Anda di halaman 1dari 29

LAPORAN PRAKTIKUM BIOTEKNOLOGI

PERCOBAAN VI
HIDROPONIK

OLEH :
NAMA : GIAN PURNAMA SARI
STAMBUK : F1D1 20 008
KELOMPOK : VII (TUJUH)
ASISTEN PEMBIMBING : MUHAMAD YUSUF

PROGRAM STUDI BIOLOGI


JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS HALU OLEO
KENDARI
2023
I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Perkembangan teknologi dalam bidang pertanian semakin meningkat,

salah satu teknologi yang layak disebarluaskan adalah teknologi hidroponik,

hal ini dikarenakan semakin langkanya lahan pertanian akibat dari banyaknya

sektor industri dan jasa, sehingga kegiatan usaha pertanian konvensial semakin

tidak kompetitif karena tingginya harga lahan. Teknologi budidaya pertanian

dengan sistem hidroponik diharapkan menjadi salah satu alternatif bagi

masyarakat yang mempunyai lahan terbatas atau pekarangan, sehingga dapat

dijadikan sebagai sumber penghasilan yang memadai.

Metode hidroponik adalah suatu metode untuk menumbuhkan tanaman

didalam larutan nutrisi tanpa menggunakan tanah sebagai media tanamnya.

Hidroponik merupakan budidaya menanam tanpa menggunakan tanah diganti

dengan media rockwool, sekam padi, kapas dan lainnya. Larutan hidroponik

mengandung nutrisi makanan untuk tumbuhan dengan menggunakan

perbandingan yang tepat, ini bisa berakibat stress pada tanaman berkurang,

tanaman menjadi lebih cepat matang dan kualitas panen yang didapat pun

menjadi lebih baik.

Prinsip dasar hidroponik dibagi menjadi dua yaitu hidroponik substrat

dan NFT (Nutrient Film Technique). Hidroponik Substrat. hidroponik substrat

tidak menggunakan air sebagai media, tetapi menggunakan media padat (bukan

tanah) yang dapat menyerap atau menyediakan nutrisi, air dan oksigen serta

mendukung akar tanaman seperti halnya fungsi tanah. Hidroponik NFT


(Nutrient Film Technique) NTF merupakan model budidaya dengan

meletakkan akar tanaman pada lapisan air yang dangkal. Air tersebut

tersikulasi dan mengandung nutrisi sesuai kebutuhan tanaman. Perakaran dapat

berkembang didalam larutan nutrisi, karena disekitar perakaran terdapat selapis

larutan nutrisi maka sistem dikenal dengan nama NFT. Berdasarkan uraian di

atas maka dilakukan praktikum dengan judul Hidroponik.

B. Rumusan Masalah

Rumusan masalah pada praktikum ini adalah sebagai berikut:

1. Bagaimana mengetahui proses pembuatan bioteknologi budidaya pertanian

hidroponik?

2. Bagaimana mengetahui pengaruh pemberian berbagai konsentrasi MOL

dengan macam media tanam?

3. Apa saja faktor yang mempengaruhi bioteknologi budidaya pertanian

hidroponik?

C. Tujuan Praktikum

Tujuan yang ingin dicapai pada praktikum ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui proses pembuatan bioteknologi budidaya pertanian

hidroponik.

2. Untuk mengetahui pengaruh pemberian berbagai konsentrasi MOL dengan

macam media tanam.

3. Untuk mengetahui faktor yang mempengaruhi bioteknologi budidaya

pertanian hidroponik.
D. Manfaat Praktikum

Manfaat yang ingin diperoleh pada praktikum ini adalah sebagai berikut:

1. Dapat mengetahui proses pembuatan bioteknologi budidaya pertanian

hidroponik.

2. Dapat mengetahui pengaruh pemberian berbagai konsentrasi MOL dengan

macam media tanam.

3. Dapat mengetahui faktor yang mempengaruhi bioteknologi budidaya

pertanian hidroponik.
II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Hidroponik

Hidroponik merupakan cara bertatam dengan tidak menggunakan tanah

sebagai media tanamnya. Hidroponik diambil dari bahasa Yunani yaitu

Hydroponous, hydro berarti air dan ponous berarti kerja, sehingga hidroponik

adalah teknologi bercocok tanam yang menggunakan air, nutrisi dan oksigen

sebagai media tanamnya. Hidroponik adalah suatu cara bercocok tanam tanpa

menggunakan tanah sebagai tempat menanam tanaman. Perbedaan bercocok

tanam dengan tanah dan hidroponik yaitu, apabila dengan tanah, zat-zat

makanan diperoleh tanaman dari dalam tanah. Sedangkan hidroponik, makanan

diperoleh tanaman dari dalam air yang mengandung zat-zat anorganik

(Wirawati dan Arthawati, 2021).

B. Metode-Metode Hidroponik

Metode yang dapat digunakan dalam pembuatan hidroponik diantaranya

yaitu, Metode sistem wick adalah teknik hidroponik yang menggunakan sumbu

(kapiler) untuk mengalirkan nutrisi pada akar tanaman. Teknik ini tanpa pompa

dan pengatur waktu. pengembangan dari sistem water culture. Metode flood

dan drain adalah teknik rendal dan kuras. Metode yang paling serbaguna, air

yang berisi nutrisi dari bak penempung air dialirkan ke nampan tempat tumbuh

tanaman. Akar diberi nutrisi segar, ketika nutrisi mengalir kembali ke bak

penampung serta udara segar ditarik melalui sistem akar dan oksigen disuplai

ke akar. Metode rakit terapung (Floating Platform) adalah tempat tanaman


yang biasanya strofoam mengapung langsung di atas air berisi nutrisi. Pompa

udara memasok oksigen ke akar dan menggelembung air nutrisi. Metode Drip,

adalah metode yang dilengkapi pompa dan pengatur waktu. Air yang

mengandung nutrisi diteteskan pada dasar tanaman dan akan diserap akar.

Kelebihan nutrisi akan dikumpulkan pada bak penampung. Metode NFT

Sistem (Nutrient Film Technique) adalah metode dimana air yang berisi

dipompa ke tempat tumbuh tanaman dan mengalir diatas akar tanaman,

kemudian mengalir kembali ke bak penampung air, Tanaman yang berada

dalam net pot dengan akar menggantung ke dalam nutrisi. Aeroponik adalah

metode dimana akar menggantung di udara dan disemprot air setiap beberapa

menit. Sistem aeroponik membutuhkan pengatur waktu dengan durasi singkat

yang menjalankan pompa (Kurniaty et al., 2021).

C. Macam Media Tanam Hidroponik

Media yang dapat digunakan pada pembuatan hidroponik ini diantaranya

yaitu, Arang sekam padi, dimana memiliki beberapa kandungan antara lain

hidrogen, oksigen, protein kasar dan juga kandungan kandungan lain yang

berguna untuk tanaman. Rockwoll, bahan ini biasanya terbuat dari campuran

bebatuan yang dipanaskan sehingga akan menghasilkan layer layer yang

berongga. Sabut Kelapa, Sabut ini mempunyai keunggulan yang sangat baik

untuk menyimpan air sehingga kita tidak perlu menggunakan banyak air untuk

perawatannya. Spons, bahan ini memiliki tekstur ringan dan berongga sehingga

media ini juga banyak digunakan (Singgih et al., 2019).


D. Faktor yang dapat Mempengaruhi Pembuatan Hidroponik

Hidroponik merupakan salah satu solusi untuk mengatasi keterbatasan

lahan di daerah perkotaan. Faktor yang menentukan keberhasilan dalam

budidaya sayuran secara hidroponik, diantaranya ialah unsur hara, media

tanam, oksigen dan air. Pemberian nutrisi harus teratur sesuai dengan

kepekatan yang dibutuhkan oleh setiap jenis tanaman. Pemberian nutrisi pada

hidroponik harus dilakukan sesuai kebutuhan tanaman agar pertumbuhan

tanaman dapat optimal. Nutrisi erat kaitannya dengan derajat keasaman (pH)

air, di mana pH air akan mempengaruhi daya larut unsur hara pada tanaman

yang berakibat pada kualitas kesuburan tumbuh dan kembang tanaman tersebut

(Mubarok et al., 2018).

E. Kelebihan dan Kekurangan Hidroponik

Keuntungan hidroponik yaitu, keberhasilan tanaman untuk tumbuh dan

berproduksi lebih terjamin. Perawatan lebih praktis dan gangguan hama lebih

terkontrol. Pemakaian pupuk lebih hemat (efisien). Tanaman yang mati lebih

mudah diganti dengan tanaman yang baru. Tanaman dapat tumbuh lebih pesat

dan dengan keadaan yang tidak kotor dan rusak. Harga jual hidroponik lebih

tinggi dari produk non-hidroponik. Tanaman hidroponik dapat dilakukan pada

lahan atau ruang yang terbatas, misalnya di atap, dapur atau garasi. Kelemahan

hidroponik diantaranya Investasi awal yang mahal. Memerlukan keterampilan

khusus untuk menimbang dan meramu bahan kimia. Ketersediaan dan

pemeliharaan perangkat hidroponik agak sulit (Roidah, 2014).


III. METODE PRAKTIKUM

A. Waktu danTempat

Praktikum ini dilaksanakan pada hari Minggu, 4 Juni 2023 pukul 13.00-

selesai WITA dan bertempat di Laboratorium Ekologi Lahan Basah, Fakultas

Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Halu Oleo, Kendari.

B. Bahan Praktikum

Bahan yang digunakan pada praktikum ini tercantum pada Tabel 1.

Tabel 1. Bahan dan kegunaan


No. Bahan Kegunaan
1 2 3
1 Media arang sekam, sekam padi, sekam
Sebagai media tanam
kayu dan arang
2 Kacang hijau (Phaseolus radiatus L.) Sebagai objek pengamatan
3 Kertas label Sebagai penanda sampel
4 MOL Sebagai nutrisi tanaman
5 AB Mix Sebagai kontrol
6 Sumbu kompor Sebagai alternatif lewatnya
larutan
7 Air Sebagai pelarut

C. Alat Praktikum

Alat yang digunakan pada praktikum ini tercantum pada Tabel 2.

Tabel 2. Alat dan Kegunaan


No. Alat Kegunaan
1 2 3
1 Kain saring Untuk menyaring hasil fermentasi
2 Baskom Sebagai wadah fermentasi MOL
3 Gelas ukur Untuk mengukur larutan mol dan AB Mix
4 Botol bekas (1 ½ liter) Untukmedia tumbuh tanaman
5 Kamera Untuk mendokumentasikan hasil pengamatan
6 Alat tulis Untuk menuliskan hasil pengamatan
7 Pisau/Gunting Untuk memotong wadah botol
8 Mistar Untuk mengukur panjang tanaman
D. Prosedur Kerja

Prosedur kerja pada praktikum ini yaitu sebagai berikut :

1. Menyiapkan alat dan bahan yang akan digunakan.

2. Menyemaikan bibit tanaman kacang hijau (Phaseolus radiatus L.) pada wadah

yang telah disediakan.

3. Membuat larutan ABmix dengan melarutkan 1 bungkus A dan B, masing-masing

dilarutkan dalam 300 mL A dan B, kemudian dari 300 mL, A dan B, masing-masing

diambil 3 mL dan dilarutkan dalam 900 mL air dan dihomogenkan.

4. Membuat variasi media tanam hidroponik yang terdiri dari 3 perlakuan yaitu dengan

menggunakan media arang (1), sekam padi (2), dan arang sekam (3) dengan

pengulangan tiga kali untuk setiap perlakuan.

5. Membuat rancangan wadah hidroponik dengan memotong botol aqua sebanyak 12

buah dengan ukuran yang telah ditentukan dan pada masing-masing wadah pada sisi

permukaan atas pada botol aqua yang telah dipotoh menambahkan media yang

berbeda-beda.

6. Memasukkan larutan AB mix dengan perlakuan konsentrasi yang berbeda yaitu 100%,

75% dan 50% dalam media yang disiapkan, kecuali pada botol yang berisi MOL.

7. Mencabut tanaman dari wadah dan memasukkan tanaman tersebut kedalam masing-

masing larutan stok yang disiapkan

8. Melakukkan pengamatan selama 2 minggu dengan pengukuran dilakukan 2 hari sekali

dengan parameter yang terdiri atas tinggi tanaman (cm) dan perlakuan.

9. Mencatat dan mendokumentasikan hasil pengamatan


IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Pengamatan

Hasil pengamatan pada Praktikum ini adalah sebagai berikut:

1. Hasil Pengamatan tinggi tanaman

Gambar 1. 1 Grafik pertambahan tinggi kacang hijau (Phaseolus radiatus


L.) dengan menggunakan 50% MOL

Gambar 1. 2 Grafik pertambahan tinggi kacang hijau (Phaseolus radiatus


L.) dengan menggunakan 75% MOL
Gambar 1. 3 Grafik pertambahan tinggi kacang hijau (Phaseolus radiatus
L.) dengan menggunakan 100% MOL

Gambar 1. 4 Grafik pertambahan tinggi kacang hijau (Phaseolus radiatus


L.) dengan menggunakan AB MIX
Pembahasan

Hidroponik adalah suatu istilah yang digunakan untuk bercocok tanam tanpa

menggunakan tanah sebagai media tumbuhnya. Tanaman dapat di tanam dalam

pot atau wadah lainnya dengan menggunakan air dan atau bahan-bahan porus

lainnya, seperti kerikil, pecahan genting, pasir, pecahan batu ambang, dan lain

sebagainya sebagai media tanamnya. Bertanam secara hidroponik dapat

berkembang secara cepat karena memiliki kelebihan. Kelebihan yang utama

adalah keberhasilan tanaman untuk tumbuh dan berproduksi lebih terjamin.

Kelebihan lainnya adalah perawatan lebih praktis, pemakaian pupuk lebih hemat,

tanaman dapat tumbuh dengan pesat dan tidak kotor, hasil produksi lebih kontinu,

serta beberapa jenis tanaman dapat dibudidayakan diluar musim

Praktikum ini bertujuan untuk mengetahui proses pembuatan bioteknologi

budidaya pertanian hidroponik, mengetahui pengaruh pemberian berbagai

konsentrasi MOL dengan macam media tanam dan untuk mengetahui faktor yang

mempengaruhi bioteknologi budidaya pertanian hidroponik. Praktikum ini

dilakukan dengan menyemaikan bibit tanaman kacang hijau (Phaseolus radiatus

L.), kemudian membuat larutan ABmix, selanjutnya membuat variasi media

tanam dimana media tanam yang digunakan yaitu arang, dimana mengandung

85%-98% karbon, kemudian arang sekam dimana mengandung seperti nitrogen

(N) 0.32%, phosphat (P) 0.15%, kalium (K) 0.31%, calsium (Ca) 0.96%, Fe 180

ppm, Mn 80.4 ppm, Zn 14.10 ppm. Media lain yang digunakan yaitu sekam padi

terdiri atas 50 % selulosa, 25 – 30 % lignin dan 15 – 20 % silika.


Tahap selanjutnya membuat wadah hidroponik, dimana sumbu kompor akan

dimasukkan ke dalam larutan yang berisi MOL dan larutan ABmix dan

dihubungkan ke media tanam, fungsi sumbu kompor ini sendiri untuk

menyalurkan nutrisi yang dibutuhkan tanaman. Konsentrasi MOL yang

digunakan yaitu 50% MOL, 75% MOL dan 100% MOL, hal ini dilakukan untuk

mengetahui konsentrasi MOL mana yang paling cocok dilakukan untuk tanaman

hidroponik. Tahap selanjutnya membersihkan tanaman yang telah disemai dan di

tanam pada wadah hidroponik, kemudian melakukan pengamatan selama 2

minggu dengan pengukuran 2 kali sehari dengan parameter yang diukur yaitu

tinggi tanaman serta pengamatan jumlah daun. Metode yang digunakan pada

praktikum ini adalah metode sistem wick, dimana metode ini merupakan metode

hidroponik yang menggunakan sumbu untuk mengalirkan larutan nutrisinya ke

tanaman.

Hasil pengamatan pada tinggi tanaman menunjukkan hasil yang bervariasi

dimana substrat rang dan arang sekam menunujjan tinggi tumbuhan yang lebih

baik dari pada media yang menggunakan sekam. Hal ini disebabkan karena media

tanam sekam sangat kering sehingga tumbuhan tidak mendapatkan larutan nutrisi

yang dibutuhkan untuk pertumbuhannya. Hasil tiap perlakukan juga menunjukkan

bahwa semua tanaman mati artinya tanaman tersebut tidak mampu beradaptasi

pada lingkungan tersebut. Faktor lainnya yaitu dari MOL itu sendiri dimana

dipengaruhi oleh waktu, kualitas MOL dan kondisi lingkungan disekitar tanaman

hidroponik, dimana lingkungan disekitar hisroponik tidak memiliki banyak

cahaya serta lingkungan yang kurang higienis, sehingga larutan MOL


terkontaminasi. MOL yang terkontaminasi akan mengakibatkan akar busuk pada

tanaman, dimana jika tanaman sudah mengalami akar busuk, tanaman tersebut

tidak dapat menyerap lagi unsur hara yang dibutuhkan sehingga tanaman tersebut

mati.

Menurut Mariana (2017) Faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan

tanaman terdiri dari faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal

merupakan faktor yang terdapat pada benih, bibit atau tanaman itu sendiri. Faktor

eksternal merupakan faktor yang terdapat di luar benih, bibit atau tanaman, salah

satu yang mempengaruhi pertumbuhan yaitu media tanam. Media tanam yang

baik adalah media yang mampu menyediakan air dan unsur hara dalam jumlah

cukup bagi pertumbuhan tanaman. Hal ini dapat ditentukan pada tanah dengan

tata udara dan air yang baik, mempunyai kemampuan menahan air yang baik dan

ruang untuk perakaran yang cukup.


2. Hasil Pengamatan pertambahan jumlah daun

gambar 2.1 Grafik pertambahan jumlah dauni kacang hijau (Phaseolus


radiatus L.) dengan menggunakan 50% MOL

gambar 2.2 Grafik pertambahan jumlah dauni kacang hijau (Phaseolus


radiatus L.) dengan menggunakan 75% MOL

59
Gambar 2.3 Grafik pertambahan jumlah daun kacang hijau (Phaseolus
radiatus L.) dengan menggunakan 100% MOL

Gambar 2.4 Grafik pertambahan jumlah dauni kacang hijau (Phaseolus


radiatus L.) dengan menggunakan 75% MOL

59
B. Pembahasan

Hasil pengamatan pada jumlah daun menunjukkan hasil yang hampir serupa

dimana jumlah daun yang tumbuh pada tiap perlakukan hanya terdapat 2-3 daun

yang tumbuh dan seperti sebelumnya bahwa tumbuhan tersebut rata-rata mati

pada hari ke 6 dan ke 8. Sedikitnya jumlah daun yang tumbuh disebabkan karena

faktor substrat dan juga faktor intensitas cahaya, dimana tanaman yang diamati

tidak cukup mendapat cahaya yang dibutuhkan untuk berfotosintesis. Menurut

Malik (2015) cahaya diperlukan untuk mengaktifkan enzim- enzim yang berperan

dalam sintesis klorofil, yang memberi efek pada pertumbuhan dan perkembangan

yang baik. Intensitas cahaya yang tinggi dapat merangsang sintesis hormon

auksin, dimana auksin merupakan zat pengatur tumbuh yang berfungsi

merangsang pembentukan tunas-tunas baru, dengan demikian jumlah daun dapat

bertambah.

Pemberian konsentrasi MOL yang berbeda juga berpengaruh pada

pertumbuhan maupun perkembangan tumbuhan, dimana konsentrasi 50% MOL

menunjukkan bahwa tumbuhan dapat lebih lama bertahan hidup daripada

konsentrasi MOL 75% dan 100%. Hal ini tidak sesuai dengan teori yang berlaku

yang diakibatkan karena banyaknya faktor penghambat, dimana seharusnya MOL

dapat membantu dalan pertumbuhan dan perkembangan tanaman, dimana hal ini

juga diperkuat dengan pernyataan Jumriani et al., (2017) dimana konsentrasi

MOL yang diberikan sangat berpengaruh terhadap jumlah daun tanaman.

Penambahan MOL menyebabkan jumlah mikroorganisme mengikat dan

berkorelasi positif dengan peningkatan jumlah daun.

59
V.PENUTUP

A. Simpulan

Simpulan yang dapat ditarik pada praktikum ini adalah sebagai berikut:

1. Proses pembuatan bioteknologi budidaya pertanian hidroponik dilakukan

dengan menyemaikan tanaman, kemudian membuat campuran ABmix.

Tahap selanjutnya membuat wadah mol dan menyiapkan media yang

bervariasi yaitu arang, arang sekam dan sekam. Tahap selanjutnya menanam

tumbuhan tadi dan diamati selama 1 minggu tiap 2 hari.

2. Pengaruh pemberian berbagai konsentrasi MOL dengan macam media

tanam pada hasil pengamatan menunjukkan tanaman yang diamati tidak

dapat beradaptasi sehingga rata-rata pada hari ke 2 tumbuhan tersebut mati.

3. Faktor yang mempengaruhi bioteknologi budidaya pertanian hidroponik

diantaranya yaitu faktor internal yaitu dari benih tumbuhan itu sendiri dan

faktor eksternal seperti cahaya, memdia yang digunakan serta nutrisi.

B. Saran

Saran yang dapat diajukan pada praktikum ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk laboratorium, diharapkan tetap menjaga kebersihan lab.

2. Untuk asisten, agar tetap semangat dalam membimbing praktikannya dan

dalam membrikan ilmunya.

3. Untuk praktikan, tetap menjaga kekompakkan saat praktikum.

59
DAFTAR PUSTAKA

Jumriani, K., Patang dan Mustarin, A., 2017, Pengaruh Pemberian MOL terhadap
Pertumbuhan dan Produksi Tanaman Kangkung Darat (Ipomea reptans
P.), Jurnal Pendidikan Teknologi Pertanian, 3(1): 19-29

Kurniaty, I., Sukmawati, Ramadhani, A.N., Fatimah, N., Renata, A. & Saputra,
R.E., 2021, Pembuatan Hidroponik untuk Bududaya Tanaman Sayur-
Sayur sebagai Upaya Meningkatkan Kesehatan di Era Pandemi Covid-19
di Kelurahan Balang, Kecamatan Binami, Kabupaten Jeneponto, Jurnal
Lepa-Lepa Open, 1(3), 402-404

Malik, N., Pertumbuhan Jumlah Daun Tanaman Sambiloto (Aandrographis


paniculate Ness.) Hasil Pemberian Pupuk dan Intensitas Cahaya Matahari
yang Berbeda, Jurnal Biowallacea, 2(1), 126-135

Mariana, M., 2017, Pengaruh Media Tanam terhadap Pertumbuhan Stek Batang
Nilam (Pogostemon cablin B.), Jurnal Agrica Ekstensia, 11(1), 1-8

Mubarok, S., Wahyudi, D.W.D., Octaviany, D. dan Karno, 2018, Pemanfaatan


Modul RTC berbasis Arduino Mega sebagai Penentu Variabel Nutrisi pada
Sistem Kontrol Hidroponik, Jurnal Transistor Elektro dan Informatika
(Transistor Ei), 3(1),5-8

Roidah, I.S., 2014, Pemanfaatan Lahan dengan Menggunakan Sistem Hidroponik,


Jurnal Universitas Tulungagung Bonoworo, 1(2), 43-45

Singgih, M., Prabawati, K. dan Abdulloh, D., 2019, Bercocok Tanam, Mudah
dengan Sistem Hidroponik NFT, Jurnal Karya Pengabdian Dosen dan
Mahasiswa, 3(1), 21-23

Wirawati, S.M. dan Arthawati, S.N., 2019, Pengenalan Metode Hidroponik


Budidaya Tanaman Sawi untuk Meningkatkan Pendapatan Masyarakat di
Desa Pelawad Kecamatan Ciruas, Jurnal Abdikarya, 3(1), 1-2

59
Tabel 3. Pengamatan Tinggi Tumbuhan Kacang Hijau (Phaseolus radiatus L.)
Hari Ke-
No. Perlakuan 0 2 4 6 8 10 12 14
1 2 1 2 1 2 1 2 1 2 1 2 1 2 1 2
Arang 15 cm 14,5 cm 15,5 cm M 15,7 cm M 16 cm M 16,3 cm M M M M M M M
50% Arang
1. 15 cm 16 cm 16 cm 16 cm 16,3 cm 16,6 cm M M M M M M M M M M
MOL Sekam
Sekam 12 cm 16 cm 12,3 M M M M M M M M M M M M M
Arang 16,7 cm 17 cm 16,9 cm 18 cm 17,1 cm 18,4 cm M M M M M M M M M M
75% Arang
2. 14 cm 15 cm 14,7 cm 15,2 cm 15,3 cm 15,5 cm 15,6 cm 15,7 cm M M M M M M M M
MOL Sekam
Sekam 13 cm 11 cm 13,2 cm 11,5 cm M M M M M M M M M M M M
Arang 12 cm 8 cm M 9 cm M 9,2 cm M 16 cm M M M M M M M M
100% Arang
3. 9 cm 10 cm 9,1 cm 10,2 cm 9,6 cm 10,3 cm 10,2 cm 10,5 cm 10,9 cm M M M M M M M
MOL Sekam
Sekam 15 cm 19 cm 16 cm 19,4 cm M 19,7 cm M M M M M M M M M M
Arang 16 cm 15 cm 17 cm M M M M M M M M M M M M M
AB Arang
4. 13 cm 16 cm 13,6 cm 17 cm 16,7 cm M 19 cm M M M M M M M M M
MIX Sekam
Sekam 15,2 cm 14,2 cm 15,5 cm M M M M M M M M M M M M M
Tabel 4. Perhitungan Jumlah Daun Tumbuhan Kacang Hijau (Phaseolus radiatus L.)

Hari Ke-
Perlakuan 0 2 4 6 8 10 12 14

1 2 1 2 1 2 1 2 1 2 1 2 1 2 1 2

Arang 2 2 2 M 2 M 2 M 3 M M M M M M M
Arang
50% MOL Sekam 2 2 2 2 2 2 M M M M M M M M M M

Sekam 2 2 2 M M M M M M M M M M M M M

Arang 2 2 2 3 2 3 M M M M M M M M M M
Arang
75% MOL Sekam 2 2 2 2 2 3 3 3 M M M M M M M M

Sekam 2 2 2 2 M M M M M M M M M M M M

Arang 2 2 M 2 M 2 M 3 M M M M M M M M
Arang
100% MOL Sekam 2 2 2 2 2 3 3 3 3 M M M M M M M

Sekam 2 2 2 3 M 3 M M M M M M M M M M
AB MIX
Arang 2 2 3 M 3 M M M M M M M M M M M
Arang 2 2 2 3 2 M 3 M M M M M M M M M
Sekam
Sekam 2 2 2 M M M M M M M M M M M M M

Anda mungkin juga menyukai