan Tebet Barat Raya
dekat gudang penyimpanan barang.
o Seorang Saksi (C) menerangkan bahwa ia melihat si-A pada hari Rabu
tanggal 22 November 20X8 sekitar jam 12.30 WIB tengah memasuki gudang
penyimpanan barang dengan mengendap-endap di Jalan Tebet Barat Raya
Nomor 4.
o Seorang Saksi (D) menerangkan bahwa ia melihat si-A pada hari Rabu
tanggal 22 November 20X8 sekitar jam 14.00 WIB bersama dengan
seseorang lain secara terburu-buru tengah memasukkan sesuatu barang ke
atas truk yang kemudian ia naiki di sekitar Jalan Tebet Barat Raya.
o Seorang Saksi (Fraud auditor) menerangkan bahwa pada saat melakukan
pemeriksaan fisik pada sekitar Januari 20X9 di gudang penyimpanan barang
di Jalan Tebet Barat Raya Nomor 4 dengan hasil ditemukan ketidakcocokan
antara catatan barang dalam pembukuan dengan jumlah barang yang telah
dihitung di gudang tersebut.

LPFA – Pelatihan Fraud Auditing 2 16


Modul-4

Keterangan Saksi-saksi tersebut adalah berdiri sendiri-sendiri dengan keadaan


dan waktu yang berbeda, akan tetapi bila dilakukan analisis dengan cara
merangkaikan keterangan-keterangan mereka satu sama lain, dapat ditarik
suatu fakta atau kesimpulan bahwa si-A telah melakukan pemindahan barang
dari gudang ke atas truk pada bulan November 20X8 sekitar jam 12.00 hingga
jam 14.00 WIB. Dengan demikian, keterangan Fraud auditor adalah bernilai
sebagai Keterangan Saksi dan Fraud auditor dapat berkedudukan sebagai “Saksi
berantai” sepanjang Auditor hanya menerangkan seperti dalam contoh di atas
dan tidak menerangkan mengenai teori-teori akuntansi mengenai arus barang di
gudang yang seharusnya.

Seorang Fraud auditor untuk dapat hadir sebagai Saksi di persidangan, minimal
harus memenuhi persyaratan sebagai berikut:
o Auditor yang mengaudit masalah yang akan disidangkan.
o Auditor yang mendengar sendiri, melihat sendiri dan mengalami sendiri suatu
peristiwa pidana atau keadaan.

b. Keterangan Ahli
Namun demikian, tidak semua kasus atau perkara seorang Fraud auditor dapat
hadir sebagai saksi, karena setiap kasus atau perkara mempunyai karakter
berbeda sehingga harus berbeda pula cara penanganannya berdasarkan
ketentuan hukum yang berlaku. Misalnya dalam suatu perkara perdata di mana
tempat Fraud auditor tergabung termasuk salah satu pihak dalam perkara
tersebut maka Fraud auditor tersebut tidak dapat menjadi Saksi dalam perkara
tersebut. Karenanya sebelum hadir sebagai Saksi di persidangan harus terlebih
dahulu dipelajari bagaimana kasusnya agar tidak melanggar ketentuan yang
berlaku.

Jadi pendapat yang menyebutkan bahwa seorang Fraud auditor tidak dapat
dijadikan sebagai Saksi adalah tidak sepenuhnya benar, tetapi harus dilihat

LPFA – Pelatihan Fraud Auditing 2 17


Modul-4

kasus per kasus karena adakalanya dapat juga dijadikan sebagai Saksi
berdasarkan kesaksian berantai (ketting bewijs).

Perkembangan kualitas dan metode kejahatan yang semakin kompleks oleh


pembentuk Undang-undang telah diantisipasi dengan memasukkan Keterangan
Ahli sebagai alat bukti. Keterangan ahli diperlukan untuk membuat terang suatu
perkara.

Pasal 1 butir 28 KUHAP menyebutkan:


“Keterangan Ahli adalah keterangan yang diberikan oleh seorang yang
memiliki keahlian khusus tentang hal yang diperlukan untuk membuat terang
suatu perkara pidana guna kepentingan pemeriksaan".

Di dalam California Evidence Code, Ahli didefinisikan sebagai orang yang


mempunyai pengetahuan, keahlian, pengalaman, pelatihan atau pendidikan
khusus yang memadai untuk memenuhi syarat sebagai seorang Ahli tentang hal
yang berkaitan dengan keterangannya.

➢ Syarat Menjadi Ahli


1) Untuk dapat menjadi Ahli seseorang harus memiliki keahlian khusus atau
mempunyai pengetahuan tentang hal yang diperlukan untuk membuat
terang suatu perkara pidana guna kepentingan pemeriksaan (Pasal 1
butir 28 Jo. Pasal 120 Ayat (1) KUHAP).
2) Tidak terkena ketentuan Pasal 168 dan Pasal 170 Ayat (1) KUHAP.

➢ Nilai Pembuktian Keterangan Ahli


Keterangan Ahli agar dapat dipakai sebagai alat bukti yang sah harus
memenuhi syarat-syarat sebagai berikut:
1) Keterangan Ahli harus diberikan oleh seorang Ahli.
2) Keterangan yang diberikan menurut pengetahuan yang sebaik-baiknya
atau menurut disiplin ilmunya.

LPFA – Pelatihan Fraud Auditing 2 18


Modul-4

3) Keterangan Ahli harus diberikan di bawah sumpah (Pasal 120 Ayat (2),
Pasal 160 Ayat (3) dan Ayat (4), serta Pasal 161 Ayat (1) KUHAP).
4) Keterangan Ahli harus diberikan di depan persidangan (Pasal 186
KUHAP).
Ketentuan ini dapat disimpangi dengan mengacu kepada ketentuan Pasal
120 Ayat (1) Jo. Pasal 7 Ayat (1) huruf f KUHAP yang memungkinkan
pemberian Keterangan Ahli di luar sidang pengadilan karena di dalam
pasal tersebut disebutkan bahwa: “Dalam hal Penyidik menganggap
perlu, ia dapat minta pendapat orang Ahli atau orang yang memiliki
keahlian khusus”.

➢ Sanksi terhadap Ahli


Ketentuan Pasal 179 Ayat (2) KUHAP menyebutkan: “Semua ketentuan
mengenai Saksi berlaku juga bagi mereka yang memberikan Keterangan
Ahli”. Dengan demikian sanksi terhadap Saksi berlaku juga bagi Ahli.

Dengan demikian seorang Fraud auditor telah memenuhi syarat sebagai seorang
Ahli di bidang akuntansi berdasarkan pengetahuan dan latihan atau pendidikan
khusus di bidang audit terhadap kecurangan, karenanya seorang Fraud auditor
dapat bertindak sebagai Ahli audit kecurangan di persidangan dalam rangka
membuat terang suatu peristiwa/kejadian yang memerlukan hitungan dan
analisa seorang Fraud auditor.

Akan tetapi perlu diperhatikan bahwa seorang Auditor yang telah memberikan
keterangan sebagai Saksi pada suatu persidangan tidak dapat merangkap lagi
sebagai pemberi Keterangan Ahli dalam persidangan kasus yang sama.

Dalam praktik persidangan sering terjadi adanya penolakan/keberatan dari pihak


yang merasa dirugikan atas Keterangan seorang Fraud auditor yang diajukan
sebagai Ahli. Penolakan tersebut tidak berarti bahwa Ahli harus diganti, tetapi
apa yang telah diterangkan oleh Ahli tersebut tetap dicatat dan dipertimbangkan
oleh Hakim, dan atas penolakan tersebut Hakim mempertimbangkan kembali

LPFA – Pelatihan Fraud Auditing 2 19


Modul-4

apakah perlu untuk menghadirkan Ahli lain dalam bidang keahlian yang sama
dengan Ahli yang ditolak pendapatnya tersebut oleh pihak yang merasa
dirugikan, sehingga Fraud auditor tersebut yang menjadi pemberi Keterangan
Ahli tidak perlu khawatir atas penolakan/keberatan tersebut sepanjang apa yang
ia terangkan memang telah memenuhi prosedur atau norma-norma yang berlaku
dalam profesi keahliannya.

Seorang Fraud auditor yang dapat dijadikan/ditunjuk sebagai pemberi


Keterangan Ahli di persidangan harus memenuhi persyaratan sebagai berikut:
o Memiliki keahlian khusus, telah mengikuti pendidikan serta latihan yang
diadakan untuk mendukung kapasitas sebagai Ahli.
o Bekerja dalam bidang pengetahuannya.
o Mempunyai pengalaman audit di bidang tertentu.
o Mempunyai penguasaan mental yang stabil.

E. Potensi Tuntutan Hukum atas Keterangan Fraud Auditor di


Persidangan

Di atas telah diuraikan bahwa setiap orang yang dipanggil secara sah untuk
memberikan keterangan (baik sebagai Saksi maupun sebagai Ahli) adalah wajib untuk
memenuhinya. Namun demikian tidak dengan sendirinya seseorang yang memberi
keterangan di persidangan adalah bebas untuk menerangkan apapun, tetapi harus tetap
berpegang pada peraturan perundang-undangan yang berlaku. Dengan perkataan lain,
seorang pemberi keterangan di persidangan dalam memberikan keterangannya tidak
boleh melanggar peraturan perundang-undangan yang berlaku, karena terhadapnya
berpotensi untuk dapat dikenakan sanksi maupun tuntutan hukum.

1. Tuntutan Hukum Pidana


a. Seorang Fraud auditor, baik dalam kedudukannya sebagai Saksi maupun sebagai
Ahli, sebelum memberikan keterangannya diwajibkan untuk mengangkat
sumpah atau janji terlebih dahulu. Dengan demikian diharapkan tidak akan

LPFA – Pelatihan Fraud Auditing 2 20


Modul-4

memberikan keterangan yang tidak benar karena dalam sumpah/janjinya


tersebut Fraud auditor akan menerangkan yang sebenarnya dan tidak lain dari
yang sebenarnya (apabila sebagai Saksi) atau menerangkan sesuai dengan
pengetahuan yang dimiliki (apabila sebagai Ahli). Apabila ternyata keterangan
yang diberikan di persidangan adalah tidak benar, maka ada kemungkinan
terhadap mereka dapat dituntut berdasarkan Pasal 242 KUHP karena telah
memberikan keterangan yang tidak benar (sumpah palsu).
b. Jika ternyata keterangan yang diberikan adalah merupakan fitnah, maka
terhadap Fraud auditor tersebut dapat diancam pidana berdasarkan Pasal 317
KUHP (penistaan).
c. Selain kedua ancaman tersebut, tidak tertutup kemungkinan ancaman pidana
berdasarkan Pasal 322 KUHP (membuka rahasia) jika ternyata Fraud auditor
tersebut dengan sengaja tidak mengindahkan adanya Pasal 170 KUHAP atau
Pasal 145 Ayat (3) HIR (mengenai pengunduran diri dari kewajiban sebagai
Saksi atau Ahli karena jabatan, martabat ataupun kewajiban untuk menyimpan
rahasia).

Dalam hal terjadi perbedaan mengenai kesimpulan atas suatu hasil audit yang
tercantum dalam LHA “yang diajukan sebagai alat bukti Surat oleh Penuntut Umum”
dengan Keterangan Ahli Audit Kecurangan di persidangan, maka Hakim Ketua
Sidang yang akan memberikan penilaian atas kekuatan pembuktian kedua jenis alat
bukti tersebut yang akan dipergunakan olehnya sebagai dasar untuk mengambil
keputusan (vonis).

2. Tuntutan Hukum Perdata


a. Selain adanya kemungkinan dituntut secara pidana, terhadap seorang Fraud
auditor yang memberikan keterangan sebagai Saksi maupun sebagai Ahli
terbuka kemungkinan untuk dituntut secara perdata berdasarkan Pasal 1365
KUH Perdata (perbuatan melanggar hukum yang mengakibatkan kerugian pihak
lain).

LPFA – Pelatihan Fraud Auditing 2 21


Modul-4

b. Tuntutan secara perdata terhadap Fraud auditor ini dapat diajukan oleh pihak
yang merasa dirugikan, baik secara bersamaan atau terpisah dengan pengajuan
tuntutan secara pidana.

3. Titik Rawan Potensi untuk Dituntut/Digugat


Bahwa selain hal-hal di atas ada juga titik rawan bagi seorang Fraud auditor yang
menyebabkan timbulnya potensi untuk dituntut atau digugat. Hal-hal ini dapat
ditemukan pada praktik persidangan yang telah terjadi, antara lain:
a. Terdapat pertentangan kepentingan/kehendak (conflicts of interest) pada diri
Fraud auditor, sehingga ia tidak dapat bertindak secara independen.
b. Kurang persiapan untuk tampil di depan sidang, sehingga mempengaruhi
penampilan yang dapat berakibat melupakan apa yang boleh ataupun tidak
boleh dilakukan dalam sidang tersebut, akibatnya menjadi tidak konsentrasi.
c. Dalam pemeriksaan silang di Pengadilan sering terjadi:
▪ Kekurangakuratan dalam membaca
▪ Terlalu memproteksi diri
▪ Pertentangan dengan pernyataan sebelumnya
▪ Menyampaikan informasi baru
▪ Terpengaruh oleh teori-teori yang diajukan lawan
▪ Menyatakan dugaan-dugaan karena terlalu berprasangka
Sehingga melemahkan kesaksian yang diberikan dan membuka peluang untuk
dituntut atau digugat.

LPFA – Pelatihan Fraud Auditing 2 22


Modul-4

BAB II
AUDITOR SEBAGAI PEMBERI KETERANGAN AHLI

A. Aturan Umum Pembuktian


Saksi awam dalam kasus-kasus perdata dan pidana pada umumnya dibatasi dalam hal
memberikan kesaksian hukum yang berupa opini kesimpulan dan sifat, meskipun
mereka mungkin dapat menaksir kecepatan sebuah kendaraan, memperkirakan
temperatur dan jarak, mengidentifikasi bau-bau yang lazim, dan memberikan kesaksian
mengenai deskripsi fisik, seperti usia, tinggi dan berat. Walaupun demikian, ahli-ahli
yang berkualitas dapat memberikan opini-opini profesional mereka.

Aturan-aturan umum tentang pembuktian (sebagai contoh dikutip dari Pengadilan


Tinggi negara bagian Michigan, Amerika Serikat mengenai masalah tersebut di atas),
dapat dilihat di bawah ini:

1. Peraturan 702: Kesaksian oleh Ahli


Jika pengadilan menetapkan bahwa teknik, ilmu pengetahuan tertentu, atau
pengetahuan khusus lainnya dapat membantu pencari fakta untuk memahami bukti-
bukti atau untuk menentukan fakta dalam suatu masalah, seorang saksi yang
memiliki kualitas seorang ahli, dengan pengetahuan, keahlian, pengalaman,
pelatihan atau pendidikan, dapat memberi kesaksian mengenai masalah tersebut
dalam bentuk suatu opini atau lainnya.

2. Peraturan 703: Dasar-Dasar Kesaksian Opini oleh Ahli


Fakta-fakta atau data dalam suatu kasus khusus yang menjadi dasar opini atau
kesimpulan seorang ahli dapat merupakan suatu hal yang dirasakan atau
diberitahukan kepadanya pada saat atau sebelum pemeriksaan. Pengadilan mungkin
mengharuskan fakta-fakta atau data yang mendasari penting bagi sebuah
pemberian opini atau kesimpulan yang dijadikan bukti.

LPFA – Pelatihan Fraud Auditing 2 23


Modul-4

3. Peraturan 704: Opini Terhadap Persoalan-persoalan Pokok


Kesaksian dalam bentuk suatu opini atau kesimpulan selain dapat diterima juga
tidak boleh mengandung suatu hal yang tidak dapat disetujui karena mencakup
sebuah persoalan pokok yang akan diputuskan oleh pihak pengadilan.

4. Peraturan 705: Pengungkapan Fakta Atau Data Yang Mendasari


Opini Ahli
Seorang ahli dapat memberikan kesaksian berupa opini atau kesimpulan dan untuk
itu memberikan alasan-alasannya tanpa terlebih dulu mengungkapkan fakta atau
data yang mendasari, kecuali pengadilan menghendaki lain. Ahli tersebut sewaktu—
waktu dapat diminta untuk mengungkapkan fakta atau data yang mendasari pada,
pemeriksaan silang.

5. Peraturan 706: Ahli Yang Ditunjuk Pengadilan


a. Penunjukan. Pengadilan, atas usulan sendiri atau usulan pihak manapun,
mungkin mengajukan suatu perintah untuk mengemukakan alasan mengapa
saksi ahli harus ditunjuk dan mungkin meminta pihak yang terlibat untuk
mengajukan nominasi. Pengadilan mungkin menunjuk saksi ahli dari yang
disetujui oleh pihak-pihak tersebut dan mungkin menunjuk saksi ahli
berdasarkan pilihannya sendiri. Seorang saksi ahli tidak akan ditunjuk oleh
pengadilan kecuali bila ia sendiri setuju untuk menjadi saksi ahli. Seorang saksi
yang ditunjuk akan diberitahu mengenai tugas-tugasnya oleh pengadilan secara
tertulis, yang salinannya diarsipkan oleh panitera, atau melalui sebuah
pertemuan di mana pihak-pihak yang terlibat memiliki kesempatan untuk
berperan serta. Seorang saksi yang ditunjuk akan memberikan nasehat kepada
pihak-pihak yang terlibat mengenai temuannya, jika ada, pernyataannya bisa
diterima oleh masing-masing pihak, dan ia dapat dipanggil untuk memberikan
kesaksian oleh pengadilan maupun pihak-pihak tersebut. la akan menjadi subjek
pemeriksaan silang oleh masing-masing pihak, termasuk pihak yang
memanggilnya sebagai saksi.

LPFA – Pelatihan Fraud Auditing 2 24


Modul-4

b. Kompensasi. Saksi ahli yang ditunjuk berhak atas kompensasi yang layak
dalam jumlah yang diperbolehkan pengadilan. Kompensasi yang ditetapkan
tersebut dapat dibayarkan dari dana yang ditentukan oleh aturan hukum dalam
kasus pidana maupun perkara perdata dan tindakan hukum lainnya yang
menyangkut kompensasi demikian di bawah ketentuan amandemen ke lima.
Dalam perkara perdata, dan tindakan hukum lainnya kompensasi tersebut akan
dibayarkan oleh pihak-pihak yang terlibat dengan proporsi serta waktu tertentu
yang ditetapkan oleh pengadilan, dan kemudian dibebankan dengan cara yang
sama seperti biaya-biaya lain.

c. Pengungkapan mengenai penunjukan. Di dalam pelaksanaan kebijakannya,


pengadilan dapat memberikan wewenang pada hakim untuk mengungkapkan
fakta bahwa pengadilan telah menunjuk saksi ahli.

d. Ahli-ahli yang dipilih sendiri oleh pihak-pihak yang terlibat. Tidak


satupun dari peraturan ini yang membatasi pihak-pihak tersebut untuk
memanggil saksi ahli pilihannya sendiri.

6. Peraturan 707: Kegunaan Referensi Untuk Pendakwaan


Untuk memperluas perhatian seorang saksi ahli dalam pemeriksaan silang atau
hal-hal yang diandalkan olehnya di dalam pemeriksaan langsung, pernyataan-
pernyataan yang terdapat dalam risalah yang dipublikasikan, terbitan berkala atau
brosur-brosur mengenai sejarah, obat-obatan atau seni dan ilmu pengetahuan lain,
yang ditetapkan sebagai sesuatu yang dapat dipercaya dalam kesaksian atau
pengakuan oleh saksi atau dalam kesaksian ahli lain melalui maklumat pengadilan,
hanya dapat diterima untuk tujuan-tujuan dakwaan.

Saksi ahli mungkin diperiksa silang seperti saksi lainnya dan terutama mengenai
kualifikasi, dasar-dasar opini dan kompensasi atas pemberian kesaksiannya.

LPFA – Pelatihan Fraud Auditing 2 25


Modul-4

Saksi ahli dapat mengungkapkan opininya sebagai tanggapan atas pertanyaan-


pertanyaan hipotesis, apabila fakta-fakta hipotesis di dalam pertanyaan itu didukung
dengan bukti kasus.

Akuntan dan auditor sering dipanggil untuk memberikan kesaksian dalam hal-hal
yang mendukung proses pengadilan dan tuntutan-tuntutan kriminal di mana jasa-
jasa mereka dimanfaatkan guna mendukung investigasi atas perkara-perkara
seperti: kecurangan keuangan, penggelapan, penyalahgunaan dana, pembakaran
yang disengaja untuk tujuan keuntungan (asuransi), kecurangan menyangkut
kepailitan dan tindakan menghindari pajak. Akuntan dan auditor juga mungkin
dimanfaatkan sebagai saksi yang atau sebagai dukungan kepada pengacara,
terdakwa, dalam persoalan-persoalan yang menyangkut masalah-masalah akuntansi
atau audit.

B. Kualifikasi dan Kualitas Dapat Diterimanya Data Pendukung


(Bukti) Akuntansi
Untuk mengkualifikasikan akuntan dan auditor sebagai ahli-ahli teknis umumnya bukan
merupakan tugas yang sulit. Pertanyaan-pertanyaan diajukan kepada, mereka
mengenai mandat profesionalnya – pendidikan, pengalaman kerja, perijinan (perizinan
dalam KBBI) atau sertifikasi, pelatihan teknis yang diperoleh, buku-buku teknis dan
artikel-artikel jurnal yang ditulis, jabatan-jabatannya dalam asosiasi profesi serta
pengakuan profesional dan penghargaan yang pernah diterima.

Pengacara terdakwa umumnya tidak mudah meragukan keahlian akuntan dan auditor,
dengan asumsi mereka telah memenuhi setidak-tidaknya standar minimum kompetensi
profesional. Untuk melakukan hal-hal demikian mungkin memberikan ahli-ahli ini satu
kesempatan untuk menonjolkan secara penuh mandat profesionalnya yang barangkali
menimbulkan kesan yang lebih dalam kepada jaksa, pengacara atau hakim, dengan
demikian semakin menambah bobot kesaksiannya. Oleh sebab itu, pengacara, terdakwa
sering melewatkan kesempatan untuk menentang keterangan saksi-saksi ahli ini.

LPFA – Pelatihan Fraud Auditing 2 26


Modul-4

Jika akuntan dan auditor dipanggil oleh pihak penuntut, mereka umumnya memberikan
kesaksian mengenai temuan mereka, yang bersifat investigasi; jika mereka dipanggil
oleh pihak pembela, mereka mungkin memberikan kesaksian mengenai kualitas temuan
atau opini yang diungkapkan oleh ahli akuntansi di pihak penuntut, agar menimbulkan
kesangsian dalam pikiran para hakim mengenai kredibilitas atau bobot ahli di pihak
penuntut.

Untuk menjadi seorang saksi ahli yang dapat dipercaya, akuntan dan auditor harus
mempunyai pengetahuan dalam bidangnya melalui pendidikan dan pengalaman serta
sebagai anggota, dengan kedudukan tertentu dalam profesinya, atau, dalam beberapa
aspek praktik tertentu yang berhubungan dengan kasus yang ditangani. Tetapi terdapat
pertimbangan-pertimbangan lain yang juga membuat seorang saksi ahli dapat
dipercaya. Ahli-ahli akan nampak dapat dipercaya jika mereka mengikuti saran-saran
ini:
• Berbicara dengan jelas dan dapat didengar.
• Menghindari penggunaan jargon-jargon profesional.
• Lebih banyak menggunakan istilah-istilah yang mudah daripada istilah-istilah yang
rumit untuk menggambarkan temuan dan opini.
• Memusatkan perhatian pada persoalan-persoalan khusus yang ditanyakan: jangan
keluar dari jalur atau menyampaikan lebih dari apa yang ditanyakan.
• Jangan berpihak pada pengacara terdakwa atau jaksa penuntut.
• Pandang secara langsung si penanya (pengacara terdakwa atau jaksa penuntut).
• Pertahankan sikap profesional; jangan terlalu murah senyum pada hakim, pengacara
yang menyewa anda atau pengacara lawan.
• Tenang dan berhati-hati dalam menanggapi pertanyaan-pertanyaan; berbicaralah
jangan terlalu lambat maupun terlalu cepat.
• Berpakaian resmi/formal.
• Gunakan grafik, peta, dan alat bantu visual lain untuk membantu menjelaskan
sebuah masalah.
• Jangan membaca catatan-catatan bila anda dapat menghindarinya. (Ahli hukum
lawan mungkin akan meminta untuk melihat catatan-catatan semacam itu juga bila

LPFA – Pelatihan Fraud Auditing 2 27


Modul-4

anda melakukannya dan kemudian anda akan nampak seakan-akan telah melatih
kesaksian anda).
• Apabila anda memiliki dokumen-dokumen untuk diperlihatkan, siapkan dokumen—
dokumen dengan teratur supaya anda dapat dengan cepat menemukannya kembali
bila diminta oleh pengacara di pihak yang anda beri kesaksian.
• Jangan berbicara ragu-ragu atau gagap. Tetaplah tenang sewaktu pertanyaan yang
sulit dan rumit diajukan.
• Mintalah pengulangan dan penjelasan apabila anda tidak benar-benar memahami
pertanyaan itu.
• Apabila anda tidak tahu jawabannya, katakan saja apa adanya, jangan
mengira-ngira.
• Di dalam pemeriksaan silang, jangan menanggapinya dengan terlalu cepat.
Pengacara pihak anda mungkin bermaksud mengemukakan sebuah keberatan atas
pertanyaan itu.
• Apabila hakim sedang mengajukan sebuah pertanyaan, jawablah dengan
memandang kepadanya.
• Jangan tengak-tengok di ruangan, menatap lantai atau langit-langit.
• Bersikap ramah pada semua pihak.
• Jangan meninggikan suara anda dengan marah apabila pengacara lawan mencoba
menyerang anda.
• Jujurlah, Jangan mereka-reka, Jangan melebih-lebihkan.

Tujuan akuntan forensik adalah membuat temuannya, dapat dipahami oleh pengacara,
hakim, dan pengacara (jika mungkin), serta untuk menghindari adanya jargon dan
polemik akademik mengenai standar dan peraturan akuntansi. Fakta-fakta yang
disebutkan dengan sederhana dan singkat merupakan hal yang dibutuhkan dan siap
didengar seluruh hadirin. Segala sesuatu di luar itu hanya akan membuat akuntansi dan
auditing menjadi semakin tidak jelas.

LPFA – Pelatihan Fraud Auditing 2 28


Modul-4

1. Yang Memenuhi Kualifikasi Sebagai Seorang Saksi Ahli


Kutipan yang diambil dari perkara hukum di bawah ini menunjukkan bagaimana
kualifikasi akuntan sebagai seorang saksi ahli ditentukan dan bagaimana bukti-bukti
akuntansi diajukan.

Robert Malik (Akuntan): Disumpah


Pemeriksaan utama oleh Hakim Andi Sulaiman (Ketua)
Tanya (T). Tn, Robert di mana anda tinggal?
Jawab (J). Saya tinggal di Jl. Sawo No.2, Menteng, Jakarta Pusat.
T. Dan, apa pekerjaan anda?
J. Partner pada sebuah kantor akuntan
T. Anda bekerja sendiri atau dengan orang lain?
J. Saya bekerja sama dengan partner lain di bawah nama Kantor Akuntan
Robert, Halim, dan Rekan.
T. Dan berapa lama anda telah menjalankan usaha bersama sebagai partner?
J. Hampir enam tahun hingga sekarang.
T. Sebelumnya, apakah anda pernah bergabung dengan perusahaan lain?
J. Ya, sebelumnya saya bekerja selama enam tahun di sebuah instansi
pengawasan pemerintah setelah lulus dari Universitas.
T. Tahun berapa anda memenuhi syarat sebagai partner?
J. Tahun 1992.
T. Dan sejak saat itu, apakah anda pernah mendapatkan kesempatan untuk
memberikan kesaksian di pengadilan berkenaan dengan masalah-masalah
akuntansi?
J. Ya.
T. Kira-kira berapa kali kesempatan yang telah diperoleh?
J. Kurang lebih 10 kali.

Terima kasih, Sdr Jaksa penuntut atau penasihat hukum silakan dilanjutkan.

LPFA – Pelatihan Fraud Auditing 2 29


Modul-4

Jaksa Penuntut:
T. Tn Robert, apakah anda telah mempersiapkan sejumlah dokumen yang
berhubungan dengan berbagai transaksi menyangkut Metro Pallet Repair?
J. Ya.
T. Dapatkah saya memperlihatkan barang bukti A? Saya akan menunjukkan
sebuah dokumen kepada anda, dokumen yang agak besar, kita sebut barang
bukti A pada surat dakwaan. Saya akan meminta anda melihat dokumen itu
dan memberitahu saya apakah anda mengenalnya?
J. Ya, saya mengenalnya.
T. Apakah anda menyiapkan dokumen itu sendiri?
J. Ya, benar.
T. Apakah anda mau memegangnya sedemikian rupa sehingga hakim, terdakwa
dan penasihat hukumnya dapat melihat struktur dokumen itu? Nampaknya
dokumen itu terdiri dari sejumlah kolom, kolom-kolom vertikal. Apakah saya
benar?
J. Benar.
T. Apa judul dokumen itu?
J Judulnya "Analisa Penjualan Periode 1 Agustus 2003 hingga 3 Oktober
2003”.

2. Dapat Diterimanya Bukti Akuntansi


Dokumentasi bukti akuntansi mungkin disajikan di pengadilan hukum dalam dua
bentuk:
a. primer, meliputi dokumen-dokumen akuntansi yang asli dan individual yang
diperoleh dari pihak-pihak yang berkepentingan atau sumber-sumber lain, dan
b. sekunder, meliputi ikhtisar dan rencana-rencana yang berdasarkan pada
dokumen-dokumen asli. Dokumen-dokumen ini dihasilkan oleh seorang akuntan
berdasarkan pemeriksaan bukti-bukti primer.

Diterimanya bukti semacam itu telah ditetapkan dengan baik di Amerika Serikat. Di
dalam kasus Hoyer vs. United States, (1955), pengadilan menyatakan bahwa di
dalam sebuah tuntutan terhadap usaha menghindari pajak penghasilan,

LPFA – Pelatihan Fraud Auditing 2 30


Modul-4

ikhtisar-ikhtisar yang disajikan dari bukti dokumen maupun bukti lisan dapat
diterima untuk menunjukkan penghasilan bersih yang tepat dari terdakwa. Gardner,
Hakim Ketua, yang menyampaikan keputusan pengadilan menyatakan:
"... bukti-bukti ini dikumpulkan dan disiapkan sedemikian rupa untuk
menunjukkan penghasilan bersih yang tepat dari terdakwa selama tahun—
tahun yang diperkarakan.”
Bukti-bukti ini disiapkan oleh para ahli dari bukti dokumenter yang diajukan dan dari
kesaksian lisan. Dengan disajikannya bukti dokumenter, pengacara terdakwa
memiliki banyak kesempatan untuk memeriksanya dan untuk melakukan
pemeriksaan silang terhadap ahli mengenai kesaksian dasar dan perhitungan yang
mendasari kesaksian tersebut. Bukti-bukti ini jelas dapat diterima.

Bukti dokumenter menunjukkan sebuah situasi yang rumit dan memerlukan


kompilasi terperinci yang tidak dapat dibuat oleh jaksa penuntut. Perlu juga
diperhatikan dalam hal ini bahwa pengadilan menyarankan kepada hakim agar
kesaksian ahli hanya bersifat nasehat dan tidak harus diterima oleh mereka sebagai
sebuah kebenaran."

Dalam kasus Daniel vs United States, (1965), Hunter, hakim distrik yang
menyampaikan keputusan pengadilan, menyatakan:
“... Peraturan menyebutkan bahwa ikhtisar dari buku-buku dan
catatan-catatan tersebut dapat diterima, pemeriksaan silang yang dilakukan
diperbolehkan dan catatan-catatan asli tersedia. Di sini catatan-catatan
barang bukti berupa ikhtisar-ikhtisar yang mudah dilihat, dan orang yang
menyiapkannya tersedia untuk pemeriksaan silang.”
Sangatlah tepat bila para penggugat diijinkan menggunakan grafik-grafik ilustratif
untuk mengikhtisarkan beragam perhitungan dan dengan demikian juga membuat
bukti primer yang mendasari grafik-grafik tersebut menjadi lebih jelas bagi semua
pihak dan dapat meyakinkan hakim. Hakim distrik tidak menyalahgunakan
kebijaksanaannya dengan mengijinkan (mengizinkan dlm KBBI) penggunaan
ikhtisar-ikhtisar ini.

LPFA – Pelatihan Fraud Auditing 2 31


Modul-4

Dalam kasus ini ikhtisar-ikhtisar berguna bagi pihak yang akan naik banding,
menyangkut beberapa perhitungan.

Pengajuan ikhtisar-lkhtisar tidak melanggar peraturan yang mengharuskan


pengajuan dokumen-dokumen asli, karena dokumen-dokumen yang merupakan
sumber primer ikhtisar tersebut adalah merupakan bukti. Oleh karena itu, di dalam
kasus ini tidak perlu untuk meminta pengecualian atas peraturan yang dirujuk oleh
Wigmore berikut ini.

Jika sebuah fakta dapat dipastikan hanya melalui pemeriksaan sejumlah besar
dokumen yang tersusun dari sejumlah besar pengiriman yang sangat rinci, seperti
saldo bersih yang dihasilkan dari tagihan selama satu tahun seorang bendaharawan
atau rekening-rekening selama satu tahun dalam sebuah buku besar bank adalah
jelas bahwa hal itu seringkali untuk menerapkan prinsip yang ada dengan
mengharuskan produksi seluruh dokumen dan catatan agar dibaca dengan seksama
oleh hakim atau dibacakan keras-keras untuk mereka. Kemudahan dari pengadilan
menuntut agar bukti lain diijinkan (izin KBBI) untuk diajukan dalam bentuk
kesaksian seorang saksi yang kompeten yang telah membaca dengan seksama
seluruh dokumen dan menetapkan secara ringkas hasil akhir. Suatu praktik demikian
merupakan suatu hal yang tepat. Sebagian besar pengadilan mensyaratkan, sebagai
suatu kondisi, bahwa dokumen-dokumen yang ringkasannya menjadi dasar
kesaksian, jika masalahnya nampak memerlukannya, diserahkan ke pengadilan, atau
setidak-tidaknya dapat diperoleh pihak lawan, agar kebenaran bukti dapat diuji
melalui pemeriksaan apabila dikehendaki, atau bahwa materi untuk pemeriksaan
silang mungkin tersedia.

Oleh karena itu, kami menganggap bahwa hakim pengadilan yang berpengalaman
tidak akan melakukan kesalahan di dalam menerima ikhtisar-ikhtisar yang telah
digambarkan sebelumnya.

LPFA – Pelatihan Fraud Auditing 2 32


Modul-4

C. Profil Saksi Ahli


Saksi ahli akuntansi harus memiliki suatu pengetahuan menyeluruh tidak hanya
mengenai prinsip-prinsip akuntansi yang diterima umum melainkan juga edaran terbaru
lembaganya. Seringkali, keahliannya mencakup pengetahuan khusus mengenai sebuah
industri spesifik, seperti akuntansi konstruksi atau akuntansi di lingkungan pasar modal.
Dalam hal ini, ahli harus menyadari perkembangan saat ini dan segala persoalan-
persoalan akuntansi yang penting dalam lingkup tersebut.

Ahli juga harus bersikap analitis (kritis) dan memiliki kemampuan untuk bekerja dengan
data yang tidak lengkap; walaupun mereka tidak selalu mampu mengenali jika data
yang tersedia tidak lengkap. Sebagai akibatnya, ahli mungkin membuat berbagai asumsi
yang lalu akan terbuka terhadap interpretasi atau serangan. Jika semua data belum
disiapkan, maka cukup mungkin bahwa pengacara lawan mungkin menawarkan
skenario lain yang lebih masuk akal dalam kondisi tersebut dan dengan demikian
mendiskreditkan keterangan ahli.

Ahli harus memiliki kemampuan untuk menyederhanakan persoalan-persoalan yang


rumit. Hal ini sangat bermanfaat jika mereka dapat berkomunikasi secara langsung dan
sederhana. Ingatlah bahwa mereka sedang berbicara kepada bukan akuntan dan bahwa
peran saksi ahli adalah untuk menjelaskan persoalan-persoalan rumit agar setiap orang
dapat memahaminya. Dalam hal ini, latar belakang dan pengalaman mengajar seringkali
membantu.

Pertanyaan yang sering muncul adalah mengenai apakah seorang akuntan cukup
memenuhi syarat atau tidak sebagai seorang ahli. Pada umumnya, seseorang bisa
disebut ahli dalam bidang keahlian khususnya apabila ia memiliki cukup pengalaman
dan duduk sebagai anggota di organisasi profesinya. Hal ini tidak berarti bahwa seorang
akuntan beregister secara otomatis dianggap ahli; meskipun demikian hal ini telah
melewati kendala yang pertama. Untuk dianggap seorang ahli, sangat membantu untuk
memiliki pengalaman sebelumnya mengenai proses pengadilan atau masalah-masalah
kriminal. Hal ini terutama merupakan akibat kesadaran yang timbul berangsur-angsur

LPFA – Pelatihan Fraud Auditing 2 33


Modul-4

selama pengalaman memberikan kesaksian. Lebih lanjut, hal ini sering membantu untuk
diterima sebagai seorang dalam masalah-masalah lain dan dengan cara demikian
memudahkan penerimaan saat ini. Namun demikian suatu bahaya timbul.

Seringkali, pengacara yang mengajukan saksi akan membaca kualifikasi ahli atau
mengajukan pertanyaan khusus kepada saksi untuk membentuk kepercayaan terhadap
saksi tersebut. Kadang-kadang, kualifikasi saksi ahli dibacakan secara langsung dalam
dokumen pengadilan. Walaupun kualifikasi ahli seringkali tidak ditentang, namun
kemungkinan ini jelas dapat terjadi. Di samping disetujui oleh kedua belah pihak, yang
paling penting adalah bahwa saksi ahli disetujui oleh pengadilan.

D. Peran Ahli di Dalam Tim Pengadilan


Pada umumnya, para ahli memainkan peran yang berkelanjutan dalam tim pengadilan.
Secara khusus, keterlibatannya bisa pada berbagai tahap sepanjang perkembangan
kasus, khususnya:
1. Penilaian kasus.
2. Identifikasi dokumen yang diperlukan untuk mendukung kasus, baik tambahan
maupun yang tersedia sekarang.
3. Evaluasi lingkup pekerjaan.
4. Penyiapan analisa dan taksiran keuangan awal.
5. Konsultasi dengan pengacara mengenai masalah-masalah hukum dan
pendekatannya.
6. Penyiapan laporan dan data-data akuntansi serta, bila perlu, suatu ringkasan
dokumen.
7. Negosiasi antara pihak-pihak yang terlibat.
8. Asistensi bagi pengacara di pengadilan.
9. Dukungan bukti ahli di pengadilan.

Akuntan juga dapat dipanggil untuk memberikan opini yang berbeda dari yang diperoleh
akuntan ahli yang sama-sama dapat dipercaya. Kondisi ini dapat timbul karena adanya
interpretasi yang berbeda atas fakta-fakta dalam kasus atau adanya berbagai alternatif
teknik akuntansi yang mungkin digunakan dalam situasi demikian. Dalam beberapa

LPFA – Pelatihan Fraud Auditing 2 34


Modul-4

kasus, dengan adanya alternatif-alternatif yang sama masuk akalnya ini, kasus yang ada
seringkali ditentukan oleh pihak yang mengajukan saksi ahli yang paling dapat
dipercaya.

E. Kegiatan Pra Kesaksian


Kegiatan-kegiatan pra kesaksian biasanya mencakup penyiapan laporan saksi ahli untuk
suatu tahap akhir. Tanpa menyatakan bahwa daftar tersebut telah lengkap atau sesuai
untuk semua keadaan, laporan harus mencakup pembahasan atas aspek-aspek finansial
berikut:
• Keandalan data untuk mencapai kesimpulan
• Asumsi-asumsi yang dibuat untuk sampai pada kesimpulan
• Pembatasan terhadap asumsi
• Tanggal pisah batas (cut off) informasi
• Opini dan kesimpulan berdasarkan dokumen yang tersedia
• Keterbatasan opini dan tingkat sensitivitasnya terhadap asumsi
• Skedul-skedul dan dokumen-dokumen terinci yang mendukung opini dan kesimpulan
Satu masalah penting dalam menyiapkan laporan dan ikhtisar-ikhtisar akuntansi berasal
dari pendelegasian tugas kepada akuntan junior. Jika orang yang memberikan bukti
tidak memiliki pengetahuan langsung atau tidak memeriksa dokumen-dokumen khusus
tersebut atau tidak mempersiapkan ikhtisar-ikhtisar akuntansinya, maka ahli mungkin
akan terjebak dalam aturan desas-desus. Jika tugas-tugas didelegasikan adalah penting
bahwa proses review memerlukan kaji ulang dari seluruh pekerjaan terhadap
dokumentasi asli secara 100%.

Hal ini juga penting untuk mengetahui pengaruh dari asumsi-asumsi lain terhadap
kesimpulan atau opini yang dimuat dalam laporan. Ahli mungkin sering terjebak dalam
pemberian opini yang mengandung alternatif, berdasarkan asumsi lain yang tidak
dipertimbangkan sebelumnya. Biasanya kertas kerja yang mendukung laporan dan
skedul-skedul akuntansi tidak menunjukkan kesimpulan yang bertentangan dengan
laporan, karena pertentangan tersebut baru muncul di pengadilan. Hal ini tidak
menganjurkan bahwa kertas kerja harus dihilangkan atau diubah dalam penyiapan
laporan; melainkan merupakan suatu peringatan agar kertas kerja dipersiapkan dengan

LPFA – Pelatihan Fraud Auditing 2 35


Modul-4

tujuan bahwa kertas kerja tersebut pada akhirnya dapat disampaikan ke pengadilan dan
dengan demikian dalam mempersiapkannya perlu menggunakan bentuk yang sesuai.
Aspek lain dari persiapan menjelang pemeriksaan berhubungan dengan tersedianya
seluruh catatan yang akan digunakan atau menjadi pegangan saksi. Catatan-catatan ini
dapat diminta sebagai bukti di pengadilan atau mungkin juga dapat dibuat selama
pemeriksaan.

Kegiatan-kegiatan lebih lanjut dapat terdiri dari menentukan cukup tidaknya bahan yang
diajukan untuk mendukung laporan. Hal ini mungkin diperlukan untuk mendapatkan
informasi dari saksi lain guna mendukung kesimpulan ahli. Hal ini biasanya diperoleh
dengan merujuk kepada penemuan-penemuan atau pernyataan-pernyataan (will-say)
terdahulu. Sayangnya, saksi tidak dapat merujuk pada hal-hal tersebut jika ia tidak
memiliki pengetahuan langsung mengenai isi referensi tersebut. Jika auditor
mengandalkan kepada opini atau informasi yang disajikan oleh saksi lain, maka ia harus
mendengar sendiri bukti itu di pengadilan atau memiliki salinan atau pernyataan yang
telah disepakati atas fakta-fakta yang ada. Jika tidak, pengambilan informasi dan opini
apapun dari saksi lain tidak akan diijinkan.

Hal ini seringkali bermanfaat untuk memiliki suatu daftar dari seluruh saksi lain
termasuk saksi-saksi untuk pihak lawan. Hal ini penting agar ahli tidak terkejut dengan
adanya saksi ahli atau laporan lain. Seseorang selanjutnya dapat menentukan apakah
ahli perlu dihadirkan dalam kesaksian saksi-saksi lain tersebut untuk memperoleh
persetujuan pengadilan yang berkaitan. Jika ahli lain akan hadir, maka wajib bagi saksi
ahli untuk menguji laporan alternatif tersebut dan menilai apakah hal-hal yang masuk
akal diberikan oleh pihak lawan yang mungkin mempengaruhi kredibilitas laporan ahli.

Kegiatan-kegiatan pra kesaksian lain meliputi pemberian jaminan bahwa setiap sajian
grafik yang diperlukan siap dan tersedia, bahwa semua pembahasan penting dengan
pengacara telah dilaksanakan sebagai bagian dari pertemuan-pertemuan pra kesaksian,
dan bahwa ahli sepenuhnya memahami laporan dan semua masalah relevan lain dalam
pengadilan yang berhubungan maupun tidak berhubungan dengan akuntansi. Yang
paling penting, ahli harus menjamin bahwa mereka telah sepakat dengan pengacara

LPFA – Pelatihan Fraud Auditing 2 36


Modul-4

mengenai rangkaian bukti ahli dan strategi penyajiannya. Hal ini sering bermanfaat
untuk menjalani suatu latihan dalam kesaksian langsung, dengan semua pertanyaan
yang diajukan oleh pengacara kepada saksi ahli dengan tujuan untuk menghindari
hal-hal yang tidak terduga selama proses di pengadilan.

Pada pertemuan pra kesaksian, seringkali perlu untuk membahas kualifikasi saksi sekali
lagi untuk memastikan bahwa mereka mutakhir, untuk membahas kekuatan dan
kelemahan kasus, dan untuk membahas serta mencari kesepakatan mengenai bagian
mana dari laporan Ahli, jika tidak seluruhnya, yang perlu diikutkan di pengadilan sebagai
barang bukti.

F. Sikap dan Penampilan dalam Sidang


Hakim seringkali mendasarkan penilaian mereka terhadap saksi ahli paling tidak
sebagian atas bagaimana penampilan saksi tersebut. Oleh karena itu, maka penting
agar saksi berpenampilan dan berpakaian rapi. Dalam hal seorang auditor, setelan
bisnis yang gelap mewakili citra yang diharapkan. Penampilan ini menambah citra yang
menguntungkan secara psikologis. Di tempat yang disediakan untuk saksi, saksi harus
menjaga sikap tenang, waspada, tetap berdiri dan siap untuk diambil sumpah. Adalah
penting untuk mengendalikan gerakan tangan, menghindari rasa gelisah, dan untuk
menjaga kontak mata dengan penanya. Pada saat hakim sedang mencatat, saksi harus
berbicara cukup lambat agar hakim tidak ketinggalan. Suara harus keras dan diarahkan
kepada penanya. Saksi harus mengucapkan setiap kata dengan jelas.

Beberapa hal perlu dihindari dalam memberikan bukti. Hal-hal ini bisa mulai dari minum
lima cangkir kopi sekaligus sebelum memberikan kesaksian atau mengunyah permen
karet ketika memberikan kesaksian, sampai pada perilaku fisik yang kecil-kecil mungkin
mempengaruhi penamplian anda. Perilaku fisik yang mungkin sederhana. seperti
menggosok-gosokkan tangan terus-menerus, menunduk, selalu bergerak-gerak di
tempat duduk, atau menggerincingkan uang logam dalam saku, dapat dengan segera
membuat jengkel hakim.

LPFA – Pelatihan Fraud Auditing 2 37


Modul-4

G. Pemeriksaan Langsung
Tujuan dari pemeriksaan langsung adalah untuk memungkinkan pengacara pihak anda
mendapatkan bukti keuangan untuk membuktikan kasus tersebut. Kemungkinan
terbesar, hal ini hanya akan merupakan suatu pengulangan dari apa yang telah
dibicarakan sebelumnya dengan pengacara anda di luar sidang pengadilan. Namun
demikian hal ini masih sangat penting untuk menyegarkan ingatan dengan merujuk
kepada segala sesuatu yang telah anda baca, anda tulis, atau telah anda berikan dalam
bukti pada kasus sebelumnya.

Pemeriksaan langsung merupakan aspek paling terorganisir dalam pemeriksaan


pengadilan; hal ini merupakan tahap di mana kredibilitas ahli ditetapkan oleh hakim.
Menurut konsep, gambaran memori primer, yang paling diingat orang adalah apa yang
mereka dengar pertama dan terakhir. Hal ini sering menjadi ide penting untuk dilakukan
dalam memberikan atau menyusun bukti. Hal lain yang perlu diperhatikan adalah bahwa
hakim sering mempunyai lingkup perhatian terbatas dalam suatu proses pengadilan
yang lama; maka seringkali perlu untuk mempergunakan metode pengajuan bukti yang
tersedia/berguna/ tersimpulkan.

Bagi seorang saksi, pemahaman atas pertanyaan dan kemampuan untuk mendengarkan
merupakan suatu ketrampilan yang sangat penting. Sekalipun saksi mungkin telah
melewati latihan pemeriksaan langsung, adalah penting bahwa setiap pertanyaan
dievaluasi lagi dengan seksama. Saksi seharusnya memperhatikan pertanyaan yang
diajukan dan bukan mengantisipasinya (pertanyaan-pertanyaan tersebut mungkin
berubah dibandingkan waktu latihan). Secara keseluruhan adalah berguna untuk
mengingat bahwa aspek kesaksian ini telah dilatih sebelumnya dan dengan begitu
merupakan aspek pemeriksaan yang termudah.

Adalah penting untuk bersikap jujur dalam menjawab pertanyaan-pertanyaan. Namun


demikian kurang jelas apakah kebutuhan untuk bersikap jujur dapat menghindarkan
prasangka atau bias dalam memberikan jawaban. Jawaban untuk semua pertanyaan

LPFA – Pelatihan Fraud Auditing 2 38


Modul-4

hendaknya jelas dan ringkas, jika istilah-istilah rumit digunakan maka harus diperjelas.
Penggunaan catatan-catatan hendaknya dibatasi sebanyak mungkin agar dapat
menjaga kontak mata baik dengan hakim maupun pihak-pihak lain dalam pengadilan.
Bukti-bukti akuntansi harus diuraikan secara akurat dan ringkas dalam istilah-istilah
yang dimengerti oleh orang awam. Skedul-skedul menurut sifatnya adalah dokumen
yang ringkas dan harus digambarkan dengan cara yang ringkas pula. Jika opini
diberikan, harus segera disampaikan setelah dasar pertimbangannya diperoleh.

H. Pemeriksaan Silang
Pemeriksaan silang merupakan intisari yang sebenarnya dari sistem pengadilan lawan.
Hal ini memberikan kesempatan bagi pengacara baik untuk memperjelas maupun
membuat catatan yang merugikan saksi. Dengan demikian, biasanya ini merupakan
bagian yang paling sulit dari proses pengadilan, bagi setiap saksi. Sesuatu yang tidak
diharapkan mungkin muncul sehingga dapat menyudutkan atau mempermalukan saksi,
yang kredibilitasnya sedang dipertanyakan.

Ada tiga hal yang menjadi tujuan pengacara lawan selama pemeriksaan silang.
Pertama, mengurangi arti penting kesaksian ahli yang diajukan. Kedua, agar ahli
memberikan kesaksian yang mendukung posisi pihak lawan dengan menyiapkan
serangkaian asumsi. Ketiga, menyerang opini itu sendiri atau untuk menunjukkan tidak
memadainya pekerjaan ahli untuk sampai kepada opininya dan dengan demikian
mendiskreditkan opini, laporan dan saksi di mata pengadilan.

Pengacara lawan dapat menyerang atau mempertanyakan segala sesuatu yang telah
dikatakan atau diajukan ke pengadilan. Hal tersebut meliputi catatan-catatan, kertas
kerja, surat pernyataan, surat wasiat, laporan dan pemeriksaan pendahuluan di
pengadilan atau transkrip-transkrip penemuan. Seringkali pemeriksaan silang diadakan
dalam suasana konfrontasi dan kontradiksi. Dalam setiap kesempatan, perlu diingat
bahwa saksi ahli keuangan betapapun pentingnya dia dalam kasus tersebut, hanyalah
merupakan suatu bagian dari teka-teki.

LPFA – Pelatihan Fraud Auditing 2 39


Modul-4

Hal yang paling penting, saksi tidak boleh menyerang atau mencoba mendiskreditkan
saksi ahli secara pribadi. Terdapat banyak cara untuk mendiskreditkan seorang saksi
ahli. Sepanjang proses pemeriksaan, penting bagi saksi untuk tetap menjaga harga diri
dan integritas profesionalnya. Sebuah semboyan yang harus diingat adalah bahwa
"jangan mengabaikan hal yang sepele".

Pada umumnya, sikap dan perilaku yang baik selama pemeriksaan langsung juga dapat
diterapkan dalam pemeriksaan silang, kecuali bila pengacara lawan ingin mengurangi
atau membatasi dampak dari bukti yang diajukan saksi. Adalah wajar merasakan
kekhawatiran tertentu pada tahap ini dan saksi memerlukan banyak usaha untuk
menjaga agar tetap waspada.

Perubahan-perubahan kecil dalam gaya dan cara penyajian dapat dilakukan sesuai
keadaan. Pengacara lawan biasanya memiliki rencana pemeriksaan silang di dalam
benaknya dan seorang saksi ahli seharusnya mampu menentukan arah ini untuk
mencegah agar tidak terperangkap atau melakukan kesalahan. Sudah tentu bahaya dari
hal ini adalah bahwa saksi akan menggunakan banyak waktunya untuk menjawab
pertanyaan seperti yang telah dia rencanakan sebelumnya sehingga mungkin tidak
memberikan bobot yang sesuai dengan pertanyaan yang diajukan saat itu. Lebih lanjut,
dalam usaha mengantisipasi pertanyaan, saksi mungkin mengalami salah pengertian
terhadap hal yang ditanyakan.

Saat pertanyaan diajukan, ahli harus mengevaluasinya dengan teliti dan meminta waktu
untuk mempertimbangkan jawabannya. Saksi hendaknya tenang dan berhenti sejenak
sebelum memberikan jawaban serta berlaku sangat hati-hati atas jawaban tersebut,
dengan mengetahui secara pasti bagaimana hubungan jawaban tersebut dengan
pertanyaan maupun masalah-masalah di muka pengadilan.

Dalam memberikan jawaban, penting untuk bersikap jujur serta menghindari


penampilan yang bias dan menimbulkan prasangka. Hal ini sama pentingnya dengan
untuk tidak memberikan jawaban yang berlebihan, melantur, yang memungkinkan diri
sendiri menjadi sasaran serangan atau berusaha melucu. Salah satu pukulan yang

LPFA – Pelatihan Fraud Auditing 2 40


Modul-4

paling telak dalam proses pengadilan atau bagi terdakwa adalah bila saksi ahli
melakukan usaha yang jelas terlihat untuk menyembunyikan kesalahan atau kehilangan
kesabarannya.
Secara umum merupakan suatu aturan pokok bagi saksi ahli untuk tidak memberikan
atau menyampaikan secara sukarela suatu informasi. Lebih lanjut, selama memberikan
jawaban, mungkin sering sangat sulit untuk menghindari situasi terjebak dalam
berbagai asumsi, skenario “bagaimana jika", dan hal-hal umum yang diajukan oleh
pengacara selama pemeriksaan silang. Jika hal ini tejadi, berhati-hatilah dengan
meminta agar pertanyaan diulang pada bagian-bagian yang lebih rinci.

Hal yang sangat penting, adalah jangan sekali-kali meremehkan keahlian akuntansi dari
pengacara lawan. Seringkali, pengacara lawan menunjukkan kekurangpahaman mereka
atas persoalan-persoalan yang ada dengan tujuan membuat saksi ahli terlena dalam
suatu perasaan aman. Jelas, hal ini dapat membawa ahli ke dalam suatu situasi yang
sulit.

Dalam pengertian umum aturan terbaik bagi pengacara lawan adalah melakukan
pemeriksaan silang hanya jika hal tersebut memberikan manfaat bagi suatu kasus.
Dalam memberikan pertanyaan kepada saksi, pengacara lawan biasanya akan
mengajukan pertanyaan-pertanyaan pendek sederhana atau pertanyaan-pertanyaan
"yang mengarahkan". Biasanya pengacara mengetahui jawaban atas pertanyaan
mereka dengan tujuan untuk menghilangkan hal-hal yang tidak terduga dan
memungkinkan mereka untuk mengendalikan saksi. Beberapa teknik juga tersedia
untuk menghancurkan saksi tanpa menyinggung bukti yang mereka ajukan.

Pengacara lawan biasanya akan mengevaluasi jawaban-jawaban dan kemudian


mengambil suatu pendekatan khusus untuk melanjutkan argumentasi mereka.
Umumnya, saksi tidak akan diperbolehkan menjelaskan atau menguraikan jawabannya
pada saat itu juga karena hal itu akan memungkinkan saksi mengubah arah
pemeriksaan silang yang telah disusun dengan seksama. Pengacara lawan juga akan
terus menanyakan atau mengevaluasi bagaimana pertanyaan dan jawaban terakhir
yang dapat digunakan untuk melawan saksi. Jika pertanyaan tersebut menimbulkan

LPFA – Pelatihan Fraud Auditing 2 41


Modul-4

alasan baru, dapatkah ini dikembangkan dan digunakan untuk memperkuat posisi
pengacara lawan?

Pengacara lawan akan sering menyiapkan diri dengan membaca semua publikasi dan
kesaksian saksi yang terdahulu. Pengacara lawan mungkin juga membicarakan dengan
ahli hukum lainnya mengenai penampilan saksi sebelumnya di pengadilan. Hal ini dapat
menunjukkan kelemahan-kelemahan khusus yang mungkin dimiliki saksi. Jika ada
sesuatu yang ditemukan, pertanyaan mengenai saksi mungkin akan diarahkan pada
lingkup tersebut.

Pengacara lawan mungkin juga mencoba mengendalikan seorang saksi secara psikologis
dengan cara:
• menggunakan kondisi fisiknya untuk mengintimidasi
• melakukan kontak mata terus-menerus
• keberatan atas keberadaan saksi
• mengajukan pertanyaan cepat untuk membingungkan saksi
• tidak memperbolehkan ahli untuk menjelaskan atau menyimpang dari pertanyaan
yang diajukan
Pengacara lawan sering menggunakan dominasi fisik. Dia akan dengan cepat
menemukan pola tanggapan ahli dan mungkin mengambil sikap agresif untuk mengarah
ke suatu titik dimana ahli menjadi tidak yakin dengan hasil-hasil yang efektif.

I. Strategi dalam Pemeriksaan Silang


Metode-metode strategis berikut dapat digunakan oleh pengacara lawan untuk
mendiskreditkan saksi atau untuk mengurangi arti pentingnya kesaksian mereka.
Metode-metode ini dapat digunakan secara tunggal atau bersamaan satu dan yang
lainnya dan bukan merupakan suatu daftar yang mencakup keseluruhan. Seorang
pengacara yang baik dalam pemeriksaan silang akan dengan cepat menemukan lingkup
kelemahan saksi dan menggunakan setiap teknik yang mungkin untuk mencapai
sasarannya. Seringkali bermanfaat untuk memiliki suatu pemahaman yang menyeluruh
atas beberapa dari metode yang lebih umum digunakan.

LPFA – Pelatihan Fraud Auditing 2 42


Modul-4

1. Visi yang Kabur


Visi yang kabur menyebabkan ahli membutuhkan banyak sekali waktu untuk
menginvestigasi suatu masalah, kemudian menyoroti lingkup dimana ahli tidak yakin
atau dimana dia belum melakukan banyak pekerjaan. Lingkup ini mungkin bukan
merupakan pokok masalah dalam kasus tetapi harus relevan dengan kesimpulan
yang diambil. Kemudian, pengacara lawan akan mengajukan suatu masalah besar
untuk membuktikan bahwa visi ahli tersebut kabur sehingga hasil kerjanya dibatasi
dalam luas atau lingkupnya, dan dengan demikian, tidak memenuhi syarat. Pada
waktu yang sama, pertanyaan mengenai imbalan/upah dapat diajukan untuk
menunjukkan bahwa sejumlah besar uang telah dikeluarkan untuk menghasilkan
suatu pekerjaan yang "jelas tidak lengkap".

2. Orang yang Baik Hati


Seringkali pengacara lawan memulai suatu pemeriksaan silang dengan hati-hati,
tidak dengan menyerang ahli dan dengan demikian membuatnya terlena dalam
suatu perasaan aman yang salah. Kemudian pengacara lawan mungkin menemukan
suatu celah kecil yang dapat diperbesar secara cepat. Seringkali pengacara lawan
nampak ramah dan mengajak damai, sehingga juri/hakim menaruh simpati terhadap
alasannya. Pengacara lawan mungkin juga berusaha untuk membina hubungan
dengan saksi yang akan membuat saksi ingin membantu pihak lawan dengan
mengeluarkan informasi mengenai masalah tersebut. Dengan melakukan hal itu
mungkin menyebabkan saksi memberikan informasi yang sebenarnya tidak akan
diberikan. Dengan informasi tambahan ini, akan terdapat kemungkinan untuk
menemukan suatu celah dalam bukti dan mengembangkannya lebih jauh.

3. Kontradiksi
Pengacara lawan mungkin menggunakan pertanyaan "yang mengarahkan" untuk
menekan saksi dalam suatu posisi sulit atau mengandung kontradiksi. Secara
bergantian, pengacara dapat membangun kredibilitas dalam pengadilan mengenai
dokumen atau kutipan yang secara potensial bertentangan dengan artikel-artikel lain
yang ditulis oleh ahli lain dalam bidang yang sama. Jika dokumen atau artikel ini
bertentangan dengan ahli, maka ahli mungkin menerima adanya kontradiksi

LPFA – Pelatihan Fraud Auditing 2 43


Modul-4

tersebut. Jika kontradiksi tetap ada, ahli mungkin terjebak dalam suatu perdebatan
mengenai siapa ahli yang paling layak atau paling berpengalaman dalam keadaan
tersebut. Hal-hal tersebut juga terjadi apabila saksi mempertentangkan dirinya
sendiri atau artikel mereka sendiri yang ditulis beberapa tahun sebelumnya, hanya
karena mereka telah lupa atau bingung atas serangan pihak lawan.

4. Informasi Baru
Pengacara lawan mungkin memperkenalkan informasi baru yang mungkin tidak
disadari oleh ahli atau merujuk pada suatu relevansi khusus dalam kesimpulan yang
diambil saksi Ahli. Hal ini biasanya dilakukan untuk membingungkan saksi sehingga
dia mungkin mempertentangkan dirinya sendiri atau mengembangkan serangkaian
skenario alternatif yang mengandung informasi baru, yang menunjukkan bahwa
opini dan laporannya tidak lagi bernilai.

5. Mendukung Teori Pihak Lawan


Pendekatan ini menetapkan dan mengakui bukti dan kualifikasi ahli. Informasi sama
yang digunakan ahli kemudian dipakai dan diinterpretasikan oleh pengacara lawan
dengan suatu cara yang berbeda, guna mendukung suatu teori alternatif dengan
membuat ahli menyetujui interpretasi alternatif atas fakta. Teori tersebut
mengakibatkan pengacara lawan menjadikan ahli seorang saksi pihak lain. Teknik ini
berguna untuk memperoleh suatu kesempatan dari saksi yang akan merusak
kesimpulan dan akhirnya kredibilitasnya.

6. Bias
Metode ini mengajak pengacara pihak ahli dan ahli sendiri untuk secara
bersama-sama menunjukkan kerjasama yang memungkinkan atas bukti yang
disajikan dalam kesaksian dan karena itu menunjukkan bias. Hal ini dapat
ditunjukkan jika pengacara lawan menentukan bahwa pengacara pihak ahli telah
menginstruksikan saksi mengenai apa yang harus dikatakan atau dengan membatasi
lingkup ahli serta kesimpulannya. Pendekatan ini dapat juga menitikberatkan pada
pertanyaan apakah sebelumnya saksi telah diberitahu oleh kliennya mengenai apa
yang harus dilakukan dan dicari. Dengan pendekatan ini, pengacara lawan dapat

LPFA – Pelatihan Fraud Auditing 2 44


Modul-4

berusaha untuk menunjukkan bahwa ahli telah mengabaikan dokumentasi penting


di dalam suatu usaha untuk membantu kliennya.

7. Konfrontasi
Metode yang sangat sederhana ini merupakan penggunaan secara terus-menerus
suatu konfrontasi keinginan untuk menempatkan saksi dalam situasi di mana
mereka mungkin kehilangan kendali dan menjadi marah. Sekali seorang saksi
terlihat marah besar, kredibilitasnya pun hilang.

8. Pembenaran
Metode ini menggunakan saksi sebagai suatu alat pembenaran yang
memberitahukan kembali kepada hakim mengenai aspek-aspek yang
menguntungkan (bagi pengacara lawan) dari kasus tersebut. Teknik ini sering
menggunakan pendekatan "Ini tidak benar” dan "Apakah anda setuju dengan
saya?". Kesepakatan terus-menerus yang konstan, berguna untuk menggertak ahli.
Bagi hakim dan juri, kesepakatan atas berbagai pertanyaan dari pengacara lawan
mungkin juga diinterpretasikan sebagai suatu persetujuan umum dengan posisi
pengacara lawan. Hal ini sering merupakan suatu alat psikologis yang berharga.

9. Imbalan/Upah
Metode ini menyulitkan saksi karena membutuhkan banyak sekali waktu untuk
mencapai hasil. Lebih lanjut, kesulitan ini mungkin menandai tidak lengkapnya
pekerjaan dan mungkin dihubungkan dengan imbalan/upah yang dibebankan
kepadanya sebagai ahli. Metode ini sering dikaitkan dengan konsep "bias" dan "visi
yang kabur". Disebabkan oleh tingginya imbalan/upah atau terjalinnya kembali
suatu perjanjian dengan seorang klien mungkin menimbulkan kesan bahwa saksi
dan gagasannya berpihak pada klien. Teknik ini sering membentuk suatu
kesimpulan dimana pengacara lawan menunjukkan bahwa pekerjaan ahli dangkal
dan tidak profesional, tetapi dia menerima sejumlah besar uang untuk hal ini dan
lingkup jasa lainnya bagi klien. Implikasi langsung berarti bahwa kesaksian tersebut
telah dibeli atau bahwa ahli dibayar untuk mengabaikan fakta-fakta yang bersifat
kontradiksi terhadap kesimpulannya.

LPFA – Pelatihan Fraud Auditing 2 45


Modul-4

10. Syarat-Syarat dalam Perjanjian


Teknik ini biasanya dimulai oleh pengacara lawan yang memperoleh surat perjanjian
yang asli dan menguji syarat-syarat perjanjian tersebut, kemudian menunjukkan
bahwa ahli bermaksud untuk menguji hanya hal-hal yang mendukung kliennya serta
mengabaikan setiap teori alternatif, umumnya untuk kerugian pihak lawan. Oleh
karena itu, saksi dapat digambarkan sebagai pihak yang berat sebelah.

11. Mendiskreditkan Saksi


Mendiskreditkan saksi merupakan konsep pembuktian bahwa ahli tidak layak untuk
menjadi seorang saksi yang dapat dipercaya. Hal ini sering dilakukan dengan
menunjukkan bahwa ahli tersebut saat ini atau sebelumnya telah nyata sekali
bersikap bias, merugikan, korupsi, dihukum atas tindakan-tindakan kriminal, terlibat
dalam tindakan-tindakan amoral, membuat pernyataan-pernyataan yang tidak
konsisten, mempunyai reputasi tidak jujur, dan atau melebih-lebihkan kualifikasinya.

Pendiskreditan mungkin juga melihat kualitas latar belakang pendidikan ahli guna
mengungkapkan setiap aktivitas lain yang tidak lazim yang mungkin menjadikan ahli
bias atau mengeluarkannya dari pengadilan sebagai ahli.

J. Teknik-Teknik Bertahan
Berikut ini sepuluh hal yang harus diingat oleh saksi ahli baik pada saat menyiapkan
maupun mengajukan bukti dalam pengadilan. Ingatlah untuk:
1. Menyiapkan materi anda secara lengkap
2. Memahami materi anda secara menyeluruh
3. Merencanakan terlebih dahulu kesaksian anda
4. Bersikap waspada
5. Mendengarkan dengan seksama

LPFA – Pelatihan Fraud Auditing 2 46


Modul-4

6. Mempertimbangkan dengan seksama setiap jawaban dan berhenti sejenak sebelum


menjawab
7. Bersikap jujur dan menghindari bias
8. Memperjelas dengan menggunakan kata-kata yang sederhana
9. Bersikap tenang
10. Memelihara harga diri dan integritas profesional secara menyeluruh

LPFA – Pelatihan Fraud Auditing 2 47


Modul-4

BAB III
STANDAR, KRITERIA DAN KUALIFIKASI AHLI

Untuk menentukan bahwa seseorang yang ditunjuk cukup memiliki pengetahuan dan
mampu bertindak sebagai seorang ahli tergantung pada 2 (dua) faktor. Pertama, apakah
seorang calon mempunyai kualifikasi objektif untuk tugas tersebut. Apabila calon tersebut
memiliki surat kepercayaan yang sesuai, pengalaman sebelumnya yang relevan, dan
informasi kritis yang mendukung keberhasilan pemecahan suatu kasus.

Kedua, apakah ahli tersebut, meskipun kualifikasinya cukup, mempunyai karakteristik


pribadi yang berfungsi secara efektif sebagai bagian dari tim investigasi? Apakah individu
tersebut dapat bekerja dalam tim (team player)? Apakah reputasi dan kualitas profesional
pekerjaan sebelumnya mendukung dipakainya dia dalam kasus sekarang? Dapatkah ahli
menjelaskan kompleksitas teknis dalam suatu cara, yang baik praktisi hukum
kejahatan-investigator, penuntut, maupun hakim dapat memahami dengan jelas maksud
dan arti penting masalah teknis tersebut? Apakah ahli tersebut menonjolkan sikap
profesional? Dapatkah dia membangun dan memelihara hubungan dengan sesama? Bagian
berikut ini akan menjelaskan secara rinci baik surat kepercayaan formal yang dibutuhkan
maupun karakteristik pribadi yang esensial yang harus ditunjukkan oleh saksi ahli dan
konsultan yang efektif.

A. Surat Kepercayaan (Penugasan)


Surat kepercayaan dan standar bervariasi untuk menilai kemampuan pengetahuan dari
ahli di luar pengadilan, tergantung pada bidang keahliannya. Bahkan dalam hal
menetapkan dasar pemeriksaan pengadilan untuk menerima saksi sebagai seorang ahli,
kriteria tersebut, meskipun distandardisasi secara umum di antara bidang-bidang
keahlian, di mata hukum tidak fleksibel dan tergantung kepada beberapa variasi.
Dengan keberatan ini terdapat beberapa bidang yang luas dimana ahli diharapkan
mempunyai surat kepercayaan dan kualifikasi yang membedakan ahli dari orang awam.
Termasuk di dalamnya hal-hal sebagai berikut:

LPFA – Pelatihan Fraud Auditing 2 48


Modul-4

• Ijin praktik profesional, sertifikasi atau registrasi yang diakui oleh lembaga
profesional dalam bidang keahlian yang diperkarakan.
• Gelar akademis sarjana muda, sarjana, dan pasca sarjana yang dalam bidang
keahlian tersebut maupun adanya latar belakang yang sesuai dengan hal tersebut.
• Pelatihan yang khusus dan atau pendidikan profesi lanjutan di luar gelar akademis
yang menunjukkan pengetahuan yang mutakhir tentang pengembangan teknik
dalam bidang yang menjadi subjek.
• Tulisan dan publikasi yang menunjukkan opini teknis dan tersedia sebagai bagian
dari lembaga umum pengetahuan dalam bidang yang menjadi subjek.
• Pengajaran, pelatihan dan atau konsultansi yang relevan yang menunjukkan bahwa
dia memiliki pengakuan profesional yang tinggi dalam bidang yang menjadi subjek.
• Berafiliasi dengan asosiasi/organisasi profesi.
• Pengalaman sebelumnya yang relevan yang diperoleh secara langsung melalui
penugasan sejenis, apakah sebagai penasehat teknik atau saksi ahli, dalam bidang
yang menjadi subjek.
• Status khusus atau akses kepada informasi istimewa, khusus untuk kasus yang ada,
yang membuat seseorang dianggap sebagai ahli.

1. Ijin Praktik, Sertifikasi atau Registrasi Profesional


Sebagian besar organisasi profesional sampai pada tingkat tertentu, mengatur
anggotanya dan menetapkan mekanisme untuk mereview kualifikasi seorang praktisi
sering dalam interval jangka waktu tertentu. Pengesahan atas kompetensi ijin untuk
praktik profesi, suatu sertifikasi dalam bidang khusus, atau registrasi pada suatu
badan pengatur profesional pusat dalam suatu wilayah hukum merupakan praktik
yang biasa.

Suatu ijin praktik profesional, sertifikasi atau registrasi adalah satu faktor penting
dalam menilai tingkat kompetensi penasehat teknis dalam hampir semua bidang
keahlian yang berguna dalam investigasi keuangan dan kejahatan yang
berhubungan dengan komputer.

LPFA – Pelatihan Fraud Auditing 2 49


Modul-4

Penetapan bahwa seseorang mempunyai ijin praktik atau sertifikasi dalam


profesinya dan atau terdaftar dalam wilayah hukum tertentu sebagai seorang
praktisi dari profesi itu, adalah suatu langkah standar dalam meletakkan dasar
pemeriksaan pengadilan untuk menerima kesaksian dari orang tersebut sebagai
seorang ahli.

Menentukan standar yang digunakan untuk menilai kualifikasi seorang praktisi dalam
suatu profesi tertentu, dapat dengan mudah ditentukan dengan mengkonfirmasikan
kepada badan yang memberikan sertifikasi atau badan yang memberi ijin praktik.
Sebagai tambahan, banyak wilayah hukum meminta praktisi dalam berbagai macam
profesi yang mungkin telah mendapatkan surat kepercayaan mereka di lain tempat,
untuk mendaftarkan diri pada otoritas pemerintah pusat jika mereka mempraktekan
profesi mereka secara lokal. Badan registrasi pusat dapat menjadi sumber informasi
yang bermanfaat mengenai standar perijinan profesi lokal dan mungkin merupakan
sebuah sumber penyedia ahli.

Banyak organisasi profesi yang lebih tradisional menyediakan ahli untuk kasus
kriminal. Hal ini termasuk pengacara, insinyur, dan ahli kimia forensik. Banyak
negara bagian di Amerika Serikat mempunyai hukum yang menuntut kriteria untuk
perijinan praktik profesional dalam profesi yang lebih luas.

2. Gelar Akademis
Secara tradisional, gelar akademis yang mereka pegang menjadi kunci untuk
menentukan apakah profesional akan dikualifikasikan sebagai saksi ahli. Bahkan bila
ahli digunakan hanya di belakang layar dalam investigasi kejahatan yang berkaitan
dengan komputer, latar belakang mereka dapat diinvestigasi oleh pembela dan surat
kepercayaan mereka akan dipertimbangkan. Hal ini adalah benar sebab sebagai
penasehat teknik mereka menjadi saksi ahli yang potensial.

Meskipun strategi mengenai surat kepercayaan akademis yang sesuai bagi ahli yang
kredibilitasnya mungkin diragukan oleh pembela adalah penting, tetapi jangan
terlalu mengandalkan kualifikasi akademis semata. Banyak universitas tidak memiliki

LPFA – Pelatihan Fraud Auditing 2 50


Modul-4

pelatihan yang dikembangkan secara baik mengenai kejahatan yang berkaitan


dengan komputer, khususnya pada tingkat pasca sarjana, dan karena bidang ini
mengalami perubahan begitu cepat, pelatihan yang mereka miliki mungkin tidak
mutakhir. Oleh karena itu, orang-orang yang memiliki banyak pengetahuan
menyetujui bahwa jika kepercayaan akademis dari seorang Ahli dipertimbangkan,
bagaimana gelar akademis tersebut dihargai sekarang dan apakah dia melanjutkan
pelatihan di bidang tersebut harus juga dipertimbangkan.

3. Pengalaman Pelatihan dan Pendidikan Berkelanjutan


Perkembangan dalam pemrogaman komputer, elekronik, teknik telekomunikasi,
audit EDP, komputer security, dan spesialisasi lain meningkat dengan cepat.
Pelatihan dan pendidikan berkelanjutan dalam bidang ini dan bidang-bidang,
seperti: memerangi kejahatan kerah putih, kejahatan ekonomi dan kejahatan
komputer, ditawarkan secara luas. Asosiasi profesi dan badan pengatur seringkali
meminta sertifikasi penyelesaian pendidikan dan indikator objektif lainnya dari
keahlian yang tidak diklasifikasikan untuk yang mengikuti kursus seperti itu.

Berapa banyaknya kursus pelatihan dan kursus pendidikan lanjutan yang mutakhir
dan relevan yang telah diikuti oleh calon ahli teknis? Seberapa mutakhimya hasil
kerjanya dalam bidang teknis. Tidak adanya pemutakhiran pendidikan saat ini tidak
hanya akan mempunyai suatu pengaruh yang kuat atas kualitas saran ahli yang
diberikan kepada pemerintah, tetapi hal tersebut dapat mengarah kepada
dicurigainya saksi ahli pemerintah dalam pemeriksaan silang dan ditentangnya
aspek-aspek akurasi teknis dari kasus pemerintah.

4. Tulisan dan Publikasi


Apakah calon saksi ahli telah menerbitkan karya dalam bidang keahlian mereka yang
diakui, secara tradisional merupakan faktor penting untuk dikaji jika hal tersebut
menjadi dasar pemeriksaan pengadilan bagi penasehat teknis dalam kedudukannya
sebagai saksi ahli. Publikasi terdahulu mungkin kurang relevan jika ahli digunakan
sebagai penasehat teknis untuk tim investigasi atau tim penuntut selama tahap
persiapan kasus. Walaupun demikian, bukan ini masalahnya. Publikasi terdahulu

LPFA – Pelatihan Fraud Auditing 2 51


Modul-4

mengenai kejahatan yang berkaitan dengan komputer yang tetap dipakai oleh
sarjana/periset untuk membantu mendapatkan gambaran mengenai penjahat
komputer dan menentukan modus operandi dalam kasus kecurangan komputer
yang kompleks, akan relevan secara langsung. Tersedianya publikasi tersebut dapat
sangat membantu tim dengan menyediakan bagi tim suatu orientasi dan pendapat
yang dipublikasikan demikian dapat dipertimbangkan jika indentitas penasehat
teknis dapat ditemukan sebelum persidangan.

Buku-buku atau artikel-artikel apa yang telah ditulis penasehat teknis mengenai
subjek yang diperkarakan? Apakah buku dan artikel tersebut dipublikasikan, dan jika
ya, kapan yang terakhir? Bagaimana pekerjaan ahli tersebut diterima oleh sejawat
profesinya? Apakah pekerjaan ahli tersebut dianggap mempunyai kewenangan?
Apakah pekerjaan lainnya yang dipublikasikan dalam bidang yang sama dibantah
atau bertentangan dengan pendapat ahli yang dipublikasikan? Apakah pendapat ahli
yang dipublikasikan tersebut konsisten dalam semua tulisan mereka? Apakah
pendapat ahli yang dipublikasikan, yang konsisten diantara mereka, selaras dengan
pendapat ahli sekarang terhadap kasus yang ada? Ini semua adalah pertanyaan
kritis yang ditujukan ketika menyeleksi seorang ahli. Khususnya jika terdapat suatu
hubungan profesi yang mapan dan bertahan lama dengan ahli, pekerjaan konsultan
yang dipublikasikan harus dianalisis dan dipantau selama persiapan pra pengadilan
untuk menghindari ketidaksesuaian yang signifikan yang mungkin timbul antara
kesaksian ahli yang direncanakan saat ini dengan masa lalu, kemungkinan adanya
kontradiksi posisi yang harus diambil.

5. Pengajaran dan Konsultansi Lain


Kegiatan yang menunjukkan pernah diterimanya seorang konsultan sebagai seorang
penasehat atau instruktur Ahli mengarah pada masalah keandalan dan
kredibilitasnya sebagai bagian dari tim pemerintah. Kegiatan-kegiatan seperti
pengajaran atau konsultansi dalam suatu bidang tertentu secara tradisional
dipertimbangkan pada saat surat kepercayaan keahlian ditunjukkan kepada
pengadilan sebelum dia duduk sebagai saksi ahli. Karena baru dan cepatnya evolusi
dalam teknologi yang berkaitan dengan komputer, surat kepercayaan semacam itu

LPFA – Pelatihan Fraud Auditing 2 52


Modul-4

mungkin mempunyai bobot yang lebih dalam suatu kasus kejahatan yang berkaitan
dengan komputer dibandingkan derajat atau publikasi akademis. Suatu pengujian
yang hati-hati dari pemakai jasa calon saksi ahli yang terdahulu - peserta latihan
atau klien dengan siapa mereka berkonsultasi – dapat menjadi suatu cara yang
sangat baik untuk menilai keandalan dan kelebihan mereka, ditambah nilai dan sifat
dari pendapat mereka sebelum menunjuk mereka untuk suatu kasus tertentu.

Luasnya pengajaran dan atau konsultasi terdahulu dari ahli pihak pemerintah, jika
mereka ditunjuk dengan suatu imbalan/bayaran, kadang-kadang dapat
menyebabkan kerusakan penuntutan. Sebagai contoh, ahli yang karena
imbalan/bayaran telah menjalani pelatihan yang luas bagi investigator dan jaksa
penuntut kejahatan komputer dan atau orang yang dibayar untuk memberikan
kesaksian sering terjadi untuk penuntutan dalam kasus serupa tetapi bukan untuk
pembela, dapat dicurigai bersikap bias dan atau mempunyai kepentingan keuangan,
jika pemerintah memanggil mereka sebagai saksi ahli. Terutama jika suatu bagian
yang substansial dari pendapatan ahli diperoleh dari jasa penegakan hukum seperti
itu, kegunaan komparatifnya sebagai seorang saksi ahli mungkin dikompromikan.

Bahkan jika ahli demikian bukan merupakan saksi ahli yang potensial, identitas dan
keterlibatan mereka dalam persiapan kasus mungkin dapat dibuktikan oleh pembela
dan mengarah pada dugaan adanya bias dalam nasehat teknis yang diberikan pada
tahap investigasi. Selain pertimbangan ini, menunjuk seorang ahli yang telah secara
luas terlatih dan memberikan konsultasi hanya untuk satu pihak dalam kasus-kasus
semacam itu dapat mulai menurunkan nilai dasar dari ditunjuknya seorang ahli
pihak luar untuk memulai tim investigasi.

6. Asosiasi Profesi
Seperti dalam kasus mengenai perijinan profesi, sertifikasi calon saksi ahli atau
keanggotaan dalam asosiasi profesi menambah suatu anggapan kompetensi dan
secara rutin dimasukkan dalam pengajuan surat kepercayaan ahli kepada
pengadilan sebelum menyajikan kesaksian ahli. Sebagaimana halnya masalah
perijinan, gelar akademis, pendidikan lanjutan, dan konsultansi terdahulu,

LPFA – Pelatihan Fraud Auditing 2 53


Modul-4

keanggotaan dalam asosiasi profesi ditujukan untuk pengujian verifikasi dan untuk
mengumpulkan referensi dari sejawat profesi ahli. Hal ini merupakan pengujian
pengendalian mutu yang penting dan berguna.

7. Pengalaman Serupa Sebelumnya


Karena bidang teknologi komputer yang beragam merupakan hal baru dan
pengembangan baru dalam teknologi komputer terjadi begitu cepat, surat
kepercayaan resmi kurang penting dalam kasus kejahatan yang berkaitan dengan
komputer dibandingkan pengalaman sebelumnya yang diperoleh secara langsung
dengan operasi komputer perusahaan korban, merek perangkat keras dan
perangkat lunak yang digunakan korban, serta aplikasi perangkat lunak yang terkait.
Sebagai tambahan, pengalaman terdahulu dalam investigasi terhadap kejahatan
yang berkaitan dengan komputer, penyediaan pengamanan komputer, atau riset
mengenai kejahatan yang berkaitan dengan komputer dapat menjadi unsur kritis
yang membuat suatu pihak tertentu menjadi penasehat ahli. Mengidentifikasi
penasehat yang dapat dipercaya dan objektif yang mempunyai pengalaman
langsung dengan sebelumnya dapat menjadi faktor penting dalam penyeleksian
seorang ahli. Meskipun kriteria tradisional, seperti surat kepercayaan resmi dimana
kualifikasi seorang ahli diajukan untuk memberikan kesaksian sebagai saksi ahli
secara normal dinilai. Hakim pengadilan mempunyai kebijakan yang luas untuk
mendasarkan keputusannya bahwa seseorang adalah ahli yang mempunyai
kualifikasi untuk memberikan kesaksian atas subjek utama tertentu atau bahkan
satu-satunya pada pengalaman relevan sebelumnya dari orang tersebut.

Terdapat perangkap dalam hal terlalu mengandalkan penasehat teknis dengan


pengalaman sebelumnya yang luas dalam suatu bidang tertentu. Memelihara
pengendalian terhadap manajemen dan petunjuk suatu kasus secara keseluruhan
dapat menjadi satu kesulitan tersendiri. Kelemahan untuk bertahan dari sikap
memihak dan bias terhadap ahli dengan pengalaman sebelumnya yang luas secara
tidak seimbang kepada pihak pemerintah saja merupakan risiko yang lain.
Bagaimanapun, pengalaman masa lalu tetap merupakan kualifikasi tunggal yang
sangat penting dari ahli dalam kejahatan yang berkaitan dengan komputer.

LPFA – Pelatihan Fraud Auditing 2 54


Modul-4

8. Akses Tunggal terhadap Informasi atau Fakta Istimewa


Karyawan dari agen yang menjadi korban, atau pabrikan, penjual, organisasi jasa
yang produk komputernya digunakan oleh korban dapat menjadi penasehat teknis
yang paling berguna ketika menginvestigasi suatu kasus kejahatan yang berkaitan
dengan komputer atau mempersiapkannya bagi pengadilan. Latar belakang,
pendidikan dan surat kepercayaan lainnya dari orang tersebut dapat sangat
bervariasi; termasuk dalam kelompok ini adalah manajemen puncak pada organisasi
korban, ahli teknik komputer perusahaan, penyedia data, operator peralatan, dan
orang lain yang mengelola data yang relevan atau satu-satunya orang yang
mempunyai fakta tentang operasi korban. Sebagai akibatnya, kualifikasi orang-orang
ini dalam bidang mereka, walaupun penting, akan membuktikan tidaklah sepenting
keakraban mereka dengan aspek operasi dan peralatan korban. Untuk tujuan yang
lebih sempit dalam perencanaan praktik-praktik operasional secara rutin, atau apa
kemampuan dan kerentanan peralatan, hakim dapat diharapkan untuk menerima
kesaksian ahli dari orang-orang tersebut jika pihak penuntut mampu menunjukkan
keakraban mereka dengan faktor-faktor demikian dan kompetensi umum mereka.

Suatu kesukaran paling besar dalam menggunakan individu seperti itu sebagai
penasehat teknis sebelum persidangan atau sebagai saksi ahli dalam persidangan,
yaitu: (1) melihat dengan jelas mengenai kebenaran bidang kompetensi dan (2)
prasangka. Karyawan atau staf pelayanan mungkin mempunyai kualifikasi untuk
berbicara dalam kewenangannya hanya dari sudut pandang yang sempit dan
menjadi tidak lengkap kualifikasinya pada masalah yang berkaitan dengan masalah
lain. Sebagai tambahan, kesetiaan kepada majikan, pertimbangan keamanan
pekerjaan, atau sebaliknya, suatu dendam terhadap majikan atau karyawan lain
mungkin menodai objektivitas individu tersebut dan karena itu keperluannya. Dan
tentu saja, tim investigasi harus sangat berhati-hati menjadikan orang seperti itu
sebagai penasehat ahli, tanpa dan sampai kemungkinan keterlibatan mereka dalam
kejahatan dikesampingkan sepenuhnya.

LPFA – Pelatihan Fraud Auditing 2 55


Modul-4

9. Kualitas Pribadi Ahli


Standar lain dalam memutuskan apakah menggunakan orang khusus sebagai
penasehat teknis atau saksi ahli merupakan kualitas pribadi dari calon ahli. Karena
bidang ini sangat subjektif, berbeda dari surat kepercayaan yang relatif objektif,
maka sulit untuk mengatakan faktor kunci apa dan bagaimana faktor kunci tersebut
harus dinilai. Namun demikian, delapan buah pertimbangan dapat menjadi
pegangan sebenarnya dalam penggunaan penasehat teknis atau saksi ahli dalam
kasus besar apapun, baik yang berkaitan dengan komputer maupun tidak. Uraian
berikut menyajikan pertimbangan-pertimbangan tersebut:

a. Kemampuan untuk bekerja sebagai bagian dari suatu tim


Terlepas dari lingkup kompetensi profesional mereka, banyak orang tidak
sanggup bekerja sebagai bagian dari suatu tim. Tentu saja, masalah ini lebih
umum terjadi dalam profesi tertentu dibandingkan dengan profesi lain karena
sifat pekerjaan dan faktor-faktor lainnya. Menilai apakah seorang calon ahli akan
dapat berperan dalam suatu tim merupakan suatu keputusan yang kritis yang
harus dibuat sangat awal dalam hubungan tersebut sebelum ahli ditunjuk.
Pengecekan referensi dan wawancara pribadi membantu dalam membuat
ketentuan ini. Manajemen yang efektif dari ahli dalam kasus ini, keamanan dari
data investigasi yang sensitif, dan efektivitas ahli sebagai seorang saksi di
pengadilan hanyalah beberapa dari pertimbangan yang diabaikan yang
mengharuskan penggunaan hanya orang-orang yang dapat bekerja dalam tim
(Team player) dalam kedudukannya sebagai ahli.

b. Integritas dan dapat dipercaya


Meskipun pembatasan suatu akses penasehat teknis terhadap kasus yang
ditangani atas dasar "rasa ingin tahu" adalah layak, ahli selalu akan dihadapkan
kepada informasi yang sensitif selama penanganan kasus. Setidaknya hal ini
akan memperluas suatu pengetahuan mengenai kasus tersebut, mengenai
aspek-aspek investigasi di mana dia telah memberikan masukan, dan identitas

LPFA – Pelatihan Fraud Auditing 2 56


Modul-4

anggota lainnya dalam tim investigasi. Kebijaksanaan dan dapat dipercayanya


ahli harus diyakinkan dan dipelihara.

Sejalan dengan masalah meyakinkan bahwa ahli merupakan seorang 'team


player', wawancara pribadi dan pengecekan referensi secara rinci harus
digunakan untuk menilai integritas dan dapat dipercayanya ahli.

c. Pengakuan dan reputasi profesional


Hal yang sama pentingnya dengan publikasi dan gelar akademis adalah reputasi
dan nilai lebih di antara rekan sejawatnya. Selain hal ini akan merupakan bagian
dari hasil kewenangan atas pandangan, surat kepercayaan dan pengalaman di
bidangnya, hal ini juga merupakan gambaran kualitasnya. Banyak dari kualitas
tersebut akan relevan secara langsung terhadap apakah ahli akan mampu
membentuk hubungan kerja yang harmonis dengan pihak lain dalam kasus
tersebut.

Reputasi ahli dapat mempersingkat cara yang berkaitan dengan kredibilitas


sebagai saksi ahli di pengadilan: jika pandangan mereka kontroversial atau
bahkan bertentangan, semakin besar popularitas ahli tersebut, semakin mungkin
pembela akan mampu mengidentifikasi ahli yang berlawanan yang sudah
terbiasa dengan pandangan tersebut dan berselisih dengan mereka. Sebaliknya,
popularitas yang meningkat dapat membawa kepada masalah kewenangan dan
nilai lebih di mana pendapat ahli yang berlawanan dapat dilaksanakan.

Pengecekan referensi dan suatu review atau literatur dalam bidang tersebut
yang mengukur nilai lebih dan reputasi profesional ahli secara akurat merupakan
langkah penting yang harus dilakukan sebelum menggunakan jasa ahli tersebut.
Bahkan jika mereka tidak digunakan sebagai seorang saksi ahli yang potensial,
sifat peran mereka dalam kasus tersebut atau sifat perjanjian kerja dapat
membuat identitas ahli diungkapkan oleh pembela pada tahap pra pengadilan
dan oleh karena itu reputasi mereka mudah untuk diserang.

LPFA – Pelatihan Fraud Auditing 2 57


Modul-4

d. Kualitas dan ketepatan waktu pekerjaan sebelumnya


Adalah sangat penting untuk menilai kualitas pekerjaan ahli sebelum
menggunakannya. Pada umumnya, kualitas konsultansi dan pelayanan
sebelumnya sebagai saksi ahli harus diperiksa secara sangat teliti. Persepsi
komunitas profesional dari kualitas pekerjaan ahli, publikasi, pengajaran, atau
perkuliahan harus ditentukan. Jika ahli pemerintah adalah seorang saksi ahli
yang potensial, anggaplah bahwa pembela akan membuat suatu penilaian
seksama dalam lingkup ini dan akan berusaha untuk mencurigai saksi. Tim
investigasi dan tim penuntut dalam hal ini tidak dapat mengemukakan hal-hal
yang tak terduga dalam pemeriksaan silang. Pemberi kerja, klien sebelumnya,
referensi profesional dan lembaga profesional serta lembaga pengatur harus
dihubungi dalam rangka penilaian kualitas dan ketepatan waktu pekerjaan calon
ahli.

e. Sikap dan tingkah laku profesional


Meskipun tidak kentara tetapi selalu signifikan adalah sikap dan tingkah laku
profesional penasehat teknis. Kemampuan untuk berbicara secara berwibawa,
tetap bersabar di bawah tekanan yang hebat dalam pemeriksaan silang, untuk
menghindari perdebatan dengan pengacara pihak lawan dan untuk menjelaskan
secara sederhana kepada hakim tanpa bersikap merendahkan diri adalah sifat
yang penting. Tidak adanya hal-hal tersebut akan menyebabkan dikeluarkannya
ahli yang diakui dari pertimbangan sebagai saksi ahli. Lebih dari itu, penasehat
teknis di belakang layar harus juga memiliki kualitas ini, karena dia harus
bekerja secara akrab dengan anggota lain dari tim investigasi, seringkali di
bawah tekanan.

Menentukan sikap dan tingkah laku profesional dapat menjadi hal yang rumit.
Kesan pertama selama wawancara dan pembahasan awal tentang kasus adalah
penting, sebagaimana halnya penilaian melalui referensi atau oleh pihak luar
lainnya. Namun demikian, semua observasi ini kegunaannya terbatas. Ketertiban

LPFA – Pelatihan Fraud Auditing 2 58


Modul-4

dalam memainkan peran awal dalam proses dengan investigator atau pihak
penuntut yang melakukan interogasi atau pemeriksaan silang akan memberikan
informasi yang berguna mengenai reaksi ahli di bawah tekanan dan tanggapan
terhadap tantangan atas keahliannya. Bersilat kata dalam suatu diskusi dengan
ahli tentang pandangan atau opini mereka atas masalah teknis, atau meminta
mereka untuk membahas kelemahan dalam posisi mereka sendiri, atau menguji
mereka atas subjek di luar bidang keahlian mereka untuk menilai tingkat sampai
di mana mereka berpendirian keras, secara wajar adalah juga merupakan teknik
yang berguna. Secara singkat, tekanan-tekanan bagi ahli, apakah dipandang
sebagai ahli potensial atau tidak, adalah suatu alat yang penting untuk menilai
sikap dan tingkah laku ahli.

f. "Kehadiran" di hadapan suatu kelompok


Kemampuan untuk mengungkapkan ide secara efektif kepada suatu kelompok
adalah suatu kemampuan yang dapat dilatih. Namun demikian, banyak individu,
walaupun berusaha keras, tidak memiliki keahlian ini. Seorang ahli yang
pengetahuannya mengenai suatu bidang teknis adalah baik dan yang dapat
secara efektif menasehati investigator di belakang layar, mungkin memiliki atau
tidak memiliki kemampuan untuk hadir secara efektif di hadapan suatu
kelompok.

Hal ini merupakan suatu ketrampilan yang sangat penting pada setiap saksi ahli;
bagi saksi ahli yang potensial, penyaringan awal terhadap adanya ketrampilan
ini, dan kesempatan praktik untuk meningkatkannya bagi kepentingan
pengadilan, adalah merupakan suatu keharusan. Namun demikian, kemampuan
untuk membuat presentasi yang efektif kepada kelompok mungkin juga
merupakan kelengkapan yang diperlukan oleh penasehat teknis di belakang
layar, hal ini harus dipertimbangkan dalam penggunaan setiap ahli.

Penasehat dalam tahap investigasi atau pra pengadilan dari kasus-kasus yang
rumit mungkin dipanggil untuk memberikan sesi orientasi atas aspek-aspek
teknis kasus tersebut kepada suatu kelompok besar investigator dan penasehat

LPFA – Pelatihan Fraud Auditing 2 59


Modul-4

teknis lainnya. Hal ini mengharuskan ahli agar efektif dalam presentasi
kelompok. Sebagai tambahan, identitas penasehat teknis harus diperkenalkan
kepada pembela pada tahap pra pengadilan, tergantung pada sifat hubungan
mereka dengan pemerintah dan peran mereka dalam kasus tersebut, mereka
mungkin dipanggil secara tertulis untuk memberikan kesaksian. Hal ini akan
mengharuskan mereka memiliki kemampuan yang sama untuk secara efektif
menarik perhatian suatu kelompok seperti jika mereka ditunjuk oleh pemerintah
sebagai saksi ahli yang potensial.

g. Kemampuan untuk menjelaskan masalah-masalah teknis dalam istilah


awam
Suatu dasar yang kuat dalam bidang keahlian mereka dan kemampuan untuk
membuat presentasi kelompok yang efektif adalah tidak berarti jika penasehat
teknis tidak mampu untuk menyederhanakan masalah-masalah teknis yang
rumit sehingga orang awam yang terpelajar dapat memahaminya. Justru, hal ini
merupakan keahlian yang paling mendasar yang harus dimiliki penasehat teknis
atau saksi ahli. Kemampuan untuk membuat hal-hal teknis dapat dimengerti oleh
anggota tim investigasi atau tim penuntut adalah hal yang kritis dalam
kemampuan mereka untuk menegakkan teori yang logis mengenai kasus
tersebut dan untuk melaksanakan suatu strategi yang efektif untuk memecahkan
kasus dan atau memperoleh suatu keyakinan. Demikian pula, kemampuan untuk
menjelaskan hal-hal teknis yang penting kepada hakim tanpa rasa bingung atau
rendah diri akan berdampak langsung kepada suatu putusan yang
menguntungkan.

Jika ahli telah melakukan konsultansi lain sebelumnya atau pernah menjadi saksi
ahli, penentuan apakah mereka memiliki keahlian ini harus dengan mudah
dibuktikan dengan melakukan suatu pengecekan referensi yang seksama.
Namun demikian, dengan tidak adanya pengalaman sebelumnya, suatu teknik
yang efektif akan mengharuskan calon ahli untuk menerangkan kepada suatu
kelompok staf kantor yang awam mengenai arti dari beberapa istilah atau
konsep teknis yang dipilih pewawancara. Jika staf kantor tidak dapat memahami

LPFA – Pelatihan Fraud Auditing 2 60


Modul-4

penjelasan ahli, berarti orang awam lain dalam tim investigasi atau hakim juga
tidak akan memahaminya. Ada atau tidak adanya keterampilan komunikasi antar
perseorangan yang kuat dari ahli adalah secara umum diakui sebagai suatu
faktor kunci dalam kelayakan penggunaan ahli.

h. Tingkah laku dan keanehan


Perbedaan-perbedaan akan mengalihkan perhatian. Tingkah laku yang aneh,
cara berpakaian yang tidak biasa, dan aspek-aspek kepribadian lain dari ahli
cenderung mengalihkan perhatian dari pesan yang disampaikan. Penggunaan
humor yang keterlaluan atau vulgar pada saat yang tidak tepat dan
ucapan-ucapan yang menghina rival profesional, menjauhkan pendengar dan
membuat mereka menentang pembicara dan oleh karena itu menentang pesan
yang disampaikan. Hal-hal yang dapat mengalihkan perhatian semacam itu
bagaimanapun juga harus dihilangkan dalam kedudukan sebagai saksi ahli yang
potensial, baik dengan mengubah perilaku mereka atau mengganti saksi ahli.
Sekali lagi, karena penasehat teknis di belakang layar dalam kondisi tertentu
dapat dipanggil secara tertulis untuk memberikan kesaksian, kualitas-kualitas
yang dipersyaratkan di atas ini tidak hanya dibatasi semata-mata pada saksi ahli
yang ditunjuk.

B. Sumber-sumber untuk Penentuan Saksi Ahli


Penasehat teknis yang digunakan dalam kasus-kasus kriminal dapat dipilih atau diambil
dari sejumlah sumber. Sumber-sumber tersebut meliputi berikut ini:
1. Sumber-sumber di kantor sendiri (in-house)
2. Badan-badan pelaksana undang-undang
3. Badan-badan pemerintah pusat atau lokal
4. Badan-badan registrasi, sertifikasi, dan perijinan pusat dan lokal
5. Asosiasi profesi pelaksana undang-undang
6. Asosiasi profesi dalam bidang pengetahuan ahli yang dibutuhkan
7. Organisasi yang menjadi korban

LPFA – Pelatihan Fraud Auditing 2 61


Modul-4

8. Pabrikan/penjual dan organisasi pelayanan yang menyediakan peralatan atau jasa


perantara bagi korban
9. Organisasi dalam bidang kegiatan dan industri korban
10. Pusat penelitian dan wilayah universitas
11. Perusahaan konsultan swasta yang mempunyai spesialisasi dalam bidang tersebut
Penetapan sumber yang akan digunakan dalam mencari seorang ahli dengan bidang
keahlian khusus akan ditentukan oleh gabungan beberapa faktor
12. Pengalaman sebelumnya dalam mendapatkan ahli
13. Hubungan yang pernah ada dengan badan-badan lain dan sumber penyedia ahli
14. Fakta-fakta dan kondisi setiap kasus

C. Membedakan Lingkup Kompetensi yang Sesungguhnya


Pertimbangan akhir dalam memilih seorang ahli ditawarkan sebagai suatu "kejelian".
Pastikan secara tepat bidang keahlian apa dari penasehat lain yang dibutuhkan oleh tim
investigasi dan bedakan secara seksama antara berbagai bidang keahlian teknis pada
saat menyeleksi konsultan tertentu. Sebagai contoh, keputusan untuk menggunakan
seorang programer EDP, auditor EDP, dan spesialis keamanan komputer sebagai tim inti
dan penasehat teknis pihak luar pada saat menangani suatu kasus kejahatan yang
berkaitan dengan komputer yang rumit akan merupakan suatu keputusan yang umum.
Namun demikian, pemilihan seorang programer yang ahli dalam bahasa pemrograman
dari perusahaan yang menjadi korban akan sama pentingnya. Penentuan seorang
programer dan auditor EDP yang mengenal aplikasi bisnis teknologi komputer dalam
bidang atau industri korban akan diperlukan. Ketika memilih seorang konsultan
keamanan komputer, anda harus menentukan apakah anda membutuhkan seorang
spesialis keamanan secara fisik, spesialis keamanan data, atau keduanya. (Sebagian
besar konsultan keamanan komputer tidak ahli dalam kedua bidang tersebut).
Contoh-contoh tersebut dapat diperluas hampir tidak terbatas.

Membedakan bidang keahlian khusus harus dirangkaikan dengan membedakan lingkup


yang sesungguhnya dari kompetensi konsultan, konsultan ahli yang ditentukan dari
bidang lain yang tidak dia kuasai. Proses ini menjadi lebih sulit karena ahli dalam suatu

LPFA – Pelatihan Fraud Auditing 2 62


Modul-4

bidang sering tidak menyadari atau enggan mengakui keterbatasan keahlian mereka.
Dalam situasi demikian, wakil dari organisasi yang menjadi korban atau pabrikan atau
penjual dari peralatan perangkat keras dan perangkat lunak komputer yang terlibat
dalam kejahatan mungkin merupakan petunjuk terbaik mengenai keahlian pihak luar
apa yang secara tepat dibutuhkan dan tipe orang apa yang mungkin memiliki
kemampuan yang dibutuhkan. Konsultasi dengan pihak penuntut atau investigator
kejahatan komputer yang berpengalaman, apakah mereka lokal atau dari wilayah
hukum lain, dapat memberikan informasi yang berguna mengenai ketentuan-ketentuan
hukum atas jaminan nasehat teknis pihak luar.

LPFA – Pelatihan Fraud Auditing 2 63

Anda mungkin juga menyukai