Makalah Permukiman
Makalah Permukiman
PERMUKIMAN
Disusun Oleh :
NAMA : INJILIA TANGKULUNG
NIM : 230211050007
MATA KULIAH : BAHASA INDONESIA
DOSEN PENGAMPU:LOUDY MOODY BARCE KALALO, ST, M.Eng
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT, yang telah memberikan rahmat,
hidayah, dan karunia-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan judul
"Pemukiman." Makalah ini kami susun sebagai salah satu tugas akademik dalam rangka
memahami dan menggali lebih dalam tentang peran pemukiman dalam perkembangan sosial
dan lingkungan.
Kami ingin mengucapkan terima kasih kepada dosen kami yang telah memberikan
bimbingan, arahan, dan dorongan selama proses penulisan makalah ini. Terima kasih juga
kepada teman-teman yang telah memberikan dukungan moral dan berbagi pengetahuan selama
perjalanan kami dalam menyelesaikan makalah ini.
Makalah ini berusaha mengupas berbagai aspek yang berkaitan dengan pemukiman,
mulai dari sejarah dan perkembangannya, dampaknya terhadap lingkungan, hingga peran
pentingnya dalam kehidupan sosial masyarakat. Kami berharap makalah ini dapat memberikan
wawasan yang lebih baik tentang betapa pentingnya pemukiman dalam membentuk masyarakat
dan lingkungan yang berkelanjutan.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, dan kami sangat
menghargai kritik dan saran yang membangun untuk perbaikan di masa depan. Semoga makalah
ini dapat bermanfaat bagi pembaca yang ingin lebih memahami tentang pemukiman. Akhir kata,
kami berharap makalah ini dapat diterima dengan baik dan memberikan manfaat yang sebesar-
besarnya.
Manado, 08 Oktober
2023
Injilia Tangkulung
ii
DAFTAR ISI
Kata Pengantar............................................................................................................................ i
Daftar Isi..................................................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang................................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah.............................................................................................. 2
1.3 Tujuan................................................................................................................ 2
BAB II PEMBAHASAN............................................................................................................ 3
2.1 Pemukiman......................................................................................................... 3
2.2 Pola Permukiman............................................................................................... 6
2.3 Faktor Pengaruh Pola Persebaran Permukiman................................................. 7
2.4 Elemen Permukiman.......................................................................................... 8
2.5 Status Kepemilikan Tanah.................................................................................. 10
2.6 Persyaratan Dasar Permukiman.......................................................................... 10
BAB III PENUTUP.................................................................................................................... 11
3.1 Kesimpulan......................................................................................................... 11
3.2 Saran................................................................................................................... 11
DAFTAR PUSTAKA
1
BAB I
PENDAHULUAN
begitu, pola persebaran permukiman yang terdapat di daerah penelitian dapat beragam.
Karena permukiman sendiri merupakan salah satu wujud adaptasi dari masyarakat sekitar
terhadap kondisi fisik lingkungannya. Pola permukiman yang terdapat di daerah yang
memiliki kemiringan lereng yang terjal dengan yang terdapat pada lereng yang lebih landai
akan berbeda.
Pola persebaran permukiman di jadikan objek penelitian dikarenakan urgensi
pemecahan masalah yang berkaitan dengan permukiman seperti penempatan sarana dan
prasarana permukiman masih sering tidak sesuai dengan persebaran konsentrasi penduduk
dan pembangunan permukiman tidak mengindahkan tempat yang layak untuk dihuni. Hal
ini berakibat pada tidak seimbangnya ketersediaan sarana dan prasarana dengan pelayanan
terhadap penduduk sehingga terbentuk pola persebaran permukiman tertentu dan berbeda.
1.3. Tujuan
Berdasarkan dari latar belakang dan pokok permasalahan diatas, maka tujuan yang
akan dicapai dalam Makalah ini adalah :
1. Mengetahui pola persebaran permukiman.
2. Mengetahui faktor fisik dan faktor sosial-ekonomi pengaruhnya terhadap pola
persebaran permukiman.
BAB II
3
PEMBAHASAN
2.1 Permukiman
Permukiman adalah suatu tempat bermukim manusia untuk menunjukan suatu
tujuan tertentu. Apabila dikaji dari segi makna, permukiman berasal dari terjemahan kata
settlements yang mengandung pengertian suatu proses bermukim. Dengan demikian terlihat
jelas bahwa kata permukiman mengandung unsur dimensi waktu dalam prosesnya. Melalui
kajian tersebut terlihat bahwa pengertian permukiman dan pemukiman berbeda. Kata
pemukiman mempunyai makna yang lebih menunjuk kepada objek, yang dalam hal ini
hanya merupakan unit tempat tinggal (hunian). Permukiman memiliki 2 arti yang berbeda
yaitu:
1. Isi. Yaitu menunjuk pada manusia sebagai penghuni maupun masyarakat di
lingkungan sekitarnya.
2. Wadah. Yaitu menunjuk pada fisik hunian yang terdiri dari alam dan elemen-
elemen buatan manusia.
Permukiman merupakan bagian permukaan bumi yang dihuni manusia yang meliputi
pula segala prasarana dan sarana yang menunjang kehidupan penduduk, yang menjadi satu
kesatuan dengan tempat tinggal yang bersangkutan (Sumaatmadja, 1981 dalam Banowati
2006).
Permukiman dalam arti sempit adalah mengenai susunan dan penyebaran bangunan
(termasuk rumah-rumah, gedung-gedung, kantor, sekolah, pasar dan sebagainya).
Sedangkan dalam arti luas permukiman yaitu memperhatikan bangunan-bangunan, jalan-
jalan dan pekarangan-pekarangan yang menjadi salah satu sumber penghidupan penduduk
(Bintarto, 1977).
Permukiman diartikan sebagai area tanah yang digunakan sebagai lingkungan tempat
tinggal atau lingkungan hunian dan tempat kegiatan yang mendudukung perikehidupan dan
penghidupan, dan merupakan bagian dari lingkungan hidup diluar kawasan lindung, baik
yang berupa kawasan perkotaan maupun perdesaan. Sedangkan permukiman manusia
(human settlement) adalah semua bentukan atau buatan manusia maupun secara alami
dengan segala perlengkapannya, yang dipergunakan oleh manusia baik secara individu
maupun kelompok untuk bertempat tinggal sementara maupun menetap, dalam rangka
menyelenggarakan kehidupannya (Banowati, 2006).
4
kota adalah suatu sistem jaringan kehidupan manusia yang ditandai dengan kepadatan
penduduk yang tinggi, strata sosial ekonomi yang heterogen dan kehidupan materealistis.
bahwa daerah perkotaan dapat dibagi dalam enam zona yaitu Zona pusat daerah kegiatan
(Central Business District), yang merupakan pusat pertokoan besar, gedung perkantoran
yang bertingkat, bank, museum, hotel restoran dan sebagainya, Zona peralihan, merupakan
daerah kegiatan. Penduduk zona ini tidak stabil, baik dilihat dari tempat tinggal maupun
sosial ekonomi.Daerah ini sering ditemui kawasan permukiman kumuh yang disebut slum
karena zona ini dihuni penduduk miskin. Namun demikian sebenarnya zona ini merupakan
zona pengembangan industri sekaligus menghubungkan antara pusat kota dengan daerah di
luarnya. Zona permukiman kelas proletar, perumahannya sedikit lebih baik karena dihuni
oleh para pekerja yang berpenghasilan kecil atau buruh dan karyawan kelas bawah, ditandai
oleh adanya rumah-rumah kecil yang kurang menarik dan rumah-rumah susun sederhana
yang dihuni oleh keluarga besar. Burgess menamakan daerah ini workingmen’s homes.
Zona permukiman kelas menengah (residential zone), merupakan kompleks perumahan
para karyawan kelas menengah yang memiliki keahlian tertentu. Rumah-rumahnya lebih
baik dibandingkan kelas proletar. Wilayah tempat tinggal masyarakat berpenghasilan
tinggi. Ditandai dengan adanya kawasan elit, perumahan dan halaman yang luas. Sebagian
penduduk merupakan kaum eksekutif, pengusaha besar, dan pejabat tinggi. Zona penglaju
(commuters), merupakan daerah yang memasuki daerah belakang (hinterland) atau
merupakan batas desa-kota. Penduduknya bekerja di kota dan tinggal di pinggiran.
5
(rangkaian kesatuan) nilai parameter tetangga terdekat (T) untuk masing-masing pola,
sehingga dapat diketahui apakah pola yang terbentuk berupa pola mengelompok, pola acak
(random), atau pola seragam.
biaya dan waktu yang banyak. Dengan demikian maka sebuah sumber air, dalam hal ini
sumur menjadi pemusatan penduduk. Sebaliknya, permukaan air tanah yang dangkal
memungkinkan pembuatan sumur-sumur dimana-mana. Sehingga perumahan penduduk
dapat didirikan dengan pemilihan tempat yang ada.
Terdapatnya permukiman dalam artian sempit disuatu wilayah, tentu disebabkan oleh
adanya kemungkinan untuk hidup bagi masyarakat kampung yang bersangkutan, sesuai
dengan keahlian atau ketrampilan mereka. Makin besarnya kemungkinan untuk hidup yang
diberikan suatu wilayah, semakin besar pula kemungkinan jumlah manusia yang tinggal di
wilayah tersebut, atau semakin besar pula terjadinya pemusatan penduduk wilayah tersebut
(Su Ritohardoyo, 1989).
Perkembangan kemajuan jaman memicu munculnya banyak jalan raya sebagai sarana
transportasi yang lebih cepat dan praktis. Jalan raya yang ramai membantu pertumbuhan
ekonomi penduduk yang tinggal di sekitarnya untuk membangun permukiman di sepanjang
jalan raya. Sehingga mendorong tumbuhnya permukiman di sepanjang jalan. Pengaruh
jalan terhadap persebaran permukiman dapat dilihat dari panjang jalan dan kepadatan jalan
di suatu daerah.
Apabila terdapat permukiman dan bangunan serta pusat-pusat kegiatan pada suatu daerah
maka jumlah jalan yang ada akan semakin banyak. (Banowati, 2006).
Ditinjau dari perkembangan bentuk-bentuk penggunaan lahan untuk usaha pertanian
rakyat, bahwa perkembangan tertinggi dari usaha pertanian kecil adalah persawahan dengan
pengairan teratur, apabila memungkinkan penduduk akan membuat sawah pada medan
dengan lereng yang bagaimanapun, baik rawa, lereng gunung dan daerah datar. Dengan
demikian, daerah-daerah usaha pertanian lahan sawah merupakan daerah pusat penduduk
yang terbesar (Su Ritohardoyo, 1989).
itu kebutuhan biologis (ruang, udara, temperatur dan lain-lain), perasaan dan
persepsi, kebutuhan emosional dan kebutuhan akan nilai – nilai moral.
3. Masyarakat. Masyarakat merupakan kesatuan kelompok orang (keluarga) dalam
suatu permukiman yang membentuk suatu komunitas tertentu. Hal- hal yang
berkaitan dengan permasalahan yang terjadi dalam masyarakat yang mendiami
suatu wilayah permukiman adalah:
1. Kepadatan dan komposisi penduduk
2. Kelompok sosial
3. Adat dan kebudayaan
4. Pengembangan ekonomi
5. Pendidikan
6. Kesehatan
7. Hukum dan administrasi
4. Bangunan dan rumah. Bangunan dan rumah merupakan wadah bagi manusia.
Pada prinsipnya bangunan yang dapat digunakan sepanjang operasional
kehidupan manusia bisa dikategorikan sesuai dengan fungsi masing- masing,
yaitu :
1. Rumah pelayanan masyarakat (sekolah, rumah sakit, dan lainlain.
2. Fasilitas rekreasi atau hiburan.
3. Pusat perbelanjaan
4. Industri
5. Pusat transportasi
5. Networks. Networks merupakan sistem buatan maupun alami yang menyediakan
fasilitas untuk operasional suatu wilayah permukiman. Untuk sistem buatan,
tingkat pemenuhannya bersifat relatif, dimana antara wilayah permukiman satu
dengan yang lainnya tidak sama. Sistem buatan yang keberadaannya diperlukan
dalam suatu wilayah antara lain:
1. Sistem jaringan air bersih
2. Sistem jaringan listrik
3. Sistem transportasi
4. Sistem komunikasi
5. Drainese dan air kotor
1
6. Tata letak fisik
1
10
4. Mempunyai fasilitas penyediaan air bersih, berupa jaringan distribusi yang siap
untuk disalurkan ke masing-masing rumah.
5. Dilengkapi dengan fasilitas air kotor/ tinja yang dapat dibuat dengan sistem
individual yaitu tanki septik dan lapangan rembesan, ataupun tanki septik
komunal.
6. Permukiman harus dilayani oleh fasilitas pembuangan sampah secara teratur
agar lingkungan permukiman tetap nyaman.
7. Dilengkapi dengan fasilitas umum seperti taman bermain bagi anak-anak,
lapangan atau taman, tempat beribadah, pendidikan dan kesehatan sesuai dengan
skala besarnya permukiman itu.
8. Dilayani oleh jaringan listrik dan telepon.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan.
Masalah permukiman merupakan suatu masalah yang kompleks yang berhubungan
dan berkaitan dengan sosial, ekonomi, buadaya, ekologi, dan sebagainya. Permukiman
berkaitan erat dengan proses pembangunan yang menyangkut masalah lingkungan
sekitarnya. Kepadatan permukiman dan banyaknya jumlah penduduk menjadi sumber
peningkatan konsentrasi permukiman yang sering kali tidak diikuti dengan peningkatan
sarana dan prasarana permukiman.
3.2 Saran
Sebenarnya, perlu adanya penyuluhan atau pendidikan singkat terhadap masyarakat
tentang konsep permukiman sehat berwawasan lingkungan oleh pemerintah setempat.
Kemudian, langkah selanjutnya bisa dilakukan pengadaan peremajaan lahan. Untuk itu di
perlukan peran pemerintah setempat untuk bersama-sama mengajak dan menghimbau
masyarakat untuk memajukan taraf kehidupan dari segala aspek demi kesejahteraan hidup
masyarakat. Mulai dari pemahaman tentang rumah sehat, menjaga ekosistem alam dari
pencemaran, rumah berwawasan lingkungan hingga pentingnya gotongroyong.
DAFTAR PUSTAKA
Sastra M. Suparno. Buku Perencanaan dan Pengembangan Perumahan.ANDI. Yogyakarta.
2006.
12
Gani Rita, Jurnalistik Foto Suatu Pengantar. Simbiosa Rakatama Media. Bandung. 2013. Hlm
45-46.
Sumaatmadja Nursid Prof. Dr. H. Manusia Dalam Konteks Sosial Budaya dan Lingkungan
Hidup. Alfabeta. Bandung.
Rusli Said . Pengantar Ilmu Kependudukan .LP3E5. Jakarta.
Herman Hermit, 2009, Komentar Atas Undang-Undang Perumahan Dan Permukiman (UU No.
4 Tahun 1992), hal. 105, CV Mandar Maju, Bandung
http://bandung.pojoksatu.id/read/2016/09/15/melihat-kehidupan-padat-penduduk-harus-
berjuang-taklukkan-200-tangga/ di akses pada tanggal 20 April 2017. Pukul 3.08 WIB