Anda di halaman 1dari 83

PERTEMUAN III

Persalinan Fisiologis dan Patologis

Nurul Qamariah Rista Andaruni, S.ST., M.Keb


TUJUAN ASUHAN PERSALINAN
BERSIH DAN AMAN
Menjaga kelangsungan hidup dan
memberikan derajat kesehatan yang
tinggi bagi ibu dan bayinya, sehingga
melalui upaya yang terintegrasi dan
lengkap tetapi dengan intervensi
min im al m aka prinsip keamanan dan
kualitas pelayanan dapat terjaga
pada tingkat yang diinginkan
LIMA A S P E K DASAR PENTING DALAM ASUHAN PERSALINAN
B E R S I H DAN AMAN

1 Membuat keputusan klinik


yang cepat dan tepat

2 Melaksanakan a su ha n sayang
ibu dan sayang bayi

3 Melaksanakan prinsip-prinsip
pencegahan infeksi

4 Melakukan pendokumentasian atau


pencatatan

5 Melakukan rujukan secara tepat


waktu
PENURUNAN KEPALA BAYI
TANDA – TANDA PERSALINAN
Tanda dan Gejala Inpartu Tanda-Tanda Persalinan
1.Penipisan dan pembukaan serviks 1. I b u m e r a s a i n g i n m e n e r a n
2. K o n t r a k s i u t e r u s y a n g bersamaan dengan terjadinya
mengakibatkan perubahan serviks kontraksi
(frekuensi minimal 2 kali dalam 10 2. I b u m e r a s a k a n a d a n y a
menit) peningkatan tekanan pada
3.Cairan lendir bercampur darah rektum dan vagina
“show” melalui vagina. 3.Perenium menonjol
4.Vulva-vagina dan spingter ani
membuka
5.Meningkatnya pengeluaran lendir
bercampur darah
FAKTOR – FAKTOR PERSALINAN

Power Pasanger Passage


1. H i s ( k o n t r a k s i o t o t • Janin Jalan lahir lunak dan
Rahim) • Plasenta jalan lahir tulang
2.Kontraksi otot dinding
perut
3.Kontraksi diafragma
pervis
4. K e t e g a n g a n d a n
kontraksi ligamentum
retundum.
MEKANISME PERSALINAN
1. Kala I : Waktu untuk pembukaan serviks sampai
menjadi pembukaan lengkap 10 cm.
2. Kala II : Kala pengeluaran janin, waktu uterus dengan
kekuatan his tambah.
3. Kala III : Waktu untuk pelepasan dan pengeluaran.
4. Kala IV : Mulai dari lahirnya uri selama 1-2 jam
KALA I
KALA I
Fase Laten Fase Aktif
• Dimulai sejak awal berkontraksi yang • Kontraksi adekuat : 3x/10’ lamanya 40”
menyebabkan penipisan dan pembukaan • pembukaan 4-10 cm
serviks secara bertahap. Kurva persalinan friedman :
• Berlangsung hingga serviks membuka kurang — Fase akselarasi : dalam 2 jam pembukaan 3
dari 4 cm. menjadi 4cm
• Pada umumnya, fase laten berlangsung — Fase dilatasi maksimal : dalam 2 jam
hampir atau hingga 8 jam. pembukaan cepat 4 menjadi 9cm
• Kontraksi mulai teratur tetapi lamanya masih — Fase deselerasi : dalam 2 jam pembukaan 9
diantara 20-30 detik. sampai lengkap
Pada multigravida tiap fase terjadi lebih
pendek
A SUHAN S AYANG IBU PADA K ALA I

01 Memberikan dukungan emosional

02 Membantu pengaturan posisi ibu

03 Memberikan cairan dan nutrisi

04 Keleluasaan melakukan mobilisasi

05 Pencegahan infeksi
Midwifery U p d a t e
PENGGUNAAN PARTOGRAF
• kondisi normal atau mulai ada penyulit?
• keputusan klinik dengan cepat dan tepat
• Pencatatan pada partograph dimulai pada saat
proses persalinan masuk dalam “fase aktif”.
• Ø > 4 cm, HIS < 3x dalam 10 menit dan lamanya < 40”
-> Inertia uteri
LEMBAR PARTOGRAF HALAMAN DEPAN MENYEDIAKAN LAJUR
DAN KOLOM UNTUK MENCATAT HASIL-HASIL PEMERIKSAAN
SELAMA FASE AKTIF PERSALINAN, TERMASUK:

1. Kondisi janin
• DJJ;
• Warna dan adanya air ketuban
• Penyusupan (molase) kepala janin
2. Kemajuan Persalinan
• Pembukaan
• Penurunan Kepala
• Kontraksi
3. Keadaan Umum Ibu
• Tekanan Darah
• Nadi
• Suhu
• Urin
• Makan/minum
ALUR PENATALAKSANAAN F I S I O L O G I S KALA II PERSALINAN

Midwifery U p d a t e
POSISI DAN BIMBINGAN MENERAN
ASUHAN PERSALINAN
—Asuhan Kala I : beri dukungan emosional, pengaturan posisi ibu, berikan
cairan dan nutrisi, keleluasaan mengunakan kamar mandi, PI, libatkan
keluarga, observasi
—Kala II : pendamping persalinan, melibatkan keluarga dalam pemberian
asuhan, berikan dukungan dan rasa aman, memilih posisi sesuai keinginan
ibu (Bidan dapat menawarkan posisi)
—Kala I : Ketuban + (posisi berdiri, jalan-jalan, duduk), ketuban – (miring kiri)
—Kala II : kepla masih tinggi (Jongkok), hemoroid (merangkak), kelelahan
(miki), hindari terlentang dpt mngakibatkan hipotensi dan gguan O2 dari
ibu ke janin.
KALA III
Setelah kala II kontraksi uterus berhenti
sekitar 5 sampai 10 menit dengan lahirnya
bayi, sudah melepaskan plasenta.

Lepasnya plasenta sudah diperkirakan dengan


memperhatikan tanda – tanda dibawah ini :
• Uterus menjadi bundar
• Uterus mendoron keatas, karena plasenta
dilepas ke segmen bawah rahim
• Tali pusat bertambah Panjang
• Terjadi pendarahan
Melahirkan plasenta dilakukan dengan dorongan
ringan secara creede pada fundus uteri.
KALA III & IV PE R S ALINAN

• Tujuan manjemen aktif kala III adalah membuat uterus berkontraksi


lebih efektif sehingga dapat mempersingkat waktu kala III, mencegah
perdarahan d a n mengurangi kehilangan darah selama kala III
persalinan jika dibandingkan dengan pelepasan plesenta secara
spontan.

• Sebagian besar (25-29 %) morbiditas dan mortalitas ibu di Indonesia


disebabkan oleh perdarahan pasca persalinan akibat atonia uteri dan
separasi parsial/retensio plasenta yang dapat dicegah dengan
manajemen aktif kala III.
MANAJ E M EN AK TIF K ALA III

LANGKAH K E U NTUNG AN
PEMBERIAN SUNTIKAN OKSITOSIN
PERSALINAN KALA III LEBIH
(DALAM 1 MENIT PERTAMA)
SINGKAT
S E T E LA H BAYI LAHIR

MELAKUKAN PENEGANGAN TALI


MENGURANGI JUMLAH
PUSAT TERKENDALI DAN
KEHILANGAN DARAH
MELAHIRKAN PLASENTA

MELAKUKAN M A S A S E F U N D U S
M E N G U R A N G I ANGKA K E J A D I A N
UTERI S E G E R A S E T E LA H PLASENTA
RETENSIO PLASENTA
LAHIR
MAK III
—Pemberian oksitosin 10unit IM
—Penegangan tali pusat terkendali (PTT)
—Pemijatan uterus segera setelah plasenta lahir
Metode pelepasan plasenta
• Metode schultze : Pelepasan plasenta dari tengah/sentral
• Metode matthew duncan : Pelepasan plasenta dari
pinggir/marginal
Tanda lepasnya plasenta dari implantasinya
—Perasat Kustner
—Perasat Strassmann
—Perasat Klein
ING AT !!!
JANG AN! meninggalkan ibu dalam 2 jam
pertama pasca persalinan. Seorang ibu dapat
meninggal akibat dari atonia uteri (perdarahan
dan syok hipovolemik). Penilaian dan
penatalaksanaan yang cermat selama kala III dan
IV persalinan dapat menghindari ibu dari
komplikasi berat dan kematian.
ASUHAN DAN PEMANTAUAN KALA IV

1. Lakukan masase uterus


2. Ajarkan ibu dan keluarga bagaimana
3. menilai kontraksi Minta anggota keluarga untuk memeluk bayi.
4. Jangan gunakan gurita atau bebat perut selama 2 (dua) jam pertama
pasca persalinan.
5. J i k a kandung kemih penuh bantu ibu untuk mengosongkan kandung
kemihnya.
6. Dokumentasikan seluruh hasil pemeriksaan
TANDA-TANDA BAHAYA
PERSALINAN
N Q R I S TA A N D A R U N I , M . K E B
TANDA BAHAYA PERSALINAN
• Tekanan darah lebih dari 140/90 mmHg dengan sedikitnya
satu tanda lain atau gejala preeklamsi.
• Temperatur lebih dari 38◦C, Nadi lebih dari 100 x/menit
dan DJJ kurang dari 120 x/menit atau lebih dari 160 x/
menit
• Kontraksi kurang dari 3 kali dalam 10 menit, berlangsung
kurang dari 40 detik, lemah saat di palpasi
• Partograf melewati garis waspada pada fase aktif
• Cairan amniotic bercampur meconium, darah dan bau
PERDARAHAN PASCA
PERSALINAN
PENYEBAB
PERDARAHAN
PASCA
PERSALINAN
ESTIMASI PERDARAHAN VISUAL
ESTIMASI PERDARAHAN MELALUI HEMODINAMIK
KECEPATAN TERJADINYA
PERDARAHAN
PENATALAKSANAAN
PERDARAHAN PASCA SALIN
UMUM:
RESPON AWAL
EMERGENSI – quick
check, atasi emergensi

KHUSUS:
ü TERGANTUNG KAUSA
ü PERSIAPAN RUJUK
PENATALAKSANAAN SYOK
HIPOVOLEMIK
üPastikan AIRWAY --- berikan Oksigen
dengan nasal kanul 4-6L/menit
ü Posisikan ibu – POSISI SYOK
ü Pasang infus (2 jalur bila perlu) dengan
jarum no 16 atau 18
üResusitasi cairan – Kristaloid (3-4 kali
perkiraan darah yang hilang) à 1 liter dalam 150 – 300 cc
15-20 menit pertama
üPasang Kateter urin menetap – pantau
output
ü Lanjutkan pemberian cairan – 2L dalam 1
jam pertama, atau hingga 3-5L dalam 2-3 jam
berikut tergantung kondisi hemodinamik
PENATALAKSANAAN KHUSUS:
MASASE UTERUS
Segera setelah plasenta lahir, melakukan masase pada
fundus uteri dengan menggosok fundus secara
sirkuler menggunakan bagian palmar 4 jari tangan kiri
hingga kontraksi uterus baik (fundus teraba keras)

Memeriksa kemungkinan adanya perdarahan pasca


persalinan
• Kelengkapan plasenta dan ketuban
• Kontraksi uterus
• Perlukaan jalan lahir
Masase fundus uteri
ALGORITMA PENATALAKSANAAN ATONIA
Segera sesudah plasenta lahir
UTERI
(maksimal 15 detik) Periksa nadi, kontraks i dan
perdarahan tiap 5 menit
Uterus kontraksi Ya Evaluasi rutin pada 15 menit pertama –
? selanjutnya obs kala 4
Tidak UTEROTONIKA:
Oksitosin/metyl
§ Evaluasi / bersihkan bekuan ergometrin/misoprostol
darah / selaput ketuban Tambahan:
§ Kompresi Bimanual Interna Asam Traneksamat 1g
(KBI) ± 5 menit Ca-glukonas 10cc
§ Pertahankan KBI selama 1-2 menit
Uterus kontraksi ? Ya § Keluarkan tangan secara hati-hati
§ Lakukan pengawasan kala IV
Tidak
Periksa nadi,
§ Ajarkan keluarga melakukan Kompresi kontraksi dan
Bimanual Eksterna (KBE) perdarahan tiap 5
§ Keluarkan tangan (KBI) secara hati-hati menit pada 15 menit
§ Suntikan Methyl ergometrin 0,2 mg i.m pertama – selanjutnya
§ Pasang infus RL + 20 IU Oksitosin, guyur obs kala 4
§ Lakukan lagi KBI
PENGAWAS
Uterus kontraksi Ya
AN
? KALA IV
Tidak

§ Rujuk siapkan laparotomi KOMPRESI


§ Lanjutkan pemberian infus + 20 IU Oksitosin AORTA
ABDOMINALIS
minimal 500 cc/jam hingga mencapai
tempat rujukan
§ Selama perjalanan dapat dilakukan TAMPON
BALON
Kompresi Aorta Abdominalis atau Kompresi KATETER
Bimanual Eksternal atau Pemasangan
Tampon Balon Kateter

Ligasi arteri uterina dan/atau hipogastrika Perdarahan Pertahankan


B-Lynch method berhenti uterus

Perdarahan
berlanjut

Histerektomi
KOMPRESI BIMANUAL
INTERNA
KOMPRESI BIMANUAL
EKSTERNA
KOMPRESI AORTA
ABDOMINALIS
PEMASANGA
N TAMPON
BALON
https://studylib.net/doc/6810333/utertonic-guide
DE R AJ AT R OBE KAN
1. Derajat 1: mukosa vagina, komisura
posterior, kulit perineum
2. Derajat 2: derajat 1 ditambah otot
perineum
3. Derajat 3: derajat 2 ditambah otot
sfingter ani
4. Derajat 4: derajat 3 ditambah
mukosa rektum

Penolong asuhan persalinan normal


tidak dibekali keterampilan menjahit
derajat 3 dan 4. Segera rujuk ke
fasilitas rujukan
Midwifery Update
DISTOSIA BAHU

Faktor Risiko Prognosis


• MAKROSOMIA > 4,000 g • KOMPRESI TALI PUSAT
• Taksiran berat janin pada kehamilan ini • KERUSAKAN PLEKSUS BRAKHIALIS
• Riwayat persalinan dengan bayi makro- • ERB-DUCHENE PALSY
somia • PARALISIS KLUMPKE
• Riwayat keluarga dengan Makrosomia • PATAH TULANG
• DIABETES GESTASIONAL • FRAKTUR KLAVIKULA
• MULTIPARITAS • FRAKTUR HUMERUS
• PERSALINAN LEWAT BULAN • ASFIKSIA JANIN
• KEMATIAN BAYI
MASALAH
• KEPALA BAYI SUDAH LAHIR TETAPI BAHU TERHAMBAT DAN TIDAK DAPAT
DILAHIRKAN
• TIDAK TERJADI PUTARAN PAKSI LUAR
• KEPALA BAYI MELEKAT ERAT DI PERINEUM ATAU BAHKAN TERTARIK KEMBALI
(TURTLE SIGN)
• KALA II LEBIH LAMA

PENGELOLAAN UMUM
✦ WASPADAI DISTOSIA BAHU PADA SETIAP PERSALINAN
✦ DETEKSI DINI MAKROSOMIA
✦ PROAKTIF BEDAH CAESAR PADA MAKROSOMIA
MANUVER
MCROBERTS
SUPRAPUBIC PRESSURE (MASSANTI
MANUVER)
● NO fundal pressure
● Abdominal approach:
suprapubic pressure
applied with heel of
clasped hand from the
posterior aspect of the
anterior shoulder to
dislodge it
RUBIN MANUVER

● vaginal approach
● adduction of anterior shoulder by
pressure applied to the posterior aspect
of the shoulder (the shoulder is pushed
toward the chest)
● consider episiotomy
● NO fundal pressure
MANUVER
“ CORKSCREW”
(WOODS)
ROTATION OF POSTERIOR SHOULDER
STEP 1

● pressure on anterior
aspect of posterior
shoulder
● may be combined
with anterior
disimpaction
manoeuvers
● NO fundal pressure
ROTATION OF POSTERIOR SHOULDER
STEP 2
• Wood’ s screw
manoeuvre
• can be done
simultaneously with
anterior
dissimpaction
ROTATION OF POSTERIOR SHOULDER
STEP 3
• may be repeated
if delivery not
accomplished by
Steps 1 & 2
ROTATION OF POSTERIOR SHOULDER
STEP 4
MELAHIRKAN
BAHU PADA
DISTOSIA BAHU
MANUVER
“ CORKSCREW”
(WOODS)
MELAHIRKAN BAHU BELAKANG (SCHWARTZ & DIXON)
DISTOSIA KARENA KELAINAN
JANIN
P O W E R ( K E L A I N A N H I S D A N K E K U ATA N M E N E R A N ) , P A S S E N G E R ( K E L A I N A N
U K U R A N , B E N T U K , L E TA K J A N I N ) , P A S S A G E ( K E L A I N A N J A L A N L A H I R )
HUBUNGAN SIKAP, PRESENTASI, DIAMETER KEPALA
JANIN DAN TITIK PENUNJUK PADA PERSALINAN

Sikap Presentasi Diameter Kepala Titik penunjuk


Fleksi maksimal Belakang kepala Suboksipito-bregmatika UUK

Defleksi ringan Puncak kepala Fronto-oksipitalis Puncak kepala, UUB,


UUK
Defleksi sedang Dahi Vertikomental Glabella
Defleksi maksimal Muka Submento-bregmatika dagu
LETAK SUNSANG

1. Presentasi bokong sempurna (complete breech).


2. Presentasi bokong murni (frank breech).
3. Presentasi kaki (footlink breech / incomplete breech).
PROSEDUR MANUAL AID (PARTIAL BREECH
EXTRACTION)
• Tahap pertama: lahirnya bokong sampai umbilikus,
spontan
• Tahap kedua: Melahirkan bahu dan lengan
• Tahap ketiga: lahirnya kepala, dengan cara Mauriceau-
Veit-Smellie, Najouk, Wigand Martin-Winckel, Prague
terbalik, atau dengan cunam Piper
A. TEKNIK CARA KLASIK:

Persalinan Patologis
Persalinan Patologis
B. TEKNIK CARA MUELLER

Persalinan Patologis
C. TEKNIK CARA LOVSET

Persalinan Patologis
Oktober, 2006 Persalinan Patologis
MELAHIRKAN KEPALA
Cara MOURICEAU Cara PRAGUE TERBALIK
( Viet – Smellie)

Persalinan Patologis
PRESENTASI MUKA PRESENTASI DAHI
• Teraba muka, mulut, hidung dan pipi • Bentuk dari Kelainan Sikap ( habitus )
• Jika dagu depan akan terjadi berupa gangguan defleksi
kesulitan penurunan karena kepala moderate.
dalam keadaan defleksi maksimal • Presentasi yang sangat jarang.
àSC • Diagnosa ditegakkan bila VT teraba
• Posisi dagu belakang, bila sutura frontalis – ubun-ubun besar –
pembukaan lengkap : orbital ridges – mata atau pangkal
• lahirkan dengan persalinan spontan hidung.
pervaginam • Bila janin hidup lakukan SC
• bila kemajuan persal lambat lakukan • Bila janin mati,pembukaan belum
oksitosin drip
• bila penurunan kurang lancar, lakukan
lengkapàSC
forsep
• Jangan lakukan ekstraksi vakum
pada presentasi m
CPD (CEPHALOPELVIC DISPROPORTION)
• HAMBATAN LAHIR YANG DIAKIBATKAN OLEH DISPARITAS UKURAN
KEPALA JANIN DAN PELVIS MATERNAL
• PANGGUL NORMAL (GINEKOID NORMAL)
• PAP
• PROMONTORIUM RIDAK TERABA
• LINEA INOMINATA TERABA KURANG DARI SETENGAH LINGKARAN
• PTP
• SPINA ISCHIADICA TIDAK MENONJOL
• KELENGKUNGAN SAKRUM CUKUP
• DINDING SAMPING PELVIS SEJAJAR
• PBP
• ARKUS PUBIS >90°
• MOBILITAS TULANG KOKSIGIUS CUKUP
DIAGNOSIS CPD
• TERHENTINYA KEMAJUAN PEMBUKAAN CERVIX DAN
PENURUNAN KEPALA WALAUPUN HIS ADEKUAT
• WASPADA CPD TERUTAMA PADA KEADAAN :
• ARKUS PUBIS <90°
• TERABA PROMONTORIUM
• TERABA SPINA ISCHIADIKA
• TERABA LINEA INOMINATA
• PADA PRIMIGRAVIDA BAGIAN TERBAWAH JANIN TIDAK MASUK KE
PAP PADA USIA >36 MINGGU
Terimakasih

PERSALINAN FISIOLOGIS DAN PATOLOGIS


SOAL PRETEST PERTEMUAN KE-3

1. Seorang perempuan, 21 tahun,G1P0A0, 39 minggu datang ke PMB dengan keluhan perut mulas-
mulas dan keluar lendir bercampur darah. Hasil pemeriksaan normal, kontraksi 4x/45”, DJJ 130x/m,
pembukaan serviks 8 cm, selaput ketuban (+), presentasi kepala HIII. Asuhan yang paling tepat?
a. Anjurkan tidur miring kekiri
b. Fasilitasi Pemenuhan nutrisi
c. Anjurkan untuk mobilisasi
d. Ajarkan teknik meneran
e. Ajarkan teknik relaksasi
Jawaban : C
Mobilitas selama proses persalinan dapat memperbaiki pengalaman ibu dan prognosis
persalinan. Mobilisasi dapat dalam bentuk berjalan-jalan disekitar ruangan atau mengganti
posisi atau menggerakan badan. Mobilisasi selama persalinan dapat bermanfaat antara lain;
kerja uterus lebih efektif, persalinan lebih singkat, insiden memburuknya kondisi janin lebih
rendah, kebutuhan analgesia famakologis berkurang, penggnaan oksitosin lebih sedikit dan
kelahiran operatif lebih sedikit.

2. Seorang perempuan, 26 tahun ,G2P1A0, 38 minggu, datang ke PMB mengeluh merasakan perut
mules semakin lama semakin sering. Hasil pemeriksaan normal, TFU 31 cm, kepala sudah masuk
2/5, hasil PD: portio tipis dan lunak, pembukaan 7 cm, ketuban utuh, preskep, HII+. Dimanakah
posisi penurunan kepala janin sesuai kasus diatas?
a. Bidang lingkaran PAP sejajar bagian atas simfisis dan promontorium
b. Bidang sejajar Hodge I setinggi bagian bawah simfisis
c. Bidang sejajar Hodge I setinggi bagian atas simfisis
d. Bidang sejajar Hodge I setinggi spina ischiadika
e. Bidang sejajar Hodge I setinggi tulang koksigis
Jawaban : B
Bidang Hodge adalah bidang khayal untuk menentukan seberapa jauh bagian depan anak
turun ke dalam rongga panggul. Bidang Hodge I: Bidang yang dibentuk pada lingkaran PAP
dengan bagian atas simfisis dan promontorium, Bidang Hodge II : Bidang yang sejajar
dengan bidang Hodge I terletak setinggi bagian bawah simfisis, Bidang Hodge III: Bidang
yang sejajar dengan bidang Hodge I dan II, terletak setinggi spina iskiadika kanan dan kiri,
Bidang Hodge IV: Bidang yang sejajar dengan bidang Hodge I, II, dan III, terletak setinggi os
koksigeus

3. Seorang perempuan, 25 tahun, G2P1A0, 40 minggu, kala I di BPM, mengeluh sering mulas,
keluar darah-lendir. Hasil pemeriksaan: normal, penurunan 2/5, pembukaan 7 cm, ketuban
utuh, UUK kiri depan. Posisi apakah yang paling tepat?
A. Duduk
B. Telentang
C. Miring kiri
D. Miring kanan
E. Setengah duduk
JAWABAN DAN PEMBAHASAN : C (Miring Kiri)
Dengan posisi UUK kiri depan memfasilitasi putar paksi dalam. Tidur miring kekiri
membantu Sirkulasi darah janin tidak terhambat. Posisi ini menurut beberapa
referensi akan membuat kerja jantung lebih mudah, karena berat badan bayi tidak
menekan vena besar yang disebut vena cava inferior, yang bertugas membawa darah
kembali lagi dari kaki ke jantung. Hal ini juga akan meningkatkan sirkulasi darah
lebih cepat yang menuju ke janin, rahim, dan ginjal. Hal ini karena hati kita berada
disebelah kanan perut, sehingga berbaring kekiri membantu melindungi rahim.

4. Seorang perempuan, 33 tahun G2PIA0, kehamilan 40 minggu, sedang dalam persalinan kala I di
BPM sejak 4 jam lalu dengan keluhan mules sekali dan saat ini rasa sakit berkurang. Hasil
pemeriksaan : normal, TFU 33 cm, treskep, DJJ 140x/m, kontraksi 2x/25”. Pembukaan 6 cm,
keruban (+). Kelainan apakah yang terjadi?
a. Inersia uteri primer
b. Inersia uteri sekunder
c. Kontraksi uterus hipotonik
d. Kontraksi uterus hipertonik
e. Kontraksi uterus tidak terkoordinasi
Jawban : B
Inersia uteri adalah his yang tidak adekuat (Abnormal) ditanda i dengan kontraksi uterus yang
jarang yaitu kurang dari 3 kali dalam 10 menit dengan durasi lebih pendek yaitu kurang dari
30 detik, ditunjukan dengan terjadinya perpanjangan kala I fase aktif karena otot Rahim
kurang maksimal dan efisiensi dalam berkontraksi sehingga tidak mampu menghasilkan
dilatasi serviks dan mendorong janin keluar. Inersia uteri terdiri dari: -Inersia uteri primer
apabila kontraksi uterus bersifat lemah sejak awal persalinan -Inersia uteri sekunder terjadi
apabila sifat his baik atau normal pada awal mula persalinan, akan tetapi his kemudian
melemah oleh karena otot-otot uterus yang mengalami kelelahan akibat persalinan yang lama

5. Seorang bayi laki-laki lahir spontan 1 jam yang lalu di Puskesmas. Riwayat persalinan normal, IMD
(+). Hasil pemeriksaan: BB 3000 gram, PB 48 cm, FJ 120x/menit, P 45x/menit, S 36,5 0C kelainan
kongenital (-). Tindakan apakah yang selanjutnya dilakukan pada kasus tersebut?
a. Memfasilitasi rawat gabung
b. Memberikan imunisasi HB 0
c. Memberikan vitamin K
d. Memasang identitas
e. Meberikan salep mata
Jawaban : C
Salah satu penyebab rendahnya kadar vitamin K pada tubuh bayi baru lahir adalah belum
berkembangnya bakteri baik penghasil di dalam usus bayi. Selain itu, kondisi ini juga terjadi
akibat asupan vitamin K yang tidak diserap dengan baik oleh plasenta saat bayi di dalam
kandungan. Vitamin K dihasilkan di saluran pencernaan segera setelah mikroorganisme
masuk ke dalam tubuh. Pada hari ke-8 bayi baru lahir normal sudah mampu menghasilkan
Vitamin K. Vitamin K1 (Phytomenadione) rutin diberikan kepada bayi baru lahir dengan
dosis 0,5- 1ml IM/Subcutan pada pada bagian anterolateral Pemberian suntikan Vitamin K
pada bayi Setelah 1 Jam berfungsi untuk Pemberian suntikan vitamin K pada BBL untuk
mencegah kemungkinan terjadinya perdarahan, karena fungsi vitamin K ini sangat penting
dalam proses pembekuan darah

4. Seorang perempuan, umur 27 tahun, G3P2A0, usia kehamilan 37 minggu, kala I di BPM
ditemani suami, dengan keluhan mulas sering. Hasil anamnesis: tidak tahan dengan sakit
pinggang, minta digosok pada bagian yang sakit ini. Hasil pemeriksaan: TD 110/70 mmHg,
N 81 x/menit, S 36,9°C, P 20x/menit, kontraksi 3x/10’/40”, DJJ 142x/ menit, penurunan 3/5,
pembukaan 6 cm, portio tipis-lunak, ketuban utuh. Asuhan apakah yang paling tepat pada
kasus tersebut
A. Meminta ibu istirahat
B. Mengajarkan ibu bernafas
C. Memberikan kompres dingin
D. Menjelaskan fisiologis persalinan
E. Melibatkan suami dalam manajemen pengurangan nyeri
JAWABAN DAN PEMAHASAN : A (Melibatkan suami dalam manajemen
pengurangan nyeri)
Pijatan dapat membantu meminimalkan nyeri. Manfaat pendamping (orang terdekat):
keterlibatan emosi, lebih leluasa, kasih sayang. Dengan adanya pendamping keluarga maka
bidan sangat terbantu dalam memberikan dukungan psikologis pada ibu dan memberikan
pijatan yang dapat membantu ibu lebih rilleks dalam menjalani proses persalinannya.

5. Seorang perempuan, umur 25 tahun, P3A0 nifas 8 jam di Puskesmas, riwayat HPP 400 cc.
Hasil anamnesis: pusing dan lemas. Hasil pemeriksaan: TD 110/80 mmHg, N 88 x/menit,
P20 x/menit, S 36,90 C, TFU 2 jari bawah pusat, uterus teraba lembek, kandung kemih
kosong, jumlah darah satu pembalut penuh.
Rencana asuhan apakah yang paling tepat pada kasus tersebut?
A. Beri analgetika.
B. Observasi tanda vital
C. Observasi perdarahan
D. Penuhi kebutuhan nutrisi
E. Observasi keadaan umum
JAWABAN DAN PEMBAHASAN : C (observasi perdarahan)
Asuhan ibu selama masa nifas antara lain: periksa TD, Perdarahan pervaginam, kondisi
perineum, tanda infeksi, kontraksi uterus, tinggi fundus dan temperatur secara rutin. Karena
kasus diatas menunjukkan pasien dengan riwayat HPP, sehingga yang paling penting
observasi perdarahan untuk mencegah terjadinya komplikasi.

6. Seorang perempuan, umur 30 tahun, G3P2A0, usia kehamilan 38 minggu, kala II di BPM,
dengan keluhan ingin meneran. Hasil anamnesis: ingin BAB. Hasil pemeriksaan : TD
120/80 mmHg, S 36,7o C, N 90x/mnt, P 20x/ menit, TFU 34 cm, DJJ 144x/menit, kontraksi
4x/10’/45’’, pembukaan lengkap, ketuban (+), UUK kiri depan.
Langkah selanjutnya apakah yang paling tepat pada kasus tersebut?
A. Pimpin meneran
B. Posisikan litotomi
C. Mencegah defleksi
D. Lakukan amniotomi
E. Membantu lahirnya kepala
JAWABAN DAN PEMBAHASAN : D
Amniotomi (Pemecahan kantong ketuban) dilakukan saat persalinan bertujuan untuk merangsang
dan mempercepat proses persalinan. Prosedur ini umumnya dilakukan bila kantong ketuban belum
juga pecah menjelang persalinan atau bila persalinan berlangsung lama. Bidan hanya dapat
melaksanakan amniotomi pada keadaan : Pembukaan lengkap, tetapi selaput ketuban belim pecah
dan janin pada posisi puncak kepala (Verteks) dengan kepala sudah menancap (enganged).
7. Seorang bidan di Desa dipanggil keluarga pasien ke rumah pasien. Sesampai di rumah
pasien didapatkan kondisi ibu dalam kala II persalinan. Hasil anamnesis: umur 35 tahun,
G4P3A0, usia kehamilan 38 minggu, riwayat persalinan yang lalu normal. Hasil
pemeriksaan: TD 110/80 mmHg, N 80 x/menit, his 4x/10’/40”, DJJ 144x/menit, tampak
sakrum janin pada posisi antero-posterior di vulva.
Rencana asuhan apakah yang paling tepat pada kasus tersebut?
A. Memutar bokong ke posisi lateral
B. Membawa pasien ke puskesmas PONED.
C. Mengenggam bagian bawah dengan kain bersih.
D. Memasang infus sebagai antisipasi komplikasi tindakan.
E. Melahirkan bayi sampai tampak perut dan sebagian dada janin
JAWABAN DAN PEMBAHASAN : E (membiarkan bayi lahir sampai tampak
perut dansebagian dada janin)
Mempertahankan persalinan presentasi bokong yang fisiologis, ditunjang oleh:
1. Bayi tidak besar
2. Multigravida, Riwayat persalinan normal
3. Kondisi pasien dalam batas normal

8. Seorang perempuan 20 tahun, G1P0A0, 41 minggu, datang ke Poskesdes dengan keluhan mules-
mules, keluar lendir bercampur darah. Hasil pemeriksaan: normal, pembukaan 4 cm, , kandung
kemih penuh. Kebutuhan apakah yang harus dipenuhi?
a. Memberikan makan dan minum
b. Menolong persalinan sesuai APN
c. Menganjurkan ibu untuk BAK sendiri
d. Menganjurkan istirahat jika tidak sakit
e. Mengatur sirkulasi udara dalam ruangan
Jawaban : C
Kandung kemih merupakan organ panggul yang harus diperhatikan saat dalam proses persalinan.
Seiring penurunan presentasi janin ke dalam pelvis minor, kandung kemih akan mengalami penekanan
sehingga mengalami distensi walaupun jumlah urin di dalam kandung kemih hanya 100 ml. Jika
kandung kemih tidak sering dikosongkan dan terjadi distensi dan berakibat : Menghambat kemajuan
persalinan (mencegah penurunan janin), Meningkatkan ketidaknyamanan pada abdomen bagian
bawah ibu, mengganggu penurunan bahu dan pengurangan ruangan dalam pelvik minor. Distensi
berlebihan pada kandung kemih dapat menggeser uterus pasca melahirkan hingga menghambat
kemampuan uterus berkontraksi dan hemostastis uterus. Kandung Kemih harus dievaluasi paling
sedikit setiap 2 jam selama fase kala satu persalinan dengan menganjurkan ibu untuk berkemih secara
spontan, sesering mungkin atau minimal setiap 2 jam sekali selama persalinan
9. Seorang perempuan 23 tahun, G3P1A1, UK 39 minggu datang Poskesdes dengan keluhan nyeri perut
melingkar kebelakang. Hasil pemeriksaan: normal, His 4x/40’’, 3/5 TFU 34 cm, preskep, DJJ
132x/menit. Pembukaan 6 cm, ketuban utuh, sutura saling bersentuhan. Bagaimanakah penulisan
simbol penyusupan sutura di partograf?
a. 4
b. 3
c. 2
d. 1
e. 0
Jawaban : D
Molase (penyusupan) adalah indikator penting tentang seberapa jauh kepala bayi dapat
menyesuaikan diri terhadap bagian keras (tulang) panggul ibu. Perubahan bentuk kepala janin
akibat daya kompresi eksternal yang diduga berkaitan dengan kontraksi Braxton Hicks.
Penelitian Carlan dkk, (1991) menunjukan jarang terjadi tumpang tindih Os Parietal karena
adanya mekanisme locking di sutura Coronaris dan sutura Lambdoidalis. Molase
menyebabkan pemendekan diameter suboksipitobregmatika dan diameter mentovertikalis.
Tulang kepala yang saling menyusup atau tumpang tindih, menunjukan kemungkinan adanya
disproporsi tulang panggul (Cephalo Pelvic Disproportion – CPD.
Lambang/simbol :
0 : Sutura terpisah.
1 : Tulang-tulang kepala janin hanya saling bersentuhan.
2 : Sutura tumpang tindih tetapi masih dapat diperbaiki.
3 : Sutura tumpang tindih dan tidak dapat diperbaiki

10. Seorang perempuan, umur 30 tahun, inpartu kala I fase aktif datang ke PMB. Hasil anamnesis: mules
sejak 5 jam lalu, sekarang semakin sering mules. Hasil pemeriksaan: normal, TFU 34 cm, kepala
masuk 3/5, pembukaan 8 cm, selaput ketuban (+) teraba fontanel anterior, HIII Apakah presentasi
janin pada kasus tersebut ?
a. Presentasi muka
b. Presentasi dahi
c. Presentasi dagu
d. Presentasi mulut
e. Presentasi kepala
Jawaban:B
Presentasi janin adalah bagian tubuh janin yang terendah atau terdekat dengan jalan lahir. Pada
letak memanjang yang terpresentasi adalah kepala atau bokong. Umumnya kepala terfleksi
maksimal sehingga dagu menyentuh dada. Fontanela posterior merupakan bagian yang
terpresentasi yang disebut presentasi Verteks atau Oksiput. Yang jarang terjadi adalah leher
dapat terekstensi maksimal maka oksiput dan punggung bersentuhan sehingga wajah
merupakan bagian terendah pada jalan lahir (presentasi wajah). Kepala janinpun dapat terfleksi
parsial dengan presentasi fontanela anterior atau bregma-presentasi sinsiput atau pada kasus
terekstensi parsial menimbulkan presentasi dahi. Presentasi sinsiput dan dahi sifatnya
sementara karena pada saat persalinan berlangsung hampir selalu berubah menjadi presentasi
vertex atau presentasi wajah.
SOAL POST TEST PERTEMUAN KE-3

1. Seorang perempuan, 40 tahun, G6P5A0, usia kehamilan 39 minggu, dalam kala III
persalinan di BPM. Riwayat kala II persalinan sangat cepat. Saat bayi diletakkan di
abdomen, tampak darah keluar tiba-tiba dari vulva. Hasil pemeriksaan: tidak ada janin kedua,
Kontraksi kuat.
Tindakan apakah yang paling tepat dilakukan pada kasus tersebut?
A. Memotong tali pusat
B. Melahirkan plasenta
C. Cepat mengeringkan bayi
D. Suntik oksitosin 10 IU secara IM
E. Memeriksa apakah ada bayi ke dua
JAWABAN DAN PEMBAHASAN : D (Suntik Oksitosin 10 IU Secara IM)
Syarat pennyuntikan oksitosin pada manajemen aktif kala III adalah setelah janin dilahirkan
dan dipastikan tidak ada janin kedua.
2. Seorang perempuan, umur 21 tahun, P1A0, nifas 1 hari di puskesmas PONED tampak sedih
bila dekat dengan bayinya. Riwayat persalinan vakum ekstraksi dengan indikasi kala II
melampaui 60 menit. Hasil anamnesis: Berulang-ulang mengatakan kehamilan dan
persalinan ini menyiksa dirinya, ibu sangat gelisah dan menolak menyusui. Hasil
pemeriksaan: TD 110/70 mmHg, N 88 x/menit, S 36,20 C.
Sikap apakah yang paling tepat pada kasus tersebut?
A. Membiarkan pasien sendiri
B. Memberikan dukungan psikologi
C. Menganjurkan istirahat agar pikiran tenang
D. Merujuk ibu untuk konsultasi dengan psikolog
E. Membujuk agar mau berinteraksi dengan bayinya
JAWABAN DAN PEMBAHASAN : B (memberikan dukungan psikologi)
Kondisi kasus menunjukkan pasien/klien sedang membutuhkan teman yang tulus
memperhatikannya. Kasus kejiwaan tidak bisa selesai dalam sekejap maka perlu tindakan
yang bertahap.
3. Seseorang ibu yang berumur 25 tahun dengan keadaan G1, P0, A0 hamil 40 minggu datang
bersama sang suami ke BPM dan mengeluh bahwa kenaikan BB meningkat terlalu banyak.
Pemeriksaan menunjukkan janin tunggal, hidup, intrauterine, preskep, puka divergen,
Sekarang ibu tersebut berada di kala 2, setelah kepala janin lahir bahu anterior tidak bisa
lahir. Apabila kepala janin di tarik terlalu kuat pada kasus diatas akan menimbulkan
terjadinya?
a. Tali pusat menumbung
b. Tangan menjungkit
c. Cebral palsy
d. Brachial palsy
e. Fraktur pada kepala
JAWABAN DAN PEMBAHASAN : D. Brachial palsy
Brachial palsy merupakan kelumpuhan saraf pleksus prachial dimana penyebabnya yaitu
dari kasus tersebut akan merusak saraf brachial pada janin sehingga tindakan menarik
dengan terlalu kuat tersebut sangat tidak dianjurkan
4. Seorang perempuan, hamil G1 P0 A0 usia kehamilan 41 minggu dating ke Bidan Praktek
Mandiri dengan keluhan mules-mules dan keluar lender darah sejak 8 jam yang lalu. Hasil
pemeriksaan diantaranya diperoleh Leopold III teraba kurang bulat, lunak dan tidak
melenting, bagian terendah belum masuk PAP, pembukaan serviks 3 cm. Ketuban pecah
spontan bercampur mekonium, DJJ : 121x/mnt, teratur. Diagnose pada kasus di atas
adalah....
A. Persentasi Bokong
B. Gawat Janin
C. Fase laten memanjang
D. Makrosomia
E. Kehamilan postterm
JAWABAN DAN PEMBAHASAN : A (Presentasi Bokong)
Diagnosis :
a. Palpasi: pemeriksaan Leopold di bagian bawah teraba bagian yang kurang keras dan
kurang bundar (bokong), sementara di fundus teraba bagian yang keras, bundar dan
melenting (kepala), dan punggung teraba dikiri atau kanan.
b. Auskultasi: DJJ (denyut jantung janin) paling jelas terdengar pada tempat yang lebih
tinggi dari pusat.
c. Pemeriksaan foto rontgen, USG, dan Foto Sinar -X : bayangan kepala di fundus
d. Pemeriksaan dalam: Dapat diraba os sakrum, tuber ischii, dan anus, kadang – kadang
kaki (pada letak kaki). Bedakan antara :
- Lubang kecil – Mengisap
- Tulang (-) - Rahang Mulut
- Isap (-) Anus – Lidah
- Mekoneum (+)
- Tumit - Jari panjang
- Sudut 90 derajat Kaki - Tidak rata Tangan siku
- Rata jari – jari - Patella (-)
- Patella Lutut
- Poplitea
5. Seorang perempuan, umur 23 tahun, G1P0A0, usia kehamilan 38 minggu, kala II di BPM
ditemani suami, dengan keluhan mulas tak tertahankan. Hasil anamnesis: merasa haus,
perasaan ingin BAB. Hasil pemeriksaan: TD 110/80 mmHg, N 80 x/menit, S 36,7°C, P
18x/menit, DJJ 144x/menit, Kontraksi 4x/10’/45”, kepala janin sudah tampak 5-6 cm di
vulva.
Langkah apakah selanjutnya yang dilakukan pada kasus tersebut?
A. Memberitahu ibu bahwa perlu dilakukan episiotomi
B. Melibatkan pendamping untuk memberi minum
C. Memfasilitasi ibu melakukan posisi meneran
D. Memasukkan oksitosin 10 IU ke dalam spuit
E. Memasang sarung tangan DTT
JAWABAN DAN PEMBAHASAN : D (memfasilitasi ibu melakukan posisi meneran)
Posisi yang tepat akan mempengaruhi kemampuan ibu untuk meneran
Seorang bidan hendaknya membiarkan ibu bersalin dan melahirkan memilih sendiri posisi
persalinan yang diinginkannya dan bukan berdasarkan keinginan bidannya sendiri. Dengan
kebebasan untuk memutuskan posisi yang dipilihnya, ibu akan lebih merasa aman.
Dibawah ini adalah manfaat pilihan posisi berdasarkan Keinginan Ibu
• Memberikan banyak manfaat
• Sedikit rasa sait dan ketidaknyamanan
• Kala 2 persalinan menjadi lebih pendek
• Laserasi perineum lebih sedikit
• Lebih membantu meneran
• Nilai apgar lebih bai
6. Seorang perempuan, umur 30 tahun, G1P0A0, usia kehamilan 38 minggu, Kala II di BPM
sedang dipimpin meneran. Hasil pemeriksaan: TD 120/80 mmHg, S 36,7o C, N 90x/mnt, P
20x/menit, TFU
34 cm, DJJ 144x/ menit, teratur, kontraksi 4x/10’/45’’. Saat ini kepala janin telah lahir tapi
belum terjadi putaran paksi luar.
Langkah selanjutnya apakah yang paling tepat pada kasus tersebut?
A. Periksa lilitan tali pusat
B. Pegang secara biparietal
C. Lakukan sanggah susur
D. Lahirkan bahu anterior
E. Bersihkan muka bayi
JAWABAN DAN PEMBAHASAN : A (periksa lilitan tali pusat)
Setelah tampak kepala bayi dengan diameter 5-6 cm, lindungi perineum dengan satu tangan
yang dilapisi kain bersih dan kering, sementara tangan yang lain menahan kepala bayi untuk
menahan posisi defleksi dan membantu lahirnya kepala. Anjurkan ibu meneran sambil
bernapas cepat dan dangkal. Periksa lilitan tali pusat dan lakukan tindakan yang sesuai jika
hal itu terjadi.
7. Seorang perempuan, umur 28 Tahun, G1P0A0, hamil 38 minggu, datang ke RS dengan
keluhan keluar darah lendir. Hasil anamnesis: rasa ingin BAB tetapi tidak mau keluar, sakit
pinggang sejak semalam, rumah dekat dengan RS. Hasil pemeriksaan: TD 120/80 mmHg, S
36.6°C, N 80x/menit, P 18x/menit, TFU 34 cm, DJJ (+) 144x/menit, teratur, penurunan
kepala 4/5, portio datar, pembukaan 1 cm, ketuban (+).
Rencana tindakan apakah yang paling tepat sesuai kasus tersebut?
A. Menawarkan ibu pulang hingga kontraksi adekuat
B. Memantau persalinan kala I fase laten
C. Persiapan induksi persalinan
D. Beri pencahar
E. Pasang infus
JAWABAN DAN PEMBAHASAN : A (menawarkan ibu pulang hingga kontraksi
adekuat)
Adanya perbedaan pada dilatasi serviks antara primipara dengan multipara. Dimana pada
primigravida akan mengalami penipisan serviks dalam 3 minggu terakhir kehamilannya dan
suatu penipisan serviks yang sempurna akan terjadi pada saat memasuki persalinan.
Sedangkan pada multipara sering terjadi perlunakan serviks tanpa didahului dengan
penipisan dari serviks, pasien multipara akan memasuki persalinan dengan serviks yang
lunak dimana penipisan serviks belum
terjadi dengan baik, namun pembukaan dan penipisan yang cepat akan terjadi dalam waktu
yang bersamaan.
8. Seorang perempuan, umur 26 tahun, G1P0A0, usia kehamilan 37 minggu, kala II di BPM,
dengan keluhan ingin meneran. Hasil anamnesis: ingin BAB. Hasil pemeriksaan: TD 110/80
mmHg, S 36,8oC, N 90x/mnt, P 20x/ menit, TFU 34 cm, DJJ 148x/menit, kontraksi
4x/10’/45’’, pembukaan lengkap, ketuban (+), UUK kiri depan. Tindakan apakah yang
paling tepat pada kasus tersebut?
A. Pimpin meneran
B. Segera Episiotomi
C. Lakukan amniotomi
D. Ajarkan teknik relaksasi
E. Posisikan ibu senyaman mungkin
JAWABAN DAN PEMBAHASAN : C (Lakukan Amniotomi)
Amniotomi merupakan suatu tindakan untuk memecahkan ketuban pada saat pembukaan
sudah lengkap. Amniotomi dilakukan dengan cara memecahkan ketuban baik di bagian
bawah depan ( fore water ) maupun dibagian belakang ( hind water ) dengan suatu alat
khusus (drewsmith catheter ). Amniotomi dilakukan jika ketuban belum pecah
9. Seorang perempuan, umur 30 tahun, G2P1A0, hamil 38 minggu, datang ke BPM mengeluh
mulas tak tertahankan. Hasil anamnesis: sakit kepala dan penglihatan kabur. Riwayat
persalinan sebelumnya operasi atas indikasi preeklamsia. Hasil pemeriksaan: TD 150/90
mmHg, N 88x/menit, S 37,60 C, P 20x/menit, oedema tungkai, TFU 34 cm, DJJ 144x/menit,
penurunan kepala 4/5, kontraksi 3x/10’/40”, portio kaku, pembukaan 1 cm, ketuban (+).
Pemeriksaan penunjang apakah yang paling tepat pada kasus tersebut?
A. Leukosit
B. Haemoglobin
C. Protein urine
D. Reduksi urine
E. Golongan darah
JAWABAN DAN PEMBAHASAN : C (protein urine)
Tanda dan gejala Pre eklamsia adalah pusing, penglihatan kabur, nyeri epigastrium dan
Tekanan darah tinggi.Pasien memiliki riwayat preeklamsia.Untuk menegakkan diagnosis,
perlu dilakukan pemeriksaan laboratorium protein urine.
10. Seorang perempuan, umur 22 tahun, G3P2A0, usia kehamilan 37 minggu, datang ke BPM
dengan keluhan mulas. Hasil anamnesis: ketuban pecah sejak 1 jam yang lalu. Hasil
pemeriksaan: KU baik, TD 110/80 mmHg, N 90x/mnt, P 20x/menit, TFU 33 cm, letak
lintang, DJJ 140x/mnt, teratur, kontraksi 3x/10’/35’’, porsio tipis lunak, pembukaan 5 cm,
ketuban (-). Rencana tindakan apakah yang paling tepat pada kasus tersebut?
A. Lakukan rujukan
B. Monitor kontraksi dan DJJ
C. Pasang infus, ibu dipuasakan
D. Rawat pasien sebelum inpartu
E. Nilai air ketuban dengan lakmus
JAWABAN DAN PEMBAHASAN : A (Lakukan Rujukan)
Rujukan kegawatdaruratan adalah rujukan yang dilakukan sesegera mungkin karena
berhubungan dengan kondisi kegawatdaruratan yang mendesak. Salah satu pertimbangan
perencanaan rujukan adalah riisko dapat timbul bila rujukan tidak dilakukan.Dalam kasus
ini, rujukan dilakukan karena letak lintang, dan pasien bersalin ke BPM sehingga harus
dirujuk untuk dilakukan persalinan dengan tindakan di RS.

Anda mungkin juga menyukai