Anda di halaman 1dari 12

ISSN: 2303-288X Vol. 4, No.

2, Oktober 2015

MODEL MENTAL MAHASISWA CALON GURU KIMIA DALAM


MEMAHAMI BAHAN KAJIAN STEREOKIMIA
I Wayan Suja

Jurusan Pendidikan Kimia


Universitas Pendidikan Ganesha

E-mail: suja_undiksha@yahoo.co.id

Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk: (1) menentukan distribusi model mental mahasiswa calon guru
kimia dalam memahami bahan kajian Stereokimia, serta (2) mengidentifikasi dan
mendeskripsikan miskonsepsi khusus (specific misconceptions) dan model mental alternatif
yang dimiliki oleh mahasiswa calon guru kimia. Subyek penelitian adalah mahasiswa Jurusan
Pendidikan Kimia FMIPA UNDIKSHA yang sedang mengambil mata kuliah Kimia Organik III di
Kelas C Semeter V pada tahun ajaran 2013/2014. Jumlah subyek penelitian sebanyak 28
orang. Data dikumpulkan melalui instrumen tes hasil belajar berbentuk pilihan ganda dua
tingkat, terdiri dari bagian isi dan bagian alasan. Analisis data dilakukan secara deskriptif.
Hasil penelitian menunjukkan,(1) model mental mahasiswa calon guru kimia dalam memahami
bahan kajian Stereokimia adalah: tidak ada konsep (20,71%), miskonsepsi spesifik (33,04%),
model mental alternatif (12,50%), dan benar secara ilmiah (33,75%); serta (2) miskonsepsi
tertinggi (92,86%) terjadi pada penentuan konfigurasi (R/S) senyawa berdasarkan proyeksi
Newman, dan model mental alternatif tertinggi (32,14%) pada penggambaran proyeksi Fischer
stereoisomer yang diketahui konfigurasi absolutnya.
Kata kunci: model mental, stereokimia, miskonsepsi, model mental alternatif.

Abstract
This study aims to: (1) determine the distribution of mental models chemistry student teachers
in understanding the study materials stereochemistry, and (2) identify and describe special
misconceptions (specific misconceptions) and alternative mental models held by student
teachers of chemistry. Subjects were students of the Department of Chemistry Education
UNDIKSHA who are taking courses in Organic Chemistry III, Class C meter V in the academic
year 2013/2014. The number of study subjects were 28 people. Data were collected through
achievement test multiple choice of two levels, consists of the contents and part of the reason.
The data were analyzed descriptively. Results showed that (1) the mental models chemistry
student teachers in understanding the study materials stereochemistry is: there is no concept of
(20.71%), specific misconceptions (33.04%), alternative mental models (12.50%), and
scientifically true (33.75%); and (2) the highest misconceptions (92.86%) occurred in the
determination of the configuration (R / S) compounds based on projections of Newman, and
alternative mental models the highest (32.14%) in the depiction of the Fischer projection
stereoisomer of known absolute configuration.

Keywords: mental models, stereochemistry, misconceptions, alternative mental models.

PENDAHULUAN senyawa. Bahan kajian stereokimia


Stereokimia merupakan studi menjadi menarik karena
tentang struktur tiga dimensi molekul menggabungkan aspek geometri,
(Wade, 2006), yang mencakup tiga topologi, dan struktur kimia dalam studi
aspek, yaitu: isomer geometri, bentuk tiga dimensi molekul. Bahan
konformasi, dan kiralitas molekul kajian tersebut juga menjadi penting
(Morrison & Boyd, 1989). Ketiga aspek karena tubuh makhluk hidup dibentuk
tersebut merupakan landasan untuk oleh unit-unit kiral, seperti asam amino,
memahami struktur dan reaktivitas nukleotida, dan gula, yang secara alami

Jurnal Pendidikan Indonesia | 623


ISSN: 2303-288X Vol. 4, No.2, Oktober 2015

ada dalam bentuk enantiomer murni. kimia, sebagaimana ditampilkan pada


Kiralitas molekul menjadi penting dalam Gambar 1.
kaitan dengan pemanfaatan senyawa
organik, yang menjadi target
transformasi dan sintesis senyawa-
senyawa bahan obat (Schreiner et al.,
2011). Kondisi itu menyebabkan
stereokimia merupakan bahan kajian
yang sangat penting dalam bidang kimia
organik, namun sering dipandang sulit
oleh sebagian mahasiswa.
Kemampuan untuk memahami
dan menerapkan hubungan antara
struktur dan sifat senyawa merupakan Gambar 1. Keterkaitan Tiga Level Kimia
kompetensi inti dalam pembelajaran dengan Model Mental
kimia. Namun, berbagai hasil penelitian
menunjukkan bahwa sebagian besar Model mental yang sesungguhnya
pebelajar harus berjuang keras agar dalam pikiran pebelajar sangat rumit
bisa memahaminya (Kind dalam Maeyer dan sulit digambarkan, namun
&Talanquer, 2013). Gagasan bahwa memungkinkan untuk digali dari
sifat makroskopik materi muncul dari ekspresi mereka tentang suatu
interaksi partikel-partikel materi sulit fenomena atau pemecahan masalah.
dipahami oleh mahasiswa. Sebaliknya, Model mental seseorang pada
penalaran akal sehat sering umumnya diselidiki melalui penafsiran
menyebabkan mereka menganggap atas model yang diekspresikan dalam
bahwa sifat makroskopis dihasilkan dari berbagai bentuk, yang oleh Bouter &
rerata sifat komponen-komponen Buckley dalam Park (2006)
penyusunnya (Talanquer, 2006). Di sisi dikategorikan menjadi lima tipe, yaitu
lain, temuan penelitian Maeyer model visual, model simbolik, model
&Talanquer (2013) menunjukkan, dalam gerak isyarat, model objek nyata, dan
menjelaskan sifat zat, banyak model verbal. Kualitas model mental
mahasiswa mengandalkan pena-laran pebelajar ditentukan berdasarkan
intuitif dan beberapa mengalami kesesuaiannya dengan model
miskonsepsi. konseptual yang telah diakui oleh
Ide-ide dalam pikiran pebelajar masyarakat ilmiah dan ketepatannya
yang digunakannya untuk menggambar- untuk memprediksi dan menjelaskan
kan, menjelaskan, dan memprediksi fenomena alam. Selain itu, deskripsi
sebuah fenomena dinamakan model model mental kimia pebelajar berhu-
mental (Jansoon, 2009; Wang, 2007). bungan dengan triplet kimia, yang
Pembentukan model mental dipengaruhi meliputi level makroskopis, submikros-
oleh pengalaman dan pengetahuan kopis, dan simbolik, serta interkoneksi
awal pebelajar, sikap dan keyakinan ketiga level tersebut (Andini, 2010;
mereka, serta persoalan-persoalan yang Maulana, 2011).
dihada-pinya. Dalam kaitan dengan Model mental adalah representasi
pembelajaran kimia, model mental pribadi mental seseorang terhadap
dibangun melalui proses pengamatan, suatu ide atau konsep. Model mental
penafsiran, penjelasan, imaginasi, dan dapat digambarkan sebagai model
pemahaman wacana ilmiah konseptual, representasi mental/internal,
(Chittleborough, 2004; Jansoon, 2009). gambaran mental, proses mental, suatu
Sebelumnya, Glynn & Duit (1995) konstruksi yang tidak dapat diamati, dan
merekomendasikan agar model mental representasi kognitif pribadi
dianggap sebagai bagian penting dari (Chittleborough,2007: 278). Model
kerangka konseptual pebelajar, yang mental dalam organisasi belajar
oleh Jansoon (2009), digambarkan menurut Senge (2002: 279-280),
sebagai irisan interkoneksi ketiga level merupakan gambaran, asumsi dan

Jurnal Pendidikan Indonesia | 624


ISSN: 2303-288X Vol. 4, No.2, Oktober 2015

kisah yang dibawa dalam benak setiap menjadi lebih kompleks, dan
individu tentang dirinya sendiri, orang memungkinkan terjadinya modifikasi
lain, lembaga-lembaga dan setiap aspek terhadap konsep dan hubungannya.
dari dunia luar. Model mental yang dimilki dan
Menurut Buckley & Boulter digunakan siswa dalam
(2007:7) model mental adalah menyelesaikan permasalahan,
representasi intrinsik benda, ide atau menjawab pertanyaan dan membuat
proses yang dihasilkan individu selama prediksi yang ditunjukan sebagai model
fungsi kognitif. Pembelajar yang ditampilkan (expressed model).
menggunakan model untuk Konstruksi model mental adalah
mengemukakan alasan, inti dari suatu pembelajaran bermakna,
mendeskripsikan, menjelaskan, dimana dalam memahami dan menalar
memprediksikan suatu fenomena dan bagaimana suatu sistem bekerja,
menghasilkan model ekspresi dalam seorang individu perlu menyusun suatu
berbagai format (misalnya deskripsi model mental diotaknya terhadap sistem
verbal, diagram, simulasi atau model yang dihadapinya tersebut. Setiap
kongkrit). individu dalam tahap ini akan
Menurut Franco dan Colinvaux membangun jaringan konsepkonsep
(2007: 22) disimpulkan empat terkait dan memahami hubungan
karakteristik model mental, yaitu: 1. fungsional dari sejumlah aspek dan
Model mental adalah generatif: model tingkatan yang berbeda dari sistem
mental dapat mengawali informasi baru tersebut (Abdullah, 2006 dalam
dengan memanfaatkan model mental Sunyono, 2012: 9). Model mental yang
tersebut untuk meramalkandan untuk dianalisis dalam penelitian ini
menghasilkan penjelasan. 2. Model merupakan model-model yang
mental melibatkan pengetahuan yang diekspresikan (expressed models)
tidak dapat diucapkan: individu sebagai eksternal model mental, yang
menggunakan model mental mereka merupakan hasil dari internal model
untuk memecahkan suatu Masalah atau mental oleh responden yang diteliti.
memahami informasi baru, tetapi Sunyono, Leny Yuanita, dan
mereka mungkin tidak menyadari Muslimin Ibrahim. 2011. Model Mental
terhadap model mental yang mereka Pebelajar Tahun Pertama dalam
miliki dan bagaimana mereka Mengenal Konsep Stoikiometri (Studi
menggunakannya. 3. Model mental Pendahuluan pada Pebelajar Program
adalah sintetik: sebuah model mental Studi Pendidikan Kimia FKIP Universitas
adalah dinamis dan terus menerus Lampung. Prosiding Seminar Nasional
dimodifikasi sesuai informasi baru yang V.6 Juli 2011. Yogyakarta: Universitas
dimasukkan kedalamnya. 4.Model Islam Indonesia.
mental dipengaruhi oleh dunia yang Sehubungan dengan model
dilihat: pengembangan dan penerapan mental dalam memahami hubungan
model mental dipengaruhi oleh antara struktur molekul dengan sifat
pengetahuan individu sebelumnya, senyawa, pada penelitian ini telah
pengalaman, dan keyakinan. dilakukan analisis model mental
Menurut Coll & Treagust dalam mahasiswa calon guru kimia dalam
Wang (2007:25) model mental dibagi 3 memahami bahan kajian stereokimia.
tipe, yaitu model mental ilmiah, model Bahan kajian tersebut memuat struktur
mental konseptual dan modelmental Model tiga dimensi molekul dan
alternatif. Hal ini sejalan dengan kontribusinya terhadap kereaktivan
pendapat yang dikemukan senyawanya. Analisis model mental
Chittleborough (2004: 198), bahwa dilakukan terhadap mahasiswa
model mental siswa dipengaruhi oleh semester V ke atas yang sedang
model ilmiah/konsensus dan model mengambil mata kuliah Kimia Organik III
pengajar. Model mental yang dihasilkan dan telah mengambil Kimia Organik I
siswa kemudian berkembang dan dimana bahan kajian stereokimia
tersebut diajarkan. Tujuan penelitian ini

Jurnal Pendidikan Indonesia | 625


ISSN: 2303-288X Vol. 4, No.2, Oktober 2015

adalah: (1) menentukan distribusi model alasan atas jawabannya pada bagian
mentalmahasiswa calon gurukimia pertama (Coll dalam Wang, 2007).
dalam memahami bahan kajian Menurut Senduret al.,(2010),
stereokimia, serta (2) mengidentifikasi model mental pebelajar dapat
dan mendes-kripsikan miskonsepsi dikelompokkan menjadi empat kategori
khusus (specific misconceptions) dan berikut.
model mental alternatif yang dimiliki oleh a. Tidak ada jawaban/tanggapan (No
mahasiswa calon guru kimia. Dengan Response/ NR), jika pebelajar tidak
mengetahui miskonsepsi dan model memberikan jawaban dan tidak
mental alternatif mahasiswa, membuat alasan, atau menjawab
memungkinkan untuk melakukan tindak dengan penjelasan tidak berkaitan
lanjut berupa remidiasi secara bertahap dengan pertanyaan. Istilah untuk
dan berkelanjutan pada mata-mata tipe ini adalah tidak ada konsep.
kuliah rumpun Kimia Organik. b. Miskonsepsi khusus pada hal
tertentu (Specific Misconceptions/
METODE SM), yaitu ketika jawaban dan
Penelitian ini dilaksanakan di penjelasan tidak dapat diterima
Jurusan Pendidikan Kimia,Fakultas secara keilmuan.
MIPA, UNDIKSHA pada semester ganjil c. Benar sebagian (Partially
tahun ajaran 2013/2014. Subjek pene- Correct/PC) jika jawaban benar
litiannya adalah mahasiswa yang secara keilmuan, namun
sedang menempuh Mata Kuliah Kimia penjelasan/alasan tidak benar; atau
Organik III, di Kelas C, sebanyak 28 jawaban tidak benar secara
orang. keilmuan, namun penjelasannya
Penelitian dirancang mulai dari benar. Tipe ini dikenal sebagai
tahapan: (1) penyusunan instrumen, (2) model mental alternatif.
validasi instrumen, (3) uji coba d. Benar secara keilmuan
instrumen, (4) pengumpulan data, (5) (Scientifically Correct/SC), jika
analisis data hasil penelitian, serta (6) jawaban dan penjelasan benar
pelaporan dan publikasi hasil penelitian. secara keilmuan.
Instrumen yang digunakan adalah tes
Model mental demikian sering juga
hasil belajar yang dirancang khusus
disebut model mental tipe I sampai IV,
untuk mengidentifikasi model mental
yang masing-masing berkaitan dengan
mahasiswa dalam memahami bahan
tidak ada tanggapan (NR), terjadi
kajian stereokimia, berupa tes pilihan
miskonsepsi (SM), model mental
ganda dua tingkat (twotier test), yang
alternatif (PC), dan model mental ilmiah
terdiri dari bagian isi dan bagian alasan.
(SC).
Bagian pertama memuat respon
mahasiswa terhadap pilihan jawaban
HASIL DAN PEMBAHASAN
yang disediakan berkaitan dengan
Hasil penelitian berupa distribusi
konten; sedangkan bagian kedua,
model mental mahasiswa calon guru
menuntut mahasiswa agar memberikan
kimia dalam memahami bahan kajian
stereokimia dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Rekapitulasi Model Mental Mahasiswa Calon Guru tentang Stereokimia


Model Mental
NS Indikator % %
NR %NR SM %SM PC SC
PC SC
Menentukan isomer geometri
1 2 7,14 3 10,71 1 3,57 22 78,57
alkena.
Menentukan isomer geometri
11 12 42,86 7 25,00 2 7,14 7 25,00
sikloalkana
Memprediksi kestabilan
2 1 3,57 0 0,00 2 7,14 25 89,29
konformasi molekul alkana.
12 Memprediksi kestabilan isomer 11 39,29 10 35,71 3 10,71 4 14,29

Jurnal Pendidikan Indonesia | 626


ISSN: 2303-288X Vol. 4, No.2, Oktober 2015

Model Mental
NS Indikator % %
NR %NR SM %SM PC SC
PC SC
geometri sikloalkana
terdisubstitusi.
Membandingkan titik lelehisomer-
3 isomer geometri asam 5 17,86 19 67,86 3 10,71 1 3,57
butenadioat.
Membandingkan titik didihisomer-
13 isomer geometri senyawa 8 28,57 17 60,71 2 7,14 1 3,57
alkanadiol.
Membandingkan kontribusi
4 bentuk-bentuk konformer 13 46,43 7 25,00 4 14,29 4 14,29
terhadap keasaman senyawanya.
Menjelaskan keasaman senyawa
14 berdasarkan struktur isomer 15 53,57 5 17,86 7 25,00 1 3,57
geometrinya.
Menentukan hubungan antara
5 struktur isomer geometri molekul 4 14,29 7 25,00 6 21,43 11 39,29
dengan kelarutannya dalam air.
Menentukan kontribusi
bentukkonformasi 1,2-alkanadiol
15 9 32,14 6 21,43 9 32,14 4 14,29
terhadap kelarutan senyawanya
dalam air.
Menentukan analogi yang paling
6 relevan dengan sifat kiralitas 0 0,00 0 0,00 2 7,14 26 92,86
senyawa.
Menentukan analogi yang paling
16 relevan dengan sifat akiral 2 7,14 2 7,14 2 7,14 22 78,57
senyawa.
Menerapkan hubungan antara
keberadaan unsur-unsur simetri
7 4 14,29 1 3,57 7 25,00 16 57,14
molekul dengan aktivitas
optiknya.
Menentukan hubungan antara
unsur-unsur simetri molekul
17 11 39,29 12 42,86 2 7,14 3 10,71
senyawa siklik dengan kiralitas
senyawanya.
Menentukan konfigurasi absolut
8 (R/S) senyawa berdasarkan 6 21,43 10 35,71 4 14,29 8 28,57
struktur tiga dimensinya.
Menentukan konfigurasi (R/S)
18 senyawa berdasarkan proyeksi 4 14,29 3 10,71 2 7,14 19 67,86
Fischernya.
Menentukan konfigurasi (R/S)
9 senyawa berdasarkan proyeksi 1 3,57 26 92,86 0 0,00 1 3,57
Newmanya.
Menentukan proyeksi Newman
senyawa yang diketahui nama
19 1 3,57 18 64,29 2 7,14 7 25,00
IUPACnya lengkap dengan
konfigurasi absolutnya (R/S)
Menggambar proyeksi Fischer
stereoisomer yang diketahui
10 3 10,71 9 32,14 9 32,14 7 25,00
konfigurasi absolut atom-atom
karbon kiralnya.
Menentukan stereoisomer
20 senyawa yang diketahui proyeksi 4 14,29 23 82,14 1 3,57 0 0,00
Fischernya.
Total 116 20,71 185 33,04 70 12,50 189 33,75
Keterangan:NR (No Response) = jumlah tidak ada tanggapan (tidak memiliki konsep),

Jurnal Pendidikan Indonesia | 629


ISSN: 2303-288X Vol. 4, No.2, Oktober 2015

SM (Specific Misconceptions) = jumlah mengalami miskonsepsi,


PC (Partially Correct) = jumlah model mental alternatif,
SC (Scientifically Correct) = jumlah model mental ilmiah.

Data dalam Tabel 1 di atas Mereka yang mengalami miskonsepsi


menunjukkan, 78,57% mahasiswa telah mengaitkan polaritas senyawa dengan
memiliki model mental ilmiah berkaitan titik didih dan titik leleh senyawanya.
dengan penentuan senyawa alkena Molekul-molekul yang lebih polar,
yang memiliki isomer geometri. dalam hal ini asam maleat diprediksi
Pemahaman mereka ada pada memiliki titik leleh lebih tinggi
levelsimbolik dan mampu dibandingkan asam fumarat. Hal yang
menampilkannya dalam bentuk model sama juga terjadi pada penentuan titik
visual berupa rumus struktur alkena. didih isomer-isomer geometri senyawa
Penguasaan model mental ilmiah siklobutanadiol. Di sisi lain, tipe model
mahasiswa calon guru pada mental alternatif memandang titik didih
pemahaman isomer geometri ternyata dan titik leleh berkaitan dengan
menurun pada senyawa siklik (hanya kestabilan senyawa. Menurut mereka,
mencapai 25,00%), dan sebagian besar diperlukan energi yang lebih besar
(42,86%) tidak memiliki konsep. Kondisi untuk memutuskan ikatan dalam
itu mengindikasikan, sebagian besar struktur molekul yang lebih stabil,
mahasiswa tidak mampu sehingga titik didih atau titik leleh
menggambarkan struktur molekul senyawanya menjadi lebih tinggi.
senyawa, sehingga mereka tidak bisa Dalam hal ini, jawaban mereka benar,
menentukan letak dan orientasi namun alasannya salah.
substituen-substiuennya. Pada Titik didih dan titik leleh senyawa
kemampuan untuk memprediksi sesungguhnya tidak berkaitan dengan
kestabilan bentuk-bentuk konformasi polaritas dan kestabilan molekul,tetapi
molekul, sebagian besar mahasiswa dengan interaksi antar molekul-
(89,29%) telah memiliki model mental molekulnya. Semakin kuat gaya tarik
ilmiah. Model mentalnya ada pada antar molekulnya, semakin tinggi titik
level simbolik dan mampu didih atau titik leleh senyawa tersebut.
menampilkannya dalam bentuk model Dalam kasus yang diberikan, titik didih
visual berupa proyeksi Newman. ditentukan oleh keberadaan ikatan
Namun, kemampuan tersebut tidak hidrogen intermolekuler dan
muncul pada saat digunakan untuk intramolekuler. Ikatan hidrogen antar
menjelaskan kestabilan isomer- molekul menyebabkan titik didih dan
isomersikloalkana terdisubstitusi yang titik leleh senyawa lebih tinggi
melibatkan konsep konformasi dan dibandingkan isomer lain yang
isomer geometri. Sebanyak 39,29% mengalami ikatan hidrogen
tidak memiliki konsep berkaitan dengan intramolekuler. Selain itu, proses
masalah tersebut; 35,71% mengalami mendidih atau meleleh sebagai bentuk
miskonsepsi; 10,71% memiliki model perubahan fisika tidak melibatkan
mental alternatif, dan hanya 14,29% pemutusan ikatan antar atom dalam
memiliki model mental ilmiah. molekul. Untuk menjelaskan hal
Rendahnya model mental ilmiah itu,mahasiswa harus menguasai model
mahasiswa pada masalah tersebut mental level submikroskopis partikel
disebabkan mereka masih mengalami materi didukung dengan model mental
miskonsepi, yang memandang setiap level simboliknya.
isomer trans selalu lebih stabil Lemahnya pemahaman
dibandingkan isomer cis-nya. mahasiswa berkaitan dengan korelasi
Sebagian besar mahasiswa struktur molekul dan kereaktivan
mengalami miskonsepsi (di atas senyawa juga tampak pada
60,00%) dalam menjela-skan titik didih kemampuannya untuk memprediksi
dan titik leleh senyawa, serta sebagian kontribusi bentuk konformasi molekul
lagi memiliki model mental alternatif. terhadap kekuatan asam senyawanya.

Jurnal Pendidikan Indonesia | 630


ISSN: 2303-288X Vol. 4, No.2, Oktober 2015

Sebagian besar mahasiswa (46,43%) kelarutannya. Asam maleat lebih polar


tidak memiliki konsep, dan 25% dibandingkan asam fumarat, sehingga
mengalami miskonsepsi. Mereka yang kelarutan asam maleat dalam air lebih
tidak memiliki konsep tidak mengetahui tinggi dibandingkan asam fumarat.
hubungan antara bentuk konformasi Sebagian di antaranya (25,00 %)
dengan kekuatan asam. Sedangkan, mengalami miskonsepsi, dan 21,43%
yang mengalami miskonsepsi rata-rata memiliki model mental alternatif.
memandang konformasi gaus memiliki Mereka yang mengalami miskonsepsi
keasaman paling tinggi karena mampu menyatakan asam fumarat lebih mudah
membentuk ikatan hidrogen larut dalam air karena lebih mampu
intramolekuler yang bersifat stabil. Di membentuk ikatan hidrogen dengan
sisi lain, yang memiliki tipe model molekul-molekul air. Di sisi lain,
mental alternatif (14,29%) menyatakan mahasiswa yang memiliki model mental
bentuk eklips penuh menyumbangkan alternatif memperkirakan asam maleat
sifat keasaman paling kuat karena lebih mudah larut dalam air karena
terjadi tolak-menolak antar gugus adanya ikatan hidrogen intramolekuler,
hidroksil yang saling berimpit, sehingga karena kurang stabil, dan juga karena
lebih mudah melepaskan ion H+. titik lelehnya lebih rendah.
Sesungguhnya, keasaman senyawa Ketidakmampuan mahasiswa untuk
asam 2,3-dimetilbutanadioat memang menjelaskan fenomena makroskopis
paling tinggi disumbangkan oleh berkaitan dengan kelarutan senyawa
konformasi gausnya, namun disebabkan oleh kurangnya
disebabkan oleh terjadinya ikatan kemampuan untuk melakukan
hidrogen intramolekuler antar kedua penalaran pada tingkat submikroskopis,
gugus –OH yang saling berimpit. walaupun mereka sudah mampu
Struktur tersebut menyebabkan lebih memvisualisasikan dalam bentuk
mudah melepaskan ion H+. rumus struktur pada level simbolik.
Sejalan dengan penentuan sifat Berkaitan dengan kontribusi
keasaman senyawa asam butanadioat, bentuk konformer senyawa 1,2-
sebagian besar mahasiswa (53,57%) etanadiol terhadap kelarutannya,
juga tidak memiliki konsep untuk proporsi mahasiswa yang tidak memiliki
membandingkan kekuatan asam konsep sama dengan yang memiliki
maleat (bentuk cis) dengan asam model mental alternatif, yaitu sebanyak
fumarat (bentuk trans). Sebanyak 25% 32,14%; sedangkan yang memiliki
mahasiswa memiliki model mental model mental ilmiah hanya mencapai
alternatif. Mereka mengetahui 14,29%. Rendahnya kemampuan
keasaman asam maleat lebih kuat mahasiswa untuk memprediksi
dibandingkan dengan asam fumarat, kelarutan senyawa disebabkan
namun alasannya tidak tepat. ketidakmampuannya dalam
Penjelasan mereka berkaitan dengan menjelaskan fungsi struktur molekul
kelarutan senyawa. Menurutnya, asam terhadap sifat makroskopis
maleat lebih mudah larut dalam air, senyawanya. Sesungguhnya,
sehingga lebih mudah terionisasi untuk kelarutan senyawa dalam air ditentukan
menghasilkan ion H+. Sedangkan, oleh polaritas senyawa, dan dalam
argumentasi ilmiah berkaitan dengan konteks struktur konformasi, polaritas
keasaman senyawa asam maleat tertinggi dimiliki oleh konformasi
dikaitkan dengan kemampuannya untuk dengan gugus-gugus –OH pada posisi
membentuk ikatan hidrogen eklips penuh (momen dipol terbesar).
intramolekuler yang berdampak pada Dalam kasus ini, mahasiswa harus
kemudahan untuk melepaskan ion H+. mampu menggambar dan
Pada penentuan kelarutan isomer memvisualisasikan struktur tiga dimensi
geometri dalam air, sebagian besar molekul dan memprediksi polaritasnya.
mahasiswa (39,29%) telah memiliki Semakin besar resultan vektor momen-
model mental ilmiah dengan momen gugus senyawa, polaritasnya
mengaitkan polaritas senyawa dengan semakin kuat, sehingga kelarutannya

Jurnal Pendidikan Indonesia | 631


ISSN: 2303-288X Vol. 4, No.2, Oktober 2015

dalam air semakin besar. Di sisi lain, memandang sifat inaktif optik senyawa
mahasiswa yang memiliki model mental siklik hanya ditentukan oleh
alternatif memandang kelarutan keberadaan bidang simetrinya, tanpa
senyawa 1,2-etanadiol dalam air mencermati ada tidaknya atom karbon
ditentukan oleh kemudahannya untuk kiral atau unsur-unsur simetri lainnya.
membentuk ikatan hidrogen antara Dengan demikian, model mental
molekul-molekul alkohol tersebut mahasiswa secara umum belum cukup
dengan molekul-molekul air sebagai memadai untuk menentukan aktivitas
pelarut. optik senyawa organik.
Model mental mahasiswa dalam Model mental ilmiah hanya
memilih analogi untuk menjelaskan dimiliki oleh 28,57% mahasiswa dalam
kiralitas senyawa tergolong sangat baik menentukan konfigurasi absolut (R/S)
(rerata 85,72%). Kondisi itu disebabkan senyawa berdasarkan struktur tiga
mahasiswa telah menguasai ciri-ciri dimensinya, dan mencapai 67,86%
senyawa kiral secara benar dan analogi berdasarkan proyeksi Fischernya (dua
yang ditampilkan dalam bentuk objek dimensi). Kondisi itu menunjukkan,
nyata secara makroskopis telah akrab sebagian besar mahasiswa mengalami
dengan kehidupan mahasiswa. kesulitan dalam membayangkan
Akibatnya, sebagaian besar mahasiswa struktur tiga dimensi molekul dalam
memiliki model mental ilmiah berkaitan pikirannya. Kesulitan tersebut
dengan analogi kiralitas senyawa menyebabkan mereka tidak mampu
organik. menentukan konfigurasi absolut
Dalam penentuan aktivitas optik senyawa pada pusat kiralnya. Pada
senyawa rantai terbuka yang telah saat diberikan struktur Fischer
diberikan nama lengkap dengan senyawa, mahasiswa dapat
konfigurasi absolutnya (R/S), model menggunakan strategi tertentu untuk
mental ilmiah mahasiswa mencapai menentukan konfigurasi absolutnya
57,14% dan model mental alternatifnya pada pusat-pusat kiral tanpa
sebesar 25,00%. Tingginya kebenaran memahami struktur tiga dimensinya.
ilmiah yang dicapai mahasiswa Atas dasar itu, kemampuan mahasiswa
sebagian besar berupa model mental untuk memvisualisasikan struktur tiga
verbal. Mereka tidak menggambar dimensi molekul dalam pikirannya
struktur molekul senyawa lengkap masih sangat perlu ditingkatkan.
dengan konfigurasi absolut (R/S) dan Model mental mahasiswa belum
bayangan cerminnya, namun secara mampu melakukan konversi dari
deskriptif menyatakan bahwa molekul proyeksi Newman menjadi struktur tiga
yang memiliki bidang simetri (senyawa dimensinya. Akibatnya, sebagian besar
meso) bersifat inaktif optik. Dengan mereka tidak bisa menentukan
demikian, walaupun mahasiswa telah konfigurasi absolut (R/S) senyawa
memiliki model mental ilmiah, namun berdasarkan struktur proyeksi
belum tentu memahami level simbolik Newmannya, dan 78,58% di antaranya
dan submikroskopis molekul cara tepat. mengalami miskonsepsi. Kondisi yang
Cukup tingginya persentase sama juga terjadi pada penentuan
model mental ilmiah mahasiswa pada konfigurasi absolut senyawa yang
penentuan aktivitas optik senyawa memiliki beberapa pusat kiral
rantai terbuka tidak seiring dengan berdasarkan proyeksi Fischernya.
kemampuannya untuk menentukan Pada aspek tersebut, jumlah
aktivitas optik senyawa siklik. mahasiswa yang mengalami
Sebagian besar (42,86%) mahasiswa miskonsepsi mencapai 82,14%.
mengalami miskonsepsi dan sebagian Dengan demikian, sebagian besar
tidak memiliki konsep (39,29%) pada mahasiswa belum mampu menentukan
penentuan kiralitas senyawa siklik yang dan memvisualisasikan struktur tiga
struktur ruangnya memiliki bidang dimensi senyawa dalam pikirannya dari
simetri atau pusat simetri. Mahasiswa proyeksi Newman dan proyeksi
yang mengalami miskonsepsi Fischer. Data tersebut juga dibuktikan

Jurnal Pendidikan Indonesia | 632


ISSN: 2303-288X Vol. 4, No.2, Oktober 2015

dari tingginya miskonsepsi yang dialami aktif optis karena tidak mengandung
mahasiswa pada saat menggolongkan atom kiral. Tetapi, sebagian besar
jenis isomer optik beberapa pasangan mahasiswa menyebutnya bersifat aktif
senyawa yang telah diketahui proyeksi optis karena tidak memiliki bidang
Fischernya. simetri.
Secara umum, model mental Kedua, kekeliruan penalaran.
ilmiah mahasiswa calon guru kimia Kekeliruan penalaran terjadi karena
dalam memahami bahan kajian ketidakpahaman mahasiswa tentang
stereokimia hanya mencapai 33,75%. level submikroskopis kimia. Sebagai
Nilai tersebut hanya sedikit di atas contoh, dalam menjelaskan perubahan
persentase miskonsepsi khusus yang wujud zat, berkaitan dengan titik didih
mencapai 33,04%. Tingginya dan titik leleh senyawa, banyak
miskonsepsi kimia dan banyaknya mahasiswa mengira proses tersebut
model mental alternatif yang dimiliki melibatkan pemutusan ikatan dalam
mahasiswa calon guru kimia molekul (ikatan kovalen), bukan ikatan
disebabkan oleh berbagai faktor,yang atau interaksi antar molekul (gaya van
secara umum dikelompokkan menjadi der Waals atau ikatan hidrogen).
faktor eksternal dan internal. Mahasiswa menjelaskan titik didih dan
Faktor eksternal yang titik leleh senyawa berdasarkan
mempengaruhi terjadinya miskonsepsi kestabilan strukur molekulnya.
dan model mental alternatif di Semakin stabil struktur molekul suatu
antaranya adalah buku-buku teks kimia senyawa, semakin kuat ikatan antar
yang digunakan oleh guru dan siswa atom-atomnya, sehingga titik didih atau
pada saat mereka masih ada di bangku titik lelehnya semakin tinggi. Kekeliruan
SMA berpeluang menimbulkan penalaran tersebut menyebabkan
terjadinya miskonsepsi(Suja & Retug, mahasiswa menjelaskan titik leleh
2013a,b). Kondisi itu disebabkan asam fumarat yang lebih tinggi
miskonsepsi bersifat sangat resisten, daripada asam maleat bukan karena
sehingga sulit dihilangkan. Faktor ikatan hidrogen yang terjadi antar
internal yang berpotensi menimbulkan molekul-molekul asam fumarat, tetapi
terjadinya miskonsepsi dan model karena lebih stabil dibandingkan asam
mental alternatif pada mahasiswa calon maleat (model mental alternatif).
guru adalah sebagai berikut. Kekeliruan penalaran juga terjadi
Pertama, ketidakmampuan pada saat mahasiswa menjelaskan
mereka memilih atribut esensial dari perbedaan kelarutan antara asam
sejumlah ciri umum yang dimiliki oleh maleat dan asam fumarat dalam air.
sebuah konsep (Ibrahim, 2012). Perbedaan kelarutan kedua isomer
Sebagai contoh, jika dalam rumus asam 1,3-butenadioat tersebut
struktur senyawa terdapat beberapa seharusnya dijelaskan berdasarkan
pusat kiral dan juga bidang simetri perbedaan kepolarannya. Asam maleat
(bidang khayalan yang membelah (isomer cis) memiliki momen dipol
suatu senyawa menjadi dua bagian, (bersifat polar), sehingga lebih mudah
sehingga setiap bagian menjadi larut dalam air. Sebaliknya, asam
bayangan cermin dari bagian yang fumarat tidak memiliki momen dipol
lainnya), maka senyawa tersebut (non polar), sehingga tidak larut dalam
bersifat inaktif optis. Di sisi lain, jika air. Secara skematis, penentuan
tidak mengandung atom karbon kiral, kepolaran kedua senyawa tersebut
walaupun tidak memiliki bidang simetri, dapat ditentukan dengan penjumlahan
senyawa tersebut tidak bersifat aktif vektor momen-momen gugusnya.
optis. Dengan demikian, atribut utama
senyawa bersifat aktif optis adalah
mengandung atom karbon kiral, bukan
pada tidak adanya bidang simetri.
Misalnya, senyawa trans-1,3-dibromo-
1,3-dinitro-siklobutana bersifat tidak

Jurnal Pendidikan Indonesia | 633


ISSN: 2303-288X Vol. 4, No.2, Oktober 2015

Isomer geometri 1,3-imetilsikloheksana:


CH3
H CH3 H
CH3

: CH3 H
CH3
H
CH3 (e, a) (a, e)

Trans-1,3-dimetil-
sikloheksana

Mahasiswa yang mengalami CH3


miskonsepsi menjelaskan kelarutan CH3 CH3 H3C
kedua senyawa asam tersebut tidak CH3
berdasarkan kepolarannya, tetapi
: H H
menurut kemudahannya dalam H
H
membentuk ikatan hidrogen dengan
CH3 (a, a) (e, e)
molekul-molekul air. Berbeda dengan
sangat tidak sangat
fakta ilmiahnya, mahasiswa mengira Cis-1,3-dimetil-
STABIL STABIL
asam fumarat lebih mudah larut dalam sikloheksana
air karena lebih mudah membentuk
ikatan hidrogen dengan molekul- Keempat, kekurangan informasi
molekul air. yang dimiliki peserta didik tentang
Ketiga, kekeliruan pemikiran kompleksitas permasalahan yang
intuitif. Pemikiran intuitif muncul tiba- dikajinya (Furió & Calatayud, 1996).
tiba karena masalah tersebut telah Kekurangan informasi yang dimiliki oleh
dianggap umum. Sebagai contoh, bagi mahasiswa dalam model mentalnya di
sebagian besar mahasiswa, isomer antaranya tampak pada saat mereka
trans selalu dipandang lebih stabil menggambar terjadinya ikatan hidrogen
dibandingkan isomer cis. Hal itu antar molekul-molekul asam fumarat,
disebabkan jarak antar gugus-gugus yang menyebabkan titik leleh asam
yang sama pada isomer trans saling fumarat lebih tinggi dibandingkan asam
berjauhan, sehingga gaya tolak- maleat.
menolak antar gugus-gugus tersebut Model mental ilmiah:
H O
menjadi sangat rendah. Dengan ikatan hidrogen
demikian, isomer trans lebih stabil H O C C
dibandingkan isomer cis, yang letak H O C C O H
gugus-gugusnya ada pada sisi yang H O C C O H
sama. Sesungguhnya, kestabilan C C O H
molekul sikloalkana tersubstitusi mesti
ikatan hidrogen
dilihat dari struktur tiga dimensinya. O H
Sebagai contoh, dalam tes yang
diberikan, siswa memprediksi struktur Model mental alternatif (mahasiswa):
senyawa trans-1,3-dimetilsikloheksana H O
H O
lebih stabil dibandingkan isomer cis-
nya. Sedangkan, konformasi isomer H O C C
H O C C C C O H
cis lebih stabil karena mampu
C C O H
membentuk struktur ekuatorial-
O H
ekuatorial (e,e) yang menyebabkan
O H ikatan hidrogen
tidak terjadi tolak-menolak antar gugus-
gugus metil yang terikat pada rantai
sikloheksana tersebut, sebagaimana
ditampilkan di bawah ini. Kurangnya informasi juga tampak
pada saat mereka menentukan
konfigurasi absolut (R/S) senyawa

Jurnal Pendidikan Indonesia | 634


ISSN: 2303-288X Vol. 4, No.2, Oktober 2015

berdasarkan proyeksi Newman atau harus diperkuat dengan aplikasinya


proyeksi Fischer. dalam pemecahan masalah.
Secara umum, terjadinya miskon-
sepsi, model mental alternatif, dan juga DAFTAR PUSTAKA
tidak ada konsep pada diri mahasiswa Andhini, R., 2010. Profil Model Mental
calon guru kimia menunjukkan bahwa Siswa pada Pokok Bahasan
mereka belum memahami bahan kajian Senyawa Hidro Karbon. Skripsi
stereokimia, yang mencakup level FPMIPA Jurusan Pendidikan
makroskopis, level submikroskopis, Kimia. Bandung: Universitas
level simbolik, dan interkoneksi ketiga Pendidikan Indonesia.
level tersebut secara komprehensif. Chittleborough, G., 2004. The Role of
Teaching Models and Chemical
SIMPULAN DAN SARAN Representations in Developing
Sejalan dengan hasil penelitian Student’s Mental Model of
dan pembahasan di depan dapat ditarik Chemical Phenomena. Tesis
simpulan sebagai berikut. Pertama, Doktor in Curtin University of
model mental mahasiswa calon guru Technology.
kimia dalam memahami bahan kajian Furió, C., & Calatayud, M. L., 1996.
Stereokimia adalah: tidak ada konsep Difficulties with the geometry
(20,71%), miskonsepsi spesifik and polarity of molecules.
(33,04%), model mental alternatif Journal of Chemical Education,
(12,50%), dan benar secara ilmiah 73: 36-41.
(33,75%). Kedua, miskonsepsi tertinggi Glynn, S. M., &Duit, R., 1995. “Learning
(92,86%) terjadi pada penentuan science meaningfully:
konfigurasi (R/S) senyawa berdasarkan Constructing conceptualmodel.”
proyeksi Newmannya, dan model In S. M. Glynn & R. Duit (Eds.),
mental alternatif tertinggi (32,14%) Learning science in the
pada penggambaran proyeksi Fischer schools:Research reforming
stereoisomer yang diketahui konfigurasi practice (pp. 3-33). Mahwah,
absolutnya. NJ: Lawrence
Untuk mengubah dan membentuk ErlbaumAssociates.
model mental mahasiswa, sehingga Ibrahim, M., 2012. Seri Pembelajaran
menjadi model mental ilmiah, Inovatif: Konsep, Miskonsepsi,
pembelajaran Kimia Organik dan Cara Pembelajarannya.
seharusnya dilakukan dengan Surabaya: Usesa University
pengamatan fenomena makroskopis Press.
berkaitan dengan bahan kajian yang Jansoon, N., 2009. Understanding
akan dipelajarinya. Selanjutnya, Mental Models of Dilution in
mahasiswa diberikan kesempatan Thai Students. International
untuk menjelaskan fenomena tersebut Journal of Environmental &
secara molekuler yang melibatkan Science Education. 4(2): 147 –
pemahaman kimia pada level 168.
submikroskopis. Untuk membantu Maeyer, J., &Talanquer, V., 2013.
mahasiswa agar mereka mampu Making Predictions about
memvisualisasikan kimia pada level Chemical Reactivity:
molekuler, pembelajaran mesti Assumptions an Heuristics.
didukung dengan penggunaan model Journal of Research in Science
molekul, misalnya menggunakan Teaching, 50(6): 748-767.
molymod. Selanjutnya, model mental Maulana, Y., 2011. Profil Model Mental
mahasiswa yang sudah terbentuk Mahasiswa Calon Guru Kimia
melalui kegiatan pembelajaran mesti Tingkat Pertama pada
diuji dengan model-model konseptual Beberapa Konsep Dasar Ikatan
yang telah disepakati oleh para pakar Kimia. Skripsi Fakultas
kimia. Model mental tersebut juga FPMIPAJurusan Pendidikan

Jurnal Pendidikan Indonesia | 635


ISSN: 2303-288X Vol. 4, No.2, Oktober 2015

Kimia. Bandung: Universitas Chemical Education, 83:811-


Pendidikan Indonesia. 816..
Mayer, L., 2010. Addressing Students' Wade, L. G., 2006. Organic
Misconceptions about Gases, Chemistry. 6th edition.
Mass, and Composition. Journal Singapore: Pearson Education,
of Chemical Education, 88(1): Inc.
111 – 115. Wang, Ch. Y., 2007. The role of mental-
Morrison, R.T., & Boyd, R.N., modelling ability, content
1989.Organik Chemistry. 5th. knowledge, and mental model in
New Delhi: Prentice Hall of general chemistry students’
India. understanding about moleculer
Park, E. J., 2006. Student Perception polarity. A
and Conceptual Development Dissertationpresented tothe
as represented by Student Faculty of the Graduate
Mental Models of Atomic SchoolUniversity of Missouri –
Structure. Ohio State Columbia
University. Sunyono. 2012. Analisis Model
Schreiner, E., Trabuco, L. G., Pembelajaran Berbasis Multipel
Freddolino, P. L., & Schulten, Representasi dalam
K., 2011. Stereo-chemical errors Membangun Model Mental
and their implications for Stoikiometri
molecular dynamics simulations. Mahasiswa.Laporan Hasil
BMC Bioinformatics, 12:190 – Penelitian Hibah Disertasi
199. Doktor_2012.Lembaga
http://www.biomedcentral.com/1 PenelitianUniversitas Negeri
471-2105/ 12/ 190 Surabaya
Sendur, G., Toprak, M., Pekmez, E., Senge, Peter.et.all. (2002). Shool That
2010. Analyzing of Students’ Learn: A Fifth Discipline
Misconcep-tions about Resource.London: Nicholas
Chemical Equilibrium. Paper on Brealey Publishing.
International Conference on Chittleborough, G. D. & Treagust D.F.
New Trends in Education and (2007). The modeling ability of
Their Implications. Antalya- non-major chemistry students
Turkey. and their understanding of the
Suja, I W., & Retug, N., 2013a. Propil sub-microscopic level.
Konsepsi Kimia Siswa Kelas XI Chemistry Education Research
di Kota Singaraja. Prosiding and Practice, 8:274-292.
Senari (Seminar Nasional Riset Buckley, B. C., and Boulter, C., J.
Inovatif) Lembaga Penelitian (2007). Investigating the Role of
Universitas Pendidikan Representations and Expressed
Ganesha ke-1 ISSN 2339-1553. Model in Building Mental
Tahun 2013. Halaman 172 – Models. In J. K. Gilbert and C. J.
179. Boulter (Eds.), Developing
Suja, I W., & Retug, N., 2013b. Models In Science Education
Konsepsi Kimia Siswa Kelas XII (119-135). Netherlands: Kluwer
di Kota Singaraja. Prosiding Academic Publishers.
Seminar Nasional FMIPA Wang, Chia yu (2007). The Role of
UNDIKSHA III Tahun 2013. Mental Modeling Ability, Content
Halaman 125 – 133. Knowledge, and Mental
Talaquer, V., 2006. Commonsense Models in General Chemistry
chemistry: A model for Students’ Understanding About
understanding Moleculer Polarity. Columbia:
student'salternative The Faculty of the Graduate
conceptions. Journal of School University of Missouri

Jurnal Pendidikan Indonesia | 636

Anda mungkin juga menyukai