Anda di halaman 1dari 23

Nama : Shinta Eklesia Sitorus

Nim : 856094717
Mata Kuliah : Penelitian Tindakan Kelas
Dosen Pengampu : Nur Wahyuni,S.Pd,M.Pd

LAPORAN PENELITIAN TINDAKAN KELAS

Nomor 1 : Buatlah pendahuluan yang meliputi latar belakang masalah , rumusan masalah serta tujuan manfaat penelitian

UPAYA MENINGKATKAN KEMPUAN MEMBACA DENGAN MENGGUNAKAN MEDIA


KARTU KATA PADA SISWA KELAS III SD NEGERI 094132 DOLOK ULU

Email coresponden: Shintasitorus43@gmail.com

ABSTRAK

Pendidikan merupakan suatu kebutuhan yang penting bagi setiap orang karena setiap orang mempunyai hak
untuk mendapatkan pendidikan yang layak sesuai dengan kebutuhannya. Hendaknya guru dalam mengajar tidak hanya
menggunakan media yang disukai saja namun diharapkan agar menggunakan media yang cocok dengan materi yang
disampaikan agar pembelajaran menarik serta dalam mengunakan media agar bisa mengaktifkan siswa sehingga
pembelajaran bukan lagi pembelajaran yang konvensional.

Seperti halnya dalam membaca. Di SD Negeri 094132 DOLOK ULU Kelas III masih banyak siswa yang belum
mampu membaca dengan baik dalam hal ini peneliti tertarik untuk menggunakan media kartu kata untuk meningkatkan
kemampuan membaca siswa. Hasil penilitian menunjukkan siklus I belum baik, dimana dari 15 orang siswa, hanya 5
orang siswa atau 18,18% yang memenuhi Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM). Sisanya 10 orang siswa atau 81,81%
belum tuntas KKM-nya. Hal ini berarti pembelajaran belum berhasil. Kemudian hasil tes akhir siklus II sudah baik,
dimana dari 15 orang siswa, 14 orang siswa atau 97,45% yang sudah memenuhi Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM).
Sisanya 1 orang siswa atau 04,54% belum tuntas KKM-nya. Dengan demikian dapat disimpulkan menggunakan kartu
kata dapat meningkatkan kemampuan membaca siswa kelas III SDN 094132 DOLOK ULU

Kata Kunci : Media Kartu Kata Pada Membaca


BAB 1
PENDAHULUAN

A.Pendahuluan

1. Latar Belakang Masalah

Membaca adalah mengungkapkan suatu imajinasi terhadap suatu pembaca yang disukai dan dimengerti oleh
khalayak ramai. Kegiatan membaca meliputi membaca nyaring dan membaca dalam hati.

Kemampuan membaca merupakan keterampilan yang harus dikuasai oleh siswa sekolah dasar sejak dini, karena
keterampilan membaca merupakan keterampilan yang sangat mendasar bagi siswa sekolah dasar. Membaca
merupakan keterampilan membaca yang diajarkan pada kelas rendah sebagai pembelajaran membaca pada tingkat
dasar. Dan membaca juga Pengetahuan dan kemampuan yang diperoleh siswa pada pembelajaran membaca tersebut
akan menjadi dasar/modal utama dalam peningkatan dan pengembangan kemampuan siswa pada jenjang berikutnya.

Oleh karena itu guru harus mampu memberi arahan, bimbingan, dan petunjuk yang tepat agar sampai pada tingkat
mampu membaca, karena kegiatan membaca lebih didominasi oleh hal-hal yang bersifat mekanis. Hal mekanis yang di
maksud diantaranya adalah mulai dari sikap duduk saat membaca, cara membuka buku yang benar, cara ketepatan
menyuarakan tulisan yang akan dibaca, hal mekanis ini disebut sebagai tingkat awal dari pembelajaran membaca.

Kemampuan membaca tidak secara otomatis dapat dikuasai oleh siswa, melainkan harus dengan latihan-latihan
membaca yang menyenangkan sehingga siswa akan lebih mudah berekspresi dalam kegiatan membaca, kemampuan
membaca harus ditingkatkan sejak awal agar tercapai kemampuan membaca yang baik.Pada kenyataan di lapangan,
kemampuan membaca siswa kelas III SD Negeri 094132 Dolok Ulu , masih rendah, hal ini ditandai dengan kurangnya
minat belajar dan kemauan siswa dalam membaca, siswa masih kurang terampil dalam membaca.

Berdasarkan latar belakang tersebut diatas, peneliti tertarik untuk mengadakan penelitian tindakan kelas dan
kemudian diberi judul “Upaya Meningkatkan Kemampuan Membaca Dengan Menggunakan Media kartu kata Pada
Siswa Kelas III SD Negeri 094132 Dolok Ulu”

UU No. 20 Tahun 2003 menyatakan bahwa pendidikan adalah usaha yang terencana dalam mewujudkan suasana
belajar dan proses pembelajaran agar siswa aktif mengembangkan potensi dalam dirinya untuk memiliki kekuatan
spiritual keagamaan, pengendalian diri, kecerdasan, akhlak mulia serta keterampilan yang diperlukan dalam dirinya.
Mutu pendidikan salah satunya ditentukan oleh kurikulum. Kurikulum merupakan alat yang digunakan sebagai
pedoman dalam melaksanakan pendidikan guna mencapai tujuan pendidikan (Andriantoni & Fitrianis, 2018).

Lebih lanjut dalam UU Nomor 20 Tahun 2003 pasal 1 ayat 19 menyebutkan bahwa kurikulum merupakan
seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai
pedoman dalam menyelenggarakan pendidikan untuk mencapai tujuan pendidikan (Kurinaish & Berlin, 2014).
Peratutan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI No. 57 Tahun 2014 tentang kurikulum 2013

Sekolah Dasar bahwa kurikulum yang telah dilaksanakan sejak tahun ajaran 2013/2014 disebut dengan Kurikulum
2013 Sekolah Dasar. Adapun mata pelajaran Sekolah Dasar yang dimaksud pada Pasal 3 ayat 1) dibagi menjadi 2
kelompok. Kelompok A: Agama, PKN, Bahasa Indonesia, Matematika, IPA, IPS. Kelompok B: SBDP dan PJOK.
Dimana, beban belajar kelas II adalah 32 jam pelajaran.

Keberhasilan belajar siswa dalam menyelesaikan studi di jenjang pendidikan yang terjadi selama ini belum
seperti yang diharapkan semua pihak. Terutama mata pelajaran Bahasa Indonesia, padahal mata pelajaran Bahasa
Indonesia sangatlah penting terutama bagi siswa kelas rendah. Oleh karena itu, itu sebagai pendidik dan pengajar, guru
harus dapat mewujudkan harapan pendidikan dan sekolah.
Pembelajaran Bahasa Indonesia untuk sekolah Dasar meliputi empat aspek yaitu : mendengarkan, membaca,
menulis, dan berbicara karena siswa kelas III belum menguasai keterampilan menulis dan berbicara, yaitu memahami
pesan pendek dan dongeng yang dilaksanakan. Padahal yang peneliti hadapi adalah kelas III yang tidak semuanya bisa
menulis dan berbicara lancar sesuai kondisi yang dibicarakan.

Dengan memperhatikan masalah dalam rangka memecahkan masalah tersebut diatas, agar proses belajar mengajar
berhasil dengan baik maka diperlukan metode, media dan strategi mengajar.

Kemampuan mengajar guru berperan penting dalam mensukseskan proses belajar mengajar. Seorang guru harus
mampu mengukur kemampuan anak terhadap materi yang diajarkan. Pada akhirnya proses belajar mengajar guru
memberi latihan soal dan pengerjaan soal. Untuk memantapkan penguasaan materi pada pelajaran Bahasa Indonesia.

Dengan memperhatikan nilai ulangan siswa yang rendah diatas maka agar dapat meningkatkan kemampuan siswa
terhadap materi pelajaran yaitu bercerita guru harus melakukan perbaikan pembelajaran dengan menggunakan media
gambar dan proses perbaikan pembelajaran serta dilakukan observasi maupun diskusi observasi dengan teman sejawat

Peneliti adalah seorang guru kelas III di SDN 094132 Dolok Ulu . Siswa di kelas III berjumlah 15 orang siswa. Para
siswa yang ada di SDN 094132 Dolok Ulu terkhusus kelas III kesulitan untuk mengeja huruf dan kalimat bacaan .
Dalam Kurikulum 2013 (K-13) Sekolah Dasar pada kelas III

Dalam menjalankan tugas sebagai peneliti di tempat peneliti mengajar, hasil belajar siswa tidak sesuai dengan yang
diharapkan. Dimana, siswa tidak mampu membaca dan mengeja potongan kalimat yang diberikan oleh guru. Sehingga,
hasil pembelajaran yang diperoleh rendah. Pembelajaran dimulai dengan mengabsen siswa dan mempersiapkan alat
peraga dan mengatur tempat duduk siswa. Apersepsi dilakukan dengan mengadakan tanya jawab tentang konsep
pelafalan kalimat dan hanya sebagian siswa mampu melafalkannya

Pada kegiatan KBM siswa diarahkan oleh guru untuk melakukan kegiatan inti hingga akhir sampai mengerjakan
soal evaluasi. Namun, pada saat kegiatan tersebut berlangsung kebanyakan siswa kurang mampu membaca soal
evaluasi dan juga pada saat kegiatan inti respon aktif dari siswa juga kurang dan ketika diberi pertanyaan hanya sedikit
yang mampu dan berani menjawab.

Beberapa aspek kelebihan Media kartu kata yaitu (1) Menjadikan pembelajaran lebih aktif dan kreatif, (2) Anak
terlibat langsung dalam penggunaan kartu, (3) Menjadikan guru kreatif dalam Page 6 menentukan teknik pembelajaran
dan membuat media belajar, dan (4) Anak menjadi aktif. Metode kartu kata mampu melatih siswa untuk pandai
mengeja .

Dalam bermain kartu kata juga penting melatih otak siswa untuk hafal membaca karena selain gambar nya
menarik , anak juga mempunyai keingin tahuan tentang gambar apa dan apa sebutan untuk gambar tersebut . Penelitian
Tindakan Kelas ini bertujuan untuk memperkenalkan konsep mengeja singkat kepada siswa sekolah dasar pada
pembelajaran Bahasa Indonesia.

Berdasarkan uraian di atas maka dapat diidentifikasikan permasalahan yang dihadapi siswa, yaitu Kemampuan
siswa kelas III SDN 094132 Dolok Ulu dalam membaca tergolong rendah dan Proses interaksi antara guru dan siswa
pada materi membaca dengan menggunakan media kartu kata belum digunakan.
Selain itu analisis masalah yang diobservasi di kelas masih banyak siswa yang belum terampil dalam membaca,
sehingga di kelas berikutnya banyak siswa yang tidak mampu membaca dengan baik. Untuk itu peneliti tertarik
membuat suatu upaya untuk meningkatkan kemampuan membaca pada siswa.

Identifikasi Masalah

PTK Ini dibuat peneliti Untuk mengetahui peningkatan kemampuan membaca siswa dengan menggunakan media
karta kata dan untuk mengetahui apakah media kartu kata dalam pembelajaran membaca dapat meningkatkan motivasi
belajar siswa kelas III SD Negeri 094132 Dolok Ulu .
Rumusan Masalah
Maka permasalahan yang dapat diidentifikasi diantaranya adalah, apakah dengan media
kartu kata kemampuan membaca siswa dapat meningkat? Dan Bagaimanakah aktivitas siswa
dalam membaca dengan menggunakan media kartu kata pada siswa ? Adapun tujuan dari
penelitian ini antara lain.

Untuk mengetahui peningkatan kemampuan membaca siswa dengan menggunakan media


karta kata dan untuk mengetahui apakah media kartu kata dalam pembelajaran membaca dapat
meningkatkan motivasi belajar siswa kelas III SD Negeri 094132 Dolok Ulu .

Tujuan Penelitian

Sesuai dengan perumusan masalah yang telah dikemukakan diketahui dan


dianalisis maka :
a. Dalam proposal penelitian tindakan kelas ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan
bercerita melalui media gambar pada siswa kelas III SDN 094132 Dolok Ulu
b. Bertujuan untuk meningkatkan mutu dalam pembelajaran Bahasa Indonesia.
c. Secara Praktik Saya sebagai peneliti ingin melihat apa penyebab siswa-siswa SDN
094132 Dolok Ulu kesulitan dalam membaca dan mengeja.

Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis
a. Dapat meningkatkan mutu pembelajaran
b. Dapat memberikan masukan kepada instansi terkait dalam mengambil kebijakan
yang dapat menunjang proses pembelajaran.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi peneliti, menemukan solusi untuk meningkatkan kemampuan bercerita
nyaring pada siswa kelas III.
b. Bagi siswa, siswa menjadi lebih terampil dalam bercerita.
c . Bagi institusi, kepala sekolah dapat mensosialisasikan kepada rekan guru
sehingga terinspirasi untuk menggunakan media gambar dalam pembelajaran
bercerita siswa kelas III.
Nomor 2 : Buatlah Kajian Pustakanya !

BAB II
KAJIAN PUSTAKA

1. Hakikat Membaca

Membaca merupakan sebuah aktivitas berupa melafalkan atau mengeja sebuah tulisan.
Hal ini sesuai dengan yang tertuang dalam KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia) yang
menyatakan bahwa membaca adalah mengeja atau melafalkan apa yang tertulis

Di dalam KBBI tertulis bahwa ada setidaknya 5 makna dari kata “baca” atau
“membaca” yaitu :
1. Melihat serta memahami isi dari apa yang tertulis, bisa dengan melisankan atau hanya dalam
hati.
2. Mengeja atau melafalkan apa yang tertulis.
3. Mengucapkan sesuatu yang tertulis.
4. Memperhitungkan/Memahami isi sebuah tulisan/simbol/gambar dll.
Pengertian lain yaitu :
(1) proses pengubahan lambang visual (katon) menjadi lambang bunyi (auditoris).
(2) proses decoding.
(3) proses merekontruksi makna dari bahan-bahan cetak.
(4) proses rekontruksi makna melalui interaksi yang diamis antara pengetahuan siap pembaca,
informasi yang tersaji dalam bahasa tulis dan konteks bacaan.

Dapat juga diartikan sebagai “mengambil, memperoleh makna dari kata, kalimat, paragraf
hingga sebuah satu kesatuan (misal buku/karya tulis) dll”.

Sehingga kesimpulannya adalah, jika secara umum, membaca dapat diartikan sebagai
sebuah aktivitas dalam melafalkan, mengeja, membunyikan simbol-simbol, abjad hingga
menjadi kata sampai kalimat yang memiliki makna.

Dalam menggunakan media pendidikan yang efektif, guru memiliki pengetahuan dan
pemahaman yang cukup tentang media pendidikan yang digunakan (Answir, 2002):
Media sebagai alat bantu: dalam proses belajar mengajar merupakan alat adalah media
yang dipakai dan guru sangat terbantu dengan adanya media. Dengan adanya media
guru menjadi terbantu dalam
menyampaikan pesan dari bahan pelajaran yang diberikan guru kepada siswa. Dalam hal ini
guru juga sadar tanpa bantuan media bahan pembelajaran sukar untuk dicerna dan difahami
oleh setiap siswa terutama untuk pelajaran yang rumit ataupun kompleks.

Materi pembelajaran juga memiliki tingkat kesukaran yang berbeda-beda pada setiap sisi,
ada yang memerlukan alat bantu berupa media pengajaran dan ada yang tidak membutuhkan
alat bantu.
Terutama untuk bahan pelajaran yang kurang menykai bahan pelajaran yang disampaikan.

Media memiliki fungsi untuk melancarkan tercapainya tujuan pengajaran yang dilandasi
dengan keyakinan bahwa proses KBM akan berjalan dengan lancer. Sehingga dalam hal ini,
dapat difahami bahwa media merupakan alat bantu pada proses KBP dan guru memakainya
untuk mengajarkan kepada siswa agar tercapainya tujuan pengajaran.

Media sebagai sumber belajar: belajar mengajar merupakan proses mengolah nilai
untuk dikonsumsi oleh siswa. Nilai-nilai diambil dari berbagai sumber. Dimana, sumber
belajar merupakan hal yang dapat dipakai sebagai tempat untuk bahan pengajaran. Media
pendidikan adalah sumber belajar yang digunakan untuk memperkaya wawasan siswa.
Berbagai media pendidikan yang dipakai guru menjadi sumber pengetahuan bahi siswa.
Media sebagai sumber belajar yang diakui sebagai alat bantu auditif, audio, dan visual.
Dalam menggunakan ketiga sumber belajar disesuaikan dengan rumusan tujuan internasional
dan kompetensi guru. Kesimpulannya guru yang bijaksana memakai media adalah guru yang
dapat memanipulasi media sebagai sumber belajar dan penyalur informasi dari bahan yang
disampaikan kepada siswa dalam proses KBM (Syaiful, 2006). Dalam pemilihan media
sebaiknya sarana yang digunakan selaras dan menunjang tujuan pembelajaran yang telah
ditetapkan. Masalah tujuan pembelajaran ini merupakan komponen yang utama yang harus
diperhatikan dalam memilih media.
Dalam penetapan media harus jelas dan operasional, spesifik, dan benar-benar
tergambar dalam bentuk perilaku. Aspek materi menjadi pertimbangan yang yang dianggap
penting dalam memilih media. Sesuai atau tidaknya antara materi dengan media yang
digunakan akan berdampak pada hasil pembelajaran siswa. Kondisi siswa dari sisi subjek
belajar menjadi perhatian yang serius bagi guru dalam memilih media yang sesuai dengan
kondisi anak.
Faktor umum, intelegensi, latar belakang pendidikan, budaya, dan lingkungan anak
menjadi titik perhatian dan pertimbangan dalam memilih media pengajaran. Karakteristik
media disekolah atau memungkinkan bagi guru mendesign sendiri media yang akan
digunakan merupakan hal yang perlu menjadi pertimbangan seorang guru.
Media yang dipilih seharusnya dapat menjelaskan apa yang akan disampaikan kepada
siswa secara tepat dan berhasil guna, dengan kata lain tujuan yang ditetapkan dapat dicapai
secara optimal, biaya yang akan dikeluarkan dalam pemanfaatan media harus seimbang
dengan hasil yang akan dicapai (Asnawir, 2002)

A. Media Kartu Bergambar

1. Pengertian

media Kata media berasal dari bahasa latin yaitu medius yang secara harfiah berarti
tengah, perantara atau pengantar, Gagne dan Brigs S. (Arief S. Sadiman, 2009: 6)
menyatakan bahwa media adalah berbagai jenis komponen dalam lingkungan siswa yang
dapat merangsang untuk belajar, sedangkan Brigs berpendapat bahwa media adalah segala
alat fisik yang dapat menyajikan pesan serta merangsang siswa untuk belajar, buku, kaset,
film dalam bingkai adalah contoh contohnya.

Sejalan dengan pendapat di atas AECT (Assocation of education and Comunication


tecnologi) (dalam H Asnawir dan Basyirudin usman, 2002:11) mendefinisikan media yaitu
segala bentuk yang di pergunakan untuk suatu proses penyaluran informasi, sedangkan
Education Association (NEA) mendefinisikan sebagai benda yang dapat di manipulasi
dilihat, didengar, dibaca atau dibicarakan beserta instrumen yang di pergunakan dengan
baik dalam kegiatan belajar mengajar, dapat mempengaruhi efektifitas program
instruktional. Hal tersebut di atas di perkuat dengan pendapat Henick, dkk(Azhar Asryad
1997:4) mengemukakan istilah medium sebagai perantara yang mengantarkan informasi
antara sumber dan penerima jadi televisi, film, radio, rekaman video, gambar yang
diproyeksi, bahan bahan cetakan dan sejeninya adalah media komunikasi apabila nmedia
itu membawa pesen pesan atau informasi yang bertujaun instruksional atau mengandung
maksud maksud pengajaran maka media itu disebut media pembelajaran. Sejalan dengan
batasan ini, Hamidjojo (Latuheru, 1993: 12) memberi batasan media sebagai sebuah
bentuk perantara yang digunakan oleh manusia untuk menyampaikan gagasan, atau
pendapat yang di kemukakan itu sampai kepada penerima yang dituju.

Dari definisi tersebut bahwa penulis mensimpulkan bahwa pengertian media merupakan
sesuatu yang bersifat menyalurkan pesan dan dapat merangsang pikiran, perasaan, dan
kemauan siswa sehingga dapat mendorong terjadinya proses belajar pada diri siswa,
penggunaan media secara kreatif akan memungkinkan siswa untuk belajar lebih baik dan
dapat meningkatkan performa mereka sesuai dengan tujuan yang ingin di capai. Sesuatu
dapat dikatakan sebagai media pendidikan, pembelajaran apabila mereka (media tersebut)
digunakan untuk menyalurkan menyampaikan pesan dengan tujuan tujuan pendidikan dan
pembelajaran, menurut Gagne dan Briggs (Azhar Arsyad 1997: 4) secara implist
mengatakan bahwa media pembelajaran meliputi alat yang secara fisik yang digunakan
untun menyampaikan isi materi pengajaran yang terdiri dari buku, foto, gambar, grafik, dll
dengan kata lain mereka adalah komponen sumber belajar atau wahana fisik yang
mengandung materu instruksional di lingkungan siswa yang dapat merangsang untuk
belajar 10 Tentang media pembelajaran

Santono S. Hamidjojo (John D Latuheru 1993: 14) mengatakan bahwa media


pembelajaran adalah media pembelajaran adalah media yang penggunanya dintergrasikan
dengaan tujuan dan isi pengajaran (biasanya sudah dituangkan dalam garis garis besar
perencanaan pengajaran (GBPP), yang dimaksud untuk mempertinggi untuk kegiatan
belajar mengajar. Dari beberapa definisi yang telah di ungkapkan di atas dapat di
simpulkan bahwa

Media pembelajaran adalah bagian yang tidak terpisahkan dari proses belajar mengajar
demi tercapainya tujuan pendidikan pada umumnya dan tujuan pembelajarn pada
khususnya Dadan Juanda (2006: 102) mengemukakan bahwa penggunaan media tidak
hanya membuat pembelajaran lebih efisien tapi materi pelajaran dapat lebih di serap dan
diendapkan oleh siswa, siswa mungkin sudah memahami permasalahan, konsep dari
penjelsan guru, tapi akan lebih lama tertekan di benak siswa jika diperkaya dengan
kegiatan melihat, menyentuh, atau mengalami langung. Dari pengertian media yang
disebut di atas, maka para ahli pendidikan sepakat bahwa media pembelajaran memiliki
fungsi ganda dalam mengelolah pembelajaran, sebab di samping berfungsi sebagai alat
bantu untuk mewujudkan situasi belajar mengajar yang efektif, juga berfungsi untuk
mempercepat proses pembelajaran dan membantu peserta didik dalam menangkap
pengertian yang diberikan guru. Media bukan 11 semata-mata alat hiburan tetapi bersifat
integral dengan tujuan dan isi pelajaran di mana peserta didik termotivasi untuk belajar.

Media pembelajaran terlihar dari hasil penelitian bahwa media gambar


memberikan konteks untuk memahami teks untuk membantu siswa yang lemah dalam
membaca untuk mengorganisasikan informasi dalam teks dan mengingatkan kembali.

Dengan kata lain, media pembelajaran berfungsi untuk mengakomodasikan siswa


yan lemah dan lambat dalam menerima dan memahami isi pelajaran yang disajikan dengan
teks atau disajikan secara verbal.
Sedangkan media pembelajaran, menurut kemp dan Dyton (Azhar Arsyad 1997 :20)
dapat memenuhi tiga fungsi utama apabila media digunakan untuk perorang, kelompok,
atau kelompok, pendengar yang besar jumlahnya,yaitu.
1) Memotivasi minat atau tindakan
2) Menyajikan informasi
3) Memberi intruksi Untuk tujuan informasi, media pembelajaran dapat digunakan dalam
rangka penyajian informasi di hadapan kelompok siswa, isi dan bentuk penyajian bersifat
sangat umum berfungsi sebagai pengantar, ringkasan laporan , atau pengetahuan latar
belakang, penyajian dapat pula berbentuk hiburan drama atau teknik motivator.

2. Pengertian media kartu bergambar menurut para ahli

Arsyad (2002: 199) flash card atau kartu bergambar adalah kartu kecil yang berisi
gambar, teks atau tanda simbol mengingatkan atau menuntun siswa kepada sesuatu yang
berhubungan dengan gambar tersebut. Flash card biasanya berukuran 8 X 12 cm, atau
dapat di sesuaikan dengan besar dapat paran kecilnya kelas yang di hadapi. kartu
bergambar tersebut dapat menjadi petunjuk dan rangsangan bagi siswa untuk memberi
respon yang di inginkan.

Sejalan dengan pendapat di atas Basuki Wibawa dan Farida Mukti (1991: 30)
mengemukakan bahwa flash cards biasanya berisi kata-kata, gambar atau kombinasinya
dan dapat di gunakan untuk mengembangkan perbendarahan kata kata. Pendapat di atas
diperkuat oleh Sutan (2004: 9) menjelaskan bahwa kartu bergambar (Flasc Cards) adalah
satu metode membaca gambar dengan menggunakan kartu untuk memperkenalkan kosa
kata , kartu tersebut memuat gambar dan kata yang akrab di sekeliling siswa, misalnya
nama keluarga atau gambar binatang dan tumbuhan.

Berdasarkan pendapat para ahli di atas, peneliti dapat simpulkan bahwa kartu
bergambar adalah alat yang memudahkan guru untuk menyampaikan materi atau pesan
yang akan di sampaikan kepada siswa melalui kartu bergambar yang diberi sesuai gambar
tema yang kita harapkan untuk mencapai tujuan pembelajaran

Bentuk Kartu Bergambar Kartu bergambar merupakan kartu yang berisi gambar, teks,
atau tanda simbol yang mengingatkan atau menuntun siswa kepada sesuatu yang
berhubungan dengan gambar tersebut. Kartu bergambar juga merupakan gambar yang
mempunyai dua sisi, sisi satu menampilkan obyek dan sisi lain menampilkan kata
menerangkan obyek kartu bergambar tersebut di simpan dalam satu kotak yang
menunjukan jumlah kartu dari sebuah kelompok gambar, kelompok gambar menujukan
semua gambar (binatang, tumbuhan, manusia, atau nama kendaraan,).
Kegunaan Kartu Bergambar, Media kartu bergambar mempunyai kegunaan sebagai
berikut : 1) Untuk memperjelas penyampaian pesan agar tidak bersifat variabel. 2)
Mengatasi keterbatasan ruang, waktu, dan daya indra. 3) Menimbulkan kegairahan belajar.
4) Memungkinkan interaksi yang lebih langsung antara siswa dengan lingkungan dari
kenyataan. 5) Memungkinkan siswa belajar sendirir sendiri menurut kemampuan dan
minatnya.

Pemilihan gambar-gambar pada kartu bergambar dalam pembelajaran tentu harus


disesuaikan dengan tujuan pembelajaran gambar-gambar tersebut hendaknya menampilkan
gagasan, informasi, 14 konsep konssep yang mendukung tujuan, serta kebutuhan
pengajaran pemilihan gambar flash cards pun harus memperlihakan sasaran yang harus di
sesuai dengan perkembangan siswa. (http://kurtek upi,ude/.di unduh pada 26 juli 2012
pukul 20: 55

Kelebihan Kartu Bergambar Sebagai Media Pembelajaran Media pembelajaran


merupakan segala sesuatu yang di jadikan perantara dalaam proses interaksi antara guru
dan siswa dengan tujuan memperjelas proses yang berupa informasi materi pelajaran yang
sedang berjalan. Menurut Gagne dan Briggs (dalam Arsyad 1991: 4) secara implist
mengatakan bahwa media pembelajaran meliputi alat yang secara fisik yang di gunakan
untuk menyampaikan isi materi pengajaran yang terdiri dari buku, foto, gambar, grafik, dll.

Dengan kata lain media adalah komponen sumber belajar atau wahana fisik yang
mengandung materi instruksional di lingkungan siswa yang dapat merangsang siswa untuk
belajar.Begitu pula dengan flash cards ,kartu bergambar yang di perlihatkan siwa agar
dapat menimbulkan sikap aktif dan dapat berkomunikasi dengan lingkunganya sehingga
dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Media kartu bergambar merupakan media gambar
datar termasuk dalam media visual.

Dalam penggunaan media kartu beergambar ini memiliki beberapa kelebihan. Arief. S.
Sadiman (2009: 29) mengemukakan beberapa kelebihan kartu bergambar yaitu: (1) Sifat
konkrit, (2) Gambar dapat mengatasi keterbatasan ruang dan waktu, (3) Dapat mengatasi
keterbatasan pengamatan mata kita, (4) Dapat memperjelas suatu masalah, (5) Harganya
murah mudah di dapat dan mudah di gunakan. Pembelajaran menggunakan media kartu
bergambar adalah pembelajaran menanamkan pengetahuan pada seseorang dengan cara
paling singkat dan tepat.

Guru seharusnya memperhatikan bahwa diantara murid ada perbedaan individual,


sehingga memerlukan pelayanan yang berbeda-beda. Bila murid dianggap sama
kemajuannya, maka bahan pelajaran yang diberikanpun akan sama dengan kenyataan.
Belajar adalah proses aktif peserta didik menemukan fakta, prinsip, dan konsep sendiri.

Untuk itu, pentinglah mendorong peserta didik berasumsi (menebak atau berhipotesis).
Yang lebih penting adalah guru berupaya menugaskan peserta didik mengerjakan hal-hal
nyata melalui berbuat, melakukan, sambil dikombinasi dengan apa yang peserta didik
dengar, baca, amati, diskusikan, dan presentasikan.

3. Fungsi Media dalam Pembelajaran

Hamalik (dalam Azhar Arsyad 1997: 15) mengemukakan bahwa pemakaian media
pembelajaran dalam proses belajar mengajar dapat membangkitkan keinginan dan minat
yang baru, membangkitkan motivasi dan ransnangan kegiatan belajar, dan bahwa
membawa pengaruh pengaruh psikologi terhadap siswa, pengggunaan media
pembelajarAn pada tahap orientasi pembelajaran akan sangat membantu keefeektifan
proses pemebelajar dan penyampaian pesan isi pelajaran pada saat ini, selain
membangkitkan motivasi dan minat siswa, media pembelajarn juga membantu siswa
meningkatkan pemahaman, menyajikan data dengan menarik dan terpercaya, memudahkan
penafsiran data, dan memadatkan data.

Pendapat di atas di perkuat oleh H. Asnawir dan Basyirudin Usman (2002: 13)
mengemukakan bahwa penggunaan media secara terintergrasi dalam proses belajar
mengajar, karna fungsi media dalam kegiatan tersebut di samping sebagai penyaji stimulus
informasi, sikap, dan lain lain juga untuk meningkatkan keserasian dalam peneerimaan
informasi, dalam hal hal tertentu media juga berfungsi untuk mengatur langkah langkah
kemajuan serta memberi umpan balik.

Selanjutnya Levie dan Lents (dalam Azhar Arsyad 1997: 16) mengemukakan empat
fungsi media pembelajaran khusus media visual yaitu.
1) Fungsi atensi Merupakan inti, yaitu menarik dan mengarahkan perhatian siswa untuk
berkonsentrasi pada isi pelajaran yang berkaitan dengan makna visul yang di tampilkan
atau menyertai teks materi pengajaran
2) Fungsi afektif Media visual dapat terlihat dari tingkat kenikmatan siswa ketika belajar
(atau membaca) teks yang bergambar, gambar atau lambang vissual dapat mengguagah
emosi dan sikap siswa, misalnya informasi masalah tentang komputer.
3) Fungsi kognitif Medi visual terlihat bahwa lambang visual atau gambaar memperlancar
pencapaian tujuan untuk memahami dan mengingat informasi atau pesan yang terkandung
dalam gambar.
4) Fungsi kompensatoris Media pembelajaran terlihat dari hasil penelitian bahwa media
visual yang memberikan konteks untuk memahami teks untuk membantu siswa yang
lemah dalam membaca untuk mengorganisasikan informasi dalam teks dan mengingatnya
kembali, dengaan kata lain, media pembelajaraan berfungsi umtuk mengakomodasi siswa
yang lemah dan lamabat menerima memahami isi pelajaran yang di sajikan dengan teks.

Sedangkan media pembelajaran, menurut Kemp dan Dayton (Azhar arsyad 1997: 20)
dapat memenuhi tiga fungsi utama apabila media itu digunaakan untuk perorang,
kelompok, atau keomppok pendengar yang besar jumlahnya, yaitu :
1) Memotivasi minat atau tindakan
2) Menyajikan informasi
3) Memberi intruksi Untuk memotivasi, media pembelajaran dapat direalisasikan dengan
teknik dengan adanya gambar, hasilnya diharapkan dapat melahirkan minat dan
merangsang para siswa agar giat untuk belajar, agar tujuan ini dapat mempengaruhi, sikap,
nilai, emosi Itulah sebabnya, belajar menggunakan indera ganda (pandangan dengar) akan
lebih mendorong peserta didik untuk belajar lebih banyak ketimbang hanya dengan
stimulus pandang atau hanya dengan stimulus dengar. Achsin pandang, dan hanya 5%
diperoleh lagi dengan indera lainnya (Achsin, 1996: 47)

4. Karakteristik Media Kartu Bergambar

Menurut rahadi ansto dalam buku media pembelajaran menyebutkan beberapa


karaktrsitik media kartu bergambar
 Harus auntentik, dapat menggambarkan objek atau peristiwa jika siswa melihat lamgsung,
misalanya, siswa akan mempelajari cara tentang fungsi komputer.
 Sederhana komposisinya cukup jelas menunjukan bagian bagian pokok dalam gambar
 Ukuran gambar proposional, sehingga siswa mudah membayangkan ukuran sesungguhnya
benda atau objek.

5. Kelebihan Media Kartu Bergambar


Berikut manfaat Media Kartu Bergambar bagi siswa di sekolah.
1. Kelebihan

a. Mudah di bawa kemana mana, drngan ukuran yang kecil sehingga media kartu dapat di
simpan di manapun, sehingga tidak membtuthkan ruang yang luas dan di gunakan di mana
sja.
b. Praktis dalam menggunakan, sehingga kapan pun siswa bisa belajar dengan baik
menggunakannya, selain itu biaya untuk mendapatkan media juga sangat terjangkau, karena
dapat menggunakan kertas karton.
c. Gampang di ingat karena kartu bergambar yang sangat menarik perhatian, sehingga kartu
ini akan memudahkan siswa untuk mengingat dan menghafal bentuk bentuk gambaar
tersebut.
d. Media Kartu Bergambar dapat berisikan gambar sehingga guru tidak kesulitan
memberikan pemahaman kepada siswa.

B. Hasil belajar Tik (Teknologi Informasi dan Komunikasi)

1. Pengertian Belajar
Proses pembeajaran melibatka dua subjek, yaitu guru dan siswa akan menghasilkan
suatu perubahan pada dirri siswa sebagai hasil dari kegiatan pembelajaran, Eko Putra
Widoyoko ( 2010 :25) mengemukakan bahwa perubahan yang terjadi pada diri siswa sebagai
akibat dari kegiatan pembelajaran bersiifat fisik dan non fisik seperti perubahan sikap,
pengetahuan maupun kecakapan, berbagai perubahan yang terjadi pada diri siswa tersebut
sebagai hasil proses siswa.

Pendapat ahli di atas di perkuat dengan pendapat Nana Sudjana (1989: 22)
mengemukakan bahwa hasil belajar adalah kemampuan kemampuan yang di miliki siswa
setelah ia menerima pengalaman belajarnya, Horward Kingsley membagi tiga macam hasil
belajaar yakni (a) keterampilan dan kebiasaan. (b) pengetahuan dan pengertian (c) sikap dan
cita cita masing masing jenis hasil belajar dapat diisi dengan bahan ajar yang tekah di tetapkan
dalam kurikulum.
Sedangkan Gagne membagi lima kategori haasil belajaar yakni, (a) informasi verbal, (b)
keterampilan inteltual, (c) stratei kognitif, (d) sikap, (e) keterampilan motoris,

Dalam sistem pendidikan nasional rumusan tujuan pendidikan, baik tujuan kurukuler
maupu tujuan intruksional, menggunakan klasifikasi hasil belajar dari Benyamin Bloom yang
secara garis besar membaginya menjaditiga ranah, yakni ranah kognitif, ranah efektif, dan rana
psikomotorik

Soedijarto (Purwanto 2009: 46) yang mendefinisikan hasil belajar sebagai tungkat
penguasan yang di capai oleh siswa dalam mengikuti proses belajar mengajar, sesuai dengan
tujuan pendidikan yang ditetapkan, hasil belajar siswa merupakan perilaku siswa akibat
belajar, perubahan perilaku di sebabkan karena dia mencapai penguasaan atas sejumlah bahan
yang di berikan dalam proses balajar mengaajar pencapaian ini di dasarkan atas tujuan
pengajaran yang telah di tetapkan, hasil itu dapat berupa perubahan dalam aspek kognitif,
afektif, psikomotorik,
Soal nomor 3. Buatlah metodologi penelitian yang digunakan

BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

A. Pendekatan Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan yaitu Penelitian Tindakan Kelas. ada tiga istilah yang
berhubungan dengan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yakni penelitian, tindakan, dan kelas,
Menurut Elliot dalam Sanjaya (2006: 25) penelitian tindakan ialah kajian tentang situasi
sosial dengan maksud untuk meningkatkan kualitas tindakan melalui proses diagnosi,
perencanaan, pelaksanaan, pemantauan, dan mempelajari pengaruh yang ditimbulkan.

Penelitian tindakan kelas adalah penelitian yang dilakukan oleh guru di dalam kelasnya
sendiri melalui refleksi diri dengan tujuan untuk memperbaiki kinerjanya sebagai guru,
sehingga minat belajar siswa akan meningkat. Ada beberapa ahli yang mengemukakan model
penelitian tindakan dengan bagian yang berbeda. Namun secara garis besar terdapat empat
tahapan yaitu (1) Perencanan (2) Pelaksanaan (3) Observasi (4) Refleksi
B. Subjek Penelitian
Subjek penelitian tindakan kelas ini adalah peserta didik kelas III SDN 094132 Dolok
Ulu . Pelaksanaan penelitian tindakan kelas ini mengikuti tahap tindakan yang bersiklus.
Model penelitian ini mengacu pada modifikasi spiral yang dicetuskan Kemmis dan Mc
Taggart (Dahlia, 2012:29). Tiap siklus dilakukan beberapa tahap, yaitu 1) Perencanaan
tindakan, 2) Pelaksanaan tindakan, 3) Observasi, dan 4) Refleksi.
C. Tempat penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di kelas III SDN 094132 Dolok Ulu dengan jumlah siswa
15 orang. Tempat penelitian ini dipilih peneliti dikarenakan hasil observasi sehari-hari karena
peneliti mengajar di kelas tersebut. karena didasarkan pada pertimbangan (1) masih banyak
ditemukan siswa yang mengalami kesulitan dalam membaca, dan kurang minat belajar siswa
sehingga nilai hasil belajar rendah (2) di sekolah ini belum pernah dilakukan penelitian yang
menggunakan media kartu kata dalam pembelajaran membaca, (3) adanya dukungan dari
kepala sekolah dan guru (teman sejawat) terhadap pelaksanaan penelitian ini.
Perencanaan Tindakan
Sebelum melakukan perbaikan disetiap siklusnya, peneliti menyiapkan dan
merencanakan setiap kegiatan yang dituangkan ke dalam rancangan perencanaan.
Perencanaan mencakup segala persiapan yang akan dilakukan berkenaan dengan penelitian
tindakan kelas ini. Dalam hal ini peneliti melakukan kegiatan pada tahap perencanaan adalah
sebagai berikut:
Deskripsi siklus 1
Sebelum melaksanakan siklus I peneliti menetapkan kelas yang akan diteliti,
menetapkan jumlah pertemuan, menetapkan materi yang akan disajikan, yaitu membaca
dengan menggunakan kartu kata, menyusun perangkat pembelajaran yang diperlukan dan
melakukan perbaikan pada siklus II jika belum tuntas. Selanjutnya penelitian di kelas ini
diawali dengan melakukan observasi di kelas dan tahap persiapan. Hal ini dilakukan dengan
tujuan untuk mengetahui situasi dan kondisi kelas subjek penelitian, yaitu materi yang
dibahas adalah konsep membaca dan jumlah siswa yang akan dijadikan subjek penelitian
adalah 15 siswa. Pada tanggal 20 Oktober 2022 pada pukul 08:30 – 10:00 peneliti melakukan
tes Siklus pertama yaitu sebagai berikut. Berdasarkan RPP yang saya gunakan pada tanggal
19 Oktober sekalian saya melaksana PTK pada 20 0ktober dengan memunculkan membaca,
yaitu saya mengambil satu cerita yang telah dilengkapi oleh peserta didik yaitu “ Petani
Garam”
Tahap awal
Kegiatan awal pada siklus I ini adalah peneliti melakukan tanya jawab dengan siswa
tentang materi sebelumnya untuk mengetahui kemampuan awal siswa. Peneliti
menyampaikan materi yang akan dipelajari, yaitu membaca, menyampaikan tujuan
pembelajaran membaca dan memotivasi siswa dengan menyampaikan pentingnya materi
membaca.

Tahap inti
Kegiatan pembelajaran yang dilakukan pada tahap ini adalah menyajikan materi
membaca di kelas III dengan menggunakan metode ceramah, kemudian dilanjutkan media
kartu kata, peneliti memberi kesempatan kepada siswa untuk bertanya tentang hal-hal yang
kurang dipahami untuk mengerjakan tugas yang akan diberikan oleh peneliti. Kegiatan
selanjutnya Peneliti memberi penjelasan dan mendampingi siswa untuk mengerjakan tugas
membaca, peneliti menjelaskan cara membaca yang baik dan benar dan menyampaikan
kepada siswa jika sudah selesai tugasnya dikumpulkan.
Tahap akhir
Setelah pelaksaan kegiatan pembelajaran selesai, guru bertanya jawab dengan siswa
tentang materi untuk mengetahui sejauh mana pemahaman siswa tentang materi yang telah
dipelajari yaitu membaca, selanjutnya guru bersama dengan siswa membuat kesimpulan dari
hasil belajar.

Tabel 1. Pedoman penilaian membaca

No Unsur yang dinilai Skor maksimum Skor


Siswa

1. Ketepatan menyuarakan 30
tulisan

2. Kewajaran lafal 20
3. Kewajaran intonasi 20
4. Kelancaran 20
5. Kejelasan suara 10
Jumlah 100
Tabel 2. Rubrik Penskoran

No Aspek Kriteria Skor


Maksimal
1. Ketepatan Sangat tepat 20
menyuarakan Kurang tepat 10
tulisan Tidak tepat 5
2. Kewajaran lafal Sesuai 20
Kurang sesuai 10
Tidak sesuai 5
3. Kewajaran intonasi Sesuai 20
Kurang sesuai 10
Tidak sesuai 5
4. Kelancaran Sangat Lancar 20
Kurang Lancar 10
Tidak Lancar 5
5. Kejelasan suara Sangat Jelas 20
Kurang Jelas 10
Tidak Jelas 5

Kriteria taraf keberhasilan tindakan di tentukan sebagai berikut:


90 sampai 100% : Sangat baik
%
80 sampai 85% : Baik
%
61 sampai 70% : Cukup
%
41 sampai 60% : Kurang
%
0% sampai 40% : Sangat kurang

𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑠𝑘𝑜𝑟
Persentase Nilai Rata-Rata (NR) =
𝑠𝑘𝑜𝑟 𝑚𝑎𝑘𝑠𝑖𝑚𝑢𝑚 𝑥100%

Tabel 3. Hasil Tes Akhir Siklus I


NO Ketentuan Skor tes siklus I Keterangan
1 Tuntas 5 18,18%
2 Belum Tuntas 10 81,81%
Jumlah 15 100%

Berdasarkan tabel di atas terlihat hasil tes akhir siklus I belum baik, dimana dari 15
orang siswa, hanya 5 orang siswa atau 18,18% yang memenuhi Kriteria Ketuntasan Minimal
(KKM). Sisanya 10 orang siswa atau 81,81% belum tuntas KKM-nya. Hal ini berarti
pembelajaran belum berhasil, karena kriteria keberhasilan jika > 80 % siswa mendapat skor >
65. Persentase ketuntasan hasil belajar siswa kelas III SDN 0 9 4 1 3 2 D o l o k U l u pada
tes akhir siklus I dapat diperhatikan pada diagram berikut ini.

Tidak
Gambar 1. Diagram Persentase Ketuntasan Hasil Belajar Siswa pada Siklus I
Refleksi

Untuk mengetahui pelaksanaan pembelajaran sudah berhasil atau belum maka perlu
dilakukan refleksi terhadap pembelajaran siklus I yang telah dilaksanakan. Adapun
keberhasilan dan kegagalan yang terjadi didalam pelaksanaan pembelajaran selama siklus I.
Hasil tes akhir siklus I yang dilaksanakan oleh peneliti setelah pembelajaran, menunjukkan
bahwa siswa yang memperoleh nilai ≥ 65 adalah sebanyak 5 orang dari jumlah siswa 15
orang. Dengan demikian diperoleh persentase adalah 5/15 x 100% = 18, 18% yang tuntas,
dan 10/15x100%= 81,81% yang belum tuntas. Berdasarkan hasil tes yang telah didapatkan
tersebut dapat disimpulkan bahwa pelaksanaan tindakan siklus I belum berhasil, maka perlu
dilanjutkan siklus II.

Deskripsi Siklus II
Sebelum melaksanakan siklus II ini Peneliti menetapkan kembali kelas yang diteliti
untuk perbaikan, menetapkan jumlah pertemuan, menetapkan materi yang akan di sajikan,
yaitu membaca, menyusun perangkat pembelajaran yang diperlukan, memaksimalkan
pembelajaran agar tuntas pada siklus ini
Perencanaan
Pada siklus kedua ini kegiatan pembelajaran dilaksanakan oleh peneliti menyusun suatu
perencanaan untuk melakukan siklus II yang tujuannya untuk memperbaiki kegagalan-
kegagalan pada siklus I yang tidak memenuhi tuntutan belajar dengan menggunakan media
kartu kata.
Tahap awal
Untuk meningkatkan keaktifan dan kreatifitas siswa, guru memberi motivasi kepada
siswa dengan beberapa cara antara lain sebagai berikut, memberitahukan tentang hasil
kegiatan pada siklus I, bercerita mengenai pentingnya materi membaca, menyampaikan
tujuan belajar, menjelaskan kembali pembelajaran dengan menggunakan media kartu kata.
menginformasikan kepada siswa bahwa yang dinilai bukan hanya hasilnya saja tapi
prosesnya juga akan dinilai, memberitahu kepada siswa bahwa diberi tugas individu dimana
siswa tidak dibenarkan bekerjasama.
Tahap inti
Adapun kegiatan pembelajaran yang dilakukan pada tahap inti ini adalah sebagai
berikut, menyajikan materi membaca dengan menggunakan media kartu kata, guru
memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya hal-hal yang belum dipahami, siswa
mengerjakan tugas.
Tahap akhir
Guru bersama-sama menyimpulkan hasil belajar dan menutup pelajaran dengan salam
HASIL DAN PEMBAHASAN
Pelaksanaan penelitian dilaksanakan dalam dua siklus, masing-masing siklus 2 kali
pertemuan dengan siswa sebagai sumber data berjumlah 15 siswa. Paparan Data Siklus I
Kegiatan yang dilakukan pada pelaksanaan siklus I ini meliputi perencanaan,
pelaksanaan tindakan, pengamatan (observasi) terhadap pelaksanaan tindakan dan refleksi.
Perencanaan
Tahapan perencanaan meliputi kegiatan penyiapan materi pelajaran, penyusunan
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), menyiapkan lembar kerja siswa (LKS), lembar
observasi aktivitas guru dan aktivitas siswa, menyiapkan perangkat tes akhir siklus.
Pelaksanaan Siklus I
Berdasarkan rencana tindakan dan rencana pembelajaran yang telah di persiapkan pada
tahap perencanaan, maka peneliti melaksanakan langkah-langkah pembelajaran sesuai
dengan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dan alokasi waktu yang telah ditetapkan.
Pertemuan pertama Siklus I dilaksanakan pada hari Senin, tanggal 19 oktober 2022,
sedangkan pertemuan ke dua dilaksanakan pada hari Rabu tanggal 21 oktober 2022. Kedua
pertemuan dilaksanakan pada jam pelajaran pertama dan ke dua yaitu pukul 08.00 - 09.10
WIB. Sesuai dengan RPP yang telah disusun sebelumnya, pembelajaran dilakukan dalam
tiga tahap yaitu:
Tahap Awal
Kegiatan awal pada siklus I ini adalah peneliti melakukan tanya jawab dengan siswa
tentang materi yang sudah mereka pelajari untuk mengetahui kemampuan awal siswa.
Peneliti menyampaikan materi yang akan dipelajari, yaitu membaca, menyampaikan tujuan
pembelajaran membaca dan memotivasi siswa dengan menyampaikan pentingnya materi
membaca.
Tahap inti
Kegiatan pembelajaran yang dilakukan pada tahap ini adalah menyajikan materi
membaca di kelas III dengan menggunakan metode ceramah, kemudian dilanjutkan media
kartu kata, peneliti memberi kesempatan kepada siswa untuk bertanya tentang materi
membaca dan hal-hal yang kurang dipahami untuk mengerjakan tugas yang akan diberikan
oleh peneliti. Kegiatan selanjutnya siswa disuruh membaca.
Tahap akhir
Setelah pelaksaan kegiatan pembelajaran selesai, guru bertanya jawab dengan siswa
tentang materi untuk mengetahui sejauh mana pemahaman siswa tentang materi yang telah
dipelajari yaitu membaca, selanjutnya guru bersama dengan siswa membuat kesimpulan dari
hasil belajar tentang materi yang telah dipelajari dan membuat tes individu.
Hasil Observasi
Agar pelaksanaan kegiatan belajar berjalan sebagaimana yang diterapkan maka perlu
dilakukan observasi tentang aktivitas siswa dalam belajar kelompok yang diatur sebelumnya.
Dari rangkaian kegiatan ini akan terlihat mana kelompok yang aktif dalam belajar dan benar-
benar dapat bekerja satu sama lainnya. Dalam pembelajaran dengan menggunakan metode
demonstasi, sebagian besar siswa sudah memenuhi harapan peneliti dalam memahami materi
membaca dengan menggunakan media kartu kata. Hasil observasi satu pengamat terhadap
pelaksanaan pembelajaran menunjukkan bahwa pembelajaran sudah berlangsung dengan
baik. Analisis data hasil observasi menggunakan analisis persentase. Skor yang diperoleh
masing-masing indikator dijumlahkan dan hasilnya disebut jumlah skor. Selanjutnya dihitung
persentase nilai rata-rata dengan cara membagi jumlah skor dengan skor maksimal yang
dikalikan 100% yaitu:
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑠𝑘𝑜𝑟
Persentase Nilai Rata-Rata (NR) =
𝑠𝑘𝑜𝑟 𝑚𝑎𝑘𝑠𝑖𝑚𝑢𝑚
𝑥100%
Kriteria taraf keberhasilan tindakan di tentukan sebagai berikut:
90% sampai 100% : Sangat baik
80% sampai 85% : Baik
61% sampai 70% : Cukup
41% sampai 60% : Kurang
0% sampai 40% : Sangat kurang
Hasil Tes Akhir Siklus I
Hasil belajar siswa pada hari Kamis tanggal 23 Oktober 2022, peneliti melaksanakan
tes individu untuk mengambil nilai akhir siklus I, adapun nilai tes akhir tersebut dapat dilihat
pada tabel berikut ini:
Table 4. Nilai Tes Akhir Siklus I Siswa Kelas III SD Negeri 9 Kutamakmur
No Ketentuan Jumlah siswa Persen (%)

1 Tuntas 4 18,18 %
2 Belum Tuntas 18 81,81 %
Jumlah 22 100%

Berdasarkan tabel di atas terlihat hasil tes akhir siklus I belum baik, dimana dari 15 orang
siswa, hanya 5 orang siswa atau 18,18% yang memenuhi Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM).
Sisanya 10 orang siswa atau 81,81% belum tuntas KKM-nya. Persentase ketuntasan hasil
belajar siswa kelas III SD Negeri 094132 Dolok Ulu pada tes akhir siklus I dapat diperhatikan
pada diagram berikut ini.

Tidak tuntas
81,81%

Tuntas
18,18%
Gambar 2. Diagram Persentase Ketuntasan Hasil Belajar Siswa pada Siklus I.
Hasil Wawancara
Setelah pelaksanaan pembelajaran tahap I selesai dan telah diketahui hasil akhir dalam
mengerjakan tugas, peneliti melakukan wawancara dengan subjek penelitian untuk
mengetahui kerjasama dalam belajar membaca respon siswa terhadap media kartu kata
khususnya. Pertanyaan dalam pedoman wawancara terdiri dari beberapa bagian yaitu
kerjasama, motivasi dan pemahaman siswa.
Refleksi
Berdasarkan refleksi terhadap seluruh kegiatan pembelajaran diperoleh kesimpulan
bahwa pelaksanaan Siklus I belum berhasil khususnya terkait jumlah siswa yang nilainya
tidak mencapai KKM. Adapun keberhasilan dan kegagalan yang terjadi didalam pelaksanaan
pembelajaran selama siklus I yaitu:
Segi proses
Berdasarkan data hasil observasi yang dilakukan oleh pengamat satu terhadap aktivitas
guru, jumlah skor diperoleh 48/70 x 100% = 68,57%. Data hasil observasi yang dilakukan
pengamat dua terhadap aktivitas guru, jumlah skor diperoleh 49/70x100%=70,00%. Berarti
taraf keberhasilan aktivitas guru berdasarkan hasil observasi kedua pengamat termasuk dalam
katagori baik. Sedangkan data hasil observasi yang dilakukan oleh pengamat satu terhadap
aktivitas siswa, jumlah skor diperoleh 55/75x100% =73,33%. Data hasil observasi yang
dilakukan oleh pengamat dua terhadap aktivitas siswa, jumlah skor diperoleh
53/75x100%=70,66%. Berarati taraf keberhasilan aktivitas siswa berdasarkan observasi
kedua pengamat juga termasuk kedalam katagori baik. Dengan demikian dapat disimpulkan
kriteria ketuntasan ditinjau dari segi proses sudah berhasil.
Segi hasil
Hasil tes akhir siklus I yang dilaksanakan oleh peneliti setelah pembelajaran,
menunjukkan bahwa siswa yang memperoleh nilai ≥ 65 adalah sebanyak 5 orang dari jumlah
siswa 15 orang. Dengan demikian diperoleh persentase adalah 5/15 x 100% = 18,18% yang
tuntas, dan 18/22x100%= 81,81% yang belum tuntas. Berdasarkan hasil tes yang telah
didapatkan tersebut dapat disimpulkan bahwa pelaksanaan tindakan siklus I belum berhasil,
maka perlu dilanjutkan siklus II.
Paparan Data Siklus II
Perencanaan
Pada siklus kedua ini kegiatan pembelajaran dilaksanakan 2x35 menit dengan materi
membaca. Tahapan yang dilakukan dalam pelaksanan siklus II adalah: konsultasi dengan
teman sejawat, guru pamong dan Dosen pembimbing Pembimbing berkaitan dengan hasil
siklus I dan menjadi bahan acuan pada pelaksanaan siklus II, berkonsultasi dengan dengan
teman sejawat, guru Pamong dan Dosen Pembimbing berkaitan dengan pelaksanaan tindakan
siklus II yang akan dilaksanakan, menyiapkanperencanaan sama seperti pada Siklus I yang
meliputi kegiatan penyiapan materi pelajaran, penyusunan Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran (RPP), menyiapkan lembar kerja siswa (LKS), lembar observasi aktivitas guru
dan aktivitas siswa, menyiapkan perangkat tes akhir siklus. Proses perencanaan pada Siklus II
ini juga mengakomodir hasil refleksi pada Siklus I agar kesalahan yang sama tidak terulang.
Pelaksanaan Siklus II
Pelaksanaan tindakan pada siklus II dilaksanakan pada tanggal 22 dan 23 Oktober
2023. Secara rinci tindakan yang dilakukan adalah sebagai berikut:
Tahap awal
Kegiatan awal, seperti biasanya dilakukan dengan mengucapkan salam, mengajak siswa
berdoa, menanyakan keadaan dan mengabsen siswa, memeriksa kerapian dan kebersihan
kelas.Untuk meningkatkan keaktifan dan kreatifitas siswa, guru memberi motivasi kepada
siswa dengan beberapa cara antara lain sebagai berikut, memberitahukan tentang hasil
kegiatan pada siklus I, bercerita mengenai pentingnya materi membaca, menjelaskan kembali
pembelajaran dengan menggunakan media kartu kata.

Tahap inti
Adapun kegiatan pembelajaran yang dilakukan pada tahap inti ini adalah sebagai
berikut, menyajikan materi membaca dengan menggunakan media kartu kata,
Tahap akhir
Pada kegiatan penutup, guru bersama siswa membuat rangkuman/kesimpulan
pembelajaran dan mencatat dibuku catatan masing-masing, melakukan refleksi dan
menginformasikan kepada siswa materi yang akan datang yaitu memberikan tes akhir pada
pertemuan selanjutnya, dan penutup pelajaran dengan salam.
Hasil Observasi
Berdasarkan hasil observasi pengamat satu dan pengamat dua terhadap pelaksanaan
pembelajaran menunjukkan bahwa pembelajaran yang dilaksanakan oleh peneliti sudah
berlangsung dengan baik. pada pelaksanaan siklus II ini penyampaian materi yang
dilaksanakan. Dimana siswa-siswa sangat antusias dan termotivasi sekali dalam belajar,
sangat aktif. Analisis data hasil observasi menggunakan analisis persentase. Skor yang
diperoleh masing-masing indikator dijumlahkan dan hasilnya disebut jumlah skor.
Selanjutnya dihitung persentase nilai rata-rata dengan cara membagi jumlah skor dengan skor
maksimal yang dikalikan 100% yaitu:
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑠𝑘𝑜𝑟
Persentase Nilai Rata-Rata (NR) =
𝑠𝑘𝑜𝑟 𝑚𝑎𝑘𝑠𝑖𝑚𝑢𝑚
𝑥100%
Kriteria taraf keberhasilan tindakan di tentukan sebagai
berikut: 90% sampai 100% : Sangat baik
80% sampai 85% : Baik
61% sampai 70% : Cukup
41% sampai 60% : Kurang
0% sampai 40% : Sangat kurang
Berdasarkan data observasi yang dilakukan oleh pengamat satu terhadap aktivitas guru
pada siklus II ini menunjukan bahwa jumlah skor diperoleh 60/70 x 100% = 85,71%. Data

observasi yang dilakukan pengamat dua terhadap aktivitas guru pada siklus II ini juga
menunjukkan bahwa jumlah skor diperoleh 62/70x100% = 88,57%. Berarti taraf keberhasilan
aktivitas guru berdasarkan hasil observasi kedua pengamat termasuk dalam katagori baik.
Hasil Tes Akhir Siklus II
Hasil belajar siswa pada siklus II, peneliti melaksanakan tes individu untuk mengambil
nilai akhir siklus II, adapun nilai tes akhir tersebut dapat dilihat pada tabel berikut ini:
Table 5. Nilai Tes Akhir Siklus II Siswa Kelas III SD Negeri 094132 Dolok Ulu
No Ketentuan Jumlah Persen
siswa (%)
1 Tuntas 21 95,45%
2 Belum Tuntas 1 04,54 %
Jumlah 22 100%
Berdasarkan tabel di atas terlihat hasil tes akhir siklus II sudah baik, dimana
dari 15 orang siswa, 14 orang siswa atau 97,45% yang sudah memenuhi Kriteria
Ketuntasan Minimal (KKM). Sisanya 1 orang siswa atau 04,54% belum tuntas KKM-
nya. Persentase ketuntasan hasil belajar siswa kelas III SD Negeri 094132 Dolok Ulu
pada tes akhir siklus II sudah di anggap tutas, dapat diperhatikan pada diagram berikut
ini.
Tidak Tuntas

04,54%

Gambar 3. Diagram Persentase Ketuntasan Hasil Belajar Siswa pada Siklus II


Hasil Wawancara
Setelah pelaksanaan pembelajaran tahap II selesai dan telah diketahui hasil akhir dalam
mengerjakan tugas, peneliti melakukan wawancara dengan subjek penelitian untuk
mengetahui kerjasama dalam belajar membaca respon siswa terhadap media kartu kata
khususnya. Pertanyaan dalam pedoman wawancara terdiri dari beberapa bagian yaitu
kerjasama, motivasi dan pemahaman siswa.
Refleksi
Untuk mengetahui pelaksanaan pembelajaran sudah berhasil atau belum maka perlu
dilakukan refleksi terhadap pembelajaran siklus II yang telah dilaksanakan. Adapun kriteria
keberhasilan yang digunakan dalam penelitian ini dilihat dari segi proses, jika hasil observasi
telah mencapai nilai ≥80%. Sementara kriteria hasil adalah jika ≥85% siswa mendapatkan
nilai ≥ 65 pada tes akhir tindakan. Adapun keberhasilan pada siklus II ini yaitu:
Segi proses
Pada pelaksanaan siklus II, ditinjau dari segi proses berdasarkan data observasi yang
dilakukan oleh pengamat satu terhadap aktivitas guru pada siklus II ini menunjukan bahwa
jumlah skor diperoleh 60/70 x 100% = 85,71%. Data observasi yang dilakukan pengamat dua
terhadap aktivitas guru pada siklus II ini juga menunjukkan bahwa jumlah skor diperoleh
62/70x100% = 88,57%. Sedangkan data observasi yang dilakukan oleh pengamat satu
terhadap aktivitas siswa, jumlah skor diperoleh 65/75x100%=86,66%. Data observasi yang
dilakukan oleh pengamat dua terhadap aktivitas siswa, jumlah skor diperoleh
66/75x100%=88,00%. Berarti taraf keberhasilan aktivitas siswa berdasarkan observasi kedua
pengamat termasuk dalam katagori sangat baik.
Segi hasil
Dilihat dari segi hasil, pada pelaksanaan tes akhir siklus II yang dilaksanakan oleh
peneliti setelah pembelajaran, menunjukkan bahwa siswa yang memperoleh nilai ≥ 65 adalah
sebanyak 14 orang dari jumlah siswa 15 orang. Dengan demikian diperoleh persentase
adalah 14/15 x 100% = 95,45% yang tuntas, dan 1/15x100%= 04,54% yang tidak
tuntas. Jadi berdasarkan nilai tes akhir pelaksanaan siklus II dapat disimpulkan bahwa
pelaksanaan pembelajaran siklus II sudah berhasil dan tidak perlu diulang.
Temuan Penelitian Siklus I
Beberapa temuan yang diperoleh pada pelaksanaan siklus I diantaranya pemahaman
siswa terhadap materi sangat baik, kerjasama siswa dalam pengerjaan tugas secara kelompok
berlangsung dengan baik hal ini terlihat dari siswa menyelesaikan permasalahan dengan
saling menghargai pendapat sesama anggota kelompok, dan siswa merasa senang belajar
dengan media kartu kata. Hal ini ditunjukkan dengan sikap antusias mereka ketika belajar.
Temuan Penelitian Siklus II
Beberapa temuan juga yang diperoleh pada pelaksanaan siklus II diantaranya
pemahaman siswa terhadap materi sudah sangat baik. Setelah dilakukan wawancara terhadap
siswa, setiap siswa dapat menjelaskan dengan baik, terjalin kerjasama yang sangat baik,
dimana siswa yang berkemampuan tinggi dapat menjadi tutor sebaya dalam kelompoknya,
hasil belajar siswa yang diukur melalui tes akhir tindakan telah memahami materi dengan
baik, hal ini sesuai dengan perolehan hasil tes akhir tindakan dan hasil wawancara terhadap
subjek penelitian.

Pembahasan

Dari hasil penelitian dimulai dari pelaksanaan siklus I dan siklus II, observasi, wawancara,
serta catatan lapangan, ternyata pembelajaran dengan menggunakan media kartu kata dapat
meningkatkan aktivitas guru dan siswa dalam melaksanakan pembelajaran.

Hal ini dapat dilihat dari hasil observasi yang dilakukan oleh dua orang pengamat yang
bertugas memahami pelaksanaan pembelajaran.

Hasil observasi yang dilakukan oleh dua orang pengamat pada pelaksanaan siklus I
terhadap aktivitas guru. Pengamat I perolehan skor 68,57% dan pengamat dua perolehan skor
70,00%. Pada siklus II, pengamat satu perolehan skor 85,71% dan pengamat dua 88,57%.
Sedangkan hasil observasi dua pengama terhadap aktivitas siswa pada siklus I. Pengamat satu
perolehan skor 73,33% dan pengamat dua 70,66%. Dan hasil observasi pengamat pada siklus
II, pengamat satu perolehan skor perolehan skor 86,66% dan pengamat dua 88,66%.
Sedangkan untuk nilai tes akhir pada
siklus I siswa yang memperoleh nilai ≥ 65 adalah sebanyak 5 orang dari jumlah siswa 215
orang. Dengan demikian diperoleh persentase adalah 5/15x100% = 18.18% yang tuntas, dan
14/15x100%= 81,81% yang belum tuntas. Dan pada tes akhir siklus II, 15 siswa memperoleh
nilai ≥ 65 dengan demikian diperoleh persentase adalah 14/15 x 100% = 95, 45% yang tuntas,
dan 1/15x100%= 04,54% yang tidak tuntas. Jadi berdasarkan nilai tes akhir pelaksanaan
siklus II dapat disimpulkan bahwa pelaksanaan pembelajaran siklus II sudah berhasil.
Selain itu, berdasarkan uraian dari hasil penelitian mulai dari pelaksanaan siklus I,
siklus II, observasi dan wawancara ternyata media kartu kata mendapat respon yang sangat
baik dari siswa, hal ini dapat dilihat dari hasil belajar siswa yang meningkat.
Selain itu pembelajaran dengan media kartu kata juga mampu menumbuhkan minat
siswa lebih aktif dan kreatif dalam kegiatan belajar mengajar. Siswa terlihat lebih
semangat dan antusias dalam mengerjakan tugas yang diberikan. Pembelajaran dengan
menggunakan media kartu kata juga dapat meningkatkan kualitas pembelajaran bila ditinjau
dari segi proses dan segi hasil. Dilihat dari segi keaktifan siswa dengan baik sesuai dengan
unsur-unsur dalam membaca.
Selanjutnya dilihat dari segi hasil, semua siswa dapat membaca dengan baik dan dapat
dilihat pula dari hasil tes akhir yang diperoleh, menggunakan media kartu kata menghasilkan
dampak yang positif. Peningkatan hasil belajar siswa merupakan proses pengembangan
kompetensi professional guru (Hartini, 2019). Hasil penelitian ini membuktikan bahwa
kompetensi profesional guru melalui penelitian (Supriyanto, Hartini, Syamsudin, and Sutoyo
Beberapa ahli mengatakan media kartu kata khususnya membaca dapat membantu
siswa dalam menumbuhkan kemampuan membaca. Pembelajaran yang diajarkan dengan
menggunakan media kartu kata lebih tertuju kepada kehidupan yang nyata. Peran aktif guru
dalam penggunaan media ini lebih mendukung upaya pembelajaran yang baik, komunikasi
yang terjadi antara guru lebih leluasa, siswa pun lebih mudah memahami materi. Dengan
demikian pembelajaran dengan menggunakan media kartu kata dapat membantu siswa-siswa
yang kemampuannya rendah didalam memenuhi konsep-konsep yang sulit.
Pembelajaran dikatakan berhasil apabila setidak-tidaknya 75% peserta didik terlihat
secara aktif, baik fisik, mental maupun sosial dalam pembelajaran, disamping menunjukkan
semangat belajar yang tinggi dan rasa percaya diri sendiri. Dengan demikian dapat
disimpulkan bahwa pembelajaran dengan menggunakan media kartu kata merupakan salah
satu alternatif untuk meningkatkan kualitas pembelajaran pada materi membaca. Jadi apabila
penyampaian materi dengan menggunakan media kartu kata dapat diterapkan dengan baik.
Pengembangan diri siswa pada pendidikan dasar dapat memerlukan bantuan guru
bimbingan dan konseling (Prasetiawan & Supriyanto, 2016). Pelayanan bimbingan dan
konseling pada Pendidikan dasar dilaksanakan melalui media pada masa pandemic Covid-19
(Supriyanto, Hartini, Indarsari, Miftahul, Oktapiana, and Mumpuni, 2020).

Nomor 4 : Buatlah Kesimpulan dari Makalah Tersebut

BAB IV
KESIMPULAN

Berdasarkan hasil analisis data dapat disimpulkan sebagai bahwa: Pertama, hasil tes
akhir siklus I belum baik, dimana dari 15 orang siswa, hanya 5 orang siswa atau 18,18% yang
memenuhi Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM).
Sisanya 10 orang siswa atau 81,81% belum tuntas KKM-nya. Kedua, hasil tes akhir siklus II
sudah baik, dimana dari 15 orang siswa, 14 orang siswa atau 97,45% yang sudah memenuhi
Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM).
Sisanya 1 orang siswa atau 04,54% belum tuntas KKM-nya. Persentase ketuntasan hasil
belajar siswa kelas III SD Negeri 094132 Dolok Ulu pada tes akhir siklus II sudah
mencapai
ketuntasan. Ketiga, dapat disimpulkan bahawa kemampuan membaca dengan menggunakan
kartu kata sudah memenuhi Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yaitu 65.

BAB V
DAFTAR PUSTAKA

Guntur Hendry, Tarigan. (2008). Membaca Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa.


Bandung: Angkasa.

Hariyanto Agus. (2009). Membuat Anak Anda Cepat Pintar Membaca.Yogyakarta: Diva Press
Anggota IKAPI.

Hartini, S. (2019). Kompetensi Profesional Guru dalam Meningkatkan Motif Berprestasi


Peserta Didik: Studi di SDN Karangpucung 04 dan SDN Karangpucung 05 Kabupaten Cilacap.
Indonesian Journal of Education Management & Administration Review, 3(1), 71-76.

Kosasih, E. (2008). Apresiasi Sastra Indonesia. Jakarta: Nobel Edumedia.

Musfiqon. (2012). Penggembangan Metode & Sumber Pembelajaran. Jakarta: PT Prestasi


Pustakaraya.

Muslich. (2010). Melaksanakan Penelitian Tindakan Kelas Itu Mudah. Jakarta: PT Raja
Grafindo

Panitia Penyusun. (2013). Pedoman Penulisan Skripsi. Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan.
Universitas Almuslim Bireuen.

Penyunting. (2010). Membaca dan Menulis. Modul SI Kependidikan Guru Dalam Jabatan.
Universitas Almuslim Bireun.

Prasetiawan, H., & Supriyanto, A. (2016). GUIDANCE AND COUNSELING


COMPREHENSIF PROGRAM IN EARLY CHILDHOOD EDUCATION BASED ON
DEVELOPMENTAL TASK. Jurnal CARE (Children Advisory Research
and Education), 3(3), 95-103.

Rofi’udin, Ahmad & Zuchdi Darmiyati. (1999). Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia di
Kelas Tinggi. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan
Resmini, N. dan Juanda, D. (2007). Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia di Kelas Tinggi.
Bandung: UPI PRESS

Supriyanto, A., Hartini, S., Irdasari, W. N., Miftahul, A., Oktapiana, S., & Mumpuni, S. D.
(2020). Teacher professional quality: Counselling services with technology in Pandemic
Covid-19. Counsellia: Jurnal Bimbingan dan Konseling, 10(2), 176-189.

Supriyanto, A., Hartini, S., Syamsudin, S., & Sutoyo, A. (2019). Indicators of professional
competencies in research of Guidance and Counseling Teachers. Counsellia: Jurnal Bimbingan
dan Konseling, 9(1), 53-64.

Tim Pengasuh. (2011). Pendidikan Bahasa Dan Sastra Indonesia Di Kelas Rendah. Materi
Perkuliahan Mahasiswa PGSD. Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan. Universitas Syiah
Kuala Banda Aceh

Anda mungkin juga menyukai