Ebook Um Alqur'an Hadis
Ebook Um Alqur'an Hadis
ALQURAAN KITAB-KU
A. Pengertian Al-Qur’an
Al-Qur’an adalah kitab suci agama Islam. Umat islam percaya bahwa Al-Qur’an
merupakan puncak dan penutup Wahyu Allah yang diperuntukkan bagi manusia, dan
bagian dari rukun iman yang disampaikan kepada Nabi Muhammad SAW, melalui
perantara Malaikat Jibril.
Dan sebagai Wahyu pertama yang diterima RasulullahSAW, sebagaimana terdapat
dalam surat Al-Alaq ayat 1-5. Al-Qur’an merupakan salah satu kitab yang mempunyai
sejarah panjang yang dimiliki oleh umat Islam dan sampai sekarang masih terjaga
keasliannya.
Al-Qur’an menurut Etimologi ( bahasa ) yaitu bacaan atau yang dibaca. Kata Al-
Qur’an adalah bentuk mashddar dari fi’il qara’a yang diartikan dengan arti isim maf’ul,
yaitu ( yang dibaca atau bacaan ).
Pengertian diatas dapat kita baca dalam surah Al-Qiyamah ayat 17-18 sebagai berikut :
)18-17 : فن بِﺫنا ُن نْْر َنه فناّتِب رْ ُق رْاَنه (القيامة. ََن ريَنا نَ رَْنه نَُق رْاَنه
ابّت ن
Artinya: "Sesungguhnya atas tanggungan Kamilah mengumpulkannya dan
membacanya. Apabila Kami telah selesai membacakannya maka ikutilah bacaannya
itu. (Q.S. Al- Qiyamah, 17-18)
Al-Qur’an menurut terminology (istilah) adalah nama bagi kalamullah yang diturunkan
kepada Nabi Muhammad SAW. Yang ditulis dalam mushhaf. Secara lengkap
Al-Quran adalah mukjizat Nabi Muhammad SAW. Maka tidak ada seorangpun manusia
atau jin, baik sendiri-sendiri maupun bersama-sama yang sanggup membuat yang
serupa dengan Al-Qur’an. mereka tidak akan mampu membuatnya. Al-Qur’an
diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW. Tidak hanya untuk memperkuat
kerasulannya dan sebagai kemukjizatannya yang abadi, telah diturunkannya itu
mempunyai fungsi dan tujuan bagi umat manusia.
B. Sejarah Kodifikasi Al-Qur’an
Al- Qur’an tidak diturunkan secara sekaligus, Al-Qur’an turun secara berangsu-angsur
selama 22 tahun 2 bulan 22 hari. Para ulama membagi masa turunnya Al-qur’an ini di
bagi menjadi dua periode, yaitu periode Mekkah dan perode Madinah.
Periode Mekkah berlangsung selama 12 tahun yaitu masa kenabian Rasulullah SAW dan
surat-surat yang turun pada waktu ini tergolong surat makkiyah. Sedangkan periode
Madinah yang dimulai sejak peristiwa hijrah yang berlangsung selama 10 tahun dan
surat yang turun pada waktu itu disebut surat Madaniyah.
Al- Qur’an terdiri dari 114 surah, 30 juz, dan 6.236 ayat menurut hafsh, 6.262 ayat
menurut riwayat Ad-dur, atau 6.214 ayat menurut riwayat Warsy. Ayat 0 ayat yang
turun pada periode mekkah ( ayat Makkiyah ) sekitar 4.780 ayat yang tercakup dalam
86 surah. Ayat-ayat yang turun pada periode Madinah ( ayat Madaniyah ) sekitar 1.456
ayat yang tercakup dalan 28 surah
Al- Qur’an diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW melalui berbagai cara, antara lain
1. Malikat Jibril memasukkan wahyu itu kedalam hati Nabi Muhammad SAW
tanpa memperlihatkan wujud aslinya. Nabi saw tiba-tiba saja merasakan wahyu itu
telah berada didalam hatinya
2.Malikat Jibril menampakkan dirinya sebagai manusia laki-laki dan mengucapkan
kata-kata dihadapan Nabi SAW.
3.Wahyu turun kepada Nabi SAW seperti gemerincing lonceng. Menurut Nabi
SAW cara inilah yang paling berat dirasakan, sampai-sampai Nabi SAW
mencucurkan keringat meskipun wahyu itu turun dimusim dingin yang sangat
dingin.
4.Malikat jibril turun membawa wahyu dengan menampakkan wujud yang aslinya.
Setiap kali mendapat wahyu Nabi SAW lalu menghafalnya. Beliau dapat
mengulangi wahyu yang diterima tepat seperti apa yang telah disampaikan jibril
kepadanya. Kodifikasi atau pengumpulan Al- Qur’an sudah dimulai sejak zaman
Rasulullah SAW, bahkan sejak Al-Qur’an diturunkan setiap kali saat Nabi SAW
menerima wahyu, Nabi SAW langsung membacakannya dihaapan para sahabat. Karena
Nabi SAW memang diperintahkan untuk mengajarkan Al- Qur’an kepada mereka.
Disamping itu Nabi SAW menyuruh mereka untuk menghafalkan ayat-ayat yang telah
diajarkan, Nabi SAW juga memerintahkan para shabat utuk menuliskannya diatas
pelepah-pelepah kurma, lempeng-lempengan batu, dankeping-keping tulang.
Saat Rasulullah SAW masih hidup, ada beberapa orang yang ditunjuk untuk menulis Al-
Qur’an yaitu Zaid bin Zabit, Ali bin Abithalib, Muawiyah bin abu Sofyan, Ubay bin Kaab.
Nabi juga memerintahkan para sahabat utuk menuliskannya diatas pelepah-pelepah
kurma, lempeng-lempengan batu, dankeping-keping tulang.
Pengumpulan Al- Qur’an pada zaman Nabi Muhammad SAW terdapat dua cara yaitu :
1. para sahabat langsung menghafalkannya setiap kali Rasulullah SAW menerima
wahyu.
2. para sahabat menulis langsung wahyu yang diturunkan dari Allah SWT kepada Nabi
SAW selama kurun waktu kurang lebih 23 tahun
Mu’jizat hanya diberikan oleh Allah Swt. kepada para Nabi dan Rasul-Nya dalam
menyampaikan risalah Ilahi terutama untuk menghadapi umatnya yang menolak atau
tidak mengakui kerasulan mereka. Mu’jizat berfungsi sebagai bukti atas kebenaran
pengakuan kenabian dan kerasulan mereka, bahwa mereka adalah benar-benar para
nabi dan rasul (utusan) Allah yang membawa risalah kebenaran dari Allah Swt. Adapun
tujuan diberikannya mu’jizat adalah agar para Nabi dan Rasul mampu melemahkan dan
mengalahkan orang-orang kafir yang menentang dan tidak mengakui atas kebenaran
kenabian dan kerasulan mereka.
Secara umum mu’jizat para Nabi dan Rasul itu berkaitan dengan masalah yang
dianggap mempunyai nilai tinggi dan diakui sebagai suatu keunggulan oleh masing-
masing umatnya pada masa itu. Misalnya, zaman Nabi Musa as. adalah zaman
keunggulan tukang-tukang sihir, maka mu’jizat utamanya adalah untuk mengalahkan
tukang-tukang sihir tersebut. Zaman Nabi Isa as. adalah zaman kemajuan ilmu
kedokteran, maka mu’jizat utamanya adalah mampu menyembuhkan penyakit yang
tidak dapat disembuhkan pengobatan biasa, yaitu menyembuhkan orang yang buta
sejak dalam kandungan dan orang yang berpenyakit sopak atau kusta, serta
menghidupkan orang yang sudah mati. Dan zaman Nabi Muhammad Saw. Adalah
zaman keemasan kesusastraan Arab, maka mu’jizat utamanya adalah Al-Qur’an, kitab
suci yang ayat-ayatnya mengandung nilai sastra yang amat tinggi, sehingga tidak ada
seorang manusiapun dapat membuat serupa dengan Al-Qur’an.
B. Syarat-syarat Mu’jizat
a. Mu’jizat adalah sesuatu yang tidak sanggup dilakukan oleh siapapun selain
Allah Swt.
b. Mu’jizat adalah sesuatu yang menyalahi kebiasaan atau tidak sesuai dengan
kebiasaan dan berlawanan dengan hukum alam.
c. Mu’jizat harus berupa hal yang dijadikan saksi oleh seseorang yang mengaku
membawa risalah Ilahi sebagai bukti atas kebenaran pengakuannya.
d. Mu’jizat terjadi bertepatan dengan pengakuan Nabi yang mengajak bertanding
menggunakan mu’jizat tersebut.
e. Tidak ada seorang manusiapun, bahkan jin sekalipun yang dapat membuktikan
dan membandingkan dalam pertandingan tersebut.
Kelima syarat tersebut di atas bila terpenuhi, maka suatu hal yang timbul di luar
kebiasaan adalah merupakan mu’jizat yang menyatakan atas kenabian atau kerasulan
orang yang mengemukakannya dan mu’jizat akan muncul dari tangannya.
C. Macam-macam Mu’jizat
a. Mu’jizat pissi, ialah mu’jizat yang dapat dilihat oleh mata, didengar oleh telinga,
dicium oleh hidung, diraba oleh tangan, dan atau dirasa oleh lidah, tegasnya dapat
dicapai dan ditangkap oleh pancaindera. Mu’jizat ini sengaja ditunjukkan atau
diperlihatkan manusia biasa, yakni mereka yang tidak biasa menggunakan kecerdasan
akal fikirannya, yang tidak cakap padangan mata hatinya dan yang rendah budi dan
perasaanya. Karena bisa dicapai dengan panca indera, maka mu’jizat ini bisa juga
disebut mu’jizat inderawi.
Mu’jizat pissi ini dibatasi oleh ruang dan waktu, artinya hanya diperlihatkan
kepada umat tertentu dan di masa tertentu.
b. Mu’jizat ma’nawi ialah mu’jizat yang tidak mungkin dapat dicapai dengan kekuatan
panca indera, tetapi harus dicapai dengan kekuatan “’aqli” atau dengan kecerdasan
pikiran. Karena orang tidak akan mungkin mengenal mu’jizat ma’nawi ini melainkan
orang yang berpikir sehat, cerdas, bermata hati, berbudi luhur dan yang suka
mempergunakan kecerdasan fikirannya dengan jernih serta jujur. Karena harus
menggunakan akal fikiran untuk mencapainya, maka bisa disebut juga mu’jizat
‘aqli atau mu’jizat rasional. Berbeda dengan mu’jizat pissi, mu’jizat ma’nawi bersifat
universal dan eternal (abadi), yakni berlaku untuk semua umat manusia sampai akhir
zaman.
1) Kelembutan Al-Qur’an secara lafziah yang terdapat dalam susunan suara dan
keindahan bahasanya.
2) Keserasian Al-Qur’an baik untuk awam maupun kaum cendekiawan, dalam arti
bahwa semua orang dapat merasakan keagungan dan keindahan Al-Qur’an
3) Sesuai dengan akal dan perasaan, di mana Al-Qur’an memberikan doktrin pada akal
dan hati, serta merangkum kebenaran dan keindahan sekaligus
4) Keindahan dalam kalimat serta beraneka ragam bentuknya, yaitu satu makna
diungkapkan dalam beberapa lafaz dan susunan yang bermacam-macam yang
semuanya indah dan halus
5) Al-Qur’an mencakup dan memenuhi persyaratan antara bentuk global (ijmal) dan
bentuk yang terperinci (tafsil)
6) Dapat dimengerti sekaligus dengan melihat segi yang tersurat (yang dikemukakan)
Disamping itu, hal lain yang dapat dicatat dari kemu’jizatan Al-Qur’an dari aspek
bahasa adalah ketelitian, kerapihan dan keseimbangan kata-kata yang digunakannya.
Hal itu dapat dilihat pada bukti-bukti sebagai berikut:
1) Ketelitian dalam pengungkapan kata-kata
Suatu surat yang diawali dengan huruf-huruf tertentu, di dalamnya selalu terdapat
bahwa huruf-huruf itu, dalam jumlah rata-rata, lebih banyak dan berulang jika
dibandingkan dengan huruf-huruf lainnya.
2) Keseimbangan penggunaan kata-kata Dalam Al-Qur’an terlihat pula keseimbangan
kata-kata yang digunakan secara simetris, misalnya :
a) Kata ِ ز عْ زََزاٌ مberjumlah 145 kali, sama dengan kata ِ ز عْ زُ عُْمyang berjumlah 145 kali
b) Kata ِزِْد عَْزاberjumlah 115 kali, sama dengan kata ِزأ ز جَ زٌُ مyang berjumlah 115 kali
c) Kata زُازِجَزِةberjumlah 88 kali, sama dengan kata ٌا
َ ةَ عَ ز
زyang berjumlah 88 kali
d) Kata ُ ْز زberjumlah 75 kali, sama dengan kata ََ مَ عْ ة
َا جِ م مyang berjumlah 75 kali
e) Kata ًز َزاٌ ةberjumlah 32 kali, sama dengan kata بز زَُزِةyang berjumlah 32 kali
3) Misteri angka 19
Pada sisi lain dapat dilihat pula kerapihan penyusunan kata-kata itu pada angka 19,
yakni jumlah huruf yang terdapat pada kalimat basmalah. Kalimat ُِِْْع زُ ج
جبْ جعٌ لج ت
ٌُِْ جَْ جع
تterdiri dari 19 huruf dan setiap katanya terulang 19 kali dalam surah-surah Al-
Qur’an, atau beberapa kali kelipatan angka 19, dengan penjelasan sebagai berikut:
a) Kata ٌ ِجَعberulang 19 kali di dalam Al-Qur’an
b) Kata لجberulang 2698 kali, itu berarti = 19 x 142
c) Kata ُِِْْع زُ ج
تberulang 57 kali, itu berarti = 19 x 3
d) Kata ٌُِْ جَْ جع
تberulang 144 kali, itu berarti = 19 x 6
b. Isi Kandungannya
1) Al-Qur’an mengungkapkan berita-berita yang bersifat gaib.
Hal-hal yang bersifat ghaib yang diungkap dalam Al-Qur’an dapat dipilah menjadi 2
(dua) yaitu :
- Pertama, berita menyangkut masa lalu. Sebagai contohnya: kisah Nabi Adam as., Nabi
Nuh as., Nabi Ibrahim as. dan Nabi Ismail as, Nabi Musa as. dan kisah lain di masa lalu.
- Kedua, berita tentang peristiwa-peristiwa yang akan terjadi baik di dunia maupun di
akhirat, misalnya:
“Alif Lām Mim. Bangsa Romawi telah dikalahkan, di negeri yang terdekat dan mereka
setelah kekalahannya itu akan menang.” (QS. ar- Ar-Rūm [30]: 1-3)
Banyak ayat Al-Qur’an yang mengungkapkan isyarat tentang ilmu pengetahuan, seperti:
terjadinya perkawinan dalam tiap-tiap benda, perbedaan sidik jari manusia,
berkurangnya oksigen di angkasa, khasiat madu, asal kejadian alam semesta,
penyerbukan dengan angin, dan masih banyak lagi isyarat-isyarat ilmu pengetahuan
yang bersifat potensial, yang kemudian berkembang menjadi ilmu pengetahuan modern.
A. Akidah
Akidah adalah ilmu yang mengajarkan manusia mengenai kepercayaan yang pasti wajib
dimiliki oleh setiap orang di dunia. Al-Qur’an mengajarkan akidah tauhid kepada kita
yaitu menanamkan keyakinan terhadap Allah SWT yang satu yang tidak pernah tidur
dan tidak beranak-pinak. Percaya kepada Allah SWT adalah salah satu butir rukun iman
yang pertama. Orang yang tidak percaya terhadap rukun iman disebut sebagai orang-
orang kafir.
B. Ibadah
Ibadah adalah taat, tunduk, ikut atau nurut dari segi bahasa. Dari pengertian “fuqaha”
ibadah adalah segala bentuk ketaatan yang dijalankan atau dikerjakan untuk
mendapatkan ridho dari Allah SWT. Bentuk ibadah dasar dalam ajaran agama islam
yakni seperti yang tercantum dalam lima butir rukum islam. Mengucapkan dua kalimah
syahadat, sholat lima waktu, membayar zakat, puasa di bulan suci ramadhan, dan
beribadah haji bagi yang telah mampu menjalankannya.
C. Akhlak
Akhlak adalah perilaku yang dimiliki oleh manusia, baik akhlak yang terpuji atau
akhlakul karimah maupun yang tercela atau akhlakul madzmumah. Allah SWT
mengutus Nabi Muhammad SAW tidak lain dan tidak bukan adalah untuk memperbaiki
akhlak. Setiap manusia harus mengikuti apa yang diperintahkan-Nya dan menjauhi
larangan-Nya.
D. Hukum
Hukum yang ada di Al-quran adalah memberi suruhan atau perintah untuk mengadili
dan memberikan penjatuhan hukuman hukum pada sesama manusia yang terbukti
bersalah. Hukum dalam islam berdasarkan Al-Qur’an ada beberapa jenis atau macam
seperti jinayat, mu’amalat, munakahat, faraidh, dan jihad.
Sebagai sumber hukum yang utama, maka al-Qur’an memuat sisi-sisi hukum yang
mencakup berbagai bidang. Secara garis besar Al-Qur’an memuat tiga sisi pokok
hukum , yaitu:
a) Hukum-hukum I’tiqadiyah. Yakni hukum-hukum yang berkaitan dengan kewajiban
orang mukallaf, meliputi keimanan kepada Allah, Malaikat-malaikat, Kitab-kitab,
Rasul-rasul, hari Qiyamat dan ketetapan Allah (qadha dan qadar).
b) Hukum-hukum Moral atau akhlak. Yaitu hukum-hukum yang berhubungan dengan
perilaku orang mukallaf guna menghiasi dirinya dengan sifat-sifat keutamaan dan
menjauhkan diri dari segala sifat tercela yang menyebabkan kehinaan.
c) Hukum-hukum Amaliyah, yakni segala aturan hukum yang berkaitan dengan segala
perbuatan, perjanjian, dan muamalah sesama manusia. Segi hukum inilah yang
lazimnya disebut dengan fiqh Al-Qur’an dan itulah yang dicapai dan dikembangkan oleh
ilmu Ushul Al-Fiqh.
E. Peringatan
Tadzkir atau peringatan adalah sesuatu yang memberi peringatan kepada manusia akan
ancaman Allah SWT berupa siksa neraka. Tadzkir juga bisa berupa kabar gembira bagi
orang-orang yang beriman kepada-Nya dengan balasan berupa nikmat surga. Di
samping itu ada pula gambaran yang menyenangkan di dalam Al-Qur’an atau disebut
juga targhib dan kebalikannya gambaran yang menakutkan dengan istilah lainnya
tarhib.
F. Kisah
Al-qur’an juga berisi kisah-kisah mengenai orang-orang terdahulu , baik yang
mengalami kebinasaan akibat tidak taat kepada Alloh SWT ataupun kisah-kisah orang
yang mendapatkan kejayaan karena ketaatannya kepada Alloh SWT. Kisah-kisah
tersebut agar bisa menjadi pelajaran bagi orang-orang sesudahnya.
Jenis-jenis kisah dalam al-qur’an , diantaranya;
1. Kisah para Nabi
Kisah ini mengandung dakwah mereka kepada kaumnya, mukjizat-mukjizat yang
memperkuat dakwahnya, sikap-sikap orang yang memusuhinya, tahapan-tahapan
dakwah dan perkembangannya, serta akibat-akibat yang diterima oleh mereka yang
mempercayai dan golongan yang mendustakan. Misalnya kisah Nabi Nuh, Nabi Ibrahim,
Nabi Musa, Nabi Harun, Nabi Isa, Nabi Muhammad, dan nabi-nabi serta rosul lainnya.
2.Kisah-kisah yang berhubungan dengan peristiwa-peristiwa yang terjadi pada masa
lalu dan orang-orang yang tidak dipastikan kenabiannya. Misalnya kisah orang yang
keluar dari kampung halaman, yang beribu-ribu jumlahnya karena takut mati, kisah
talut dan jalut, dua putra Adam, penghuni gua, zulkarnaen, orang-orang yang
menangkap ikan pada hari sabtu, maryam, dan lain-lain.
3.Kisah-kisah yang berhubungan dengan peristiwa-peristiwa yang terjadi pada masa
rosululloh, seperti perang badar dan perang uhud dalam surah Ali-Imron, perang tabuk
dalam surat At-Taubat, perang ahzab dalam surat al-Ahzab, hijrah, isra miraj, dan lain-
lain.
وَُوا وْ اَْنَا ب
ْى َلى ا ِليه ََلْ (ُكََْا اَْلَاء) َْلََْ َأّ َْاَلَُْ َالَلْ َالِظاْ َََفَُْ ََُْ َّ اَََُي
)َالََْاْ (فإَْْ) َُيُيَّ َالكْاْ إّ ُْ (َْثِ الَْياء.
Artinya:
Nabi Saw., bersabda: “Muliakanlah Ulama” karena ilmunya, dengan cara memuliakan,
mengagungkan dan memenuhi hak ulama, yakni mengagungkan dan memuliakan
“karena sesungguhnya Ulama” secara hakikat di hormati karena ulama “adalah Pewaris
para nabi”.
E. Cara Mengatasi
1. Jujur Pada Diri Sendiri
Harus memikirkan secara sehat, sejatinya seorang mengerti baik buruknya suatu hal.
2. Memperbaiki Cara Pandang
Selalu berpikiran positif dan optimis. Tidak boleh memikirkan hal yang dapat membawa
ke arah jalan yang salah.
3. Memiliki Kegiatan yang Positif
Hal ini tentu dapat mengalihkan dari hal yang tidak bermanfaat atau cenderung
merugikan.
4. Menjadi Pribadi yang Taat
Maksudnya adalah taat pada perintah Nya agar tidak sekali-kali mencoba hal yang
bertentangan sesuai dengan syariat agama.
5. Berpikir Maju
Selalu berpikiran ke depan agar tidak mudah goyah dan terlena akan kesenangan sesaat
yang dapat menjerumuskan anda.
6. Menjaga Keseimbangan Hidup
Dapat mengontrol pola pikir, emosi, waktu agar menjadikan di tiap hari-harinya lebih
bermanfaat.
7. Sosialisasi
Memberikan informasi kepada masyarakat sekitar tentang bahaya dari pergaulan bebas
yang dapat merusak generasi bangsa.
8. Perbanyak Membaca
Semakin banyak membaca, maka secara langsung akan menambah ilmu. Hal ini
menjadikan seseorang menjadi pemahaman yang lebih agar tidak mudah terjerumus ke
dalam hal yang negatif.
9. Menjalin Komunikasi yang Baik
Menjalin komunikasi yang baik merupakan suatu langkah yang bagus untuk terhindar
dari pergaulan yang merugikan.
10. Mengurangi Menonton Acara yang Tidak Baik
Sangat sangat disarankan untuk mengurangi menonton acara yang mengandung unsur
kekerasan maupun pornografi.
Itulah penjelasan singkat dari ciri, penyebab, dampak, hingga cara mengatasi bahaya
pergaulan bebas yang banyak menimpa remaja khususnya di Indonesia sendiri.
َُِِ ََ ضْ َْاَ اه َ َ َِِ َْاَ ضمِ َِنَاَُُ ََلضَض اَ ََ َْاَ ضم
َ َ اا احِِاَا اَََُِِْاَ َّ ّصََْبضُض َِ ا
َ ضَََْ عْاى َب َي آُْ ا
َاْْ اُ َِِ اََِّْ اَِ ضَ َْاَُض ََِ اكاا ضُ اَََِْا ضُ َْاَ اهِ ََِباَْ ض
َّ َُ ا َ ا ا ضا َا َِّاَ أ َاْ اراَ َاِ ا ا ا ا َ َ اا
َ َ َ َ َخْاِ َََِ اَ ََْ َُ َوْ َ َْ نُي
َ ََِ اََُ ضُ اَض اك ِّبضُض
ص ُّ ضُ َاِ ا
َض ا ض ا َ َ ا اا ا ا ض ا
“Setiap anak Adam pasti mendapat bagian dari zina yang tidak terelakkan, kedua
mata berzina dan zinanya adalah memandang, kedua telinga berzina dan zinanya
adalah mendengar, lisan berzina dan zinanya adalah berbicara, tangan berzina dan
zinanya adalah memegang, kaki berzina dan zinanya adalah berjalan dan hati yang
menarik dan berangan-angan lalu kemaluan membenarkan atau mendustakan
itu.” (Muttafaqun ‘alaih dan lafazh hadits dari riwayat Muslim).
BAB VI
AKHLAK TERPUJI
e. dalil toleransi
1. surah al baqarah ayat 256
2. surat yunus ayat 40
3. surat al kahfi ayat 29
4. surat yunus 99
5. surat hud ayat 118
B. SYUKUR
a. Pengertian syukur
Kata syukur berasal dari Bahasa Arab syakara, yaskura, syukron yang berarti
berterima kasih. Bersyukur berarti kita berterimakasih kepada Allah Swt atas karunia
yang dianugerahkan Allah Swt. Sedangkan menurut istilah syukur ialah memberikan
pujian kepada Allah dengan cara taat kepada-Nya, tunduk dan berserah diri hanya
kepada Allah Swt serta beramar makruf nahi munkar.
e. dalil syukur
1. surat albaqarah ayat 152
2. surat Ibrahim ayat 7
3. surat luqman ayat 12
4. surat al anfal ayat 26
C. HUSNUZHAN
a. Pengertian husnuzhan
Secara etimologi, pengertian husnuzzan berasal dari istilah kata yang terdiri dari dua
kata yaitu “husnu” dan “zan” yang berarti “berbaik sangka“. Sedangkan secara
terminologi, pengertian husnuzzan adalah berbagaik sangka terhadap segala ketentuan
dan ketetapan Allah yang diberikan kepada manusia.
Husnuzan terhadap Allah SWT merupakan sikap mental dan termasuk salah satu tanda
beriman kepada-Nya.Di antara sikap perlaku terpuji, yang akan dilakukan oleh orang
yang berbaik sangka pada Allah SWT ialah syukur dan sabar.
e. dalil husnuzhan
- surat alhujurat ayat 12
D. MUSYAWARAH
a. Pengertian musyawarah
musyawarah diartikan sebagai pembahasan bersama dengan tujuan untuk
mendapatkan keputusan atau untuk menyelesaikan masalah.Musyawarah berguna
untuk mencapai mufakat atau persetujuan.
e. dalil musyawarah
- surat ali imran ayat 159
- surat yusuf ayat 54-55
- surat an naml 29-35