Anda di halaman 1dari 11

Jurnal An-Nahl

p-ISSN: 2355-2573 |e-ISSN: 2723-4053


Vol. 8, No. 2, Desember 2021, 115 - 125

Tinjauan al Urf dalam Prosesi Perkawinan Adat Melayu Riau


Afiq Budiawan
STAI HM. Lukman Edy Pekanbaru, Indonesia
e-mail: afiqstaile286@gmail.com

ABSTRAK. Tradisi merupakan sebuah kebiasaan masyarakat yang telah dilakukan sejak lama dan
menjadi bagian dari suatu kehidupan kelompok masyarkat, suatu negara, kebudayaan, waktu
maupun agama. Terkait dengan prosesi pernikahan yang berlaku di masyarakat melayu Riau,
Sejalan dengan pemikiran Snouck Hurgronje yang pertama kali mengemukakan sebuah istilah
“Adat-Recht” bahasa Belanda yang berarti “Hukum Adat dalam bahasa Indonesia, bahwa tidak
semua hukum agama dapat diterima oleh masyarakat adat. Namun beberapa segi hukum adat
dapat dengan mudah dimasuki ataupun dimasuki oleh hukum agama. Agama Islam mengatur
tentang tradisi menggunakan landasan hukum yang disebut dengan ‘urf. ‘Urf atau ‘adat dalam islam
mempunyai makna dan pemahaman yang hampir sama yaitu kebiasaan mayoritas kaum baik dalam
perkataan maupun perbuatan. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode
penelitian kualitatif dengan pendekatan normatif. Metode penelitian kualitatif adalah metode
penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek
penelitian. Adapun teknik pengumpulan data yang dipergunakan adalah dengan cara observasi dan
wawancara mendalam untuk data primer dan perpustakaan untuk mendapatkan data sekunder.
Hasil penelitian ini menjelaskan bahwa Prosesi upacara adat pernikahan Melayu terdiri dari
beberapa tahapan, yakni dimulai dari merisik-risik, menjarum-menjarum, melamar, mengantar
tanda, menerima antaran, menggantung-gantung, mengukus (membuat tabak), berandam, bertomat
(khatam alqur'an), akad nikah/ijab, cecah inai, berinai, hari langsung/ resepsi pernikahan, makan
nasi hadap-hadapan, mandi dan main suruk-surukan, mengantar nasi, dan menyembah berkunjung.
Dengan demikian rangkaian tradisi perkawinan yang dilaksanakan oleh masyarakat melayu Riau
jika dilihat dari segi hukum islam adalah mubah (boleh), karena tradisi ini tidak ada hubungannya
dengan sah atau tidaksahnya suatu perkawinan.

Kata kunci: Prosesi Perkawinan adat Melayu, dan al Urf.

ABSTRACT. Tradition is a community habit that has been carried out for a long time and is part of the life of a
community group, a country, culture, time or religion. Regarding the marriage procession that occurs in the Riau
Malay community, in line with the thoughts of Snouck Hurgronje who first put forward the term "Adat-Recht" in
Dutch which means "Customary Law in Indonesian, that not all religious laws can be accepted by indigenous
peoples. However, some aspects of customary law can be easily entered or entered by religious law. Islam regulates
tradition using a legal basis called 'urf. 'Urf or 'custom in Islam has almost the same meaning and understanding,
namely the habits of the majority of the people both in word and deed. The method used in this research is a
qualitative research method with a normative approach. Qualitative research method is a research method that
intends to understand the phenomenon of what is experienced by the research subject. The data collection techniques
used were observation and in-depth interviews for primary data and libraries to obtain secondary data. The results of
this study explain that the Malay traditional wedding ceremony procession consists of several stages, namely starting
from merisik-risik, needle-needling, applying, delivering signs, receiving delivery, hanging, steaming (making tabak),
veranda, bertomat (khatam al-Qur'an). 'an), marriage contract/ijab, cecah henna, bernai, direct day/wedding
reception, eating rice face to face, bathing and playing suruk-surukan, delivering rice, and worshiping visiting. Thus
the series of marriage traditions carried out by the Riau Malay community when viewed from the perspective of
Islamic law is permissible, because this tradition has nothing to do with the validity or illegitimacy of a marriage.

Keywords: Malay traditional marriage procession, and al Urf.

115 | Jurnal An-Nahl, Vol. 8, No. 2, Desember 2021, 115 - 125


Afiq Budiawan

PENDAHULUAN adat melayu Riau.


Masyarakat Melayu Riau amatlah
METODE
kokoh memegang adat istiadat, mereka
mengkekalkan adat dan tradisi secara Metode yang digunakan penelitian
berkesinambungan. Nikah kawin dalam kualitatif denan jenis penelitian lapangan.
prosesi adat Melayu, terjadi tentu saja Oleh karena itu metode pengumpulam data
berawal dari sentuhan pandang memandang. adalah wawancara tokoh masyarakat terkait
Dalam hal ini besar kemungkinan bermula judul prosesesi perkawinan adat melayu
dari sentuhan pandangan antara lelaki (anak Riau. Jika dilihat dari sifatnya, penelitian ini
bujang) dengan perempuan (anak gadis). termasuk pada penelitian deskripsi analisis.
Tapi bisa juga terjadi dari pandangan ibu dan Dengan sifat penelitian tersebut bermaksud
bapak kaum kerabat yang berniat untuk untuk menjelaskan sebuah kasus kemudian
mencarikan jodoh untuk anaknya. Bila di analisis, sehingga nantinya penelitian ini
seorang anak bujang memberitahukan gadis dapat memberikan kepastian hukum yang
pujaannya kepada ibu bapaknya atau kepada dapat memberikan manfaat bagi penulis
kaum kerabat memandang ada seorang anak khususnya dan bagi para pembaca pada
gadis yang patut menjadi jodoh anaknya, umumnya. Lokasi penelitian ini berada Indra
maka pihak keluarga lelaki mulailah Giri Hulu khususnya pada masyarakat
melakukan semacam kegiatan yang bernama Melayu Rengat.
merisik dan seterusnya (UU Hamidy, 2014). Analisa peneiti yang digunakan dalam
Prosesi upacara adat perkawinan penelitian ini analisis kritis, (critical discourse
Melayu di provinsi Riau terdiri dari beberapa analysis), yaitu data diolah melalui sudut
prosesi, yakni: merisik-risik, menjarum- pandang peneliti dengan cara melihat
menjarum, melamar, mengantar tanda, kelemahan temuan data secara teoritis.
menerima antaran, menggantung-gantung, Selanjutnya, data tersebut dikomunikasikan
mengukus (membuat tabak), berandam, dengan teori, sehingga menghasilkan
bertomat (khatam al qur'an), akad nikah/ijab, jawaban dari permasalahan yang ada.
cecah inai, berinai, hari langsung / resepsi
pernikahan, makan nasi hadap- HASIL DAN PEMBAHASAN
Dari tradisi tersebut dirasa tidak Pengertian Pekawinan
pernah ada dalam perkawinan Islam, Pernikahan berasal dari kata nikah
sehingga banyak menimbulkan kontroversi,
(‫ )نكح‬yang menurut bahasa artinya
apakah tradisi ini sesai dengan ajaran Islam
mengumpulkan dan digunakan untuk arti
atau tidak. Maka untuk itu mengetahu
bersetubuh (wathi) (Abdul Rohman
apakah tradisi-tradisi di atas sesuai dengan
Ghazali, 2006). Pernikahan atau perkawinan
ajarann Islam atau tidak perlu adanya
dalam literatur fiqh berbahasa Arab disebut
istinbath hukum yang sesuai. Urf merupakan
salah satu metode istinbath hukum yang dengan dua kata, yaitu nikaḥ dan zawaj.
dirasa sesuai menjawab permasalahan Kedua kata ini yang terpakai dalam
tersebut. kehidupan sehari-hari orang Arab dan
Urf diungkapkan sebagai kebiasaan, banyak terdapat dalam al-Qur’an dan hadis
adat istiadat, atau budaya yang berlaku di Nabi. Kata na-ka-ha banyak terdapat dalam
masyarakat muslim. Urf pada dasarnya tidak al-Qur’an dengan arti kawin, demikian pula
menjadi masalah selama tidak bertentatangan banyak terdapat kata za-wa-ja dalam al-
dengan prinsip-prinsip dan ajaran aIslam Qur’an arti kawin (Amir Syarifuddin, 2011).
yang disebut dengan Urf Shahih. Sebaliknnya Abdurrahman Al-Jaziri (dalam Beni
Urf yang bertentangan dengan Islam disebut Ahmad Saebani) mengatakan bahwa
Urf Fasid yang tidak dapat digunakan sebagai perkawinan adalah suatu perjanjian suci
pegangan. Dari permasalahan diatas inilah, antara seorang laki-laki dan seorang
peneliti tertarik untuk melakukan penelitian perempuan untuk membentuk keluarga
tinjauan al Urf dalam prosesi Perkawinan bahagia. Definisi itu memperjelas

Jurnal An-Nahl, Vol. 8, No. 2, Desember 2021, 115 - 125 | 116


Tinjauan al Urf dalam Prosesi Perkawinan Adat Melayu Riau

pengertian bahwa perkawinan adalah alQur‟an maupun as-Sunnah, Islam sangat


perjanjian. Sebagai perjanjian, ia menganjurkan kaum muslimin yang mampu
mengandung pengertian adanya kemauan untuk melangsungkan pernikahan. Namun
bebas antara dua pihak yang saling berjanji, kalau dilihat dari segi kondisi orang yang
berdasarkan prinsip suka sama suka. Jadi, ia melaksanakan serta tujuan
jauh sekali dari segala yang dapat diartikan melaksanakannya, maka pernikahan itu
sebagai mengandung suatu paksaan. Oleh dapat dikenakan hukum wajib, Sunnah,
karena itu, baik pihak laki-laki maupun haram, makruh ataupun mubah (Tim
pihak wanita yang mengikat janji dalam Ulama Fikih, 2015).
perkawinan mempunyai kebebasan penuh Wajib
untuk menyatakan, apakah mereka bersedia Hukumnya menikah dikatakan wajib,
atau tidak. Perjanjian itu dinyatakan dalam apabila seseorang mengkhawatirkan dirinya
bentuk ijab dan qabul yang harus diucapkan terjatuh ke dalam zina, sementara dia
dalam satu majelis, baik langsung oleh mampu memikul tanggung jawab
mereka yang bersangkutan, yakni calon pernikahan dan nafkahnya, karena menikah
suami dan calon istri, jika kedua-duanya adalah jalan untuk menjaga kehormatannya
sepenuhnya berhak atas dirinya menurut dan memeliharanya agar tidak terjatuh ke
hukum atau oleh mereka yang dikuasakan dalam suatu yang haram. Seperti yang
untuk itu. Kalau tidak demikian, misanya tertera dalam hadis Nabi Saw:
dalam keadaan tidak waras atau masih , ‫ع ِم ْن ُك ُم ا َ ْل َبا َءة َ َ ْل َيت َزَ َّو ْج‬
َ ‫طا‬ َ َ ‫ب ! َم ِن ا ْست‬ِ ‫َيا َم ْعش ََر اَل َّش َبا‬
berada di bawah umur, untuk mereka dapat َ
‫ َو َم ْن ل ْم يَ ْست َِط ْع‬, ‫ج‬ ْ َ َ َ‫َض ِل ْلب‬ ُّ ‫فَإِنَّهُ أ َغ‬
ِ ‫ص ُن ِللف َْر‬ َ ‫ َوأ ْح‬,‫ص ِر‬
bertindak wali-wali mereka yang sah (Beni ‫ص ْو ِم ; فَإِنَّهُ لَهُ ِو َجاء‬ َّ ‫فَ َعلَ ْي ِه ِبال‬.
Ahmad Saebani, 2009). Wahai generasi muda, barangsiapa di antara
Berdasarkan Pasal 1 Undang-undang kamu telah mampu berkeluarga hendaknya ia
Nomor 1 Tahun1974 Tentang Perkawinan, kawin, karena ia dapat menundukkan pandangan
Perkawinan adalah ikatan lahir dan batin dan memelihara kemaluan. Barangsiapa belum
antara seorang pria dengan seorang wanita mampu hendaknya berpuasa, sebab ia dapat
sebagai suami istri dengan tujuan mengendalikanmu. (Muttafaqun ‘alaih) (Moh.
membentuk keluarga (rumah tangga) yang Machfuddin Aladip, tt)
bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Sunnah
Yang Maha Esa. Berdasarkan Pasal 2 Hukumnya menjadi Sunnah
Kompilasi Hukum Islam, perkawinan dianjurkan bila seseorang memiliki
adalah akad yang sangat kuat (mistaqan dorongan syahwat kepada lawan jenisnya
ghalidan) untuk mentaati perintah Allah dan dan memiliki biaya menikah dan rasa
melaksanakannya merupakan ibadah tanggung jawab, namun dia tidak
(Undang-Undang Republik Indonesia No 1 mengkhawatirkan dirinya jatuh ke dalam
1974). perzinaan. Adapun dalil-dalinya dalam al-
Dari pengertian-pengertian Qur’an surat an-Nisa ayat 3:
perkawinan di atas maka dapat disimpulkan ‫اب لَ ُكم‬ َ ‫ط‬ َ ‫طواْ فِي ۡٱليَ َٰت َ َم َٰى فَٱن ِك ُحواْ َما‬ ُ ‫َوإِ ۡن ِخ ۡفت ُ ۡم أ َ ََّّل ت ُ ۡق ِس‬
bahwa perkawinan adalah ikatan suci antara ً‫ث َو ُر َٰ َب َۖ َع فَإ ِ ۡن ِخ ۡفت ُ ۡم أ َ ََّّل ت َعۡ ِدلُواْ فَ َٰ َو ِحدَة‬ َ َ‫ِمنَ ٱلنِ َسا ِء َم ۡثن ََٰى َوث ُ َٰل‬
seorang wanita dengan seorang laki-laki ْ‫أ َ ۡو َما َملَك َۡت أ َ ۡي َٰ َمن ُ ُك ۡۚۡم َٰذَ ِل َك أ َ ۡدن ََٰى أ َ ََّّل تَعُولُوا‬
yang bertujuan membentuk rumah tangga Dan jika kamu takut tidak akan dapat berlaku
atau keluarga untuk mentaati perintah adil terhadap (hak-hak) perempuan yang yatim
Allah. Perkawinan juga merupakan suatu (bilamana kamu mengawininya), maka kawinilah
hubungan yang mempunyai timbal balik wanita-wanita (lain) yang kamu senangi: dua, tiga
antara hak dan kewajiban bukan hanya atau empat. Kemudian jika kamu takut tidak
kepada suami atau istri tetapi juga kepada akan dapat berlaku adil, maka (kawinilah)
anak-anak mereka. seorang saja, atau budak-budak yang kamu
Hukum Perkawinan miliki. Yang demikian itu adalah lebih dekat
Adapun hukum melakukan kepada tidak berbuat aniaya. (QS. An Nisa: 3)
pernikahan berdasarkan nash-nash, baik (Departemen Agama Republik Indonesia).

117 | Jurnal An-Nahl, Vol. 8, No. 2, Desember 2021, 115 - 125


Afiq Budiawan

Haram Dalam artian yang lain, al Urf disebut


Nikah menjadi haram manakala juga dengan al-adah yang artinya
seseorang yakin bahwa ia menikah ia akan pengulangan suatu peristiwa tetapi tidak
menzalimi istri, tidak mampu memenuhi berhubungan dengan penilaian baik dan
nafkah batin dan lahir kepada istrinya dan buruknya (Sapiudin Shidiq, 2014). Jika
tidak menjadi kepala keluarga yang baik. dibandingkan istilah al urf dengan al adah,
Makruh maka al urf lebih cenderung kepada kualitas
Hukumya menjadi makruh, apabila baik dan buruknya sehingga diakui dan
seseorang memiliki keyakinan bahwa jika ia dikenal oleh orang banyak.
menikah ia takut jatuh ke dalam Akan tetapi, jika diteliti secara
kemudaratan dan kemaksiatan. Hal tersebut mendalam dua istilah tersebut
disebabkan oleh misalnya, tidak mampu sesungguhnya tidak ada perbedaan yang
menafkahi keluarga dan tidak baik dalam signifikan, karena kedua istilah tersebut
memimpin keluarga. Namun, keyakinan sama-sama menunjukkan peristiwa yang
tersebut tidak sampai ke tingkat keyakinan terjadi secara berulangulang dilakukan
dalam hukum wajib di atas. sehingga perbuatan tersebut diakui dan
Mubah kikenal oleh banyak orang. Perlu ditegaskan
Hukum mubah ini berlaku bagi pula bahwa definisi al adah berulang-
seorang pria yang tidak terdesak oleh ulangnya perbuatan itu tidak ada hubungan
alasan-alasan yang mewajibkan segera kasualitas. Sedangkan al urf adalah suatu
menikah, atau karena alasan-alasan yang kebiasaan mayoritas suatu kaum, baik
mengharamkan nikah. Ataupun dikatakan dalam perkataan maupun perbuatan, yang
mubah yakni suatu pernikahan yang artinya ada hubungan secara kasualitas.
diperbolehkan bagi siapa saja (laki-laki dan Dengan demikian al adah lebih luas
perempuan) yang sudah baligh (mukallaf), daripada al urf. Dari pengertian di atas maka
dan juga tidak ada suatu sebab (halangan- ada 2 (dua) kelompok yang memberikan
halangan) yang merintanginya (Labib MZ, istilah yang sama dan berbeda terhadap al
2000). Dengan demikian, hukum urf dan al adah yaitu:
pernikahan dilihat dari sisi kemampuannya Pertama, Ulama’ yang membedakan
dalam menunaikan kewajibannya dan dari antara istilah keduanya. Menurut mereka al
sisi rasa takut akanterjerumus pada jurang adah adalah sesuatu yang dikerjakan secara
kemaksiatan. Untuk itu, hukum perkawinan berulang-ulang tanpa adanya hubungan
bagi seorang mukalaf itu ada lima macam, rasional. Sedangkan al urf adalah suatu
yakni wajib, Sunnah, haram, makruh kebiasaan mayoritas suatu kaum, baik
ataupun mubah. dalam perkataan maupun perbuatan. Secara
Konsep al Urf dalam Islam etomologis, bentuk kedua kata tersebut
Pengertian Urf memang telah berbeda artinya. al urf berarti
Dari segi kebahasaan (etimologi) al-‘urf sesuatu yang baik atau dianggap baik,
berasal dari kata yang terdiri dari huruf ‘ain , sedangkan al adah berarti tradisi, atau
ra’ dan fa’ yang berarti kenal. Dari kata ini aktivitas yang dilakukan secara berulang.
mucul kata ma’rifah (yang dikenal), ta’rif Kedua, Ulama’ yang menyamakan istilah
(definisi), kata ma’ruf (yang dikenal sebagai atau pengertian keduanya. Dalam
kebaikan), dan kata ‘urf (kebiasaan yang pandangan ulama’ yang menyamakannya ini
baik). Dan ‘urf merupakan sesuatu yang al urf adalah sesuatu yang telah dikenal oleh
telah terbiasa (di kalangan) manusia atau masyarakat dan mereka telah
pada sebagian mereka dalam hal muamalat melakukannya, baik perkataan atau
dan telah melihat dari diri diri mereka perbuatan atau meninggalkan sesuatu.
dalam beberapa hal secara terus menerus Selanjutnya dia mengatakan bahwa dalam
yang diterima oleh akal sehat (Amir pemahaman para ahli hukum syara’, tidak
Syarifuddin, 2012). ada perbedaan antara istilah al urf dan al
adah (Abdul Wahab Khalaf, 1968).

Jurnal An-Nahl, Vol. 8, No. 2, Desember 2021, 115 - 125 | 118


Tinjauan al Urf dalam Prosesi Perkawinan Adat Melayu Riau

Berdasarkan bentuknya, maka al‘urf ini Syarat-syarat al Urf dalam Islam


dapat diklasifikasikan menjadi 2 (dua) Para ulama yang mengamalkan ‘urf itu
bentuk (Abdul Wahab Khalaf, 1968), yaitu: dalam memahami dan mengistinbathkan
1) Al Urf ‘Amali, yaitu suatu kebiasaan hukum, menetapkan beberapa persyaratan
masyarakat yang berkaitan dengan untuk menerima ‘urf tersebut, syarat itu
perbuatan yang dilakukan atau dikerjakan. menurut Amir Syarifuddin yaitu (Amir
Umpamanya kebiasaan masyarakat Syrifuddin, 2011): 1) Al urf bernilai maslahat
melakukan jual-beli ta’athi, tanpa dan dapat diterima akal sehat. Syarat ini
melakukan ijab qabul dengan lafaz yang jelas telah merupakan kelaziman bagi adat atau
dan tegas, pedahal hal semacam ini ’urf yang sahih, sebagai persyaratan untuk
berdasarkan hukum dasarnya tidak diterima secara umum. Umpamanya
diperbolehkan; 2) Al Urf Qauli, yaitu suatu tentang kebiasaan istri yang ditinggal mati
kebiasaan masyarakat dalam menggunakan suaminya dibakar hidup-hidup bersama
suatu ungkapan kata tertentu. Umpamanya pembakaran jenazah suaminya. Meski
kata al-walad yang diartikan dengan al-zakr kebiasaan itu dinilai baik dari segi agama
(laki-laki), tidak masuk perempuan (untsa). suatu kelompok, namun tidak dapat
Contoh yang lain, sebutan al-lahm untuk diterima oleh akal yang sehat. Demikian
arti daging, tidak masuk daging ikan, pula tentang kebiasaan memakan ular; 2) Al
sekalipun ia adalah juga daging. Misalkan, urf itu berlaku umum dan merata dikalangan
kalau ia mengatakan tidak mau makan orang-orang yang berada dalam lingkungan
daging, maka tidak termasuk ikan. Sehingga adat itu, atau dikalangan sebagian besar
walaupun ia bersumpah sekalipun untuk warganya. Dalam hal ini al-Suyuthi
tidak makan daging, namun ia makan ikan mengatakan: “Sesungguhnya adat yang
maka tidak dihukumi berdosa, karena diperhitungkan itu adalah yang berlaku secara
berdasarkan al urf qauli ini antara umum. Seandainya kacau, maka tidak akan
penyebutan daging sapi dengan ikan dua diperhitungkan’ (Amir Syrifuddin, 2011).”; 3)
istilah yang berbeda. Mengamati bentuk- al Urf yang dijadikan sandaran dalam
bentuk al urf, dapat dibagi menjadi dua penetapan hukum itu telah ada (berlaku)
macam, yaitu Urf Shohih dan Urf Fasid. pada saat itu; bukan urf yang muncul
Urf shahih ialah suatu kebiasaan yang kemudian. Hal ini berarti ‘urf itu harus telah
telah dikenal secara baik dalam masyarakat ada sebelum penetapan hukum. Kalau ‘urf
dan kebiasaan itu sejalan dengan nilai-nilai datang kemudian, maka tidak
ang terdapat dalam ajaran Islam serta diperhitungkan. Dalam hal ini ada kaidah
kebiasaan itu tidak menghalalkan yang yang mengatakan: ‘urf yang diberlakukan
haram atau sebaliknya. Umpamanya, padanya suatu lafadz (ketentuan hukum)
kebiasaan masyarakat dalam hanyalah yang datang beriringan atau mendahului,
melakukanistisna‟. Urf fasid adalah suatu dan bukan yang datang kemudian (Amir
kebiasaan yang telah berjalan dalam Syrifuddin, 2011); dan 4) al Urf tidak
masyarakat, tetapi ajaran itu bertentangan bertentangan dan melalaikan dalil syara‟
dengan ajaran Islam atau menghalalkan yang ada atau bertentangan dengan prinsip
yang haram dan sebaliknya, seperti yang pasti. Sebenarnya persyaratan ini
perbuatan-perbuatan munkar yang telah hanya menguatkan penerimaan adat shohih;
menjadi tradsisi pada sebagian masyarakat karena kalau adat itu bertentangan dengan
(Firdaus, 2004). nash yang ada atau bertentangan dengan
Dalam prakteknya di masyarakat prinsip syara‟ yang pasti, maka ia termasuk
terdapat berbagai macam ‘Urf yang adat yang fasid yang telah disepakati ulama
terbetuk. Oleh karena itu ‘Urf perlu di untuk menolaknya.
kelompokkan agar lebih mudah dipahami. Dari uraian diatas jelaslah bahwa ‘urf
Berdasarkan penjelasan tersebut pada atau adat itu digunakan sebagai landasan
dasarnya ‘urf atau adat terbagi menjadi dua dalam menetapkan hukum. Namun
yakni adat yang baik dan adat yang buruk. penerimaan ulama atas adat itu bukanlah

119 | Jurnal An-Nahl, Vol. 8, No. 2, Desember 2021, 115 - 125


Afiq Budiawan

karena semata-mata ia bernama adat atau orang bekerja, yang mulai dikenal setelah
‘urf. ‘Urf atau adat itu bukanlah dalil yang Raja Kecik memindahkan pusat kerajaan
berdiri sesndiri. Adat atau ‘urf itu menjadi Riau dari Johor ke Ulu Riau pada tahun
dalil karena ada yang mendukung, atau ada 1719 (UU Hamidy, 2014).
tempat sandarannya, baik dalam bentuk Masyarakat Melayu Riau beragama
ijma atau maslahat. Adat yang berlaku Islam, pengaruh nilai tradisi masih melekat
dikalangan umat bererti telah diterima pada mereka. Kepercayaan tradisi yang
sekian lama secara baik oleh umat. tersebar dalam kalangan orang Melayu Riau
Pernikahan Adat Melayu dewasa ini merupakan kelanjutan dari
Pengertian Melayu sistem kepercayaan sebelum masuknya
Ada pendapat yang menyatakan kata agama Islam di daerah ini. Secara sepintas
Melayu berasal dari kata “mala”, yang kepercayaan anisme bertentangan dengan
berarti kata mula, dan “yu”, yang berarti ajaran Islam.
negeri. Kemudian dalam bahasa Tamil kata Masyarakat Melayu dengan keyakinan
Melayu berarti tanah tinggi atau bukit. Islamnya masih juga mengandalkan nilai
Disamping itu kata Malay juga berarti hujan. tradisi disebabkan ketiga sistem nilai yang
Semua kata itu dapat dirangkum, bahwa melandasi kehidupan orang Melayu selalu
Melayu adalah negeri yang mula-mula dipengaruhi oleh tiga aspek, yakni: ritus,
didiami, dan mendapat banyak hujan. para pemimpin dan ajarannya. Ketiga aspek
Sangat sesuai dengan kondisi geografis Asia ini tidak terpisahkan bahkan berkaitan
Tenggara yang mempunyai curah hujan antara satu dengan yang lainnya. Setiap
yang cukup, atau dengan pengertian lain, aspek dapat dilaksanakan adanya proses
orang Melayulah yang pertama kali pertentang dan penyesuaian antara sistem
mendiami wilayah nusantara (UU Hamidy, nilai dan tradisi (Agustianto, 2013).
2014). Masyarakat Melayu amatlah kokoh
Masyarakat Melayu Riau adalah memegang adat istiadat, mereka
manusia yang bermigrasi dari Yunan mengkekalkan adat dan tradisi secara
menuju nusantara dan mendiami wilayah berkesinambungan. Hal ini tercermin dari
pesisir dan tepian sendiri ada empat beragam ungkapan yang menjadi acuan
pendapat. Pertama, dari kata Portugis, rio, masyarakat, seperti:
yang berarti sungai. Pada tahun 1514, biar mati anak asal jangan mati adat,
terdapat sebuah ekspedisi militer Portugis hidup dikandung adat mati dikandung
yang menelusuri sungai Siak, dengan tujuan tanah,
mencari lokasi kerajaan yang mereka yakini takkan kalah adat oleh duit.
ada disekitar kawasan tersebut, serta Adat menjadi semakin kokoh dan
mengejar pengikut Sultan Mahmud Syah bersebatih dengan masyarakatnya, karena
yang mengundurkan diri menuju Kampar resam Melayu pada hakikatnya adalah
setelah kejatuhan Kesultanan Malaka. penjabaran dan nilai-nilai luhur agama
Pendapat kedua berasal dari kata riahi Islam. Hal ini terpancar dari ungkapan adat
yang berarti air laut, yang diduga berasal yang menyebutkan bahwa
dari cerita seribu satu malam. Hal ini Adat bersendikan syarak,
berkaitan dengan bahwa masyarakat Melayu syarak bersendikan kitabullah,
banyak yang menggantungkan hidupnya adat sebenarnya adat ialah al-Qur’an dan
dari hasil lautan. Pendapat ini juga pernah Sunnah Nabi,
dikemukan oleh Oemar Amir Husin, syarak mengatakan adat memakai
seorang tokoh masyarakat dan pengarang (Agustianto, 2013).
Riau asal Kuantan Singingi dalam salah satu Dengan demikian seseorang itu dapat
pidatonya mengenai terbentuknya provinsi dikatagorikan sebagai melayu apabila
Riau. Pendapat ketiga diangkat dari kata memiliki ciri-ciri seperti: lazimnya
rioh atau riuh berasal dari penamaan rakyat berbahasa melayu. Berkebudayaan melayu.
setempat yang berarti ramai, hiruk pikuk Beragama islam Pengertian melayu menurut

Jurnal An-Nahl, Vol. 8, No. 2, Desember 2021, 115 - 125 | 120


Tinjauan al Urf dalam Prosesi Perkawinan Adat Melayu Riau

pengertian suku bangsalebih berdasarkan Berdasarkan gamabaran fenomena


etnis, walupun begitu syarat bangsa melayu diata menunjukan bahwa prosesi
dan kebudayaan melayu masih diperlukan, pernikahan adat bagi masyarakat Melayu
tetapi tidaklah semestinya beragama islam. sangat penting. Adat tradisi perkawinan
Berdasarkan ini orang-orang melayu adalah: merupakan suatu keperluan laluriah yang
Orang-orang melayu yang mendiami mesti di ada-adakan. Pada dasarnya
kawasan Thai, pesisir Sumatra (utara perkawinan adalah membentuk keluarga
medan, deli, sedang, Palembang, riau yang akan membuahkan zuriat atau
lingga). keturunan yang menyambung
Praktik Perkawinan Adat Melayu kehidupannya, cita-citanya dan
Masyarakat Melayu sangat mendoakannya. Perkawinan demikian
menghargai dan menjunjung tinggi adat penting dalam kehidupan manusia maka
istiadat sehingga ketika seorang anak akan padanya berlaku bermacam-macam aturan
memasuki kehidupan yang baru yakni yang kemudian menjadi adat istiadat.
menempuh biduk rumah tangga, maka Melaksanakan tradisi perkawinan tidak
orang Melayu berusaha memberikan yang boleh tidak dilakukan, bahkan ada sebagai
terbaik kepada anaknya sesuai dengan adat masyarakat yang sampai berusaha menjual
istiadat Melayu yang dianut masyarakat. kebun atau mencari pinjaman demi
Berdasarkan hasil wawancara dengan tokoh melaksanakan prosesi perkawinan.
ada Melayu Rengat: Masyarakat Melayu Indragiri Hulu
Keberadaan masyarakat Melayu di amatlah kokoh memegang adat istiadat,
khususnya didaerah Rengat dan sekitarnya, mereka mengkekalkan adat dan tradisi
sangat menjunjung tinggi adat. Sebab, secara berkesinambungan. Hal ini tercermin
orang Melayu memiliki filosofis yang sudah dari beragam ungkapan yang menjadi acuan
mengakar sejak dahulu kala, yakni: “Adat masyarakat, seperti biar mati anak asal jangan
bersandi Syara', Syara' bersandi Kitabullah, mati adat, hidup dikandung adat mati dikandung
Syara’ berkata adat mamakai, biar mati anak tanah, takkan kalah adat oleh duit. Adat
asal jangan mati adat”( Zulkifli Abdul Ghani, menjadi semakin kokoh dan bersebatih
2020). dengan masyarakatnya, karena resam
Ungkapan tersebut memberikan Melayu pada hakikatnya adalah penjabaran
isyarat kepada kita, tentang masyarakat dan nilai-nilai luhur agama Islam. Hal ini
Melayu khususnya Melayu Rengat sangat terpancar dari ungkapan adat yang
menjunjung tinggi adat dan berupaya agar menyebutkan bahwa Adat bersendikan
adat istiadat yang sudah diwariskan oleh syarak, syarak bersendikan kitabullah, adat
pada leluhur dapat dihidupkan selaras sebenarnya adat ialah al-Qur’an dan Sunnah
dengan perkembangan dan perubahan Nabi, syarak mengatakan adat memakai
zaman. Urgensi penerapan adat istiadat (Agustianto, 2013).
dalam perkawinan Melayu juga Pelaksanaan prosesi perkawinan
dikemukakan oleh tokoh adat lainnya dalam adat Melayu merupakan keharusan
bahwa: yang mesti dilaksanakan oleh orang Melayu
Adapun karakter atau sifat yang sebagai masyarakat yang berbudaya. Prosesi
dimiliki oleh masyarakat Melayu itu rata- pernikahan adat Melayu memiliki tahapan-
rata “pemalu”. Apalagi kalau berkaitan tahapan yang cukup panjang, karenanya
dengan adat, orang Melayu merasa harga tidak semua orang Melayu melaksanakan
dirinya jatuh jika dijadikan pembicaran di Adat pernikahan tersebut dengan lengkap.
masyarakat khususnya yang berkaitan Pelaksanaan adat yang tidak lengkap
dengan adat pernikahan. Mereka malu kalau sebagaimana lazimnya bisa saja terjadi
adat tidak dibuat dalam perkawinan. Maka karena pasangan pengantin dan keluarga
masyarakat Melayu Rengat punya ungkapan ingin melaksanakan adat yang inti-intinya
adat “Takkan kalah adat dek Duit”(Marwan, saja. Tokoh Lembaga Adat Melayu (LAM)
2020). Marwan juga menjelaskan bahwa:

121 | Jurnal An-Nahl, Vol. 8, No. 2, Desember 2021, 115 - 125


Afiq Budiawan

Memang tidak semua orang Melayu dan berlaku baik di tatanan istana maupun
Rengat menggunakan adat perkawinan di khalayak ramai yang disesuaikan pula
secara lengkap. Tetapi orang Melayu tetap dengan alur dan patutnya. Secara umum
menggunakan Adat. Misalnya ada pasangan bagian dari tata upacara adat perkawinan
pengantin yang tidak menggunakan tersebut adalah sebagaimana di susun
Khatam Al-Qur’an sebelum melaksanakan sedemikian rupa. Prosesi pernikahan adat
Ijab Kabul dan ada pula yang tidak Melayu terdiri dari beberapa tahapan
menggunakan “Pembacaan Surat Kapal” (Dahlius RD, 2020).
pada saat Resepsi pernikahan (Marwan, Terkait dengan prosesi pernikahan
2020). adat Melayu ini, Marwan mengemukan
Dengan demikian tidak semua orang bahwa: Proses pernikahan adat Melayu
Melayu menggunakan adat dalam prosesi terdiri dari merisik-risik, menjarum-
perkawinan. Sebab, adat perkawinan menjarum, melamar, mengantar tanda,
bukanlah masalah perseorangan melainkan menerima antaran, mengukus (membuat
menyangkut orang banyak, maka segala tabak), berandam, bertomat (khatam
sesuatu yang bersangkutan dengan adat alqur'an), akad nikah/ijab, cecah inai,
perkawinan tersebut sudah menjadi berinai, hari langsung/resepsi pernikahan,
tanggung jawab bersama. Disamping itu, makan nasi hadap-hadapan (Marwan,
banyak faktor-faktor lain yang 2020).
menyebabkan orang Melayu tidak Ghani menjelaskan pelaksanaan
melakukan proses perkawinan secara upacara adat perkawinan orang Melayu
lengkap sebagaimana lazimnya. Aturan- Rengat. Di gelar dalam beberapa tahap,
aturan atau norma dalam tradisi nikah yaitu merisik, meminang, antar belanja,
kawin atau perkawinan diadakan, guna menggantung, ijab qabul, tepung tawar,
membersihkan keturunan dari fitnah, sebab berinai, berandam, khatam kaji, upacara
dengan melakukan pernikahan akan langsung, berarak, membuka pintu,
terhindar dari maksiat. bersanding, makan bersuap, makan hadap-
Masyarakat Melayu pada umumnya hadapan, menyembah mertua, mandi
mendambakan anak perempuan, bagi kumbo taman, makan nasi damai, dan
keluarga yang mempunyai anak laki-laki upacara menyembah (Ghani, 20202).
akan merasa bangga akan dapat mengganti Berikut penjelasan dan prosesi pernikahan
orang tuanya di hari kelak dan menerima selengkapnya.
warisan keturunan dan memimpin Merisik
kemenakannya setiap urusan terutama Merisik adalah proses mengenali
urusan adat nikah kawin. Raja Musnidarti perempuan yang akan dijadikan istri. Proses
(Pengantin telah menikah beberapa bulan ini dilakukan secara bertahap oleh pihak
yang lalu) mengemukakan: keluarga laki-laki. Caranya dengan
Sebagai orang Melayu ketika mengirim orang tua laki-laki atau utusan
memasuki masa melepas lajang, maka adat untuk mencari informasi tentang calon istri,
tradisi pernikahan harus dilaksanakan sesuai menanyakan apakah anak perempuan
dengan adat berlaku. Hal ini penting, tersebut sudah di tanggam atau di pinang
karena pernikahan merupakan simbol yang oleh orang lain, atau sudah mengikat janji
sakral dan ditambah dengan adat kesakralan dengan orang lain atau belum.
itu akan semakin lengkap. Prosesi adat Meminang
perkawinan yang dilakukan dengan lengkap Jika dalam proses merisik kedua
maka akan menambah sempurna suasana keluarga bersepakat untuk menikahkan
dan dikemudian hari tidak menjadi bahan kedua anaknya, maka tahap selanjutnya
ceritaan orang (Musnidarti, 2020). adalah meminang. Pada tahap ini, pihak
Di dalam melaksanakan suatu laki-laki mengirim utusan ke pihak
upacara perkawinan akan selalu mengacu perempuan untuk menyampaikan niat
kepada tata upacara adat yang sudah di atur menikah pihak laki-laki. Utusan yang di

Jurnal An-Nahl, Vol. 8, No. 2, Desember 2021, 115 - 125 | 122


Tinjauan al Urf dalam Prosesi Perkawinan Adat Melayu Riau

kirim biasanya orang-orangtua pilihan yang bertanggung jawab untuk memenuhi


bijak dan mengerti adat. Peminangan nafkah lahir dan batin.
biasanya disampaikan dengan bahasa Sombah Sujud
pantun dan pepatah petitih serta diawali` Dalam hal ini kedua pengantin
dengan ritual tepak sirih Melayu. bersujud sombah kepada kedua orang tua,
Antar Belanja baik orang tua laki-laki maupun orang tua
Sembari menunggu hari pernikahan, perempun, yang di dahuluioleh suami
pihak laki-laki melakukan tahap antar bersujud kepada orang tua suamidi ikuti
belanja, yakni mengirimkan barang-barang oleh istrinya dan begitu seterusnya kepada
tertentu, seperti uang atau cincin ke pihak kedua orang tua istri dan yang patut di
keluarga perempuan dengan tujuan sekitarnya (Marwan, 2020).
membantu keluarga perempuan dalam Tepuk Tepung Tawar (Cecah Inai)
menggelar upacara perkawinan dan sebagai Tepuk tepung tawar ini sebagai
ikatan janji bahwa kedua keluarga akan simbol kebahagiaan. Tepuk tepung tawar
menikahkan anaknya. ini gunanya untuk masyarakat, jiran,
Menggantung tetangga yang belum sempat menepuk
Tahap ini di isi dengan menghias tepung tawar agar masyarakat umum dan
rumah (tengah rumah), pelaminan, tempat teman dapat menepuk tawari juga, sebab
tidur, dan tempat bersanding kedua sebelumnya secara simbolis sudah
pengantin kelak di rumah pengantin dilakukan oleh keluarga dekat, baik keluarga
perempuan. Kegiatan ini dilakukan oleh dekat pihak pengantin lelaki maupun
keluarga dan kerabat dibantu oleh tetangga pengantin perempuan. tepuk tepung tawar
dan orang tertentu. Pada tahap ini pula, ini biasanya ada hiburan yang di sebut
orangtua mempelai perempuan akan berzanji, atau rebana.
melakukan ritual tepuk tepung tawar di Pembacaan Doa Berdoa
setiap sudut tempat-tempat di atas Berdoa untuk kebaikan pengantin
(Marwan, 2020). yang baru saja dinikahkan agar hidup
Akad Nikah berumah tangga tetap sehat menjadi rumah
Pelaksanaan akad nikah biasanya tangga sakinah mawaddah dan rahmah dari
dilaksanakan pada malam hari. Setelah Allah Swt. Yang memimpin doa ini boleh
rombongan mempelai pria datang beserta seorang KUA atau juga di pimpin oleh
rombongan mereka disambut langsung ustadz lainnya yang telah di tunjuk oleh
masuk kedalam rumah mempelai wanita. tuan rumah.
Acara dimulai dengan upacara tukar Makan Bersama
menukar tepak sirih dan juga memakan Dengan makan bersama ini
sirih yang disediakan dari masing-masing menunjukkan bahwa remilah kedua
mempelai. Kemudian dilanjut dengan acara mempelai menjadi hidup baru. Di samping
ijab qobul oleh pengantin pria dan upacara makan bersama ini masih ada lagi makan
tepuk tepung tawar oleh para tetua lelaki secara simbolis yaitu seorang istri
maupun perempuan dari pihak mempelai menyuapkan nasi kepada suaminya, dan
laki-laki dan perempuan. Ketika ijab kobul suami juga menyuapkan kepada istrinya.
berlangsung, seorang mempelai perempuan Artinya mereka berdua setia dan saling
tidak bersamaan duduk dengan mempelai menghormati dan saling mencintai.
lakai-laki. Biasanya perempuan itu berada di Sehingga setelah makan dan berumah
dalam kamar. Sebab perempuan hanya tangga tetap setia yang menjadi ukuran.
mendengarkan saja dari jauh. Kemudian Sambutan Tuan Rumah
Membaca Sighot Taklik mempertegas Setelah makan bersama ada juga
sekaligus mengikrarkannya di hadapan membuat acara resmi dengan memberikan
orang ramai. Maknanya seorang suami sambutan sekaligus mempersilahkan para
berjanji akan mempergauli istrinya dengan tamu undangan.
baik sesuai syariat Islam. dan berjanji

123 | Jurnal An-Nahl, Vol. 8, No. 2, Desember 2021, 115 - 125


Afiq Budiawan

Bersanding warahmah; 4) Usaha memperkokoh ikatan


Ketika tuan rumah memberikan silaturahim antara keluarga tetapi juga
sambutannya berarti pengantin sudah diharapkan kedua mempelai; dan 5)
berada di pelaminan (Ghani, 2020). Menghidupkan adat dan melestarikan nilai-
Berdasarkan penjelasan tersebut prosesi nilai tradisi Melayu yang berlandaskan
perkawinan adat Melayu Rengat terdiri atas syariat Islam kepada generasi selanjutnya.
prosesi pra Akad yakni dimulai dari
pemilihan jodoh yang dilakukan oleh para KESIMPULAN
orang tua anak yang telah memiliki usia Prosesi perkawinan adat Melayu Riau
cukup untuk menikah. Setelah terdiri dari beberapa akatifitas diantaranya:
mendapatkan orang yang cocok kemudian Merisik-risik, Menjarum-menjarum,
dilanjutkan dengan tradisi berisik yaitu Melamar, Mengantar tanda, Menerima
mencari tahu tentang pribadi calon antaran, Menggantung-gantung, Mengukus
mempelai terutama akhlak, perilaku dan (membuat tabak), Berandam, Bertomat
kebiasaannya. (khatam alqur'an), Akad nikah/ijab, Cecah
Selanjutnya prosesi menjarum yaitu inai, Berinai, hari langsung/ resepsi
keluarga pihak laki-laki mendatangi pernikahan, Makan nasi hadap-hadapan,
kediaman pihak perempuan untuk Mandi dan main suruk-surukan, mengantar
menyatakan keinginan melamar nasi,dan menyembah berkunjung. Dari
perempuannya. Setelah ada jawaban rangkaian proses diatas, penerapan al urf
menerima, maka pihak laki-laki datang dalam pelaksanaan proses perkawinan adat
melamar. Pelaksanaan akad nikah didahului Melayu Riau, tidak dilarang dalam Islam
dengan pertemuan antara wali, penghulu (boleh), karena didalamnya terdapat
dan kedua calon mempelai. Acara ini maslahah.
ditujukan untuk mengetahui kerelaan dari
kedua belah pihak. Acara terakhir yaitu REFERENSI
berarak atau pesta. Acara pesta didahului
dengan acara berarak pihak laki-laki ke Ghazali, A. R. (2006). Fiqih Munakahat.
kediaman perempuan untuk Jakarta: Kencana.
dipersandingkan di atas pelaminan sebagai Khalaf, A. W. (1968). Ilmu Ushul Fiqh. Mesir:
tanda pelaksanaan pesta perkawinan. Acara Maktabah Al-Da’wah Al-Islamiyah
tersebut juga dapat disebut sebagai acara
walimahan. Agustianto. (2013). Dimensi Aksiologis dalam
Bila dicermati secara mendalam Simbol Riau. Pekanbaru: Daulat Riau.
proses perkawinan adat Melayu Riau dalam Syarifuddin, A. (2011). Hukum Perkawinan
proses pernikahan suami-isteri adalah suatu Islam di Indonesia Antara Fiqh
proses yang boleh dilakukan selama tradisi Munakahat dan Undang-undang
tersebut tidak bertentangan dengan agama, Perkawinan. Jakarta: Kencana.
dan ditereima oleh orang banyak maka yang
demikian boleh dilakukan. Serta didalam Syarifuddin, A. (2012). Garis-garis Besar Ushul
aktifitas prosesi perkawinan adat Melayu Fiqh. Jakarta: Kencana.
Riau banyak hikmah yang didapat seperti: Syrifuddin. (2011). Ushul Fiqh 2. Jakarta:
1) Ingin berbagi kebahagiaan kepada karib Kencana.
kerabat dan masyarakat melalui prosesi
Saebani, B. A. (2009). Fiqh Munakahat 1.
adat; 2) Menumbuhkan budaya gotong
Bandung: Pustaka Setia
royong sehingga sama-sama dapat
meringankan beban dan saling membantu Departemen Agama Republik Indonesia/
antara sesama keluarga; 3) Ingin Al-Qur’an dan Terjemahannya.
mendapatkan doa dan restu keluarga Firdaus. (2004). Ushul Fiqh Metode mengkaji
sehingga dapat menempuh biduk rumah dan Memahami Hukum Islam Secara
tangga yang sakinah, mawaddah dan Komprehensif. Jakarta: Zikrul Hakim.

Jurnal An-Nahl, Vol. 8, No. 2, Desember 2021, 115 - 125 | 124


Tinjauan al Urf dalam Prosesi Perkawinan Adat Melayu Riau

MZ, Labib. (2000). Fiqih Wanita Muslimah.


Surabaya: Tiga Dua.
Aladip, M. M. (tt). Terjemahan Bulughul Al-
Maram. Semarang: Toha Putra.
Shidiq, S. (2014). Ushul Fiqh. Jakarta:
Kencana.
Tim Ulama Fikih di bawah arahan Syaikh
Shalih bin Abdul Aziz Alu asy-Syaikh,
2015, Fikih Muyassar Panduan Praktis
Fikih dan Hukum Islam, Jakarta: Darul
Haq
Undang-Undang Republik Indonesia
Nomor 1 Tahun 1974
UU Hamidy, 2014, Jagat Melayu dalam Lintas
Budaya di Riau, Pekanbaru: Bilik
Kreatif.
Wawancara, H. Dahlius RD, Tokoh Agama
(Juru Runding) Pernikahan Adat
Melayu, diakses 27 Januari 2020.
Wawancara, Raja Musnidarti (Pengantin
yang Menikah Menggunakan Adat
Melayu), diakses 27 Januari 2020.
Wawancara: Bapak Zulkifli Abdul Ghani,
Tokoh Lembaga Adat Melayu (LAM)
Kab. Indragiri Hulu, 18 Januari 2020.
Wawancara: Datuk Seri Marwan, Ketua
Lembaga Adat Melayu (LAM) Kab.
Indragiri Hulu, 11 Januari 2020.

125 | Jurnal An-Nahl, Vol. 8, No. 2, Desember 2021, 115 - 125

Anda mungkin juga menyukai