Makalah Pancasila
Makalah Pancasila
Disusun Oleh:
NIM : 11320270
KELAS : PANCASILA – M
“VETERAN” YOGYAKARTA
2023/2024
KATA PENGANTAR
Puji syukur Saya panjatkan Kepada Tuhan Yang Maha esa atas anugrah-Nya
sehingga Saya dapat menyelesaikan penulisan Makalah ini yang berjudul
“Pancasila: Tantangan, Hubungan, dan Kebijakan Negara” ini dengan tepat waktu
sebagaimana yang telah di tentukan.
Adapun Maksud dan Tujuan dari penyusunan Makalah ini selain untuk
menyelesaikan tugas yang di berikan oleh Dosen pengajar, juga unutuklebih
memperluas pengetahuan para Mahasiswa/i dan khususnya bagi penulis.
Penulis telah berusaha untuk dapat menyusun makalah ini dengan baik, namun
penulis pun menyadari bahwa kami memiliki akan adanya keterbatasan kami
sebagai manusia biasa. Oleh karena itu jika didapati adanya kesalahan-kesalahan
baik dari segiteknik penulisan, maoun dari isi yang terkandung di dalam maklah
ini. Saya memohon maaf dan kritik.
Serta saran dari Dosen Pengajar bahkan semua pembaca sangat diharapkan Oleh
saya untuk dapat menyemprnakan Makalah ini terlebih juga dalam pengetahuan
kita bersama.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
iii
BAB I
PENDAHULUAN
iv
1.2 Rumusan Masalah
2. Ada tantangan apa saja yang terjadi , dan bagaimana cara suapaya bisa
mengahdapi persoalan yang telah terjadi tersebut?
3. Bagaimana Hubungan Pancasila itu dengan UUD 1945, NKRI, dan Bhineka
Tunggal Ika?
v
BAB II
PEMBAHASAN
Ada beberapa komponen penting dalam sebuah ideologi, yaitu sistem Ada
beberapa komponen penting dalam sebuah ideologi, yaitu sistem, arah , tujuan,
cara berpikir, program, sosial, dan politik. Sejarah konsep ideologi dapat
ditelusuri jauh sebelum istilah tersebut digunakan Destutt de Tracy pada
penghujung abad kedelapanbelas. Tracy menyebut ideologi sebagai science of
ideas, yaitu suatu program yang diharapkan dapat membawa perubahan
institusional bagi masyarakat Perancis. Namun , Napoleon mengecam istilah
ideologi yang dianggapnya suatu khayalan belaka, yang tidak mempunyai arti
praktis. Hal semacam itu hanya impian belaka yang tidak akan ditemukan dalam
kenyataan.
vi
ideology ” sama sekali. Ada tiga aspek dalam konsep ideologi yang dibahas
Machiavelli, yaitu agama, kekuasaan, dan dominasi.Machiavelli melihat bahwa
orang orang sezamannya lebih dahulu memperoleh kebebasan, hal tersebut
lantaran perbedaan yang terletak dalam pendidikan yang didasarkan pada
perbedaan konsepsi keagamaan.
vii
Pancasila sebagai ideologi berarti Pancasila merupakan
landasan/ide/gagasan yang fundamental dalam proses penyelenggaraan tata
pemerintahan suatu negara, mengatur bagaimana suatu sistem itu di jalan kan.
Visi atau arah dari kehidupan berbangsa dan bernegara di Indonesia ialah
terwujudnya kehidupan yang menjunjung tinggi Ketuhanan, Nilai Kemanusiaan,
Persatuan, Kerakyatan serta Nilai Keadilan. Visi atau arah dari kehidupan
berbangsa dan bernegara di indonesia ialah terwujudnya kehidupan yang
menjunjung tinggi Ketuhanan, Nilai Kemanusiaan, Persatuan, Kerakyatan serta
Nilai Keadilan. Seluruh warga negara Indonesia menjadikan Pancasila sebagai
dasar sistem keragaman , seluruh warga negara Indonesia menjadikan pancasila
sebagai dasar sistem kenegaraan. Tetapi banyak sekali Tantangan Pancasila dalam
beberapa persoalan, seperti Ekstrimisme, SARA,dan ideologi Transnasional.
A. EKSTRIMISME
viii
waspada karena munculnya berbagai hoaks, ujaran kebencian, dan khususnya
ekstrimisme agama yang berpotensi menimbulkan keresahan sosial dan memecah
belah masyarakat.
B. SARA
ix
karena hal sepele, seperti tersinggung, diledek atau hal-hal yang sekiranya tidak
perlu dibesar-besarkan.
Konflik Sampit tahun 2001 bukanlah insiden yang terisolasi, karena telah
terjadi beberapa insiden sebelumnya antara warga Dayak dan Madura. Konflik
besar terakhir terjadi antara Desember 1996 dan Januari 1997 yang
mengakibatkan 600 korban tewas. Penduduk Madura pertama tiba
di Kalimantan tahun 1930 di bawah Program transmirgasi yang dicanangkan
oleh pemerintah kolonial Belanda dan dilanjutkan oleh pemerintah Indonesia.
Tahun 2000, transmigran membentuk 21% populasi Kalimantan Tengah. Suku
Dayak merasa tidak puas dengan persaingan yang terus datang dari warga
x
Madura yang semakin agresif. Hukum-hukum baru telah memungkinkan
warga Madura memperoleh kontrol terhadap banyak industri komersial di
provinsi ini seperti perkayuan, penambangan dan perkebunan.
Ada sejumlah cerita yang menjelaskan insiden kerusuhan tahun 2001. Satu
versi mengklaim bahwa ini disebabkan oleh serangan Pembakaran sebuah
rumah Dayak. Rumor mengatakan bahwa kebakaran ini disebabkan oleh
warga Madura dan kemudian sekelompok anggota suku Dayak mulai
membakar rumah-rumah di permukiman Madura. K.M.A Usop dari Asosiasi
Masyarakat Dayak mengklaim bahwa pembantaian oleh suku Dayak
dilakukan demi mempertahankan diri setelah beberapa anggota mereka
diserang. Selain itu, juga dikatakan bahwa seorang warga Dayak disiksa dan
dibunuh oleh sekelompok warga Madura setelah sengketa judi di desa
Kerengpangi pada 17 Desember 2000.
Versi lain mengklaim bahwa konflik ini berawal dari percekcokan antara
murid dari berbagai ras di sekolah yang sama. Sedikitnya 100 warga Madura
dipenggal kepalanya oleh suku Dayak selama konflik ini. Suku Dayak
memiliki sejarah praktik ritual pemburuan kepala (Ngayau) meski praktik ini
dianggap musnah pada awal abad ke-20.
C. IDEOLOGI TRANSNANSIONAL
xi
Ideologi transnasional dalam rangka konsolidasi demokrasi yang dapat
dibangun dengan cara moderasi beragama.Indikator moderasi beragama yang
terdiri dari komitmen kebangsaan, toleransi, anti kekerasan, dan penerimaan
terhadap tradisi untuk menuju kehidupan yang damai. Penguatan moderasi
beragama sangat relevan karena bangsa Indonesia sedang dihadapkan pada
sejumlah tantangan, antara lain berkembangnya cara pandang, sikap dan praktik
beragama yang ekstrem bahkan mengarah kepada terorisme. Lalu berkembangnya
klaim kebenaran subyektif dan pemaksaan kehendak atas tafsir agama yang
berpotensi memicu intoleransi dan konflik sosial, serta berkembangnya semangat
beragama yang tidak selaras dengan paham kebangsaan.
xii
Pancasila merupakan dasar negara Indonesia, kedudukan pancasila sebagai dasar
negara bersifat kuat tetap dan tidak dapat diubah karena terdapat dalam
Pembukaan UUD 1945 pada alinea ke empat. Walaupun tidak disebutkan secara
eksplisit Pembukaan UUD 1945 adalah pokok kaidah yang dijadikan landasan
serta peraturan hukum tertinggi bagi bentuk hukum lainnya, termasuk hukum
dasar tertulis dan hukum dasar tidak tertulis. Antara Pancasila sebagai dasar
negara dan UUD 1945, khususnya bagian pembukaan, sebagai dasar hukum,
keduanya memiliki hubungan yang saling berkaitan atau tidak dapat dipisahkan.
Dapat digambarkan jika Pancasila adalah rohnya, sedangkan UUD 1945 adalah
raganya.
Negara Republik Indonesia Tahun 1945, atau disingkat UUD 1945 atau
UUD '45, adalah hukum dasar tertulis (basic law), konstitusi pemerintahan negara
Republik Indonesia saat ini. UUD 1945 disahkan sebagai undang-undang dasar
negara oleh PPKI pada tanggal 18 Agustus 1945. Sejak tanggal 27 Desember
1949, di Indonesia berlaku Konstitusi RIS, dan sejak tanggal 17 Agustus 1950 di
Indonesia berlaku UUDS 1950. Dekrit Presiden 5 Juli 1959 kembali
memberlakukan UUD 1945, dengan dikukuhkan secara aklamasi oleh DPR pada
tanggal 22 Juli 1959. Pada kurun waktu tahun 1999- 2002, UUD 1945 mengalami
4 kali perubahan
xiii
dasar yang tak tertulis. Herman Heler mengatakan bahwa konstitusi lebih luas
daripada UndangUndang Dasar. Konstitusi tidak hanya bersifat yuridis, melainkan
juga bersifat sosiologis dan politis. Sedangkan Undang-Undang Dasar hanya
merupakan sebagian dari pengertian konstitusi, yakni konstitusi yang tertulis.
Dalam pengertian sosiologis dan politis, konstitusi merupakan sintese faktor
kekuatan yang nyata dalam masyarakat. Jadi, konstitusi menggambarkan
hubungan antara kekuasaan yang terdapat dengan nyata dalam suatu negara.
Sedangkan dalam pengertian yuridis, konstitusi adalah suatu naskah yang memuat
semua bangunan negara dan sendi-sendi pemerintahan. Namun demikian, ada
yang menyamakan antara konstitusi dan Undang-Undang Dasar sebagaimana
dikemukakan oleh C.F. Strong dan James Bryce. Bagi mereka, yang terpenting
adalah isi atau substansi materi dari konstitusi itu sendiri. (Tim ICCE UIN Jakarta,
2000 : 89).
xiv
berdasarkan nilai – nilai yang sesuai dengan budaya dan sosial masyarakat
Indonesia yang multikulturalisme. Problematika kebangsaan bisa menjadi besar
apabila tidak di dasarkan kembali kepada Pancasila, karena Pancasila menjadi
pedoman dan pandangan kehidupan berbangsa dan menguatkan NKRI. Dalam
buku ini ada beberapa ulasan dan catatan dari teman – teman tentang Pancasila
dan NKRI yang bisa menjadi bahan diskusi dan referensi.
xv
keadilan sosial sebagai proses membangun keharmonisan hidup
berkelompok di tengah berbagai perbedaan suku, agama, ras dan antar golongan
(SARA) yang ada di Indonesia. Nilai Pancasila secara umum dibagi menjadi dua
yaitu nilai dasar dan nilai instrumental. Nilai dasar itu bersifat abstrak dan
normatif dimana isinya belum dapat dioperasionalkan. Untuk dapat bergerak
secara operasional dan eksplisit, maka dibutuhkan penjabaran ke dalam nilai
instrumental seperti UUD 1945 dan peraturan perundangundangan. Dengan
bersumber lima nilai dasar (Nilai Ketuhanan, Nilai Kemanusiaan, Nilai Persatuan,
Nilai Kerakyatan, Nilai Keadilan) maka dapat dibuat dan dijabarkan nilai-nilai
instrumental.
Bhinneka Tunggal Ika berfungsi sebagai motto negara, yang diangkat dari
penggalan kakawin Sutasoma karya besar Mpu Tantular pada jaman Keprabonan
Majapahit (abad 14). Sesanti atau semboyan Bhinneka Tunggal Ika diungkapkan
pertama kali oleh Mpu Tantular, pujangga agung kerajaan Majapahit yang hidup
pada masa pemerintahan Raja Hayamwuruk, di abad ke empatbelas (1350-1389).
Sesanti tersebut berbunyi “Bhinna ika tunggal ika, tan hana dharma mangrwa,”
yang artinya, “berbeda-beda itu, satu itu, tak ada pengabdian yang mendua.”
Semboyan yang kemudian dijadikan prinsip dalam peme-rintahan kerajaan
xvi
Majapahit untuk mengantisipasi adanya keanekaragaman agama yang dipeluk
oleh rakyat Majapahit pada waktu itu. Meskipun mereka berbeda agama tetapi
mereka tetap satu dalam pengabdian.
Jika dikaji secara akademis, bhinneka tunggal ika tersebut dapat dipahami
dalam konteks konsep generik multiculturalism. Dalam wacana masyarakat Barat
kontemporer, multikulturalisme setidaknya menunjuk pada tigal hal :
Kasus yang akan kita tinjau adalah seperti yang sedang marak terjadi dan
menjadi gangguan besar bagi perputaran ekonomi dan sektor keuangan di
Indonesia. Yaitu kenaikkan SDM yang membuat Masyarakat menjerit. Akan
tetapi trategi apa yang akan di lakukan oleh kita sebagai generasi penerus bangsa
ini.
xvii
Ada tiga strategi yang dijabarkan oleh Prof. Boediono. Pertama, penguatan
struktur ekonomi nasional yang seimbang dan terintegrasi. Menurutnya, setiap
provinsi di Indonesia merupakan elemen penting untuk menguatkan struktur
ekonomi nasional. Setiap sektor semisal industri, pertanian, dan jasa harus
berjalan secara seimbang serta mendukung satu sama lain. Strategi kedua yaitu
penguatan jaringan infrastruktur dan informasi yang terpadu. Keterkaitan sektor
ekonomi di tiap daerah akan terjadi jika ada infrastruktur yang baik. Infrastruktur
ini juga yang menjadi media impelementasi sistem ekonomi nasional agar dapat
diterapkan di setiap daerah. Dan yang ketiga adalah penguatan kemanan pangan
dan energi
Pancasila bukan merupakan ideologi yang kaku dan tertutup, namun justru
bersifat reformatif, dinamis, dan antisipatif. Dengan demikian Pancasila mampu
menyesuaikan dengan perubahan dan perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi (IPTEK) yaitu dengan tetap memperhatikan dinamika aspirasi
masyarakat. Kemampuan ini sesungguhnya tidak berarti Pancasila itu dapat
mengubah nilai-nilai dasar yang terkandung, tetapi lebih menekan pada
kemampuan dalam mengartikulasikan suatu nilai menjadi aktivitas nyata dalam
pemecahan masalah yang terjadi (inovasi teknologi canggih). Ada beberapa
dimensi penting Dimensi.Reality. Yaitu nilai-nilai dasar yang terkandung di
dalam ideologi tersebut secara riil berakar dalam hidup masyarakat atau
bangsanya, terutama karena nilai-nilai dasar tersebut Dimensi.Idealisme.
Yaitu nilai-nilai dasar ideologi tersebut mengandung idealisme yang memberi
harapan tentang masa depan yang lebih baik melalui pengalaman dalam praktik
kehidupan bersama.
xviii
umumnya para pakar sepakat bahwa ciri utama yang melatarbelakangi sistem atau
model manapun dari suatu perkembangan IPTEK dan masyarakat modern, adalah
derajat rasionalitas yang tinggi dalam arti bahwa kegiatan-kegiatan dalam
masyarakat demikian terselenggara berdasarkan nilai-nilai dan dalam pola-pola
yang objektif dan efektif, ketimbang yang sifatnya primordial, seremonial atau
tradisional.
Derajat rasionalitas yang tinggi itu digerakkan oleh perkembangan-perkembangan
ilmu pengetahuan dan teknologi. Oleh karena itu, nilai-nilai pancasila itu sangat
mendorong dan mendasari akan perkembangan dari ilmu pengetahuan dan
teknologi yang baik dan terarah. Dengan Nilai-nilai Pancasila tersebut, perlu
menjadi kesadaran masyarakat bahwa untuk meningkatakan IPTEK di Indonesia,
sejak dini masyarakat harus memiliki dan memegang prinsip dan tekad yang
kukuh serta berlandaskan pada Nilai-nilai Pancasila yang merupakan kepribadian
khas Indonesia.
Pancasila merupakan dasar negara, ideologi negara, dan dasar filosofi negara.
Dalam Tap MPR Nomor III/MPR/2000 Tahun 2000 tentang Sumber Hukum dan
xix
Urutan Peraturan Perundang-undangan dinyatakan bahwa Pancasila merupakan
sumber hukum dasar nasional dan sumber hukum itu didefinisikan sebagai sumber
yang dijadikan bahan untuk penyusunan peraturan perundang-undangan.
Dalam Undang-Undang (UU) Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan
Peraturan Perundang-undangan ditegaskan bahwa Pancasila merupakan sumber
dari segala sumber hukum negara.
Para ahli sosiologi dan ahli hukum sudah sejak lama memaklumi bahwa law is a
tool of social engineering, hukum adalah alat perekayasa sosial. Hukum, dalam
arti peraturan perundang-undangan, merupakan alat yang efektif untuk mengubah
perilaku masyarakat. Hal ini dapat dipahami karena hukum memiliki ciri yang
tidak dipunyai oleh norma hidup lainnya, yakni sanksi yang bisa dipaksakan.
Sementara, norma sosial, norma kesusilaan, norma agama, dan norma adat tidak
memiliki sanksi yang bisa dipaksakan sebagaimana sanksi di dalam hukum.
xx
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Pada uraian diatas kita telah sama sama memahami tentang konsep konsep
Pancasila yang menjadi dasar negara. Norma-norma yang telah dibuat tersebut
memiliki keterkaitan dengan pancasila itu sendiri, meski pun banyak tantangan
yang beredar di Indonesia kita bisa menyikapinya dengan berlandaskan hukum
dan pancasila. Betapa sakti nya Pancasila untuk Negara kita, sebagai generasi
penerus sangat diharapkan bagi kita semua untuk memahami dan ikut melakukan
sikap sikap pancasila untuk masa depan yang lebih baik.
3.2 SARAN
xxi
DAFTAR PUSTAKA
Morfit, M. (1981). Pancasila: The Indonesian state ideology according to the new
order government. Asian Survey, 21(8), 838-851.
xxii
xxiii