Anda di halaman 1dari 16
PERATURAN DIREKSI PERUSAHAAN DAERAH AIR MINUM IE BEUSAREE RATA KOTA LHOKSEUMAWE NOMOR 1 TAHUN 2021 TENTANG TATA CARA KERJASAMA PENYELNGGARAAN SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM PDAM IE BEUSAREE RATA DIREKTUR PERUSAHAAN DAERAH AIR MINUM IE BEUSAREE RATA KOTA LHOKSEUMAWE IE BEUSAREE a a” = PERUSAHAAN DAERAH AIR MINUM IE BEUSAREE RATA KOTA LHOKSEUMAWE PERUSAHAAN DAERAH AIR MINUM IE BEUSAREE RATA Jalan Banda Aceh - Medan Batuphat Timur Lhokscumawe 24353 PEMERINTAH KOTA LHOKSEUMAWE - Telp. (0645) 8050178e-mailtomiholess PERATURAN DIREKSI PERUSAHAAN DAERAH AIR MINUM IE BEUSAREE RATA KOTA LHOKSEUMAWE, NOMOR 1 TAHUN 2021 TENTANG TATA CARA KERJASAMA PENYELENGGARAAN SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM KOTA LHOKSEUMAWE DIREKTUR PERUSAHAAN DAERAH AIR MINUM IE BEUSAREE RATA KOTA LHOKSEUMAWE Menimbang : a. bahwa dalam = rangka —_pelaksanaan—_upaya Penyelenggaraan Sistem Penyediaan Air Minum (SPAM) | yang efektif dan efisien meliputi pengembangan dan pengclolaan serta_memperhatikan _keterbatasan anggaran pada Perusahaan Daerah Air Minum Ie Beusaree Rata dan Pemerintah Kota Lhokseumawe maka diperlukan kerjasama dengan Badan Usaha; | b. bahwa merujuk pada kondisi geografis dan beberapa kajian terkait kebutuhan air bersih yang dibutuhkan | masyarakat di Kota Lhokseumawe, PDAM Ie Beusaree | Rata Kota Lhokseumawe diharapkan dapat memenuhi kebutuhan tersebut; c. bahwa untuk melaksanakan percepatan kebutuhan air | bersih di Kota Lhokseumawe, PDAM le Beusaree Rata | Kota Lhokseumawe ditunjuk oleh Walikota Kota Lhokseumawe untuk melakukan kerjasama dengan badan usaha lainnya, baik melalui skema Kerjasama | Pemerintah dengan Badan Usaha (KPBU) atau melalui skema kerjasama Business to Business (B2B); d. bahwa berdasarkan _pertimbangan _sebagaimana dimaksud dalam huruf a, huruf b dan huruf c perlu menetapkan Peraturan Direksi Perusahaan Daerah Air Minum le Beusaree Rata Kota Lhokseumawe tentang Tata Cara Kerjasama Penyelenggaraan Sistem Penyediaan Air Minum Kota Lhokseumawe. | VaR * Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2001 tentang Pembentukan Kota Lhokseumawe (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2001 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4109); 2. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2006 tentang Pemerintahan Aceh (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2006 Nomor 62, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4633); 3. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 140, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5059); 4. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 244, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5587), sebagaimana telah diubah beberapa kali, terahir dengan Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2015 tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 58, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5679); 5. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2019 tentang Sumber Daya Air (Lembaran Negara Republik Indonesia. Tahun 2019 Nomor 190, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 6405); 6. Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2002 tentang Pemberlakuan Secara Efektif Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2001 tentang Pembentukan Kota Lhokseumawe (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2002 Nomor 116, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4239); 7. Peraturan Pemerintah Nomor 122 Tahun 2015 tentang Sistem Penyediaan Air Minum (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 345, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5802); 8. Peraturan Pemerintah Nomor 54 Tahun 2017 tentang Badan Usaha Milik Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2017 Nomor 305, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 6173); 9. Peraturan. Presiden Nomor 38 Tahun 2015 tentang Kerjasama Pemerintah dengan Badan Usaha Dalam Penyediaan Infrastruktur (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 62); 10. Peraturan Menteri Perencanaan — Pembangunan Nasional/ Kepala Badan Perencanaan Pembangunan NasionalRepublik Indonesia Nomor 4 Tahun 2015 tentang Tata Cara Pelaksanaan Kerjasama Pemerintah ere: * dengan Badan Usaha Dalam Penyediaan Infrastruktur (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 829) sebagaimana telah diubah beberapa kali, terahir dengan Peraturan Menteri Perencanaan Pembangunan, Nasional / Kepala Badan Perencanaan Pembangunan NasionalRepublik Indonesia Nomor 2 Tahun 2020 tentang Perubahan atas_Peraturan —_Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional / Kepala Badan Perencanaan — Pembangunan _NasionalRepublik Indonesia Nomor 4 Tahun 2015 tentang Tata Cara Pelaksanaan Kerjasama Pemerintah dengan Badan Usaha Dalam Penyediaan Infrastruktur (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2020 Nomor 144); 11. Peraturan Kepala Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang / Jasa Pemerintah Nomor 19 Tahun 2015 tentang Tata Cara Pelaksanaan Pengadaan Badan Usaha Kerjasama Pemerintah dengan Badan Usaha Dalam Penyediaan Infrastruktur (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 1281); 12. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Nomor 01/PRT/M/2016 tentang Tata Cara Perizinan Pengusahaan Sumber Daya Air dan Penggunaan Sumber Daya Air (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 139); 13. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Nomor 19/PRT/M/2016 tentang Pemberian Dukungan oleh Pemerintah Pusat dan/atau Pemerintah Daerah dalam Kerjasama Penyelenggaraan Sistem Penyediaan Air Minum (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2016 Nomor 752, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4239); 14, Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 118 Tahun 2018 tentang Rencana Bisnis, Rencana Kerja dan Anggaran, Kerjasama, Pelaporan dan Evaluasi Badan Usaha Milik Daerah (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2018 Nomor 155); 15.Qanun Kota Lhokseumawe Nomor 4 Tahun 2011 tentang Pendirian Perusahan Daerah Air Minum (PDAM) Ie Beusaree Rata Kota Lhokseumawe; 16. Qanun Kota Lhokseumawe Nomor 4 Tahun 2014 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Kota Lhokseumawe Tahun 2005 ~ 2025; 17.Qanun Kota Lhokseumawe Nomor 7 Tahun 2018 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Kota Lhokseumawe Tahun 2017 - 2022; dan 18. Surat Keputusan Walikota Kota Lhokseumawe Nomor 65 Tahun 2021 tentang Penugasan Direktur PDAM Ie Beusaree Rata Kota Lhokseumawe sebagai Penanggung Jawab Proyek Kerjasama Pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum 230 liter per detik di Kota Lhokseumawe. ATR * MEMUTUSKAN: Menctapkan : TATA CARA KERJASAMA PENYELENGGARAAN SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM KOTA LHOKSEUMAWE BABI KETENTUAN UMUM Bagian Kesatu Pasal 1 Definisi Istilah Dalam Peraturan Direksi ini yang dimaksud dengan: te en 10. Perusahaan Daerah Air Minum Ie Beusaree Rata Kota Lhokseumawe adalah Perusahaan Daerah Air Minum yang dibentuk oleh Pemerintah Kota Lhokseumawe yang selanjutnya disebut PDAM IBR. Dewan Pengawas adalah Dewan Pengawas PDAM IBR. Direktur adalah Direktur PDAM IBR. PJPK adalah Penanggung Jawab Proyek Kerjasama yang dijabat secara fungsional oleh Direktur berdasarkan penugasan dari Walikota Lhokseumawe. Sistem Penyediaan Air Minum yang selanjutnya disebut SPAM merupakan kesatuan sistem fisik (teknik) dan non fisik dari prasarana dan sarana air minum. Penyelenggaraan SPAM adalah serangkaian kegiatan dalam melaksanakan pengembangan dan pengelolaan sarana dan prasarana yang mengikuti proses dasar manajemen untuk penyediaan air minum kepada masyarakat. Pra Studi Kelayakan atau disebut juga Pre Feasibility Study adalah kajian yang dilakukan untuk menilai kelayakan Kerjasama SPAM dengan mempertimbangkan sekurang- kurangnya aspek hukum, teknis, ekonomi, keuangan, pengelolaan risiko, lingkungan dan sosial. Studi Kelayakan atau disebut juga Feasibility Study adalah kajian yang dilakukan oleh Badan Usaha calon pemrakarsa untuk Kerjasama SPAM atas mekanisme prakarsa Badan Usaha dalam rangka penyempurnaan Prastudi Kelayakan. Pengembangan SPAM adalah kegiatan yang dilakukan terkait dengan ketersediaan sarana dan prasarana SPAM dalam rangka memenuhi kuantitas, kualitas, dan kontinuitas air minum yang meliputi pembangunan baru, peningkatan, dan perluasan. Pengelolaan SPAM adalah kegiatan yang dilakukan terkait dengan kemanfaatan fungsi sarana dan prasarana SPAM terbangun yang meliputi operasi dan pemeliharaan, perbaikan, peningkatan sumber daya manusia, serta kelembagaan. ii. 12. 13. 14. 15. 16. 17 18. 19. 20. 21. 22. 23. Kerjasama SPAM yang selanjutnya disebut Kerjasama adalah upaya memanfaatkan SPAM untuk memenuhi penyediaan air minum guna kepentingan masyarakat yang dilakukan antara PDAM IBR dengan Badan Usaha Kerjasama melalui skema Pengadaan Business to Business (B2B). Rencana Induk Sistem Penyediaan Air Minum adalah suatu rencana jangka panjang yang merupakan bagian atau tahap awal dari perencanaan air minum jaringan perpipaan dan bukan jaringan perpipaan berdasarkan proyeksi kebutuhan air minum pada satu periode yang dibagi dalam beberapa tahapan dan memuat komponen utama sistem beserta dimensi- dimensinya. Business Plan, Master Plan dan/atau Corporate Plan adalah rujukan penyelenggaraan SPAM yang telah diberlakukan oleh PDAM IBR sebelum adanya (secara efektif) Rencana Induk Sistem Penyediaan Air Minum. Proyek Kerjasama adalah Penyediaan Infrastruktur SPAM yang dilakukan melalui Perjanjian Kerjasama antara PDAM IBR dan Badan Usaha. Badan Usaha adalah badan usaha swasta yang berbentuk Perseroan Terbatas atau badan hukum asing. Konsorsium adalah persekutuan Badan Usaha yang membentuk kerjasama persekutuan modal. Mitra Kerjasama, sclanjutnya disebut Peserta adalah Badan Usaha atau Konsorsium yang ikut serta dalam Pengadaan Badan Usaha Kerjasama. Pengadaan Badan Usaha Kerjasama yang selanjutnya disebut Pengadaan adalah proses atau mekanisme pemilihan dan penetapan Peserta yang akan membentuk Badan Usaha Kerjasama. Tim Kerjasama adalah unit kerja yang dibentuk dari unsur PDAM IBR dan/atau instansi/ pihak lainnya yang berdasarkan kompetensinya ditunjuk untuk membantu _ persiapan Kerjasama. Panitia Pengadaan adalah karyawan PDAM dan/atau pihak lainnya yang berdasarkan penugasan dan/atau kompetensinya ditetapkan sebagai panitia dalam pelaksanaan Pengadaan. Tim Pengendali Kerjasama adalah unit kerja yang dibentuk dari unsur PDAM dan/atau instansi/ pihak lainnya yang berdasarkan kompetensinya ditunjuk untuk melakukan pengawasan pada tahap pengoperasian dan pengelolaan. Forum Komunikasi adalah suatu wadah yang dibentuk Walikota Lhokseumawe dengan komposisi anggota tertentu untuk menjadi fasilitator dalam kegiatan sosialisasi, mitigasi resiko, penyelesaian perselisihan dan/atau koordinasi yang diperlukan untuk keberlangsung pelaksanaan Perjanjian Kerjasama. Badan Usaha Kerjasama adalah badan usaha yang berbentuk Perseroan Terbatas yang dibentuk oleh Peserta setelah ditetapkan sebagai pemenang dalam Pengadaan Badan Usaha Kerjasama. 24. 25. 26. 27. 28. 29. 30. QQ) (2) Perjanjian Kerjasama adalah kesepakatan tertulis untuk Penyediaan Infrastruktur SPAM antara PDAM dengan Badan Usaha Kerjasama. Penyediaan Infrastruktur SPAM adalah kegiatan yang meliputi pekerjaan konstruksi untuk membangun, meningkatkan mengembangkan kemampuan, kegiatan pengelolaan dan/atau pemeliharaan infrastruktur SPAM sccara terintegrasi dalam rangka meningkatkan kemanfaatan infrastruktur SPAM. Pengelolaan SPAM adalah kegiatan teknis, yang terdiri atas kegiatan operasional, pemeliharaan, pemantauan dan evaluasi dari unit air baku, unit produksi dan unit distribusi dan kegiatan non teknis yang terdiri atas administrasi dan pelayanan. Unit Air Baku adalah sarana pengambilan dan/atau penyediaan yang sekurang - kurangnya terdiri atas bangunan penampungan air baku, bangunan pengambilan/penyadapan, alat pengukuran dan peralatan pemantauan sistem Pemompaan dan/atau bangunan sarana pembawa serta perlengkapannya. Unit Produksi adalah prasarana dan sarana yang dapat digunakan untuk mengolah air baku menjadi air minum melalui proses fisik, kimiawi dan/atau biologi serta teknologi lainnya yang dapat terdiri dari bangunan pengelolaan dan perlengkapannya, perangkat operasional, alat pengukuran dan peralatan pemantauan, serta bangunan penampungan air minum. Unit Distribusi adalah prasarana dan sarana yang terdiri atas sistem perpompaan, jaringan distribusi, bangunan penampungan, alat ukur dan peralatan pemantauan. Unit Pelayanan adalah prasarana dan sarana yang terdiri atas sambungan rumah, kios air, hidrant umum dan_hidrant kebakaran. Bagian Kedua Pasal 2 Maksud dan Tujuan Peraturan Direksi ini dimaksudkan sebagai pedoman bagi PDAM dalam melakukan pengadaan dan kerjasama dengan skema Pengadaan antara PDAM selaku entitas bisnis dengan entitas bisnis lainnya (untuk selanjutnya disebut Skema Pengadaan Business to Business atau Skema Pengadaan B2B) baik yang diprakarsai sendiri oleh PDAM ataupun Badan Usaha lainnya. Peraturan Direksi ini bertujuan agar pelaksanaan pengadaan dan kerjasama dalam pengusahaan pengembangan SPAM dapat dilaksanakan secara efisien, efektif, transparan, terbuka, bersaing, adil, dan akuntabel. Pasal 3 Prinsip Kerjasama Dalam melaksanakan tugas pengembangan SPAM, PDAM dapat melibatkan Badan Usaha untuk berperan serta dalam penyelenggaraan pengembangan SPAM berdasarkan prinsip-prinsip sebagai berikut: i qa (2) Kemitraan, berarti Kerjasama dilakukan _ berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan dan persyaratan yang mempertimbangkan kebutuhan kedua belah pihak; Kemanfaatan, berarti Kerjasama dilakukan untuk memberikan manfaat sosial dan ekonomi bagi masyarakat; Efisien, berarti pengadaan harus diusahakan dengan menggunakan dana dan daya yang minimum untuk mencapai kualitas, sasaran dan waktu yang ditetapkan atau menggunakan dana yang telah ditetapkan untuk mencapai hasil dan sasaran dengan kualitas yang maksimum; Efektif, berarti pengadaan harus sesuai dengan kebutuhan dan sasaran yang telah ditetapkan serta memberikan manfaat yang sebesar-besarnya; Transparan, berarti semua ketentuan dan informasi mengenai Pengadaan diungkapkan secara lengkap, jelas dan dapat diketahui secara luas oleh Peserta yang berminat serta oleh masyarakat pada umumnya; Terbuka, berarti Pengadaan dapat diikuti oleh semua Peserta yang memenuhi persyaratan/ kriteria tertentu berdasarkan ketentuan dan prosedur yang jelas; Bersaing, berarti Pengadaan harus dilakukan melalui persaingan yang sehat diantara sebanyak mungkin Peserta yang setara dan memenuhi persyaratan, schingga dapat diperoleh infrastruktur/ layanan yang ditawarkan secara kompetitif dan tidak ada intervensi yang mengganggu terciptanya mekanisme pasar dalam Pengadaan; Adil/ tidak diskriminatif, berarti memberikan perlakuan yang sama kepada semua Peserta dan tidak memberi keuntungan kepada pihak tertentu; Akuntabel, berarti harus sesuai dengan aturan dan ketentuan yang terkait dengan Pengadaan —sehingga _— dapat dipertanggungjawabkan. Pasal 4 Bentuk Kerjasama PDAM IBR dapat bekerjasama dengan Badan Usaha untuk Pengembangan dan/atau Pengelolaan SPAM dalam lingkup badan usaha melakukan pembangunan, dan/atau pemeliharaan SPAM. Kerjasama sebagaimana dimaksud pada Pasal 4 ayat (1) hanya dapat dilakukan terhadap: a) investasi Pengembangan SPAM dan/atau Pengelolaan SPAM terhadap unit Air Baku dan unit produksi; Lee’ pengoperasian b) investasi unit distribusi yang selanjutnya dioperasikan dan dikelola oleh PDAM IBR; c) investasi teknologi pengoperasian dan pemeliharaan dalam rangka mengupayakan Penyelenggaraan SPAM yang efektif dan efisien dengan mekanisme kontrak berbasis kinerja; 4) kerjasama butir a) dan b); ¢) kerjasama a) dan c); f) kerjasama b) dan c); atau g) _ kerjasama a), b) dan c). (3) Bentuk Kerjasama dalam pengembangan dan/atau pengelolaan SPAM sebagaimana dimaksud pada Pasal 4 ayat (2) meliputi: a) Bangun Guna Serah (Build Operate Transfer); b) Rehabilitasi, Peningkatan, Guna Serah (Rehabilitation Operate Transfer/ Rehabilitation Upgrade/uprating Operate Transfer); c) Bangun, Angsur/Sewa dan Transfer (Build, Leasing and Transfer); da) Kerjasama Berbasis Kinerja yaitu kinerja keluaran (output) dan hasil (outcome). (4) Selain kerjasama sebagaimana dimaksud pada Pasal 4 ayat (1) sampai dengan Pasal 4 ayat (3), jika diperlukan, PDAM IBR dan Badan Usaha Kerjasama dapat mengatur kerjasama pembiayaan sambungan baru untuk memberikan kepastian penyerapan air minum yang dihasilkan dalam Proyek Kerjasama. Pasal 5 Bentuk Kepengusahaan Kerjasama Bentuk kepengusahaan kerjasama antara PDAM IBR dengan Badan Usaha sebagaimana dimaksud Pasal 4 ayat (1) dilakukan dengan pembentukan perusahaan baru yang akan melaksanakan proyek kerjasama oleh badan usaha atau konsorsium badan usaha. Pasal 6 Pertentangan Kepentingan (1) PJPK, Tim Kerjasama, Panitia Pengadaan, Tim Pengendali Kerjasama serta Peserta wajib menghindari dan mencegah terjadinya pertentangan kepentingan, baik secara langsung maupun tidak langsung, termasuk hubungan afiliasi. (2) Pertentangan kepentingan sebagaimana dimaksud pada Pasal 6 ayat (1) meliputi: a) pihak yang terlibat pada tahapan penyiapan dan/atau transaksi sebagai konsultan: 1. menjadi Peserta Pengadaan pada proyek Kerjasama dengan Badan Usaha yang sama; 2. sebagai pemegang saham dan/atau pengurus pada perusahaan yang menjadi Peserta Pengadaan pada Proyek Kerjasama dengan Badan Usaha yang . Eryn 3. memberikan pembiayaan/_— pendanaan_— atau memberikan penjaminan pada Proyek Kerjasama dengan Badan Usaha yang sama; dan/atau 4. menjadi konsultan bagi Peserta pada Proyek Kerjasama dengan Badan Usaha yang sama. b) _ pihak yang bertindak selaku konsultan pada lebih dari 1 (satu) Peserta dalam Proyek Kerjasama dengan Badan Usaha yang sama; c) anggota Direktur atau Dewan Komisaris suatu Badan Usaha yang menjadi Peserta merangkap sebagai anggota Direktur atau Dewan Komisaris pada Badan Usaha lain yang menjadi Peserta pada Proyek Kerjasama dengan Badan Usaha yang sama; d) anggota PJPK/Tim Kerjasama/Panitia Pengadaan/Tim Pengendali Kerjasama memiliki hubungan afiliasi dengan Peserta; ¢) hubungan antara 2 (dua) atau lebih Badan Usaha yang menjadi Peserta pada Pengadaan yang sama dikendalikan oleh pihak yang sama, baik langsung maupun tidak langsung; dan/atau f) kegiatan atau tindakan yang berpotensi menimbulkan persaingan usaha tidak sehat sebagaimana tercantum pada ketentuan perundangan mengenai larangan praktek monopoli dan persaingan usaha yang tidak sehat. (3) Hubungan afiliasi sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf d adalah: a) hubungan keluarga karena perkawinan dan keturunan sampai derajat kedua, baik secara horizontal maupun vertikal; dan/atau b) _ memiliki kendali pada perusahaan peserta baik langsung maupun tidak langsung. (4) Para pihak yang memiliki pertentangan kepentingan dalam Proyek Kerjasama dengan Badan Usaha yang sama dilarang terlibat dalam proses Pengadaan. (5) PJPK/Tim Kerjasama/Panitia Pengadaan/Tim Pengendali Kerjasama/ Peserta atau pihak lain yang terlibat dalam Pengadaan harus menandatangani Pakta Integritas sebagai bentuk komitmen untuk menghindari terjadinya pertentangan kepentingan. Bagian Ketiga Pasal 7 Ruang Lingkup Ruang lingkup pembahasan dalam Peraturan Direksi ini, meliputi: 1. Persiapan Pengadaan yang mencakup kegiatan: a) Perencanaan; b) Penyusunan Pra Studi Kelayakan dan/atau Studi Kelayakan; c) Penctapan Prakarsa dan Kompensasi Badan Usaha; bPTe d) Pembentukan Organisasi Pengadaan; dan ¢) Konsultasi Publik dan Penjajakan Minat Pasar. Tahap transaksi yang mencakup kegiatan: a) Izin Prinsip Lokasi; b) Pengadaan; dan ©) Penandatanganan Kerjasama Tahap pengoperasian dan pengelolaan: a) Pra-konstruksi; b) Konstruksi; ©) Operasional, Perizinan dan Pengelolaan; dan 4) Masa peralihan Kerjasama. BAB II ORGANISASI PENGADAAN DAN TATA CARA KERJASAMA Bagian Kesatu Pasal 8 Struktur Organisasi Pengadaan Struktur organisasi Pengadaan yang ditetapkan dalam Peraturan Direksi ini adalah sebagai berikut: itp 2. 3. 4 QQ) Penanggung Jawab Proyek Kerjasama (PJPK); Tim Kerjasama; Panitia Pengadaan; dan ‘Tim Pengendali Kerjasama. Pasal 9 Penanggung Jawab Proyek Kerjasama PJPK dalam proses Pengadaan memiliki tugas dan tanggungjawab sebagai berikut: melakukan penganggaran biaya dalam pelaksanaan Pengadaan dan pelaksanaan Perjanjian Kerjasama dengan Badan Usaha Kerjasama; al ) b) _ menetapkan Panitia Pengadaan; c) _ menyediakan ruangan data dan informasi (data room); d) memberikan persetujuan pada perubahan dokumen pengadaan yang diajukan oleh Panitia Pengadaan; dalam e) melaksanakan penjajakan = minat_ pasar melaksanakan transaksi; ; f) _ menetapkan pemenang pengadaan atau seleksi; g) menerbitkan surat pemenang pengadaan atau seleksi; h) _ menetapkan hasil penunjukan langsung; 2 erie ean preses prakvalifikasi atau pemilihan gogal; a nenandatangani Perjanjian Kerjasama Dengan Badan Usaha. (2) PJPK dapat dibantu oleh Ty Q) (2) (3) Biaya pelaks, ayat (1) hurut aan Pengadaan scbagaimana dimaksud Pasal 9 rh : a) biayn peng ectmasuk: ngumuman; ® persadaan dokumen; c honorari i j Pemgenat Ti Kerjasama, Panitia Pengadaan dan Tim crjasama; a) konsuttasi pub c) market sounding; 0 Diaya Peninjauan lapangan 8) ue Diligent caton mitra kerjasama; dan h) biaya tain Pasal 10 Tim Kerjasama i m Kerjasama dalam melaksanakan: Penyiapan Pengadaan; Tahap transaksi; dan Tahap pengoperasian dan pengelolaan. Pasal 11 Panitia Pengadaan berikut: a) menetapkan dokumen pengadaan dan perubahannya (apabila ada) setelah mendapatkan persetujuan PJPK; b) -mengelola data dan informasi pada Ruangan Data dan Informasi (Data Room); ¢) mengumumkan pelaksanaan pengadaan; d) melakukan penilaiankualifikasi_peserta melalui prakualifikasi; e) _memberikan penjelasan dokumen pengadaan; ) melakukan evaluasi administrasi teknis dan finansial terhadap penawaran peserta; g) _ melakukan negosiasi; h) mengusulkan pemenang seleksi atau pengadaan; i) mengusulkan penetapan Badan Usaha Kerjasama melalui penunjukan langsung; j) berkoordinasi dengan Tim Kerjasama selama proses adaan; k) velaporkan hasil pelaksanaan pengadaan kepada PJPK; on erahkan dokumen asli dan salinan proses » een kepada PJPK setelah proses pengadaan pe selesai. a . 5 Panitia Pengadaan dilakukan ilan keputusan oleh Pengambilan warah mufakat. ae ete tidak dapat diambil melalui musyawarah Dalam hal mbit kan berdasarkan hasil bilan keputusan dilaku mufakat, penga suara terbanyak. \ Fie) u Dalam h e| (4) cea Keputusan diambil berdasarkan suara terbanyale Feet imaksud pada ayat (3), setiap anggota memiliki 1 (satu) hak suar, suara i aki da anggota lainnya, yang tidak dapat diwakilkan kepat 5) Jumlah Pani Pe, i ; ( anjil. anitia Pengadaan ditetapkan dalam jumlah yang (6) eee Pengadaan dalam melaksanakan tugasnya dapat ibantu oleh tenaga ahli profesi, ; Pasal 12 Tim Pengendali Kerjasama Dalam pelaksanaan Kerjasama, PJPK dibantu Tim Pengendali Kerjasama untuk melakukan pengawasan dan evaluasi pelaksanaan Kerjasama pada tahap pengoperasian dan pengelolaan. Bagian Kedua Pasal 13, Tahapan Pelaksanaan Kerjasama (1) Kerjasama dilaksanakan melalui tahapan-tahapan sebagaimana telah diatur pada Pasal 7 Peraturan Direksi ini. (2) Pengaturan lebih lanjut terkait tahapan-tahapan sebagaimana dimaksud pada Pasal 7 dan Pasal 12 ayat (1) Peraturan Direksi ini akan diatur pada bagian Lampiran Peraturan Direksi ini. Pasal 14 Prakarsa dan Penetapan Pengadaan (1) Prakarsa atas Kerjasama dapat diusulkan oleh Badan Usaha atau PDAM IBR dengan terlebih dahulu melakukan kajian Pra Studi Kelayakan dan/atau Studi Kelayakan; (2) Prakarsa atas Kerjasama yang diusulkan oleh Badan Usaha harus memenuhi kriteria: a) terintegrasi secara teknis dengan Rencana Induk Sistem Penyediaan Air Minum (RISPAM), Business Plan Master Plan dan/atau Corporate Plan; b) _ layak secara ekonomi dan finansial; dan c) Badan Usaha yang mengajukan prakarsa memiliki kemampuan pengelolaan dan/atau pekerjaan rekayasa konstruksi, pengembangan dan operasi SPAM dan kemampuan keuangan yang memadai untuk membiayai pelaksanaan kerjasama SPAM. (3) Dalam hal prakarsa diusulkan oleh Badan Usaha, maka PJPK melakukan evaluasi sesuai dengan ketentuan Pasal 14 ayat (2) terhadap laporan Studi Kelayakan yang telah disampaikan dan dapat menindaklanjuti dengan keputusan sebagai berikut: a) penetapan skema Pengadaan yang akan dilakukan; dan b) penetapan prakarsa Kerjasama beserta kompensasi Badan Usaha atas pelaksanaan Studi Kelayakan. i ergy" (4) Terhadap Badan Usaha Pemrakarsa Kerjasama dapat diberikan alternatif kompensasi sebagai berikut: a) pemberian tambahan nilai sebesar 10% (sepuluh per seratus); b) — pemberian hak untuk melakukan penawaran oleh Badan Usaha Pemrakarsa terhadap penawar terbaik (right to match), sesuai dengan hasil penilaian yang ditetapkan dalam proses Pengadaan; atau c) pembelian prakarsa Kerjasama, antara lain hak kekayaan intelektual yang menyertainya oleh PJPK atau oleh pemenang pengadaan. (5) Dalam hal penetapan pengembalian investasi sebagaimana diatur dalam Pasal 14 ayat (4) huruf c Peraturan Direksi ini, maka sumber dana yang digunakan adalah dana yang wajib dialokasikan oleh Peserta dalam penawaran yang telah dimasukan pada saat proses Pengadaan atau sumber dana lainnya yang sah. (6) Badan Usaha Pemrakarsa telah mendapatkan kompensasi sebagaimana dimaksud pada Pasal 14 ayat (5) huruf a, ayat (5) huruf b atau ayat (5) huruf c, seluruh studi kelayakan dan dokumen pendukungnya, termasuk Hak Kekayaan Intelektual yang menyertainya beralih menjadi milik PJPK dengan tetap memperhatikan keutuhan substansi Kajian Pra Studi Kelayakan dan/atau Studi Kelayakan (7) Pengaturan lebih lanjut terkait tahapan-tahapan sebagaimana dimaksud pada Pasal 14 akan diatur pada bagian Lampiran Peraturan Direksi. Pasal 15 Pengembalian Investasi Kerjasama (1) PJPK melalui Perjanjian Kerjasama menctapkan bentuk pengembalian investasi Kerjasama yang meliputi penutupan biaya modal (sekurang-kurangnya mencakup biaya keuangan, biaya asuransi serta pajak terkait kedua pihak), biaya operasional, dan keuntungan Badan Usaha. (2) Pengembalian investasi Kerjasama sebagaimana dimaksud Pasal 15 ayat (1) bersumber dari pembayaran oleh PDAM IBR dalam bentuk biaya kerjasama. (3) | Pembayaran oleh PDAM IBR sebagaimana dimaksud Pasal 15 ayat (2) dilakukan berdasarkan pembayaran konsumsi air, pembayaran angsuran dan/atau berdasarkan pencapaian kinerja badan usaha dengan tetap memperhatikan ketersediaan kas PDAM IBR. Dalam hal pemenuhan ketersediaan arus kas dan ketentuan full cost recovery, PDAM IBR akan mengupayakan penyesuaian tarif berkala apabila diperlukan. (4) Pengaturan lebih lanjut terkait pengembalian investasi Kerjasama akan ditetapkan dalam Perjanjian Kerjasama dengan tetap memperhatikan ketentuan peraturan perundang- undangan terkait. | pee fo 3 Le: . Pasal 16 langka Waktu dan Kepemilikan Aset Kerjasama 1 : (3) Jangka waktu Kerjasama yang ditetapkan sesuai dengan peraturan perundang-unda i ngan di maksimal 30 (tiga puluh) tahun, gan dengan ketentuan (2) Kesepakatan pen berdasarkan kes tetap memperha Direksi ini. gaturan jangka waktu Kerjasama ditetapkan pakatan dalam Perjanjian Kerjasama dengan tikan ketentuan Pasal 16 ayat (1) Peraturan (3) Dalam hal jangka waktu Kerjasama telah terlewati, maka kepemilikan aset yang telah dihasilkan dalam Kerjasama tersebut akan beralih dan menjadi milik PDAM IBR. (4) Pengaturan lebih lanjut terkait tata cara peralihan kepemilikan aset sebagaimana dimaksud pada Pasal 16 ayat (3) akan diatur pada bagian Lampiran Peraturan Direksi. Pasal 17 Pengadaan Kerjasama (1) Pengadaan dalam pelaksanaan Kerjasama sekurang-kurangnya mencakup: a) Pengadaan Tenaga Ahli yang dibutuhkan dapat dilakukan dengan metode seleksi atau penunjukan langsung; b) Pengadaan lahan/tanah dengan berkoordinasi terlebih dahulu kepada instansi terkait; dan cc) Pengadaan Badan Usaha Kerjasama dengan skema Business to Business dilakukan dengan metode pengadaan terbuka (2) Pengadaan sebagaimana dimaksud pada Pasal 17 ayat (1) dapat dilakukan secara fisik dan/atau melalui data ringan/daring (online) (3) Pengaturan lebih lanjut terkait tata cara pengadaan sebagaimana dimaksud pada Pasal 17 ayat (1) akan diatur pada bagian Lampiran Peraturan Direksi Pasal 18 Penjaminan (1) Dalam rangka memberikan kepastian pelaksanaan penawaran dan pelaksanaan Kerjasama, maka ditetapkan beberapa jaminan sebagai berikut a) Jaminan penawaran; dan b) Jaminan pelaksanaan. (2) Jaminan-jaminan sebagaimana dimaksud pada Pasal 18 ayat (1) diterbitkan oleh lembaga keuangan, baik perbankan maupun asuransi yang berbentuk syariah. (3) Jaminan-jaminan sebagaimana dimaksud pada Pasal 18 ayat (1) bersifat tanpa syarat (unconditional) dan dapat dicairkan oleh PJPK dalam kondisi tertentu. Lyre * (4) Pengaturan lebih lanjut terkait tata cara penjaminan sebagaimana dimaksud pada Pasal 18 ayat (1) akan diatur pada bagian Dokumen Prakualifikasi. dan Dokumen Permintaan Penawaran. BAB II PENUTUP Pasal 19 Peralihan Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara Kerjasama dan Pengadaan dalam Peraturan Direksi ini akan diatur dalam Lampiran yang merupakan satu kesatuan dan bagian yang tidak terpisahkan dari Peraturan Direksi ini. Pasal 20 Penutup Peraturan Direksi ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan dan disebarluaskan kepada pihak-pihak yang berkepentingan untuk diketahui dan dilaksanakan. Ditetapkan di: Lhokseumawe Pada tanggal : 26 Februari 2021 Mengetahui, \yi Direksi Pdam Ie Beusaree Rata Siykscumawe \ htur, \Y WA\ Ir. Marwadi Yusuf, M.Si afria\ ST

Anda mungkin juga menyukai