Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH

TENTANG TOKOH-TOKOH TEORI KEPERAWATAN

Disusun oleh :
Gregorius Leonardo Pio (40120123070K)
A. Mario Juang (40120123071K)
Sitanggang Tiur Arta Adelia (40120123072K)
Dewi Sri Fitriani (40120123073K)
Dila Tri Cahyani (40120123074K)
Fakultas Ilmu Kesehatan
Universitas Santo Borromeus
2023
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

B. Keperawatan sebagai
bagian integral pelayanan
kesehatan
C. merupakan suatu bentuk
pelayanan professional yang
didasarkan pada ilmu
D. keperawatan. Pada
perkembangannya ilmu
keperawatan selalu
mengikuti
E. perkembangan ilmu lain,
mengingat ilmu
keperawatan merupakan
ilmu
F. terapan yang selalu
berubah mengikuti
perkembangan zaman.
G. Keperawatan sebagai
bagian integral pelayanan
kesehatan
H. merupakan suatu bentuk
pelayanan professional yang
didasarkan pada ilmu
I. keperawatan. Pada
perkembangannya ilmu
keperawatan selalu
mengikuti
J. perkembangan ilmu lain,
mengingat ilmu
keperawatan merupakan
ilmu
K. terapan yang selalu
berubah mengikuti
perkembangan zaman.
L. Keperawatan sebagai
bagian integral pelayanan
kesehatan
M. merupakan suatu bentuk
pelayanan professional yang
didasarkan pada ilmu
N. keperawatan. Pada
perkembangannya ilmu
keperawatan selalu
mengikuti
O. perkembangan ilmu lain,
mengingat ilmu
keperawatan merupakan
ilmu
P. terapan yang selalu
berubah mengikuti
perkembangan zaman.
Teori adalah deskripsi atau penjelasan dari suatu fenomena dan hubungan antara
fenomena-fenomena semacam itu. Secara inti, konsep seperti deskripsi simbolik dari
fenomena dihubungkan dengan preposisi yang menyatakan hubungan di antara
fenomena-fenomena tersebut (Aini Nur, 2018).
Teori Keperawatan adalah sekumpulan ide, definisi, hubungan dan harapan atau
saran yang berasal dari model keperawatan atau bidang ilmu dengan merancang
hubungan khusus diantara ide-ide yang bertujuan menggambarkan dan menjelaskan atau
merekomendasikan.
Teori Keperawatan membantu disiplin ilmu keperawatan untuk mengklarifikasi
kepercayaan, nilai-nilai, tujuan untuk menegaskan kontribusi unik keperawatan yang
penting untuk pengembangan dan perubahan dalam dispilin ilmu keperawatan.
Teori keperawatan adalah seperangkat ide, defenisi, hubungan,dan harapan atau
saran yang berasal dari model keperawatan atau dari disiplin (bidang ilmu) lain dan
rancangan purposif, pandangan metodis fenomena dengan merancang inter-relationship
khusus di antara ide-ide yang bertujuan menggambarkan, menjelaskan, peramalan, atau
merekomendasikan (Arora, 2015).
Teori keperawatan membedakan keperawatan dari disiplin lain, dimana teori ini
memiliki tujuan untuk menggambarkan, menjelaskan, memprediksi, dan mengendalikan
hasil yang diinginkan dari praktik asuhan keperawatan (Ahmad, 2016).
Pelaksanaan Asuhan Keperawatan dengan menggunakan pendekatan secara ilmiah
melalui proses keperawatan secara umum telah diterapkan pada sebagian besar rumah
sakit di Indonesia. Profesi keperawatan ialah sebuah profesi yang kompleks, unik, holistik
dan komprehensif. Pada pelaksanaan prakteknya, seharusnya Falsafah dan Teori
Keperawatan dalam Integrasi Keilmuan perawat selalu menggunakan acuan pada model
konsep dan berbagai teori keperawatan yang telah ada.

B. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui filosofi keperawatan Florence Nightingale dan Jean Watson
2. Untuk mengetahui model konseptual keperawatan Dorothea Orem dan Newman
3. Untuk mengetahui teori keperawatan Pender, Leininger, Middle Range : Reed, Barker
4. Sebagai salah satu tugas mata

BAB II
ISI

1. Teori Keperawatan Menurut Florence Nightingale


Teori lingkungan Nightingale diakui secara global dan banyak digunakan oleh perawat
untuk membantu pasien dalam penyembuhan dengan cara yang alami (Iram, 2018).
A. Asumsi
Nightingale berasumsi bahwa kesehatan berasal dari Lingkungan disekitar kita. Proses
keperawatan sendiri terpisah dari pengobatan menggunakan obatobatan, perawatan dicapai
melalui perubahan lingkungan dan membutuhkan basis pendidikan tertentu (Pirani, 2016).
Teori Nightingale tentang lingkungan menekankan bahwa keperawatan adalah untuk
membantu alam dalam penyembuhan pasien. Mempertahankan lingkungan terapeutik di ruang
perawatan dipercaya akan meningkatkan kenyamanan dalam pemulihan pasien (Alligood, 2017).
Asumsi dan pemahaman Nightingale tentang kondisi lingkungan pada masa itu adalah
yang paling relevan dengan filosofinya. Kesembuhan akan didapatkan dari perbaikan lingkungan
fisik dikarenakan lingkungan yang bersih dan sehat mampu mempengaruhi tubuh dan pikiran
pasien. Selain itu perawat mampu berperan dalam mengubah status sosial dengan meningkatkan
kondisi lingkungan fisik (Alligood, 2017).
Penggunaan udara segar, cahaya, kehangatan, kebersihan dan ketenangan secara tepat
memiliki pengaruh yang kuat dalam proses kesembuhan (Kamau et al., 2015).
Beberapa asumsi yang diungkapan Nightingale adalah: (Kamau et al., 2015).
1) Perawat dididik dan dilatih di bidang perawatan pasien.
2) Perawat berfokus pada lingkungan dan bagaimana memanipulasinya untuk menempatkan
pasien dalam kondisi terbaik agar mencapai kesehatan dan penyembuhan.
3) Lingkungan sangat penting bagi kesehatan pasien.
4) Perawatan dan pengobatan terpisah.
5) Keperawatan adalah ilmu dan seni.

B. Konsep Lingkungan Nightingale


Teori Nightingale berfokus pada lingkungan, dimana yang dimaksud adalah lingkungan
fisik. Dia mendefinisikan dan menjelaskan konsep ventilasi, cahaya, kebersihan, diet dan
kebisingan. Lingkungan fisik yang sehat diperlukan untuk memenuhi perawatan dan menjadi
salah satu penunjang dalam pemeliharaan kesehatan (Alligood, 2017).

2. Teori Keperawatan Menurut Jean Watson


Dalam memahami konsep keperawatan Jean Watson dikenal dengan teori pengetahuan
manusia dan merawat manusia. Pandangan teori Jean Watson ini memahami bahwa manusia
memiliki empat cabang kebutuhan manusia yang saling terkait yakni:
1) Kebutuhan dasar biofisikal (kebutuhan untuk hidup) yang meliputi: kebutuhan ventilasi
2) Kebutuhan psikofisikal (kebutuhan fungsional) yang meliputi kebutuhan aktifitas kebutuhan
makanan dan cairan, kebutuhan eliminasi dan
3) dan istirahat, kebutuhan seksual
4) Kebutuhan psikososial (kebutuhan untuk integrasi) yang meliputi kebutuhan untuk
berprestasi, kebutuhan organisasi
5) Kebutuhan intra dan interpersonal (kebutuhan untuk pengembangan) yaitu kebutuhan
aktualisasi diri.

3. Teori Keperawatan Menurut Dorothea Orem


Self care menurut Orem (2001) adalah kegiatan memenuhi kebutuhan dalam
mempertahankan kehidupan, kesehatan dan kesejahteraan individu baik dalam keadaan sehat
maupun sakit yang dilakukan oleh individu itu sendiri.
Teori defisit perawatan diri (Deficit Self Care) Orem dibentuk menjadi 3 teori yang saling
berhubungan :
Teori perawatan diri (self care theory) berdasarkan Orem terdiri dari :
a. Perawatan diri adalah tindakan yang diprakarsai oleh individu dan diselenggarakan
berdasarkan adanya kepentingan untuk mempertahankan hidup, fungsi tubuh yang sehat,
perkembangan dan kesejahteraan.
b. Agen perawatan diri (self care agency) adalah kemampuan yang kompleks dari individu atau
orang-orang dewasa (matur) untuk mengetahui dan memenuhi kebutuhannya yang ditujukan
untuk melakukan fungsi dan perkembangan tubuh. Self Care Agency ini dipengaruhi oleh tingkat
perkembangan usia, pengalaman hidup, orientasi sosial kultural tentang kesehatan dan sumber-
sumber lain yang ada pada dirinya.
c. Kebutuhan perawatan diri terapeutik (therapeutic self care demands) adalah tindakan
perawatan diri secara total yang dilakukan dalam jangka waktu tertentu untuk memenuhi seluruh
kebutuhan perawatan diri individu melalui cara-cara tertentu seperti, pengaturan nilai-nilai
terkait dengan keadekuatan pemenuhan udara, cairan serta pemenuhan elemen-elemen aktivitas
yang dilakukan untuk memenuhi kebutuhan tersebut (upaya promodi, pencegahan, pemeliharaan
dan penyediaan kebutuhan).
Dalam teori OREM (1991) ada 5 area aktivitas keperawatan yaitu :
1. Masuk kedalam dan memelihara hubungan antara perawat dengan pasien denganindividu,
keluarga, kelompok, sampai pasien dapat melegitimasi rencanakeperawatan.
2.Menentukan kapan dan bagaimana pasien dapat di bantu melalui keperawatan.
3.Bertanggung jawab atas permintaan pasien keinginan dan kebutuhan untuk kontrakdan dibantu
perawat.
4.Menjelaskan, memberikan dan melindungi pasien secara langsung dalan bentukkeperawatan.
5.Mengkoordinasi dan mengintegrasi keperawatan dengan kehidupan sehari-hari pasienatau
perawatan kesehatan lain jika dibutuhkan serta pelayanan sosial dan edukasiyang dibutuhkan
atau yang akan diterima

Daftar Pustaka
Risnah. Irwan, Muhammad. 2021. Buku Falsafah dan Teori Keperawatan Dalam Integrasi
Keilmuan. Makassar.
Lestari, Lilis., Ramadhaniyati, & Wisnu. 2018. Buku Falsafah dan Teori Keperawatan. Pustaka
Pelajar. Yogyakarta.
Hidayat, A.Aziz Alimul, 2007 .Konsep Dasar Keperawatan. Jakarta:Salemba Medika
4. Model Konseptual keperawatan Betty Newman
1. Konsep dasar

Konsep dasar yang terdapat pada model Neuman, meliputi stressor, garis pertahanan dan perlawanan,
tingkatan pencegahan, lima variabel sistem klien, struktur dasar, intervensi dan rekonstitusi (Fitzpatrick
& Whall, 1989). Berikut ini akan diuraikan tentang masing-masing variable :

a. Stressor (Tekanan)

Stressor adalah kekuatan lingkungan yang menghasilkan ketegangan dan berpotensi untuk
menyebabkan sistem tidak stabil. Neuman mengklasifikasi stressor sebagai berikut :

1) Stressor intrapersonal : terjadi dalam diri individu/keluarga dan berhubungan dengan lingkungan
internal. Misalnya : respons autoimun.

2) Stressor interpersonal : yang terjadi pada satu individu/keluarga atau lebih yang memiliki pengaruh
pada sistem. Misalnya ; ekspektasi peran.

3) Stressor ekstrapersonal : juga terjadi diluar linkup sistem atau individu/keluarga tetapi lebih jauh
jaraknya dari sistem dari pada stressor interpersonal. Misalnya : sosial politik.

b. Garis pertahanan dan perlawanan

Garis pertahanan menurut Neuman terdiri dari garis pertahanan normal dan garis pertahanan fleksibel.
Garis pertahanan normal merupakan lingkaran utuh yang mencerminkan suatu keadaan stabil untuk
individu, sistem atau kondisi yang menyertai pengaturan karena adanya stressor yang disebut wellness
normal dan digunakan sebagai dasar untuk menentukan adanya deviasi dari keadaan wellness untuk
sistem klien.

Selain itu ada berbagai stressor yang dapat mengivasi garis pertahanan normal jika garis pertahanan
fleksibelnya tidak dapat melindungi secara adekuat. Jika itu terjadi, maka sistem klien akan bereaksi
dengan menampakkan adanya gejala ketidakstabilan atau sakit dan akan mengurangi kemampuan
sistem untuk mengatasi stressor tambahan. Garis pertahanan normal ini terbentuk dari beberapa
variabel dan perilaku seperti pola koping individu, gaya hidup dan tahap perkembangan. Garis
pertahanan normal ini merupakan bagian dari garis pertahanan fleksibel.

Garis pertahanan fleksibel berperan memberikan respon awal atau perlindungan pada sistem dari
stressor. Garis ini bisa menjauh atau mendekat pada garis pertahanan normal. Bila jarak antara garis
pertahanan meningkat maka tingkat proteksipun meningkat. Oleh karena itu untuk mempertahankan
keadaan satabil dari sistem klien, maka perlu melindungi garis pertahanan normal dan bertindak sebagai
buffer. Kondisi ini bersifat dinamis dan dapat berubah dalam waktu relatif singkat. Disamping itu
hubungan dari berbagai variabel (fisiologi, psikologis, sosiokultur, perkembangan dan spiritual) dapat
mempengaruhi tingkat penggunaan garis pertahanan diri fleksibel terhadap berbagai reaksi terhadap
stressor.

Sedangkan garis perlawanan menurut Neuman merupakan serangkaian lingkaran putus-putus yang
mengelilingi struktur dasar. Artinya garis resisten ini melindungi struktur dasar dan akan teraktivasi jika
ada invasi dari stressor lingkungan melalui garis normal pertahanan (normal line of defense). Misalnya
mekanisme sistem immune tubuh, jika lines of resistance efektif dalam resepon stressor tersebut, maka
sistem depan berkonstitusi, jika tidak efektif maka energy berkurang dan bisa timbul kematian.

c. Tingkat pencegahan

Tingkatan pencegahan ini membantu memelihara keseimbangan yang terdiri dari :

1) Pencegahan primer : terjadi sebelum sistem bereaksi terhadap stressor, meliputi : promosi kesehatan
dan mempertahankan kesehatan. Pencagahan primer mengutamakan pada penguatan flexible lines of
desese dengan cara mencegah stress dan mengurangi faktor-faktor resiko. Intervensi dilakukan jika
resiko atau masalah sudah diidentifikasikan tapi sebelum reaksi terjadi. Strateginya mencakup :
imunisasi, pendidikan kesehatan, olahraga dan perubahan gaya hidup.

2) Pencegahan sekunder : meliputi berbagai tindakan yang dimulai setelah ada gejala dari stressor.
Pencegahan sekunder mengutamakan pada penguatan internal lines of resistance, mengurangi reaksi
dan meningkatkan faktor-faktor resisten sehingga melindungi struktur dasar melalui tindakan-tindakan
yang tepat sesuai gejala. Tujuannya adalah untuk memperoleh kestabilan sistem secara optimal dan
memelihara energi. Jika pencegahan sekunder tidak berhasil dan rekonstitusi tidak terjadi maka struktur
dasar tidak dapat mendukung sistem dan intervensi-intervensinya sehingga bisa menyebabkan
kematian.

3) Pencegahan Tersier. Dilakukan setelah sistem ditangani dengan strategi-strategi pencegahan


sekunder, pencagahan tersier difokuskan pada perbaikan kembali kearah stabilitas sistem klien
secara optimal. Tujuan utamanya adalah untuk memperkuat resistensi terhadap stressor untuk
mencegah reaksi timbul kembali atau regresi, sehingga dapat mempertahankan energi. Pencegahan
tersier cenderung untuk kembali pada pencegahan primer.

d. Sistem Klien

Model sistem Neuman merupakan suatu pendekatan sistem yang terbuka dan dinamis terhadap klien
yang dikembangkan untuk memberikan suatu kesatuan fokus definisi keperawatan dan pemahamam
terbaik dari interaksi klien dengan lingkungan. Elemen-elemen yang ada dalam sistem terbuka
mengalami pertukaran energi informasi dalam organisasi kompleksnya. Stress dan reaksi terhadap stress
merupakan komponen dasar dari sistem terbuka.

Klien sebagai sistem bisa individu, keluarga, kelompok, komunitas atau sosial issue (Tomey & Alligood,
2006). Klien sebagai suatu sustem memberikan arti bahwa adanya keterkaitan antar aspek yang
terdapat dalam sistem tersebut. Kesehatan klien akan dipengaruhi oleh keluarganya, kelompoknya,
komunitasnya, bahkan lingkungan sosialnya.

Neuman menyakini bahwa klien adalah sebagai suatu sistem, memiliki lima variabel yang membentuk
sistem klien yaitu fisik, psikologis, sosiokultur, perkembangan dan spiritual. Selanjutnya juga dijelaskan
oleh Neuman bahwa klien merupakan cerminan secara holistik dan multidimensional (Fawcett,2005).
Dimana secara holistik klien dipandang sebagai keseluruhan yang bagian-bagiannya berada dalam suatu
interaksi dinamis. Pernyataan tersebut membuktikan bahwa setiap orang itu akan memiliki keunikan
masing-masing dalam mempersepsikan dan menanggapi suatu peristiwa yang terjadi dalam kehidupan
sehari-hari.

Disamping itu klien atau sistem dapat menangani stressor dengan baik, sehingga sakit atau kematian
atau stabilitas system. Perubahan dapat mempertahankan kesehatan secara adekuat. Keseimbangan
fungsional atau harmonis menjaga keutuhan integritas sistem. Apabila bagian-bagian dari klien
berinteraksi secara harmonis, maka akan terwujud jika kebutuhan-kebutuhan sistem telah terpenuhi.
Namun apabila terjadi ketidakharmonisan diantara bagian-bagian system, hal ini disebabkan karena
adanya kebutuhan yang tidak terpenuhi.

e. Struktur dasar

Struktur dasar berisi seluruh variabel untuk mempertahankan dasar yang biasa terdapat pada manusia
sesuai karakteristik individu yang unik.. variabel-variabel tersebut yaitu variabel system, genetik, dan
kekuatan/kelemahan bagian-bagain sistem.

f. Intervensi

Merupakan tindakan-tindakan yang membantu untuk memperoleh, meningkatkan dan memelihara


sistem keseimbangan, terdiri dari pencegahan primer, sekunder dan tertier.

g. Rekonstitusi

Neuman (1995) mendefinisikan rekonstitusi sebagai peningkatan energi yang terjadi berkaitan sebelum
sakit. Yang dengan tingkat reaksi terhadap stressor. Rekonstitusi dapat dimulai menyertai tindakan
terhadap invasi stressor. Rekonstitusi adalah suatu adaptasi terhadap stressor dalam lingkungan internal
dan eksternal. Rekonstitusi bisa memperluas normal line of defense ke tingkat sebelumnya,
menstabilkan sistem klien pada tingkat yang lebih rendah, dan mengembalikan pada tingkat semula
sebelum sakit. Yang termasuk rekonstitusi adalah faktor-faktor interpersonal, intrapersonal,
ekstrapersonal dan lingkungan yang berkaitan dengan variabel fisiologis, psikologis, sosiokultural,
perkembangan dan spiritual. Model sistem Neuman ini sangat sesuai untuk diterapkan pada pengkajian
di masyarakat, karena pendekatan yang dipergunakan adalah pada komunitas sebagai sistem klien

Sumber :
 Abi Muhlisin dan Irdawati. Teori Self Care dari orem Dan Pendekatan dalam Praktek
Keperawatan. Berita Ilmu keperawatan, Vol 2, No2, Juni 2010.
 Linda Oktariza. Pengaruh penerapan Teori Self Care Orem Terhadap Tingkat kemandirian lansia.

Anda mungkin juga menyukai