Anda di halaman 1dari 31

BAB I

ALQURAAN KITAB-KU

A. Pengertian Al-Qur’an
Al-Qur’an adalah kitab suci agama Islam. Umat islam percaya bahwa Al-Qur’an
merupakan puncak dan penutup Wahyu Allah yang diperuntukkan bagi manusia, dan
bagian dari rukun iman yang disampaikan kepada Nabi Muhammad SAW, melalui
perantara Malaikat Jibril.
Dan sebagai Wahyu pertama yang diterima RasulullahSAW, sebagaimana terdapat
dalam surat Al-Alaq ayat 1-5. Al-Qur’an merupakan salah satu kitab yang mempunyai
sejarah panjang yang dimiliki oleh umat Islam dan sampai sekarang masih terjaga
keasliannya.
Al-Qur’an menurut Etimologi ( bahasa ) yaitu bacaan atau yang dibaca. Kata Al-
Qur’an adalah bentuk mashddar dari fi’il qara’a yang diartikan dengan arti isim maf’ul,
yaitu ( yang dibaca atau bacaan ).
Pengertian diatas dapat kita baca dalam surah Al-Qiyamah ayat 17-18 sebagai berikut :

)18-17 : ‫ فن بِﺫنا ُن نْْر َنه فناّتِب رْ ُق رْاَنه (القيامة‬. ‫ََن ريَنا نَ رَْنه نَُق رْاَنه‬
‫ابّت ن‬
Artinya: "Sesungguhnya atas tanggungan Kamilah mengumpulkannya dan
membacanya. Apabila Kami telah selesai membacakannya maka ikutilah bacaannya
itu. (Q.S. Al- Qiyamah, 17-18)

Al-Qur’an menurut terminology (istilah) adalah nama bagi kalamullah yang diturunkan
kepada Nabi Muhammad SAW. Yang ditulis dalam mushhaf. Secara lengkap

Al-Quran adalah mukjizat Nabi Muhammad SAW. Maka tidak ada seorangpun manusia
atau jin, baik sendiri-sendiri maupun bersama-sama yang sanggup membuat yang
serupa dengan Al-Qur’an. mereka tidak akan mampu membuatnya. Al-Qur’an
diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW. Tidak hanya untuk memperkuat
kerasulannya dan sebagai kemukjizatannya yang abadi, telah diturunkannya itu
mempunyai fungsi dan tujuan bagi umat manusia.
B. Sejarah Kodifikasi Al-Qur’an
Al- Qur’an tidak diturunkan secara sekaligus, Al-Qur’an turun secara berangsu-angsur
selama 22 tahun 2 bulan 22 hari. Para ulama membagi masa turunnya Al-qur’an ini di
bagi menjadi dua periode, yaitu periode Mekkah dan perode Madinah.
Periode Mekkah berlangsung selama 12 tahun yaitu masa kenabian Rasulullah SAW dan
surat-surat yang turun pada waktu ini tergolong surat makkiyah. Sedangkan periode
Madinah yang dimulai sejak peristiwa hijrah yang berlangsung selama 10 tahun dan
surat yang turun pada waktu itu disebut surat Madaniyah.

Al- Qur’an terdiri dari 114 surah, 30 juz, dan 6.236 ayat menurut hafsh, 6.262 ayat
menurut riwayat Ad-dur, atau 6.214 ayat menurut riwayat Warsy. Ayat 0 ayat yang
turun pada periode mekkah ( ayat Makkiyah ) sekitar 4.780 ayat yang tercakup dalam
86 surah. Ayat-ayat yang turun pada periode Madinah ( ayat Madaniyah ) sekitar 1.456
ayat yang tercakup dalan 28 surah

Al- Qur’an diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW melalui berbagai cara, antara lain
1. Malikat Jibril memasukkan wahyu itu kedalam hati Nabi Muhammad SAW
tanpa memperlihatkan wujud aslinya. Nabi saw tiba-tiba saja merasakan wahyu itu
telah berada didalam hatinya
2.Malikat Jibril menampakkan dirinya sebagai manusia laki-laki dan mengucapkan
kata-kata dihadapan Nabi SAW.
3.Wahyu turun kepada Nabi SAW seperti gemerincing lonceng. Menurut Nabi
SAW cara inilah yang paling berat dirasakan, sampai-sampai Nabi SAW
mencucurkan keringat meskipun wahyu itu turun dimusim dingin yang sangat
dingin.
4.Malikat jibril turun membawa wahyu dengan menampakkan wujud yang aslinya.
Setiap kali mendapat wahyu Nabi SAW lalu menghafalnya. Beliau dapat

mengulangi wahyu yang diterima tepat seperti apa yang telah disampaikan jibril
kepadanya. Kodifikasi atau pengumpulan Al- Qur’an sudah dimulai sejak zaman
Rasulullah SAW, bahkan sejak Al-Qur’an diturunkan setiap kali saat Nabi SAW
menerima wahyu, Nabi SAW langsung membacakannya dihaapan para sahabat. Karena
Nabi SAW memang diperintahkan untuk mengajarkan Al- Qur’an kepada mereka.
Disamping itu Nabi SAW menyuruh mereka untuk menghafalkan ayat-ayat yang telah
diajarkan, Nabi SAW juga memerintahkan para shabat utuk menuliskannya diatas
pelepah-pelepah kurma, lempeng-lempengan batu, dankeping-keping tulang.

Saat Rasulullah SAW masih hidup, ada beberapa orang yang ditunjuk untuk menulis Al-
Qur’an yaitu Zaid bin Zabit, Ali bin Abithalib, Muawiyah bin abu Sofyan, Ubay bin Kaab.
Nabi juga memerintahkan para sahabat utuk menuliskannya diatas pelepah-pelepah
kurma, lempeng-lempengan batu, dankeping-keping tulang.

Pengumpulan Al- Qur’an pada zaman Nabi Muhammad SAW terdapat dua cara yaitu :
1. para sahabat langsung menghafalkannya setiap kali Rasulullah SAW menerima
wahyu.
2. para sahabat menulis langsung wahyu yang diturunkan dari Allah SWT kepada Nabi
SAW selama kurun waktu kurang lebih 23 tahun

C. Isi Pokok Ajaran Al-Qur’an


Al- Qur’an adalah kitab suci yang diwahyukan kepada Nabi Muhammad SAW yang
mengandung petujuk-petunjukbagi umat manusia. Al- Qur’an diturunkan untuk
menjadi pegangan bagi mereka yang ingin mencapai kebahagiaan dunia dan akhirat. Al-
Qur’an tidak hanya diturunkan hanya untuk suatu umat atau untuk suatu abad, tetapi
untuk seluruh umat manusia dan untuk sepanjang masa. oleh karena itu, luas ajaran-
ajarannya sama dengan luasnya umat manusia.
Begitu luasnya objek ssasaran Al- Qur’an secara garis besar, pokok-pokok isi Al-
Qur’an itu meliputi :
1. Masalah akidah 6. Masalah hokum
2. Masalah ibadah 7. Masalah sejarah
3. Masalah mu’amalah 8. Masalah sains
4. Masalah akhlak
5. Masalah hokum
D. Fungsi dan Kedudukan Al-Qur’an
Al-Qur’an adalah petunjuk yang didesain sedemikian rupa sehingga jelas bagi umat
manusia dengan petunjuk itu manusia bisa membedakan mana yang hak dan bathil.
Inilah sesungguhnya fungsi Al-Qur’an, yaitu sebagai pedoman hidup umat manusia.
Karena itu bila Al-Qur’an dipelajari dengan benar dan sungguh-sungguh maka isi
kandungannya akan membantu Kita menemukan nilai-nilai yang dapat dijadikan
pedoman untuk menyelesaikan berbagai problem hidup.[18]
Adapun fungsi Al-Qur’an yang lainnya adalah:
1. Pengganti kedudukan kitab suci sebelumnya yang pernah diturunkan Allah SWT.
2. Tuntunan serta hukum untuk menempuh kehidupan.
3. Menjelaskan masalah-masalah yang pernah diperselisihkan oleh umat terdahulu.
4. Sebagai Obat penawar (syifa’) bagi segala macam penyakit, baik penyakit rohani
maupun jasmani.
5. Sebagai pembenar kitab-kitab suci sebelumnya, yakni Taurat, Zabur, dan Injil.
6. Sebagai pelajaran dan penerangan.
7. Sebagai pembimbing yang lurus.
8. Sebagai pedoman bagi manusia, petunjuk dan rahmat bagi yang meyakininya.
9. Sebagai pengajaran.
10. Sebagai petunjuk dan kabar gembira.
11. Sebagai pembanding atau pembeda (Furqan) antara yang haq dan bathil.
12. Sebagai pengajaran/pembentang/penjelas (tibyan) segala sesuatu akan ilmu
pengetahuan dan rahasia-rahasia alam dunia dan akhirat.
13. Sebagai tali Allah yang harus diikat kuat dan digenggam teguh dalam hati dan
kehidupan, khususnya bersama-sama agar tidak bercerai-berai.
14. Sebagai tadzkirah (peringatan) bagi orang-orang yang takut kepada Allah dan
terhadap kepemimpinan Al-Qur’an.
15. Sebagai pengawas (Muhaiminun) dan penjaga atas kitab-kitab samawi lainnya,
tidak hanya membenarkan masalah aqidah, akan tetapi masalah syariat alamiyah
juga.
16. Sebagai Mukjizat bagi Rasulullah SAW yang bertujuan untuk melemahkan musuh-
musuh Allah dan Rasul-Nya yang meragukan kenabian dan kerasulan-Nya.
Adapun kedudukan Al- Qur’an dalam Islam
Bagi umat islam bahwa Al- Qur’an adalah sumber yang asasi bagi syari’at ( hokum)
islam. Dari Al- Qur’an lah dasar-dasar hukum islam beserta cabang-cabangnya digali.
Agama islam, agama yang dianut oleh ratusan juta jiwa diseluruh dunia
merupakan way of life yang menjamin kebahagiaan hidup pemeluknya didunia dan di
akhirat kelak.
Agama islam datang dengan Al- Qur’an membuka lebar-lebar mata manusia, agar
mereka menyadari jati diri dan hakikat keberadaan mereka dipentas bumi ini. Dan juga
mereka tidak terlena dengan kehidupan ini, sehingga mereka tidak menduga bahwa
hidup mereka hanya dimulai dengan kelahiran dan diakhiri dengan kematian. Al-
Qur’an mengajak mereka berpikir tentang kekuasaan Allah, untuk mencapai
kebahagiaan hidup diakhirat kelak manusia memerlukan peraturan-peraturan untuk
mencapai hal tersebut.

E. Tujuan Diturunkannya Al-Qur’an


Adapun petunjuk yang diberikan oleh Al-Qur’an pada pokoknya ada tiga:
1. Petunjuk aqidah dan kepercayaan yang harus dianut oleh manusia yang tersimpul
dalam keimanan akan keesaan Allah dan kepercayaan akan kepastian adanya hari
pembalasan.
2. Petunjuk mengenai akhlaq yang murni dengan jalan menerangkan norma-norma
keagamaan dan susila yang harus diikuti oleh manusia dalam kehidupannya secara
individual dan kolektif.
3. Petunjuk mengenai syari’at dan hukum dengan jalan menerangkan dasar-dasar
hukum yang harus diikuti oleh manusia dalam hubungannya dengan Tuhan dan
sesamanya.
BAB II
BETAPA OTENTIKANYA KITAB KU

A. Al-Qur’an Merupakan Mu’jizat


Secara etimologi kata Mu’jizat berasal dari kata ‫ مُ عْ جَِز ٌ ة‬/ َ‫اً – مُ عْ جِ ة‬
‫ ِ ز عْ زَِز – ُم عْ جِ مَ – ِج عْ زِ ز‬yang
berarti melemahkan atau mengalahkan lawan. Mu’jizat juga diartikan sebagai sesuatu
yang menyalahi tradisi atau kebiasaan (sesuatu yang luar biasa).
Secara terminologi, Manna’ Qahhan mendefinisikan mukjizat sebagai berikut:
ِ‫َ ج‬
‫اَ ز‬ ‫زاَ ةٌ جْ عْْزـاَز جٌ زُ عْ مُ عْ ةٌ جباّْ ت زَِّجى ز‬
‫َا جْ ةٌ زْ جِ عِْ مُْز ز‬ ‫ِ ز عْ مُ عْ جَِز ٌ م ِ ز‬
‫جَ ِ ز عُ ةُ َ ج‬
Mu’jizat adalah sesuatu yang menyalahi kebiasaan disertai dengan tantangan dan
selamat dari perlawanan.

Mu’jizat hanya diberikan oleh Allah Swt. kepada para Nabi dan Rasul-Nya dalam
menyampaikan risalah Ilahi terutama untuk menghadapi umatnya yang menolak atau
tidak mengakui kerasulan mereka. Mu’jizat berfungsi sebagai bukti atas kebenaran
pengakuan kenabian dan kerasulan mereka, bahwa mereka adalah benar-benar para
nabi dan rasul (utusan) Allah yang membawa risalah kebenaran dari Allah Swt. Adapun
tujuan diberikannya mu’jizat adalah agar para Nabi dan Rasul mampu melemahkan dan
mengalahkan orang-orang kafir yang menentang dan tidak mengakui atas kebenaran
kenabian dan kerasulan mereka.

Secara umum mu’jizat para Nabi dan Rasul itu berkaitan dengan masalah yang
dianggap mempunyai nilai tinggi dan diakui sebagai suatu keunggulan oleh masing-
masing umatnya pada masa itu. Misalnya, zaman Nabi Musa as. adalah zaman
keunggulan tukang-tukang sihir, maka mu’jizat utamanya adalah untuk mengalahkan
tukang-tukang sihir tersebut. Zaman Nabi Isa as. adalah zaman kemajuan ilmu
kedokteran, maka mu’jizat utamanya adalah mampu menyembuhkan penyakit yang
tidak dapat disembuhkan pengobatan biasa, yaitu menyembuhkan orang yang buta
sejak dalam kandungan dan orang yang berpenyakit sopak atau kusta, serta
menghidupkan orang yang sudah mati. Dan zaman Nabi Muhammad Saw. Adalah
zaman keemasan kesusastraan Arab, maka mu’jizat utamanya adalah Al-Qur’an, kitab
suci yang ayat-ayatnya mengandung nilai sastra yang amat tinggi, sehingga tidak ada
seorang manusiapun dapat membuat serupa dengan Al-Qur’an.

B. Syarat-syarat Mu’jizat
a. Mu’jizat adalah sesuatu yang tidak sanggup dilakukan oleh siapapun selain
Allah Swt.
b. Mu’jizat adalah sesuatu yang menyalahi kebiasaan atau tidak sesuai dengan
kebiasaan dan berlawanan dengan hukum alam.
c. Mu’jizat harus berupa hal yang dijadikan saksi oleh seseorang yang mengaku
membawa risalah Ilahi sebagai bukti atas kebenaran pengakuannya.
d. Mu’jizat terjadi bertepatan dengan pengakuan Nabi yang mengajak bertanding
menggunakan mu’jizat tersebut.
e. Tidak ada seorang manusiapun, bahkan jin sekalipun yang dapat membuktikan
dan membandingkan dalam pertandingan tersebut.
Kelima syarat tersebut di atas bila terpenuhi, maka suatu hal yang timbul di luar
kebiasaan adalah merupakan mu’jizat yang menyatakan atas kenabian atau kerasulan
orang yang mengemukakannya dan mu’jizat akan muncul dari tangannya.

C. Macam-macam Mu’jizat
a. Mu’jizat pissi, ialah mu’jizat yang dapat dilihat oleh mata, didengar oleh telinga,
dicium oleh hidung, diraba oleh tangan, dan atau dirasa oleh lidah, tegasnya dapat
dicapai dan ditangkap oleh pancaindera. Mu’jizat ini sengaja ditunjukkan atau
diperlihatkan manusia biasa, yakni mereka yang tidak biasa menggunakan kecerdasan
akal fikirannya, yang tidak cakap padangan mata hatinya dan yang rendah budi dan
perasaanya. Karena bisa dicapai dengan panca indera, maka mu’jizat ini bisa juga
disebut mu’jizat inderawi.
Mu’jizat pissi ini dibatasi oleh ruang dan waktu, artinya hanya diperlihatkan
kepada umat tertentu dan di masa tertentu.

b. Mu’jizat ma’nawi ialah mu’jizat yang tidak mungkin dapat dicapai dengan kekuatan
panca indera, tetapi harus dicapai dengan kekuatan “’aqli” atau dengan kecerdasan
pikiran. Karena orang tidak akan mungkin mengenal mu’jizat ma’nawi ini melainkan
orang yang berpikir sehat, cerdas, bermata hati, berbudi luhur dan yang suka
mempergunakan kecerdasan fikirannya dengan jernih serta jujur. Karena harus
menggunakan akal fikiran untuk mencapainya, maka bisa disebut juga mu’jizat
‘aqli atau mu’jizat rasional. Berbeda dengan mu’jizat pissi, mu’jizat ma’nawi bersifat
universal dan eternal (abadi), yakni berlaku untuk semua umat manusia sampai akhir
zaman.

D. Pengertian I’jazul Qur’an


I’jazul Qur’an adalah menetapkan kelemahan manusia dan jin baik secara individual
maupun kolektif untuk mendatangkan semisal Al-Qur’an. Mu’jizat Al-Qur’an bertujuan
untuk menumbuhkan kesadaran pada manusia bahwa Al-Qur’an adalah wahyu Allah
Swt. dan sekaligus merupakan bukti kerasulan Muhammad Saw.Dalam hal ini Imam al-
Suyuti, sebagaimana dikutip oleh Dr. Syahrin Harahap, MA., mengungkapkan bahwa :
“Adanya i’jaz Al-Qur’an itu ada kaitannya dengan persepsi yang salah dari pihak
orang Arab terhadapnya. Sehingga Al-Qur’an memberi jawaban terhadap persepsi
mereka yang keliru itu, dengan cara nenawarkan agar mereka menunjukkan kekuatan
argumentasi dan kebenarannya. Akan tetapi orang Arab sama sekali tidak dapat
membuktikan kebenaran mereka, sementara Al-Qur’an secara meyakinkan
menunjukkan kebenarannya. Di sinilah letak i’jaz (kemu’jizatan) Al-Qur’an itu.”

E. Aspek-aspek Kemu’jizatan Al-Qur’an


a. Gaya Bahasa (Uslub)
Al-Qur’an mempunyai gaya bahasa yang khas yang tidak dapat ditiru para sastrawan
Arab sekalipun, karena susunan yang indah yang berlainan dengan setiap susunan
dalam bahasa Arab. Mereka melihat Al-Qur’an memakai bahasa dan lafaz mereka,
tetapi ia bukan puisi, prosa atau syair dan mereka tidak mampu membuat seperti itu
(meniru Al-Qur’an). Mereka tidak pernah mampu untuk menandinginya dan putus asa
lalu merenungkannya, kemudian merasa kagum dan menerimanya, lalu sebagian masuk
Islam. Contoh dalam sejarah diterangkan bahwa Umar bin Khattab ra. menyatakan diri
masuk Islam setelah mendengar ayat-ayat pertama surat Thwha, dan masih banyak
contoh lainnya. Inilah bukti kemu’jizatan Al-Qur’an dari segi bahasanya.
Uslub Al-Qur’an sangatlah indah. Keindahan uslub Al-Qur’an benar-benar telah
membuat orang-orang Arab dan atau luar Arab kagum dan terpesona. Di dalam Al-
Qur’an terkandung nilai-nilai istimewa di mana tidak akan terdapat dalam ucapan
manusia menyamai isi yang terkandung di dalamnya.
Al-Qur’an dalam uslubnya yang menakjubkan mempunyai beberapa keistimewaan-
keistimewaan, di antaranya :

1) Kelembutan Al-Qur’an secara lafziah yang terdapat dalam susunan suara dan
keindahan bahasanya.
2) Keserasian Al-Qur’an baik untuk awam maupun kaum cendekiawan, dalam arti
bahwa semua orang dapat merasakan keagungan dan keindahan Al-Qur’an
3) Sesuai dengan akal dan perasaan, di mana Al-Qur’an memberikan doktrin pada akal
dan hati, serta merangkum kebenaran dan keindahan sekaligus
4) Keindahan dalam kalimat serta beraneka ragam bentuknya, yaitu satu makna
diungkapkan dalam beberapa lafaz dan susunan yang bermacam-macam yang
semuanya indah dan halus
5) Al-Qur’an mencakup dan memenuhi persyaratan antara bentuk global (ijmal) dan
bentuk yang terperinci (tafsil)
6) Dapat dimengerti sekaligus dengan melihat segi yang tersurat (yang dikemukakan)

Disamping itu, hal lain yang dapat dicatat dari kemu’jizatan Al-Qur’an dari aspek
bahasa adalah ketelitian, kerapihan dan keseimbangan kata-kata yang digunakannya.
Hal itu dapat dilihat pada bukti-bukti sebagai berikut:
1) Ketelitian dalam pengungkapan kata-kata
Suatu surat yang diawali dengan huruf-huruf tertentu, di dalamnya selalu terdapat
bahwa huruf-huruf itu, dalam jumlah rata-rata, lebih banyak dan berulang jika
dibandingkan dengan huruf-huruf lainnya.
2) Keseimbangan penggunaan kata-kata Dalam Al-Qur’an terlihat pula keseimbangan
kata-kata yang digunakan secara simetris, misalnya :

a) Kata ‫ ِ ز عْ زََزاٌ م‬berjumlah 145 kali, sama dengan kata ‫ ِ ز عْ زُ عُْم‬yang berjumlah 145 kali
b) Kata ‫ ِزِْد عَْزا‬berjumlah 115 kali, sama dengan kata ‫ ِزأ ز جَ زٌُ م‬yang berjumlah 115 kali
c) Kata ‫ زُازِجَزِة‬berjumlah 88 kali, sama dengan kata ٌ‫ا‬
‫َ ة‬‫َ عَ ز‬
‫ ز‬yang berjumlah 88 kali
d) Kata ُ ‫ ْز ز‬berjumlah 75 kali, sama dengan kata َ‫َ مَ عْ ة‬
‫َا جِ م‬ ‫ م‬yang berjumlah 75 kali
e) Kata ‫ ًز َزاٌ ة‬berjumlah 32 kali, sama dengan kata ‫ بز زَُزِة‬yang berjumlah 32 kali

3) Misteri angka 19
Pada sisi lain dapat dilihat pula kerapihan penyusunan kata-kata itu pada angka 19,
yakni jumlah huruf yang terdapat pada kalimat basmalah. Kalimat ِ‫ُِْْع زُ ج‬
‫جبْ جعٌ لج ت‬
ٌ‫ُِْ جَْ جع‬
‫ ت‬terdiri dari 19 huruf dan setiap katanya terulang 19 kali dalam surah-surah Al-
Qur’an, atau beberapa kali kelipatan angka 19, dengan penjelasan sebagai berikut:
a) Kata ٌ‫ ِجَع‬berulang 19 kali di dalam Al-Qur’an
b) Kata ‫ لج‬berulang 2698 kali, itu berarti = 19 x 142
c) Kata ِ‫ُِْْع زُ ج‬
‫ ت‬berulang 57 kali, itu berarti = 19 x 3
d) Kata ٌ‫ُِْ جَْ جع‬
‫ ت‬berulang 144 kali, itu berarti = 19 x 6

b. Isi Kandungannya
1) Al-Qur’an mengungkapkan berita-berita yang bersifat gaib.
Hal-hal yang bersifat ghaib yang diungkap dalam Al-Qur’an dapat dipilah menjadi 2
(dua) yaitu :
- Pertama, berita menyangkut masa lalu. Sebagai contohnya: kisah Nabi Adam as., Nabi
Nuh as., Nabi Ibrahim as. dan Nabi Ismail as, Nabi Musa as. dan kisah lain di masa lalu.
- Kedua, berita tentang peristiwa-peristiwa yang akan terjadi baik di dunia maupun di
akhirat, misalnya:
“Alif Lām Mim. Bangsa Romawi telah dikalahkan, di negeri yang terdekat dan mereka
setelah kekalahannya itu akan menang.” (QS. ar- Ar-Rūm [30]: 1-3)

2) I’jazul ‘ilmi, yakni kemu’jizatan ilmu pengetahuan.


Al-Qur’an mengungkapkan isyarat-isyarat rumit terhadap ilmu pengetahuan sebelum
pengetahuan itu sendiri sanggup menemukannya. Kemudian terbukti bahwa Al-Qur’an
sama sekali tidak bertentangan dengan penemuan-penemuan baru yang didasarkan
pada penelitian ilmiah. Hal ini seperti difirmankan Allah Swt :

“Kami akan memperlihatkan kepada mereka tanda-tanda (kebesaran) Kami di segenap


penjuru dan pada diri mereka sendiri, sehingga jelaslah bagi mereka bahwa Al-Qur'an
itu adalah benar. Tidak cukupkah (bagi kamu) bahwa Tuhanmu menjadi saksi atas
segala sesuatu?” (QS. Fussilat [41]:53)

Banyak ayat Al-Qur’an yang mengungkapkan isyarat tentang ilmu pengetahuan, seperti:
terjadinya perkawinan dalam tiap-tiap benda, perbedaan sidik jari manusia,
berkurangnya oksigen di angkasa, khasiat madu, asal kejadian alam semesta,
penyerbukan dengan angin, dan masih banyak lagi isyarat-isyarat ilmu pengetahuan
yang bersifat potensial, yang kemudian berkembang menjadi ilmu pengetahuan modern.

3) Al-Qur’an memberikan aturan hukum atau undang-undang yang bersifat universal,


mencakup segala urusan hidup dan kehidupan manusia. Secara lebih rinci, Prof. Dr. H.
Said Husin al-Munawar,MA. memberikan rumusan mengenai aspek-aspek kemu’jizatan
Al-Qur’an sebagai berikut :
a. Susunan bahasa yang sangat indah, berbeda dengan setiap susunan bahasa yang ada
dalam bahasa orang-orang Arab
b. Adanya uslub yang luar biasa, berbeda dengan semua uslub-uslub bahasa Arab
c. Sifat agung yang tidak mungkin lagi seorang makhluk untuk mendatangkan hal yang
seperti Al-Qur’an
d. Bentuk undang-undang yang detail dan sempurna yang melebihi setiap undang-
undang buatan manusia
e. Mengabarkan hal-hal ghaib yang tidak bisa diketahui kecuali dengan wahyu
f. Tidak bertentangan dengan pengetahuan-pengetahuan umum yang dipastikan
Kebenarannya
g. Menepati janji dan ancaman yang telah dikabarkan di dalamnya h. Memenuhi segala
kebutuhan manusia

i. Berpengaruh kepada hati pengikut dan musuh (orang yang menentangnya)


BAB III

POKOK POKOK ISI KANDUNGAN AL QURAAN

A. Akidah
Akidah adalah ilmu yang mengajarkan manusia mengenai kepercayaan yang pasti wajib
dimiliki oleh setiap orang di dunia. Al-Qur’an mengajarkan akidah tauhid kepada kita
yaitu menanamkan keyakinan terhadap Allah SWT yang satu yang tidak pernah tidur
dan tidak beranak-pinak. Percaya kepada Allah SWT adalah salah satu butir rukun iman
yang pertama. Orang yang tidak percaya terhadap rukun iman disebut sebagai orang-
orang kafir.

B. Ibadah
Ibadah adalah taat, tunduk, ikut atau nurut dari segi bahasa. Dari pengertian “fuqaha”
ibadah adalah segala bentuk ketaatan yang dijalankan atau dikerjakan untuk
mendapatkan ridho dari Allah SWT. Bentuk ibadah dasar dalam ajaran agama islam
yakni seperti yang tercantum dalam lima butir rukum islam. Mengucapkan dua kalimah
syahadat, sholat lima waktu, membayar zakat, puasa di bulan suci ramadhan, dan
beribadah haji bagi yang telah mampu menjalankannya.

C. Akhlak
Akhlak adalah perilaku yang dimiliki oleh manusia, baik akhlak yang terpuji atau
akhlakul karimah maupun yang tercela atau akhlakul madzmumah. Allah SWT
mengutus Nabi Muhammad SAW tidak lain dan tidak bukan adalah untuk memperbaiki
akhlak. Setiap manusia harus mengikuti apa yang diperintahkan-Nya dan menjauhi
larangan-Nya.

D. Hukum
Hukum yang ada di Al-quran adalah memberi suruhan atau perintah untuk mengadili
dan memberikan penjatuhan hukuman hukum pada sesama manusia yang terbukti
bersalah. Hukum dalam islam berdasarkan Al-Qur’an ada beberapa jenis atau macam
seperti jinayat, mu’amalat, munakahat, faraidh, dan jihad.

Sebagai sumber hukum yang utama, maka al-Qur’an memuat sisi-sisi hukum yang
mencakup berbagai bidang. Secara garis besar Al-Qur’an memuat tiga sisi pokok
hukum , yaitu:
a) Hukum-hukum I’tiqadiyah. Yakni hukum-hukum yang berkaitan dengan kewajiban
orang mukallaf, meliputi keimanan kepada Allah, Malaikat-malaikat, Kitab-kitab,
Rasul-rasul, hari Qiyamat dan ketetapan Allah (qadha dan qadar).
b) Hukum-hukum Moral atau akhlak. Yaitu hukum-hukum yang berhubungan dengan
perilaku orang mukallaf guna menghiasi dirinya dengan sifat-sifat keutamaan dan
menjauhkan diri dari segala sifat tercela yang menyebabkan kehinaan.
c) Hukum-hukum Amaliyah, yakni segala aturan hukum yang berkaitan dengan segala
perbuatan, perjanjian, dan muamalah sesama manusia. Segi hukum inilah yang
lazimnya disebut dengan fiqh Al-Qur’an dan itulah yang dicapai dan dikembangkan oleh
ilmu Ushul Al-Fiqh.

E. Peringatan
Tadzkir atau peringatan adalah sesuatu yang memberi peringatan kepada manusia akan
ancaman Allah SWT berupa siksa neraka. Tadzkir juga bisa berupa kabar gembira bagi
orang-orang yang beriman kepada-Nya dengan balasan berupa nikmat surga. Di
samping itu ada pula gambaran yang menyenangkan di dalam Al-Qur’an atau disebut
juga targhib dan kebalikannya gambaran yang menakutkan dengan istilah lainnya
tarhib.

F. Kisah
Al-qur’an juga berisi kisah-kisah mengenai orang-orang terdahulu , baik yang
mengalami kebinasaan akibat tidak taat kepada Alloh SWT ataupun kisah-kisah orang
yang mendapatkan kejayaan karena ketaatannya kepada Alloh SWT. Kisah-kisah
tersebut agar bisa menjadi pelajaran bagi orang-orang sesudahnya.
Jenis-jenis kisah dalam al-qur’an , diantaranya;
1. Kisah para Nabi
Kisah ini mengandung dakwah mereka kepada kaumnya, mukjizat-mukjizat yang
memperkuat dakwahnya, sikap-sikap orang yang memusuhinya, tahapan-tahapan

dakwah dan perkembangannya, serta akibat-akibat yang diterima oleh mereka yang
mempercayai dan golongan yang mendustakan. Misalnya kisah Nabi Nuh, Nabi Ibrahim,
Nabi Musa, Nabi Harun, Nabi Isa, Nabi Muhammad, dan nabi-nabi serta rosul lainnya.
2.Kisah-kisah yang berhubungan dengan peristiwa-peristiwa yang terjadi pada masa
lalu dan orang-orang yang tidak dipastikan kenabiannya. Misalnya kisah orang yang
keluar dari kampung halaman, yang beribu-ribu jumlahnya karena takut mati, kisah
talut dan jalut, dua putra Adam, penghuni gua, zulkarnaen, orang-orang yang
menangkap ikan pada hari sabtu, maryam, dan lain-lain.
3.Kisah-kisah yang berhubungan dengan peristiwa-peristiwa yang terjadi pada masa
rosululloh, seperti perang badar dan perang uhud dalam surah Ali-Imron, perang tabuk
dalam surat At-Taubat, perang ahzab dalam surat al-Ahzab, hijrah, isra miraj, dan lain-
lain.

Faedah kisah-kisah dalam al-Qur’an di antaranya;


1. Menjelaskan asas-asas dakwah menuju Alloh dan menjelaskan pokok-pokok syariat
yang di bawa oleh para nabi.
2. Meneguhkan hati Rasulullah dan hati umat nabi Muhammad atas agama Alloh,
memperkuat kepercayaan orang mukmin tentang menangnya kebenaran dan para
pendukungnya serta hancurnya kebatilan serta pembelanya.
3. Membenarkan para nabi yang terdahulu, menghidupkan kenangan terhadap mereka
serta mengabadikan jejak dan peninggalannya.
4. Menampilkan kebenaran nabi Muhammad SAW dalam dakwahnya dengan apa yang
diberitakannya tentang hal ihwal orang-orang terdahulu di sepanjang kurun dan
generasi.
5. Menyingkap kebohongan para ahli kitab dengan cara membeberkan keterangan yang
semula mereka sembunyikan. Kemudian menantang mereka dengan menggunakan
ajaran kitab mereka sendiri yang masih asli, yaitu sebelum kitab itu di ubah dan diganti.
6. Kisah termasuk bentuk sastra yang dapat menarik perhatian para pendengar
mempengaruhi jiwa
BAB IV
MENGHORMATI GURU DAN ORANG TUA

A. Hormat dan patuh kepada orang tua


1. Pengertian hormat dan patuh kepada orang tua
Hormat kepada orang tua dalam bahasa arab disebut birrul walidain. Imam AnNawaawi
menjelaskan: “Arti birrul wālidain, yaitu berbuat baik terhadap kedua orang tua,
bersikap baik kepada keduanya, melakukan berbagai hal yang dapat membuat mereka
bergembira, serta berbuat baik kepada teman-teman mereka.”

2. Hukum Hormat dan Patuh Kepada Orang Tua


Orang tua sangat berjasa kepada kita. Betapa banyak pengorbanan yang mereka
lakukan untuk kita. Sejak kita masih kecil hingga sekarang ini. Mereka mengorbankan
jiwa, raga, harta, waktu, dan lainnya demi kita. Karenanya menghormati orang tua
wajib hukumnya bagi setiap muslim.
Agama Islam mengajarkan dan mewajibkan kita sebagai anak untuk berbakti dan taat
kepada ibu-bapak. Taat dan berbakti kepada kedua orang tua adalah sikap dan
perbuatan yang terpuji. Siapa saja yang justru berbuat buruk kepada kedua orang
tuanya, maka akan mendapatkan murka Allah Swt.

3. Dalil hormat dan patuh kepada orang tua


Sebagaimana telah dijelaskan diatas bahwa Allah Swt. memerintahkan kepada umat
manusia untuk menghormati orang tua. Hal ini bukan tannpa alasan, banyak dalil yang
menerangkan tentang hal ini. Misalnya:

1. Allah berfirman dalam (Q.S. al-Isrā’/17: 23-24)


‫َاْنا اإ نَا يو لَلقغ نوّ اِ لُْوَو لاَ اكَو وْ ُ و وَ قُ قُ وَا ُ و لَ اكل قُ وَا فول َوُق لْ َو قَ وَا ُ ق ّ ف‬
{ ْ‫ٍ وَل َ و لْ وَ لْ قُ وَا وَُق ل‬ ‫َى وَْبَو ُول َ و لَْقُقَا اإل اإيناُق وَ اَ لاَ وَا اَ وُي الّ اإَل و‬
‫وَُو و‬
24( ‫يْا‬ ‫َ اغ ن‬ ‫اْ وَ لَ قَ وَا وك وَا وَْنيواْاي و‬ ‫ْ َو قَ وَا وَْوا وَ اَّب اّْ اَّو ن‬
‫اََْل وَ اِ وَُق لْ وْ اَّي ل‬ ‫اْ اِ ل‬ ‫) وَ ل‬23( ‫} )َو قَ وَا ُو لَل ك اوْي نَا‬
yang artinya: “Dan Tuhanmu telah memerintahkan agar kamu jangan menyembah
selain Dia dan hendaklah berbuat baik kepada ibu bapak. Jika salah seorang di antara
keduanya atau kedua-duanya sampai berusia lanjut dalam pemeliharaanmu, maka
sekali-kali janganlah engkau mengatakan kepada keduanya perkataan “ah” dan
janganlah engkau membentak keduanya, dan ucapkanlah kepada keduanya perkataan
yang baik. Dan rendahkanlah dirimu terhadap keduanya dengan penuh kasih sayang
dan ucapkanlah, “Wahai Tuhanku! Sayangilah keduanya sebagaimana mereka berdua
telah mendidik aku pada waktu kecil.”
2. . Rasulullah saw. bersabda yang artinya: “Aku bertanya kepada Nabi saw., “Amalan
apakah yang paling dicintai oleh Allah Swt.?” Beliau menjawab, “Ṡalat pada waktunya.”
Aku berkata, “Kemudian apa?” Beliau menjawab, “Berbakti kepada orang tua.” Aku
berkata, “Kemudian apa?” Beliau menjawab, “Kemudian jihad di jalan Allah.” (HR.
Bukhari)

4. cara Hormat dan Patuh kepada Orang Tua


Imam Adz-Dzahabi menjelaskan, bahwa birrul wālidain atau bakti kepada orang tua,
hanya dapat direalisasikan dengan memenuhi tiga bentuk kewajiban, yaitu:
 Menaati segala perintah orang tua, kecuali dalam maksiat.
 Menjaga amanah harta yang dititipkan orang tua, atau diberikan oleh orang tua.
 Membantu atau menolong orang tua bila mereka membutuhkan.

5. Hikmah Hormat dan Patuh kepada Orang Tua


Adapun hikmah yang bisa diambil dari berbakti kepada kedua orang tua adalah:
 Berbakti kepada kedua orang tua merupakan amal yang paling utama.
 Apabila orang tua kita riḍha atas apa yang kita perbuat, Allah Swt. pun riḍha.
 Berbakti kepada kedua orang tua dapat menghilangkan kesulitan yang sedang
dialami, yaitu dengan cara bertawasul dengan amal saleh tersebut.
 Berbakti kepada kedua orang tua akan diluaskan rezeki dan dipanjangkan umur.
 Berbakti kepada kedua orang tua dapat menjadikan kita dimasukkan
ke jannah (surga) oleh Allah Swt.

B. Hormat dan Patuh kepada Guru
1. Pengertian Hormat dan Patuh kepada Guru
Hormat kepada guru artinya adalah menghargai dan mematuhi serta mendengarkan
segala yang disampaikan oleh guru dan melaksanakannya dengan sebaik-baiknya.
2. Hukum Hormat dan Patuh Kepada Guru
Guru adalah orang yang mengajarkan kita dengan berbagai ilmu pengetahuan dan
mendidik kita sehingga menjadi orang yang mengerti dan dewasa. Walau bagaimana
tingginya pangkat atau kedudukan seseorang, dia adalah bekas seorang pelajar yang
tetap berhutang budi kepada gurunya yang pernah mendidik pada masa dahulu.
Karenanya menghormati guru hukumnya adalah wajib.
Penyair Syauki telah mengakui pula nilainya seorang guru dengan kata-kata sebagai
berikut: “Berdiri dan hormatilah guru dan berilah penghargaan, seorang guru itu
hampir saja merupakan seorang rasul.”

3. Dalil menghormati guru


‫ٍ اَْوا اَ اَْوا‬
‫ وَيو لْ اْ ل‬،‫يْْوا‬
‫َ اغ و‬ ‫لَ اَْنا وَ لّ َو لْ ي اقَ نْ وكَا و‬
‫ وَيو لْ وَ لْ و‬،‫يْْوا‬ ‫َ وي و‬
Artinya:
“Tidak termasuk golongan kami orang yang tidak memuliakan yang lebih tua dan
menyayangi yang lebih muda serta yang tidak mengerti (hak) orang yang berilmu (agar
diutamakan pandangannya).” (H.R. Ahmad).

‫وَُوا وْ اَْنَا ب‬
ْ‫ى َلى ا ِليه ََلْ (ُكََْا اَْلَاء) َْلََْ َأّ َْاَلَُْ َالَلْ َالِظاْ َََفَُْ ََُْ َّ اَََُي‬
‫)َالََْاْ (فإَْْ) َُيُيَّ َالكْاْ إّ ُْ (َْثِ الَْياء‬.
Artinya:
Nabi Saw., bersabda: “Muliakanlah Ulama” karena ilmunya, dengan cara memuliakan,
mengagungkan dan memenuhi hak ulama, yakni mengagungkan dan memuliakan
“karena sesungguhnya Ulama” secara hakikat di hormati karena ulama “adalah Pewaris
para nabi”.

4. Cara Hormat dan Patuh kepada Guru


 Menghormati dan memuliakannya, mengikuti nasihatnya.
 Mengamalkan ilmunya dan membaginya kepada orang lain.
 Tidak melawan, menipu, dan membuka rahasia guru.
 Memuliakan keluarga dan sahabat karib guru.
 Murid harus mengikuti sifat guru yang dikenal baik akhlak, tinggi ilmu dan
keahlian, berwibawa, santun dan penyayang.

5. Hikmah Hormat dan Patuh kepada Guru


 Ilmu yang kita peroleh akan menjadi berkah dalam kehidupan kita.
 Akan lebih mudah menerima pelajaran yang disampaikannya.
 Ilmu yang diperoleh dari guru akan menjadi manfaat bagi orang lain.
 Akan membawa berkah, memudahkan urusan, dianugerahi nikmat yang lebih
dari Allah Swt.
Setelah memahami materi hormati dan sayangi orang tua dan gurumu, semoga kita bisa
menerapkannya dalam kehidupan
BAB V
PERGAULAN BEBAS

A. pengertian pergaulan bebas


Pergaulan bebas adalah salah satu bentuk perilaku menyimpang yang melewati batas
dari kewajiban, aturan, tuntutan, syarat, dan perasaan malu. Pergaulan bebas juga
dapat diartikan sebagai perilaku menyimpang yang melanggar norma agama maupun
norma kesusilaan. Pergaulan bebas merupakan sebuah perilaku negatif sebagai ekspresi
penolakan remaja. Beberapa penyebab remaja melakukan pergaulan bebas yaitu
kegagalan remaja menyerap norma-norma agama dan norma-norma pancasila, sikap
mental yang tidak sehat, pelampiasan rasa kecewa terhadap keluarga yang tidak
harmonis, dan lain sebagainya.Pergaulan memiliki pengaruh yang besar terhadap
proses pembentukan kepribadian. Remaja sangat rentan terpengaruh oleh pergaulan
yang ada pada lingkungannya. Remaja harus cerdas untuk menghindari pergaulan
bebas, karena seumuran remaja masih mudah goyah dan sedang mencari jati diri.
Contoh Pergaulan Bebas :
 Seks Bebas
 Narkoba
 Kehidupan malam
 Alkohol (Minuman Keras)
 Tawuran
 Merokok

B. ciri ciri pergaulan bebas remaja


1. Seks pranikah.
2. Menggunakan narkoba (obat-obatan terlarang).
3. Mengkonsumsi alkohol.
4. Menonton pornografi.
5. Tawuran antar kelompok.
6. Memakai pakaian terbuka.
7. Clubbing.
8. Menghalalkan segala cara demi suatu hal yang diharapkan.
9. dll.

C. Penyebab Pergaulan Bebas Remaja


1. Taraf Pendidikan Keluarga yang Rendah
Seperti contoh mengizinkan anak yang masih dibawah umur berpacaran tanpa adanya
pengawasan. Hal ini dapat menjadi penyebab anak terjerumus ke dalam pergaulan yang
tidak semestinya.
2. Keluarga yang Tidak Harmonis (Broken Home)
Psikis anak dapat terganggu ketika mendapati keluarga yang tidak harmonis. Hal ini
membuat anak mencari kebahagiaannya tersendiri dibandingkan didalam rumah.
Faktor inilah yang menyebabkan anak terjerumus menuju pergaulan bebas.
3. Keadaan Ekonomi Keluarga
Keadaan ekonomi yang rendah dapat menjadi penyebab seseorang menjadi putus
sekolah. Kurangnya ilmu atau pembelajaran membuat anak sulit membedakan hal yang
baik maupun yang buruk.
4. Kurangnya Perhatian dari Orang Tua
Kurangnya perhatian dari orang tua membuat anak bertingkah sesuka yang dia mau.
Hal ini dapat memicu terjadinya pergaulan yang kurang baik.
5. Lingkungan yang Kurang Baik
Lingkungan yang tidak baik atau dapat dapat dibilang lepas juga memudahkan anak
terbawa dalam pergaulan bebas.
6. Kurangnya Kesadaran Remaja
Dampak dari pergaulan bebas yang belum diketahui membuat remaja masih berani
untuk melakukan pergaulan tersebut.
7. Penyalahgunaan Internet
Internet yang digunakan secara tidak semestinya juga dapat menjadi faktor seseorang
meniru hal yang negatif.

D. Dampak Pergaulan Bebas


1. Ketergantungan Obat
Dimulai dari coba-coba yang berakhir menjadi ketagihan atau ketergantungan. Hal ini
sangat berbahaya karena dapat menyebabkan kematian.
2. Adanya Seks Bebas
Hal yang berujung pada kehamilan di luar nikah memang sudah menjamur kasusnya.
Inilah bahaya yang timbul dari pergaulan bebas.
3. Kriminalitas Meningkat
Berusaha mendapatkan apa yang sangat diinginkan, seperti halnya sedang sakaw
karena tidak mendapat barang dikarenakan materi yang tidak cukup. Hal ini dapat
memicu terjadinya pencurian, perampokan, dan lain-lain.
4. Kesehatan Menurun
Terserang penyakit berupa HIV AIDS karena melakukan hubungan seksual dengan
pasangan yang berbeda-beda. Hal ini tentu dapat merusak generasi bangsa.
5. Menurunnya Prestasi
Seseorang yang telah terjerumus ke dunia bebas maka akan cenderung malas untuk
meraih prestasi.
6. Hubungan Keluarga yang Renggang
Dapat timbul karena broken home ataupun suatu hal yang menyebabkan anak tersebut
kehilangan rasa hormat kepada orang tua yang menyebabkan renggangnya hubungan
keluarga.
7. Berdosa
Perbuatan yang melanggar aturan dari sebuah agama tentu akan menimbulkan dosa.

E. Cara Mengatasi
1. Jujur Pada Diri Sendiri
Harus memikirkan secara sehat, sejatinya seorang mengerti baik buruknya suatu hal.
2. Memperbaiki Cara Pandang
Selalu berpikiran positif dan optimis. Tidak boleh memikirkan hal yang dapat membawa
ke arah jalan yang salah.
3. Memiliki Kegiatan yang Positif
Hal ini tentu dapat mengalihkan dari hal yang tidak bermanfaat atau cenderung
merugikan.
4. Menjadi Pribadi yang Taat
Maksudnya adalah taat pada perintah Nya agar tidak sekali-kali mencoba hal yang
bertentangan sesuai dengan syariat agama.
5. Berpikir Maju
Selalu berpikiran ke depan agar tidak mudah goyah dan terlena akan kesenangan sesaat
yang dapat menjerumuskan anda.
6. Menjaga Keseimbangan Hidup
Dapat mengontrol pola pikir, emosi, waktu agar menjadikan di tiap hari-harinya lebih
bermanfaat.
7. Sosialisasi
Memberikan informasi kepada masyarakat sekitar tentang bahaya dari pergaulan bebas
yang dapat merusak generasi bangsa.
8. Perbanyak Membaca
Semakin banyak membaca, maka secara langsung akan menambah ilmu. Hal ini
menjadikan seseorang menjadi pemahaman yang lebih agar tidak mudah terjerumus ke
dalam hal yang negatif.
9. Menjalin Komunikasi yang Baik
Menjalin komunikasi yang baik merupakan suatu langkah yang bagus untuk terhindar
dari pergaulan yang merugikan.
10. Mengurangi Menonton Acara yang Tidak Baik
Sangat sangat disarankan untuk mengurangi menonton acara yang mengandung unsur
kekerasan maupun pornografi.
Itulah penjelasan singkat dari ciri, penyebab, dampak, hingga cara mengatasi bahaya
pergaulan bebas yang banyak menimpa remaja khususnya di Indonesia sendiri.

F. Dalil tentang pergaulan bebas


ّ‫صِ َرَه ن‬
‫ْ اّ ِ َّ أابَ ا‬
َ َ َ
َ َ َْْ َ ِِ
‫) اَُض َْ َِْ ضُ ََِْا ا ض‬30( َ‫صَاَُضو ا‬ َ ‫َ أ َاْاَى اهضَْ إَ نَ ن‬
َ ‫َّا اخبَري ماِ ا‬
َ َ ‫ْوَ َِّ أاب‬
‫صِ َره َْ اَاَح اَُضوَ ضَ ضُ ا‬
‫ََ ضُ َْ اَِ ا‬ ََ َ
‫ُض َْ َِْ ضُ ََِْ ا‬
‫ن اَْض ض َ َ ا‬
“Katakanlah kepada orang laki-laki yang beriman, “Hendaklah mereka menahan
pandangannya, dan memelihara kemaluannya; yang demikian itu adalah lebih suci
bagi mereka, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang mereka perbuat.”
Katakanlah kepada perempuan yang beriman, “Hendaklah mereka menahan
pandangannya.” (QS. An-Nuur: 30-31)
َ ََ َ
‫لخاُُض‬ ‫ اا ضََْبَ َِ ََِنَُاُاُ ََِنَُاُاُ اَنَاِ ِا ا‬،ّ‫اَ اعْ ض‬
َ َ‫َ َل َضَاَ اَِاَْ ا‬
‫ْ ِا ا‬
“Wahai Ali, janganlah kamu meneruskan suatu pandangan kepada pandangan lain,
sesungguhnya bagimu hanya pandangan yang pertama dan kamu tidak punya hak
untuk pandangan selanjutnya.” (Al-Hakim berkata bahwa hadits ini shahih memenuhi
syarat Muslim, dan Imam Adz-Dzahabi menyetujuinya)

ِ‫َُِ ََ ضْ َْاَ اه‬ َ َ ِ‫َِ َْاَ ضمِ َِنَاَُُ ََلضَض اَ ََ َْاَ ضم‬
َ ‫َ اا احِِاَا اَََُِِْا‬َ َّ ّ‫صََْبضُض َِ ا‬
َ ‫ضَََْ عْاى َب َي آُْ ا‬
‫َاْْ اُ َِِ اََِّْ اَِ ضَ َْاَُض ََِ اكاا ضُ اَََِْا ضُ َْاَ اهِ ََِباَْ ض‬
َّ َ‫ُ ا‬ َ ‫ا‬ ‫ا ضا‬ َ‫ا‬ ‫َِّاَ أ َاْ اراَ َاِ ا ا‬ ‫ا ا َ َ اا‬
َ َ َ َ ‫َخْاِ َََِ اَ ََْ َُ َوْ َ َْ نُي‬
‫َ ََِ اََُ ضُ اَض اك ِّبضُض‬
‫ص ُّ ضُ َاِ ا‬
‫َض ا ض ا َ َ ا اا ا ا ض ا‬
“Setiap anak Adam pasti mendapat bagian dari zina yang tidak terelakkan, kedua
mata berzina dan zinanya adalah memandang, kedua telinga berzina dan zinanya
adalah mendengar, lisan berzina dan zinanya adalah berbicara, tangan berzina dan
zinanya adalah memegang, kaki berzina dan zinanya adalah berjalan dan hati yang
menarik dan berangan-angan lalu kemaluan membenarkan atau mendustakan
itu.” (Muttafaqun ‘alaih dan lafazh hadits dari riwayat Muslim).
BAB VI
AKHLAK TERPUJI

A. Pengertian Akhlak Mulia atau Terpuji (Al-Akhlakul Mahmudah atau


Karimah)
Akhlak mulia atau terpuji disebut juga dengan Akhlakul Mahmudah atau Akhlakul
Karimah yaitu sikap dan tingkah laku yang mulia atau terpuji terhadap Allah, sesama
manusia dan lingkungannya. sifat mulia tersebut bagi setiap muslim perlu diketahui
yang bersumber dari Al Quran dan hadis. Sifat terpuji sangat memberikan jaminan
keselamatan kehidupan manusia, dalam hubungan dengan Allah, kehidupan pribadi,
bermasyarakat dan negara.

B. Macam macam akhlak terpuji


A. TOLERANSI
a.pengertian Toleransi
Secara etimologis, istilah “toleransi” berasal dari bahasa Latin “Tolerare” yang artinya
menahan diri, sabar, atau membiarkan sesuatu yang terjadi. Sehingga pengertian
toleransi dapat didefinisikan sebagai perilaku yang saling menghormati antar sesama
manusia sesuai dengan aturan dan norma yang berlaku di masyarakat.

b. Tujuan dan manfaat toleransi


Mengacu pada definisi toleransi di atas, adapun manfaat toleransi adalah sebagai
berikut:
1. Meningkatkan Rasa Persaudaraan; sikap toleransi dalam diri seseorang akan
menimbulkan kasih sayang di dalam dirinya sehingga rasa persudaraan terhadap
sesama anak bangsa akan semakin besar. Dengan adanya rasa persaudaraan yang
tinggi maka masyarakat secara umum akan terhindar dari perpecahan.
2. Meningkatkan Rasa Nasionalisme; sikap positif dan toleransi yang diterapkan
dalam kehidupan sehari-hari akan berdampak pada rasa nasionalisme seseorang.
Dengan menyadari dan menerima bahwa Indonesia merupakan negara yang
majemuk maka seseorang akan semakin cinta tanah airnya.
3. Meningkatkan Kekuatan dalam Iman; menghargai dan menghormati agama lain
yang berbeda merupakan salah satu bentuk keimanan seseorang. Bisa dikatakan
bahwa seseorang yang mampu bersosialisasi dengan orang lain yang berbeda
budaya dan kepercayaan adalah orang yang memiliki iman yang kuat.
4. Memudahkan Mencapai Kata Mufakat; toleransi juga sangat diperlukan ketika
dilakukan musyawarah untuk mencapai mufakat. Menghargai dan menghormati
perbedaan pendapat orang lain akan membuat suatu masyarakat terhindar dari
permusuhan dan pertikaian.
5. Memudahkan Pembangunan Negara; sikap toleransi setiap individu akan
memudahkan proses pembangunan suatu negara. Hal tersebut terjadi karena
adanya pemikiran bahwa perbedaan justru membuat suatu negara semakin kuat.
c. Ciri ciri toleransi
1. Menghargai dan menghormati orang lain meskipun berbeda agama, suku, dan
ras.
2. Menghargai pendapat orang lain yang berbeda.
3. Berbuat baik kepada orang lain tanpa memandang agama, suku, dan ras.
4. Memberikan kebebasan untuk beribadah kepada setiap orang sesuai dengan
kepercayaanya dan tidak melakukan intimidasi meskipun berbeda kepercayaan.
5. Memberikan kesempatan yang sama kepada setiap orang, meskipun berbeda
agama, suku, dan ras.

d. contoh sikap toleransi


1. Menghormati dan menghargai hak dan kewajiban orang lain di dalam
masyarakat yang majemuk. Misalnya hak dan kewajiban dalam beragama dan
menjalankan kegiatan agamanya.
2. Turut serta menjaga keharmonisan dan kedamaian di masyarakat yang majemuk.
Misalnya menghargai pendapat orang lain yang berbeda dan tidak semena-mena
terhadap orang lain.
3. Saling membantu dan tolong-menolong sesama manusia sebagai mahluk sosial
tanpa membeda-bedakan.

e. dalil toleransi
1. surah al baqarah ayat 256
2. surat yunus ayat 40
3. surat al kahfi ayat 29
4. surat yunus 99
5. surat hud ayat 118

B. SYUKUR
a. Pengertian syukur
Kata syukur berasal dari Bahasa Arab syakara, yaskura, syukron yang berarti
berterima kasih. Bersyukur berarti kita berterimakasih kepada Allah Swt atas karunia
yang dianugerahkan Allah Swt. Sedangkan menurut istilah syukur ialah memberikan
pujian kepada Allah dengan cara taat kepada-Nya, tunduk dan berserah diri hanya
kepada Allah Swt serta beramar makruf nahi munkar.

b. Tujuan dan manfaat syukur


1. Ditambahkan Nikmat oleh Allah Ta’ala
2. Diampuni dosa-dosanya
3. Bersyukur adalah Hal Utama di sisi Allah Ta’ala
4. Disayang Allah Ta’ala
5. Dilipatgandakan Pahalanya
6. Dihindarkan dari Cobaan

c. Ciri ciri syukur

1. Tidak pernah mengeluh dalam hidupnya.


2. Selalu mengucapkan “Al hamdulillah” bila mendapatkan nikmat dari Allah Swt.
3. Mau membagi kebahagiaan kepada orang lain, bila ia telah mendapatkan rezeki
dari Allah Swt.
4. Selalu bersukur atas nikmat dan karunia yang telah diberikan Allah Swt kepada
dirinya

d. contoh sikap syukur


1. Melaksanakan perintah untuk selalu beribadah kepada Allah
2. Menjauhi larangan-larangan Allah
3. Mengucapkan terima kasih kepada manusia

e. dalil syukur
1. surat albaqarah ayat 152
2. surat Ibrahim ayat 7
3. surat luqman ayat 12
4. surat al anfal ayat 26

C. HUSNUZHAN
a. Pengertian husnuzhan
Secara etimologi, pengertian husnuzzan berasal dari istilah kata yang terdiri dari dua
kata yaitu “husnu” dan “zan” yang berarti “berbaik sangka“. Sedangkan secara
terminologi, pengertian husnuzzan adalah berbagaik sangka terhadap segala ketentuan
dan ketetapan Allah yang diberikan kepada manusia.

b. Tujuan dan manfaat husnuzhan


1. Menyadarkan manusia bahwa segala sesuatu yang ada di muka bumi berjalan
sebagaimana aturan dan ketetapan Allah.
2. Mendorong manusia untuk beramal dengan sungguh-sungguh demi mendapatkan
kehidupan yang baik di dunia maupun akhirat. Dan juga mengikuti hukum sebab
akibat sebagaimana ketapan Allah.
3. Mendorong manusia untuk mendekatkan diri kepada Allah yang mempunyai
kekuasaan dan kehendak yang mutlak dan mempunyai kebijaksanaan, keadilan, dan
kasih sayang kepada makhluk-Nya.
4. Menanamkan sikap tawakal dalam diri manusia. Hal itu dikarenakan menyadari
bahwa manusia hanya bisa berusaha dan berdoa, sedangkannya hasil berserah atau
menyerahkan sepenuh hati kepada Allah sebagai zat yang menciptakan dan
mengatur kehidupan manusia.
5. Mendatangkan ketenangan jiwa dan ketentraman hidup karena meyakini apa pun
yang terjadi adalah kehendak Allah.
c. Ciri cirri husnuzhan
Menurut penjelasan Ibnu Taimiyah yang menandakan bahwa orang tersebut memiliki
ciri atau melakukan sikap husnuzzan adalah taat kepada Allah.
Sedangkan menurut Hasan al-Bashri yang menambahkan bahwa orang yang ḥusnuẓẓan
kepada Tuhannya harus senantiasa memperbaiki amalnya.

d. contoh sikap husnuzhan


1. Husnuzan tehadap Allah SWT
Husnuzan terhadap Allah SWT artinya berbaik sangka pada Allah SWT, Tuhan Yang
Maha Esa, pencipta alam semesta dan segala isinya yang bersifat dengan segala sifat
kesempurnaan serta bersih dari segala sifat kekurangan.

Husnuzan terhadap Allah SWT merupakan sikap mental dan termasuk salah satu tanda
beriman kepada-Nya.Di antara sikap perlaku terpuji, yang akan dilakukan oleh orang
yang berbaik sangka pada Allah SWT ialah syukur dan sabar.

2. Husnuzan terhadap Diri Sendiri


Seorang Muslim/Muslimah yang berperilaku husnuzan terhadap dirinya sendiri tentu
akan membiasakan diri dengan bersikap dan berperilaku terpuji yang bermanfaat bagi
dirinya, seperti percaya diri, gigih, dan banyak berinisiatif yang positif. Sikap gigih atau
kerja keras serta optimis termasuk di antara akhlak mulia yakni percaya akan hasil
positif dalam segala usaha. Rasa yakin ini akan menimbulkan sugesti, percaya diri, dan
makin besarnya harapan. Besar harapan tersebut membawa manusia pada sikap lapang
dada dan lebih giat lagi berusaha. Oleh karena itu, manusia harus optimis dan tidak
boleh pesimis.

3. Husnuzan terhadap Sesama Manusia


Dalam keluarga antara tetangga yg satun dgn yang lainnya hendaklah saling
menghargai n menghormati baik dgn sikap n ucapan lisan /melalui perbuatan
sikap,semua itu termasuk ahlak mulia

e. dalil husnuzhan
- surat alhujurat ayat 12
D. MUSYAWARAH
a. Pengertian musyawarah
musyawarah diartikan sebagai pembahasan bersama dengan tujuan untuk
mendapatkan keputusan atau untuk menyelesaikan masalah.Musyawarah berguna
untuk mencapai mufakat atau persetujuan.

b. Tujuan dan manfaat musyawarah


1. Mendapatkan kesepakatan bersama sehingga keputusan akhir yang diambil
dalam musyawarah bisa diterima dengan baik dan dilaksanakan oleh semua
anggota dengan penuh rasa tanggung jawab.

2. Dilakukan untuk menyelesaikan kesulitan dan memberikan kesempatan untuk


melihat masalah dari berbagai sudut pandang sehingga keputusan yang dihasilkan
sesuai persepsi dan standar anggota musyawarah. Keputusan yang diambil
dengan musyawarah juga akan lebih berbobot karena di dalamnya terdapat
pemikiran, pendapat, dan ilmu dari para anggotanya.

c. Ciri ciri musyawarah


1. Umumnya dilakukan berdasarkan atas kepentingan bersama.
2. Hasil keputusan musyawarah ini dapat diterima dengan akal sehat dan sesuai
hati nurani.
3.Pendapat yang diusulkan dalam musyawarah mudah dipahami dan tidak
memberatkan anggota musyawarah.
4. Mengutamakan pertimbangan moral dan bersumber dari hati nurani yang luhur.

d. contoh sikap musyawarah


1. Dalam Keluarga
Musyawarah dalam pembagian tugas bersih-bersih rumah, musyawarah dalam
memutuskan atau menentukan tempat rekreasi, dan lain-lain

2. Dalam Lingkungan Sekolah


Musyawarah didalam pemilihan ketua dan juga wakil OSIS, musyawarah didalam
mengadakan lomba, pemilihan ketua kelas serta lain-lain.
3. Dalam Lingkungan Masyarakat
Pembentukan suatu panitia ulang tahun desa, musyawarah didalam pembagian
siskamling, musyawarah didalam perbaikan jalan desa dan lain-lain
4. Dalam Lingkungan Negara
Rapat anggota DPR, Musyawarah dalam merumuskan undang-undang serta lain-lain.

e. dalil musyawarah
- surat ali imran ayat 159
- surat yusuf ayat 54-55
- surat an naml 29-35

Anda mungkin juga menyukai