Anda di halaman 1dari 15

PAJAK ATAS MATA UANG ASING

Disusun Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Kelompok Pada Mata Kuliah Akuntansi Perpajakan

Dosen Pengampu : Santi Octaviani, SE., M. Ak

Tim Penyusun :

Restiani (31119086)

Yayah kholiyah (31119121)

JURUSAN AKUNTASI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS SERANG RAYA
2021/2022
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. LATAR BELAKANG


Terbukanya dunia global diantara bangsa-bangsa bukan merupakan hal positif
saja yang dapatdiperoleh, melainkan dampak negatif pun harus dinikmati. Bermula
dengan
meluasnyaekonomidan bisnis internasional dan terbuka lebar di belahan dunia, semakin
mendorong terjadinyaresiko bisnis yang semakin besar. Hal tersebut tidak dapat
dipungkiri karena memang transaksi ataskegiatan ekonomi dan bisnis global banyak
dipengaruhi oleh banyak faktor yang tidak pasti, misalnyasaja kurs mata uang.Kurs mata
uang merupakan faktor penting yang menetukan harga sebuah transaksi antar Negarayang
melakukan kegiatan ekonomi dan bisnis. Ketika nilai kurs (dollar) menguat, maka akan
memberikan sinyak bagi negara-negara yang melakukan transaksi dengan mata uang
dollar akan mengurangiimpornya atau transaksinya, kondisi ini akan merugikan bagi
importir.
Kurs mata uang memang krusial posisinya dalam transaksi internasional sehingga
beberapapelaku bisnis memberikan solusi dengan melakukan kontrak derevatif, dimana
hal ini akan menjawabketidak pastiaan bisnis yang selama ini menjadi polemik
diantara mereka.

1.2. RUMUSAN MASALAH


1.2.1. Bagaimana pembukuan dalam mata uang asing ?
1.2.2. WP yang diperbolehkan menggunakan mata uang asing?
1.2.3. Bagaimana pernyataan SAK terkait transaksi dalam mata uang asing?
1.2.4. Bagaimana perlakuan pajak atas selisih kurs ?
1.2.5. Bagaimana pelaporan PPN dan transaksi dalam rupiah?
1.2.6. Bagaimana dasar penggunaan nilai kurs pajak?
1.2.7. Contoh perhitungan kurs MKK dan kurs BI?

1.3. TUJUAN
1.3.1. Untuk mengetahui bagaimana pembukuan dalam mata uang asing
1.3.2. Untuk mengetahui WP yang diperbolehkan menggunakan mata uang asing
1.3.3. Untuk mengetahui bagaimana pernyataan SAK terkait transaksi dalam mata uang
asing
1.3.4. Untuk mengetahui bagaimana perlakuan pajak atas selisih kurs
1.3.5. Untuk mengetahui bagaimana pelaporan PPN dan transaksi dalam rupiah
1.3.6. Untuk mengetahui bagaimana dasar penggunaan nilai kurs pajak
1.3.7. Untuk mengetahui contoh perhitungan kurs MKK dan kurs BI
BAB II
PEMBAHASAN

1.1. Pembukuan dalam mata uang asing


Wajib Pajak Badan diperkenankan untuk menggunakan mata uang asing dalam
pembukuan dan pelaporan pajak sesuai Pasal 3 UU KUP dimana pembukuan dalam mata
uang asing harus memperoleh ijin terlebih dahulu dari Menteri Keuangan.
Suatu transaksi dalam mata uang asing adalah suatu transaksi yang didenominasi
atau membutuhkan penyelesaian dalam suatu mata uang. asing, termasuk transaksi yang
timbul ketika suatu perusahaan:
(a) membeli atau menjual barang atau jasa yang harganya didenominasi dalam
suatu mata uang asing.
(b) meminjam (hutang) atau meminjamkan (piutang) dana yang didenominasi
dalam suatu mata uang asing.
(c) menjadi suatu pihak untuk suatu perjanjian dalam valuta asing yang belum
terlaksana; atau
(d) memperoleh atau melepaskan aktiva, menimbulkan atau melunasi kewajiban,
yang didenominasi dalam suatu mata uang asing.
Transaksi dalam mata uang asing dibukukan dengan menggunakan kurs pada saat
terjadinya transaksi.
Kurs tunai yang berlaku pada tanggal transaksi sering disebut kurs spot (spot
rate). Untuk alasan praktis, suatu kurs yang mendekati kurs tanggal transaksi sering
digunakan, contohnya, suatu kurs rata-rata selama seminggu atau sebulan mungkin
digunakan untuk seluruh transaksi dalam setiap mata uang asing yang terjadi selama
periode itu. Namun, jika kurs berfluktuasi secara signifikan, penggunaan kurs rata-rata
untuk satu periode tidak dapat diandalkan.

PERATURAN MENTERI KEUANGAN TENTANG TATA CARA


PENYELENGGARAAN PEMBUKUAN DENGAN MENGGUNAKAN BAHASA
ASING DAN MATA UANG SELAIN RUPIAH SERTA KEWAJIBAN
PENYAMPAIAN SURAT PEMBERITAHUAN TAHUNAN PAJAK
PENGHASILAN BADAN.

Pasal 1
Dalam Peraturan Menteri Keuangan ini yang dimaksud dengan :
1. Undang-Undang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan adalah
Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan
Tata Cara Perpajakan sebagaimana telah_beberapa kali diubah terakhir
dengan Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2000.
2. Undang-Undang Pajak Penghasilan adalah Undang-Undang Nomor 7
Tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan sebagaiqlana telah beberapa kali
diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2000.
3. Wajib Pajak adalah Wajib Pajak yang dapat menyelenggarakan
pembukuan dengan menggunakan bahasa asing dan mata uang selain
Rupiah yaitu bahasa Inggris dan mata uang Dollar Amerika Serikat
yang meliputi :
a. Wajib Pajak dalam rangka Penanaman Modal Asing, yaitu Wajib
Pajak yang beroperasi berdasarkan Peraturan Perundang-undangan
yang mengatur mengenai Penanaman Modal Asing;
b.Wajib Pajak dalam rangka Kontrak Karya, yaitu Wajib Pajak yang
beroperasi berdasarkan kontrak dengan Pemerintah Republik
Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Peraturan
Perundangundangan yang mengatur mengenai pertambangan;
c. Wajib Pajak dalam rangka Kontrak Bagi Hasil, yaitu Wajib Pajak yang
beroperasi berdasarkan Peraturan Perundang-undangan yang
mengatur mengenai pertambangan minyak dan gas bumi;
d.Bentuk Usaha Tetap, yaitu bentuk usaha sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 2 ayat (5) Undang-Undang Pajak Penghasilan atau
menurut Perjanjian Penghindaran Pajak Berganda (P3B) yang terkait;
e. Wajib Pajak yang berafiliasi langsung dengan perusahaan induk di
luar negeri, yaitu perusahaan anak (sttbsrdiary company) yang
dimiliki dan atau dikuasai oleh perusahaan induk (parent company)
di luar negeri dalam hubungan istimewa sebagaimana dimaksud
dalam Pasa118 ayat (4) huruf a dan b Undang-Undang Pajak
Penghasilan;
f. Kontrak Investasi Kolektif (KIK) yang menerbitkan Reksadana dalam
denominasi mata uang Dollar Amerika Serikat dan telah memperoleh
Surat Pemberitahuan Efektif Pernyataan Pendaftaran dari Badan
Pengawas Pasar Modal-Lembaga Keuangan sesuai dengan Peraturan
Perundang-undangan.
Pasal 2
(1)Penyelenggaraan pembukuan dengan menggunakan bahasa Inggris
dan mata uang Dollar Amerika Serikat oleh Wajib Pajak harus terlebih
dahulu mendapat izin tertulis dari Menteri Keuangan, kecuali bagi
Wajib Pajak dalam rangka Kontrak Karya atau Wajib Pajak dalarn
rangka Kontrak Bagi Hasil sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1 butir
3 huruf b dan huruf c.
(2)Izin tertulis sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat diperoleh Wajib
Pajak dengan mengajukan surat permohonan kepada Direktur Jenderal
Pajak, paling lambat 3 (tiga) bulan sebelum tahun buku yang
diselenggarakan dengan menggunakan bahasa Inggris dan mata uang
Dollar Amerika Serikat tersebut dimulai atau 3 (tiga) bulan sejak
tanggal pendirian bagi Wajib Pajak baru.
(3)Direktur Jenderal Pajak atas nama Menteri Keuangan memberikan
keputusan atas permohonan izin penyelenggaraan pembukuan dengan
menggunakan bahasa Inggris dan mata uang Dollar Amerika Serikat
sebagaimana dimaksud pada ayat (2).
(4)Keputusan Menteri Keuangan sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
diterbitkan paling lama 25 (dua puluh lima) hari kerja sejak diterimanya
permohonan dari Wajib Pajak secara lengkap.
(5)Apabila dalam jangka waktu sebagaimana dimaksud pada ayat (4) telah
lewat dan Direktur Jenderal Pajak belum memberikan keputusan, maka
permohonan tersebut dianggap diterima.
Pasal 3
Wajib Pajak dalam rangka Kontrak Karya atau Wajib Pajak dalam rangka
Kontrak Bagi Hasil sebagaimana dimaksudd dalam Pasal 1 angka 3 huruf
b dan huruf c yang akan menyelenggarakan pembukuan dengan
menggunakan bahasa Inggris dan mata uang Dollar Amerika Serikat,
wajib menyampaikan pemberitahuan secara tertulis ke Kantor Pelayanan
Pajak tempat Wajib Pajak terdaftar paling lambat 1 (satu) bulan sebelum
tahun buku yang diselenggarakan dengan menggunakan bahasa Inggris
dan mata uang Dollar Amerika Serikat tersebut dimulai.
Pasal 4
Bagi Wajib Pajak yang diizinkan untuk menyelenggarakan pembukuan
dengan menggunakan bahasa Inggris dan mata uang Dollar Amerika
Serikat, berlaku ketentuan konversi ke mata uang Dollar Amerika Serikat
sebagai berikut :
1. Pada awal tahun buku :
Penyelenggaraan pembukuan dengan menggunakan mata uang Dollar
Amerika Serikat untuk pertama kali dilakukan dengan bertitik tolak
dari Neraca akhir tahun buku sebelumnya (dalam mata uang Rupiah)
yang dikonversikan ke mata uang Dollar Amerika Serikat dengan
menggunakan kurs :
a. untuk harga perolehan harta berwujud dan atau harta tidak berwujud
yang mempunyai masa manfaat lebih dari satu tahun menggunakan
kurs yang sebenarnya berlaku pada saat perolehan harta tersebut;
b.untuk akumulasi penyusutan dan atau amortisasi harta sebagaimana
dimaksud pada huruf a menggunakan kurs yang sebenarnya berlaku
pada saat perolehan harta tersebut;
c. untuk harta lainnya dan kewajiban menggunakan kurs yang
sebenarnya berlaku pada akhir tahun buku sebelumnya, berdasarkan
sistem pembukuan yang dianut yang dilakukan secara taat asas;
d.apabila terjadi revaluasi aktiva tetap, di samping menggunakan nilai
historis, atas nilai selisih lebih dikonversi ke dalam mata uang Dollar
Amerika Serikat dengan menggunakan kurs yang sebenarnya berlaku
pada saat dilakukannya revaluasi;
e. untuk laba ditahan atau sisa kerugian dalam mata uang Rupiah dari
tahun-tahun sebelumnya, dikonversi ke dalam mata uang Dollar
Amerika Serikat dengan menggunakan kurs yang sebenarnya berlaku
pada akhir tahun buku sebelumnya, berdasarkan sistem pembukuan
yang dianut yang dilakukan secara taat asas;
f. untuk modal saham dan ekuitas lainnya menggunakan kurs yang
sebenarnya berlaku pada saat terjadinya transaksi;
g.dalam hal terdapat selisih laba atau rugi sebagai akibat konversi dari
mata uang Rupiah ke mata uang Dollar Amerika Serikat sebagaimana
dimaksud pada huruf a, huruf b, huruf c, huruf d, dan huruf e, maka
selisih laba atau rugi tersebut dibebankan pada rekening laba ditahan.
2. Dalam tahun berjalan :
a. Untuk transaksi yang dilakukan dengan mata uang Dollar Amerika
Serikat, pembukuannya dicatat sesuai dengan dokumen transaksi
yang bersangkutan.
b.Untuk transaksi, baik dalam negeri maupun luar negeri, yang
menggunakan mata uang selain Dollar Amerika Serikat,
dikonversikan ke mata uang Dollar Amerika Serikat dengan
menggunakan kurs yang sebenarnya berlaku pada saat terjadinya
transaksi, yaitu sebagai berikut :
1) apabila dari dokumen
transaksi diketahui kurs
yang berlaku, maka kurs
yang dipakai adalah kurs
yang diketahui dari
transaksi tersebut;
2) apabila dari dokumen
transaksi tidak diketahui
kurs yang berlaku, maka
kurs yang dipakai adalah
kurs yang sebenarnya
berlaku, berdasarkan sistem
pembukuan yang dianut
yang dilakukan secara taat
asas.
Pasal 5
(1)Besarnya Pajak Penghasilan Pasal 25 sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 25 ayat (1), ayat (2), dan ayat (4) Undang-Undang Pajak
Penghasilan, untuk Tahun Pajak pertama penyelenggaraan pembukuan
dengan menggunakan bahasa Inggris dan mata uang Dollar Amerika
Serikat adalah sebesar Pajak Penghasilan Pasal 25 dalam mata uang
Rupiah yang dikonversikan dengan menggunakan kurs yang
ditetapkan dalam Keputusan Menteri Keuangan yang berlaku pada
akhir tahun buku sebelum dimulainya pembukuan dengan
menggunakan bahasa Inggris dan mata uang Dollar Amerika Serikat.
(2)Pembayaran Pajak Penghasilan Pasal 25 dan Pasal 29 serta Pajak
Penghasilan Final yang dibayar sendiri oleh Wajib Pajak yang
memperoleh izin untuk menyelenggarakan pembukuan dengan
menggunakan bahasa Inggris dan mata uang Dollar Amerika Serikat,
dapat dilakukan dalam mata uang Rupiah.
(3)Dalam hal pembayaran pajak sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
dilakukan dalam mata uang Rupiah, Wajib Pajak harus
mengkonversikan pembayaran dalam mata uang Rupiah tersebut ke
mata uang Dollar Amerika Serikat dengan menggunakan kurs yang
ditetapkan dalam Keputusan Menteri Keuangan yang berlaku pada
tanggal pembayaran.
Pasal 6
(1)Wajib Pajak yang diizinkan untuk menyelenggarakan pembukuan
dengan menggunakan bahasa Inggris dan mata uang Dollar Amerika
Serikat, wajib menyampaikan Surat Pemberitahuan Tahunan Pajak
Penghasilan Badan beserta lampirannya dalam bahasa Indonesia
kecuali lampiran berupa laporan keuangan dan dalam mata uang
Dollar Amerika Serikat.
(2)Dalam penerapan tarif sebagaimana dimaksud dalam Pasal 17 Undang-
Undang Pajak Penghasilan, lapisan penghasilan kena pajak dikonversi
ke dalam mata uang Dollar Amerika Serikat dengan menggunakan kurs
yang ditetapkan dalam Keputusan Menteri Keuangan yang berlaku
pada akhir Tahun Pajak yang bersangkutan.
(3)Dalam hal terdapat bukti pembayaran atau pemotongan/pemungutan
Pajak Penghasilan Pasal 22 dan Pasal 23 dengan menggunakan mata
uang Rupiah yang akan dikreditkan dalam Surat Pemberitahuan
Tahunan Pajak Penghasilan badan, maka harus dikonversi ke dalam
mata uang Dollar Amerika Serikat dengan menggunakan kurs yang
ditetapkan dalam Keputusan Menteri Keuangan yang berlaku pada
tanggal pembayaran atau pemotongan/pemungutan pajak tersebut.
Pasal 7
(1)Bagi Wajib Pajak yang tidak memperoleh izin untuk menyelenggarakan
pembukuan dengan menggunakan bahasa Inggris dan mata uang
Dollar Amerika Serikat sesuai ketentuan Pasal 2 atau Wajib Pajak dalam
rangka Kontrak Karya atau Wajib Pajak dalam rangka Kontrak Bagi
Hasil yang tidak menyampaikan pemberitahuan secara tertulis ke
Kantor Pelayanan Pajak tempat Wajib Pajak terdaftar sesuai ketentuan
Pasal 3, tetapi tetap menyelenggarakan pembukuan dengan
menggunakan bahasa Inggris dan mata uang Dollar Amerika Serikat,
maka terhadap Wajib Pajak tersebut akan diperlakukan sebagai Wajib
Pajak yang tidak memenuhi kewajiban menyelenggarakan pembukuan
sebagaimana dimaksud dalam ketentuan Pasal 28 Undang-Undang
Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan dan dikenakan sanksi
sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
(2)Bagi Wajib Pajak yang telah diizinkan untuk menyelenggarakan
pembukuan dengan menggunakan bahasa Inggris dan mata uang
Dollar Amerika Serikat atau Wajib Pajak dalam rangka Kontrak Karya
atau Wajib Pajak dalam rangka Kontrak Bagi Hasil yang telah
memberitahukan ke Kantor Pelayanan Pajak tempat Wajib Pajak
terdaftar, namun pembukuannya tetap diselenggarakan dengan
menggunakan bahasa Indonesia atau mata uang Rupiah, izin
pembukuannya dicabut dan Wajib Pajak dimaksud tidak diperbolehkan
lagi mengajukan permohonan untuk rnenyelenggarakan pembukuan
dengan menggunakan bahasa Inggris dan mata uang Dollar Amerika
Serikat.
(3)Perlakuan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) tidak dikenakan
apabila Wajib Pajak mengajukan permohonan pembatalan untuk
menyelenggarakan pembukuan dengan menggunakan bahasa Inggris
dan mata uang Dollar Amerika Serikat dalam batas waktu 3 (tiga) bulan
setelah tahun buku berjalan sebagaimana dimaksud dalam Keputusan
Persetujuan Menteri Keuangan.
(4)Direktur Jenderal Pajak atas nama Menteri Keuangan memberikan
keputusan atas permohonan pembatalan penyelenggaraan pembukuan
dengan menggunakan bahasa Inggris dan mata uang Dollar Amerika
Serikat dalam jangka waktu paling lama 25 (dua puluh lima) hari kerja
sejak diterimanya permohonan dari Wajib Pajak.
(5)Apabila jangka waktu sebagaimana pada ayat (4) telah lewat dan
Direktur Jenderal Pajak belum memberikan keputusan, maka
permohonan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dianggap diterima.
Pasal 8
Sisa kerugian fiskal dalam mata uang Rupiah dari tahun-tahun
sebelumnya yang dapat dikompensasikan ke Tahun Pajak dimulainya
pembukuan dengan menggunakan bahasa Inggris dan mata uang Dollar
Amerika Serikat, dikonversi ke dalam mata uang Dollar Amerika Serikat
dengan menggunakan kurs yang ditetapkan dalam Keputusan Menteri
Keuangan yang berlaku pada akhir tahun buku pada saat kerugian fiskal
tersebut terjadi.
Pasal 9
(1)Wajib Pajak dapat mengajukan permohonan pencabutan atas izin untuk
menyelenggarakan pembukuan dengan menggunakan bahasa Inggris
dan mata uang Dollar Amerika Serikat dengan mengemukakan alasan
pencabutan.
(2)Permohonan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus disampaikan
kepada Direktur Jenderal Pajak, paling lambat 3 (tiga) bulan sebelum
tahun buku yang diselenggarakan dengan menggunakan bahasa
Inggris dan mata uang Dollar Amerika Serikat tersebut berakhir.
(3)Direktur Jenderal Pajak atas nama Menteri Keuangan memberikan
keputusan atas permohonan pencabutan penyelenggaraan pembukuan
dengan menggunakan bahasa Inggris dan mata uang Dollar Amerika
Serikat dalam jangka waktu paling lama 25 (dua puluh lima) hari kerja
sejak diterimanya permohonan dari Wajib Pajak.
(4)Apabila jangka waktu sebagaimana dimaksud pada ayat (3) telah lewat
dan Direktur Jenderal Pajak belum memberikan keputusan, maka
permohonan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dianggap diterima.
Pasal 10
Wajib Pajak yang telah dicabut izinnya sesuai dengan ketentuan dalam
Pasal 9 ayat (3) wajib menyelenggarakan pembukuan dengan
menggunakan bahasa Indonesia dan mata uang Rupiah pada awal tahun
buku berikutnya, dan tidak dapat mengajukan permohonan untuk
menyelenggarakan pembukuan dengan menggunakan bahasa Inggris dan
mata uang Dollar Amerika Serikat dalam jangka waktu 5 (lima) tahun
sejak izin tersebut dicabut.
Pasal 11
Bagi Wajib Pajak yang izinnya untuk menyelenggarakan pembukuan
dengan menggunakan bahasa Inggris dan mata uang Dollar Amerika
Serikat dicabut sesuai ketentuan dalam Pasal 9 ayat (3), konversi
dilakukan dengan bertitik tolak dari Neraca akhir tahun buku
diselenggarakannya pembukuan dengan menggunakan bahasa Inggris
dan mata uang Dollar Amerika Serikat dengan menggunakan kurs yang
berlaku pada peralihan pembukuan dari mata uang Rupiah ke mata uang
Dollar Amerika Serikat sebagaimana diatur dalam Pasal 4 dan sesuai
contoh sebagaimana ditetapkan dalam Lampiran Peraturan Menteri
Keuangan ini.
Pasal 12
Ketentuan lebih lanjut dalam rangka pelaksanaan Peraturan Menteri
Keuangan ini diatur dengan Peraturan Direktur Jenderal Pajak.
Pasal 13
Pada saat Peraturan Menteri Keuangan ini mulai berlaku, Keputusan
Menteri Keuangan Nomor 533/KMK.04/2000 tentang Penyelenggaraan
Pembukuan dalam Bahasa Asing dan Mata Uang Selain Rupiah serta
Penyampaian Surat Pemberitahuan Tahunan dicabut dan dinyatakan
tidak berlaku.
Pasal 14
(1)Bagi Wajib Pajak yang telah memperoleh izin menyelenggarakan
pembukuan dengan menggunakan bahasa lnggris dan mata uang
Dollar Amerika Serikat sebelum berlakunya Peraturan Menteri
Keuangan ini berlaku ketentuan sebagai berikut :
a. tidak perlu mengajukan permohonan baru dan izin tersebut tetap
berlaku;
b.ketentuan yang diatur dalam Peraturan Menteri Keuangan ini
diberlakukan mulai Tahun Pajak 2007.
(2)Bagi Wajib Pajak yang telah mengajukan permohonan izin
menyelenggarakan pembukuan dengan menggunakan bahasa Inggris
dan mata uang Dollar Amerika Serikat sebelum berlakunya Peraturan
Menteri Keuangan ini, maka terhadap pemberian izin tersebut berlaku
Peraturan Menteri Keuangan ini.
Pasal 15
Peraturan Menteri Keuangan ini mulai berlaku sejak tanggal ditetapkan.
Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengumuman
Peraturan Menteri Keuangan ini dengan penempatannya dalam Berita
Negara Republik Indonesia.
Ditetapkan di
Jakarta
pada tanggal
2 Mei 2007
MENTERI
KEUANGAN,
SRI
MULYANI
INDRAWATI

1.2. WP yang diperbolehkan menggunakan mata uang asing


1.2.1. WP Penanaman Modal Asing
1.2.2. WP dalam rangka Kontrak Karya Pertambangan
1.2.3. WP Kontraktor Kontrak Kerja Sama Minyak dan Gas Bumi
1.2.4. BUT
1.2.5. WP yang mendaftarkan emisi sahamnya baik sebagian maupun seluruhnya di
bursa efek luar negeri Kontrak Investasi Kolektif
1.2.6. WP yang berafiliasi langsung dengan perusahaan induk di luar negeri, yaitu
perusahaan anak.
1.2.7. WP yang menyajikan laporan keuangan dalam mata uang fungsionalnya
menggunakan satuan mata uang Dollar Amerika Serikat sesuai dengan SAK yang
berlaku di Indonesia

1.3. Pernyataan sak terkait transaksi dalam mata uang asing


Pernyataan SAK tentang Transaksi Dalam Mata Uang Asing (PSAK 10)
1. Pengakuan selisih kurs, baik sebagai laba atau kerugian dalam laporan rugi laba
Wajib Pajak, atas transaksi dalam mata uang asing akibat devaluasi atau
depresiasi luar biasa suatu mata uang yang tidak memungkinkan dilakukanya
hedging;
2. Pengakuan selisih kurs, yang akan diakui sebagai keuntungan atau kerugian
kurs periode berjalan, karena selisih kurs tunai (spot rate) dan kurs masa depan
(forward rate) misalnya karena adanya swap valuta asing untuk hedging
Berdasarkan dalam Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan Nomor 10 (PSAK
10), ketika pada akhir periode terdapat perbedaan nilai dengan awal periode,
selisih laba atau selisih rugi yang terjadi dapat disajikan dalam OCI (Other
Comprehensive Income).

1.4. Perlakuan pajak atas selisih kurs


selisih kurs menurut akuntansi adalah selisih yang dihasilkan dari penjabaran
sejumlah tertentu satu mata uang ke dalam mata uang lain pada kurs yang berbeda.
Dalam pengakuan keuntungan atau kerugian selisih kurs, ketentuan pajak mengacu pada
ketentuan akuntansi sebagaimana disebutkan dalam penjelasan Pasal 4 ayat (1) huruf l
dan penjelasan Pasal 6 ayat (1) huruf e Undang-undang No. 7 Tahun 1983 s.t.d.t.d.
Undang-undang No. 11 tahun 2020 tentang Cipta Kerja (“UU PPh”).
“Keuntungan yang diperoleh karena fluktuasi kurs mata uang asing diakui
berdasarkan sistem pembukuan yang dianut dan dilakukan secara taat asas sesuai
dengan Standar Akuntansi Keuangan yang berlaku di Indonesia.”
(Penjelasan Pasal 4 (1) huruf l UU PPh)
“Kerugian karena fluktuasi kurs mata uang asing diakui berdasarkan sistem
pembukuan yang dianut dan dilakukan secara taat asas sesuai dengan Standar
Akuntansi Keuangan yang berlaku di Indonesia.”
(Penjelasan Pasal 6 ayat 1 huruf e UU PPh)
Sesuai Paragraf 26 PSAK (Pedoman Standar Akuntansi Keuangan) 10,
keuntungan selisih kurs diakui sebagai laba saat periode terjadinya keuntungan tersebut.
Demikian pula kerugian selisih kurs akan diakui sebagai rugi saat periode terjadinya
kerugian tersebut. Sejalan dengan pedoman akuntansi tersebut, pajak juga mengakui
keuntungan selisih kurs sebagai penghasilan sebagaimana dijelaskan dalam Pasal 4 ayat
(1) huruf l UU PPh yang dikutip di bawah ini.
“Yang menjadi objek pajak adalah penghasilan, yaitu setiap tambahan
kemampuan ekonomis yang diterima atau diperoleh Wajib Pajak, baik yang berasal
dari Indonesia maupun dari luar Indonesia, yang dapat dipakai untuk konsumsi atau
untuk menambah kekayaan Wajib Pajak yang bersangkutan, dengan nama dan dalam
bentuk apa pun, termasuk:
l. keuntungan selisih kurs mata uang asing.”
(Pasal 4 ayat (1) huruf l UU PPh)
Artinya, keuntungan selisih kurs akan diakui sebagai penghasilan menurut pajak
dalam tahun berjalan diperolehnya keuntungan tersebut. Kemudian, kerugian selisih
kurs juga dapat diakui sebagai biaya yang dapat dikurangkan dari perhitungan
Penghasilan Kena Pajak sebagaimana diatur dalam Pasal 6 ayat (1) huruf e UU PPh
yang berbunyi:
“Besarnya Penghasilan Kena Pajak bagi Wajib Pajak dalam negeri dan bentuk
usaha tetap, ditentukan berdasarkan penghasilan bruto dikurangi biaya untuk
mendapatkan, menagih, dan memelihara penghasilan, termasuk:
e. kerugian selisih kurs mata uang asing.”
(Pasal 6 ayat (1) huruf e UU PPh)
Dari ketentuan di atas, menurut pajak, kerugian atau keuntungan selisih kurs akan
diakui pada saat kerugian atau keuntungan tersebut telah terealisasi dalam tahun
berjalan. Sementara, keuntungan atau kerugian selisih kurs yang belum terealiasi tidak
dapat diakui sebagai penghasilan atau biaya.
Perlu diketahui juga, tidak semua keuntungan atau kerugian selisih kurs mata
uang asing dapat diakui sebagai penghasilan. Pada Pasal 9 ayat (2) Peraturan
Pemerintah Nomor 94 Tahun 2010 s.t.d.d. Peraturan Pemerintah Nomor 45 Tahun 2019
(“PP-94/2010”) disebutkan bahwa:

“Keuntungan atau kerugian selisih kurs mata uang asing sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) yang berkaitan langsung dengan usaha Wajib Pajak yang:
a. dikenakan Pajak Penghasilan yang bersifat final; atau
b. tidak termasuk objek pajak;
tidak diakui sebagai penghasilan atau biaya.”
(Pasal 9 ayat (2) PP-94/2010)
Ayat tersebut menjelaskan bahwa keuntungan atau kerugian selisih kurs yang
tidak diakui sebagai penghasilan atau biaya adalah keuntungan atau kerugian selisih
kurs yang berkaitan langsung dengan usaha Wajib Pajak yang dikenakan PPh Final atau
bukan merupakan objek pajak.
Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa kerugian atau keuntungan selisih
kurs yang telah terealisasi dapat diakui sebagai penghasilan dan dapat dibebankan
sebagai pengurang Penghasilan Kena Pajak. Namun, kerugian atau keuntungan selisih
kurs yang berhubungan langsung dengan kegiatan usaha Wajib Pajak yang dikenakan
PPh final atau bukan objek pajak tidak diakui sebagai penghasilan atau biaya menurut
pajak. Keuntungan dan kerugian selisih kurs yang dapat diakui secara perpajakan adalah
yang telah terealisasi, bukan unrealized gain/loss.

1.5. Pelaporan ppn dan transaksi dalam rupiah


Dalam pelaporan faktur pajak elektronik, mata uang yang digunakan hanya rupiah
dan untuk penyerahan BKP dan/atau penyerahan JKP yang menggunakan mata uang
selain Rupiah maka harus terlebih dahulu dikonversikan ke dalam mata uang Rupiah
dengan menggunakan kurs yang berlaku menurut KMK pada saat pembuatan e-faktur.

1.6. Dasar penggunaan nilai kurs pajak


• Pelunasan Bea Masuk.
• Pajak Pertambahan Nilai Barang dan Jasa.
• PPh atas pemasukan barang.
• Pajak Penjualan atas Barang Mewah.
• Pajak ekspor.
• Utang pajak yang berhubungan dengan Pajak Pertambahan Nilai barang dan jasa serta
Pajak Penjualan atas Barang Mewah.
• Penghasilan yang telah diterima berupa mata uang asing dan harus dinilai terlebih
dahulu ke dalam mata uang Rupiah atau telah dirupiahkan.
Berdasarkan Keputusan Menteri Keuangan, kurs pajak diatur secara periodik pada
tiap akhir pekan. Ketentuan tersebut akan digunakan Wajib Pajak untuk melakukan
transaksi terkait penggunaan mata uang asing untuk keperluan konversi ke Rupiah. Kurs
pajak dimanfaatkan pada saat terjadinya transaksi, seperti penerbitan faktur pajak,
penentuan harga jual produk impor, dan nilai ekspor. Sehingga perhitungan beban pajak
yang harus dibayarkan bisa dilakukan dengan mudah.

1.7. Contoh perhitungan kurs mkk dan kurs bi


 Contoh kurs MKK
Perusahaan X melakukan penjualan barang elektronik dengan harga jual
$1.100 dengan nilai kurs yang ditetapkan oleh Menteri Keuangan adalah $1 =
Rp14.000,00. Maka harga jual sebagai Dasar Pengenaan Pajak sebesar: 1.100 x
Rp14.000,00 = Rp15.400.000,00. PPN : 10 % x Rp15.400.000,00 =
Rp1.540.000,00.

 Contoh Kurs BI
Saldo awal akun Kas dan Bank dalam mata uang Dolar (USD) adalah
sebesar $2.500. Jika dikurskan adalah sebesar Rp35.000.000,00 dengan nilai kurs
per 1 Dolar adalah Rp14.000,00. Pada akhir tahun buku perusahaan nilai kurs per
1 Dolar adalah Rp14.500,00. Dengan asumsi saldo akun Kas dan Bank yang sama
dengan saldo awal sebesar $2.500, jika di kurskan menjadi Rp36.250.000,00
BAB III
PENUTUP

1. Kesimpulan
Wajib Pajak Badan diperkenankan untuk menggunakan mata uang asing dalam
pembukuan dan pelaporan pajak sesuai Pasal 3 UU KUP dimana pembukuan dalam
mata uang asing harus memperoleh ijin terlebih dahulu dari Menteri Keuangan.
Dalam pelaporan faktur pajak elektronik, mata uang yang digunakan hanya rupiah
dan untuk penyerahan BKP dan/atau penyerahan JKP yang menggunakan mata uang
selain Rupiah maka harus terlebih dahulu dikonversikan ke dalam mata uang Rupiah
dengan menggunakan kurs yang berlaku menurut KMK pada saat pembuatan e-
faktur.
Berdasarkan Keputusan Menteri Keuangan, kurs pajak diatur secara periodik pada
tiap akhir pekan. Ketentuan tersebut akan digunakan Wajib Pajak untuk melakukan
transaksi terkait penggunaan mata uang asing untuk keperluan konversi ke Rupiah.
Kurs pajak dimanfaatkan pada saat terjadinya transaksi, seperti penerbitan faktur
pajak, penentuan harga jual produk impor, dan nilai ekspor. Sehingga perhitungan
beban pajak yang harus dibayarkan bisa dilakukan dengan mudah.

Anda mungkin juga menyukai