Anda di halaman 1dari 23

PENDIDIKAN PANCASILA

PANCASILA: TANTANGAN, HUBUNGAN, DAN KEBIJAKAN NEGARA

Disusun Oleh:

Nama : Muhammad Zakiy Fawwaz Dakhilulloh

NIM : 11320270

KELAS : PANCASILA – M

PROGRAM STUDI TEKNIK PERMINYAKAN

FAKULTAS TEKNOLOGI MINERAL

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL

“VETERAN” YOGYAKARTA

2023/2024
KATA PENGANTAR

Puji syukur Saya panjatkan Kepada Tuhan Yang Maha esa atas anugrah-Nya
sehingga Saya dapat menyelesaikan penulisan Makalah ini yang berjudul
“Pancasila: Tantangan, Hubungan, dan Kebijakan Negara” ini dengan tepat waktu
sebagaimana yang telah di tentukan.

Adapun Maksud dan Tujuan dari penyusunan Makalah ini selain untuk
menyelesaikan tugas yang di berikan oleh Dosen pengajar, juga unutuklebih
memperluas pengetahuan para Mahasiswa/i dan khususnya bagi penulis.

Penulis telah berusaha untuk dapat menyusun makalah ini dengan baik, namun
penulis pun menyadari bahwa kami memiliki akan adanya keterbatasan kami
sebagai manusia biasa. Oleh karena itu jika didapati adanya kesalahan-kesalahan
baik dari segiteknik penulisan, maoun dari isi yang terkandung di dalam maklah
ini. Saya memohon maaf dan kritik.

Serta saran dari Dosen Pengajar bahkan semua pembaca sangat diharapkan Oleh
saya untuk dapat menyemprnakan Makalah ini terlebih juga dalam pengetahuan
kita bersama.

Yogyakarta, 28 September 2023

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .....................................................................................ii

DAFTAR ISI ...............................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN .............................................................................1

1.1 Latar Belakang .....................................................................................1

1.2 Rumusan Masalah ................................................................................2

1.3 Tujuan ...................................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN ................................................................................3

2.1 Pancasila Sebagai Ideologi Negara .........................................................3

2.2 Tantangan Pancasila Sebagai Dasar Negara Dalam Persoalan Ekstrimisme,


SARA, dan Ideologi Transnasional .............................................................5

2.3 Hubungan Pancasila Dengan UUD 1945, NKRI, dan

Bhineka Tunggal Ika .....................................................................................9

2.4 Keterkaitan Pancasila Dengan Kebijakkan Pemerintah ........................14

BAB III PENUTUP .....................................................................................18

3.1 Kesimpulan ..........................................................................................18

3.2 Saran ......................................................................................................18

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................19

iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Pancasila yang merupakan dasar negara Indonesia, menjdai dasar pedoman


dalam segala pelaksanaan dan penyelenggaraan pemerintahan negara Indonesia.
Termasuk peraturab Perundang-Undangan. Pancasila merupakan cerminanan
Bangsa Indonesia dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.
Nilai-nilai Pancasila yang terkandung di dalam Pancasila menjadi tolak ukur bagi
bangsa Indonesia dalam penyelenggaran bernegara. Karena Konsekuensi dari
halitu bahwa penyelenggaraan bernegara tidak boleh menyimpang dari nilai
ketuhanan, nilai kemanusiaan, nilai persatuan, nilai kedailan. Tapi dari nilai
tersebut. Banyak sekali tantangan yang dirasakan untuk menagani beberapa
permasalahan seperti Ekstrimisme, SARA, Ideologi Transnasional.

Pancasila dianggap sebagai sesuatuyang sakral yang satiap warganya


harushafal dan mematuhi segala isi dalam Pancasila tersebut. Namun sebagian
basar warga negara Indonesia hanya menganggap Pancasila sebagai dasar/ideologi
saja tanpa memperdulikan makna dan manfaatnya dalam kehidupan. Tanpa
manusia sadari nilai-nilai makna yang terkandung dalam Pancasila sangat berguna
dan bermanfaat.

Di dalam Pancasila terkandung banyak sakali manfaat untuk mengatasi


masalah maslah yang sedang terjadi dalam masyarakat atau konflik yang terjadi
tersebut benar benar hampir merusak citra dari Pancasila itu sendiri.

Indonesia hidup di dalam berbagai keberagaman, baik itu


suku,bangsa,budaya dan agama. Dari semua itu, indonesia berdiri dalam suatu
ketuhanan. Menjadi kesatuan dan bersatu di dsalam persatuan yang kokoh di
bawah naungan Pancasila dan semboyannya, Bhineka Tunggal Ika.

iv
1.2 Rumusan Masalah

1. Apa saja peran Pancasila dalam Hubungannya dengan Ideologi Negara?

2. Ada tantangan apa saja yang terjadi , dan bagaimana cara suapaya bisa
mengahdapi persoalan yang telah terjadi tersebut?

3. Bagaimana Hubungan Pancasila itu dengan UUD 1945, NKRI, dan Bhineka
Tunggal Ika?

4. Apa kaitannya Pancasila dengan Rumusan Kebijakan Pemerintahan di beberapa


bidang?

1.3 Tujuan Masalah

1. Untuk mengetahui dan memahami Pancasila dan Ideologi Negara

2. Untuk dapat menganalisis dan memcahkan solusi terkait tantangan Pancasila


sebagi Ideologi negara Indonesia

3. Mengetahui bagaimana hubungan Pancasila dengan UUD 1945, NKRI, dan


Bhineka Tunggal Ika

4. Mengetahui bahwa Pancasila juga berperan penting dalam beberapa sektor di


rumusan kebijakan pemerintahan

v
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 PANCASILA SEBAGAI IDEOLOGI NEGARA

Mungkin Anda pernah membaca atau mendengar pengertian


ideologi.Istilah ideologi berasal dari kata idea, yang artinya gagasan, konsep,
pengertian dasar, cita-cita; dan logos yang berarti ilmu.Ideologi secara etimologis,
artinya ilmu tentang ide-ide (the science of ideas), atau ajaran tentang pengertian
dasar (Kaelan, 2013: 60-61). Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, ideologi
didefinisikan sebagai kumpulan konsep bersistem yang dijadikan asas pendapat
yang memberikan arah dan tujuan untuk kelangsungan hidup.

Ada beberapa komponen penting dalam sebuah ideologi, yaitu sistem Ada
beberapa komponen penting dalam sebuah ideologi, yaitu sistem, arah , tujuan,
cara berpikir, program, sosial, dan politik. Sejarah konsep ideologi dapat
ditelusuri jauh sebelum istilah tersebut digunakan Destutt de Tracy pada
penghujung abad kedelapanbelas. Tracy menyebut ideologi sebagai science of
ideas, yaitu suatu program yang diharapkan dapat membawa perubahan
institusional bagi masyarakat Perancis. Namun , Napoleon mengecam istilah
ideologi yang dianggapnya suatu khayalan belaka, yang tidak mempunyai arti
praktis. Hal semacam itu hanya impian belaka yang tidak akan ditemukan dalam
kenyataan.

Jorge Larrain menegaskan bahwa konsep ideologi erat hubungannya


dengan perjuangan pembebasan borjuis dari belenggu feodal dan mencerminkan
sikap pemikiran modern baru yang kritis.Niccolo Machiav merupakan pelopor
yang membicarakan persoalan yang secara langsung berkaitan dengan fenomena
ideologi. Machiavelli mengamati praktik politik para pangeran, dan mengamati
pula tingkah laku manusia dalam politik, meskipun ia tidak menggunakan istilah “

vi
ideology ” sama sekali. Ada tiga aspek dalam konsep ideologi yang dibahas
Machiavelli, yaitu agama, kekuasaan, dan dominasi.Machiavelli melihat bahwa
orang orang sezamannya lebih dahulu memperoleh kebebasan, hal tersebut
lantaran perbedaan yang terletak dalam pendidikan yang didasarkan pada
perbedaan konsepsi keagamaan.

Larrain menyitir pendapat Machiavelli sebagai berikut .“Agama kita lebih


memuliakan orang orang yang rendah hati dan tafakur daripada orang orang yang
bekerja. Agamalah yang menetapkan kebaikan tertinggi manusia dengan
kerendahan hati, pengorbanan diri dan sikap memandang rendah untuk hal hal
keduniawian. Pola hidup ini karenanya tampak membuat dunia itu lemah, dan
menyerahkan diri sebagai mangsa bagi mereka yang jahat, yang menjalankannya
dengan sukses dan aman, karena mereka itu sadar bahwa orang orang yang
menjadikan surga sebagai tujuan pada umumnya beranggapan bertahan itu lebih
baik daripada membalas dendam, terhadap perbuatan mereka yang tidak adil”
(Larrain, 1996: 9).

Sikap semacam itulah yang menjadikan Machiavel li menghubungkan


antara ideologi dan pertimbangan mengenai penggunaan kekuatan dan tipu daya
untuk mendapatkan serta mempertahankan kekuasaan.Para penguasa – pangeran –
harus belajar mempraktikkan tipuan, karena kekuatan fisik saja tidak pernah
mencukupi.Machiavelli menengarai bahwa hampir tidak ada orang berbudi yang
memperoleh kekuasaan besar “hanya dengan menggunakan kekuatan yang
terbuka dan tidak berkedok”, kekuasaan dapat dikerjakan dengan baik, hanya
dengan tipuan.Machiavelli melanjutkan analisisnya tentang kekuasaan dengan
mengatakan bahwa meskipun menjalankan kekuasaan memerlukan kualifikasi
yang baik, seperti menepati janji, belas kasihan, tulus ikhlas.Penguasa tidak perlu
memiliki semua persyaratan itu, tetapi dia harus tampak secara meyakinkan
memiliki kesemuanya itu (Larrain, 1996: 9). Ungkapan Machiavelli tersebut
dikenal dengan istilah adagium, “tujuan menghalalkan segala macam cara”

vii
Pancasila sebagai ideologi berarti Pancasila merupakan
landasan/ide/gagasan yang fundamental dalam proses penyelenggaraan tata
pemerintahan suatu negara, mengatur bagaimana suatu sistem itu di jalan kan.
Visi atau arah dari kehidupan berbangsa dan bernegara di Indonesia ialah
terwujudnya kehidupan yang menjunjung tinggi Ketuhanan, Nilai Kemanusiaan,
Persatuan, Kerakyatan serta Nilai Keadilan. Visi atau arah dari kehidupan
berbangsa dan bernegara di indonesia ialah terwujudnya kehidupan yang
menjunjung tinggi Ketuhanan, Nilai Kemanusiaan, Persatuan, Kerakyatan serta
Nilai Keadilan. Seluruh warga negara Indonesia menjadikan Pancasila sebagai
dasar sistem keragaman , seluruh warga negara Indonesia menjadikan pancasila
sebagai dasar sistem kenegaraan. Tetapi banyak sekali Tantangan Pancasila dalam
beberapa persoalan, seperti Ekstrimisme, SARA,dan ideologi Transnasional.

2.2 TANTANGAN PANCASILA SEBAGAI DASAR NEGARA DALAM


PERSOALAN EKSTRIMISME, SARA, DAN IDEOLOGI
TRANSNASIONAL

A. EKSTRIMISME

Dari sudut pandang emitologi menyatakan, istilah violet extreism yang


berartikan “Islamic Terroism” yang dimana itu adalah sebuah aksi teroris yang
telah di lakukan oleh orang-orang beragama muslim. Kuasalitas istilah
esktrimisme dan teroroisme secara tidak sadar telah melahirkan keadaan “moral
panic” dan menjadikan Islamphobia di Masyarakat. Ekstremisme adalah faham
atau keyakinan yang ekstrem atau berlebihan; tidak hanya berkaitan dengan
agama, tetapi juga ras, ideologi politik, atau perkumpulan tertentu. Ekstremisme
kekerasan adalah tindakan kekerasan yang didorong atas atau dihubungkan
dengan faham atau keyakinan ekstrem; sebuah keyakinan dan atau tindakan yang
menggunakan cara-cara kekerasan atau ancaman kekerasan ekstrem dengan tujuan
mendukung atau melakukan aksi terorisme . Bangsa Indonesia perlu bersikap

viii
waspada karena munculnya berbagai hoaks, ujaran kebencian, dan khususnya
ekstrimisme agama yang berpotensi menimbulkan keresahan sosial dan memecah
belah masyarakat.

Ekstremisme agama sangat rentan terjadi di kalangan para pemuda-pemudi


di Indonesia. Karena kelompok tersebut masih mencari jati dirinya sehingga lebih
mudah terpengaruh oleh berbagai macam penggiringan isu yang tidak baik bagi
kesatuan dan persatuan bangsa. Maraknya aksi pelemparan bom dan tembak
menambak yang terjadi di berbagai negara belakangan ini seringkali dicap sebagai
bentuk Ekstrimisme yang dilatarbelakangi oleh radikalisme agama. Dari berbagai
kejadian itu, banyak pihak yang menuding aksi tersebut dilakukan oleh kelompok-
kelompok garis keras berlandaskan agama Islam, seperti ISIS atau Daesh, Boko
Haram, Abu Sayyaf, dan afiliasi kelompok-kelompok tersebut di Namun,
sesungguhnya tindakan dan aksi tersebut juga dilakukan oleh kelompok dengan
latar belakang agama lainnya. Misalnya kasus ledakan bom yang terjadi di
Malegaon, Maharashtra, dan di Modasa, Gujarat di India pada 29 September 2008
yang menewaskan 8 orang, dan melukai lebih dari 80 orang yang mayoritas
beragama Islam. Menurut otoritas setempat, aksi ini dilakukan oleh kelompok
garis keras di India dengan latar belakang agama Hindu (Angel Damayanti, 2018:
1).

B. SARA

SARA (Suku, Ras, Agama, dan Antar Golongan) adalah berbagai


pandangan dan tindakan yang didasarkan pada sentimen identitas yang
menyangkut keturunan, agama, kebangsaan atau kesukuan dan golongan. Setiap
tindakan yang melibatkan kekerasan, diskriminasi dan pelecehan yang didasarkan
pada identitas diri dan golongan dapat dikatakan sebagai tindakan SARA.
Tindakan ini dianggap melecehkan kemerdekaan dan segala hak-hak dasar yang
melekat pada manusia. Konflik ini biasanya ada karena keegoisan seseorang atau
kelompok yang dilakukan dengan jalan kekerasan. Hal ini bisa juga disebabkan

ix
karena hal sepele, seperti tersinggung, diledek atau hal-hal yang sekiranya tidak
perlu dibesar-besarkan.

SARA digolongkan menjadi 3 kategori :

1. Kategori Individual : merupakan tindakan SARA yang dilakukan oleh


individu atau kelompok. Yang termasuk kategori ini adalah tindakan
maupun pernyataan yang bersifat menyerang, mengintimidasi, melecehkan
dan menghina identitas diri maupun golongan. Misalnya membuli teman
sekelasnya dan menjauhinya secara tidak
langsung telah mengintimidasinya dengan cara membuli.

2. Kategori Institusional : merupakan tindakan SARA yang dilakukan oleh


suatu institusi, termasuk Negara, baik secara langsung maupun tidak
langsung, sengaja atau tidak sengaja telah membuat peraturan
diskriminatif dalam struktur organisasi maupun kebijakannya.

3. Kategori Kultural :merupakan penyebaran mitos, tradisi dan ide-ide


diskriminatif malelaui struktur budaya masyarakat. Contohnya seperti
sekarang yang sering dilakukan masyarakat di desa yang selalu
mengadakan bersih desa di setiap tahun baru islam(suro) dan itu
merupakan tradisi turun temurun dari nenek moyang.

Konflik Sampit tahun 2001 bukanlah insiden yang terisolasi, karena telah
terjadi beberapa insiden sebelumnya antara warga Dayak dan Madura. Konflik
besar terakhir terjadi antara Desember 1996 dan Januari 1997 yang
mengakibatkan 600 korban tewas. Penduduk Madura pertama tiba
di Kalimantan tahun 1930 di bawah Program transmirgasi yang dicanangkan
oleh pemerintah kolonial Belanda dan dilanjutkan oleh pemerintah Indonesia.
Tahun 2000, transmigran membentuk 21% populasi Kalimantan Tengah. Suku
Dayak merasa tidak puas dengan persaingan yang terus datang dari warga

x
Madura yang semakin agresif. Hukum-hukum baru telah memungkinkan
warga Madura memperoleh kontrol terhadap banyak industri komersial di
provinsi ini seperti perkayuan, penambangan dan perkebunan.

Ada sejumlah cerita yang menjelaskan insiden kerusuhan tahun 2001. Satu
versi mengklaim bahwa ini disebabkan oleh serangan Pembakaran sebuah
rumah Dayak. Rumor mengatakan bahwa kebakaran ini disebabkan oleh
warga Madura dan kemudian sekelompok anggota suku Dayak mulai
membakar rumah-rumah di permukiman Madura. K.M.A Usop dari Asosiasi
Masyarakat Dayak mengklaim bahwa pembantaian oleh suku Dayak
dilakukan demi mempertahankan diri setelah beberapa anggota mereka
diserang. Selain itu, juga dikatakan bahwa seorang warga Dayak disiksa dan
dibunuh oleh sekelompok warga Madura setelah sengketa judi di desa
Kerengpangi pada 17 Desember 2000.

Versi lain mengklaim bahwa konflik ini berawal dari percekcokan antara
murid dari berbagai ras di sekolah yang sama. Sedikitnya 100 warga Madura
dipenggal kepalanya oleh suku Dayak selama konflik ini. Suku Dayak
memiliki sejarah praktik ritual pemburuan kepala (Ngayau) meski praktik ini
dianggap musnah pada awal abad ke-20.

C. IDEOLOGI TRANSNANSIONAL

Ideologi Transnasional merupakan ideologi yang menyebar yang dianggap


warga, di banyak negara akibat perbatasan ekonomi dan sosial antarnegara yang
semakin kabur dan semakin berkembang di era digitalisasi ini,Internalisasi nilai
Pancasila wajib diterapkan untuk menghambat nilai transnasional, di antaranya
Pancasila sebagai rujukan utama untuk kehidupan berbangsa dan bernegara,
memerangi radikal yang dapat memecah belah bangsa, memupuk rasa
nasionalisme dan mengembangkan kepribadian bangsa dan menolak kebudayaan
buruk budaya asing.

xi
Ideologi transnasional dalam rangka konsolidasi demokrasi yang dapat
dibangun dengan cara moderasi beragama.Indikator moderasi beragama yang
terdiri dari komitmen kebangsaan, toleransi, anti kekerasan, dan penerimaan
terhadap tradisi untuk menuju kehidupan yang damai. Penguatan moderasi
beragama sangat relevan karena bangsa Indonesia sedang dihadapkan pada
sejumlah tantangan, antara lain berkembangnya cara pandang, sikap dan praktik
beragama yang ekstrem bahkan mengarah kepada terorisme. Lalu berkembangnya
klaim kebenaran subyektif dan pemaksaan kehendak atas tafsir agama yang
berpotensi memicu intoleransi dan konflik sosial, serta berkembangnya semangat
beragama yang tidak selaras dengan paham kebangsaan.

Dan dalam konteks sejarah Indonesia, ada 3 ideologi yang secara


dominana berperan membentuk tatanan pengetahuan, yaitu Liberalisme,
Nasionalisme, dan Sosialisme. Ketiga hal ini berasal dari luar negri namun di
pahami sebagai cerminan atas kondisis di Indonesia. Pada masa perang dingin,
ketiga ideologi tersebut makin mengemuka berbasis massa di Indonesia.
Liberalisme cenderunmg berbais pada manusia dengan sesi indivudu, kebebasan,
dan otonominya. Manusia dipandang mampu mengantur dirinya sendiri tanpa
adanya intervensi pihak lain. Pada sisi sosial budaya, konsep ini bertumpu pada
kebebasan manusia yang hakiki dan tidak dapat diganggu gugat. Hal ini bertumpu
pada konsisi pasae yang sebagai sistem ekonominya menjadi tumpuan sejak
pemerintahan Seoharto dan kecenderungan kepada neoliberalisme semakin terasa
sehingga di pama pemerintahan presiden kita yang k-7 yaitu Joko Widodo.

2.3 HUBUNGAN PANCASILA DENGAN UUD 1945,NKRI, DAN


BHINEKA TUNGGAL IKA

A. HUBUNGAN PANCASILA DENGAN UNDANG UNDANG DASAR 1945

Pancasila mengandung nilai-nilai yang hendaknya dapat diterapkan


masyarakat. Sedangkan UUD 1945 memuat dasar hukum yang bentuknya tertulis
dalam buku Paradigma Baru Pendidikan Pancasila (2016) karya Winarno,

xii
Pancasila merupakan dasar negara Indonesia, kedudukan pancasila sebagai dasar
negara bersifat kuat tetap dan tidak dapat diubah karena terdapat dalam
Pembukaan UUD 1945 pada alinea ke empat. Walaupun tidak disebutkan secara
eksplisit Pembukaan UUD 1945 adalah pokok kaidah yang dijadikan landasan
serta peraturan hukum tertinggi bagi bentuk hukum lainnya, termasuk hukum
dasar tertulis dan hukum dasar tidak tertulis. Antara Pancasila sebagai dasar
negara dan UUD 1945, khususnya bagian pembukaan, sebagai dasar hukum,
keduanya memiliki hubungan yang saling berkaitan atau tidak dapat dipisahkan.
Dapat digambarkan jika Pancasila adalah rohnya, sedangkan UUD 1945 adalah
raganya.

Pancasila merupakan dasar filsafat negara yang termuat dalam Pembukaan


UUD 1945. Artinya setiap hal dalam konteks penyelenggaraan negara harus
sesuai dengan nilai Pancasila, termasuk peraturan, perundang-undangan,
pemerintahan, sistem demokrasi, dan lainnya

Negara Republik Indonesia Tahun 1945, atau disingkat UUD 1945 atau
UUD '45, adalah hukum dasar tertulis (basic law), konstitusi pemerintahan negara
Republik Indonesia saat ini. UUD 1945 disahkan sebagai undang-undang dasar
negara oleh PPKI pada tanggal 18 Agustus 1945. Sejak tanggal 27 Desember
1949, di Indonesia berlaku Konstitusi RIS, dan sejak tanggal 17 Agustus 1950 di
Indonesia berlaku UUDS 1950. Dekrit Presiden 5 Juli 1959 kembali
memberlakukan UUD 1945, dengan dikukuhkan secara aklamasi oleh DPR pada
tanggal 22 Juli 1959. Pada kurun waktu tahun 1999- 2002, UUD 1945 mengalami
4 kali perubahan

(amandemen), yang mengubah susunan lembaga-lembaga dalam sistem


ketatanegaraan Republik Indonesia. Dalam bahasa Indonesia, konstitusi dikenal
dengan sebutan Undang- Undang Dasar (UUD). Keduanya memang tidak berarti
sama. Undang-Undang Dasar hanyalah sebatas hukum dasar yang tertulis, sedang
konstitusi, di samping memuat hukum dasar yang tertulis, juga mencakup hukum

xiii
dasar yang tak tertulis. Herman Heler mengatakan bahwa konstitusi lebih luas
daripada UndangUndang Dasar. Konstitusi tidak hanya bersifat yuridis, melainkan
juga bersifat sosiologis dan politis. Sedangkan Undang-Undang Dasar hanya
merupakan sebagian dari pengertian konstitusi, yakni konstitusi yang tertulis.
Dalam pengertian sosiologis dan politis, konstitusi merupakan sintese faktor
kekuatan yang nyata dalam masyarakat. Jadi, konstitusi menggambarkan
hubungan antara kekuasaan yang terdapat dengan nyata dalam suatu negara.
Sedangkan dalam pengertian yuridis, konstitusi adalah suatu naskah yang memuat
semua bangunan negara dan sendi-sendi pemerintahan. Namun demikian, ada
yang menyamakan antara konstitusi dan Undang-Undang Dasar sebagaimana
dikemukakan oleh C.F. Strong dan James Bryce. Bagi mereka, yang terpenting
adalah isi atau substansi materi dari konstitusi itu sendiri. (Tim ICCE UIN Jakarta,
2000 : 89).

Undang-undang Dasar merupakan sumber hukum tertinggi dari hukum


yang berlaku di Indonesia. Sedangkan, Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945
merupakan sumber dari motivasi dan aspirasi perjuangan serta tekad bangsa
Indonesia untuk mencapai tujuan nasional. Pembukaan merupakan sumber dari
cita hukum dan cita moral yang ingin ditegakkan baik dalam lingkungan nasional
maupun dalam hubungan pergaulan bangsa-bangsa di dunia. Contoh kasus nya
adalah ketika Undang-Undang 1945 berkesinambungan dengan Pancasila jika
tidak ada pancasila sebagai pedoman dasa negara tidak lah ada Undang-Undang
Negara 1945 . Maka dari pada itu keduannya sangat berhubungan erat untuk
prinsip-prinsip negara.

B. HUBUNGAN PANCASILA DAN NKRI

Pancasila dan NKRI sudah menjadi kesatuan, tidak bisa dipisahkan.


Dengan landasan Pancasila, NKRI semakin kuat, karena Pancasila menjadi sistem
nilai dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, sistem yang mengatur setiap
tatanan kehidupan sosial, budaya, politik, pendidikan dan agama. Sistem yang

xiv
berdasarkan nilai – nilai yang sesuai dengan budaya dan sosial masyarakat
Indonesia yang multikulturalisme. Problematika kebangsaan bisa menjadi besar
apabila tidak di dasarkan kembali kepada Pancasila, karena Pancasila menjadi
pedoman dan pandangan kehidupan berbangsa dan menguatkan NKRI. Dalam
buku ini ada beberapa ulasan dan catatan dari teman – teman tentang Pancasila
dan NKRI yang bisa menjadi bahan diskusi dan referensi.

Realita sekarang masih ada yang kurang memahami maksud yang


terkandung di dalam Pancasila, tidak hanya anak-anak, namun juga orang dewasa.
Padahal, sebagian besar orang dewasa seharusnya mereka sudah menerima
pelajaran mengenai Pancasila selama lebih dari 12 tahun. Akibatnya, muncul
penyimpangan-penyimpangan terhadap nilai-nilai Pancasila yang memicu
perpecahan di Indonesia. Sebagai contoh masalah yang sedang marak saat ini
yaitu masalah agama dan meresahkan beberapa kalangan masyarakat. Hal ini akan
menggangu perdamaian dan persatuan negara Indonesia.

Pancasila membentuk pendidikan karakter bangsa. Nilai-nilai dalam


Pancasila merupakan bahagian dari proses pendidkan karakter yaitu menanamkan
nilai agama, nilai sosial, nilai budaya, nilai bermusyawarah, nilai keadilan yang
seharusnya ada dalam setiap proses pembelajaran di sekolah dan kehidupan
bermasyarakat. Pendidikan di Indonesia merupakan upaya untuk membangun
SDM yang berkarakter, sehingga tidak dipungkiri kurikulum pendidikan di
Indonesia mewajibkan untuk mengimplementasikan pendidikan karakter di setiap
mata pelajaran atau mata kuliah

Hidup sebagai warga negara tentu membutuhkan partisipasi aktif sehingga


kehidupan negara yang demokratis dapat terwujudkan dengan baik.
Bagaimanapun proses pemilihan penyelenggara negara harus diperhatikan seluruh
masyarakat Indonesia. Sebab mereka merupakan pemegang kebijakan dalam
mengatasi segala potensi ancaman yang menghampiri perjalanan kehidupan
bangsa Indonesia. Tidak dapat dilupakan juga bagaimana pentingnya membangun

xv
keadilan sosial sebagai proses membangun keharmonisan hidup
berkelompok di tengah berbagai perbedaan suku, agama, ras dan antar golongan
(SARA) yang ada di Indonesia. Nilai Pancasila secara umum dibagi menjadi dua
yaitu nilai dasar dan nilai instrumental. Nilai dasar itu bersifat abstrak dan
normatif dimana isinya belum dapat dioperasionalkan. Untuk dapat bergerak
secara operasional dan eksplisit, maka dibutuhkan penjabaran ke dalam nilai
instrumental seperti UUD 1945 dan peraturan perundangundangan. Dengan
bersumber lima nilai dasar (Nilai Ketuhanan, Nilai Kemanusiaan, Nilai Persatuan,
Nilai Kerakyatan, Nilai Keadilan) maka dapat dibuat dan dijabarkan nilai-nilai
instrumental.

C. HUBUNGAN PANCASILA DENGAN BHINEKA TUNGGAL IKA

Bhinneka Tunggal Ika mengandung arti “berbedabeda tetapi satu jua”.


Istilah ini berasal dari buku Sutasoma karangan Empu Tantular. Pengertian
Bhineka Tunggal Ika ini menunjukkan bahwa bangsa Indonesia memiliki banyak
suku, agama, ras, kesenian, adat, bahasa, dan lain sebagainya, namun tetap satu
kesatuan yang sebangsa dan setanah air. Dipersatukan dengan bendera, lagu
kebang-saan, mata uang, bahasa dan lain-lain yang sama. Kata-kata Bhinneka
Tunggal Ika, terdapat pada lambang negara Republik Indo-nesia yaitu Burung
Garuda. Di kaki Burung Garuda, Pancasila mencengkram sebuah pita yang
bertuliskan “Bhinneka Tunggal Ika”.

Bhinneka Tunggal Ika berfungsi sebagai motto negara, yang diangkat dari
penggalan kakawin Sutasoma karya besar Mpu Tantular pada jaman Keprabonan
Majapahit (abad 14). Sesanti atau semboyan Bhinneka Tunggal Ika diungkapkan
pertama kali oleh Mpu Tantular, pujangga agung kerajaan Majapahit yang hidup
pada masa pemerintahan Raja Hayamwuruk, di abad ke empatbelas (1350-1389).
Sesanti tersebut berbunyi “Bhinna ika tunggal ika, tan hana dharma mangrwa,”
yang artinya, “berbeda-beda itu, satu itu, tak ada pengabdian yang mendua.”
Semboyan yang kemudian dijadikan prinsip dalam peme-rintahan kerajaan

xvi
Majapahit untuk mengantisipasi adanya keanekaragaman agama yang dipeluk
oleh rakyat Majapahit pada waktu itu. Meskipun mereka berbeda agama tetapi
mereka tetap satu dalam pengabdian.

Jika dikaji secara akademis, bhinneka tunggal ika tersebut dapat dipahami
dalam konteks konsep generik multiculturalism. Dalam wacana masyarakat Barat
kontemporer, multikulturalisme setidaknya menunjuk pada tigal hal :

1) sebagai bagian dari pragmatism movement pada akhir abad ke 19 di


Eropa dan Amerika Serikat;

2) sebagai political and cultural pluralism pada abad ke 20 yang


merupakan bentuk respon terhadap imperialisme Eropa di Afrika dan imigrasi
besar-besaran orang Eropa ke Amerika Serikat dan Amerika Latin.

3) sebagai official national policy yang dilakukan di Canada pada tahun


1971 dan Australia tahun 197 dan beberapa negara Eropa

2.4 KETERKAITAN PANCASILA DENGAN KEBIJAKKAN


PEMERINTAHAN

A. DALAM BIDANG EKONOMI

Ekonomi yang diinginkan Pancasila adalah sebuah ekonomi nasional yang


tangguh dan berdaya tahan, menjadi pelaku yang diperhitungkan di kancah
internasional, dan dijalankan oleh pengelola yang menjunjung tinggi nilai-nilai
moral berdasarkan partisipasi luas rakyat demi tercapainya kesejahteraan,
disampaikan Prof. Dr. Boediono, B.Ec., M.Ec.,

Kasus yang akan kita tinjau adalah seperti yang sedang marak terjadi dan
menjadi gangguan besar bagi perputaran ekonomi dan sektor keuangan di
Indonesia. Yaitu kenaikkan SDM yang membuat Masyarakat menjerit. Akan
tetapi trategi apa yang akan di lakukan oleh kita sebagai generasi penerus bangsa
ini.

xvii
Ada tiga strategi yang dijabarkan oleh Prof. Boediono. Pertama, penguatan
struktur ekonomi nasional yang seimbang dan terintegrasi. Menurutnya, setiap
provinsi di Indonesia merupakan elemen penting untuk menguatkan struktur
ekonomi nasional. Setiap sektor semisal industri, pertanian, dan jasa harus
berjalan secara seimbang serta mendukung satu sama lain. Strategi kedua yaitu
penguatan jaringan infrastruktur dan informasi yang terpadu. Keterkaitan sektor
ekonomi di tiap daerah akan terjadi jika ada infrastruktur yang baik. Infrastruktur
ini juga yang menjadi media impelementasi sistem ekonomi nasional agar dapat
diterapkan di setiap daerah. Dan yang ketiga adalah penguatan kemanan pangan
dan energi

B. DALAM BIDANG TEKNOLOGI

Pancasila bukan merupakan ideologi yang kaku dan tertutup, namun justru
bersifat reformatif, dinamis, dan antisipatif. Dengan demikian Pancasila mampu
menyesuaikan dengan perubahan dan perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi (IPTEK) yaitu dengan tetap memperhatikan dinamika aspirasi
masyarakat. Kemampuan ini sesungguhnya tidak berarti Pancasila itu dapat
mengubah nilai-nilai dasar yang terkandung, tetapi lebih menekan pada
kemampuan dalam mengartikulasikan suatu nilai menjadi aktivitas nyata dalam
pemecahan masalah yang terjadi (inovasi teknologi canggih). Ada beberapa
dimensi penting Dimensi.Reality. Yaitu nilai-nilai dasar yang terkandung di
dalam ideologi tersebut secara riil berakar dalam hidup masyarakat atau
bangsanya, terutama karena nilai-nilai dasar tersebut Dimensi.Idealisme.
Yaitu nilai-nilai dasar ideologi tersebut mengandung idealisme yang memberi
harapan tentang masa depan yang lebih baik melalui pengalaman dalam praktik
kehidupan bersama.

Kemajuan IPTEK bisa sangat berpengaruh dan tergambar sekali beberpa


hal yang mencerminkan adanya keterkaitan Teknologi dengan Pancasila. Pada

xviii
umumnya para pakar sepakat bahwa ciri utama yang melatarbelakangi sistem atau
model manapun dari suatu perkembangan IPTEK dan masyarakat modern, adalah
derajat rasionalitas yang tinggi dalam arti bahwa kegiatan-kegiatan dalam
masyarakat demikian terselenggara berdasarkan nilai-nilai dan dalam pola-pola
yang objektif dan efektif, ketimbang yang sifatnya primordial, seremonial atau
tradisional.
Derajat rasionalitas yang tinggi itu digerakkan oleh perkembangan-perkembangan
ilmu pengetahuan dan teknologi. Oleh karena itu, nilai-nilai pancasila itu sangat
mendorong dan mendasari akan perkembangan dari ilmu pengetahuan dan
teknologi yang baik dan terarah. Dengan Nilai-nilai Pancasila tersebut, perlu
menjadi kesadaran masyarakat bahwa untuk meningkatakan IPTEK di Indonesia,
sejak dini masyarakat harus memiliki dan memegang prinsip dan tekad yang
kukuh serta berlandaskan pada Nilai-nilai Pancasila yang merupakan kepribadian
khas Indonesia.

Di sini letak tantangan bagi Indonesia, yaitu mengembangkan kehidupan


bangsa yang berbasis IPTEK tanpa kehilangan jati diri (nilai-nilai Pancasila). Hal
ini berarti ada nilai-nilai dasar yang ingin dipertahankan bahkan ingin diperkuat.
Nilai-nilai itu sudah jelas, yaitu Pancasila. Dasar Ketuhanan Yang Maha Esa,
yang bagi bangsa Indonesia adalah mutlak. Jika diikuti pandangan-pandangan
sekular dunia Barat, yang ilmunya dipelajari dan jadi rujukan para cendekiawan,
sepertinya berjalan berlawanan. Dalam masyarakat modern yang berbasisi IPTEK,
terlihat kecenderungan lunturnya kehidupan keagamaan. Jadi, ini bukan tantangan
yang sederhana, tetapi penting, karena landasan moral, segenap imperative moral,
dan konsep mengenai kemanusiaan, keadilan, dan keberadaban, adalah keimanan
dan ketakwaan.

C. KAITAN PANCASILA DENGAN HUKUM YANG ADA DI INDONESIA

Pancasila merupakan dasar negara, ideologi negara, dan dasar filosofi negara.
Dalam Tap MPR Nomor III/MPR/2000 Tahun 2000 tentang Sumber Hukum dan

xix
Urutan Peraturan Perundang-undangan dinyatakan bahwa Pancasila merupakan
sumber hukum dasar nasional dan sumber hukum itu didefinisikan sebagai sumber
yang dijadikan bahan untuk penyusunan peraturan perundang-undangan.
Dalam Undang-Undang (UU) Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan
Peraturan Perundang-undangan ditegaskan bahwa Pancasila merupakan sumber
dari segala sumber hukum negara.

Dengan demikian, keseluruhan hukum, termasuk di dalamnya peraturan


perundang-undangan, harus didasarkan pada Pancasila. Peraturan perundang-
undangan dimaksud meliputi UU, peraturan pemerintah (PP), peraturan presiden
(presiden), peraturan daerah (perda), serta bentuk peraturan lainnya.

Apabila bangsa Indonesia menginginkan masyarakatnya menjadi masyarakat


Pancasila, dalam arti masyarakat yang segala perbuatan dan hubungan
antarmanusianya dijiwai oleh Pancasila, maka salah satu alat yang efektif untuk
mewujudkannya adalah melalui pembentukan peraturan perundang-undangan
yang didasari oleh nilai-nilai Pancasila.

Para ahli sosiologi dan ahli hukum sudah sejak lama memaklumi bahwa law is a
tool of social engineering, hukum adalah alat perekayasa sosial. Hukum, dalam
arti peraturan perundang-undangan, merupakan alat yang efektif untuk mengubah
perilaku masyarakat. Hal ini dapat dipahami karena hukum memiliki ciri yang
tidak dipunyai oleh norma hidup lainnya, yakni sanksi yang bisa dipaksakan.
Sementara, norma sosial, norma kesusilaan, norma agama, dan norma adat tidak
memiliki sanksi yang bisa dipaksakan sebagaimana sanksi di dalam hukum.

xx
BAB III
PENUTUP

3.1 KESIMPULAN

Pada uraian diatas kita telah sama sama memahami tentang konsep konsep
Pancasila yang menjadi dasar negara. Norma-norma yang telah dibuat tersebut
memiliki keterkaitan dengan pancasila itu sendiri, meski pun banyak tantangan
yang beredar di Indonesia kita bisa menyikapinya dengan berlandaskan hukum
dan pancasila. Betapa sakti nya Pancasila untuk Negara kita, sebagai generasi
penerus sangat diharapkan bagi kita semua untuk memahami dan ikut melakukan
sikap sikap pancasila untuk masa depan yang lebih baik.

3.2 SARAN

Pancasila merupakan kepribadian bangsa Indonesia yang mana setiap


warga negara Indonesia harus menjunjung tinggi dan mengamalkan sila-sila dari
Pancasila tersebut dengan setulus hati dan penuh rasa tanggung jawab. Agar
pancasila tidak terbatas pada coretan tinta belaka tanpa makna. Demikianlah
makalah yang dapat penulis sampaikan, penulis berharap kepada pembaca agar
dapat memberikan penulis kritikan maupun masukkan yang positif demi
penyempurnaan makalah ini. Semoga makalah ini memberikan faedah yang
banyak untuk kita semua

xxi
DAFTAR PUSTAKA

NILAI-NILAI PANCASILA SEBAGAI DASAR PERKEMBANGAN IPTEK.


(2021). Retrieved from https://binus.ac.id/character-building/pancasila/nilai-nilai-
pancasila-sebagai-dasar-perkembangan-iptek/

Nurgiansah, T. H. (2021). Pendidikan Pancasila. CV. Mitra Cendekia Media.

Dani Pinasang, “Falsafah Pancasila Sebagai Norma Dasar (Grundnorm) dalam


Rangka Pengembanan Sistem Hukum Nasional”, Jurnal Hukum UNSRAT, Vol.
XX, No. 3, April-Juni, 2012.

Teguh Prasetyo, 2013, Hukum dan Sistem Hukum Berdasarkan Pancasila,


Yogyakarta: Media Perkasa.

Tria, P. N., Cahyaningsih, F. F. A., Suwandi, R. A., & Fitriono, R. A. (2022).


Implementasi Pancasila dalam Bidang Ekonomi di Era Globalisasi. Gema
Keadilan, 9(3).

Morfit, M. (1981). Pancasila: The Indonesian state ideology according to the new
order government. Asian Survey, 21(8), 838-851.

Darmini Roza dan Laurensius Arliman S Peran Pemerintah Daerah Di Dalam


Melindungi Hak Anak Di Indonesia, Masalah-Masalah Hukum, Volume 47,
Nomor 1, 2018.

xxii
xxiii

Anda mungkin juga menyukai