Anda di halaman 1dari 33

MAKALAH

HIPERTENSI

DOSEN PENGAMPU:
Ns. Ria Desnita, M.Kep, Sp.Kep.MB

DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 1
1. OKTA JAHYANI 211211860
2. TANIA CINDRA KASIH 221212034
3. SALSALBILLA LIRABBIHA 221212029
4. ELMA HAGIA 221212059

PRODI SI KEPERAWATAN
STIKES MERCUBAKTIJAYA PADANG
2023

1
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
karunia, taufiq, hidayah, kesehatan, kekuatan serta kesempatan sehingga kami
mampu menyelesaikan makalah asuhan keperawatan dengan penyakit hipertensi
ini.

Makalah ini membahas tentang apa itu hipertensi,penyebab terjadinya


hipertensi dan faktor-faktor resiko pengobatan nya. Besar harapan kami makalah
ini dapat berguna bagi pembaca. Namun kami menyadari masih banyak
kekurangan, oleh karna itu kritik dan saran yang membangun dan bermanfaat bagi
semua pihak terutama kepada mata kuliah KEPERAWATAN DEWASA ini, kami
juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak serta mohon kritik dan saran
sebagai masukkan untuk perbaikan dan penyempurnaan makalah ini untuk masa
yang akan datang.

Akhirnya hanya kepada Allah SWT. Kami berserah diri semoga makalah ini
bermanfaat bagi semuanya.

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR................................................................................................................i
DAFTAR ISI..............................................................................................................................ii
BAB 1 PENDAHULUAN
A.Latar belakang...................................................................................................................1
B. Tujuan penulisan...............................................................................................................2
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi.............................................................................................................................2
B. Anatomi fisiologi..............................................................................................................2
C. Etiologi.............................................................................................................................9
D.Manifestasi klinis............................................................................................................10
E. Klasifikasi.......................................................................................................................10
F. Pemeriksaan penunjang...................................................................................................11
G. Komplikasi.....................................................................................................................11
H. Penatalaksanaan..............................................................................................................12
BAB 3 ASKEP TEORITIS
A. Pengkajian......................................................................................................................13
B. Diagnosa.........................................................................................................................14
C. Intervensi........................................................................................................................15
D. Implementasi..................................................................................................................17
E. evaluasi...........................................................................................................................19
BAB 4 PENUTUP
A.Kesimpulan.....................................................................................................................20
B. Saran...............................................................................................................................20
DAFTAR PUSTAKA

3
BAB 1
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Hipertensi adalah keadaan dimana tekanan darah mengalami peningkatan yang memberikan
gejala berlanjut pada suatu organ target ditubuh.hal ini dapat menimbulkan kerusakan yang lebih
berat,misalnya stroke (terjadi pada otak dan menyebabkan kematian yang cukup tinggi), penyakit
jantung koroner (terjadi kerusakan pembuluh darah jantung) dan hipertrofi ventrikel kiri (terjadi
pada otot jantung). Hipertensi juga menyebabkan penyakit gagal ginjal,penyakit pembuluh lain
dan penyakit lainnya (syahrini et.al.,2012).
Umumnya penyakit hipertensi terjadi pada orang yang sudah berusia lebih dari 40tahun.
Penyakit ini biasanya tidak menunjukkan gejala yang nyata dan pada stadium awal belum
menimbulkankan gejala yang serius pada kesehatan penderitanya (gunawan,2012)

Didunia diperkirkan 7,5juta kematian disebabkan oleh tekanan darah tinggi. Pada tahun 1980
jumlah orang dengan hipertensi ditemukan sebanyak 600juta dan mengalami peningkatan menjdi
hampir 1milyar pada tahun 2008 (WHO,2013).
Di indonesia sendiri,berdasarkan hasil riset kesehatan tahun2007 diketahui bahwa prevelensi
hipertensi di indonesia sangat tinggi,yaitu rata-rata 3,17% dari total penduduk dewasa. Hal ini
berarti 1 dari 3 orang dewasa menderita hipertensi,hasil penelitian yang dilakukan oleh rinkesdas
menemukan hasil prevelensi hipertensi diindonesia pada tahun 2013 sebesar 13,8% bangka
belitung menjadi daerah dengan preverensi hipertensi tertinggi yaitu sebesar 30,9%,kemudian
diikuti oleh kalimantan selatan 30,8%,kalimantan timur29,6% dan jawa barat 29,4%
(riskesdas,2013).

Tekanan darah tinggi dapat disebabkan oleh berbagai macam faktor,salah satunya adalah
stress,stress adalah suatu respon nonspesifik terhadap setiap tekanan atau tuntutan yang mungkin
muncul,baik dari kondisi yang menyenangkan maupun tidak menyenangkan. Berdasarkan
penelitian yang telah dilakukan oleh riskesdas 2013. Untuk mengetahui preverensi gangguan
mental emosianal diketahui bahwa terdapat 3,2% orang yang memiliki gangguan mental
emosional pada provinsi kali mantan timur pada kabupaten kutai kartanegara itu sendiri dari
hasil penelitian riskesdas diketahui gangguan mental emosional adalah sebesar 4,8%. Sedangkan
berdasarkan survey pendahuluan yang telah dilakukan oleh penulis dipuskesmas bapak mahang
kabupaten kutai kartanegara provinsi kalimantan timur diketahui banyak penderita hipertensi
yang datang untuk melakukan pemeriksaan pada puskesmas tersebut yang mengeluh adanya
tekanan atau tuntutan dari diri mereka sendiri, seperti adanya tuntutan dari pekerjaan,tuntutan
ekonomi dan sebagainya yang membuat mereka mengalami stress.

Stress dapat memicu timbulnya hipertensi melalui aktifitas sistim saraf simpatis yang
mengakibat kan naiknya tekanan darah secara intermiten (tidak menentu) (andria,2013). Pada
saat itu seseorang mengalami stress,hormon adrenalin akan dilepaskan dan kemudian
meningkatkan tekanan darah melalui kontraksi arteri (vasokontriksi) dan peningkatan denyut
jantung apabila stress berlanjut,tekanan darah akan tetap tinggi,sehingga orang tersebut akan
mengalami hipertensi (south,2014).

B. TUJUAN
Dari latar belakang tersebut diatas penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah ada
hubungan antara stress dan hipertensi terutama pada provinsi jambi sekitaran kerinci dan
sungaipenuh.

4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

1.. KONSEP TEORITIS HIPERTENSI


A. Definisi
Hipertensi atau penyakit darah tinggi sebenarnya adalah suatu gangguan pada
pembuluh darah yang mengakibatkan suplay oksigen dan nutrisi yang dibawa oleh
darah terhambat sampai kejaringan tubuh yang membutuhkan,hipertensi sering
disebut pembunuh gelap “silent killer” (nurhaedar 2010).
Hipertensi atau tekanan darah tinggi adalah penyakit yang umum terjadi dalam
masyarakat kita. Keadaan. Keadaan itu terjadi jika tekanan darah pada arteri utama
didalam tubuh terlalu tinggi . hipertensi kini semakin sering dijumpai pada orang
lanjut usia (shanty,2011).
Hipertensi adalah suatu keadaan ketika tekanan darah didalam pembuluh darah
meningkat secara kronis. Hal tersebut dapat terjadi karena jantung bekerja lebih
keras memompa darah untuk memenuhi kebutuhan oksigen dan nutrisi tubuh,jika
dibiarkan kondisi ini dapat mengganggu organ organ tubuh lain,terutama organ-
organ vital seperti jantung dan ginjal (kemenkes RI 2013).
B. Anatomi fisiologi

Sistem peredaran darah manusia terdiri atas jantung, pembuluh darah, dan
saluran limfe. Jantung merupakan organ penting yang memompa darah dan
memelihara peredaran melalui saluran tubuh.
Arteri membawa darah dari jantung,Vena membawa dara ke jantung, Kapiler
menggabungkan arteri dan vena, terentang diantaranya dan merupakan jalan lalu
lintas antara makanan dan bahan buangan. Disini juga terjadi pertukaran gas dalam
cairan ekstra seluler atau intershil. Saluran limfe mengumpulkan, menggiring dan
menyalurkan kembali ke dalam limfenya yang dikeluarkan melalui dinaing kapiler
halus untuk membersihkan jaringan. Saluran limfe ini juga dapat dianggap menjadi
bagian sistem peredaran.
Denyut arteri adalah suatu gelombang yang teraba pada arteri bila darah
dipompa keluar jantung. Denyut ini mudah diraba ditempat arteri temporalis diatas
tulang temporal atau arteri dorsalis pedis di belokan mata kaki. Kecepatan denyut
jantung dalam keadaan sehat berbeda-beda, dipengaruhi penghidupan, pekerjaan,
makanan, umur dan emosi. Irama dan denyut sesuai dengan siklus jantung jumlah
denyut jantung 70 berarti siklus jantung 70 kali per menit.

5
Kecepatan normal denyut nadi per menit :
Pada bayi yang baru lahir 140
Selama tahun pertama 120
Selama tahun kedua 110
Pada umur 5 tahun 96-100
Pada umur 10 tahun 80-90
Pada orang dewasa 60-80
(Pearce. 2009 : h 151)

 Tekanan Darah
Tekanan darah sangat penting dalam sirkulasi darah dan selalu diperlukan
untuk daya dorong didalam arteri, arteriola, kapiler dan sistem vena sehingga
terbentuk aliran darah yang menetap. Jantung bekerja sebagai pemompa darah
dapat memindahkan darah dari pembuluh vena ke pembuluh arteri. Pada sirkulasi
tertutup aktivitas pompa jantug berlangsung dengan cara mengadakan kontraksi
dan relaksasi sehingga menimbulkan perubahan tekanan darah dan sirkulasi darah.
Pada tekanan darah didalam arteri kenaikan arteri pada puncaknya sekitar 120
mmHg tekanan ini disebut tekanan stroke. Kenaikan ini menyebabkan aorta
mengalami distensi sehingga tekanan didalamnya turun sedikit. Pada saat diastole
ventrikel, tekanan aorta cenderung menurun sampai dengan 80 mmHg. Tekanan ini
dalam pemeriksaan disebut dengan tekanan diastole.

 Kecepatan Tekanan
Kecepatan aliran darah bergantung pada ukuran palung dari pembuluh darah.
Darah dalam aorta bergerak cepat, dalam arteri kecepatan berkurang dan sangat
lambat pada kapiler, dalam arteri kecepatan berkurang dan sangat lambat pada
kapiler. Faktor lain yang membantu aliran darah kejantung maupun gerakan otot
kerangka mengeluarkan tekanan diatas vena, gerakkan yang dihasilkan
pernafasan dengan naik turunnya diafragma yang bekerja sebagai pemopa, isapan
yang dikeluarkan oleh atrium yang kosong sewaktu diastole menarik darah dari
vena dan tekanan darah arterial mendorong darah maju. Perubahan tekanan nadi
pengaruhi oleh faktor yang mempengaruhi tekanan darah, misalnya pengaruh usia
dan penyakit arteriosklerosis. Pada keadaan arteriosklorosis, olasitias pembuluh
darah kurang bahkan menghilang sama sekali, sehingga tekanan nadi meningkat.
Kecepatan aliran darah dibagian tengah dan pada bagian tepi (ferifer) yang
dekat dengan permukaan bagian dalam dinding arteri adalah sama, aliran bersifat
sejajar yang konsentris dengan arah yang sama jika dijumpai suatu aliran darah
dalam arteri yang mengarah kesegala jurusan sehingga memberikan gambaran
aliran yang yang tidak lancer. Keadaan dapat terjadi pada darah yang mengatur
melalui bagian pembuluh darah yang mengalami sumbatan atau vasokonstriksi.
(Drs_H.Syaifuddin. 2010)

6
A. Anatomi Jantung
Jantung merupakan sebuah organ yang terdiri dari otot. Otot jantung merupakan
jaringan istimewa karena kalau dilihat dari bentuk dan susunannya sama dengan
otot serat lintang, tetapi cara bekerjanya menyerupai otot polos yaitu di luar
kemauan kita (dipengaruhi oleh susunan saraf otonom).

Bentuk jantung menyerupai jantung pisang, bagian atasnya tumpul (pangkal


jantung) dan disebut juga basis kordis. Di sebelah bawah agak runcing yang
disebut apeks kordis. Letak jantung di dalam rongga dada sebelah depan (kavum
mediastinum anterior), sebelah kiri bawah dari pertengahan rongga dada, di atas
diafragma,dan pangkalnya terdapat di belakang kiri antara kosta V dan Vl dua jari
di bawah papilla mamae. Pada tempat ini teraba adanya denyutan jantung yang
disebut iktus kordis. Ukurannya lebih kurang sebesar genggaman tangan kanan dan
beratnya kira-kira 250-300 gram.

Di antara dua lapisan jantung ini terdapat lendir sebagai pelicin untuk menjaga
agar pergesekan antara perikardium pleura tidak menimbulkan gangguan terhadap
jantung. Jantung bekerja selama kita masih hidup. karena itu mem butuhkan
makanan yang dibawa oleh darah. Pembuluh darah yang terpenting dan
memberikan darah untuk jantung dari aorta asendens dinamakan arteri koronaria.

Jantung dipersarafi oleh nervus simpatikus/nervus akselerantis, untuk


menggiatkan kerja jantung dan nervus para simpa memperlambat kerja jantung.
Jantung dapat bergerak yaitumengembang dan menguncup yang disebabkan oleh
adanya rangsangan yangberasal dari susunan saraf otonom. Rangsangan ini
diterima oleh jantung pada simpul saraf yang terdapat pada atrium dekstra dekat
masuknya vena kava yang disebut nodus sinoatrial (sinusknop simpul keith flak).
Dari sini rangsangan akan diteruskan ke dinding atriumdan juga ke bagian septum
kordis oleh nodus atrioventrikular atau simpul tawara rnelalui berkas wenkebach,
Darisimpultawara rangsangan akan melalui bundel atrioventrikular (berkas his)
dan pada bagian cincin yang terdapat antara atriumdan ventrikel yang disebut
anulus fibrosus, rangsangan akan terhenti kira-kira 1/10 detik.

Seterusnya rangsangan tersebut akan diteruskan ke bagian apeks kordis dan


melalui berkas purkinje disebarkan ke seluruh dinding ventrikel, dengan demi kian
jantung berkontraksi

7
Struktur eksterior jantung

Struktur inferior jantung

Dalam kerjanya jantung mempunyai tiga periode:


a. Periode konstriksi (periode sistole). Suatu keadaan ketika jantung
bagianventrikel dalam keadaan menguncup. Katup bikus dan trikuspidalis
dalamkeadaan tertutup valvula semilunaris aorta dan valvula semilunaris
arteripulmonalis terbuka, sehingga darah dari ventrikel dekstra mengalir ke
arteripulmonalis masuk ke paru-paru kiri dan kanan. Sedangkan darah
dariventrikel sinistra mengalir ke aotra kemudian diedarkan ke seluruh tubuh.
b. Periode dilatasi (periode diastole). Suatu keadaan ketika jantung
mengembang. Katup bikus dan trikuspidalis terbuka, sehingga darah dari
atriumsinistra masuk ventrikel sinistra dan darah dari atrium dekstra masuk
keventrikel dekstra. Selanjutnya darah yang ada di paru-paru kiri dan kananmelalui
vena pulmonalis masuk ke atrium sinistra dan darah dari seluruhtubuh melalui
vena kava masuk ke atrium dekstra.

c. Periode istirahat, yaitu waktu antara periode konstriksi dan dilatasi


ketikajantung berhenti kira-kira 1/10 detik. Pada waktu kita beristirahat jantung
akanmenguncup sebanyak 70-80 kali/menit. Pada tiap-tiap kontraksi jantung akan
memindahkan darah ke aorta sebanyak 60-70 cc. Kalau kita bekerja maka jantung
akan lebih cepat berkonstriksi sehingga darah lebih banyak dialirkan ke seluruh
tubuh: Kerja jantung dapat diketahui denganjalan memeriksa perjalanan darah
dalam arteri. Oleh karena dinding arteri akan mengembang jika di dalamnya

8
mengalir gelombang darah. Gelombang darah ini menimbulkan denyutan pada
arteri. Sesuai dengan kuncupnya jantung yang disebut denyut nadi. Baik buruknya
dan teratur tidaknya denyut nadi bergantungdari kembang-kempisnya jantung.

1. Siklus jantung
Siklus jantung merupakan kejadian yang terjadi dalam jantung selama
peredaran darah. Gerakan jantung terdiri dari 2 jenis yaitu konstriksi (sistole) dan
pengendoran (diastole) konstriksi dari ke-2 atrium terjadi secara serentak yang
disebutsistole atrial dan pengendorannya disebut diastole atrial.
Lama konstriksi ventrikel ±0,3 detik dan tahap pengendoran selama 0,5 detik.
Konstriksi kedua atrium pendek. Sedangkan konstriksi ventrikel lebih lama dan
lebih kuat. Daya dorong ventrikel kiri harus lebih kuat karena harus mendorong
darah ke seluruh tubuh untuk mempertahankan tekanan darah sistemik. Meskipun
ventrikel kanan juga memompakan darah yang sama tetapi tugasnya hanya
mengalirkan darah ke sekitar paru-paru ketika tekanannya lebih rendah.

2. Bunyi jantung
Selamapergerakan, jantung dapatterdengardua macam suara yang disebabkan
oleh katup-katup yang menutup. Bunyi pertama disebabkan menutupnya katup
atrioventrikel, dan bunyi kedua karena menutupnya katup aorta dan arteri
pulmonary setelah konstriksi dari ventrikel. Bunyi yang pertama adalah panjang,
yang keduapendek dan tajam. Dalam keadaan normal jantung tidak membuat bunyi
lebih keras, tetapi bila arus darah cepat atau kalau ada kelainan pada katup maka
terdapat bunyi bising.

3. Debaran Jantung
Debaran jantung (debaran apeks) merupakan pukulan ventrikel kiri
terhadapdinding anterior yang lerjadi selama konstriksi ventrikel. Debaran ini
dapat dirabadan sering terlihat pada ruang interkostalis kelima kira-kira 4 cm dari
garis sternum.

4. Sifat otot jantung


Otot jantung mempunyai ciri-ciri yang khas. Kemampuan berkontraksi
ototjantung sewaktu sistole maupun diastole tidak bergantung pada rangsangan
saraf.Konduktivitas (daya hantar) konstriksi melalui setiap serabut otot jantung
secara halus sekali dan sangat jelas dalam berkas his. Ritme dan kekuatan
gelombangyang dimiliki otot jantung secara otomatis dengan tidak bergantung
padirangsangan saraf.

5. Denyut arteri
Denyut nadi merupakan suatu gelombang yang teraba pada arteri bila
darahdipompakan keluar jantung. Denyut inidapatdiraba pada arteri radialis dan
arteridorsalis pedis yang merupakan gelombang tekanan yang dialihkan dari aorta

9
kearteri yang merambat lebih cepat. Kecepatan denyut jantung dalam keadaan
sehatdipengaruhi oleh pekerjaan, makanan, emosi, cara hidup dan umur.

6.Daya pompa jantung


Dalam keadaan istirahat jantung beredar 70 kali/menit. Pada waktu banyak
pergerakan, kecepatan jantung bisa dicapai 150 kali/menit dengan daya pompa 20-
25 liter/menit.
Setiap menit jumlah volume darah yang tepat sama sekali dialirkan dari venake
jantung. Apabila pengembalian dari vena tidak seimbang dan ventrikel gagal
mengimbanginya dengan daya pompa jantung maka vena-vena dekat jantungjadi
membengkak berisi darah sehingga tekanan dalam vena naik dalam jangka waktu
lama, bisa menjadi edema.

7. Katup-katup jantung
Di dalam jantung terdapat katup-katup yang sangat penting artinya dalamsusunan
peredaran darah dan pergerakan jantung manusia.
1) Valvula bikuspidalis, terdapat antara atrium dekstra dengan ventrikel
dekstrayang terdiri dari 3 katup.
2) Valvula bikuspidalis, terletak antara atrium sinistra dengan ventrikel
sinistrayang terdiri dari 2 katup.
3) Valvula semilunaris arteri pulmonalis, terletak antara ventrikel dekstra
denganarteri pulmonalis, tempat darah mengalir rnenuju ke paru-paru.
4) Valvula semilunaris aorta, terletak antara ventrikel sinistra dengan
aortatempat darah mengalir menuju ke seluruh tubuh.

B. Fisiologi jantung
Jantung terdiri dari tiga tipe otot jantung yang utama yaitu otot atrium, otot
ventrikel dan serat otot khusus pengantar rangsangan, sebagai pencetus
rangsangan. Tipe ototatrium dan ventrikel berkontraksi dengan cara yang sama
seperti otoi rangkadengan kontraksi otot yang lebih lama. Sedangkan serat khusus
penghantar danpencetus rangsangan berkontraksi dengan lemah sekali sebab serat-
serat inihanya mengandung sedikit serat kontraktif malahan serat ini menghambat
iramadan berbagai kecepatan konduksi sehingga serat ini bekerfa sebagai suatu
sistem pencetus rangsangan bagi jantung.

a. Sifat ritmisitas/otomatis
Otot jantung secara potensial dapat berkontraksi tanpa adanya rangsangan
dariluar. Jantung dapat membentuk rangsangan (impuls) sendiri. Pada keadaan
fisiologis sel-sel miokardium memiliki daya kontraktilitas yang tinggi.
b. Mengikuti hukum gagal atau tuntas
Bila impuls yang dilepas mencapai ambang rangsang otot jantung maka
seluruhjantung akan berkontraksi maksimal, sebab susunan otot jantung
merupakan suatu sinsitium sehingga impuls jantung segera dapat mencapai semua
bagian jantung. Jantung selalu berkontraksi dengan kekuatan yang sama. Kekuatan

10
kontraksi dapat berubah-ubah bergantung pada faktor tertentu, misalnya serat
ototjantung, suhu dan hormon tertentu.
c. Tidak dapat berkontraksi tetanik
Refraktor absolut pada otot jantung berlangsung sampai sepertiga masa
relaksasijantung, merupakan upaya tubuh untuk melindungi diri.
d. Kekuatan kontraksi dipengaruhi panjang awal otot
Bila seberkas otot rangka diregang kemudian dirangsang secara maksimal,
otottersebut akan berkontraksi dengan kekuatan tertentu. Serat otot jantung
akanbertambah panjang bila volume diastoliknya bertambah. Bila peningkatan
diastolik melampaui batas tertentu kekuatan kontraksi akan menurun kembali.

Elektrofisiologi sel otot jantung


Aktivitas listrik jantung merupakan akibatdariperubahan permeabilitas
membrane sel yang memungkinkan pergerakan ion-ion melalui membran tersebut.
Denganmasuknya ion-ion maka muatan listrik sepanjang membran ini
mengalamiperubahan yang relatif.Terdapat tiga macam ion yang mempunyai
fungsi penting dalam elektrofisiologi selyaitu kalium (K), natrium (Na) dan
kalsium (Ca). Kalium lebih banyakterdapat di dalam sel sedangkan kalium dan
kalsium lebih banyak terdapat di luarsel.
Dalam keadaan istirahat sel-sel otot jantung mempunyai muatan positif
dibagian luar sel dan muatan negatif di bagian dalam sel, ini dapat
dibuktikandengan galvanometeir. Perbedaan muatan bagian luar dan bagian dalam
seldisebut resting membrane potensial. Bila sel dirangsang akan terjadi
perubahanmuatan dalam sel menjadi positif sedangkan di luar sel menjadi negatif.
Prosesterjadinya perubahan muatan akibat rangsangan dinamakan depolarisasi.
Kemudian setelah rangsangan sel berusaha kembali pada keadaan muatan
semula,proses ini dinamakan repolarisasi. Seluruh proses tersebut dinamakan
potensialaksi. Potensial aksi terjadi disebabkan rangsangan listrik, kirnia, mekanik
dantermis.
a. Potensial aksi
Potensial aksi dibagi dalam lima fase:
1) Fase istirahat: Bagian luar sel jantung bermuatan positif dan bagian
dalambermuatan negatif (polarisasi). Membran sel lebih permeabel terhadap
kaliumdaripada natrium sehingga sebagian kecil kalium merembes keluar sel
denganhilangnya kalium maka bagian dalam sel menjadi relatif negatif.
2) Fase depolarisasi (cepat): Disebabkan oleh meningkatnya permeabel
membran terhadap natrium sehingga natrium mengalir dari luar ke dalam
akibatnya muatan di dalam sel menjadi positif sedangkan di luar sel menjadi
negatif.
3) Fase polarisasi parsial: Segera setelah terjadi depolarisasi terdapat
sedikitperubahan akibat masuknya kalsium ke dalam sel sehingga muatan positif
didalam sel menjadi berkurang.
4) Fase plato (keadaan stabil): Fase depolarisasi diikuti keadaan stabil yang
agaklama sesuai dengan masa refrakter absolut dari miokard. Selama fase ini
tidakterjadi perubahan muatan listrik. Terdapat keseimbangan antara ion positif

11
yang masuk dan yang keluar aliran kalsium dan natrium ke dalam sel
perlahandiimbangi dengan keluarnya kalium dari dalam sel.
5) Fase repolarisasi (cepat): Pada fase ini muatan kalsium dan natrium
secaraberangsur tidak mengalir lagi dan permeabilitas terhadap kalium sangat
meningkat sehingga kalium keluar dari sel dengan cepat. Akibatnya muatanpositif
dalam sel menjadi sangat berkurang sehingga pada akhirnya muatan didalam sel
menjadi relatif negatif dan muatan di luar sel relatif positif.

b. Siklus jantung
Jantung mempunyai 4 pompa yang terpisah. Dua pompa primer atrium dan
2pompa tenaga ventrikel. Periode akhir kontraksi jantung sampai akhir
kontraksiberikutnya dinamakan siklus jantung. Tiap-tiap siklus dimulai oleh
timbulnyapotensial aksi secara spontan pada simpul SA (sinoatrial) yang terletak
padadinding posterior atrium kanan dekat muara vena kava superior. Potensial
aksiberjalan dengan cepat melalui berkas atrioventrikular (AV) ke dalam
ventrikel,karena susunan khusus sistem penghantar. Atrium ke ventrikel terdapat
perlambatan 1/10 detik antara jalan impuls jantung dan atrium ke dalam ventrikel.
Hal inimemungkinkan atrium berkontraksi mendahului ventrikel, atrium bekerja
sebagai pompa primer bagi ventrikel dan kemudian menyediakan sumber tenaga
utama bagi pergerakan darah melalui sistem vaskular
C. Etiologi
Berdasarkan etiologinya hipertensi dibagi atas hipertensi asensial dan hipertensi
sekunder yaitu sebagai berikut: (ardhan,2015)
a. Hipertensi asensial (primer) merupakan hipertensi yang tidak jelas etiologinya.
Lebih dari 90% hipertensi masuk kedalam kelompok ini. Kelainan hermodinamik
utama pada hipertensi asensial adalah peningkatan resistensi feriper. Penyebab
hipertensi asensial adalah multi faktor,terdiri dari faktor genetik dan
lingkungan.faktor keturunan termasuk poligenik dan terlihat adanya penyakit
kardiovaskulerdari keluarga. Faktor predisposisi genetik dapat berupa sensivitas
terhadap natrium, kepekaan terhadap stress,peningkatan reaksivitas vascular
(terhadap vasokontriktor), dan sesistensi insulin.paling sedikit ada 3 faktor
lingkungan yang dapat menyebabkan hipertensi yakni,makan garam (Natrium)
berlebihan,strees psikis,dan obesitas.
b. Hipertensi sekunder prevelensinya sekitar 5-8% dari seluruh penderita
hipertensi. Hipertensi ini dapat disebabkan oleh penyakit ginjal (hipertensi renal),
penyakit endokrin (hipertensi endokrin),obat dan lain-lain.
Hipertensi renal dapat berupa:
 Hipertensi renovaskular adalah hipertensi akibat lesi pada arteri ginjal
sehingga mengakibatkan hipofervusi ginjal.
 Hipotensi akibat lesi pada parenkim ginjal menimbulkan gangguan fungsi
ginjal.
D. Manifestasi klinik
Sebagian besar menifestasi klinik timbul setelah mengalami hipertensi selama
bertahun-tahun,dan berupa;
 Nyeri kepala saat terjaga dan kadang-kadang disertai dengan mual dan
muntah.

12
 Penglihatan kabur akibat kerusakan retina disebabkan oleh hipertensi.
 Ayunan langkah yang tidak mantap karena kerusakan saraf pusat.
 Nokturea karna peningkata aliran darah ginjal dan filtrasi glomerolus.
 Edema akibat peningkatan tekanan kapiler.

Pada hipertensi maligma yang merukan hipertensi berat yang progresif,yang


dimana tekanan darah diastolik >115 mmHg. Hipertensi maligma meningkatkan
resiko gagal ginjal,gagal jantung kiri,dan stroke. Seseorang dengan maligma
beiasanya memiliki gejala-gejala:
 Morning headaches
 Penglihatan kabur
 Sesak nafas atau dispnea
 Dan gejala uremia

E. Klasifikasi
Klasifikasi hipertensi menurut JNC (joint national comunite on
prevention,detection, evalution,and the treatment of hight blood pressure), yang
dikaji oleh 33 ahli hipertensi nasional amerika serikat. Data terbaru menunjukkan
bahwa nilai tekanan darah yang sebelum nya dipertimbangkan normal ternyata
dapat meningkatkan resiko komplikasi kardiovaskuler. Sehingga mendorong
pembuatan klasifikasi baru pada JNc7, yaitu pra hipertensi dimana tekanan darah
sistol pada kisaran 120-139 mmHg dan tekanan darah diastole 80-90mmHg.
Tujuan klasifikasi dari JNC7 adalah untung mengidentifikasi individu-individu
yang dengan penanganan awal berupa perubahan gaya hidup,dapat membantu
dngan menurunkan tekanan darahnya kelevel hipertensi yang sesuai dengan usia.

Klasifikasi tekanan darah Tekanan darah Sistol Tekanan darah Diastole


(mmHg) (mmHg)
Normal <120 Dan <80
prahipertensi 120-139 Atau 80-89
Hipertensi stadium 1 140-159 Atau 90-99
Hipertensi stadium 2 >160 Atau >100
WHO dan ISHWG (international society of hypertension working group)
mengelompokkan hipertensi ke dalam klasifikasi optimal,normal,normal-
tinggi,hipertensi ringan,hipertensi sedang,dan hipertensi berat yaitu sebagai
berikut:
kategori sistol (mmHg) Diastol (mmHg)
Optimal <120 <80
Normal <130 <85
Normal-tinggi 130-139 85-89
Tingkat 1 (hipertensi 140-159 90-99
ringan)
Tingkat 2 (hipertensi 160-179 100-109
sedang)
Tingkat 3 (hipertensi 180 110
berat)

13
Hipertensi sistol 140 <90
terisolasi
Sub-gro (perbatasan) 140-149 <90

F. Pemeriksaan penunjang
1. Hemoglobin / hematokrit
Untuk mengkaji hubungan dari sel – sel terhadap volume cairan ( viskositas
) dan dapat mengindikasikan factor – factor resiko seperti
hiperkoagulabilitas, anemia.
2. BUN (Blood Unit Nitrogen)
Memberikan informasi tentang perfusi ginjal Glukosa Hiperglikemi
(diabetes mellitus adalah pencetus hipertensi) dapat diakibatkan oleh
peningkatan katekolamin (meningkatkan hipertensi)
3. Glukosa
Hiperglikemi (Diabetes Melitus adalah pencetus hipertensi) dapat
diakibatkan oleh pengeluaran Kadar ketokolamin (meningkatkan hipertensi).
4. Kalium serum
Hipokalemia dapat megindikasikan adanya aldosteron utama (penyebab)
atau menjadi efek samping terapi diuretik.

5. Kalsium serum
Peningkatan kadar kalsium serum dapat menyebabkan hipertensi
6. Kolesterol dan trigliserid serum
Peningkatan kadar dapat mengindikasikan pencetus untuk / adanya
pembentukan plak ateromatosa ( efek kardiovaskuler )
7. Pemeriksaan tiroid
Hipertiroidisme dapat menimbulkan vasokonstriksi dan hipertensi

8. Kadar aldosteron urin/serum


Untuk mengkaji aldosteronisme primer ( penyebab )
9. Urinalisa
Darah, protein, glukosa mengisyaratkan disfungsi ginjal dan atau adanya
diabetes.
10. Asam urat
Hiperurisemia telah menjadi implikasi faktor resiko hipertensi
11. Steroid urin
Kenaiakn dapat mengindikasikan hiperadrenalisme
12. IVP
Dapat mengidentifikasi penyebab hieprtensiseperti penyakit parenkim ginjal,
batu ginjal / ureter
13. Foto dada
Menunjukkan obstruksi kalsifikasi pada area katub, perbesaran jantung
14. CT scan
Untuk mengkaji tumor serebral, ensefalopati

14
15. EKG
Dapat menunjukkan pembesaran jantung, pola regangan, gangguan
konduksi, peninggian gelombang P adalah salah satu tanda dini penyakit
jantung hipertensi

G. Komplikasi
Tanda dan gejala klinis pada klien dengan hipertensi adalah:
 Peningkatan tekanan darah > 140/90 mmHg
 Sakit kepala
 Pusing/migrain
 Rasa berat ditengkuk
 Penyempitan pembuluh darah
 Sukar tidur
 Kelemahan
 Nokturia
 Azotemia
 Sulit bernafas saat beraktivitas

H. Penatalaksanaan
Pengelolaan hipertensi bertujuan untuk mencegah morbiditas dan mortalitas
akibat komplikasi kardiovaskuler yang berhubungan dengan pencapaian dan
pemeliharaan tekanan darah dibawah 140/90 mmHg.Prinsip pengelolaan penyakit
hipertensi meliputi :
Terapi tanpa Obat
1) Terapi tanpa obat digunakan sebagai tindakan untuk hipertensi ringan dan
sebagai tindakan suportif pada hipertensi sedang dan berat. Terapi tanpa obat
ini meliputi :
a. Diet
Diet yang dianjurkan untuk penderita hipertensi adalah:
1) Restriksi garam secara moderat dari 10 gr/hr menjadi 5 gr/hr
2) Diet rendah kolesterol dan rendah asam lemak jenuh
3) Penurunan berat badan
4) Penurunan asupan etanol
5) Menghentikan merokok
b. Latihan Fisik
Latihan fisik atau olah raga yang teratur dapat megendalikan tekanan
darah bahkan dapat menstabilkan tekanan darah seperti lari, jogging,
bersepeda, berenang, dan lain-lain.
Intensitas olah raga yang baik antara 60-80 % dari kapasitas aerobik atau
72-87 % dari denyut nadi maksimal yang disebut zona latihan. Lamanya
latihan berkisar antara 20-25 menit berada dalam zona latihan Frekuensi
latihan sebaiknya 3 kali perminggu dan paling baik 5 kali perminggu
c. Edukasi Psikologis
Pemberian edukasi psikologis untuk penderita hipertensi meliputi :

15
1) Tehnik Biofeedback
Biofeedback adalah suatu tehnik yang dipakai untuk menunjukkan
pada subyek tanda-tanda mengenai keadaan tubuh yang secara sadar
oleh subyek dianggap tidak normal.
Penerapan biofeedback terutama dipakai untuk mengatasi gangguan
somatik seperti nyeri kepala dan migrain, juga untuk gangguan
psikologis seperti kecemasan dan ketegangan.
2) Tehnik relaksasi
Relaksasi adalah suatu prosedur atau tehnik yang bertujuan untuk
mengurangi ketegangan atau kecemasan, dengan cara melatih
penderita untuk dapat belajar membuat otot-otot dalam tubuh menjadi
rileks
3) Pendidikan Kesehatan ( Penyuluhan )
Tujuan pendidikan kesehatan yaitu untuk meningkatkan pengetahuan
pasien tentang penyakit hipertensi dan pengelolaannya sehingga
pasien dapat mempertahankan hidupnya dan mencegah komplikasi
lebih lanjut.
2) Terapi dengan Obat
Tujuan pengobatan hipertensi tidak hanya menurunkan tekanan darah saja
tetapi juga mengurangi dan mencegah komplikasi akibat hipertensi agar penderita
dapat bertambah kuat. Pengobatan hipertensi umumnya perlu dilakukan seumur
hidup penderita.
Pengobatan standar yang dianjurkan oleh Komite Dokter Ahli Hipertensi
(Joint National Committee On Detection, Evaluation And Treatment Of High
Blood Pressure, USA, 1988) menyimpulkan bahwa obat diuretika, penyekat beta,
antagonis kalsium, atau penghambat ACE dapat digunakan sebagai obat tunggal
pertama dengan memperhatikan keadaan penderita dan penyakit lain yang ada
pada penderita.

16
BAB III
TINJAUAN KASUS

I. PENGKAJIAN
1. Pengumpulan Data
1) Identitas klien
Nama : Ny. N
Umur : 80 tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Status pernikahan : Menikah
Agama : Islam
Pendidikan terakhir : SD
Pekerjaan : Ibu rumah tangga
Suku/ Bangsa : Sunda/ Indonesia
Tanggal masuk : 6 Januari 2005
Tanggal Pengkajian : 10 Januari 2005
Ruang : 10A/ penyakit dalam dewasa
No. Medrek : 05010109
Diagnosa Medis : Hipertensi stadium 3
Alamat : Citepus RT 01 RW 06 Pajajaran Bandung.

2) Identitas Penanggung jawab


Nama : Ny. R
Umur : 38 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Pendidikan terakhir : SD
Hubungan dengan klien : Keponakan
Alamat : Citepus RT 01 RW 06 Pajajaran Bandung.
2. Riwayat Kesehatan
a. Riwayat Kesehatan Sekarang
(1) Keluhan utama saat masuk rumah sakit
Sejak 5 jam sebelum masuk rumah sakit, penderita merasakan keluar darah dari
lubang hidung sebelah kiri dengan tiba-tiba dan berwarna merah segar encer,
sebanyak lebih dari setengah gelas belimbing. Darah keluar terus-menerus sampai
masuk ke rumah sakit. Sebelumnya, 15 jam sebelum masuk rumah sakit klien
juga merasakan keluhan yang sama, tapi darah yang keluar hanya sedikit dan
berhenti sendiri.
(2) Keluhan utama saat pengkajian
Pada saat dikaji klien mengatakan tubuhnya lemas dank lien terlihat bedrest.

17
b. Riwayat Kesehatan Dahulu
Sejak 3 bulan klien merasakan sering buang air kecil dan banyak, sering merasakan
lapar, sering haus dan banyak minum. Tidak ada riwayat panas badan dan mimisan
sebelumnya. Riwayat sakit tekanan darah tinggi sudah dirasakan sejak 10 tahun
sebelum masuk rumah sakit dan klien tidak berobat secara teratur. Tekanan darah
tertinggi 200/- selama 2-3 tahun sebelum masuk rumah sakit. Penderita pernah
merasakan bengkak pada kedua tungkainya, lekas capai bila beraktivitas.
c. Riwayat Kesehatan Keluarga
Keluarga tidak ada yang memiliki penyakit menular, hipertensi, diabetes melitus dan
penyakit menurun lainnya.
3. Pola aktivitas sehari-hari
Tanggal 12 Januari 2005
No Jenis Sebelum sakit Sesudah sakit
1 Nutrisi
a. Makan
Frekuensi 3 x/ sehari, habis 1 porsi 3 x/ sehari, habis 1 porsi
Jenis Nasi, sayur, lauk- pauk Nasi, sayur, lauk-pauk
Kesulitan menelan Tidak ada Tidak ada
Pantangan/ alergi Tidak ada Asin, tinggi natrium
b. Minum
Frekuensi 6-7 gelas 6-7 gelas
Jenis air putih air putih
Pantangan tidak ada tidak ada
2 Eliminasi
a. BAB
Frekuensi 1 x/ hari 1 x/ hari
Konsistensi lembek lembek
Warna kuning khas feces kuning khas feces
b. BAK
Frekuensi 3 x/ hari 3 x/ hari
Warna kuning jernih kuning jernih
Kesulitan tidak ada tidak ada
3 Istirahat tidur
a. Tidur malam 6 jam/ hari dari pukul 6 jam/ hari dari pukul
09.00-03.00 09.00-03.00
b. Tidur siang 2 jam/ hari 2 jam/ hari

4 Personal hygiene
Mandi 2 x/ hari, mandiri 2 x/ hari, diseka oleh
keluarga dan perawat

18
Sikat gigi 2 x/ hari 2 x/ hari dibantu oleh
keluarga dan perawat

Cuci rambut 2 hari sekali 2 hari sekali dibantu


oleh keluarga dan
perawat
5 Aktivitas Klien beraktivitas Klien bedrest di tempat
sebagai ibu rumah tangga tidur, kebutuhan ADL
yang selalu di rumah. seperti BAB dan BAK
masih dapat dipenuhi
dengan bantuan perawat
dan keluarga.

4. Pemeriksaan Fisik
a. Kesadaran umum
Kesadaran : Composmentis GCS : 15
Vital Sign : Suhu : 36,5 0C
Nadi : 67x/mnt
Tensi : 130/80 mmHg
Respirasi : 20 x/mnt

b. Sistem pernafasan
Bentuk hidung simetris nasal ditengah, tidak terdapat pernafasan cuping hidung,
fungsi penciuman dan kepatenan hidung baik. Leher ditengah, bentuk dada simetris,
pengembangan paru-paru simetris anterior-posterior, tidak terlihat penggunaan otot-
otot nafas tambahan, vibrasi kiri dan kanan anterior posterior seimbang pada kedua
paru. Pada perkusi terdengar resonan pada seluruh daerah paru, suara nafas murni
vesikuler dengan frekuensi nafas 20 x/ menit.
c. Sistem kardiovaskuler
Tidak ada peningkatan JVP, CRT kurang dari 3 detik, iktus kordis teraba pada ICS 6
kanan mid klavikula peranjakan 2 cm, bunyi jantung murni reguler pada S1 dan S2,
tidak ada bunyi jantung tambahan. Nadi radialis 67 x/ menit. Pada perkusi jantung
dullness.
d. Sistem pencernaan
Mukosa bibir lembab, lidah dan gusi tidak ada stomatitis, pergerakan lidah baik,
jumlah gigi 32 lengkap, tidak ada caries, uvula simetris, reflek menelan baik. Pada
auskultasi bising usus 21 x/ menit, pada perkusi tympani pada lambung, dullness pada
hepar, tidak terdapat nyeri tekan dan nyari lepas pada seluruh area abdomen dan tidak
terdapat pembesaran hati dan lien.

19
e. Sistem persarafan
1) Tes serebral fungsi
Klien dapat berorientasi dengan tempat, orang dan waktu, klien dapat berespon
dengan baik, klien dapat berkomunikasi dengan normal, GCS (E =4, M = 6, V =
5).
2) Saraf cranial
Nervus I (Olfaktorius)
Klien dapat membedakan bau kayu putih dan kopi dengan mata tertutup.
Nervus II (Optikus)
Klien dapat membaca papan nama perawat dalam jarak  30 cm. Tidak
terdapat penyempitan lapang pandang.
Nervus III (Okulomotorius)
Adanya kontraksi pupil 3 mm bentuk pupil bulat isokor pada kedua mata.
Nervus IV (trochlearis)
Pada kedua mata tidak terdapat nistagmus, diplopia dan deviasi mata.
Nervus V (Trigeminus)
Mata klien mengedip saat bulu mata disentuh dengan kapas, klien dapat
merasakan usapan pada mata, dahi dan dagu.
Nevus VI (Abducend)
Klien mampu menggerakkan mata ke kanan dan ke kiri.
Nervus VII (Facialis)
Klien dapat membedakan rasa asin dan manis dengan mata tertutup, bentuk
wajah simetris.
Nervus VIII (Akustikus)
Fungsi pendengaran baik
Nervus IX (Glosofaringeus)
Reflek menelan klien baik dan dapat membedakan rasa pahit.
Nervus X
Uvula klien simetris terlihat ketika klien membuka mulut dan berkata “ah”.
Nervus XI
Klien dapat mengangkat bahu dengan melawan tahanan.
Nervus XII
Bentuk lidah simetris, klien mampu menjulurkan lidah dan menggerakkannya
ke segala arah.

f. Sistem Perkemihan
Tidak terdapat keluhan nyeri pada genito urinaria tidak teraba pembesaran ginjal,
tidak terdengar suara bruits pada arteri renalis, tidak ada nyeri tekan pada simpisis,
tidak terdapat nyeri ketuk pada perkusi ginjal.

20
g. Sistem Muskuloskeletal
Klien tampak berbaring lemah di tempat tidur. Klien mengatakan jika ingin turun dari
tempat tidur atau ke kamar mandi harus dibantu oleh keluarga. Kedua lengan dan kaki
klien simetris. Tidak ditemukan oedema pada daerah ekstremitas atas dan bawah.
Terdapat penurunan fungsi motorik : klien merasa lemah pada ekstremitas sebelah
kiri. Tingkat kemampuan mobiliasasi klien yaitu perlu bantuan / bimbingan sederhana
/ pengawasan.
h. Sistem integumen
Warna rambut sebagian besar putih dan hitam, penyebaran rambut merata, keadaan
kulit kepala bersih, lesi (-), tidak ditemukan adanya ketombe, rambut bersih dan
tertata rapi. Tidak ada nyeri tekan pada daerah kepala, dan rambut tidak mudah
rontok. Warna kulit sawo matang, kuku tampak bersih dan pendek, kulit tampak
bersih dan tidak lengket. Turgor kulit Kembali dalam 3 detik Suhu klien 36,50C.
i. Sistem endokrin
Tidak terdapat moonface, tidak ada pembesaran tiroid dan kelenjar paratiroid, riwayat
poliuri tidak ada, riwayat polipagia tidak ada, riwayat polidipsi tidak ada.
5. Data Psikologis
a. Status emosi
Emosi klien stabil ekspresi wajah klien tenang dan terlihat cemas.
b. Kecemasan
Klien terlihat cemas dari klien selalu tersenyum apabila ditegur oleh perawat dan
bicara dengan keluarganya.
c. Pola koping
Menurut klien bila mendapat masalah ia sering membicarakannya dengan
keluarganya.
d. Gaya komunikasi
Klien dapat berkomunikasi verbal maupun nonverbal. Klien dapat berkomunikasi
dengan dokter, perawat, keluarga dan klien lainnya, bahasa yang digunakan bahasa
Indonesia dan bahasa Sunda.

e. Konsep diri
1) Gambaran diri
Klien menyukai semua bagian anggota tubuhnya karena semuanya ini adalah
anugrah dari Tuhan YME yang harus disyukurinya.
2) Ideal diri
Klien mengatakan ingin segera sembuh dan beraktivitas seperti biasa.
3) Identitas diri
Klien merasa bangga dilahirkan sebagai wanita.
4) Harga diri
Klien merasa senang karena banyak yang menyayanginya walaupun jauh dari
rumah.

21
5) Peran
Klien adalah sebagai seorang bibi dari keponakannya
6. Data sosial
Hubungan klien dengan keluarga, dokter, perawat dan klien lainnya baik, terlihat dengan
klien sering berkomunikasi dengan keluarga, dokter, perawat dan klien lain.
7. Data spiritual
Klien menganut agam Islam selama dirawat klien beribadah ditempat tidur saja dan slalu
berdoa untuk kesembuhannya. Klien menganggap sakitnya sebagai cobaan.

II. ANALISA DATA

INTERPRETASI DATA
No DATA DAN KEMUNGKINAN MASALAH
PENYEBAB
1. DS: Kondisi penyakit klien Resiko terjadinya
Klien mengatakan lemas ↓ kekakuan otot-otot
DO: Klien harus tirah baring ekstremitas
Klien bedrest ↓
Menimbulkan kekakuan
tonus otot

Resiko terjadinya kekakuan
otot-otot ekstremitas
2. DS : Kurangnya pengetahuan Resiko hipertensi
 Klien mengatakan tentang pengertian, berulang
sering tidak penyebab, dan pencegahan
melanjutkan hipertensi
pengobatan. ↓
 Klien mengatakan Tidak melanjutkan
jarang kontrol. pengobatan
DO : ↓
 Klien tidak tahu apa Tekanan darah tidak
itu hipertensi. terkontrol

 Klien tidak tahu ↓

mengapa perlu Resiko terjadinya kembali

pengobatan rutin.

3. DS : Penyakit Hipertensi Gangguan Rasa


 Klien mengatakan ↓ Aman : Cemas
kurang mengetahui membutuhkan perawatan
tentang penyakitnya dan pengobatan yang lama

22
 Klien mngatakan ↓
ingin segera pulang kurangnya informasi
DO : mengenai kondisi
 Klien menanyakan penyakitnya dan prosedur
tentang keadaanya pengobatannya

stressor bagi klien

Cemas

III. DAFTAR DIAGNOSA KEPERAWATAN / MASALAH KOLABOLASI

No. Diagnosa Keperawatan Tanggal Nama/ TT Tanggal Nama/ TT


Ditemukan Perawat Terpecahkan Perawat
1. Resiko terjadinya 12-01-2005
kekakuan otot-otot
ekstremitas
sehubungan dengan
tirah baring lama.
2. Resiko terjadinya 12-01-2005
kembali hipertentensi
sehubungan dengan
kurangnya
pengetahuan klien
tentang hipertensi.
3. Gangguan Rasa Aman 12-01-2005 Egi
: Cemas berhubungan
dengan kurangnya
informasi tentang
kondisi penyakitnya

23
c. PERENCANAAN KEPERAWATAN

Perencanaan
No Diagnosa Keperawatan
Tujuan Intervensi Rasional
1 2 3 4 5
1 Resiko terjadinya kekakuan otot- Tupan : 1. Lakukan mobilisasi secara 1. Meningkatkan
otot ekstremitas sehubungan Tidak terjadi kekakuan otot- bertahap. secara bertahap
dengan tirah baring lama.Ditindai otot ekstremitas. tingkat aktivitas
dengan klien sampai
Tupen : normal.
DS: Dalam 3 hari klien mampu 2. Lakukan ROM pasif. 2. Mencegah adanya
Klien mengatakan lemas menggerakkan ekstremitas atas kekakuan dan
dan bawah dengan kriteria : untuk
DO:  Klien tidak lemas lagi. memperlancar
Klien bedrest  Klien tidak bedrest lagi. peredaran darah.
3. Libatkan keluarga dalam 3. Klien merasa lebih
setiap tindakan nyaman bila
dibantu oleh
keluarga.
2. Resiko terjadinya kembali Tupan : 1. Observasi TTV. 1. Memantau

24
1 2 3 4 5
hipertensi sehubungan dengan Tidak terjadi hipertensi perkembangan
kurangnya pengetahuan klien berulang setelah klien kembali hipertensi.
tentang hipertensi. Ditindai dengan ke rumah. 2. Berikan pendidikan 2. Dengan
Tupen : kesehatan mengenai pendidikan
DS : Dalam 1x24 jam setelah hipertensi, meliputi : kesehatan
 Klien mengatakan sering tidak mendapat penyuluhan  Pengertian hipertensi diharapkan
melanjutkan pengobatan. kesehatan tentang hipertensi secara singkat dan pengetahuan klien
 Klien mengatakan jarang klien paham dengan kriteria : sederhana. bertambah dan
kontrol.  Mengerti tentang penyakit  Penyebab hipertensi. resiko hipertensi
DO : dan penanganannya.  Diit hipertensi. berulang dapat
 Klien tidak tahu apa itu Patuh terhadap program  Program perawatan dicegah.
hipertensi. perawatan diri. diri.
Klien tidak tahu mengapa perlu  Komplikasi hipertensi
pengobatan rutin secara singkat dan
sederhana.

3. Anjurkan keluarga untuk 3. Klien lebih

memantau klien dalam termotivasi untuk

makan obat dan diit klien. makan obat dan


menjalani diitnya.

25
1 2 3 4 5
4. Berikan diit rendah garam 4. Mengurangi mual.
dengan sedikit tapi sering.
3. Gangguan Rasa Aman : Cemas Tupan : 1. Bina hubungan saling 1. Dengan adanya
percaya antara perawat hubungan saling
berhubungan dengan kurangnya Gangguan rasa aman : cemas
dengan klien dan keluarga. percaya klien mau
tidak terjadi.
informasi tentang kondisi mengungkapkan
masalah dan
penyakitnya. Ditandai dengan : Tupen:
perasaannya pada
Setelah dilakukan tindakan
DS : perawat.
keperawatan selama 2 hari,
 Klien dan keluarga diharapkan pengetahuan klien
2. Bantu klien untuk 2. Dengan
dan keluarga tentang
mengatakan kurang menyesuaikan dirinya penyesuaian
keadaannya meningkat, dengan
dengan kehidupan di RS. kehidupan di RS
mengetahui tentang kriteria:
supaya klien
- Klien dan keluarga tidak
penyakitnya terbiasa dengan
mengeluh merasa khawatir
keadaan lingkungan
 Klien mngatakan ingin segera tentang penyakitnya.
di RS demi
- Klien dan keluarga secara
pulang kesembuhannya.
verbal mengatakan mengerti
3. Diskusikan bersama klien 3. Meningkatkan
DO : tentang penjelasan dari
dan keluarga mengenai pengetahuan,
perawat.
 Klien menanyakan tentang - Ekspresi wajah klien tenang
kondisi penyakit, proses pemahaman klien
penyembuhan dan dan keluarga
keadaanya perawatan klien. sehingga
mengurangi
kecemasan.
4. Beri penjelasan pada klien 4. Diharapkan dapat
dan keluarga tentang menambah
keadaan penyakit, prosedur pengetahuan klien
pengobatan dan perawatan dan keluarga

26
1 2 3 4 5
selama klien dirawat di RS. tentang keadaannya
dan dapat
membantu
mengurangi
kecemasan pada
klien.

5. Kaji pemahaman klien dan 5. Untuk mengetahui


keluarga mengenai keadaan sejauh mana
penyakit, prosedur pemahaman klien
pengobatan dan perawatan. dan keluarga
sehingga dapat
menentukan
intervensi
selanjutnya.

27
IV. TINDAKAN KEPERAWATAN

Tanggal dan Diagnosa Nama dan


Implementasi
Waktu Keperawatan Paraf
11-01-2005 Dx3 , Dx2 - Mengajarkan dan membantu
07.30 ,Dx1 Melakukan mobilisasi secara
bertahap.
- Mengajarkan dan membantu
Melakukan ROM pasif
- Melibatkan keluarga dalam setiap
tindakan
Hasil :
Perawat membantu klien dalam
mengajarkan dan membimbing klien
dalam melakukan mobilisasi dan
klien mau melakukan
- Mengobservasi TTV
Hasil :
Tekanan darah =130/80 mmHg
Nadi = 67 x/menit
Respirasi = 21 x/mnt
Suhu = 36,50 C
08.00 Dx 3  Memberikan diit rendah garam
Respon : Porsi makan habis 1 porsi.
09.00 Dx3  Melakukan ROM pasif kepada
klien dengan mobilisasi secara
bertahap
Respon : Klien dapat melakukan
ROM pasif
 Melibatkan keluarga dalam setiap

28
tindakan.
Respon : keluarga mengerti dan ikut
terlibat dalam membantu mobilisasi
klien.
10.00 Dx3  Memberikan terapi Aspar K 3 x1
tab PO
Respon : obat diberikan dan tidak
ada reaksi alergi.
 Memberikan therapy Furomesid 1x
40 mg PO dan Caltopril 3 x 12,5 mg
PO
Respon : obat diberikan dan tidak
ada reaksi alergi.
 Pantau dan catat respon terhadapan
obat.
Respon : tidak ada reaksi alergi dan
klien lebih tenang.
10.30 Dx2 , DX3 Memberikan pendidikan kesehatan
pada klien dan keluarga tentang
hipertensi
Respon : Klien dan keluarga
mengatakan telah mengerti tentang
penyakit hipertensi yang dideritanya
meliputi : pengertian, penyebab, diit,
program asuhan perawatan diri, dan
komplikasi dari hipertensi.
12.15 Dx2  Memberikan diit rendah garam
Respon : Porsi makan habis 1 porsi

29
V. EVALUASI
Tangga Nama
DX Perkembangan
l dan dan
No.
Waktu Paraf
1 12-01- S:
2005 - Klien mengatakan mulai bisa menggerakkan ekstremitas atas
maupun bawah.
O:
- Klien dapat melakukan ROM pasif.
A:
- Masalah teratasi sebagian.
P:
- Lanjutkan intrervensi
I:
- Mengajarkan dan membantu Melakukan mobilisasi secara
bertahap.
- Mengajarkan dan membantu Melakukan ROM pasif
- Melibatkan keluarga dalam setiap tindakan
E:
- Klien dapat mengikuti latihan ROM secara pasif dan dapat
menggerakkan tangan dan kakinya secara aktif walaupun
sedikit
R:
- Kaji Cara klien dan keluarga melakukan ROM
2.. 12-01- S:
2005 - Klien dan keluarga mengatakan telah mengerti tentang
penyakit hipertensi yang dideritanya meliputi : pengertian,
penyebab, diit, program asuhan perawatan diri, dan
komplikasi dari hipertensi.

30
O:
- Klien dan keluarga dapat menyebutkan pengertian,
penyebab, diit, program asuhan perawatan diri, dan
komplikasi dari hipertensi.
A:
- Masalah teratasi.
3 12-01- S:
2005 - Klien mengatakan kurang mengetahui tentang penyakitnya
- Klien mengatakan ingin segera pulang

O:
- Klien menanyakan tentang keadaanya
A:
- Masalah teratasi

31
DAFTAR PUSTAKA

Brunner &Suddarth. 1996. Kepererawatan Medikal Bedah. EGC : Jakarta.

Doengoes , Marilin .2002.Rencana Asuhan Keperawatan , Edisi : 3.Jakarta : EGC

32
33

Anda mungkin juga menyukai