Anda di halaman 1dari 3

Nama Mahasiwa : Afra Nadya Putri Insani

NPM : 22202073008

SOAL UJIAN AKHIR


SEMESTER GASAL TAHUN 2022/2023
PASCASARJANA UNIVERSITAS ISLAM MALANG

Nama Matakuliah : Kajian Pedagogik.


Pengampu : Dr. Rulam Ahmadi, M.Pd.
Prodi : Pendidikan Bahasa Inggris
Kelas :A

SOAL UJIAN

1. Jeleaskan kelebihan dan kelemahan teori belajar kognitif.


2. Jelaskan tentang teori belajar behavioristik, dan berikan sebuah contoh.
3. Jelaskan perbedaan teori belajar kognitif dan behavioristik.
4. Jelaskan titik temu antara teori belajar kognitif dan behavioristik.
5. Jelaskan apa yang Anda pahami tentang hukuman dan penguatan negatif.
6. Jelaskan apa yang dimaksud dengan “Law of Effect”.

JAWABAN:
1. Kekurangan:
a. Di anggap lebih dekat kepada psikologi belajar anak,sehingga penerapannya pada
proses belajar anak tidak mudah.
b. Di anggap susah di praktekkan sebab seringkali kita tidak mungkin memahami
struktur teori kognitif tersebut menjadi bagian-bagian yang jelas.
c. Keberhasilan sebuah pembelajaran tidak dapat di ukur dengan hanya satu orang
siswa saja.
d. Dapat menyeluruh untuk semua tingkat pendidikan.
e. Sulit dipraktekkan, terutama untuk usia lanjut.
Kelebihan:
a. Dapat meningkatkan kemampuan siswa untuk memecahkan masalah (problem
solving)
b. Dapat meningkatkan motivasi siswa.
c. Dapat menjadikan lebih kreatif dan mandiri.
d. Dapat membantu siswa memahami bahan belajar secara lebih mudah.

2. Teori belajar behavioristik menjelaskan belajar itu adalah perubahan perilaku yang dapat
diamati, diukur dan dinilai secara konkret. Perubahan terjadi melalui rangsangan
(stimulans) yang menimbulkan hubungan perilaku reaktif (respon) berdasarkan hukum-
hukum mekanistik. Stimulans tidak lain adalah lingkungan belajar anak, baik yang
internal maupun eksternal yang menjadi penyebab belajar. Sedangkan respons adalah
akibat atau dampak, berupa reaksi fisik terhadap stimulans. Belajar berarti penguatan
ikatan, asosiasi, sifat dan kecenderungan perilaku S-R (stimulus-Respon). Teori
Behavioristik mementingkan faktor lingkungan, menekankan pada faktor bagian,
menekankan pada tingkah laku yang nampak dengan mempergunakan metode obyektif,
sifatnya mekanis dan mementingkan masa lalu. Contohnya yaitu Peserta didik yang
belum dapat membuat kalimat mengenai penulisan jam dalam bahasa Inggris
sebagaimana yang sudah diajarkan oleh seorang pendidik, meskipun peserta didik sudah
berusaha keras untuk mencoba memahami pola kalimat mengenai penulisan jam dalam
bahasa Inggris dengan cara yang baik. Si pendidik pun telah mengajarkannya kepada
peserta didik secara teliti, akan tetapi walaupun sudah diajarkan dengan baik jika peserta
didik tersebut belum dapat memahami atau membuat apa yang sudah diajarkan, maka
iapun belum bisa dianggap sudah belajar. Karena itu peserta didik tersebut belum bisa
menunjukkan sesuatu perubahan perbuatan yang dimana sebagai hasil dari belajar.

3. Pada dasarnya teori belajar behaviorisme berprinsip mengenai adanya stimulus yang
kemudian menghasilkan respon. Respon inilah yang kemudian menjadi acuan dari
berhasil tidaknya proses pembelajaran. Ada berbagai macam stimulus yang guru harus
memberikan stimulus yang tepat untuk kemudian menilai respon dari siswa, apakah
sudah seperti yang diharapkan. Pemberian stimulus ini bisa berupa pembiasaan, reward,
punishment, saran, perintah, petunjuk, arahan, pertanyaan. Sedangkan dalam teori
kognitif, pembahasan utama terletak pada bagaimana siswa mengolah informasi yang
diberikan, baik oleh guru maupun sumber belajar lainnya. Dalam konsep kognitif,
penekanan adalah bagaimana guru menyusun strategi dan pendekatan pembelajaran yang
pas yang mempertimbangkan usia, tahapan pembelajaran, tingkap pemahaman,
penguasaan pada materi sebelumnya, keterkaitan pada materi sebelumnya, kesulitan dan
pemetaan materi. Seringkali untuk menjelaskan konsep kognitif, otak manusia diandaikan
sebagai sebuah komputer yang mempunya processor di dalamnya, dimana ia mampu
mengolah input untuk memproduksi output.
4. Pada dasarnya teori-teori belajar kognitif dan behavioristik memiliki tujuan yang sama
yaitu sebuah perubahan sikap, perilaku dan keterampilan peserta didik yang diperoleh
melalui proses belajar dan pembelajaran itu sendiri. Namun karena ada ketidakpuasan
para ahli dalam teori tersebut karena ada yang hanya fokus pada pendidik (behavioristik),
maka muncul suatu teori “Konstruktivistik” yang dimana pendidik tidak mendominasi
kegiatan pembelajaran. Pendidik hanya berperan sebagai fasilitator,
motivator dan mediator dalam pembelajaran. Pendidik yang menerapkan teori
konstruktivistik mengakui, menghargai dorongan diri, bahkan memberikan motivasi
kepada peserta didik agar mampu mengkonstruksi pengetahuannya sendiri secara optimal
melalui proses interaksi dalam jaringan sosial yang unik, yang terbentuk baik dalam
budaya kelas maupun di luar kelas. Sementara peserta didik, diposisikan sebagai subyek
yang aktif yang arahkan untuk mampu membangun sendiri pengtahuannya, mencari arti
dari apa yang mereka pelajari dan merupakan proses menyelesaikan konsep dan ide-ide
baru dengan kerangka berfikir yang telah ada dan dimilikinya. Tugas guru dalam proses
pembelajaran sama dengan tugas dalam teori kognitif.
5. Penguatan negatif terjadi ketika terjadinya suatu perilaku meningkat karena penghilangan
peristiwa permusuhan atau penghindaran rangsangan yang tidak menyenangkan. Tujuan
penguatan negatif adalah untuk meningkatkan kemungkinan terulangnya perilaku yang
diinginkan dalam situasi yang sama. Di sisi lain, hukuman adalah tentang mengurangi
atau menghentikan terjadinya perilaku yang tidak diinginkan dengan menambahkan
peristiwa yang tidak menyenangkan (hukuman positif) atau menghilangkan rangsangan
yang menyenangkan (hukuman negatif). Di sini, tujuannya adalah untuk mengurangi atau
sepenuhnya menghentikan perilaku yang tidak diinginkan.
6. Law of effect adalah penguatan atau pelemahan dari suatu hubungan antara stimulus dan
respons sebagai konsekuensi dari respons. Bunyi hukum ini adalah jika suatu respons
ikuti oleh keadaan yang memuaskan kekuatan koneksi akan bertambah. Jika respons
diikuti dengan keadaan yang tidak memuaskan/menjengkelkan, maka kekuatan koneksi
akan menurun dan melemah. Jadi konsekuensi perilaku seseorang pada suatu waktu
memegang peranan penting dalam menentukan perilaku orang itu selanjutnya.
Pengaplikasikan law of effect bisa dilakukan sebelum guru dalam kelas mulai mengajar,
anak-anak disiapkan mentalnya terlebih dahulu. Misalnya anak disuruh duduk atau
melakukan brainstorming agar anak-anak bisa menerima pelajaran dengan baik. Guru
memberikan reward dan punishment sehingga memberikan motivasi proses belajar
mengajar yang rapi, tenang dan sebagainya.

Anda mungkin juga menyukai