Anda di halaman 1dari 11

KOMPETENSI PENELITIAN TINDAKAN KELAS GURU SMP DIY

Sukidjo
Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Yogyakarta
email: sukidjo_uny@yahoo.com

Abstrak: Penelitian bertujuan untuk mendeskripsikan kompetensi guru SMP dalam Penelitian
Tindakan Kelas (PTK). Subjek penelitian adalah para guru peserta kegiatan sosialisasi kurikulum
2013 oleh Direktorat Pendidikan Dasar dan Menengah Depdikbud di Yogyakarta. Subjek penelitian
adalah 55 orang guru SMP dari Kabupaten Gunung Kidul dan Sleman. Penelitian menggunakan
pendekatan survei. Pengumpulan data menggunakan kuesioner dan dokumentasi, sedang analisis data
menggunakan teknik kualitatif dan kuantitatif. Analisis kualitatif berupa narasi, sedang analisis
kuantitatif digunakan uji-t. Hasil penelitian menunjukkan bahwa guru SMP di DIY: (1) memiliki
tingkat kompetensi PTK dalam kategori sedang khususnya tingkat penguasaan teoretik, kemampuan
kognitif, dan kemampuan teknis: (2) tidak ada perbedaan tingkat kompetensi PTK antara guru
golongan III dengan golongan IV: (3) guru yang pernah melakukan PTK memiliki kemampuan
kognitif dan pengalaman yang berbeda dibandingkan guru yang belum pernah melakukan PTK; (4)
tidak ada perbedaan penguasaan teoretis, kemampuan kognitif, kemampuan teknis yang disebabkan
oleh masa kerja.

Kata Kunci : kompetensi, penelitian tindakan kelas, guru SMP

JUNIOR HIGH SCHOOL TEACHERS’ COMPETENCE


IN CONDUCTING CLASSROOMACTIONRESEARCH

Abstract: This study was aimed to describe the competence of junior high school teachers in
conducting Classroom Action Research (CAR). The subjects were participants in the socialization of
Curriculum2013 run by the Directorate of Primary and Secondary Education, Department of Edu-
cation in Yogyakarta. The subjects were 55 junior high school teachers from Sleman and Gunung
Kidul regencies. This study used the survey approach. The data were colllected using questionnaires
and documentation. The data were analyzed using the qualitative and quantitative anlayses. The
qualitative analysis was in the form of narrative, while the quantitative analysis used the t-test. The
findings showed that: (1) the teachers’ competence in conducting classroom action research belonged
to the fair category, especially their theoretical mastery level, their cognitive ability, and their tech-
nical ability; (2) there was no significant difference in the competence in conducting classroom action
research between the third rank teachers and the fourth rank teachers; (3) teachers who had conducted
classroom action research had different cognitive competences and experience from those who had not
conducted classroom action research; (4) there was no significant difference in the theoretical mastery,
cognitive competence, and technical ability due to working experience.

Keywords: competence,Classroom Action Research

PENDAHULUAN SDM yang berkualitas akan mampu mengem-


Salah satu faktor yang menentukan bangkan ilmu pengetahuan dan menciptakan
kemajuan suatu negara adalah kualitas sumber teknologi yang sangat berguna untuk mengolah
daya manusia (SDM). Manusia sebagai faktor sumber daya alam guna meningkatkan pen-
produksi memiliki sejumlah potensi yang harus dapatan nasional dan kesejahteraan masyarakat.
dikembangkan melalui pendidikan agar me- SDM yang berkualitas akan memiliki sikap
miliki produktivitas yang optimal. Tersedianya entrepreneur yang tinggi sehingga dapat meng-
SDM yang berkualitas merupakan modal yang hasilkan produk dan jasa yang optimal. Oleh
sangat penting dalam pembangunan nasional. sebab itu, kualitas SDM dapat dipandang

368
369

sebagai salah satu kunci kemajuan suatu negara. Menghadapi keadaan tersebut, pemerin-
Untuk meningkatkan kualitas SDM diperlukan tah berusaha keras untuk meningkatkan mutu
pendidikan. Pembicaraan masalah pendidikan guru. Berbagai kegiatan untuk meningkatkan
tidak akan lepas dari peran guru. Guru kualitas guru telah dilakukan, misalnya melalui
merupakan salah satu komponen yang sangat seminar, workshop, pelatihan, difungsikannya
penting bahkan menentukan dalam proses Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP),
mencerdaskan kehidupan bangsa. Bangsa yang serta kesempatan untuk studi lanjut S2 dan S3.
cerdas adalah bangsa yang memiliki SDM yang Undang-Undang No. 14 Tahun 2005 tentang
berkualitas, SDM yang unggul, yang memiliki Guru dan Dosen merupakan bukti nyata ke-
kemampuan dan keterampilan tinggi serta sikap sungguhan pemerintah untuk meningkatkan
yang positif. Guru memiliki posisi sentral profesionalisme dan kesejahteraan guru. Ber-
dalam meningkatkan kualitas SDM. dasarkan UU No.14 Tahun 2005 tersebut ja-
Guru memegang peranan penting dalam batan guru diposisikan sebagai profesi yang
pendidikan khususnya dalam pendidikan for- bermartabat sebagai pendidik profesional. Da-
mal. Guru menentukan keberhasilan pendidikan lam pasal 1 UU No.14 Tahun 2005, secara te-
melalui proses pembelajaran. Bahkan, guru gas disebutkan bahwa guru adalah pendidik
dipandang sebagai komponen yang paling ber- profesional dengan tugas utama mendidik,
pengaruh terhadap terciptanya proses dan hasil mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih,
pendidikan yang berkualitas (Khotijah, 20l3: menilai dan mengevaluasi peserta didik pada
91). Mengingat sedemikian penting peran guru pendidikan anak usia dini jalur pendidikan
dalam meningkatkan SDM, guru dituntut untuk formal, pendidikan dasar dan pendidikan me-
selalu meningkatkan kualitas kompetensinya nengah. Selanjutnya, dalam pasal 4 disebutkan
sehingga benar-benar mampu sebagai guru bahwa kedudukan guru sebagai tenaga profesio-
yang profesional. Namun demikian, kualitas nal berfungsi untuk meningkatkan martabat dan
dan kompetensi guru di Indonesia belum sesuai peran guru sebagai agen pembelajaran ber-
dengan harapan. fungsi untuk meningkatkan mutu pendidikan
Dilihat dari segi kualifikasi pendidikan, nasional (UU No.14 Tahun 2005). Konsekuen-
dari 2,92 juta guru yang berpendidikan S1 atau si guru sebagai tenaga profesional, maka guru
lebih baru 51% dan 49% belum berpendidikan harus senantiasa meningkatkan kompetensinya
S1 (Kompas, 7 Maret 2012). Kualitas pendidik dalam rangka meningkatkan mutu pembelajaran
yang belum menggembirakan diakui oleh Men- pada khususnya dan mutu pendidikan nasional
dikbud dan dibuktikan dari hasil uji kompetensi pada umumnya.
awal yang nilainya rendah. Hasil uji kompetensi Berdasarkan Undang-Undang RI Nomor
awal terhadap 281.016 guru TK hingga SMA/ 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
SMK ternyata nilai rata-rata nasionalnya 42,25, Nasional, Undang-Undang No.14 Tahun 2005
bahkan hasil uji kemampuan pengawas lebih tentang Guru dan Dosen, dan Peraturan
rendah (Kompas, 24 April 2012). Rendahnya Pemerintah No. 19 Tahun 2005 tentang Standar
mutu guru juga terjadi di sekolah–sekolah yang Nasional Pendidikan menegaskan bahwa guru
dulu dikenal sebagai Rintisan Sekolah Bertaraf merupakan pendidik profesional. Dengan di-
Internasional (RSBI). Berdasarkan data Balit- terapkannya UU No. 14 Tahun 2005, guru me-
bang Dikbud, bahwa kemampuan berbahasa miliki dua kedudukan, yaitu sebagai tenaga pro-
Inggris guru Biologi, Matematika, Kimia dan fesional dan sebagai agen pembelajaran. Se-
Fisika yang memenuhi standar sebagai bahasa bagai tenaga profesional guru berfungsi untuk
akademik dengan skor minimal 800 hanya 1- meningkatkan martabat, sebagai agen pembe-
2,9% dari guru RSBI, dan guru Bahasa Inggris lajaran guru berfungsi untuk meningkatkan
yang memiliki skor 800 ke atas hanya 5,6% mutu pendidikan nasional. Guru sebagai pro-
(Suwarjo, 2013: 435). fesional mengandung pengertian bahwa peker-
jaan guru hanya dapat dilakukan oleh seseorang

Cakrawala Pendidikan, Oktober 2014, Th. XXXIII, No. 3


370

yang mempunyai kualifikasi akademik, kom- lain memiliki landasan pengetahuan yang kuat,
petensi dan sertifikat pendidik. Kualifikasi aka- berdasar atas kompetensi individual, memiliki
demik yang dipersyaratkan bagi guru adalah sistem seleksi dan sertifikasi, ada kerjasama dan
serendah-rendahnya berpendidikan S1 atau D4. kompetisi yang sehat antar sejawat, adanya
Guru sebagai agen pembelajaran, nampak kesadaran profesional yang tinggi, memiliki
dalam perannya sebagai fasilitator, motivator, militansi individual (Suyanto, 2007:4). Hasil
pemacu, perekayasa pembelajaran dan pemberi penelitian yang dilakukan oleh Widoyoko
inspirasi belajar pada anak didiknya. Sebagai (2005) terhadap 40 guru di Kabupaten Pur-
agen pembelajaran guru harus memiliki se- worejo Jawa Tengah menunjukkan bahwa (1)
jumlah kompetensi. kompetensi guru SMA di Purwarejo 17,5% ber-
Secara sederhana kompetensi menunjuk ada dalam ketgori tinggi, 65% kategori cukup
pada orang yang memiliki kemampuan dan dan 17,5% kategori rendah; (2) pengalaman
kecakapan. Kompetensi tidak lain merupakan mempunyai pengaruh terhadap kompetensi,
performan yang mengarah kepada pencapaian dimana guru yang mempunyai pengalaman
tujuan secara tuntas menuju kondisi yang di- tinggi semuanya memiliki kompetensi yang
inginkan. Sementara itu, dalam UU No.14 Ta- cukup dan tidak ada yang kompetensinya ren-
hun 2005, disebutkan bahwa kompetensi adalah dah; (3) etos kerja memberikan kontribusi po-
seperangkat pengetahuan, keterampilan dan sitif terhadap kompetensi, dimana guru yang
perilaku yang harus dimiliki, dihayati, dan di- memiliki etos kerja tinggi memiliki kompetensi
kuasai oleh guru atau dosen dalam melaksana- yang tinggi, sedangkan guru yang etos kerja
kan tugas keprofesionalan. Kompetensi guru dalam kategori cukup kompetensinya relatif
sebagai agen pembelajaran meliputi kompetensi rendah (Widoyoko, 2005:374-380).
pedagogik, kompetensi profesional, kompetensi Guru profesional dituntut untuk selalu
kepribadian dan kompetensi sosial. Kompetensi mengembangkan diri dalam rangka memperta-
pedagogik merupakan kemampuan guru dalam hankan dan meningkatkan profesionalismenya.
mengelola pembelajaran, meliputi penguasaan Permeneg PAN & RB No.16 Tahun 2009 ten-
teori pembelajaran, kemampuan memahami tang Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan
peserta didik serta mampu dalam proses pem- (PKB), menyebutkan bahwa guru wajib melak-
belajaran. Kompetensi profesional merupakan sanakan kegiatan Pengembangan Keprofesian
kemampuan guru untuk menguasai materi pe- Berkelanjutan (PKB) yang terdiri atas pengem-
lajaran secara luas dan mendalam. Kompetensi bangan diri, publikasi ilmiah dan karya inovatif.
kepribadian merupakan kemampuan guru yang Pengembangan diri dapat dilakukan melalui
tercermin sebagai pribadi yang mantap, ber- studi lanjut (S2/S3), mengikuti seminar, work-
akhlak mulia, arif dan berwibawa serta mampu shop dan kegiatan MGMP. Kegiatan publikasi
menjadi teladan bagi peserta didiknya. Kom- ilmiah antara lain presentasi dalam forum il-
petensi sosial merupakan kemampuan guru miah, publikasi ilmiah hasil penelitian khusus-
untuk menjalin komunasi dan interaksi secara nya Penelitiaan Tindakan Kelas (PTK), publi-
efektif terhadap peserta didik, sesama guru, kasi buku pelajaran, buku pengayaan dan pe-
orangtua dan masyarakat sekitar. doman guru. Kegiatan karya inovatif antara
Profesionalisme guru dibuktikan dengan lain: menemukan teknologi tepat guna, mencip-
sertifikat pendidik yang diperoleh melalui Pe- takan karya seni, membuat alat peraga/prak-
nilaian portofolio ataupun jalur pendidikan. tikum dan mengikuti pengembangan penyusun-
Dalam menghadapi abad ke-21 ini, guru di- an standar pedoman maupun soal. PKB dilak-
tuntut memiliki profesionalitas yang tinggi. sanakan dalam upaya mewujudkan guru yang
Dalam abad ke-21, guru adalah seorang pro- profesional, bermantabat dan sejahtera sehingga
fesional di dalam masyarakat terbuka dan se- mampu mewujudkan tujuan pendidikan na-
bagai profesi yang kompetitif (Tilaar, 1999: sional. Salah satu kegiatan pengembangan pro-
240). Adapun ciri guru yang profesional antara fesi yang dilakukan guru adalah melaksanakan

Kompetensi Penelitian Tindakan Kelas Guru SMP DIY


371

Penelitian Tindakan kelas (PTK). Permasalahan Kemmis & Taggart (1988:31) menyata-
yang ada adalah bagaimana tingkat kompetensi kan bahwa pelaksanaan penelitian tindakan
guru SMP dalam penelitian tindakan kelas? mencakup empat langkah, yaitu: merumuskan
PTK merupakan penelitian yang dilaku- masalah dan merencanakan tindakan; melak-
kan guru di kelas dengan tujuan untuk mem- sanakan tindakan dan pengamatan dan moni-
perbaiki dan menyempurnakan proses dan prak- toring; refleksi hasil pengamatan dan perubah-
sis pembelajaran. Kelas sebagai unit terkecil an/revisi perencanaan untuk pengembangan
dalam proses pembelajaran, dapat digunakan selanjutnya. Tahapan dalam penelitian tindakan
sebagai titik tolak guru untuk mendalami secara sebagai tahapan spiral, dimana setiap spiral
kritis terhadap apa yang dilakukan guru mau- memiliki planning, action dan evaluasi pada se-
pun siswa selama pembelajaran. Oleh sebab itu, tiap akhir tindakan sehingga yang harus dilaku-
guru dapat menentukan sendiri tindakan untuk kan penelitian tindakan adalah: to develop a
memperbaiki strategi pembelajarannya secara plan of action to improve what is already hap-
terus menerus sehingga mutu pembelajarannya pening; to act to implement the plan; to observe
semakin meningkat. Sehubungan dengan itu, the effect of action in the context in which it
Suyadi (2011:18) berpendapat bahwa PTK me- occurs; and to reflect on these effects as a basis
rupakan pencermatan dalam bentuk tindakan for futher planning (Kemmis & Taggart, 1988:
terhadap kegiatan belajar yang sengaja dimun- 7). Hal senada dikatakan oleh Asmani bahwa
culkan dan terjadi dalam sebuah kelas secara PTK merupakan penelitian melalui proses
bersamaan. Perlunya PTK didasarkan adanya pengkajian bersiklus yang terdiri atas empat
kesadaran guru bahwa ada permasalahan pem- tahapan, yaitu planning, action, observation
belajaran yang mendesak untuk segera diper- dan reflection (Asmani, 2011:25).
baiki melalui suatu tindakan dalam rangka per-
baikan kualitas proses belajar mengajar. METODE
Di lain pihak PTK merupakan upaya Penelitian ini merupakan penelitian sur-
kolaboratif antara guru dan siswa sebagai satu- vei dan dimaksudkan untuk memotret kompe-
an kerjasama dengan perspektif yang berbeda, tensi guru SMP DIY terhadap PTK. Populasi
bagi guru dimaksudkan untuk meningkatkan penelitian ini adalah guru-guru SMP di Daerah
mutu profesionalnya dan bagi siswa dimaksud- Istimewa Yogyakarta. Untuk menentukan sam-
kan untuk meningkatkan prestasi belajarnya. pel digunakan purposive sampling, yaitu guru-
PTK bersifat self-evaluatif, yaitu kegiatan mo- guru yang mengikuti kegiatan IHT sosialisasi
difikasi praksis yang dilakukan secara kontinyu, Kurikulum 2013 yang dilaksanakan oleh Direk-
dievaluasi dalam situasi yang terus berjalan torat Pendidikan Dasar Depdikbud. Sampel di-
dengan tujuan untuk meningkatkan perbaikan ambil secara purposif karena lebih cocok di-
dan praktek nyata. PTK dapat dipandang se- gunakan untuk penelitian kualtatif dan pene-
bagai salah satu cara yang strategis dalam mem- litian yang tidak melakukan generalisasi (Sugi-
perbaiki dan meningkatkan layanan pendidikan, yono, 2010:124). Responden dari SMP Daerah
meningkatkan kualitas program sekolah secara Istimewa Yogyakarta dari Kabupaten Gunung
keseluruhan dalam masyarakat yang cepat ber- Kidul: yaitu guru SMPN 1 Tanjungsari; SMPN
ubah. Tim Pelatih UNY (2000:5) berpendapat 1 Purwasari; SMPN1 Gedangsari, SMPN 2
bahwa tujuan yang ingin dicapai dengan adanya Karangmojo; SMPN 2 Nglipar; SMP PGRI
PTK adalah meningkatkan praktek pembelajar- Semanu, dan Kabupaten Sleman yaitu SMPN 2
an secara berkesinambungan; mengembangkan Ngemplak dan SMP Muhammadiyah Mlati,
kemampuan guru untuk menghadapi perma- yang semuanya berjumlah 55 orang.
salahan aktual pembelajaran di kelasnya dan Pengumpulan data digunakan kuesioner
menumbuhkan budaya meneliti di kalangan dan dokumentasi. Instrumen penelitian disusun
guru atau pendidik berdasarkan aspek tingkat pengetahuan teoretik,
tingkat kemampuan kognitif, tingkat kemampu-

Cakrawala Pendidikan, Oktober 2014, Th. XXXIII, No. 3


372

an teknis, dan pengalaman. Dari hasil uji coba perempuan, 96% berpendidikan S1 dan hanya
diketahui bahwa instrumen tersebut valid, 4% yang berpendidikan S2. Dilihat dari segi
karena hasil perhitungan diperoleh koefisien umur dan masa kerja, data responden disajikan
validitasnya 0,30 atau lebih. Sementara itu, uji dalam Tabel 1.
relibalitas dengan menggunakan Alpha Cron- Sebagian besar guru SMP di DIY ber-
bach diperoleh hasil sebagai berikut koefisien umur antara 31- 50 tahun, dengan masa kerja
alpha untuk aspek (1) tingkat pengetahuan teo- antara 6 – 20 tahun. Selanjutnya, jika ditinjau
retik sebesar 0,897; (2) tingkat kemampuan dari segi masa kerja dan golongan kepangkatan,
kognitif sebesar 0,885; (3) tingkat kemampuan dapat dilihat dalam Tabel 2.
teknis sebesar 0.840; dan (4) pengalaman se- Guru golongan IIIa dan IIIb dikelompok-
besar 0,818. Berdasarkn hasil uji coba tersebut kan sebagai guru yunior dan golongan IVa dan
diketahui bahwa instrumen yang akan diguna- IVb sebagai guru senior, maka dapat diketahui
kan untuk mendekti tingkat kompetensi PTK bahwa perbandingan antara guru yunior dengan
valid dan reliabel, maka instrumen tersebut guru senior ternyata berimbang, yaitu guru
layak atau telah memenuhi persyaratan uji yunior 41%, guru senior 45% dan selebihnya
validitas dan reliabilitas untuk digunakan da- guru golongan IIIc dan IIId.
lam penelitian ini. Analisis data untuk menge- Selanjutnya, bagaimana hubungan antara
tahui perbedaan tingkat kompetensi PTK guru umur dengan kepangkatan/golongan, apakah
digunakan T-test. guru yang memiliki umur yang panjang me-
miliki kepangkatan /golongan yang tinggi atau
HASIL DAN PEMBAHASAN sebaliknya, disajikan dalam Tabel 3.
Hasil
Berdasarkan data yang dikumpulkan di-
ketahui bahwa 54,5% guru laki-laki dan 45,5%

Tabel 1. Keadaan Guru SMP DI DIY Berdasarkan Umur dan Masa Kerja
Umur Masa kerja (tahun) Total Persen
(th) 1-5 6-10 11-15 16-20 21-25 26-30 31-35
20 - 25 1 0 0 0 0 0 0 1 1.81
26 - 30 2 2 0 0 0 0 0 4 7.27
31 - 35 1 2 0 0 0 0 0 3 5.45
36 - 40 1 8 1 0 0 0 0 10 18.18
41 - 45 0 4 6 7 0 0 0 17 30.91
46 - 50 0 0 1 6 2 2 0 11 20.00
51 - 55 0 0 0 1 0 2 1 4 7.27
56 - 60 0 0 0 1 2 2 0 5 9.10
Total 5 16 8 15 4 6 1 55
% 9.09 29.09 14.55 27.27 7.27 10.91 1.81 100

Tabel 2. Keadaan Guru SMP DIY Berdasarkan Masa Kerja dan Golongan
Masa kerja Golongan Total Persen
IIIa IIIb IIIc IIId IVa IVb
1 - 5 tahun 5 0 0 0 0 0 5 9.09
6 - 10 tahun 8 8 0 0 0 0 16 29.09
11 - 15 tahun 1 1 0 3 2 1 8 14.55
16 - 20 tahun 0 0 2 2 11 0 15 27.27
21 - 25 tahun 0 0 0 0 4 0 4 7.27
26 - 30 tahun 0 0 0 0 6 0 6 10.91
31 - 35 tahun 0 0 0 0 1 0 1 1.81
Total 14 9 2 5 24 1 55
Persen 25.45 16.36 3.64 9.09 43.64 1.81 100.00

Kompetensi Penelitian Tindakan Kelas Guru SMP DIY


373

Tabel 3. Hubungan Umur dengan Kepangkatan/Golongan Guru


Umur Golongan Jumlah Persen
III a III b III c III d IV a IV b
20 – 25 tahun 1 0 0 0 0 0 1 1.81
26 – 30 tahun 3 1 0 0 0 0 4 7.27
31 – 35 tahun 1 2 0 0 0 0 3 5.45
36 – 40 tahun 6 3 0 1 0 0 10 18.18
41 – 45 tahun 2 3 2 3 6 1 17 30.91
46 – 50 tahun 1 0 0 1 9 0 11 20.00
51 – 55 tahun 0 0 0 0 4 0 4 7.27
56 – 60 tahun 0 0 0 0 5 0 5 9.09
Jumlah 14 9 2 5 24 1 55
Persen 25.45 16.36 3.63 9.09 43.64 1.81 100

Tabel 4. Hubungan Kepangkatan /Golongan Guru dengan Pengalaman PTK


Golongan Pernah PTK
Belum Pernah Pernah PTK Jumlah Persen
Golongan III a 12 2 14 25.45
Golongan III b 8 1 9 16.36
Golongan III c 1 1 2 3.63
Golongan III d 2 3 5 9.09
Golongan IV a 9 15 24 43.64
Golongan IV b 0 1 1 1.81
Jumlah 32 23 55
Persen 58.19 41.81 100

Tabel 5. Hubungan Jenjang Pendidikan dan PTK Guru SMP DIY


Pendidikan Pernah Melakukan PTK Jumlah Persen
Belum Pernah Pernah
Pendidikan S 1 32 21 53 96.36
Pendidikan S 2 0 2 2 3.64
Jumlah 32 23 55
58.18 41.82 100

Ditinjau dari segi umur, diketahui bahwa Jumlah guru yang berpendidikan S1 se-
sebanyak 38 (69%) orang guru berumur antara banyak 96% orang dan hanya 4% yang berpen-
36–50 tahun, sebanyak 8 orang (15%) berumur didikan S2. Secara keseluruhan terdapat 41%
antara 20-35 tahun dan 9 orang (16%) berumur guru yang pernah PTK dan 58% belum pernah
51-60 tahun. Ditinjau dari kepangkatan/golong- PTK. Guru yang berpendidikan S1 yang pernah
an, 55% guru yang memiliki kepangkatan/go- melakukan PTK sebanyak 21 orang (40%),
longan III dan 45% guru golongan IV. sedangkan guru yang berpendidikan S2 semua-
Sebanyak 32 orang (58%) belum pernah nya pernah melakukan PTK.
melakukan PTK dan hanya 23 orang (42%) Untuk mengukur tingkat kompetensi
pernah PTK. Jika dikaitkan dengan kepang- PTK, digunakan 60 butir pernyataan sebagai
katan/golongan, terdapat 16 orang (29%) guru penjabaran dari 6 komponen, yaitu komponen :
golongan IV pernah melakukan PTK, sedang- tingkat penguasaan teoretis, tingkat kemampuan
kan untuk guru golongan III yang pernah kognitif, kemampuan teknis, pengalaman, ting-
melakukan PTK hanya 7 orang (13%). kat kesulitan dan faktor pendukung. Butir-butir
pernyataan disusun menggunakan model skala

Cakrawala Pendidikan, Oktober 2014, Th. XXXIII, No. 3


374

Likert dengan 4 alternatif jawaban. Adapun tahun dan tertinggi 32 tahun. Selanjutnya untuk
hasil yang diperoleh disajikan dalam Tabel 6. mengetahui ada tidaknya perbedaan masa kerja
Selanjutnya, untuk mengetahui perbedaan ting- terhadap kompetensi PTK, masa kerja dikelom-
kat kompetensi dilihat dari karakteristik ma- pokkan menjadi dua kelompok masa kerja,
sing-masing responden, dilakukan uji t dengan yaitu kurang dari 15 tahun dan lebih dari 15 ta-
hasil yang ditunjukkan pada Tabel 7. hun. Hasil uji t perbedaan masa kerja terhadap
Guru yang memiliki pangkat/golongan tingkat kompetensi PTK guru disajikan dalam
III, jabatan fungsionalnya adalah Guru Pratama Tabel 8.
dan kelompok Guru Muda, dengan pangkat Uji t menunjukkan bahwa tidak ada per-
tertinggi sebagai Penata Tingkat I, sedangkan bedaan penguasaan teoretis, kemampuan kog-
guru yang memiliki pangkat/golongan IVa, IVb nitif, kemampuan teknis yang disebabkan oleh
dan IVc, jabatan fungsionalnya termasuk ke- masa kerja. Hal ini ditunjukkan oleh nilai t yang
lompok Guru Madya, dan pangkat tertinggi tidak signifikan (p > 0.05). pada komponen
adalah Pembina Tk.I. Berdasarkan uji t yang pengalaman memiliki nilai t yang signifikan
disajikan dalam tabel 7, ternyata nilai t untuk (P< 0.05), yang berarti terdapat perbedaan yang
semua komponen kompetensi PTK tidak signi- signifikan. Dengan demikian, guru yang memi-
fikan (p >0.05). Hal ini berarti tingkat pe- liki masa kerja lebih dari 15 tahun memiliki
nguasaan teoretis, kemampuan kognitif, ke- pengalaman yang lebih dibandingkan guru yang
mampuan teknis dan pengalaman guru golong- masa kerjanya kurang dari 15 tahun. Selanjut-
an III dengan IV tidak berbeda. Dengan kata nya, untuk mengetahui ada tidaknya perbedaan
lain, tidak ada perbedaan tingkat kompetensi tingkat kompetensi PTK antara guru yang
PTK antara guru golongan III dan IV. pernah melakukan PTK dengan yang belum
Ditinjau dari masa kerja, diketahui masa pernah, disajikan dalam Tabel 9.
kerja terendah guru SMP di DIY terendah satu

Tabel 6. Tingkat Kompetensi PTK Guru SMP di DIY


No. Aspek Kategori
Tinggi Sedang Rendah
1. Tingkat Penguasaan Teoretik 13% 87% 0
2. Tingkat Kemampuan Kognitif 0 100% 0
3. Tingkat Kemampuan Teknis 0 86% 14%
4. Pengalaman 25% 75% 0
5. Tingkat Kesulitan 37% 63% 0
6. Faktor Pendukung 64% 36% 0

Tabel 7. Perbedaan Tingkat Kompetensi PTK Guru SMP di DIY Dilihat dari Aspek
Kepangkatan
Levene’s Test for Equality of t-test for Equality of
Komponen Golongan/ variances Means
Kepangkatan F Sig. t df
Penguasaan Teoretis Gol. III 0.053 0.819 -2.125 53
Gol. IV -2.109 49.43
Kemampuan Kognitif Gol. III 0.001 0.976 -1.655 53
Gol. IV -1.646 50.04
Kemampuan Teknis Gol. III 0464 0.499 -1.559 53
Gol. IV -1.537 47.67
Pengalaman Gol. III 0.160 0.691 -.502 53
Gol. IV -.504 51.78

Kompetensi Penelitian Tindakan Kelas Guru SMP DIY


375

Tabel 8. Perbedaan Tingkat Kompetensi PTK Guru SMP di DIY Dilihat dari Aspek Masa Ker-
ja sebagai Guru
Levene’s Test for Equality t-test for Equality of
Komponen Masa Kerja of variances Means
F Sig. t df
Penguasaan teoretis Kurang dari 15 th 0.549 0.501 -1.553 53
Lebih dari 15 th -1.572 52.39
Kemampuan Kognitif Kurang dari 15 th 0.174 0.678 -1.597 53
Lebih dari 15 th -1.593 51.86
Kemampuan Teknis Kurang dari 15 th 0.070 0.793 -1.287 53
Lebih dari 15 th -1.287 52.30
Pengalaman Kurang dari 15 th 4.093 0.045 -1.867 53
Lebih dari 15 th -1.840 46.71

Tabel 9. Perbedaan Tingkat Kompetensi PTYK Guru di DIY Dilihat dari Aspek Pengalaman
Melakukan PTK
Levene’s Test for Equality t-test for Equality of
Komponen Pernah PTK of variances Means
F Sig. t df
Penguasaan teoretis Belum Pernah 3.420 0.07 -4.445 53
Pernah -4.710 52.967
Kemampuan Kognitif Belum Pernah 5.044 0.029 -2.105 53
Pernah -2.260 50.04
Kemampuan Teknis Belum Pernah 0.599 0.442 -3.043 53
Pernah -3.199 52.965
Pengalaman Belum Pernah 8.645 0.005 -2.319 53
Pernah -2.483 52.54

Hasil uji t antara pernah tidaknya mela- guru yang telah berumur 46-50 tahun, mereka
kukan PTK terhadap komponen PTK yang be- masih tetap berada pada golongan III a. Jika
rupa penguasaan kognitif, dan pengalaman setiap 4 tahun guru dapat naik pangkat/golong-
memiliki nilai t yang signifikan (p<0.05), se- an, maka kesembilan guru ini seharusnya mere-
dangkan untuk komponen penguasaan teoretis ka sudah berada dalam golongan III d. Berda-
dan kemampuan teknis memiliki nilai t yang sarkan hasil wawancara diketahui bahwa salah
tidak signifikan (p> 0.05). Dengan demikian, satu faktor penyebab guru umur 36-50 tahun
dapat disimpulkan bahwa guru yang pernah ini belum naik pangkat disebabkan mereka
melakukan PTK memiliki kemampuan kognitif tidak memiliki kegiatan pengembangan profesi
dan pengalaman yang berbeda dibandingkan yang salah satunya berupa hasil laporan PTK.
guru yang belum pernah melakukan PTK. Dengan kata lain, tingkat kompetensi
PTK yang dimiliki masih relatif rendah. Ke-
Pembahasan adaan demikian, perlu mendapatkan perhatian
Data menunukkan bahwa terdapat 14 dari kepala sekolah maupun pemerintah daerah
guru yang masih menduduki golongan IIIa, dan untuk memberikan arahan, bimbingan, fasilitas
sebanyak 64% atau sebanyak 9 guru golongan dan kalau perlu sanksi, misalnya ancaman di-
IIIa yang telah berumur 36 -50 tahun. Jika pindahkan dari status guru menjadi tenaga ad-
digunakan asumsi mereka diangkat menjadi ministrasi, atau diturunkan kepangkatannya
guru pada umur 25 tahun, berarti mereka ini kepada guru yang tidak naik pangkat selama 10
sudah 10-15 tahun tidak naik pangkat, karena tahun atau lebih tidak naik pangkat. Namun,
hingga umur 36-40 tahun, bahkan ada seorang hal yang menggembirakan ternyata ada satu

Cakrawala Pendidikan, Oktober 2014, Th. XXXIII, No. 3


376

guru yang baru berumur antara 41-45 tahun yang lebih tinggi dibanding dengan Guru Peata,
telah mencapai golongan IV b. Dari hasil wa- Guru Muda. Berdasarkan data pada Tabel 4
wancara, diketahui bahwa guru memiliki moti- ternyata tidak ada perbedaan tingkat kompe-
vasi yang tinggi, berpendidikan S2, banyak me- tensi PTK antara guru golongan III dengan
lakukan penelitian dan memiliki semangat yang golongan IV, baik dalam penguasaan teoretis,
kuat untuk selalu mengejar prestasi dan ter- kemampuan kognitif, kemampuan teknis mau-
bukti yang bersangkutan pernah mendapatkan pun pengalaman. Temuan ini memperkuat te-
predikat guru teladan nasional. Berkat prestasi muan hasil penelitian tentang “Pembinaan
yang telah dicapai, yang bersangkutan kini Guru Dengan Sisuem Kredit”yang dilakukan
selalu dilibatkan dalam pengembangan kuriku- oleh Sugiyono (2002:131) yang menyimpulkan
lum pada tingkat nasional. Ini dapat dijadikan bahwa tidak terdapat hubungan positif antara
teladan bahwa seorang guru SMP berkat kete- jenjang jabatan fungsional dengan kemampuan
kunan dan semangat tinggi akhirnya mampu kerja guru, guru golongan III memiliki kinerja
berkiprah secara nasional untuk ikut memba- yaang sama dengan guru golongan IV .
ngun dan mengembangkan pendidikan nasional. Berdasarkan hasil uji tingkat kompetensi
Jika dilihat dari pernah tidaknya guru PTK guru dilihat dari aspek masa kerja maupun
melakukan PTK, diketahui bahwa dari 30 guru pernah melakukan PTK, diketahui bahwa tidak
golongan III, hanya 7 orang (23%) yang pernah ada perbedaan tingkat penguasaan teoretis,
melakukan PTK, dimana guru golongan IIIa kemampuan kognitif, dan kemampuan teknis
dan IIId lebih banyak melakukan PTK diban- terhadap tingkat kompetensi PTK guru dengan t
dingkan guru golongan IIIb dan IIIc. Sementara hitung yang tidak signifikan (p>0.05), sedang-
itu, dari 25 guru golongan IV yang pernah me- kan uji untuk komponen pengalaman melaku-
lakukan PTK sebanyak 16 orang (64%), dengan kan penelitian diperoleh p< 0.05. Demikian
rincian golongan IVa sebanyak 15 orang dan data pada Tabel 6 menunjukkan bahwa penga-
satu guru golongan IV b satu orang. Banyaknya laman melakukan penelitian dan kemampuan
guru golongan IVa melakukan PTK, disebab- kognitif memiliki perbedaan siginfikan terha-
kan sebelum terbitnya Permeneg PAN & RB dap tingkat kompetensi PTK guru, ditunjukkan
No.16 tahun 2009, guru yang akan naik ke go- oleh p<0.05. Dengan kata lain, adanya penga-
longan IVa dipersyaratkan memiliki karya pe- laman melakukan penelitian mempengaruhi
ngembangan profesi berupa hasil penelitian. perbedaan tingkat kompetensi PTK guru. Te-
Sementara itu, setelah diterbitkannya Perme- muan ini sejalan dengan hasil penelitian tentang
neg PAN & RB No.16 Tahun 2009, kenaikan ‘Kompetensi Mengajar Guru Ekonomi SMA
pangkat mulai ke III b dan seterusnya dipersya- Kabupaten Purworejo” yang menyimpulkan
ratkan memiliki karya pengembangan profesi. bahwa pengalaman memiliki sumbangan yang
Guru yang memiliki kepangkatan/go- signifikan terhadap kompetensi guru, dimana
longan III dengan golongan IV terhadap tingkat guru yang rendah pengalamannya memiliki
kompetensi PTK guru ternyata tidak signifikat kompetensi dalam kategori kurang (Widoyoko,
(p > 0.05), yang berarti tidak ada perbedaan 2005: 379-380).
tingkat kompetensi PTK guru antara guru go- Dalam rangka mempertahankan dan me-
longan III dengan guru golongan IV baik yang ningkatkan profesionalitas guru, pemerintah
berkaitan dengan penguasaan teoretis, kemam- mewajibkan kepada setiap guru yang telah
puan kognitif, kemampuan teknis maupun memperoleh sertifikasi untuk mengembangkan
pengalaman dalam penelitian yang lain. Dengan profesinya secara berkelanjutan. Hal ini tertu-
kata lain guru golongan III memiliki kemam- ang dalam Permeneg PAN & RB No.16 Tahun
puan PTK yang relatif sama dengan guru go- 2009 tentang Pengembangan Keprofesian Ber-
longan IV. Seharusnya guru golongan IV yang kelanjutan (PKB), disebutkan bahwa guru wajib
memiliki jabatan sebagai Guru Pembina, Guru melaksanakan kegiatan Pengembangan Kepro-
Madya diharapkan memiliki tingkat kompetensi fesian Berkelanjutan. Bahkan, dalam Permeneg

Kompetensi Penelitian Tindakan Kelas Guru SMP DIY


377

PAN & RB tersebut, guru yang akan naik pang- kesulitan untuk sinkronisasi waktu antara pe-
kat ke golongan IIIb diwajibkan memiliki kar- neliti dengan kolaborator, mengingat jadwal
ya pengembangan profesi, misalnya karya Pe- mengajar berbeda antar guru bidang studi se-
nelitian Tindakan Kelas (PTK). Namun, meski- rumpun; (2) kesulitan saat hasil PTK tersebut
pun telah ada peraturan yang mewajibkan guru akan digunakan untuk naik pangkat, yaitu la-
untuk mengembangkan profesi melalui PTK, poran PTK belum dapat diterima oleh Tim Pe-
kenyataan di lapangan masih banyak guru yang nilai Angka Kredit; (3) kesulitan belum dipa-
belum melaksanakan PTK. Dari hasil penelitian haminya gaya selingkung penulisan artikel yang
diketahui bahwa 16 guru (29%) menyatakan diharapkan oleh Tim Penilai angka kredit.
masih menghadapi banyak kendala untuk me-
laksanakan PTK, baik kendala internal (misal- PENUTUP
nya dalam menemukan masalah, mengolah data Berdasarkan pembahasan hasil penelitian
serta tiadanya pendamping atau pembimbing tersebut, dapatlah disimpulkan antara lai, bahwa
PTK). Kondisi ini sejalan dengan hasil peneli- guru SMP di DIY: (1) memiliki tingkat kompe-
tian tentang “Sikap Guru DIY terhadap Pe- tensi PTK dalam kategori sedang khususnya
ngembangan Profesi” yang menyimpulkan tingkat penguasaan teoretik, kemampuan kog-
bahwa 58% guru memiliki tingkat pemahaman nitif dan kemampuan teknis; (2) tidak ada per-
terhadap pengembangan profesi rendah, dan 8% bedaan tingkat kompetensi PTK antara guru go-
guru memiliki kesulitan pengembangan profesi longan III dengan golongan IV; (3) guru yang
dalam kategori tinggi. pernah melakukan PTK memiliki kemampuan
Padatnya jadwal mengajar dan tugas ad- kognitif dan pengalaman yang berbeda diban-
ministrasi lainnya dipandang sebagai alasan dingkan guru yang belum pernah melakukan
utama mengapa para guru tidak melaksanakan PTK; (4) tidak ada perbedaan penguasaan teo-
PTK. Para guru menyatakan merasa sulit me- retis, kemampuan kognitif, kemampuan teknis
nyisihkan sebagian waktu untuk melaksanakan yang disebabkan oleh masa kerja; (5) kesibukan
PTK, sebab dalam satu minggu banyak guru dan kurangnya kesempatan merupakan faktor
yang mengajar hingga 30 jam tatap muka. Un- penyebab guru tidak melakukan guru peneli-
tuk keperluan mengajar, guru masih harus tian; dan (6) masih terjadi laporan penelitian
mempersiapkandan menyusun Rencana Pelak- PTK tidak dapat digunakan untuk naik pangkat
sanaan Pembelajaran, membuat soal serta karena adanya perbedaan gaya selingkung
mengoreksi tugas. Kondisi ini sesuai dengan laporan.
hasil penelitian Badrun (2011:470), yaitu bah-
wa 82,5% guru belum melakukan penelitian, UCAPAN TERIMA KASIH
disebabkan adanya kesibukan kegiatan sekolah Pada kesempatan ini saya mengucapkan
serta belum terbiasa menulis dan meneliti. Na- terimakasih kepadaberbagai pihak atas bantuan-
mun demikian, guru lebih tertarik untuk meng- nya dalam penelitian ini. Pertama, terima kasih
ikuti seminar baik dengan biaya sendiri ataupun kepada Direktur Direktorat Pendidikan Dasar
biaya dari sekolah. Hasil penelitian yang dila- dan Menengah Depdikbud yang telah menugas-
kukan oleh Khotijah (2013:96) tentang “Kinerja kan saya untuk melakukan sosialisasi Kuriku-
Guru Madrasah dan Guru Pendidikan Agama lum 2013 dalam program Pemdampingan IHT
Islam Pasca Sertifikat di Sumatera Selatan” pada SMP Potensial di DIY. Kedua, terima
memperkuat kondisi kinera guru, bahwa 75% kasih saya sampaikan kepada redaksi, staf dan
guru memiliki kinerja dalam pengembangan mitra bestari Jurnal Cakrawala Pendidikan
progfesi berada dalam kategori sedang dan 10% yang telah memberikan masukan dan bim-
guru berada dalam kategori rendah. bingan dalam penulisan artikel ini. Semoga
Di lain pihak, ada beberapa guru yang amal beliau diberikan pahala yang berlipat
telah beberapa kali melakukan PTK, namun ganda oleh Allah SWT. Amin.
tetap saja menghadapi kendala, antara lain: (1)

Cakrawala Pendidikan, Oktober 2014, Th. XXXIII, No. 3


378

DAFTAR PUSTAKA Suwarjo. 2013. Pendidikan untuk Pencerah dan


Kemandirian Bangsa: Kualitas Pendidik
Asmani, Jamar Ma’mur. 2011. Tips Pintar
(Guru) Indonesia. Yogyakarta: Ash-
PTK: Penelitian Tindakan Kelas. Yogya-
Shaft.
karta: Penerbit Laksana.

Suyadi. 2011. Panduan Penelitian Tindakan


Badrun, K. 2011. “Kinerja Guru Profesional
Kelas. Buku Panduan Wajib bagi Para
(Guru Pasca Sertifikasi). Cakrawala Pen-
Pendidik. Yogyakarta: DIVA Press.
didikan, Jurnal Ilmiah Pendidikan. Th.
XXX, No. 3.
Suyanto. 2007. Tantangan Profesional Guru di
Era Global. Pidato Dies Natalis ke-43
Kemmis, Stephen & Taggart, Robin. 1982. The
Universitas Negeri Yogyakarta, 21 Mei
Action Research Planner. Victoria: Dea-
2007.
kin University.

Tilaar, H.A.R. 1999. Beberapa Agenda Refor-


Khotijah, Nyayu. 2013. “Kinerja Guru Madra-
masi Pendidikan Nasional: dalam Pers-
sah dan Guru Pendidikan Agama Islam
pektif Abad 21. Magelang: Indonesia
Pasca Sertifikasi di Sumatera Selatan”.
Tera.
Cakrawala Pendidikan, Jurnal Ilmiah
Pendidikan, Th XXXII, No. 1.
Tim Pelatih Penelitian UNY.2000. Penelitian
Tindakan (Action Research). Makalah
Kompas, Harian Umum. 2012. Kualitas Guru
Pelatihan Penelitian Tindakan (Action
Masih Rendah, Rabu, 7 Maret.
Research) dalam Rangka Pelatihan Guru
SLTP. Diselenggarakan atas kerjasma
Kompas, Harian Umum. 2012. Perbaikan Kom-
Direktorat Pendidikan Menengah Umum
petensi Guru Jadi Prioritas. Selasa, 4
dengan Lembaga Penelitian UNY.
April.

Widoyoko, Eko Putra. 2005. “Kometensi


Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Pendidikan,
Mengajar Guru Ekonomi SMA Kabu-
Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan
paten Purworejo”. Cakrawala Pendidik-
R&D. Bandung: Alfabeta.
an, Jurnah Ilmiah Pendidikan. Tahun
XXIV. No. 3.
Sugiyono. 2002. “Pembinaan Guru dengan
Sistem Kredit”. Cakrawala Pendidikan,
Th XXI, No.1.

Kompetensi Penelitian Tindakan Kelas Guru SMP DIY

Anda mungkin juga menyukai