Anda di halaman 1dari 10

Nama : Siska Suudi

NIM : 811421028
Kelas : D (Semester 3)
Mata Kuliah : Promosi Kesehatan

A. Advokasi
WHO ( 1989) diukutip dalam UNFPA dan BKKBN (2002) menggunkan advocacy is a
combination on individual and social action design to gain political commitment, policy support,
social acceptance and systems support for particular health goal or programme. Jadi advokasi
adalah kombinasi kegiatan individu dan sosial yang dirancang untuk memperoleh komitmen
politis, dukungan kebijakan, penerimaan sosial dan sisitem yang mendukung tujuan atau
program kesehatan tertentu.
Definisi Chapela 1994 yang dikutip WISE (2001) secara harfiah:” melakakukan advokasi
berarti mempertahankan, berbicara mendukung seseorang atau sesuatu atau mempertahankan
ide. Sedangkan advokator adalah seseorang yang melakukan kegiatan atau negosiasi yang
ditujukan untuk mencapai sesuatu untuk seseorang,kelompok ,masyarakt tertentu atau secara
keseluruhan.
Dalam tulisan Sharma dikutip beberapa pengertian yang berkait dengan advokasi misalnya :
 Advokasi adalah bekerja dengan orang dan organisasi untuk membuat sesuatu perubahan
(CEDPA).
 Advokasi adalah proses dimana orang terlibat dalam proses pembuatan keputusan yang
mempengaruhi kehidupan mereka.
 Advokasi terdiri berbagai strategis ditujukan untuk mempengaruhi pembuatan keputusan
dalam satu organisasi ditingkat lokal, nasional maupun internasional. Strategis advokasi
termasuk lobi, pemasaran sosial, KIE, pengorganisasian masyarakat maupun berbagai
taktik lainya.

 Unsur Dasar Advokasi


Sharma menyebutkan ada 8 unsur dasar advokasi yaitu :
1. Penetapan tujuan advokasi
Sering sekali masalah kesehatan masyarakat sangat kompleks, banyak faktor dan
saling berpengaruh. Agar upaya advokasi dapat berhasil tujuan,advokasi perlu
dibuatlebih spesifik berdasarakan pernyataan berikut : Apakah isu atau masalah itu dapat
menyatukan atau membuat berbagai kelompok bersatu dalam suatu koalisi yang kuat.
2. Pemanfaatan data dan riset untuk advokasi
Adanya data dan riset pendukung sangat penting agar keputusan dibuat berdasarkan
informasi yang tepat dan benar. Oleh karena itu, data dan riset mungkin diperlukan dalam
menentukan masalah yang akan diadvokasi, identifikasi solusi pemecahaan masalah
maupun menentukan tujuan yang realitis. Selain itu, adanya data atau fakta itu saja
sering sekali sudah bisa menjadi argumen tujuan umum dapat dicapai agar realitis.
3. Identifikasi khalayak sasaran advokasi
Bila isu dan tujuan telah disusun, upaya advokasi harus ditujukan bagi kelompok yang
dapat membuat keputusan dan idealnya ditujukan bagi orang yang berpengaruh dalam
pembuatan keputusan agar tujuan advokasi dapat dicapai.
4. Pengembangan dan penyampain pesan advokasi
Khalayak sasaran berbeda berekasi tidak sama atas pesan yang berbeda. Seseorang
toko politik mungkin termitifasi kalu dia mengetahui bahwa banyka dari konstituen yang
diwakilinya peduli terhadap masalah tertentu. Seseorang Menkes mungkin akan
mengambil keputusan ketika kepada yang bersangkutan disajikan data rinci mengenai
besarnya masalah kesehatan tertentu.
5. Membangun koalisi
Sering kali kekuatan advokasi dipengaruhi oleh jumlah oarng atau organisasi yang
mendukung advokasi tersebut.hal inisangat penting dimana situasi dinegara tertentu
sedang membangun masyarakat demokratis dan advokasi merupan suatu hal yang relati
baru. Dalam situasi itu melibatkan orang dalam jumlah besar dan mewakili berbagai
kepentingan, sangat bermanfaat bagi upaya advokasi maupun dukungan politis,bahkan
dalam satu organisasi sendiri, koalisi internal yaitu melibatkan berbgai orang dari
berbagai divisi / depertemen dalam mengembangkan program baru, dapat membantu
konsensus untuk aksi kegiatan.
6. Membuat presentasi yang persuasif
Kesepakatan untuk mempengaruhi khalayak sasaran kunci sekali terbatas waktunya.
Seorang tokoh politik mungkin memberi kesempatan sekali pertemuan untuk
mendiskusikan isu advokasi yang dirancanh atau Menkes hanya punya waktu 5 menit
dalam kongres untuk berbicara kepada kelompok advokator.
7. Penggalangan dana untuk advokasi
Semua kegiatan termaksud upaya advokasi memerlukan dana. Mempertahankan
upaya advokasi yang berkelanjutan dalam jangka panjang memerlukan waktu, energi
dalam penggalangan dana atau sumber daya lain untuk menunjang upaya advokasi.
8. Evaluasi upaya advokasi
Bagaiman kelompok advokasi dapat menegtahui bahwa tujuan advoaksi yang telah
ditetapkan dapat dicapai?Bagaiman strategis advokasi dapat disempurnakan dan
diperbaiki?untuk menjadi advokator yang tangguh diperlukan umpan balik berkelanjutan
serta evaluasi atau upaya advokasi yang telah dilakukan.

 Pendekatan Utama Advokasi


Ada 5 pendekatan utama dalam advokasi (UNFPA dan BKKBN 2002) yaitu:
1. Melibatkan para pemimpin
Para pembuat undang-undang,mereka yang terlibatdalam ppenyusunan hukum,
peraturan maupun pemimpin poilitik,yaitu mereka yangmenetapkan kebijakan publik
sangat berpengaruh dalam menciptakan perubahan yang terkait dengan masalah sosial
termaksud kesehatan dan kependudukan. Oleh karena itu, sangat penting melibatkan
mereka semaksimum mungkin dalamisu yang akan diadvokasikan.
2. Bekerja dengan media massa
Media massa sangat penting berperan dalam membentuk oponi publik. Media juga
sangat kiuat dalam mempengaruhi presespsi publik atas isu atau masalah tertentu.
Mengenal, membangun dan menjaga kemitraan dengan media massasangat penting
dalam proses advokasi.
3. Membangun kemitraan
Dalam upaya advokasi sangat penting dilakukan uapaya jaringan, kemtraan yang
brekelanjutan dengan individu, prganisasi-organisasi dan sektor lain yang bergerak dalam
isu yang sama. Kemitraan ini dibentuk oleh individu, kelompok yang bekerja sama yang
bertujuan untuk mencapai tujun umum yang sama atau hampir sama. Namum
membangun pengembangan kemitraan tidak mudah, memrlukan aktual, perencanaan
yang matang serta memerlukan penilaian kebutuhan serta minat dari calon mitra.
4. Memobilisasi masa
Memobilisasi massa merupaka suatu proses mengorganisasikan individu yang telah
termotivasi kedalam kelompok-kelompok atau mengorganisasikan kelompok yang sudah
ada.dengan mobilisasi dimaksudkan agar motivasi individu dapat diubah menjadi
tindakan kolektif.
5. Membangun kapasitas
Membngaun kapasitas disini dimasudkan melembagakan kemempuan utnuk
mengembangkan dan mengelolah program yang komprehensif dan membangun critical
mass pendukukung yang memiliki ketereampilan advokasi. Kelompok ini dapat
diidentifikasikan dari LSM tertentu,kelompok profesi serta kelompok lain.

 LANGKAH-LANGKAH ADVOKASI
Advokasi adalah proses atau kegiatan yang hasil akhirnya adalah diperolehnya dukungan dari
para pembuat keputusan terhadap program kesehatan yang ditawarkan atau diusulkan. Oleh
sebab itu, proses ini antara lain melalui langkah-langkah sebagai berikut:
1. Tahap persiapan
Persiapan advokasi yang paling penting adalah menyusun bahan (materi) atau
instrumen advokasi.
2. Tahap pelaksanaan
Pelaksanaan advokasi sangat tergantung dari metode atau cara advokasi. Cara
advokasi yang sering digunakan adalah lobbi dan seminar atau presentasi.
3. Tahap penilaian
Seperti yang disebutkan diatas bahwa hasil advokasi yang diharafkan adalah adanya
dukungan dari pembuat keputusan, baik dalam bentuk perangkat
lunak (software) maupun perangkat keras (hardware). Oleh sebab itu, untuk menilai atau
mengevaluasi keberhasilan advokasi dapat menggunakan indikator-indikator seperti
dibawah ini:
a. Software (piranti lunak): misalnya dikeluarkannya:
- Undang-undang
- Peraturan pemerintah
- Peraturan pemerintah daerah (perda)
- Keputusan menteri
- Surat keputusan gubernur/ bupati
- Nota kesepahaman(MOU), dan sebagainya.
b. Hardware (piranti keras): misalnya:
- Meningkatnya anggaran kesehatan dalam APBN atau APBD
- Meningkatnya anggaran untuk satu program yang di prioritaskan
- Adanya bantuan peralatan, sarana atau prasarana program dan sebagainya.

B. Kemitraan
Secara teoritis, Eisler dan Montuori (1997) membuat pernyataan yang menarik yang berbunyi
bahwa “memulai dengan mengakui dan memahami kemitraan pada diri sendiri dan orang lain,
dan menemukan alternative yang kreatif bagi pemikiran dan perilaku dominator
merupakan langkah pertama ke arah membangun sebuah organisasi kemitraan.” Dewasa ini
gaya-gaya seperti perintah dan kontrol kurang dipercaya. Di dunia baru ini, yang dibicarakan
orang adalah tentang karyawan yang“berdaya”,yang proaktif, karyawan yang berpengetahuan
yang menambah nilai dengan menjadi agen perubahan.
Kemitraan pada esensinya adalah dikenal dengan istilah gotong royong atau kerjasama dari
berbagai pihak, baik secara individual maupun kelompok. Menurut Notoatmodjo (2003),
kemitraan adalah suatu kerja sama formal antara individu-individu, kelompok-kelompok atau
organisasi-organisasi untuk mencapai suatu tugas atau tujuan tertentu.
Ada berbagai pengertian kemitraan secara umum (Promkes Depkes RI) meliputi:
a. kemitraan mengandung pengertian adanya interaksi dan interelasi minimal antara dua
pihak atau lebih dimana masing-masing pihak merupakan ”mitra” atau ”partner”.
b. Kemitraan adalah proses pencarian/perwujudan bentuk-bentuk kebersamaan yang saling
menguntungkan dan saling mendidik secara sukarela untuk mencapai kepentingan
bersama.
c. Kemitraan adalah upaya melibatkan berbagai komponen baik sektor, kelompok
masyarakat, lembaga pemerintah atau non-pemerintah untuk bekerja sama mencapai
tujuan bersama berdasarkan atas kesepakatan, prinsip, dan peran masing-masing.
d. Kemitraan adalah suatu kesepakatan dimana seseorang, kelompok atau organisasi untuk
bekerjasama mencapai tujuan, mengambil dan melaksanakan serta membagi tugas,
menanggung bersama baik yang berupa resiko maupun keuntungan, meninjau ulang
hubungan masing-masing secara teratur dan memperbaiki kembali kesepakatan bila
diperlukan. (Ditjen P2L & PM, 2004)

 Unsur-unsur Kemitraan
Adapun unsur-unsur kemitraan adalah :
1. Adanya hubungan (kerjasama) antara dua pihak atau lebih
2. Adanya kesetaraan antara pihak-pihak tersebut
3. Adanya keterbukaan atau kepercayaan (trust relationship) antara pihak-pihak tersebut
4. Adanya hubungan timbal balik yang saling menguntungkan atau memberi manfaat.
Menurut Ansarul Fahruda, dkk (2005), untuk membangun sebuah kemitraan, harus
didasarkan pada hal-hal berikut :
a. Kesamaan perhatian (common interest) atau kepentingan,
b. Saling mempercayai dan saling menghormati
c. Tujuan yang jelas dan terukur
d. Kesediaan untuk berkorban baik, waktu, tenaga, maupun sumber daya yang lain.

 Prinsip Kemitraan
Terdapat 3 prinsip kunci yang perlu dipahami dalam membangun suatu kemitraan oleh
masing-masing anggota kemitraan yaitu:
a. Prinsip Kesetaraan (Equity)
Individu, organisasi atau institusi yang telah bersedia menjalin kemitraan harus
merasa sama atau sejajar kedudukannya dengan yang lain dalam mencapai tujuan yang
disepakati.
b. Prinsip Keterbukaan
Keterbukaan terhadap kekurangan atau kelemahan masing-masing anggota serta
berbagai sumber daya yang dimiliki. Semua itu harus diketahui oleh anggota lain.
Keterbukaan ada sejak awal dijalinnya kemitraan sampai berakhirnya kegiatan. Dengan
saling keterbukaan ini akan menimbulkan saling melengkapi dan saling membantu
diantara golongan (mitra).
c. Prinsip Azas manfaat bersama (mutual benefit)
Individu, organisasi atau institusi yang telah menjalin kemitraan memperoleh manfaat
dari kemitraan yang terjalin sesuai dengan kontribusi masing-masing. Kegiatan atau
pekerjaan akan menjadi efisien dan efektif bila dilakukan bersama.

 Beberapa prinsip kemitraan yang lainnya yaitu:


1.Saling menguntungkan (mutual benefit)
Saling menguntungkan disini bukan hanya materi tetapi juga non materi, yaitu dilihat
dari kebersamaan atau sinergisme dalam mencapai tujuan
2. Pendekatan berorientasi hasil
Tindakan kemanusiaan yang efektif harus didasari pada realitas dan berorientasi
pada tindakan. Hal ini membutuhkan koordinasi yang berorientasi hasil dan berbasis pada
kemampuan efektif dan kapasitas operasional yang konkrit.
3. Keterbukaan (transparansi)
Apa yang menjadi kelebihan dan kekurangan tiapanggota mitra harus diketahhui oleh
anggota yang lain Transparansi dicapai melalui dialog (pada tingkat yang setara) dengan
menekankan konsultasi dan pembagian informasi terlebih dahulu. Komunikasi dan
transparansi, termasuk transparansi finansial, membantu meningkatkan kepercayaan
antar organisasi.
4. Kesetaraan
Masing-masing pihak yang bermitra harus merasa duduk sama rendah dan berdiri
sama tinggi, tidak boleh satu anggota memaksakan kehendak kepada yang lain.
Kesetaraan membutuhkan rasa saling menghormati antar anggota kemitraan tanpa
melihat besaran dan kekuatan. Para peserta harus saling menghormati mandat
kewajiban dan kemandirian dari anggota yang lain serta memahami keterbatasan dan
komitmen yang dimiliki satu sama lain. Sikap saling menghormati tidak menghalangi
masing-masing organisasi untuk terlibat dalam pertukaran pendapat yang konstruktif.
5. Tanggung Jawab
Organisasi kemanusiaan memiliki tanggung jawab etis terhadap satu sama lain
dalam menempuh tugas-tugasnya secara bertanggung jawab dengan integritas dan cara
yang relevan dan tepat. Organisasi kemanusiaan harus meyakinkan bahwa mereka hanya
akan berkomitmen terhadap sesuatu kegiatan ketika mereka memang memiliki alat,
kompetensi, keahlian dan kapasitas untuk mewujudkan komitmen tersebut. Pencegahan
yang tegas dan jelas terhadap penyelewengan yang dilakukan oleh para pekerja
kemanusiaan harus menjadi usaha yang berkelanjutan.
6. Saling Melengkapi
Keragaman dari komunitas kemanusiaan adalah sebuah aset bila dibangun atas
kelebihan-kelebihan komparatif dan saling melengkapi kontribusi yang satu dengan yang
lain. Kapasitas lokal adalah salah satu aset penting untuk ditingkatkan dan menjadi dasar
pengembangang. Ketika memungkinkan, organisasi-organisasi kemanusiaan harus
berjuang untuk menjadikan aset lokal sebagai bagian integral dari tindakan tanggap
darurat dimana hambatan budaya dan bahasa harus diatasi.
Prinsip-prinsip kemitraan menurut WHO untuk membangun kemitraan kesehatan
 Policy-makers (pengambil kebijakan)
 Health managers
 Health professionals
 Academic institutions
 Communities institutions

Adapun ruang lingkup kemitraan secara garis besar adalah :


a) Persiapan;
b) Inisiasi Kemitraan;
c) Pelaksanaan kerjasama;
d) Pelaporan;
e) Publikasi hasil pelaksanaan

 Tujuan Kemitraan
 Tujuan umum :
 Meningkatkan percepatan, efektivitas dan efisiensi upaya kesehatan dan
upaya pembangunan pada umumnya.
 Tujuan khusus :
 Meningkatkan saling pengertian
 Meningkatkan saling percaya
 Meningkatkan saling memerlukan
 Meningkatkan rasa kedekatan
 Membuka peluang untuk saling membantu
 Meningkatkan daya, kemampuan, dan kekuatan
 Meningkatkan rasa saling menghargai

C. Pemberdayaan Masyarakat

Pemberdayaan masyarakat adalah suatu upaya atau proses untuk menumbuhkan kesadaran,
kemauan dan kemampuan masyarakat dalam mengenali, mengatasi, memelihara, melindungi dan
meningkatkan kesejahteraan mereka sendiri. Pemberdayaan masyarakat bidang kesehatan adalah
upaya atau proses untuk menumbuhkan kesadaran kemauan dan kemampuan dalam memelihara
dan meningkatkan kesehatan (Supardan,2013).
Shardlow dalam Jackie Ambadar (2008) menyebutkan pemberdayaan masyarakat atau
community development (CD) intinya adalah bagaimana individu, kelompok atau komunitas
berusaha mengontrol kehidupan mereka sendiri dan mengusahakan untuk membentuk masa
depan sesuai keinginan mereka. Pemberdayaan masyarakat juga diartikan sebagai upaya yang di
sengaja untuk memfasilitasi masyarakat lokal dalam merencanakan, memutuskan, dan mengelola
sumber daya lokal yang dimiliki melalui collective action dan networking sehingga pada
akhirnya mereka memiliki kemampuan dan kemandirian secara ekonomi, ekologi, dan sosial.

 Tujuan Pemberdayaan Masyarakat


a. Tumbuhnya kesadaran, pengetahuan dan pemahaman akan kesehatan bagi individu,
kelompok atau masyarakat. Pengetahuan dan kesadaran tentang cara memelihra dan
meningkatkan kesehatan adalahawal dari keberdayaan kesehatan. Kesadaran dan
pengetahuan merupakan tahap awal timbulnya kemampuan, karena kemampuan
merupakan hasil proses belajar. Belajar itu sendiri merupakan suatu proses yang
dimulai dengan adanya alih pengetahuan dari sumber belajar kepada subyek belajar.
Oleh sebab itu masyarakat yang mampu memelihara dan meningkatkan kesehatan
juga melalui proses belajar kesehatan yang dimulai dengan diperolehnya informasi
kesehatan. Dengan informasi kesehatan menimbulkan kesadaran akan kesehatan dan
hasilnya adalah pengetahuan kesehatan.
b. Timbulnya kemauan atau kehendak ialah sebagai bentuk lanjutan darikesadaran dan
pemahaman terhadap obyek, dalam hal ini kesehatan.Kemauan atau kehendak
merupakan kecenderungan untuk melakukan suatu tindakan. Oleh sebab itu, teori lain
kondisi semacam ini disebut sikap atau niat sebagai indikasi akan timbulnya suatu
tindakan. Kemauan ini kemungkinan dapat di lanjutkan ke tindakan tetapi mungkin
juga tidak atau berhenti pada kemauan saja.
c. Timbulnya kemampuan masyarakat di bidang kesehatan berarti masyarakat, baik
secara individu maupun kelompok, telah mampu mewujudkan kemauan atau niat
kesehatan mereka dalam bentuk tindakan atau perilaku sehat.

 Prinsip Pemberdayaan Masyarakat


Prinsipnya pemberdayaan masyarakat adalah menumbuhkankemampuan masyarakat dari
dalam masyarakat itu sendiri. Pemberdayaanmasyarakat bukan sesuatu yang ditanamkan dari
luar. Pemberdayaanmasyarakat adalah proses memanpukan masyarakat dari oleh dan
untukmasyarakat itu sendiri, berdasarkan kemampuan sendiri. Prinsip-prinsip pemberdayaan
masyarakat dibidang kesehatan :

1. Menumbuh kembangkan potensi masyarakat.


Di dalam masyarakatterdapat berbagai potensi yang dapat mendukung keberhasilan
program- program kesehatan. Potensi dalam masyarakat dapa tdikelompokkan menjadi
potensi sumber daya manusia dan potensi dalam bentuk sumber daya alam atau kondisi
geografis.
2. Mengembangkan gotong royong masyarakat. Potensi masyarakat yangada tidak akan
tumbuh dan berkembang dengan baik tanpa adanya gotong royong dari masyarakat itu
sendiri. Peran petugas kesehatan atau provider dalam gotong royong masyarakat adalah
memotivasi dan memfasilitasinya, melalui pendekatan pada para tokoh masyarakat
sebagai penggerak kesehatan dalam masyarakatnya.
3. Menggali kontribusi masyarakat.Menggali dan mengembangkan potensi masing-masing
anggota masyarakat agar dapat berkontribusi sesuai dengan kemampuan terhadap
program atau kegiatan yang direncanakan bersama. Kontribusi masyarakat merupakan
bentuk partisipasi masyarakat dalam bentuk tenaga, pemikiran atau ide, dana, bahan
bangunan, dan fasilitas-fasilitas lain untuk menunjang usaha kesehatan.
4. Menjalin kemitraan. Jalinan kerja antara berbagai sektor pembangunan, baik pemerintah,
swasta dan lembaga swadaya masyarakat, serta individu dalam rangka untuk mencapai
tujuan bersama yang disepakati. Membangun kemandirian atau pemberdayaan
masyarakat, kemitraan adalah sangat penting peranannya.
5. Desentralisasi. Upaya dalam pemberdayaan masyarakat pada hakikatnya memberikan
kesempatan kepada masyarakat lokal untuk mengembangkan potensi daerah atau
wilayahnya.

 Peran Petugas Kesehatan

Peran petugas kesehatan dalam pemberdayaan masyarakat adalah :


 Memfasilitasi masyarakat melalui kegiatan-kegiatan maupun program-program
pemberdayaan masyarakat meliputi pertemuan dan pengorganisasian masyarakat.
 Memberikan motivasi kepada masyarakat untuk bekerja sama dalam melaksanakan
kegiatan pemberdayaan agar masyarakat mau berkontribusi terhadap program tersebut.
 Mengalihkan pengetahuan, keterampilan, dan teknologi kepada masyarakat dengan
melakukan pelatihan-pelatihan yang bersifat vokasional.

 Langkah-langkah Pemberdayaan Masyarakat


Pemberdayaan masyarakat dapat dilihat dari dua sudut pandang,yaitu sebagai proses dan
sebagai hasil. Sebagai hasil, pemberdayaanmasyarakat adalah suatu perubahan yang signifikan
dalam aspek sosial politik dalam aspek sosial politik yang dialami oleh individu dan masyarakat,
yang seringkali berlangsung dalam waktu yang cukup panjang, bahkan seringkali lebih dari 7
tahun (Raeburn,1993).Sebagai suatu proses, Jackson (1989), Labonte (1994), dan Rissel (1994)
mengatakan, pemberdayaan masyarakat melibatkan beberapa komponen berikut, yaitu:

a. Pemberdayaan personal.
b. Pengembangan kelompok kecil.
c. Pengorganisasian masyarakat.
d. Kemitraann.
e. Aksi sosial dan politik.

Untuk itu maka pemberdayaan masyarakat dapat di lakasanakan dengan mengikuti langkah-
langkah:
1. Merancang keseluruhan program, termaksud didalamnya kerangka waktu
kegiatan,ukuran program,serta memberikan perhatian kepada kelompok masyarakat yang
terpinggirkan. Perancangan program dilakukan menggunakan pendekatan partisipatoris,
dimana antara agen perubahan (pemerintah dan LSM) dan masyarakat bersama-sama
menyusun perencanaan. Perencanaan partisipatoris (participatory planning) ini dapat
mengurangi terjadinya konflik yang muncul antara dua pihak tersebut selama program
berlangsung dan setelah program dievaluasi.
2. Menetapkan tujuan. Tujuan promosi kesehatan biasanya dikembangkan pada tahap
perencanaan dan bisanya berpusat pada mencegah penyakit,mengurangi kesakitan dan
kematian dan manajemen gaya hidup melalui upaya perubahan perilaku yang secara
spesifik berkaitan dengan kesehatan. Adapun tujuan pemberdayaan biasanya berpusat
bagaimana masyarakat dapat mengontrol keputusannya yang berpengaruh pada kesehatan
dan kehidupan masyarakatnya.
3. Memilih strategi pemberdayaan. Pemberdayaan masyarakat adalah suatu proses yang
terdiri dari lima pendekatan, yaitu: pemberdayaan, pengembangan kelompok kecil,
pengembangan dan penguatan pengorganisasian masyarakat, pengembangan dan
penguatan jaringan antar organisasi, dan tindakan politik. Strategi pemberdayaan
meliputi: pendidikan masyarakat, mendorong tumbuhnya swadaya masyarakat sebagai
pra-syarat pokok tumbuhnya tanggung jawab sebagai anggota masyarakat (community
responsibility), fasilitasi upaya mengembangkan jejaring antar masyarakat, serta advokasi
kepada pengambil keputusan (decision maker).
4. Implementasi strategi dan manajemen. Implementasi strategi serta manajemen program
pemberdayaan dilakukan dengan cara:
a. Meningkatkan peran serta pemercaya (stakeholder)
b. Menumbuhkan kemampuan pengenalan masalah.
c. Mengembangkan kepemimpinan local.
d. Membangun keberdayaan struktur organisasi.
e. Meningkatkan mobilisasi sumber daya.
f. Memperkuat kemampuan stakeholder untuk “bertanya mengapa?”
g. meningkatkan control stakeholder atas manajemen program.
h. Membuat hubungan yang sepadan dengan pihak luar.
i. Evaluasi program.
5. Pemberdayaan masyarakat dapat berlangsung lambat dan lama, bahkan boleh dikatakan
tidak pernah berhenti dengan sempurna. Sering terjadi, hal-hal tertentu yang menjadi
bagian dari pemberdayaan baru tercapai beberapa tahun sesudah kegiatan selesai. Oleh
karenanya, akan lebih tepat jika dievaluasi di arahkan pada proses pemberdayaannya dari
pada hasilnya.

Anda mungkin juga menyukai