Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH

BERBAGAI PERGOLAKAN DI DALAM NEGERI


TAHUN 1948-1965

DISUSUN OLEH:

Nama Kelompok 1

1. ALWI SAHRI
2. DWI NURFADILAH
3. LULU AINI
4. PUTRI BIDARI
5. PUTRI RAHMAYANTI

KELAS : XII.MIPA 3

GURU PEMBIMBING: WINARTI, S.Pd

SMAN 1 BANYUASIN I
TAHUN AJARAN 2023 - 2024
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga

kami dapat menyelesaikan tugas mengenai “BERBAGAI PERGOLAKAN DI DALAM

NEGERI TAHUN 1948-1965” ini tepat pada waktunya.

Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas mata pelajaran. Selain

itu, makalah ini bertujuan untuk menambah wawasan mengenai proses pembelajaran mata

pelajaran di lingkup sekolah menengah atas.

Kami menyadari makalah yang kami tulis ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu,

kritik dan saran yang membangun akan kami nantikan demi tercapainya kesempurnaan pada

makalah ini.

Banyuasin, Agustus2023

Penulis .....
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Paska diproklamasikan kemerdekaanya tangga 17 Agustus 1945 Indonesia mengalami
banyak permasalahan. Sebagai Negara yang baru kelengkapan Negara yang dibentuk melalui
sidang-sidang belum dapat berjalan maksimal. Disisi lain pemerintahan jajahan dalam hal ini
adalah Belanda belum mau melepaskan Indonesia secara penuh. Setelah jepang kalah dalam
perang melawan Sekutu. Sekutu melalui NICA datang ke Indonesia namun Belanda ikut
bersamanya. Belanda kemudian melakukan agresi-agresi militer.
Untuk menyelesaikan perseturuan dengan Belanda dibuatlah beberapa perjanjian-perjanian
yang sebenarnya tidak menguntungkan Indonesia. Dalam perjanjian-perjanjian ini Belanda
mencoba memecah belah kembali Indonseia. Salah satu isinya adalah memberntuk Uni-
Indonesia beladan dan egara Indonesia diubah menjadi negera serikat dimana terdapat
Negara-negara bagian didalam Indonesia.
Karena merupakan Negara baru pembangunan dan perekonomian belum dalap berjalan
merata hal ini lah yang memicu ketidak puasan negera-negara serikat karena pembangunan
ekonomi hanya terpusat di Jawa. Oleh karena itu banyak Negara bagian yang ingin
melepaskan diri dan berdiri sendiri.

B. Rumusan Masalah
1. Apa saja Pemberontakan yang terjadi Di Indonesia ?
2. Bagaimana Pemberontakan yang dilakukan PKI MADIUN?
3. Bagaimana Pemberontakan yang dilakukan DI/TII?
4. Bagaimana Pemberontakan yang dilakukan PPRI/PERMESTA?
5. Bagaimana Pemberontakan yang dilakukan APRA?
6. Bagaimana Pemberontakan yang dilakukan Andi Aziz?

C. Tujuan Pembahasan
1. Menguraikan serta menjelaskan sejarah dan bentuk Pemberontakan yang terjadi Di
Indonesia.
2. Menguraikan serta menjelaskan sejarah dan bentuk Pemberontakan yang dilakukan
PKI MADIUN.
3. Menguraikan serta menjelaskan sejarah dan bentuk Pemberontakan yang dilakukan
DI/TII.
4. Menguraikan serta menjelaskan sejarah dan bentuk Pemberontakan yang dilakukan
PPRI/PERMESTA.
5. Menguraikan serta menjelaskan sejarah dan bentuk Pemberontakan yang dilakukan
APRA.
6. Menguraikan serta menjelaskan sejarah dan bentuk Pemberontakan yang dilakukan
Andi Aziz.
BAB II
PEMBAHASAN

Hubungan Kausalitas Kebijakan Politik dengan


Pemberontakan di Indonesia Tahun 1948-1965
A. Pemberontakan PKI MADIUN
Peristiwa Pemberontakan PKI di Madiun Tahun 1948, Latar Belakang, Tujuan, Upaya
Penumpasan - Kemerdekaan Republik Indonesia pada tanggal 17 Agustus 1945 bukanlah
suatu jaminan bahwa warga Negara Indonesia dapat merasakan kemerdekaan dengan
seutuhnya seperti apa yang dijanjikan pada pembukaan Undang-Undang Dasar 1945. Setelah
Kemerdekaan Negara Republik Indonesia diproklamasikan oleh presiden pertama Indonesia
Ir. Soekarno pada tanggal 17 Agustus tahun 1945, banyak sekali permasalah yang
bermunculan di Negara Indonesia baik dari segi ekonomi, politik, sosial, keamanan dan
pertahanan, dan masih banyak lagi permasalahan yang terjadi setelah proklamasi tersebut
diumumkan. Dalam segi perekonomian, pemerintahan RI masih belum bisa melakukan
perbaikan yang cukup signifikan secara menyeluruh. Salah satu peristiwa yang terkenal di
Negara Indonesia ini yaitu Peristiwa Pemberontakan di Madiun.

1. Penyebab / Latar Belakang Terjadinya Pemberontakan PKI di Madiun


Tidak lama setelah kemerdekaan Republik Indonesia, pada tanggal 18 September 1948 terjadi
peristiwa pemberontakan yang dilakukan oleh sekelompok orang dari Partai Komunis
Indonesia (PKI). Kemerdekaan yang seharusnya dihiasi dengan pembangunan Bangsa, justru
malah dikacaukan oleh sekelompok orang yang tidak paham tentang arti kemerdekaan
Indonesia. Kelompok yang satu ini lebih mementingkan kepentingan pribadi dan
kelompoknya daripada kepentingan nasional yang seharusnya lebih diperhatikan untuk
kemajuan bangsa. Pemahaman komunisme tumbuh dibenak orang-orang PKI, sedangkan
rakyat biasa seperti para petani, buruh dan lain sebagainya tidak tahu apa arti dari paham
politik tersebut. Mereka mengikuti para aktivis PKI hanya karena ikut-ikutan dan bukan
karena pemahaman yang baik tentang komunisme tersebut.

Peristiwa pemberontakan yang dilakukan oleh PKI ini diawali dengan kesepakatan perjanjian
Renville, di mana Negara Indonesia berada dalam posisi yang sangat dirugikan. Kerugian
pertama yaitu adanya penyempitan kekuasaan wilayah Indonesia dan hal ini semakin
memperlemah posisi Indonesia, karena pada saat itu posisi Negara Indonesia terkurung oleh
kekuasaan Belanda. Kerugian kedua yang terjadi di Indonesia adalah hancurnya sektor
perekonomian, dimana masyarakat Indonesia sangat lemah dalam bidang perekonomian
karena di blokade oleh Negara Belanda. Kerugian ketiga yang dirasakan oleh Negara
Republik Indonesia adalah konflik antara Amir Syariffuddin dan kelompok yang kontra
terhadap hasil perjanjian Renville, dimana kelompok ini didominasi oleh Partai Nasional
Indonesia dan Masyumi.
Tidak lama setelah perjanjian Renville, pada bulan Januari 1948, Amir Syariffuddin lengser
dari jabatannya, dan lengsernya Amir Syariffuddin disikapi dengan rasa kecewa oleh Muso.
Setelah Amir Syariffuddin turun dari jabatannya, Mohammad Hatta ditunjuk untuk
membentuk kabinet, dan pada pembentukan kabinet tersebut, Mohammad Hatta mengajak
Masyumi, PNI, dan Sayap kiri untuk bergabung dan bersama-sama membangun kabinet
koalisi dengan proporsi wakil yang seimbang. Dalam perundingannya, Sayap Kiri tidak
menolak tawaran tersebut untuk terlibat dengan kabinet koalisi Hatta. Namun, Sayap Kiri
menginginkan kedudukan yang lebih strategis dan lebih dominan dengan mengajukan
pengaturan penempatan kedudukan bagi wakil-wakilnya. Amir Syariffuddin menggalang
kekuatan dengan kelompok sosialis lainnya seperti, Partai Komunis Indonesia (PKI), Pemuda
Sosial Indonesia ( PESINDO), Partai Sosialisasi Indonesia (PSI), dan partai buruh. Kelompok
tersebut diberi nama perjuangan Front Demokratik Rakyat (FDR).

2. Tujuan Pemberontakan PKI di Madiun


Tujuan pertama yang dilakukan oleh PKI adalah dengan melakukan propaganda kepada
masyarakat untuk mempercayai akan pentingnya Front Nasional. Lewat Front Nasional
tersebut dilakukan penggalangan kekuatan revolusioner dari masyarakat tani, buruh, dan
golongan rakyat miskin lainnya dengan memanfaatkan keresahan sosial yang terjadi di antara
masyarakat tersebut. PKI berencana bahwa setelah upaya tersebut dilakukan, maka
selanjutnya PKI akan berkoalisi dengan tentara. PKI beranggapan bahwa tentara Indonesia
harus memiliki sikap yang sama seperti tentara merah yang berada di Uni Soviet. Tentara
yang dipilih oleh PKI harus memiliki pengetahuan di bidang politik dan dibimbing oleh
opsir-opsir politik, serta harus memiliki pemikiran anti penjajahan. Sebagian besar tentara
yang bergabung dengan PKI adalah tentara yang mempunyai rasa sakit hati akibat adanya
program Rasionalisasi dan Reorganisasi oleh kabinet Hatta dan secara kebetulan mereka juga
menemukan persamaan tujuan dengan PKI.

3. Upaya Penumpasan Pemberontakan PKI di Madiun

Pemberontakan PKI yang terjadi di kota Madiun mendorong Presiden Republik Indonesia
untuk melakukan tindakan tegas terhadap PKI. Presiden RI, Ir. Soekarno memusatkan seluruh
kekuasaan yang berada di bawah komadonya. Ketika beliau mendengar berita bahwa kota
Madiun telah dikuasai oleh sekelompok pemberontak dari PKI yang dipimpin Muso, maka
pemerintah langsung mengadakan Sidang Kabinet Lengkap yang berlangsung pada tanggal
19 September 1948 dan diketuai secara langsung oleh Ir. Soekarno. Hasil sidang tersebut
mengambil keputusan antara lain:

4. Dampak dari Pemberontakan PKI di Madiun


Terjadinya pemberontakan di kota Madiun membuat keamanan di daerah tersebut tidak stabil
sehingga meresahkan warga yang berada di daerah tersebut. Akibat pemberontakan tersebut,
aktivitas warga biasa seperti petani dan buruh terganggu. Kelancaran untuk membangun
bangsa pada saat itu menjadi terganggu dan hal ini merugikan masyarakat Indonesia. Dampak
lain yang disebabkan oleh pemberontakan PKI yakni, banyaknya korban jiwa yang baik dari
anggota TNI maupun anggota PKI, tidak sedikit pasukan kedua pihak yang terluka dan mati.
Pasukan PKI juga banyak yang meninggal karena kelaparan dan penyakit. Pemberontakan
PKI ini melibatkan setidaknya 8 Batalyon dan pasukan Militer Indonesia yang harus
bertempur melawan para pemberontak yang sebetulnya juga merupakan rakyat Indonesia.

B. Pemberontakan DI/TII
Pemberontakan DI/TII di Indonesia, Latar Belakang, Penyebab, Tujuan - Negara Islam
Indonesia (NII), Tentara Islam Indonesia (TII) atau biasa disebut dengan DI (Darul Islam)
adalah sebuah gerakan politik yang didirikan pada tanggal 7 Agustus 1949 (12 syawal 1368
Hijriah) oleh Sekarmadji Maridjan Kartosoewirjo di sebuah desa yang berada di kota
Tasikmalaya, Jawa Barat. NII tersebut diproklamasikan pada saat Negara Pasundan yang
dibuat oleh Belanda mengangkat seorang Raden yang bernama Raden Aria Adipati
Wiranatakoesoema sebagai pemimpin/presiden di Negara Pasundan tersebut.

1. Latar Belakang dan Tujuan Pemberontakan DI/TII


Gerakan NII ini bertujuan untuk menjadikan Republik Indonesia sebagai sebuah Negara yang
menerapkan dasar Agama Islam sebagai dasar Negara. Dalam proklamasinya tertulis bahwa
“Hukum yang berlaku di Negara Islam Indonesia adalah Hukum Islam” atau lebih jelasnya
lagi, di dalam undang-undang tertulis bahwa “Negara Berdasarkan Islam” dan “Hukum
tertinggi adalah Al Qur’an dan Hadist”. Proklamasi Negara Islam Indonesia (NII)
menyatakan dengan tegas bahwa kewajiban Negara untuk membuat undang-undang
berdasarkan syari’at Islam, dan menolak keras terhadap ideologi selain Al Qur’an dan Hadist,
atau yang sering mereka sebut dengan hukum kafir.

Dalam perkembangannya, Negara Islam Indonesia ini menyebar sampai ke beberapa wilayah
yang berada di Negara Indonesia terutama Jawa Barat, Jawa Tengah, Kalimantan Selatan,
Aceh, dan Sulawesi Selatan. Setelah Sekarmadji ditangkap oleh Tentara Nasional Indonesia
(TNI) dan dieksekusi pada tahun 1962, gerakan Darul Islam tersebut menjadi terpecah. Akan
tetapi, meskipun dianggap sebagai gerakan ilegal oleh Negara Indonesia, pemberontakan
DI/TII (Darul Islam/Tentara Islam Indonesia) ini masih berjalan meskipun dengan secara
diam-diam di Jawa Barat, Indonesia.

2. Upaya Penumpasan Pemberontakan DI/TII


Usaha untuk meruntuhkan organisasi DI/TII ini memakan waktu cukup lama di karenakan
oleh beberapa faktor, yaitu:

1. Tempat tinggal pasukan DI/TII ini berada di daerah pegunungan yang sangat
mendukung organisasi DI/TII untuk bergerilya.
2. Pasukan Sekarmadji dapat bergerak dengan leluasa di lingkungan penduduk.
3. Pasukan DI/TII mendapat bantuan dari orang Belanda yang di antaranya pemilik
perkebunan, dan para pendukung Negara pasundan.
4. Suasana Politik yang tidak konsisten, serta prilaku beberapa golongan partai politik
yang telah mempersulit usaha untuk pemulihan keamanan.

Selanjutnya, untuk menghadapi pasukan DI/TII, pemerintah mengerahkan Tentara Nasional


Indonesia (TNI) untuk meringkus kelompok ini. Pada tahun 1960 para pasukan Siliwangi
bekerjasama dengan rakyat untuk melakukan operasi “Bratayudha” dan “Pagar Betis” untuk
menumpas kelompok DI/TII tersebut. Pada Tanggal 4 Juni 1962 Sekarmadji Maridjan
Kartosoewirjo dan para pengawalnya di tangkap oleh pasukan Siliwangi dalam operasi
Bratayudha yang berlangsung di Gunung Geber, Majalaya, Jawa Barat. Setelah Sekarmadji
ditangkap oleh pasukan TNI, Mahkamah Angkatan Darat menyatakan bahwa Sekarmadji
Maridjan Kartosoewirjo dijatuhi hukuman mati, dan dan setelah Sekarmadji meninggal,
pemberontakan DI/TII di Jawa Barat dapat dimusnahkan.

C. Pemberontakan Andi Aziz


Peristiwa Pemberontakan Andi Azis di Makassar, Latar Belakang, Tujuan, Dampak -
Tokoh utama pada Pemberontakan kali ini adalah Andi Abdoel Azis. Andi Abdoel Azis atau
dikenal dengan sebutan Andi Azis lahir pada tangal 19 September 1924 di Simpangbinal,
Kabupaten Barru, Sulawesi Selatan. Pada tahun 1930-an Andi Azis dibawa ke Belanda oleh
seorang pensiunan Asisten Residen bangsa Belanda, dan pada tahun 1935 Andi memasuki
Leger School dan lulus dari sekolah tersebut tahun 1938.

1. Latar Belakang Pemberontakan Andi Azis

Pemberontakan di bawah naungan Andi Azis ini terjadi di Makassar yang diawali dengan
adanya konflik di Sulawesi Selatan pada bulan April 1950. Kekacauan yang berlangsung di
Makassar ini terjadi karena adanya demonstrasi dari kelompok masyarakat yang anti federal,
mereka mendesak NIT supaya segera menggabungkan diri dengan RI. Sementara itu di sisi
lain terjadi sebuah konflik dari kelompok yang mendukung terbentuknya Negara Federal.
Keadaan tersebut menyebabkan terjadinya kegaduhan dan ketegangan di masyarakat.
Untuk menjaga keamanan di lingkungan masyarakat, maka pada tanggal 5 April 1950
pemerintah mengutus pasukan TNI sebanyak satu Batalion dari Jawa untuk mengamankan
daerah tersebut. Namun kedatangan TNI ke daerah tersebut dinilai mengancam kedudukan
kelompok masyaraat pro-federal. Selanjutnya para kelompok masyarakat pro-federal ini
bergabung dan membentuk sebuah pasukan “Pasukan Bebas” di bawah komando kapten
Andi Azis. Ia menganggap bahwa masalah keamanan di Sulawesi Selatan menjadi tanggung
jawabnya.
Jadi, dapat disimpulkan bahwa lata belakang pemberontakan Andi Azis adalah :
a. Menuntut bahwa keamanan di Negara Indonesia Timur hanya merupakan tanggung
jawab pasukan bekas KNIL saja.
b. Menentang campur tangan pasukan APRIS (Angkatan Perang Republik Indonesia
Serikat) terhadap konflik di Sulawesi Selatan.
c. Mempertahankan berdirinya Negara Indonesia Timur.

2. Dampak Pemberontakan Andi Aziz

Pada tanggal 5 April 1950, anggota pasukan Andi Azis menyerang markas Tentara Nesional
Indonesia (TNI) yang bertempat di Makassar, dan mereka pun berhasil menguasainya.
Bahkan, Letkol Mokoginta berhasil ditawan oleh pasukan Andi Azis. Akhirnya, Ir.P.D Diapri
(Perdana Mentri NIT) mengundurkan diri karena tidak setuju dengan apa yang sudah
dilakukan oleh Andi Azis dan ia digantikan oleh Ir. Putuhena yang pro-RI. Pada tanggal 21
April 1950, Sukawati yang menjabat sebagai Wali Negara NIT mengumumkan bahwa NIT
bersedia untuk bergabung dengan NKRI (Negara Kesatuan Republik Indonesia).

3. Upaya Penumpasan Pemberontakan Andi Aziz

Untuk menanggulangi pemberontakan yang di lakukan oleh Andi Azis, pada tanggal 8 April
1950 pemerintah memberikan perintah kepada Andi Azis bahwa setiap 4 x 24 Jam ia harus
melaporkan diri ke Jakarta untuk mempertanggungjawabkan perbuatan yang sudah ia
lakukan. Untuk pasukan yang terlibat dalam pemberontakan tersebut diperintahkan untuk
menyerahkan diri dan melepaskan semua tawanan. Pada waktu yang sama, dikirim pasukan
yang dipimpin oleh A.E. Kawilarang untuk melakukan operasi militer di Sulawesi Selatan.

D. Pemberontakan PPRI PERMESTA


1. Latar Belakang Pemberontakan PRRI/PERMESTA

Awal Pemberontakan Pemerintahan Revolusioner Republik Indonesia (PRRI), dan


PERMESTA sebenarnya sudah muncul pada saat menjelang pembentukan Republik
Indonesia Serikat (RIS) pada tahun 1949 dan pada saat bersamaan Divisi Banteng diciutkan
sehingga menjadi kecil dan hanya menyisakan satu brigade. Brigade ini pun akhirnya
diperkecil lagi menjadi Resimen Infanteri 4 TT I BB. Hal ini memunculkan perasaan kecewa
dan terhina pada para perwira dan prajurit Divisi IX Banteng yang telah berjuang
mempertaruhkan jiwa dan raganya bagi kemerdekaan Indonesia. Pada saat itu juga, terjadi
ketidakpuasan dari beberapa daerah yang berada di wilayah Sumatra dan Sulawesi terhadap
alokasi biaya pembangunan yang diberikan oleh pemerintah pusat. Kondisi ini diperparah
dengan tingkat kesejahteraan prajurit dan masyarakat yang sangat rendah.
a. Mendesak kabinet Djuanda supaya mengundurkan diri dan mengembalikan
mandatnya kepada Presiden Soekarno.
b. Mendesak pejabat presiden, Mr. Sartono untuk membentuk kabinet baru yang disebut
Zaken Kabinet Nasional yang bebas dari pengaruh PKI (komunis).
c. Mendesak kabinet baru tersebut diberi mandat sepenuhnya untuk bekerja hingga
pemilihan umum yang akan datang.
d. Mendesak Presiden Soekarno membatasi kekuasaannya dan mematuhi konstitusi.
e. Jika tuntutan tersebut di atas tidak dipenuhi dalam waktu 5×24 jam maka Dewan
Perjuangan akan mengambil kebijakan sendiri.

2. Tujuan Dari Pemberontakan PRRI/PERMESTA

Tujuan dari pemberontakan PRRI ini adalah untuk mendorong pemerintah supaya
memperhatikan pembangunan negeri secara menyeluruh, sebab pada saat itu pemerintah
hanya fokus pada pembangunan yang berada di daerah Pulau jawa. PRRI memberikan usulan
atas ketidakseimbangan pembangunan yang dilakukan oleh pemerintah pusat.
Meskipun alasan yang dilakukan oleh PRRI ini benar, namun cara yang digunakan untuk
mengoreksi pemerintah pusat itu salah. PRRI menuntut kepada pemerintah pusat dengan nada
paksaan, sehingga pemerintah menganggap bahwa tuntutannya itu bersifat memberontak. Hal
tersebut menimbulkan kesan bagi pemerintah pusat bahwa PRRI adalah suatu bentuk
pemberontakan. Akan tetapi, jika PRRI itu dikatakan sebagai pemberontak, hal ini
merupakan anggapan yang tidak tepat sebab sebenarnya PRRI ingin membenahi dan
memperbaiki sistem pembangunan yang dilakukan pemerintah pusat, bukan untuk
menjatuhkan pemerintahan Republik Indonesia.

3. Usaha Pemerintah Untuk Menumpas Pemberontakan PRRI/PERMESTA

Terjadinya pemberontakan PRRI/PERMESTA ini mendorong pemerintahan RI untuk


mendesak Kabinet Djuanda dan Nasution aupaya menindak tegas pemberontakan yang
dilakukan oleh organisasi PRRI/PERMESTA tersebut. Kabinet Nasution dan para mayoritas
pimpinan PNI dan PKI menghendaki supaua pemberontakan tersebut untuk segera di
usnahkan dari Negara Kesatuan Republik Indonesia. Sementara itu, untuk pimpinan Masyumi
dan PSI yang berada di Jakarta sedang mendesak adanya perundingan dan penyelesaian
secara damai. Namun pada akhirnya, pemerintah RI memilih untuk menindak para
pemberontak itu dengan tegas. Pada akhir bulan Februari, Angkatan Udara Republik
Indonesia memulai pengeboman instansi-instansi penting yang berada di kota Padang, Bukit
Tinggi, dan Manado.

4. Dampak Dari Pemberontakan PRRI/PERMESTA


Pemberontakan yang dilakukan oleh gerakan PRRI/PERMESTA ini membawa dampak besar
terhadap hubungan dan politik luar negeri Indonesia. Dukungan dari negara Amerika Serikat
terhadap pemberontakan tersebut membuat hubungan antara Indonesia dengan Amerika
menjadi tidak harmonis. Apalagi dukungan dari Amerika Serikat terhadap PRRI/PERMESTA
terbukti benar dengan jatuhnya pesawat pengebom B-26 yang dikemudikan oleh seorang
pilot bernama Allen Pope pada tanggal 18 Mei 1958 di lokasi yang tidak jauh dari kota
Ambon. Presiden RI, Ir. Soekarno beserta para pemimpin sipil, dan militernya memiliki
perasaan curiga terhadap negara Amerika Serikat dan Negara lainnya. Malaysia yang baru
merdeka pada tahun 1957 ternyata juga mendukung gerakan PRRI dengan menjadikan
wilayahnya sebagai saluran utama pemasok senjata bagi pasukan PRRI. Begitu pula dengan
Filipina, Singapura, Korea Selatan (Korsel), dan Taiwan juga mendukung gerakan
pemberontakan yang dilakukan oleh PRRI.

5. Tokoh-Tokoh PRRI/PERMESTA

Inilah tokoh-tokoh yang ikut serta dalam melangsungkan pemberontakan PRRI/PERMESTA,


tokoh-tokoh tersebut di antaranya adalah.

1. Letnan Kolonel Ahmad Husein


2. Pejabat-Pejabat Kabinet PRRI, yakni: Mr. Syarifudin Prawiranegara yang menjabat
sebagai Menteri Keuangan. Mr. Assaat Dt. Mudo yang menjabat sebagai

E. Pemberontakan Angkatan Perang Ratu Adil ( Apra )


Kepercayaan rakyat Indonesia akan datangnya Ratu Adil dimanfaatkan Westerlinguntuk
meraih massa guna mewujudkan keinginannya. Kepercayaan tersebut memperlihatkan
bahwa sebagian rakyat Indonesia yang telah lama menderita karena penjajahan, baik oleh
Belanda atau Jepang, mendambakan datangnya suatu masa kemakmuran seperti yang
terdapat dalam ramalan Jayabaya.
Nama Tokoh : Kapten Raymond Westerling dan didalangi Sultan Hamid II

1. Peran Westerling dalam Pembentukan APRA


Raymond Pierre Paul Westerling lahir di Istanbul, 31 Agustus 1919 dan meninggal di
Belanda, 26 November 1987 pada usia 68 tahun. Westerling lahir sebagai anak kedua dari
Paul Westerling dan Sophia Moutzou. Dia komandan pasukan Belanda yang terkenal karena
memimpin Pembantaian Westerling pada tahun 1946 sampai 1947 di Sulawesi Selatan dan
percobaan kudeta APRA di Bandung, Jawa Barat.
Westerling yang dijuluki si Turki karena lahir di Istanbul, mendapat pelatihan khusus di
Skotlandia. Dia masuk dinas militer pada 26 Agustus 1941 di Kanada. Pada 27 Desember
1941 dia tiba di Inggris dan bertugas di Brigade Prinses Irene di Wolverhampton, dekat
Birmingham.
.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
1. Setelah Indonesia mencapai kemerdekaan tanggal 17 Agustus 1945, berarti Indonesia
mempunyai sistem pemerintahan sendiri. Akan tetapi, ada beberapa golongan yang tidak
setuju dengan sistem pemerintahan tersebut. Sehingga mereka melakukan pemberontakan,
seperti Peristiwa Madiun/PKI, DI /TII, Andi Aziz, APRA,PPRI/PERMESTA dan konflik-
konflik internal lainnya.
2. Pemberontakan ini terjadi pada tahun 1948 ini merupakan pengkhianatan terhadap
bangsa Indonesia ketika sedang berjuang melawan Belanda yang berupaya menanamkan
kembali kekuasaannya di Indonesia.
3. Pemberontakan di dalam Negeri terjadi karena dipicu oleh beberapa masalah berikut :
(1) Keinginan untuk mendirikan Negara sendiri yang lepas dari RI, (2) Mempertahankan
Negara agar tetap berbentuk Negara Federal, (3) Keengganan APRIS di Negara Bagian,
bergabung dengan TNI dan menolak kebijakan pemerintahan Hatta untuk melakukan
Reorganisasi dan Rasionalisasi dalam tubuh militer yang menekankan profesionalisme.

B. Saran
Oleh karena itu kita sebagai generasi muda berupaya untuk mencegah hal hal yang tidak
diinginkan tersebut terjadi dengan cara belajar dengan tekun dan memperkuat ilmu agama.
Dan kita juga harus selektif dalam mengambil langkah dalam era globalisasi. Jangan sampai
hal itu membuat kita terpuruk kedalam lembah kezaliman dan membuat segala hal menjadi
biadap seperti pada zaman pemberontakan tersebut.
DAFTAR PUSTAKA

http://www.nafiun.com/2014/03/peristiwa-pemberontakan-pki-di-madiun-1948.html
http://www.nafiun.com/2014/03/pemberontakan-ditii-di-indonesia.html
http://www.nafiun.com/2014/03/peristiwa-pemberontakan-andi-azis-di-makassar.html
http://www.nafiun.com/2014/03/peristiwa-pemberontakan-prripermesta.html
https://ideageografer.blogspot.com/2014/10/pemberontakan-angkatan-perang-ratu-adil.html
http://mutisavmachiriee.blogspot.com/2015/11/makalah-pemberontakan-dalam-negeri.html
http://lilianyratna.blogspot.com/2015/01/pemberontakan-di-indonesia-pada-masa.html
https://donipengalaman9.wordpress.com/2013/08/27/pemberontakan-di-indonesia/
https://www.gurusejarah.com/2017/08/pemberontakan-di-indonesia-antara-tahun.html

Anda mungkin juga menyukai