Anda di halaman 1dari 14

STUDI KASUS FARMASI KLINIS DAN KOMUNITAS

MANAJEMEN KEUANGAN DAN KECURANGAN (FRAUD)

Dosen Pembimbing : apt. Candra Eka Puspitasari, S.Farm., M.Sc


Leader : Yosi Agsanita, S.Farm. (H4B02310019)
Scriber : Zurhainun Mutmainnah, S.Farm. (H4B02310020)
Co-scriber : Raodatul Istiharoh, S.Farm. (H4B02310013)

Nama Anggota Kelompok :


Adela Novita Sinayu, S.Farm. (H4B02310001)
Desy Rosalina Sari, S.Farm. (H4B02310002)
Fidrus Affandy, S.Farm. (H4B02310003)
Imania Wahyuningsih, S.Farm. (H4B02310004)
Indah Permata Sari, S.Farm. (H4B02310005)
Lalu Husnul Hidayat, S.Farm (H4B02310006)
Lina Sugiani, S.Farm. (H4B02310007)
M. Ari Wisnu, S.Farm., M.Farm. (H4B02310008)
Muhammad Rifqi Fahlevi, S.Farm. (H4B02310009)
Mutia Leogeny Chairunisa, S.Farm. (H4B02310010)
Oci Qonita Londo Woro, S.Farm. (H4B02310011)
Qurratul Aeni, S.Farm. (H4B02310012)
Regita Pramesti Nursanty, S.Farm. (H4B02310014)
Rizka Amalia, S.Farm. (H4B02310015)
Siti Muhsonah Oktaviana, S.Farm. (H4B02310016)
Sobibatul Bahiji, S.Farm. (H4B02310017)
Susi Melindah, S.Farm. (H4B02310018)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI APOTEKER


UNIVERSITAS MATARAM
2023/2024
LAPORAN KASUS 3
A. Kasus
1. Seorang Perempuan (41th) yang berprofesi sebagai apoteker ditangkap petugas di
polres sleman dalam perkara dugaan tindak pidana penggelapan uang perusahaan.
Pelaku juga melakukan penjualan fiktif obat-obatan dengan nilai diatas 1 milyar,
pelaku tidak menyerahkan uang hasil penjualan obat secara utuh. Dari hasil audit
internal kerugian mencapai 1,6M, untuk menghilangkan jejak pelaku keluar dari
tempat kerja dan pindah keluar kota.
Tambahan data pada tabel excel.

B. Step 1 : Identifikasi Kata Sulit


1. Penjualan fiktif : Memalsukan transakisi penjualan yang sebelumnya belum atau tidak
pernah dilakukan.
2. Penggelapan : Tindakan yang tidak jujur, dilakukan dengan menyembunyikan barang
atau harta orang lain secara sadar tanpa sepengetahuan pemiliknya dengan tujuan
untuk mengalih milik, menguasai atau penipuan keuangan.
3. Audit Internal : Proses Penilaian atau evaluasi dalam pengelolaan bisnis rumah sakit,
yang dilakukan oleh pihak rumah sakit.
4. Tindak Pidana : Perbuatan yang bertentangan dengan hukum, yang dapat dikenakan
sanksi pidana sesuai undang-undang. Ada beberapa tindak pidana yaitu, tindak pidana
kejahatan, tindak pelanggaran, tindak pidana formil, tindak pidana materi, tindak
pidana sengaja, tindak pidana tidak sengaja, tindak pidana aktif dan tindak pidana
pasif.
5. Internis berat : merupakan sebutan dari penyakit dalam yang menangani penyakit
parah
6. Internis ringan : merupakan sebutan dari penyakit dalam yang menangani penyakit
ringan
7. Penghasilan bersih : pendapatan rumah sakit setelah dikurangi biaya operasional,
pajak, bunga, harga penjualan dan penyusutan
8. Pajak : kontribusi wajib dari orang untuk suatu instansi yang bersifat memaksa, sesuai
dengan undang-undang tanpa imbalan secara langsung dan digunakan untuk
keperluan negara.
9. Jenis kamar : Klasifikasi kamar di rumah sakit berdasarkan fasilitas pelayanan
10. Tarif dokter : biaya yang dikeluarkan dalam satu kali kunjungan pelayanan di dokter.
11. Biaya inap : total biaya yang dikeluarkan untuk kamar atau ruangan, yaitu harga
kamar perhari, biaya langsung seperti biaya medis (biaya yang digunakan dalam
proses pencegahan, diagnosis, pengobatan) dan non medis (biaya penerimaan suatu
jasa, contoh: ambulance). Biaya tidak langsung seperti biaya yang dikeluarkan oleh
pasien bukan untuk medis atau non medis selama pasien dirumah sakit (seperti biaya
karna tidak bekerja).
12. Lama mengiinap : merupakan waktu perawatan pasien dari mulai masuk sampai
keluar.
Jenis-jenis kamar : pertama yaitu, kelas 1. Fasilitas yang diberikan untuk bpjs kelas 1
paling sedikit menampung 2-4 orang. Untuk kelas 2, Fasilitas yang diberikan untuk
bpjs kelas 2 paling sedikit menampung 3-5 orang, untuk kelas 3, Fasilitas yang
diberikan untuk bpjs kelas 3 paling sedikit menampung 4-6 orang. Vip kamar dengan
fasilitas lengkap dan hanya menampung 1 orang per kamar.

C. Step 2 : Rumusan Masalah


1. Apa saja jenis fraud yang ada pada kasus?
2. Bagaimana cara menentukan tarif dokter?
3. Bagaimana cara pencegahan fraud pada?
4. Bagaimana cara menentukan kerugian yang diterima oleh rumah sakit yang ada pada
kasus?
5. Faktor apa yang mempengaruhi lama menginap pasien di rumah sakit dan bagaimana
cara meminimalisir kelebihan pasien menginap?
6. Bagaiman cara menganalisis terjadinya fraud?
7. Kode etik bagian mana yang dilanggar apoteker pada kasus?
D. Step 3 – 6 : Brainstroming
1. Jenis fraud pada kasus
a. Adanya tagiahan untuk yang tidak diberikan masuk kedalam penjualan fiktif,
tagihannya tidak pernah ada tapi tetap dibayarkan (Phantom billing)
b. Data keuangan RS baik2 saja.dilihat dari tanggal masuk dan keluar pasien yaitu
ketidak sesuaian lama menginap yang dapat mempengaruhi biaya tagihan dari
pasien (penggelembungan bil). Ranti, kelas 2, yuli kelas 3 (harga kamar yang
tidak sesuai serta lama menginapnya. Bambang kelas 1, Susanto kelas 3, dwi okta
kelas 3, tuti yan kelas 3) peningkatan tagihan di biaya inap dan tagihan dokter
Dari masalah dapat dilihat sebagai berikut:
Dwi okta, kode kamar D, jenis kamar kelas 3
Turi yan & lie ican, tanggal masuk lebih besar dari tanggal keluar, data tidak bisa
diproses
Retno lama menginap tidak sesuai : 102 hari jadi 96 hari
Biaya inap tidak sesuai
Retno : 15.300.000 jadi 14.400.000
Ranti : 9.300.000 jadi 18.600.000
Yuli : 4.725.000 jadi 12.600.000
Bambang : 4.950.000 jadi 6.600.000
Susanto : 900.000 jadi 2.400.000
Dwi okta : 525.000 jadi 1.400.000

Tarif dokter tidak sesuai


Retno : 7.650.000 jadi 7.200.000
Ranti : 2.790.000 jadi 8.835.000
Yuli : 1.260.000 jadi 5.985.000
Bambang : 1.485.000 jadi 3.135.000
Susanto : 540.000 jadi 1.140.000
Dwi okta : 140.000 jadi 665.000
Sehingga terdapat selisih
2. Penentuan Tarif Layanan Medis Dokter
IDI telah membuat suatu ketetapan bersama tentang tata cara pembiayaan
imbalan jasa (dikenal dengan jasa medis) yang bersumber dari masukan seluruh
Perhimpunan Dokter-Dokter di lingkungan IDI, MPPK; narasumber dari bidang
terkait; seluruhnya terhimpun dalam Pokja Harmonisasi Acuan Tarif Jasa Medis.
Telah diisepakati dan ditetapkan bahwa Acuan Tarif Jasa Medis menyesuaikan
dan selaras dengan:

1. Kinerja atau upaya yang diperlukan untuk menegakkan diagnosa sampai


tindakan/prosedur medis yang diperlukan termasuk rehabilitasi. ini diformulasikan
dalam scoring system.
2. Nilai nominal aplikatif yang merupakan bagian dari komponen tarif pelayanan
yaitu Relative Value Unit.
cara pembayaran-penghasilan profesi dokter mengacu pada:
1. Penghasilan jasa tetap (basic salary)
2. Penghasilan jasa Profesi (fee for service)
Penghasilan jasa tetap yang selanjutnya disebut sebagai basic salary merupakan
penghasilan dasar setiap dokter yang besarannya bersifat tetap dalam kurun waktu
tertentu sesuai dengan kesepakatan bersama antara dokter dan rumah sakit.
Penghasilan dasar ini meliputi / terdiri dari: gaji pokok, tunjangan fungsional,
tunjangan keluarga, tunjangan natura, dan lain-lain selain penghasilan dari Jasa
Medis. Dikenal juga sebagai fee for position.
Acuan Basic salary yang ideal antara lain :
1. Acuan basic salary Dokter Pelayanan Primer : Rp 12.500.000,00 sampai Rp
15.000.000,00 / bulan.
2. Acuan basic salary Dokter Spesialis : Rp 22.500.000,00 sampai Rp
42.500.000,00 / bulan
Penghasilan jasa Profesi yang selanjutnya disebut sebagai fee for service
besarannya tergantung dari kinerja / produktivitas dokter yang bersangkutan;
merupakan tambahan penghasilan positif terhadap basic salary. Diperhitungkan dari
hasil kinerja, performance, atau produktifitas dokter yang bersangkutan yang telah
melebihi nilai nominal basic salary, dikenal juga sebagai fee for performance dan fee
for person. Khusus mengenai basic salary dokter pelayanan primer, acuan tersebut di
atas diajukan jika panduan cara pmbayaran dokter pelayanan primer belum
terformulasi. Selain kedua hal di atas dinilai perlu “keseragaman” tarif konsultasi di
poliklinik, ruang rawat, perawatan khusus, emergensi/UGD, dll. Sebagai berikut:
Untuk BPJS/PBI/Kelas III:
a. Konsultasi poliklinik dokter umum : Rp 25.000,00 - Rp 50.000,00
b. Konsultasi poliklinik dokter spesialis/ : Rp 75.000,00 - Rp 100.000,00 UGD
dan perawatan khusus
c. Visite/ruang rawat inap : Rp 50.000,00 - Rp 75.000,00
Acuan Tarif Jasa Medis tersebut di atas merupakan tarif dasar (tarif sosial) bagi
perawatan kelas III; untuk perhitungan tarif profesional dianjurkan menggunakan
faktor pengali yang ditetapkan berdasarkan gradasi kelas perawatan, yaitu:
Kelas II - Faktor pengali (1,10 - 1,15)
Kelas I - Faktor pengali (1,20 - 1,25)
VIP - Faktor pengali (1,30 - 1,40)
3. Bagaimana mencegah fraud
Prinsip-prinsip dalam sistem pencegahan Kecurangan (fraud) dapat diuraikan sebagai
berikut:
1. Penyusunan kebijakan (policy) dan pedoman pencegahan Kecurangan (fraud),
antara lain:
a. Penyusunan kebijakan anti Kecurangan (fraud) dengan prinsip Good
Corporate Governance dan Good Clinical Governance.
b. Penyusunan pedoman manajemen risiko Kecurangan (fraud risk management)
paling sedikit terdiri dari pencegahan, deteksi dan penyelesaian terhadap
Kecurangan (fraud).
2. Pengembangan budaya pencegahan Kecurangan (fraud), antara lain:
a. Membangun budaya integritas, nilai etika dan standar perilaku.
b. Mendidik seluruh pihak terkait Jaminan Kesehatan tentang kesadaran anti
Kecurangan (fraud).
c. Menciptakan lingkungan penyelenggaraan program Jaminan Kesehatan yang
positif.
3. Pengembangan pelayanan kesehatan berorientasi kendali mutu dan kendali biaya,
antara lain:
a. Pembentukan tim kendali mutu dan kendali biaya yang terdiri dari tim
koordinasi dan tim teknis.
b. Implementasi konsep manajemen mutu dalam pelayanan kesehatan.
4. Pembentukan tim pencegahan Kecurangan (fraud) yang disesuaikan dengan
kebutuhan dan skala organisasi.

Pencegahan Kecurangan (fraud) dilakukan oleh seluruh pihak yang berkaitan dengan
program Jaminan Kesehatan mulai dari Peserta, BPJS Kesehatan, FKTP, FKRTL,
pemberi kerja, penyedia obat dan alat kesehatan serta pemangku kepentingan
lainnya, sebagai berikut:

1. Implementasi pencegahan Kecurangan (fraud) oleh Peserta, antara lain:


a. Melaporkan dugaan Kecurangan (fraud) kepada Tim Pencegahan dan
Penanganan Kecurangan (fraud).
b. Menjaga kerahasiaan identitas kependudukan dan kartu JKN KIS dari
penyalahgunaan pihak yang tidak bertanggungjawab.
c. Mematuhi segala aturan yang terkait program Jaminan Kesehatan.
2. Implementasi pencegahan Kecurangan (fraud) oleh BPJS Kesehatan, antara lain:
a. Penerapan kebijakan pencegahan Kecurangan (fraud) dan pedoman
pencegahan, meliputi:
1) Pelaksanaan prinsip Good Corporate Governance.
2) Pelaksanaan pencegahan, deteksi dan penyelesaian terhadap Kecurangan
(fraud), antara lain:
a. Penguatan peran pengawasan internal dan system pengendalian internal
(internal control system) dalam pencegahan Kecurangan (fraud).
b. Mekanisme pengaduan masyarakat (whistleblowing system) dan tindak
lanjutnya.
c. Sistem IT sebagai pendukung (otomasi on-line/terintegrasi).
d. Melakukan pemutakhiran (updating) data kepesertaan berdasarkan
informasi dari Peserta, pemberi kerja, pemerintah dan instansi terkait
lainnya.
e. Monitoring pembayaran iuran Peserta dengan pemberian notifikasi
kepada Peserta.
f. Menyediakan data kepesertaan secara real time kepada Fasilitas
Kesehatan.
g. Melakukan tindakan pemeriksaan kepatuhan kepada Peserta atau pemberi
kerja yang memberikan informasi gaji yang terindikasi tidak sesuai.
h. Melakukan monitoring dan evaluasi secara rutin terhadap hasil kerja
petugas BPJS Kesehatan.
i. Melakukan monitoring dan evaluasi sesuai dengan perjanjian kerja sama
dengan Fasilitas Kesehatan terhadap ketersediaan obat dan alat
kesehatan.
j. Melakukan koordinasi dengan Kementerian Kesehatan atas ketersediaan
obat dan alat kesehatan.
k. Memastikan tersedianya proses bisnis yang terstandar.

4. Cara menentukan kerugian yaitu audit keungan dapat digunakan untuk mendeteksi
adanya kerugian yang mungkin dialami oleh rumah sakit karena fraud. Tujuan audit
keuangan adalah untuk menilai kewajaran atau kelayakan atas penyajian laporan
keuangan oleh Perusahaan. Selan itu berdasarkan analisis laporan keuangan sebagai
dasar dalam menilai kinerja keungan juga menyatakan bahwa kerugian dipengaruhi
oleh jumlah beban yang semakin meningkat daripada pendapatan. Semakin rendah
pendapatan dan beban semakin bertambah maka akan terjadi deficit. Bisa dikatakan
rumah sakit tidak beroperasi secara efektif dan efisien (Puspitasari, 2018;
Puspitaningtyas, 2022).
5. Beberapa faktor yang mempengaruhi terjadinya penundaan pulang pasien / LOS
diantaranya yaitu :
a. Jenis kasus atau penyakit
Kasus yang akut dan kronis akan memerlukan lama hari rawat yang
berbeda, dimana kasus yang kronis akan memerlukan lama hari rawat lebih lama
dari pada kasus-kasus yang bersifat akut. Demikian juga penyakit yang tunggal
pada satu penderita akan mempunyai lama hari rawat lebih pendek dari pada
penyakit ganda pada satu penderita.
b. Tenaga dokter yang menangani
Faktor tenaga dokter yang menangani pasien cukup berperan dalam
menentukan memanjangnya lama hari rawat, dimana perbedaan ketrampilan antar
dokter akan mempengaruhi kinerja dalam penanganan kasus, juga waktu
memutuskan untuk melakukan tindakan.
c. Hari masuk rumah sakit
Pasien yang masuk rumah sakit menjelang hari Sabtu dan Minggu akan
memperpanjang lama hari rawat, hal ini disebabkan kesibukan menjelang hari
libur dimana pemeriksaan oleh dokter dan pemeriksaan penunjang diundur
sampai hari kerja biasa. Perpanjangan lama hari rawat juga terjadi apabila pasien
masuk diluar jam kerja rumah sakit atau saat terjadi pergantian jaga.
d. Umur Penderita
Usia mempunyai hubungan dengan tingkat keterpaparan, besarnya resiko,
serta sifat resistensi tertentu. Di samping itu, usia juga mempunyai hubungan
yang erat dengan beragam sifat yang dimiliki oleh seseorang. Perbedaan penyakit
menurut umur mempunyai pengaruh yang akan berhubungan dengan:
1) Perbedaan tingkat keterpaparan dan kerentanan menurut umur.
2) Perbedaan dalam proses pathogenesis.
3) Perbedaan dalam hal pengalaman terhadap penyakit tertentu
Makin besar umur penderita maka akan memerlukan lama hari rawat lebih
lama. Pasien yang sudah lanjut usia (diatas 45 tahun) cenderung lebih panjang
lama hari rawatnya dibandingkan dengan pasien usia muda. Dengan
bertambahnya usia maka kemampuan sistem kekebalan tubuh seseorang untuk
menghancurkan bakteri dan jamur berkurang. Disfungsi sistem imun dapat
diperkirakan menjadi faktor di dalam perkembangan penyakit kronis seperti
kanker, diabetes, dan penyakit kardiovaskuler serta infeksi.
e. Status gizi
Dampak kurang gizi dan kelebihan gizi juga bisa menyebabkan daya tahan
tubuh melemah, sehingga bisa lebih rentan terkena infeksi dan dalam proses
penyembuhan membutuhkan waktu yang lebih lama dibandingkan dengan status
gizi yang normal.
f. Pemeriksaan penunjang medis
Banyak pemeriksaan penunjang diagnostik yang sebenarnya tidak
dibutuhkan dalam menegakkan diagnosa bagi penderita, pemeriksaan yang
berlebihan inilah yang menyebabkan penderita berada di rumah sakit lebih lama
sehingga berakibat juga pada perpanjangan lama hari rawat.
Demikian juga ketidaklengkapan tenaga dan fasilitas di unit penunjang
(laboratorium, radiologi dan lain-lain) juga berpengaruh terhadap lama hari rawat
yang disebut hospital bottle neck.
6. Cara menganalisis fraud
Pendeteksian kecurangan berdasar penggolongan kecurangan oleh Association of
Certified Fraud Examiners (ACFE), sebagai berikut:
1. Kecurangan Laporan Keuangan (Financial Statement Fraud)
Kecurangan dalam penyajian laporan keuangan umumnya dapat dideteksi
melalui analisis laporan keuangan sebagai berikut:
a. Analisis vertical
Analisis vertical yaitu teknik yang digunakan untuk menganalisis hubungan
antara item-item dalam laporan laba rugi, neraca, atau Laporan arus kas
dengan menggambarkannya dalam persentase.
b. Analisis horizontal
Analisis horizontal yaitu teknik untuk menganalisis persentase-persentase
perubahan item laporan keuangan selama beberapa periode laporan.
c. Analisis rasio
Analisis rasio yaitu alat untuk mengukur hubungan antara nilai-nilai item
dalam laporan keuangan. Sebagai contoh adalah current ratio, adanya
penggelapan uang atau pencurian kas dapat menyebabkan turunnya
perhitungan rasio tersebut.
2. Asset Misappropriation (Penyalahgunaan aset).
a. Analytical review
Suatu review atas berbagai akun yang mungkin menunjukkan ketidak biasaan
atau kegiatan-kegiatan yang tidak diharapkan. Sebagai contoh adalah
perbandingan antara pembelian barang persediaan dengan penjualan
bersihnya yang dapat mengindikasikan adanya pembelian yang terlalu tinggi
atau terlalu rendah bila dibandingkan dengan tingkat penjualannya.
b. Statistical sampling
Sebagaimana persediaan, dokumen dasar pembelian dapat diuji secara
sampling untuk menentukan ketidakbiasaan (irregularities), metode deteksi
ini akan efektif jika ada kecurigaan terhadap satu attributnya, misalnya
pemasok fiktif.
c. Vendor or outsider complaints
Komplain / keluhan dari konsumen, pemasok, atau pihak lain merupakan alat
deteksi yang baik yang dapat mengarahkan auditor untuk melakukan
pemeriksaan lebih lanjut.
d. Site visit – observation
Observasi ke lokasi biasanya dapat mengungkapkan ada tidaknya
pengendalian intern di lokasi-lokasi tersebut.
3. Corruption (Korupsi)
Sebagian besar kecurangan ini dapat dideteksi melalui keluhan dari rekan
kerja yang jujur, laporan dari rekan, atau pemasok yang tidak puas dan
menyampaikan komplain ke perusahaan. Atas sangkaan terjadinya kecurangan ini
kemudian dilakukan analisis terhadap tersangka atau transaksinya.

7. Kode etik yang dilanggar apoteker di dalam kasus


Pada BAB I Pasal 5 yang berbunyi “Seorang Apoteker dalam menjalankan tugasnya
harus selalu menjauhkan dari usaha mencari keuntungan pribadi semata atau
kelompok dan kepentingan tertentu lainnya yang bertentangan dengan martabat dan
tradisi luhur jabatan kefarmasian. dalam kasus apoteker mencari keuntungan atas diri
sendiri dimana apoteker pada kasus tersebut menggelapkan sejumlah dana.

E. Penentuan LO
1. Jenis fraud pada kasus
Dari masalah dapat dilihat sebagai berikut:
- Dwi okta, kode kamar D, jenis kamar kelas 3
- Turi yan & lie ican, tanggal masuk lebih besar dari tanggal keluar, data tidak bisa
diproses
- Retno lama menginap tidak sesuai : 102 hari jadi 96 hari
- Biaya inap tidak sesuai
Retno : 15.300.000 jadi 14.400.000
Ranti : 9.300.000 jadi 18.600.000
Yuli : 4.725.000 jadi 12.600.000
Bambang : 4.950.000 jadi 6.600.000
Susanto : 900.000 jadi 2.400.000
Dwi okta : 525.000 jadi 1.400.000
- Tarif dokter tidak sesuai
Retno : 7.650.000 jadi 7.200.000
Ranti : 2.790.000 jadi 8.835.000
Yuli : 1.260.000 jadi 5.985.000
Bambang : 1.485.000 jadi 3.135.000
Susanto : 540.000 jadi 1.140.000
Dwi okta : 140.000 jadi 665.000
Sehingga terdapat selisih
Jenis-jenis Fraud berdasarkan kasus
a. Phantom billing
Yaitu tagihan diberikan meski tidak ada pelayanan atau dapat disebut tarif fiktif
b. Type room charge
Yaitu biaya hidup tidak sesuai
c. Length of Stay
Yaitu pihak rumah sakit memperpanjang lama inap pasien
d. Penggelembungan biaya hidup atau bisa disebut dengan penggandaan biaya
e. Upcoding
Yaitu tarif dokter yang tidak sesuai serta sistem yang tida sesuai. Karena pajak di
bebankan kembali pada pasien seperti tarif dokter, kamar dan hanya pajak untuk
obat
f. Cloning
Yaitu tarif kamar VIP di samaratakan dengan dengan kelas lainnya serta mengklaim
penyakit pasien untuk pasien lainnya.
2. Biaya langsung
a. Biaya langsung => biya dari pelayanan yang diterima secara langsung, seperti :
1) Medis
- Biaya rawat inap
- Biaya dokter
- Biaya pengobatan
2) Non medis
- Pajak
b. Biaya tidak langsung => biaya tidak langsung dapat dikeluarkan untuk aktivitas
tidak berhubungan dengan pengalaman) seperti :
- Transportasi pasien
- Mengasuh anak
- Tidak bekerja
3. Cara mencegah fraud pada kasus
FKRTL (Fasilitas Kesehatan Rujukan Tingkat Lanjut)
Bentuk pencegahannya : Sesuai dengan Permenkes No. 36 Tahun 2015 maka Direktur RSUD
Menggala membuat Surat Edaran No.800/875/III.12/TB/IX/2015 Tentang
Upaya Pencegahan fraud di RSUD Menggala meliputi :
a. Dalam memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat harus secara
optimal dan berorientasi kepada kendali mutu dan kendali biaya.
b. Dalam memberikan pelayanan harus sesuai dengan Standar Pelayanan
Minimal (SPM), Pedoman Pelayanan Klinis dan clinical pathway.
c. Melakukan audit klinis
d. Dalam mengajukan klaim harus sesuai dengan prosedur klaim yang telah
ditetapkan (Hartati, 2016)

Hukuman jika terjadi pelanggaran fraud yaitu, dapat dikenakan 5 tahun tahanan serta
dikenakan denda. Pasal yang dikenakan terhadp kasus ;

Pasal 374 KUHP yang menyebutkan, “Penggelapan yang dilakukan oleh orang
yang penguasaannya terhadap barang disebabkan karena ada hubungan kerja atau karena
pencarian atau karena mendapat upah untuk itu, diancam dengan pidana penjara paling
lama lima tahun.”

Pasal 263 KUHP tetang pemalsuan surat :

1. Barangsiapa membuat secara tidak benar atau memalsu surat yang dapat menimbulkan
sesuatu hak, perikatan, atau pembebasan hutang atau yang diperuntukkan sebagai
bukti dari sesuatu hal, dengan maksud untuk memakai atau menyuruh orang lain pakai
surat tersebut seolah-olah isinya benar dan tidak dipalsu, diancam, jika pemakaian
tersebut dapat menimbulkan kerugian, karena pemalsuan surat, dengan pidana penjara
paling lama enam tahun.

2. Diancam dengan pidana yang sama, barangsiapa dengan sengaja memakai surat yang
isinya tidak benar atau yang dipalsu, seolah-olah benar dan tidak dipalsu, jika
pemakaian surat itu dapat menimbulkan kerugian.
DAFTAR PUSTAKA

ACFE. 2000. Fraud Examiners Manual. Third Edition. Texas: Association of Certified Fraud
Examination
Kemenkes RI. (2019). Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 16 Tahun 2019
Tentang Pencegahan dan Penanganan Kecurangan (Fraud) Serta Pengenaan Sanksi
Administratif terhadap Kecurangan (Fraud) dalam Pelaksanaan Program Jaminan
Kesehatan. Jakarta: Kemenkes RI.
Nopoanto, H. (2012). Faktor-Faktor Yang Berpengaruh Terhadap Lama Rawat Inap Pada Pasien
Demam Berdarah Dengue Di Rsup Dr Kariadi Semarang. Jurnal Media Medika Muda
Puspitasari, D.D.A. 2018. Analisis Laporan Keuangan Sebagai Dasar Dalam Menilai Kinerja
Keuangan (Studi Kasus di RAUMAH Sakit Umum Daerah RA. Kartini Jepara Tahun
2014-2016). Universitas Islam Nahdlatul Ulama Jepara.
Puspitaningtyas. Z. 2022. Dasar Audit Keuangan. Yogyakarta: Pandiva Buku.

Anda mungkin juga menyukai