Kromatografi Gas
Kromatografi Gas
Kromatografi Gas
Gas Liquid Chromatography (GLC) (=GC)
Pendahuluan
Campuran benzen (td.80,1°C) dan sikloheksan (80,8 °C) tidak dapat dipisahkan
dengan cara destilasi fraksi, sedangkan kromatografi gas kedua senyawa itu
mudah dipisahkan hanya dalam waktu beberapa menit saja. Senyawa-senyawa
yang mudah menguap mudah dipisahkan dengan cara kromatografi gas. Alat ini
dapat dioperasikan hingga suhu 400°C, sehingga sampel dapat dianalisis pada
suhu tersebut dengan syarat komponen atau senyawa penyusunnya tidak rusak.
Untuk senyawa yang sukar menguap (mempunyai titik didih tinggi) dapat dibuat
menjadi rurunannya (derivatisasi) yang mudah menguap misalnya dibuat bentuk
esternya, dengan demikian senyawa tersebut dapat dianalisis dengan
kromatografi gas. Selain waktu yang diperlukan untuk pemisahan relatif singkat,
kolom kromatografi gas dapat digunakan berulang-ulang asal perawatannya
benar.
Kolom kromatografi
Bahan dibuat dari logam atau gelas
Ada dua jenis kolom : Kolom paking (packed column) dan kolom kapiler (open
tubular)
Kolom paking dapat dibedakan : paking konvensional dan paking menggunakan
porous layer bead. Panjang kolom hingga 6 feet dan diameter 1/8 inci. Contoh :
5% OV 101 pada 80/100 chromosorb.
Kolom kapiler disebut juga Gollay column
Bahan yang dibuat sama dengan kolom paking. Panjang hingga 30 M, diameter
dalam 0,53 mm dan tebal lapisan fase diam 0,88 µm. Pelapisan fase diam ini
dapat dibedakan : Porous layer open tube dan -wall coated open tube.
Diatomae segolongan dengan silika, maka permukaan bahan ini terdapat gugus
OH, oleh karena itu perlu dinonaktifkan (direaksikan) dengan : trimetil klorosilan
atau heksa metil disilizan.
Bila penyangga ini tidak dinon aktifkan dan penyalutan dengan fase diam
tidak sempurna, maka ada gugus OH yang dapat kontak langsung dengan
molekul sample, terjadi interaksi adsorpsi. Hal ini mengakibatkan sample
tertahan lebih lama dan dilepas sedikit demi-sedikit sehingga memberikan
puncak berekor (tailing). Pada kolom yang telah lama digunakan kemungkinan
kerusakan karena fase diamnya menguap atau karena penyangga ini remuk,
maka ada teknik yang disebut priming, yaitu menginjeksikan beberapa kali
sample yang paling polar dengan maksud permukaan OH itu dapat mengikat
molekul yang polar, sehingga jenuh. Dengan demikian untuk penyuntikan
berikutnya permukaan OH itu sudah di nonaktifkan oleh sample yang terpolar
tadi. Contoh beberapa jenis zat padat pendukung serta penggunaanya untuk
kolom dapat dilihat pada label 9.
4. Argon FID
Detektor
Perangkat yang diletakkan pada ujung kolom tempat keluar fase gerak yang
membawa komponen hasil pemisahan. Komponen dideteksi, selanjutnya signal
itu dikirimkan ke rekorder yang kemudian disajikan sebagai data (kromatogram ).
Sekarang banyak jenis detektor yang digunakan, namun disini hanya dibahas
tiga detektor yang umum dan banyak digunakan.
Bila fase gerak (gas pembawa N2) tanpa komponen masuk ke dalam
detektor maka sinar β akan mengionisasi molekul N2 menjadi ion-ion N2+ dan
elektron (bebas) yang akan bergerak ke anoda dengan lambat. Dengan
demikian di dalam ruangan detektor terdapat semacam awan elektron bebas
yang dengan lambat menuju anoda. Elektron-elektron yang terkumpul pada
anoda akan menghasilkan arus garis dasar (base line current) yang steady dan
memberikan garis dasar pada kromatogram. Bila komponen sample (senyawa
dengan unsur elektronegatif) dibawa fase gerak masuk ke dalam ruang detektor
yang dipenuhi awan electron, maka senyawa ini akan menangkap elektron
sehingga membentuk ion molekul negatif. Ion molekul ini akan dibawa oleh fase
gerak (carrier gas). Akibatnya setiap partikel negatif dibawa keluar detektor,
berarti menyingkirkan satu elektron dari sistim. Sehingga mempengaruhi arus
listrik yang steady tadi akan berkurang. Pengurangan arus ini akan dicatat oleh
rekorder sebagai puncak pada kromatogram.
Puncak yang ideal pada kromatogram sebenarnya berbentuk garis,
dalam praktek puncak seperti ini tidak diperoleh. Setelah diinjeksikan senyawa-
senyawa menyusuri kolom dan kemudian terjadi penyebaran (diffusi). Sehingga
terjadi bentuk puncak normal (simetris) seperti kurva gauss dan puncak tak
normal (tak-simetris).
Puncak tak-simetris dibedakan : puncak berekor (peak tailing) dan puncak
memimpin (peak leading).
Puncak berekor (IR turun) terjadi karena komponen terlalu lama tinggal didalam
fase diam atau malah mungkin terjadi adsorbsi pada fase diamnya. Sedangkan
puncak memimpin karena komponen berada lebih banyak di fase gerak, dan
belum sempat terjadinya kesetimbangan diantara ke dua fase, kompenen sudah
terbawa fase gerak. Pancak memimpin (tR naik) ini juga disebabkan oleh karena
over loaded.
Teori pelat (plate theory) oleh Martin dan Synge, (1941) membayangkan
bahwa di dalam kolom kromatografi terdapat bagian-bagian tipis yang disebut
pelat teori (Theoretical plate). Konsep teori ini sebenarnya berasal dari teori
destilasi. Di dalam tiap pelat ini terjadi kesetimbangan distribusi komponen di
dalam fase gerak dan fase diam. Maka semakin banyak jumlah pelat teori (N)
suatu kolom kromatografi, semakin baik kemampuan memisahkan atau kolom itu
makin efisien. Maka N adalah ukuran efisiensi kolom. Dengan bantuan gambar
puncak (Gambar 8) jumlah pelat dapat dihitung sbb:
Gambar: 8, Waktu retensi dan Lebar alas puncak
tR
N= 16 (-------------)2
Wb
Atau
tR
N=5,54 (-------------)2
W1/2
Selain N, ukuran efisiensi kolom yang lain adalah HETP (Height Equivalent of a
Theoretical Plate] adalah tinggi dari pelat bayangan yang ada dalam kolom.
Makin efisien kolom makin kecil harga HETP. Maka : kolom yang efisien
mempunyai N besar dan HETP kecil.
L
HETP = -------
N
L = Panjang kolom
N = Jumlah pelat teori
Selektivitas kolom
Selektivitas kolom adalah kemampuan kolom kromatografi untuk
membedakan antara dua atau lebih komponen sample, sehingga komponen-
komponen tersebut dapat terpisah satu sama lain. Selektifitas berkaitan dengan
a (faktor pemisahan). Maka :
K2 tR’2 k’2
α= = =
K1 tR’2 k’2
tR2 - to
α = ----------------
tR1 - to
RESOLUSI
Resolusi adalah tingkat pernisahan atau derajat pemisahan dua
komponen sample pada kromatografi (gambar:9). Resolusi dapat dihitung
sebagai jarak antara 2 puncak dibagi lebar alas puncak. Nilai Resolusi
ditentukan oleh selektifltas kolom (tR)dan efisiensi kolom (W). Nilai resolusi
yang baik adalah ≥ 1,5 yang disebut resolusi garis dasar atau Base line
resolution. Pada harga R = 1,5 tumpangsuh antara dua puncak adalah 0,3 %,
ini sudah cukup untuk analisis ,sedangkan untuk R=l tumpangsuh adalah 2%.
Gambar : 10, Kurva hubungan HETP dengan kecepatan alir gas pembawa
Ad 2.
Kecepatan aliran gas berpengaruh pada efisiensi kolom (N, H dan W). Pada
kurva van Deemter dapat dilihat bahwa pada µ optimum memberikan HETP
minimum. Maka untuk mencari kondisi optimal yaitu HETP minimum perlu dicari
dengan mengubah kecepatan alir gas pembawa.
Suku A = difusi eddy, pada persamaan van Deemter disebut sebagai
efek jalur ganda. Pelebaran puncak disebabkan oleh panjang jalur-jalur gerakan
molekul-molekul komponen dari ujung masuk kolom ke ujung keluar kolom tidak
sama. Variasi panjang jalur semakin besar bila solid support material diameter
dan bentuknya tidak seragam. Harga tidak tergantung pada kecepatan aliran gas
pembawa.
Suku B/µ, = difusi longitudinal. Pembesaran harga H disebabkan oleh
difusi molekul di dalam kolom searah dengan panjang kolom. Besarnya
sumbangan efek difusi longitudinal terhadap pembesaran harga H berbanding
terbalik dengan kecepatan aliran gas pembawa. Difusi longitudinal dalam fase
gas iebih besar penagruhnya terhadap H dari pada difusi longitudinal didalam
fase cair.
Suku Cµ. = efek perpindahan massa. Pelebaran puncak disebabkan
karena tidak dicapainya kesetimbangan partisi pada perpindahan massa
komponen sample antara gas (fase gerak) dan cairan (fase diam). Besarnya
efek perpindahan massa ini akan semakin besar dengan semakin besarnya
kecepatan aliran gas pembawa Semakin besar ja, semakin sedikit waktu untuk
mencapai kesetimbangan dan semakin besar pelebaran puncak. Bila lapisan
fase diam tipis akan lebih cepat dicapai kesetimbangan distribusi antara
komponen di dalam fase diam dan fase gerak. Maka banyak fase diam yang
melapisi penyangga akan menyebabkan makin besarnya pelebaran puncak.
Ad 3. Fase diam
Resolusi dapat diperbaiki dengan menambah berat fase diam atau dengan
memilih fase diam lain yang sesuai dengan polaritas senyawa yang akan
dianalisis. Memilih fase diam lain adalah mengubah harga K yang sesuai.
Ad 4 Suhu
Naiknya suhu menyebabkan senyawa lebih banyak di dalam fase gerak, kurang
ditahan fase diam akibatnya akan keluar lebih cepat (tR kecil).
Analisis kuantitatif
Dengan asumsi bahwa luas puncak berbanding lurus dengan kadar senyawa
pada kondisi elusi yang sama, maka kadar sample dapat dihitung sama dengan
luas puncak sample dibagi luas puncak senyawa pembanding kali kadar
senyawa pembanding. Cara demikian tentunya menanggung banyak ralat, oleh
karena itu akan lebih baik bila dibuat kurva baku luas puncak versus kadar
senyawa pembanding. Kemudian dibuat persamaan garis lurus dan dibuat kurva
regresinya. Namun untuk memperkecil kesalahan pengukuran volume sample
yang diinjeksikan maka untuk analisis kuantitatif dikenal penggunaan standar
eksternal , standar internal dan metode penambahan.
Selain untuk keperluan identifikasi kromatografi gas juga digunakan untuk
melihat kemurnian suatu bahan. Bila sample selalu memberikan puncak tunggal
pada kondisi yang berbeda (kolom, fase gerak, dll) maka bahan tersebut adalah
murni.
Standar eksternal
Yang dimaksud dengan standar eksternal adalah menambahkan
senyawa yang sifat fisikanya mirip dengan senyawa yang dianalisis (molekul
yang dianalisis), senyawa ini harus netral, tidak bereaksi dengan molekul
sample, mempunyai IR yang tidak jauh berbeda dengan tR sample. Standar
eksternal ini ditambahkan dengan jumlah terukur pada pembuatan kurva baku
dan juga pada sample (untuk kontrol volume sample yang diinjeksikan).
Selanjutnya dibuat kurva luas puncak senyawa pembanding dibagi luas puncak
standar eksternal versus kadar senyawa pembanding. Maka kadar sample dapat
dihitung dengan memplotkan luas puncak sample dibagi luas standar internal
pada ordinat dan bila ditarik garis sejajar absis memotong garis regresi,
selanjutnya ditarik garis sejajar ordinat maka akan memotong absis, pada titik
potong dengan absis inilah diketahui kadar sample.
Standar internal
Syarat sebagai standar internal sama dengan syarat senyawa untuk
dapat dipakai sebagai standar eksternal. Cara kerja penetapan kadar
menggunakan Standar internal adalah sebagai berikut: Misalnya menambahkan
standar internal (A) sebanyak 0,3786 gram kepada sample (C) berat 0,5291
gram, campuran ini dilarutkan dalam pelarut yang sesuai hingga volume tertentu.
Kemudian 1 |il diinjeksikan dan dicatat luas puncak A dan C. Pada prinsipnya
pada penetapan ini adalah membandingkan dua senyawa berbeda. Satu
diantaranya adalah diketahui beratnya. Respon detektor akan berbeda untuk
senyawa berbeda, jelasnya a gram senyawa A dan a gram senyawa B tidak
memberikan luas puncak yang sama. Oleh karena itu perlu adanya faktor
koreksi. Perhitungan faktor koreksi dapat dilihat pada Tabel: 11.
A 0,3786 4231
1,398 1,345 0,962
C 0,5291 5691
hx.Cs
Cx =
hx+s - hx