Anda di halaman 1dari 17

BURRHUS FREDERICK SKINNER DAN IVAN PETROVICH PAVLOV

Kelompok 3
Anggota :
Fanny Fatwa (6020210134)
Farah Aprilia Kurnia (6020210135)
Nina Amanda (6020210053)
Kern Ismed (6020210072)
Nida Maura Husnatu Shaliha (6020210089)
Salsabilla Aulia Rahma (6020210085)
Fildza Wafiq Ghasani (6020210081)
Fricilla Roesdianty (6020210080)
I. Sejarah Tokoh
- BF Skinner
Burrhus Frederic Skinner lahir di Susquehanna, Pennsylvania pada 20 Maret 1904 dari pasangan
William dan Grace Skinner. Dia wafat di Massachusetts pada 18 Agustus 1990. . Dia merupakan
psikolog, penulis, penemu, dan ahli filsafat sosial. Dia merupakan seorang profesor psikologi di
Harvard University dari 1958 sampai pengunduran dirinya pada 1974.
Ayahnya merupakan seorang pengacara. Dia menjadi atheis setelah seorang guru Agama Kristen
yang merupakan penganut liberal mencoba meredakan ketakutannya akan neraka yang diceritakan
oleh neneknya. Dia belajar di Hamilton College di New York dengan niatan untuk menjadi seorang
penulis dan mengikuti Kelompok Lambda Chi Alpha. He mulis untuk paper sekolah, namun
karena atheis, dia dikritik berdasarkan sekolah tempatnya belajar. Dia juga belajar di Harvard
University setelah menerima gelar B.A. untuk sastra Inggris pada 1926. Setelah kelulusan, dia
menghabiskan waktunya di rumah orang tuanya di Scranton, mencoba untuk menjadi penulis fiksi.
Dia mencoba untuk menjadi penulis di Desa Greenwich namun dia kemudian kecewa akan
keterampilan menulisnya dan berkesimpulan bahwa dia hanya memiliki sedikit pengalaman dan
tidak ada perspektif pribadi yang kuat untuk menulis. Pertemuannya dengan Behaviorisme, hasil
karya John B. Watson membawanya kepada untuk mempelajari bidang psikologi.
Skinner memperoleh gelar PhD dari Harverd pada 1931 and merupakan seorang peneliti di sana
sampai 1936. Dia kemudian mengajar di Universitas Minnesota di Minneapolis dan kemudian
berpindah ke Universitas Indiana di mana dia memiliki kedudukan di departemen psikologi dari
1946-1947. Kemudian, dia kembali ke Harvard menjabat sebagai profesor pada 1958. Dia
kemudian menghabiskan sisa hidupnya di Harvard. Pada 1973 Skinner merupakan salah satu
penandatangan untuk Humanist Manifesto II.
Pada 1936, Skinner menikahi Yvonne Blue dan memiliki dua anak, Julie dan Deborah. Pada saat
dia menjadi salah seorang ketua behavioris, dia menjalankan kajian ke atas tikus dengan
menggunakan Kotak Skinner. Skinner telah mengandaikan bahwa segala konsep berkaitan dengan
tingkah laku tikus boleh diaplikasikan ke atas manusia. Malah beliau pernah membesarkan
anaknya, Debbie di dalam kotak Skinner. Skinner telah mengandaikan bahwa segala konsep
berkaitan dengan tingkah laku tikus boleh diaplikasikan ke atas manusia. Dia meninggal
disebabkan oleh Leukimia pada 18 Agustus 1990 dan dimakamkan di Mount Auburn Cemetery,
Cambridge, Massachusetts. Sebagai sosok figur yang kontroversial, Skinner dilukiskan secara
berbeda-beda, dia dipanggil jahat dan sosok yang dibenci, namun juga ramah dan antusias. Pada
kenyataannya, dia merupakan orang yang sangat teliti dan terbuka, namun emosional.
Anugerah yang telah diperoleh sepanjang karier Skinner ialah National Medal of Science from
President Lyndon B. Johnson (1968) , Gold Medal of the American Psychological Foundation
(1971), Human of the Year Award (1972) dan Citation for Outstanding Lifetime Contribution to
Psychology.

- Ivan Pavlov
Tokoh Classical Conditioning dan bapak teori belajar Modern, Ivan Petrovich Pavlov dilahirkan
di Ryazan Rusia desa tempat ayahnya Peter Dmitrievich Pavlov menjadi seorang pendeta pada 18
September tahun 1849 dan meninggal di Leningrad pada tanggal 27 Februari 1936. Ia dididik di
sekolah gereja dan melanjutkan ke Seminari Teologi. Ayahnya seorang pendeta, dan awalnya
Pavlov sendiri berencana menjadi pendeta, namun dia berubah pikiran dan memutuskan untuk
menekuni fisiologis. Dia sebenarnya bukanlah sarjana psikologi dan tidak mau disebut sebagai
ahli psikologi, karena dia adalah seorang sarjana ilmu faal yang fanatik. Tahun 1870, ia memasuki
Universitas Petersburg untuk mempelajari sejarah alam di Fakultas Fisika dan Matematika.
Pada tahun ketiga, ia mengikuti kursus di Akademi Medica Chiraginal. Namun, ia tidak ingin
menjadi dokter, melainkan seorang ahli fisiolog berkualitas. Pavlov meminta setiap orang yang
bekerja di laboratoriumnya menggunakan hanya istilah-istilah fisiologis saja. Jika asisitennya
ketahuan menggunakan bahasa psikologi – contohnya menunjuk kepada perasaan atau
pengetahuan si anjing – maka dia akan mendenda mereka. Eksperimen Pavlov yang sangat
terkenal dibidang fisiologi dimulai ketika ia melakukan studi tentang pencernaan. Dalam hidupnya
Pavlov dipengaruhi oleh buku-buku abad ke-16, terutama yang ditulis Pisarev. Dia sangat
konsekwen dengan pekerjaannya sehingga banyak memperoleh tambahan pengetahuan tentang
fisiologi. Perjalanan Pavlov ke luar negeri memberikan arti penting dalam mendukung dirinya
menjadi seorang fisiolog. Keahliannya dibidang fisiologi sangat mempengaruhi eksperimen-
eksperimennya.
Dalam eksperimennya dia melihat bahwa subjek penelitiannya (seekor anjing) akan mengeluarkan
air liur sebagai respons atas munculnya makanan. Dia kemudian mengeksplorasi fenomena ini dan
kemudian mengembangkan satu studi perilaku (behavioral study) yang dikondisikan, yang dikenal
dengan teori Classical Conditioning. Menurut teori ini, ketika makanan (makanan disebut sebagai
the unconditioned or unlearned stimulus - stimulus yang tidak dikondisikan atau tidak dipelajari)
dipasangkan atau diikutsertakan dengan bunyi bel (bunyi bel disebut sebagai the conditioned or
learned stimulus - stimulus yang dikondisikan atau dipelajari), maka bunyi bel akan menghasilkan
respons yang sama, yaitu keluarnya air liur dari si anjing percobaan. Hasil karyanya ini bahkan
mengantarkannya menjadi pemenang hadiah Nobel.
Selain itu teori ini merupakan dasar bagi perkembangan aliran psikologi behaviorisme, sekaligus
meletakkan dasar-dasar bagi penelitian mengenai proses belajar dan pengembangan teori-teori
tentang belajar.Pavlov telah melakukan penyelidikan terhadap kelenjar ludah secara intensif sejak
tahun 1902 dengan menggunakan anjing. Hanya beberapa saat sebelum tahun itu, ketika Pavlov
menginjak usia 50 tahun dia memulai karyanya yang terkenal tentang refleks-refleks yang
terkondisikan (condition refleks). Karya tulisnya adalah Work of Digestive Glands (1902) dan
Conditioned Reflexes. Di Tahun 1904 dia memperoleh hadiah Nobel dibidang Physiology or
Medicine untuk karya tersebut. Karyanya mengenai pengkondisian sangat mempengaruhi
psikologi behavioristik di Amerika (The Official Web Site of the Nobel Foundation, 2007).
Pengaruh pavlov kepada para ahli fisiologi malah tidak begitu besar, pengaruhnya yang besar
justru dalam lapangan psikologi. Pada dewasa ini psikologi di Uni Soviet boleh dikata adalah
seluruhnya Pavlovian. Pendapat-pendapat Pavlov dijadikan landasan bagi psikologi di Uni Soviet,
karena hal tersebut serasi dengan filsafat doktrin historis- materialisme.
Salah seorang ahli yang berjasa dalam menyebarkan pengaruh Pavlov itu dalam lapangan
psikologi adalah von Bechterev. Kecuali di Uni Soviet sendiri, di Amerika serikatpun pengaruh
aliran psikologi ini besar sekali. Ketika J.B. Watson membaca karya pavlov itu, dia merasa
mendapatkan model yang cocok dengan pendiriannya, untuk menjelaskan masalah tingkah laku
manusia. Jadi Pavlovianisme ini sangat besar pengaruhnya terhadap perkembangan Behaviorisme
di Amerika Serikat.

I. Teori
- BF Skinner
BF Skinner menciptakan teori yang dinamakan teori Operant Conditioning. Operant conditioning
merupakan metode belajar yang menggunakan penghargaan dan hukuman untuk mengubah
perilaku. Melalui pengkondisian operan, perilaku yang dihargai kemungkinan akan diulang, dan
perilaku yang dihukum akan jarang terjadi. Skinner menggunakan nama operant conditioning
untuk suatu proses yang dilakukan oleh seseorang dalam lingkungan tertentu untuk mengontrol
tingkah laku subjek dengan cara memberikan penguatan penguatan tertentu. Dapat disimpulkan
dari teori operant conditioning adalah pengendalian suatu respon yang muncul dari stimulus yang
diberikan sesuai konsekuensi yang mana subjek tersebut akan cenderung mengulangi respon
respon tersebut apabila diberikan suatu reinforcement.
BF Skinner melakukan eksperimen terhadap tikus dan selanjutnya terhadap burung merpati yang
kemudian menghasilkan hukum-hukum belajar dari eksperimen tersebut, diantaranya: 1). Law of
operant conditioning yaitu jika timbulnya perilaku diiringi dengan stimulus penguat, maka
kekuatan perilaku tersebut akan meningkat. 2). Law of operant extinction yaitu jika timbulnya
perilaku operant telah diperkuat melalui proses conditioning itu tidak diiringi stimulus penguat,
maka kekuatan perilaku tersebut akan menurun bahkan musnah.
Menurut Skinner dalam belajar ditemukan hal-hal berikut yaitu yang pertama adalah kesempatan
terjadinya peristiwa yang menimbulkan respon belajar. Kemudian yang kedua, respon si pelajar.
Selanjutnya yang ketiga, konsekuensi yang bersifat menggunakan respon tersebut, baik
konsekuensinya sebagai hadiah maupun teguran atau hukuman. Dalam operant conditioning,
stimulus-stimulus tertentu bisa mempengaruhi kemungkinan munculnya respon operant, tanpa
harus ia menjadi “penyebab” munculnya respon tersebut dan juga dalam operant conditioning
perilaku yang meningkatkan frekuensinya seringkali disebut dengan operant, hal ini agaknya
disebabkan karena perilaku tersebut “mengoperasikan”. Dengan kata lain operant adalah perilaku
yang diperkuat jika akibatnya menyenangkan. Operant merupakan tingkah laku yang ditimbulkan
oleh organisme itu sendiri. Operant belum tentu didahului oleh stimulus dari luar. Operant
conditioning telah terbentuk bila dalam frekuensi tingkah laku operant yang bertambah atau bila
timbul tingkah laku operant yang tidak tampak sebelumnya. Frekuensi terjadinya tingkah laku
operant ditentukan oleh akibat dari tingkah laku itu sendiri.

- Ivan Pavlov
Ivan Pavlov melahirkan sebuah teori yang dinamakan atau dikenal dengan classical conditioning.
Teori ini menjelaskan bentuk paling sederhana dalam proses belajar dan pembelajaran. Classical
conditioning adalah proses pembelajaran dimana rangsangan yang sebelumnya netral kemudian
mendatangkan respons yang identik atau mirip dengan awal mula respons dimunculkan oleh
rangsangan lain sebagai hasil dari persilangan dua rangsangan. Classical conditioning mengacu
pada fisiologis yang tidak disengaja respon terhadap rangsangan seperti air liur anjing. Teori dari
behaviorisme memperluas prinsip-prinsip classical conditioning untuk menerapkan perilaku
sukarela. Sebuah stimulus memicu refleks, dan respons motorik hewan (gerakan) menambah lebih
banyak rangsangan. Behaviorisme percaya bahwa semua perilaku dapat ditelusuri ke serangkaian
rangsangan dan tanggapan yang panjang. Dari penjelasan diatas, Pavlov mengutamakan refleks
berkondisi yang kemudian sampai kepada rangsangan berkondisi. Hal ini menunjukkan bahwa
belajar menurut teori classical conditioning mengutamakan proses daripada hasilnya dimana
dalam proses belajar, teori ini lebih mengutamakan stimulus dibandingkan responnya. Dengan
demikian, proses belajar hendaknya mengkondisikan stimulus agar dapat menimbulkan respon.

II. Faktor yang mempengaruhi Teori


- BF Skinner
Terdapat 2 law of effect yang mempengaruhi teori operant conditioning, yakni: law of operant
conditioning dan law of operant extinction. Law of operant conditioning terjadi jika munculnya
tingkah laku operant diikuti dengan reinforcement, ketika itu terjadi terus menerus maka akan
terjadi penguatan terhadap tingkah laku itu.
Dalam teorinya operant conditioning (pembiasaan perilaku respon) disebutkan bahwa respon
terjadi tanpa didahului oleh stimulus, melainkan terjadi akibat adanya reinforcement (penguatan).
Reinforcer ini menimbulkan dan meningkatkan respon-respon tertentu, akan tetapi tidak terjadi
dengan sengaja. Jadi reinforcer ini merupakan proses alamiah yang memang tidak disusun
sebelumnya.
Teorinya ini didasarkan pada penelitiannya terhadap seekor tikus yang diletakkan di dalam skinner
box. Skinner box ini terdiri atas tombol yang bilamana ditekan akan mengeluarkan makanan.
Dalam penelitiannya, mula-mula tikus akan mengeluarkan emitted behavior yang tidak
mempedulikan stimulus-stimulus tertentu. Namun, secara tidak sengaja si tikus menginjak
pengungkit yang akan mengeluarkan makanan. Dalam percobaannya yang dilakukan secara terus-
menerus inilah didapatkan hasil bahwa tikus akan semakin cepat menginjak pengungkit untuk
mendapatkan makanan dibanding waktu pertama kalinya.
Makanan disinilah yang merupakan bentuk reinforcement, sedangkan menginjak pengungkit
merupakan tingkah laku operant yang akan terus meningkat seiring terjadinya reinforcement
tersebut. Namun, jika tidak terdapat reinforcement, maka tingkah laku akan menurun bahkan
menghilang. Untuk menjelaskan proses keduanya maka bisa dilihat dari law of effect.
Sedangkan dalam pemberian reinforcement itu sendiri terdiri dari 2 bentuk, yaitu positive
reinforcement dan negative reinforcement. Positive reinforcement terjadi ketika perilaku diikuti
penambahan stimulus yang menghasilkan penguatan perilaku dengan memberikan kenyamanan
pada si pelaku. Contohnya adalah seperti yang terjadi pada penelitian B.F Skinner pada tikus yang
berada dalam skinner box
Lalu reinforcement negative terjadi ketika perilaku diikuti oleh pengurangan stimulus yang
menghasilkan penguatan perilaku dengan mengurangi ketidaknyamanan. Contohnya adalah anak
yang mempunyai beban rumah tangga seperti menyapu, mengepel dan mencuci, akan tetapi ia
malas sekali belajar. Lalu suatu saat ia rajin belajar, ketika itu ibu dari si anak mengurangi beban
si anak untuk menyapu, mengepel dan mencuci, sehingga akan terjadi penguatan untuk selalu rajin
belajar.

- Ivan Pavlov
Faktor-Faktor yang mempengaruhi terhadap teori classical conditioning menurut Ivan Pavlov
yaitu :
1. Faktor Internal
Faktor internal adalah faktor-faktor yang berasal dari dalam diri individu dan dapat mempengaruhi
hasil belajar individu. Faktor-faktor internal ini meliputi faktor fisiologis dan psikologis.
a) Faktor fisiologis
Faktor-faktor fisiologis adalah faktor-faktor yang berhubungan dengan kondisi fisik individu.
Faktor-faktor ini dibedakan menjadi dua macam. Pertama, keadaan tonus jasmani. Keadaan tonus
jasmani pada umumnya sangat memengaruhi aktivitas belajar seseorang. Kondisi fisik yang sehat
dan bugar akan memberikan pengaruh positif terha-dap kegiatan belajar individu. Sebaliknya,
kondisi fisik yang lemah atau sakit akan menghambat tercapainya hasil belajar yang maksimal.
Oleh karena keadaan tonus jasmani sangat memengaruhi proses belajar, maka perlu ada usaha
untuk menjaga kesehatan jasmani.
b) Faktor psikologis
Faktor-faktor psikologis adalah keadaan psikologis seseorang yang dapat memengaruhi proses
belajar. Bebera-pa faktor psikologis yang utama memengaruhi proses belajar adalah kecerdasan
siswa, motivasi, minat, sikap, bakat dan percaya diri.

2. Faktor-faktor eksogen/eksternal
Selain karakteristik siswa atau faktor-faktor endogen, faktor-faktor eksternal juga dapat
mempengaruhi proses belajar siswa. Dalam hal ini, Syah (2003) menjelaskan bahwa faktor faktor
eksternal yang mempengaruhi belajar dapat digolongkan menjadi dua golongan, yaitu faktor
lingkungan sosial dan faktor lingkungan non sosial.
Ketegangan keluarga, sifat-sifat orangtua, demografi keluarga (letak rumah), pengelolaan
keluarga, semuanya dapat memberi dampak terhadap aktivitas belajar siswa. Hubungan antara
anggota keluarga, orangtua, anak, kakak, atau adik yang harmonis akan membantu siswa
melakukan aktivitas belajar dengan baik.
Guru, administrasi, dan teman-teman sekelas dapat mempengaruhi proses belajar seorang siswa.
Hubungan yang harmonis antara ketiganya dapat menjadi motivasi bagi siswa untuk belajar lebih
baik di sekolah. maka para pendidik, orangtua, dan guru perlu memperhatikan dan memahami
bakat yang dimili-ki oleh anaknya atau peserta didiknya, antara lain dengan mendukung, ikut
mengembangkan, dan tidak memaksa anak untuk memilih jurusan yang tidak sesuai dengan
bakat-nya.
Kondisi lingkungan masya-rakat tempat tinggal siswa akan mempengaruhi belajar siswa.
Lingkungan siswa yang kumuh, banyak pengang-guran dan anak terlantar juga dapat
mempengaruhi aktivitas belajar siswa, paling tidak siswa kesulitan ketika memer-lukan teman
belajar, diskusi, atau meminjam alat-alat belajar yang kebetulan belum dimilikinya.

III. Dampak/Implikasi
- Ivan Pavlov
Dengan pembiasaan dan latihan akan terbentuk sikap tertentu kepada anak sehingga lambat laun
sikap anak akan bertambah jelas dan kuat karena telah menjadi bagian dari dirinya sendiri. Dengan
membiasakan pengalaman secara terus menerus maka akan berpengaruh terhadap reflek mereka,
dan tanpa berpikir secara mendalam kegiatan yang sudah biasa dilakukan akan mendarah daging
di dalam dirinya mengiringi setiap aktivitas anak.
Model pembiasaan memfasilitasi anak untuk memahami berbagai masalah yang berkaitan dengan
kehidupan sehari-hari, baik di sekolah maupun di lingkungan yang lebih luas (keluarga, teman,
dan masyarakat). Model semacam ini memiliki tujuan untuk membuat siswa sadar akan perilaku
yang baik, mendorong mereka untuk berperilaku benar, dan kemudian menjadikan perilaku itu
sebagai kebiasaan.

- BF Skinner
Skinner mengemukakan ada dua jenis penguatan yaitu penguatan positif, penguatan negatif dan
hukuman.
● Penguatan positif
Ketika siswa mengajukan pertanyaan yang bagus, maka guru akan memujinya, lalu dampaknya
siswa akan mengajukan lebih banyak pertanyaan yang bagus lagi kepada guru.
● Penguatan negative
Ketika siswa selalu menyerahkan tugas tepat pada waktunya, maka guru tidak akan mengkritik
atau menegur siswa, maka akan terjadi peningkatan penyerahan tugas sesuai dengan waktunya.
● Hukuman
Ketika Siswa menyela (interupsi) guru yang sedang mengajar, lalu guru menegur (memarahi)
siswa tersebut, maka siswa tidak akan menyela (interupsi) guru lagi ketika guru sedang mengajar.

IV. Contoh Implementasi


- BF Skinner:
Teori Operant Conditioning dari Skinner merupakan teori pembelajaran yang sering digunakan
dalam dunia pendidikan, dimana menurut Suryabrata, 1986 teori ini digunakan didalam dunia
pendidikan, khususnya dalam lapangan metodologi dan teknologi pengajaran yang mana teori ini
memiliki pengaruh yang sangat besar.
Dapat diketahui bahwa Belajar dan mengajar merupakan dua hal yang tidak dapat dipisahkan.
Adapun fungsi utama pendidikan ialah menciptakan kondisi agar tingkah laku yang baik dapat
diterapkan, sedangkan peranan utama dari seorang pendidik (guru) adalah menciptakan kondisi
agar tingkah laku yang diinginkan dapat terwujud dan proses belajar berlangsung secara dinamis
dan kondusif. Maka dari itu dalam proses pendidikan sangat dibutuhkan seorang guru yang
profesional dan memiliki wawasan ilmu yang luas dalam kegiatan belajar mengajar. Menurut
Skinner guru dapat menerapkan program belajar dengan mempertimbangkan dua hal yang sangat
penting selama proses pembelajaran, yaitu: pemilihan stimulus yang diskriminatif dan penggunaan
penguatan. Contohnya ketika guru akan meminta respons ranah kognitif atau efektif. Jika yang
akan dicapai adalah sekedar menyebutkan ibu kota negara Republik Indonesia adalah Jakarta, tentu
saja siswa hanya dilatih menghafal.
Adapun langkah-langkah yang dapat dilakukan dalam proses pembelajaran berdasarkan teori
operant conditioning adalah sebagai berikut:
1. Mempelajari keadaan kelas: Guru diharapkan mencari dan menemukan perilaku siswa
yang positif atau negatif pada siswa-siswi. Sehingga Perilaku positif akan diperkuat dan
perilaku negatif diperlemah atau dikurangi.
2. Membuat daftar penguat dan positif: Guru mencari perilaku yang lebih disukai oleh
siswa, perilaku yang kena hukuman, dan kegiatan luar sekolah yang dapat dijadikan
penguat.
3. Memilih dan menentukan urutan tingkahh laku yang dipelajari serta jenis penguatnya.
4. Membuat program pembelajaran: Program pembelajaran ini berisi urutan perilaku yang
dikehendaki, penguatan, waktu mempelajari perilaku, dan evaluasi. Dalam melaksanakan
program pembelajaran, guru mencatat perilaku dan penguat yang berhasil dan tidak
berhasil. Ketidak berhasilan tersebut menjadi catatan penting bagi modifikasi perilaku
selanjutnya (Gredler, 1991 : 154-156).
Sebagai contoh pada saat berlangsung proses belajar mengajar, seorang siswa berulang-ulang
mengganggu teman di depannya. Guru yang melihat kelakuan tersebut segera mengamati dan
menentukan apa yang akan dilakukannya, memberikan perhatian atau mengacuhkannya sebab
kedua pilihan ini dapat menjadi dapat menjadi reinforcement bagi yang bersangkutan.
Pengimplementasian teori belajar Skinner dengan menggunakan penguat (Reinforcement) dan
hukuman (Punishment) pada mata pelajaran PAI (Pendidikan Agama Islam) di Sekolah SMAN 3
Gowa. Seperti yang sudah diketahui bahwa Reinforcement dibagi menjadi 2, yaitu Reinforcement
positif dan Reinforcement negatif, sebagai contoh Reinforcement positif yang dilakukan guru
SMAN 3 Gowa, yaitu: setiap siswa yang telah selesai menghafal doa wudhu, siswa diminta
untuk mengajukan pertanyaan dan sebagai imbalan diberikan point bintang sehingga
menimbulkan respon untuk mengajukan pertanyaan lagi dikemudian hari” hal demikian secara
tidak langsung membangunkan rasa percaya diri pada siswa. Sedangkan reinforcement negatif,
sebagai contoh. “Siswa diminta untuk menghafalkan do’a sehari - hari dalam waktu selama
pelajaran berakhir di hari yang sama, setelah sekitar beberapa menit terdapat salah satu
siswa yang tidak mampu menunjukkan hafalannya, guru hanya menegur dan membiarkannya
begitu saja, satu minggu setelahnya siswa yang awalnya susah menghafal menjadi lebih
aktif dalam menunjukkan hafalannya. Adanya hal demikian secara tidak langsung
membangunkan rasa tanggung jawab siswa untuk menyelesaikan tugas agar sama dengan teman-
temannya yang lain.
Kemudian contoh dengan Punishment. Pada dasarnya Skinner tidak mendukung digunakannya
hukuman dalam rangka pembentukan perilaku, karena hukuman dalam jangka waktu yang
panjang tidak mempunyai pengaruh, justru banyak segi negatifnya dari pada segi positifnya.
Sebagai contoh, saat seorang guru sedang mencontohkan membaca iqra’, seorang siswa menyela
karena rasa ingin tahunya, guru pun tidak menegur dan langsung melanjutkan membaca.
Maka keesokan harinya, siswa berhenti untuk menyela saat guru sedang mengaji.
- Ivan Pavlov:
Seperti yang sudah diketahui bahwa pada dasarnya teori Classical Conditioning Pavlov bukanlah
untuk mengembangkan teori belajar. Namun teori ini sangat bermanfaat dalam bidang psikologi,
dimana banyak ahli pendidikan baru mulai memanfaatkan teorinya untuk mengembangkan atau
memberikan kontribusi pada psikologi pendidikan pada umumnya dan teori belajar khususnya.
Menurut Woolfolk (1995) terdapat beberapa cara untuk mengimplementasikan teori Classical
Conditioning dalam pendidikan di kelas, diantaranya:

1. Memberikan suasana yang menyenangkan ketika memberikan tugas- tugas belajar,


contohnya: Menekankan pada kerjasama dan kompetisi antar kelompok daripada individu,
banyak siswa yang akan memiliki respons emosional secara negatif terhadap kompetisi
secara individual, yang mungkin akan digeneralisasikan dengan pelajaran-pelajaran yang
lain
2. Membantu siswa mengatasi secara bebas dan sukses situasi-situasi yang mencemaskan
atau menekan, contohnya: Jika terdapat siswa takut berbicara di depan kelas, mintalah
siswa untuk membacakan sebuah laporan di depan kelompok kecil sambil duduk di tempat,
kemudian berikutnya dengan berdiri. Setelah dia terbiasa, kemudian mintalah ia untuk
membaca laporan di depan seluruh murid di kelas.
3. Membantu siswa untuk mengenal perbedaan dan persamaan terhadap situasi-situasi
sehingga mereka dapat membedakan dan menggeneralisasikan secara tepat. Contoh:
Meyakinkan siswa yang cemas ketika menghadapi ujian masuk sebuah sekolah yang lebih
tinggi tingkatannya atau perguruan tinggi, bahwa tes tersebut sama dengan tes-tes prestasi
akademik lain yang pernah mereka lakukan.

Adapun pengimplementasian teori Classical Conditioning pada Pembelajaran PAI di SMAN 1,


yaitu dengan membuat desain pembelajaran yang menarik dengan metode market plece, diskusi,
presentasi, dan investigasi kelompok. Dimana guru berperan sebagai fasilitator sehingga dalam
pembelajaran PAI terjadi respon antara guru dan siswa pada pembelajaran. Adapun tahapan yang
dilakukan oleh guru dalam pembelajaran PAI ini adalah:

- Pada saat diskusi kelompok guru hanya diam dan memberikan kebebasan kepada siswa
dalam menyampaikan pendapat, sehingga siswa lebih interaktif.
- Pada saat menjelaskan materi guru berintermezo (menyelipkan lelucon) sehingga sesekali
siswa tertawa.
- Penjelasan materi diselipkan bahasa Inggris, sehingga membuat siswa merasa tidak bosan
dalam pembelajaran.
- Penggunaan media pembelajaran, dalam proses pembelajaran pendidikan agama Islam di
SMAN 1 Teladan menggunakan LCD, power point yang tampilkan bertujuan untuk
memberikan stimulus kepada anak didik sehingga proses transfer knowledge (ilmu)
terkesan tidak membosankan.

V. Analisis Perbandingan
Berdasarkan penjelasan mengenai teori Operant conditioning oleh B.F. Skinner dan
Classical conditioning oleh Ivan Pavlov, maka terdapat beberapa perbandingan yang dapat
dianalisis, yaitu :
1. Teori operant conditioning merupakan pengendalian pada suatu respon yang
berasal dari pemberian stimulus yang sesuai dengan konsekuensinya, dengan begitu
subjek tersebut akan cenderung mengulangi respon-respon tersebut apabila
diberikan suatu reinforcement. Sedangkan, Classical conditioning merupakan
proses pembelajaran dengan rangsangan yang sebelumnya diberikan secara netral,
akan tetapi kemudian akan mendatangkan respons yang mirip dengan respons awal
yang ingin dimunculkan oleh rangsangan lain sebagai hasil dari persilangan dua
rangsangan.

2. Menurut Skinner pada Operant Conditioning, dalam hal belajar ditemukan adanya
kesempatan terjadinya peristiwa yang dapat menyebabkan adanya respon belajar.
BF Skinner dalam Operant conditioning melakukan eksperimen terhadap tikus dan
selanjutnya terhadap burung merpati yang pada akhirnya menghasilkan hukum-
hukum belajar dari eksperimen tersebut. Dengan begitu, pada Operant
Conditioning, stimulus-stimulus tertentu bisa mempengaruhi kemungkinan
munculnya respon operant, tanpa harus menjadi “penyebab” munculnya respon
tersebut. Sehingga, dalam operant conditioning perilaku yang meningkatkan
frekuensinya seringkali disebut dengan operant, hal ini disebabkan karena perilaku
tersebut “mengoperasikan”.
3. Sedangkan, Classical conditioning mengacu kepada respon fisiologis yang tidak
disengaja, yang dimaksudkan ialah respon terhadap rangsangan seperti air liur
anjing. Hal ini terjadi dikarenakan sebuah stimulus memicu refleks, dan respons
motorik hewan (gerakan) menambah lebih banyak rangsangan.Kemudian yang
kedua, respon dari pelajar yang bersangkutan. Selanjutnya yang ketiga,
konsekuensi yang bersifat menggunakan respon tersebut, baik konsekuensinya
sebagai hadiah maupun teguran atau hukuman.
Sedangkan, belajar menurut teori classical conditioning lebih mengutamakan
proses daripada hasilnya. Hal ini dimaksudkan dalam proses belajar, teori ini lebih
mengutamakan stimulus dibandingkan responnya. Dengan demikian, proses belajar
hendaknya mengkondisikan stimulus agar dapat menimbulkan respon.
VI. Kesimpulan dan Saran
Berlandaskan pernyataan yang ada bisa disimpulkan bahwa manusia termotivasi karena
ada kebutuhan dan keinginan sebagai hasil efek dari setiap tingkah laku yang ia perbuat.
Teori ini memberi penguatan-penguatan yang meningkatkan hal yang benar dan
menghilangkan atau memusnahkan yang tidak baik. faktor intrinsik dan juga faktor
ekstrinsik mempengaruhi bagaimana motivasi seseorang akan terbangun dengan baik dan
benar. Dalam hal ini penerapan konsep teori behavioristik mengubah motivasi melalui
respon yang akan dihasilkan oleh seseorang maka teori ini berlaku dalam 1). Law of
operant conditioning yaitu jika timbulnya perilaku diiringi dengan stimulus penguat, maka
kekuatan perilaku tersebut akan meningkat. 2). Law of operant extinction yaitu jika
timbulnya perilaku operant telah diperkuat melalui proses conditioning itu tidak diiringi
stimulus penguat, maka kekuatan perilaku tersebut akan menurun bahkan musnah.
Implementasinya dapat diketahui bahwa belajar dan mengajar merupakan dua hal yang
tidak dapat dipisahkan. Adapun fungsi utama pendidikan ialah menciptakan kondisi agar
tingkah laku yang baik dapat diterapkan, sedangkan peranan utama dari seorang pendidik
(guru) adalah menciptakan kondisi agar tingkah laku yang diinginkan dapat terwujud dan
proses belajar berlangsung secara dinamis dan kondusif. Maka dari itu dalam proses
pendidikan sangat dibutuhkan seorang guru yang profesional dan memiliki wawasan ilmu
yang luas dalam kegiatan belajar mengajar, sehingga terbentuknya perilaku yang baik
dalam diri siswa.
VII. Daftar Pustaka
Asyari, A. (2021). Implementasi Teori Operant Conditioning dalam Pembelajaran Tahfidzul
Quran di PPTQ Muhammadiyah Ibnu Juraimi Yogyakarta. IQ (Ilmu Al-Qur’an): Jurnal
Pendidikan Islam, 3(02), 183–198. https://doi.org/10.37542/iq.v3i02.135
Fantino, E., & Stolarz-Fantino, S. (2012). Operant Conditioning. Encyclopedia of Human
Behavior: Second Edition, 749–756. https://doi.org/10.1016/B978-0-12-375000-
6.00262-7
Nurhidayati, T. (2012). Implementasi Teori Belajar Ivan Petrovich ( Classical Conditioning
) dalam Pendidikan. Jurnal Falasifa, 3(1), 23–44.
Operant Conditioning dan Penerapannya dalam Pendidikan. (2017). Blogspot.Com.
https://makalahpendidikanislamlengkap.blogspot.com/2015/11/operant-conditioning-
dan-penerapannya.html
Pai Baharuddin, P. (2020). Implementasi Classical Conditioning Dalam. Jurnal Pendidikan
Islam, 130–140. http://ejournal.iainmadura.ac.id/index.php/tadris
Prambudi, S., & Hoiriyah, N. (2020). Penerapan Teori Operant Conditioning B.F. Skinner
Dalam Pembelajaran Pendidikan Agama Islam (Pai) Di Sekolah. Al-Hikmah : Jurnal
Studi Islam, 1(2), 58–66.
Skinner, B. F., Pambudi, S., & Hoiriyah, N. (n.d.). PENERAPAN TEORI OPERANT
CONDITIONING.
Triwahyuni, E., Lolongan, R., Riswan, R., & Suli’, S. (n.d.). Peranan Konsep Teori
Behavioristik B. F. Skinner terhadap Motivasi dalam Menghadiri Persekutuan Ibadah.
Kelompok 3 :
1. Fanny Fatwa (6020210134)
2. Fathya Meidiana Putri (6020210135)
3. Farah Aprillia Kurnia (6020210138)
4. Nina Amanda (6020210053)
5. Kern Ismed (6020210072)
6. Nida Maura Husnatu Shaliha (6020210089)
7. Salsabilla Aulia Rahma (6020210085)
8. Fildza Wafiq Ghasani (6020210081)
9. Fricilla Roesdianty (6020210080)

BF SKINNER & IVAN PAVLOV

Sejarah Sejarah
Burrhus Frederic Skinner lahir di Tokoh Classical Conditioning dan
Susquehanna, Pennsylvania pada 20 bapak teori belajar Modern, Ivan
Maret 1904 dari pasangan Willian Petrovich Pavlov dilahirkan di Ryazan
dan Grace Skinner. Dia wafat di Rusia desa tempat ayahnya Peter
Massachusetts pada 18 Agustus Dmitrievich Pavlov menjadi seorang
1990. Dia merupakan psikolog, pendeta pada 18 September tahun
penulis, penemu, dan ahli filsafat 1849 dan meninggal di Leningrad pada
sosial. tanggal 27 Februari 1936

Teori Teori
BF Skinner menciptakan Ivan Pavlov melahirkan
teori yang dinamakan teori sebuah teori yang dinamakan
Operant Conditioning. atau dikenal dengan Classical
Conditioning.

Faktor Faktor
Terdapat 2 law of effect yang Faktor yang mempengaruhi
mempengaruhi teori operant terhadap teori classical
conditioning, yakni : law of conditioning menurut Ivan
operant conditioning dan law Pavlov yaitu : faktor internal
of operant extinction. dan faktor eksternal

Dampak/Implikasi Dampak/Implikasi

Dengan pembiasaan dan latihan Skinner mengemukakan ada


akan terbentuk sikap tertentu dua jenis penguatan yaitu
kepada anak sehingga lambat laun penguatan positif, penguatan
sikap anak akan bertambah jelas negatif dan hukuman.
dan kuat karena telah menjadi
bagian dari dirinya sendiri.

1 mm = 50 km
Contoh
Contoh Implementasi
Implementasi Memberikan suasana yang
menyenangkan ketika memberikan
Mempelajari keadaan kelas.
tugas di kelas.
Membuat daftar penguat dan
Membantu siswa mengatasi secara
positif.
bebas dan sukses di situasi yang
Memilih dan menentukan urutan mencemaskan atau menekan.
tingkah laku yang dipelajari serta Membantu siswa untuk mengenal
jenis penguatnya. perbedaan dan persamaan
Membuat program pembelajaran. terhadap situasi.

Analisis
Perbandingan
Teori operant conditioning merupakan pengendalian pada suatu respon yang berasal dari
pemberian stimulus yang sesuai dengan konsekuensinya. Sedangkan, Classical conditioning
merupakan proses pembelajaran dengan rangsangan yang sebelumnya diberikan secara
netral.
BF Skinner dalam Operant conditioning melakukan eksperimen terhadap tikus dan burung
merpati yang akhirnya menghasilkan hukum-hukum belajar dari eksperimen tersebut.
Sedangkan, Classical conditioning mengacu kepada respon fisiologis yang tidak disengaja atau
reson terhadap rangsangan (air liur anjing).
Menurut Skinner pada Operant Conditioning, dalam hal belajar ditemukan adanya kesempatan
terjadinya peristiwa yang dapat menyebabkan adanya respon belajar, respon dari pelajar yang
bersangkutan dan konsekuensi yang bersifat menggunakan respon tersebut. Sedangkan,
belajar menurut teori classical conditioning lebih mengutamakan proses daripada hasilnya.

Referensi
Asyari, A. (2021). Implementasi Teori Operant Conditioning dalam Pembelajaran Tahfidzul Quran di PPTQ Muhammadiyah Ibnu Juraimi Yogyakarta. IQ (Ilmu Al-Qur’an): Jurnal Pendidikan Islam, 3(02), 183–
198. https://doi.org/10.37542/iq.v3i02.135
Fantino, E., & Stolarz-Fantino, S. (2012). Operant Conditioning. Encyclopedia of Human Behavior: Second Edition, 749–756. https://doi.org/10.1016/B978-0-12-375000-6.00262-7
Nurhidayati, T. (2012). Implementasi Teori Belajar Ivan Petrovich ( Classical Conditioning ) dalam Pendidikan. Jurnal Falasifa, 3(1), 23–44.
Operant Conditioning dan Penerapannya dalam Pendidikan. (2017). Blogspot.Com. https://makalahpendidikanislamlengkap.blogspot.com/2015/11/operant-conditioning-dan-penerapannya.html
Pai Baharuddin, P. (2020). Implementasi Classical Conditioning Dalam. Jurnal Pendidikan Islam, 130–140. http://ejournal.iainmadura.ac.id/index.php/tadris
Prambudi, S., & Hoiriyah, N. (2020). Penerapan Teori Operant Conditioning B.F. Skinner Dalam Pembelajaran Pendidikan Agama Islam (Pai) Di Sekolah. Al-Hikmah : Jurnal Studi Islam, 1(2), 58–66.
Skinner, B. F., Pambudi, S., & Hoiriyah, N. (n.d.). PENERAPAN TEORI OPERANT CONDITIONING.
Triwahyuni, E., Lolongan, R., Riswan, R., & Suli’, S. (n.d.). Peranan Konsep Teori Behavioristik B. F. Skinner terhadap Motivasi dalam Menghadiri Persekutuan Ibadah.
PENJELASAN

#FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TEORI


BF SKINNER
Terdapat 2 law of effect yang mempengaruhi teori operant conditioning, yakni: law
of operant conditioning dan law of operant extinction. Law of operant
conditioning terjadi jika munculnya tingkah laku operant diikuti dengan
reinforcement, ketika itu terjadi terus menerus maka akan terjadi penguatan
terhadap tingkah laku itu.
Dalam teorinya operant conditioning (pembiasaan perilaku respon) disebutkan
bahwa respon terjadi tanpa didahului oleh stimulus, melainkan terjadi akibat
adanya reinforcement (penguatan). Reinforcer ini menimbulkan dan
meningkatkan respon-respon tertentu, akan tetapi tidak terjadi dengan sengaja.

1. Faktor Internal IVAN PAVLOV


Faktor internal adalah faktor-faktor yang berasal dari dalam diri individu dan dapat
mempengaruhi hasil belajar individu. Faktor-faktor internal ini meliputi faktor fisiologis
dan psikologis.
a) Faktor fisiologis
Faktor-faktor fisiologis adalah faktor-faktor yang berhubungan dengan kondisi fisik
individu. Faktor-faktor ini dibedakan menjadi dua macam. Pertama, keadaan tonus
jasmani. Keadaan tonus jasmani pada umumnya sangat memengaruhi aktivitas belajar
seseorang.
b) Faktor psikologis
Faktor-faktor psikologis adalah keadaan psikologis seseorang yang dapat memengaruhi
proses belajar. Beberapa faktor psikologis yang utama memengaruhi proses belajar
adalah kecerdasan siswa, motivasi, minat, sikap, bakat dan percaya diri.

2. Faktor-faktor eksogen/eksternal
Selain karakteristik siswa atau faktor-faktor endogen, faktor-faktor eksternal juga
dapat mempengaruhi proses belajar siswa. Dalam hal ini, Syah (2003) menjelaskan
bahwa faktor faktor eksternal yang mempengaruhi belajar dapat digolongkan
menjadi dua golongan, yaitu faktor lingkungan sosial dan faktor lingkungan non
sosial.
Ketegangan keluarga, sifat-sifat orangtua, demografi keluarga (letak rumah),
pengelolaan keluarga, semuanya dapat memberi dampak terhadap aktivitas
belajar siswa. Hubungan antara anggota keluarga, orangtua, anak, kakak, atau adik
yang harmonis akan membantu siswa melakukan aktivitas belajar dengan baik.

#CONTOH IMPLEMENTASI_BF SKINNER


Teori Operant Conditioning dari Skinner merupakan teori pembelajaran yang sering
digunakan dalam dunia pendidikan, dimana menurut Suryabrata, 1986 teori ini
digunakan didalam dunia pendidikan, khususnya dalam lapangan metodologi dan
teknologi pengajaran yang mana teori ini memiliki pengaruh yang sangat besar.
Dapat diketahui bahwa Belajar dan mengajar merupakan dua hal yang tidak dapat
dipisahkan. Adapun fungsi utama pendidikan ialah menciptakan kondisi agar tingkah
laku yang baik dapat diterapkan, sedangkan peranan utama dari seorang pendidik
(guru) adalah menciptakan kondisi agar tingkah laku yang diinginkan dapat terwujud
dan proses belajar berlangsung secara dinamis dan kondusif

#CONTOH IMPLEMENTASI_IVAN PAVLOV

Seperti yang sudah diketahui bahwa pada dasarnya teori Classical


Conditioning Pavlov bukanlah untuk mengembangkan teori belajar.
Namun teori ini sangat bermanfaat dalam bidang psikologi, dimana
banyak ahli pendidikan baru mulai memanfaatkan teorinya untuk
mengembangkan atau memberikan kontribusi pada psikologi
pendidikan pada umumnya dan teori belajar khususnya.

THANK YOU

Anda mungkin juga menyukai