Anda di halaman 1dari 8

KLIPING

MENGHARGAI BUDAYA LOKAL

RAJNI SAVIRA K
7.4 / 29
DAFTAR ISI
B. Menghargai Budaya Lokal…………………………………………………………………………..01
01. Situs Lokal………………………………………………………………………………………..02
Candi Pari………………………………………………………………………………………...03
. Candi Dermo……………………………………………………………………………………..04
Candi Sumur……………………………………………………………………………………...05
02. Tradisi Lokal……………………………………………………………………………………..06
Nyadran…………………………………………………………………………………………..07
03. Kesenian Tradisional…………………………………………………………………………….08
Reog Cemandi…………………………………………………………………………………..09
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami haturkan kehadirat Allah Swt. Yang telah melimpahkan rahmat dan
hidayah-Nya sehingga saya bisa menyelesaikan kliping yang berjudul “Menghargai Budaya Lokal ”.
Tidak lupa juga saya mengucapkan terima kasih kepada bapak Dwi yang telah turut
memberikan kontribusi dalam penyusunan kliping ini. Sebagai penyusun, kami menyadari bahwa masih
terdapat kekurangan, baik dari penyusunan maupun tata bahasa penyampaian makalah ini.
Saya berharap semoga makalah yang saya susun ini memberikan manfaat.

Sidoarjo, Mei 2023


Rajni Savira Khairunissa
B. Menghargai Budaya Lokal

1. Situs Lokal

1. Candi Pari

Candi Pari merupakan candi yang berada di Dusun Candipari Wetan, Kecamatan Porong,
Sidoarjo, Jawa Timur. Situs ini berasal dari Pertitaan Dewi Sri (sebuah situs pemujaan zaman
Majapahit) terlihat pada pintu bangunan candi, yaitu 1293 saka atau sama dengan 1371
Masehi. Menurut N.J Kroom, Candi Pari mempunyai gaya bangunan yang berasal dari
pengaruh Campa khususnya dari Mision. Meskipun demikian, karakter Jawa masih tampak
mendominasi banguan.
2. Candi Dermo

Candi Dermo berlokasi di Dusun Santren, Kecamatan Wonoayu, Sidoarjo, Jawa Timur.
Situs ini berbatasan dengan sebuah mushola di sebelah utara.
Candi Dermo adalah situs klasik pada masa Hindu Buddha. Tak hanya candi, terdapat
peninggalan lain seperti pahatan relief dan blok-blok batu yang merupakan bagian dari
bangunan lain di Candi Dermo. Situs ini disinyalir menjadi tempat upacara keagamaan
zaman Hindu Buddha.
3. Candi Sumur

Candi Sumur berada di Dusun Candipari Wetan, Porong, Sidoarjo, Jawa Timur. Situs ini
terletak tak jauh dari Candi Pari. Candi ini tidak memiliki banyak catatan atau data sejarah dari
arkeolog, yang ada hanya cerita masyarakat sekitar. Kabarnya, Candi Sumur dan Candi Pari
dihubungkan dengan hilangnya seorang kerabat Raja Majapahit yang tidak tinggal di istana.

Kemudian Raja Hayam Wuruk membuat candi tersebut untuk mengenang Joko Pandelegan
yang menyelamatkan Majapahit dari kelaparan.
2. Tradisi Lokal

1. Nyadran

Nyadran merupakan salah satu tradisi yang masih lekat dalam kehidupan masyarakat
Jawa. Nyadran berasal dari bahasa Sanskerta “Sraddha” yang artinya keyakinan. Tradisi
Nyadran merupakan suatu budaya mendoakan leluhur yang sudah meninggal dan seiring
berjalannya waktu mengalami proses perkembangan budaya sehingga menjadi adat dan
tradisi yang memuat berbagai macam seni budaya. Nyadran dikeanal juga dengan nama
Ruwahan, karena dilakukan pada bulan Ruwah. Tradisi Nyadran berdasarkan sejarahnya
merupakan suatu akulturasi budaya jawa dengan islam.
3.Kesenian Tradisional

1. Reog Cemandi

Reog Cemandi merupakan sebuah kesenian tradisional yang berasal dari desa
Cemandi, Kecamatan Sedati Kabupaten Sidoarjo dengan menggunakan perangkat topeng
barongan dan kendang yang berbeda dengan reog Ponorogo yang menggunakan dadak
merak. Di tempat lain, kesenian serupa bernama reog dogdog dari Sunda, reog kendang
dari Tulungangung dan reog bulkio dari Blitar.
Pencipta Reog Cemandi adalah Dul Katimin, Mantan santri di pesantren Tegalsari,
Ponorogo, yang mempunyai pondok di kawasan Sidosermo, Surabaya. Reog Cemandi
menggunakan 2 jenis topeng, yaitu Barongan Lanang dan Barongan Wadon. Saat itu,
Reog Cemandi berfunsi sebagai sarana ritual untuk mengusir mara bahaya yang
mengintai warga Desa Cemandi.

Anda mungkin juga menyukai